BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Menurut James A.F. Stoner manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Griffin (2004, p7), manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organiasasi secara efektif dan efisien. Efisien berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang hemat biaya, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi namun dengan biaya yang relatif rendah, sedangkan efektif berarti membuat keputusan yang tepat dan mengimplementasikannya dengan sukses. Jadi perusahaan yang menghasilkan produk yang tidak diinginkan oleh konsumen adalah perusahaan yang tidak efektif, jadi secara umum organisasi yang berhasil adalah yang efisien dan efektif. 2.1.1.1 Proses Manajemen Proses manajemen melibatkan 4 aktivitas dasar, yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganiasisan, kepemimpinan, dan pengendalian. Walau terdapat logika mendasar untuk mendeskripsikan keempat aktivitas tersebut secara berurutan seperti yang ditunjukkan oleh garis panah tebal pada 6
33
Embed
BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN · BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Menurut James A.F. Stoner manajemen adalah suatu proses
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen
Menurut James A.F. Stoner manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi
serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Griffin (2004, p7), manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas
(termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya
organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai
tujuan organiasasi secara efektif dan efisien. Efisien berarti menggunakan berbagai
sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang hemat biaya, sehingga produk
atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi namun dengan biaya yang relatif rendah,
sedangkan efektif berarti membuat keputusan yang tepat dan
mengimplementasikannya dengan sukses. Jadi perusahaan yang menghasilkan produk
yang tidak diinginkan oleh konsumen adalah perusahaan yang tidak efektif, jadi secara
umum organisasi yang berhasil adalah yang efisien dan efektif.
2.1.1.1 Proses Manajemen
Proses manajemen melibatkan 4 aktivitas dasar, yaitu perencanaan dan
pengambilan keputusan, pengorganiasisan, kepemimpinan, dan pengendalian.
Walau terdapat logika mendasar untuk mendeskripsikan keempat aktivitas
tersebut secara berurutan seperti yang ditunjukkan oleh garis panah tebal pada
6
7
gambar 2.2, kebanyakan dari manajer terlibat dalam lebih dari satu aktivitas pada
waktu yang bersamaan dan sering kali berganti aktivitas secara tidak terduga
seperti yang ditunjukkan oleh garis panah yang terputus-putus pada gambar 2.2.
Gambar 2.1 Proses Manajemen
Sumber : Griffin, 2004 p9
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai 4 aktivitas dasar dari
proses manajemen :
1. Perencanaan dan pengambilan keputusan : menentukan arah tindakan
Perencanaan (planning) berarti menetapkan tujuan organisasi dan bagaimana
cara terbaik untuk mencapainya. Pengambilan keputusan (decision making),
yang merupakan bagian dari proses perencanaan adalah pemilihan suatu
tindakan dari serangkaian alternatif. Perencanaan dan pengambilan keputusan
membantu mempertahankan efektivitas manajerial karena menjadi petunjuk
untuk aktivitas di masa depan. Artinya, tujuan dan rencana organisasi dengan
8
jelas membantu manajer untuk mengetahui bagaimana mengalokasikan waktu
dan sumber daya mereka.
2. Pengorganisasian : mengkoordinasikan aktivitas dan sumber daya
Fungsi manajemen berikutnya adalah mengorganisasikan orang-orang dan
sumber daya lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. Secara
khusus, pengorganisasian mencakup penetuan bagaimana cara
mengelompokkan berbagai aktivitas dan sumber daya.
3. Kepemimpinan : memotivasi dan mengelola orang
Fungsi manajerial yang ketiga adalah kepemimpinan. Beberapa orang
menganggap kepemimpinan sebagai aktivitas yang paling penting dan paling
menatang dari semua aktivitas manajerial. Kepemimpinan (leading) adalah
serangkaian proses yang dilakukan agar anggota dari suatu organisasi bekerja
bersama demi kepentingan organisasi tersebut.
4. Pengendalian : memonitor dan mengevaluasi aktivitas
Tahap terakhir dari proses manajemen adalah pengendalian (controlling), atau
pemantauan kemauan organisasi dalam mencapai tujuanya. Ketika organisasi
bergerak menuju tujuannya, manajer harus memonitor kemajuan untuk
memastikan bahwa organisasi tersebut berkinerja sedemikian rupa sehingga
akan mencapai tujuannya pada waktu yang telah ditentukan. Pengendalian
membantu memastikan efektivitas dan efisiensi yang diperlukan demi
keberhasilan manajemen.
