4 BAB 2 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran 2.1 Konsep Bisnis 2.1.1 Pengertian Bisnis Bisnis atau perusahaan adalah suatu badan hukum yang menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan oleh pelanggan. Setiap bisnis melakukan transaksi dengan orang-orang. Mereka menanggung akibat karena bisnis tersebut karenanya mereka mempunyai kepentingan di dalamnya. Mereka disebut sebagai pemegang kepentingan utama (stakeholder) atau orang yang mempunyai kepentingan dalam bisnis. Mereka adalah karyawan, pemilik, kreditur, pemasok, dan pelanggan (Madura, 2001, p2). Menururt Madura (2001, p13), lima fungsi uatama yang terlibat dalam bisnis utama adalah: 1. Pemasaran, cara bagaimana produk dan jasa dikembangkan, diberi harga, didistribusikan dan dipromosikan kepada pelanggan. 2. Manajemen, cara bagaimana karyawan dan sumber lain (seperti mesin-mesin) digunakan oleh perusahaan. 3. Keuangan, cara bagaimana perusahaan mendapatkan dana dan menggunakannya untuk keperluan operasi bisnisnya. 4. Akuntansi, ringkasan atau analisis dari kondisi keuangan perusahaan. 5. Sistem informasi, meliputi teknologi informasi, masyarakat, dan prosedur yang bekerjasama untuk memberikan informasi yang cocok kepada karyawan perusahaan sehingga mereka dapat membuat keputusan bisnis.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB 2
Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran
2.1 Konsep Bisnis
2.1.1 Pengertian Bisnis
Bisnis atau perusahaan adalah suatu badan hukum yang menghasilkan barang atau
jasa yang diperlukan oleh pelanggan. Setiap bisnis melakukan transaksi dengan orang-orang.
Mereka menanggung akibat karena bisnis tersebut karenanya mereka mempunyai
kepentingan di dalamnya. Mereka disebut sebagai pemegang kepentingan utama
(stakeholder) atau orang yang mempunyai kepentingan dalam bisnis. Mereka adalah
karyawan, pemilik, kreditur, pemasok, dan pelanggan (Madura, 2001, p2).
Menururt Madura (2001, p13), lima fungsi uatama yang terlibat dalam bisnis utama
adalah:
1. Pemasaran, cara bagaimana produk dan jasa dikembangkan, diberi harga,
didistribusikan dan dipromosikan kepada pelanggan.
2. Manajemen, cara bagaimana karyawan dan sumber lain (seperti mesin-mesin)
digunakan oleh perusahaan.
3. Keuangan, cara bagaimana perusahaan mendapatkan dana dan
menggunakannya untuk keperluan operasi bisnisnya.
4. Akuntansi, ringkasan atau analisis dari kondisi keuangan perusahaan.
5. Sistem informasi, meliputi teknologi informasi, masyarakat, dan prosedur yang
bekerjasama untuk memberikan informasi yang cocok kepada karyawan
perusahaan sehingga mereka dapat membuat keputusan bisnis.
5
2.1.2 Proses Bisnis
Marshall (2000, p53) menyatakan proses bisnis mendefinisikan bagaimana suaatu
organisasi meraih tujuannya dan dirancang untuk menambah nilai. Proses bisnis terdiri dari
beberapa langkah yang saling berhubungan dengan suatu alur kerja. Ivar Jacobson, seperti
yang dikutip oleh Marshall (2000, p53) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan proses
bisnis adalah rangkaian kegiatan internal yang dilakukan untuk melayani pelanggan.
2.2 Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan,
pengorgansasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran
perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dari
pengertian tersebut dijumpai adanya aktifitas-aktifitas khusus dalam manajemen yang
merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Manajemen juga berarti mengarahkan dan mengendalikan sebuah grup yang
terdiri dari satu atau lebih orang atau entiti yang bertujuan untuk menyerasikan dan
mengharmoniskan grup tersebut dalam menyelesaikan sebuah tujuan akhir. Manejemen
sering meliputi penyebaran dan manipulasi dari sumber daya manusia, sumber finansial,
sumber teknologi, dan sumber alam (Fuad et.alis, 2005, p92).
2.3 Analisis Sistem
Menurut McLeod (2001, p128), analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang
telah ada dengan tujuan merancang sistem baru atau memperbaharui sistem yang telah ada.
Tahap-tahap analisis menurut McLeod adalah sebagai berikut:
a. Mengumumkan penelitian sistem
6
Mengkomunikasikan kepada pegawai tentang alasan perusahaan melaksanakan
proyek dan bagaimana sistem bau akan menguntungkan perusahaan dan pegawai.
b. Mengorganisasikan tim proyek
Tim proyek yang akan melakukan penelitian sistem dikumpulkan.
c. Mendefinisikan kebutuhan informasi
Mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan terlbat dalam berbagai kegiatan
Menurut Pearce dan Robinson (2003, p87) pendatang baru ke suatu industri
membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merengut bagian pasar (market share),
dan sering kali sumber daya yang cukup besar. Perusahaan yang melakukan diversifikasi
30
melalui akuisisi ke dalam industri dari pasar lain seringkali memanfaatkan sumber daya
mereka untuk dapat berkembang.
Besarnya ancaman masuk bergantung pada hambatan masuk yang ada dan pada
reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada menurut perkiraan calon pendatang baru. Jika
hambatan masuk tinggi dan calon pendatang baru memperkirakan akan menghadapi
perlawanan keras dari peserta persaingan yang sudah ada, pendatang baru ini jelas tidak
merupakan ancaman yang serius.
2.9.2 Pemasok yang Kuat
Menurut Pearce dan Robinson (2003, p88) pemasook dapat memanfaatkan kekuatan
tawar menawarnya atas para anggota industri dengan menaikkan harga atau menurunkan
kualitas barang dan jasa yang dijualnya. Pemasok yang kuat karenanya, dapat menekan
kemampu labaan suatu industri. Contoh: dengan menaikkan harga mereka, produsen
konsentrat minuman ringan mempunyai andil dalam menurunkan kemampu labaan
perusahaan-perusahaan pembotolan karena perusahaan pembotolan ini (akibat persaingan
tajam dari minuman ringan bubuk, sari buah, dan jenis-jeis minuma lain) tidak leluasa
menaikkan harga mereka sendiri.
Kekuatan masing-masing pemasok (atau pembeli) bergantung pada sejumlah
karakteristik situasi pasarnya dan padad tingkat kepentingan relatif penjualan atau
pembeliannya dalam industri tersebut dibandingkan dengan keseluruhan bisnisnya.
Kelompok pemasok kuat jika:
1. Kelompok ini didominasi oleh sedikit perusahaan dan lebih terkonsentrasi ketimbang
industri tempat mereka menjual produk.
2. Produk pemasok bersifat unik atau setidak-tidaknya terdiferensiasi, atau jika terdapat
biaya pengalihan (switching cost). Biaya pengalihan adalah biaya teap yang harus
31
ditanggung pembeli jika berganti pemasok. Ini timbul karena, antara lain, spesifikasi
produk pembeli terikat pada pemasok tertentu, pembeli telah menginvestasikan dana
besar untuk peralatan khusus atau untuk menguasai cara pengoperasian peralatan dari
pemasok (seperti pada perangkat lunak komputer), atau lini produksinya terkait dengan
fasilitas produksi pemasok (seperti pada beberapa pabrik kemasan minuman ringan).
3. Pemasok tidak bersaing dengan produk-produk lain dalam industri. Sebagai contoh,
persaingan antara perusahaan baja da perusahaan alumunium dalam menjuall ke
industri kaleng melemahkan kekuatan masing-masing pemasok.
4. Pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi masju ke industri pembelnya.
Ini memberikan contoh bagi pemasok untuk memaksa industri menerima syarat-syarat
pembelian yang ditetapkan pemasok.
5. Industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok. Jika industri adalah
pelanggan penting, nasib pemasok akan sangat bergantung pada industri yang
bersangkutan, dan mereka akan berusaha melindungi melalui penetapan harga yang
wajar dan dukungan dalam kegiatan-kegiatan sepert Research & Development dan lobi.
2.9.3 Pembeli yang Kuat
Menurut Pearce dan Robinson (2003, p90) pembeli atau pelanggan dapat juga
menekan harga, menuntut kualitas lebih tinggi atau layanan yang lebih banyak, dan
mengadu domba sesama anggota indsutri. Semua ini dapat menurunkan laba industri.
Kelompok pembeli kuat jika:
1. Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah (volume) besar. Pembeli volume
besar khusunya merupakan ancaman yang potensial jjika biaya tetap yang tinggi
merupakan karakteristik industri.
32
2. Produk yang dibeli dari industri bersifat standar atau tidak terdiferensiasi. Pembeli yang
pasti selalu bisa mencari pemasok lain, dapat mengadu domba sesama anggota industri.
3. Produk yang dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk pembeli dan
merupakan komponen biaya yang cukup besar. Pembeli mungkin akan berusaha
mendapatkan harga yang menguntungkan dan membeli secara selektif. Bila produk
yang dijual oleh industri merupakan bagian kecil saja dari biaya pembeli, pembeli
biasanya tidak terlalu peka terhadap harga.
4. Pembeli menerima laba yang rendah. Ini akan mendorong pembeli untuk menekan
biaya pembeliannya. Tetapi, pembeli yang labanya tinggi, umumnya kurang peka harga.
5. Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli. Bila kualitas
produk pembeli sangat dipengaruhi oleh produk industri, umumnya pembeli akan
kurang peka harga, industri yang situasinya seperti ini meliputi industri peralatan adang
minyak, yang kerusakan peralatannya dapat mengakibatkan kerugian besar, dan kabinet
instrumen medik, dan tes elektronik, yang kualitasnya dapat mempengaruhi impresi
penggunaan tentang kualitas peralatan didalamnya.
6. Produk industri tidak menghasilkan penghematan bagi pembeli. Bila produk atau jasa
industri memberika manfaat besar, pembeli tidak terlalu peka harga, sebaliknya mereka
lebih memperhatikan mutu.
7. Pembeli mempunyai kemampuan untuk melakukan integrasi balik. Produsen Mobil Tiga
Besar dan pembeli mobil utama seringkali memanfaatkan ancaman ini sebagai senjata
perundingan. Tetapi ada kalanya suatu industri terlalu berlebihan dalam menancam
industri pemblei sehingga para anggotanya mungkin melakukan integrasi maju.
Sebagian besar sumber kekuatan pembeli ini juga berlaku untuk kelompok
konsumen selain untuk pembeli industri dan komersial, tetapi juga diperlukan modifikasi
tertentu. Konsuumen cenderung lebih peka harga jika mereka membeli produk yang
33
tidak terdiferensiasi, relatif mahal terhadap penghasil mereka, dan jika kualitas tidak
telalu penting bagi mereka.
2.9.4 Produk Substitusi
Menurut Pearce dan Robinson (2003, p101), produk merupakan produk lain yang
bisa menggantikan produk tertentu dalam memenuhi kebutuhan yang sama. Semakin
banyak tersedia dan mudah diperoleh produk substiuasi dari sebuah industri semakin
mengancam industri tersebut. Artinya persaingan tidak hanya berasal dari produk sejenis
tetapi juga persaingan dari produk lain yang bisa menggantikan prodk tersebut.
Dengan menetapkan batas harga tertinggi (celling price), produk atau jasa substitusi
membatasipotensi suatu industri. Jika industri tidak mampu meningkatkan kualitas
produk, laba dan ertumbuhan industri dapat terancam.
Produk pengganti yang secara strategis layak diperhatikan adalah produk yang (a)
kualitasnya mampu menandingi kualitas produk industri, (b) dihasilkan oleh industri
yang menikmati laba tinggi. Produk pengganti seringkali masuk dengan cepat kedalam
industri jika terjadi persaingan yang ketat dalam industri mereka sendiri yang
mengakibatkan turunnya harga atau naiknya kinerja.
2.9.5 Persaingan Diantara Para Anggota Industri
Menurut Pearce dan Robinson (2003, p91) persaingan dikalangan anggota industri
terjadi karena mereka berebut posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga,
introduksi produk, dan perang iklan. Persangan tajam seperti ini bersumber pada sejumlah
faktor:
1. Jumlah peserta persaingan banyak dan kurang lebih setara dalam hal ukuran dan
kekuatan.
34
2. Pertumbuhan industri lambat, menulut perang memperebutkan bagian pasar yang
melibatkan perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.
3. Produk atau jasa tidak terdiferensiasi atau melibatkan biaya pengalihan.
4. Biaya tetap (fixed cost) tinggi atau prduk bersifat mudah rusak (perishable),
mengundang keinginan kuat untuk menurunkan harga.
5. Penambahan kepasitas harus dalam jumlah besar. Penambahan demikian mengganggu
keseimbangan penawaran permintaan industri dan seringkali menimbulkan kelebihan
kapasitas dan penurunan harga.
6. Hambatan keluar tinggi.
7. Para peserta persaingan bergama dalam hal strategi, asal usul dan kepribadian. Mereka
memiliki pemikiran yang berbeda dalam hal cara besaing dan terus berkonfrontasi satu
sama lain.
2.10 Analisis QFD (Quality Function Deployment)
Menurut Hubert K. Rampersad (2005, p153), Quality Function Deployment (QFD)
yang juga dikenal sebagai Rumah Kualitas adalah metode untuk perencanaan dan
pegembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan untuk menspesifikasi secara
jelas apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggan.
Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan
produk sedini mungkin. Filosofinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu
produk, meskipun suatu produk telah dihasilkan dengan sempurna, bila tidak menginginkan
atau membutuhkannya.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari QFD bagi perusahaan yang akan
meningkatkan kualitas dan produktivitasnya antara lain:
1. Fokus pada pelanggan
35
Organisasi TQM merupakan organisasi yang berfokus kepada pelanggan. QFD
memerlukan masuka dan umpan balik dari pelanggan. Informasi tersebut
lemudian diterjemahkan ke dalam persyaratan pelanggan yang spesifik. Kinerja
organisasi dan pesaing dalam memenuhi persyaratan tersebut dipelajari dan
diteliti, sehingga organisasi (perusahaan) dapat mengetahui sejauh mana
perusahaan dan persaingan memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Efisien waktu
QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk, karena memfokuskan pada
persyaratan elanggan yang spesifik dan telah diidentifikasi dengan jelas.
3. Orientasi kerjasama tim
QFD merupakan pendekatan kerjasama tim, semua keputusan dalam proses
didasarkan pada konsensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan
brainstorming. Oleh karena itu etiap individu memahami posisi yang paling tepat
dalam proses tersebut, sehingga pada gilirannya hal ini dapat mendorong
kerjasama tim yang lebih baik.
4. Orientasi pada dokumentasi
Salah satu produk yang dihasilkan pada proses QFD adalah dokumen
komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses
yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan. Dokumenasti ini
berubah secara konstan apabila ada informasi baru yang dipelajari dan informasi
lama yang disingkirkan.
36
2.10.1 Langkah-langkah untuk Membangun QFD
Sumber: Rampersad, Total Performane Scorecard (2003,p153)
Gambar 2.2 Analysis Quality Function Deployment
Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk membangun rumah kualitas QFD
(Quality Function Deployment) adalah:
1. Tentukan siapa pelanggan, buat daftar keinginan pelanggan dan ukur pentingnya
keingina-keinginan tersebut dengan bantuan nilai pembobotan.
37
Dapat dilakukan dengan melakukan wawancara, pertanyaan dan lain-lain, keinginan
pelanggan dibentuk dengan curah pendapat dan dikelompokkan dalam bagian yang
diberi nama 1a dalam rumah kualitas. Langkah ini menangani apa yang penting bagi
pelanggan, pentingnya keinginan itu ditujukkan denan faktor bobot.
2. Bandingkan kinerja produk dengan kinerja produk pesaing.
Dalam tahap ini produk dibandingkan dengan satu atau lebih produk pesaing. Dengan
cara ini akan didaptkan masukan mengenai daya saing dari produk dengan produk
pesaing.
3. Identifikasi dan hitung tujuan perbaikan, tentukan mana keinginan pelanggan yang
perlu diperbaiki agar produk dapat bersaing.
Dalam tahap ini ditunjukkan keinginan pelanggan yang ingin diperbaiki dalam kaiannya
dengan pesaing. Dengan kata lain nilai target setiap sifat produk ditunjukkan dengan
angka. Tingkat perbaikan didapatkan dari nilai target atau nilai evaluasi. Sedangkan
untuk mentntukan bobot: tingkat perbaikan x faktor yang penting relevan.
4. Terjemahkan keinginan pelanggan ke dalam parameter teknis yaitu spesifiasi produk.
Nyatakan bagaimana cara keinginan pelanggan dapat dimanfaatkan.
Setelah kegiatan menvisualisasikan pentingnya keinginan pelanggan berakhir,
diputuskan cara untuk menangani keinina itu. Melalui curah pendapat ditentukan
parameter atau sifat teknis mana yang akan dipengaruhi oleh keinginan pelanggan yang
berbeda-beda. lebih spesifik lagi, tolak ukur hubungan “Bagaimana” (spesifikasi) dengan
“Apa” (keinginan pelanggan). Desain produk ditentukan oleh parameter itu.
5. Periksa hubungan antara keinginan pelanggan dengan parameter teknis. Tunjukkan
dalam mariks sejauh mana keinginan pelanggan dipengaruhi oleh parameter teknis dan
tunjukkan hubungan tersebut dalam bentuk nilai.
38
Dalam langkah ini dipelajari tingkat pengaruh parameter teknis terhadap keinginan
pelanggan, hal itu dilakukan dalam matriks interaksi. Dalam matriks interaksi itu
dipelajari hubungan antara keinginan pelanggan atau sifat produk dengan parameter
teknis. hal itu melibatkan perpaduan antar “Apa” dengan “Mengapa”. Baris kosong
dalam matriks menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik produk teknis
dengan keinginan pelanggan terkait (produk tidak memuaskan kebutuhan pelanggan).
Kadar pentingnya proyek diunjukkan bagi setiap sel dalam nilai. Untuk menenukan nilai
sel: kekuatan hubungan x bobot (%).
6. Kenali interaksi parameter teknis perorangan. Buat hubungan antar parameter teknis itu
eksplisit di ata rumah kualitas.
Interaksiparameter teknis ditunjukkan pada atap rumah kualitas. Semua hubungan itu
diperlihatkan dengan jelas di atas rumah kualitas, yang penting untuk perbaikan
spesifikasi produk.
7. Catatlah satuan tolak ukur untuk semua parameter teknis.
Pada bagian rumah kualitas ini, satuan tolak ukur dari semua parameter teknis
diperlihatkan.
8. Tentukan nilai target desain produk baru atau tunjukkan perbaikan parameter teknis
yang dilakukan.
Nilai target ditentukan berdasarkan data teknis dan prioritas parameter. Nilai target
berkaitan dengan perbaikan parameter teknis.
Penjelasan metode QFD menunjukkan bahwa mengumpulkan informasi tentang opini
pelanggan berkaitan dengan produk atau jasa adalah sangat penting. Informasi itu dapat
diperoleh dengan beberapa cara seperti survei pelanggan, wawancara, dan disusi panel
39
pelanggan. Keluhan pelanggan harus dilihat sebagai sesuatu yang positif, sebagai
kesempatan untuk belajar dari kesalahan.
40
2.11 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis dan Perancangan E-Travel Yang Berbasis Situs Web Pada PT. Kafilah
Solahuddin
Metode Analisis : ‐ Five Forces Porter : Kekuatan tawar-menawar dari pemasok, persaingan di antara perusahaan pesaing sejenis yang sudah ada, Ancaman dari produk atau layanan pengganti, ancaman pendatang baru, pembeli.
‐ Quality Function Deployment : 1. Membentuk keinginan pelanggan