Implikasinya bagi manajer adalah manajer harus sepenuhya memahami
setiap fungsi dasar tersebut, manajer yang efektif terlatih dalam melaksanaakan
setiap fungsi dan harus mampu bergerak maju mundur di antara berbagai fungsi
sesuai dengan keadaan, dan harus sering melaksanakan beberapa fungsi dan
aktivitas secara bersamaan. Manajer tidak boleh hanya efektif dalam salah satu
9
fungsi atau hanya melaksanakan sebagian fungsi karena semuanya penting.
(Griffin, 2004, p11-12)
2.1.2 Tiga Fungsi Organisasi
Dalam proses membuat barang dan jasa, semua organisasi pasti melakukan
tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini sangat penting dan tidiak hanya untuk proses produksi,
tetapi juga untuk kelangsungan hidup organisasi (Render,2006 p5). Tiga fungsi
tersebut adalah :
1. Pemasaran, fungsi ini berperan dalam mengadakan permintaan dari konsumen,
atau setidaknya mendapatkan pesanan untuk membuat barang atau jasa, jika
fungsi ini tidak berjalan maka tidak akan terjadi penjualan.
2. Produksi/operasi, fungsi ini merupakan proses yang menghasilkan produk atau
jasa.
3. Keuangan/akuntansi, dalam fungsi ini kegiatan yang dilakukan adalah seperti
memantau apakah perusahaan berjalan dengan baik, membayar tagihan-
tagihannya, dan mampu mengumpulkan uang.
2.1.3 Manajemen Operasi
Manajemen operasi penting untuk dipelajari, karena alasan-alasan berikut.
Alasan yang pertama adalah karena manajemen operasi merupakan salah satu dari
tiga fungsi utama bagi setiap organisasi, selalu ada fungsi operasi dalam semua bidang
usaha dan memiliki hubungan yang erat dengan fungsi-fungsi bisnis lainnya, misalnya
bagian pemasaran menyediakan informasi mengenai keinginan konsumen, bagian
keuangan menyediakan informasi tentang budget perusahaan, dan manajemen
operasi harus mengkomunikasikan kebutuhaan dan kemampuannya kepada fungsi
bisnis lainnya.
10
Semua organisasi pasti akan melakukan kegiatan menjual dan memproduksi,
sehingga penting untuk mengetahui bagaimana proses mengorganisasikan
sumberdaya perusahan agar menjadi produktif. Alasan yang kedua adalah, agar
mengetahui bagaimana proses pembuatan produk atau jasa. Yang ketiga, adalah
karena manajemen operasi merupakan bagian yang menghabiskan persentase
pendapatan yang besar. Manajemen operasi mampu memberikan kesempatan bagi
perusahaan untuk meningkatkan keuntungan dan memperbagiki layanan kepada
masayarakat. Manajemen operasi bertanggungjawab atas keputusan strategi dan
taktikal dan keputusan ini secara langsung berdampak ke fungsi bisnis lain, dan perlu
hati-hati dalam menghubungkannya, yaitu harus sesuai dengan arah strategik
perusahaan.
Seorang manajer operasi menerapkan proses manajemen yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan karyawan, pengarahan, dan pengendalian
ke dalam pengambilan keputusan pada fungsi manajemen operasi. Terdapat sepuluh
keputusan penting dalam manajemen operasi yang masing-masing membutuhkan
proses manajemen yang baik. Berikut adalah keseputuh keputusan penting dalam
manajemen operasi :
• Desain produk dan jasa
• Manajemen mutu
• Desain proses dan kapasitas
• Strategi lokasi
• Strategi tata letak
• Sumberdaya manusia dan sistem kerja
• Manajemen rantai pasokan
• Persediaan, perencanaan kebutuhan bahan
• Penjadwalan jangka pendek dan menengah
• Pemeliharaan
11
Manajemen operasi terus berkembang dengan adalanya sumbangan dari ilmu-
ilmu lain, termasuk teknik industri dan management science. Ilmu ini, sering dengan
statistik, juga manajemen dan ilmu ekonomi telah berkontribusi pada peningkatan
produktifitas. Begitu pula dalam ilmu-ilmu pasti seperti biologi, kimia, fisika, juga
memberikan kontribusi terhadap kemajuan manajemen operasi. Kontribusi terpenting
bagi manajemen operasi adalah berasal dari ilmu informatika, yang diartikan sebagai
proses sistematis yang dilakukan pada data untuk mendapatkan informasi. Ilmu
informatika, internet, e-commerce memberikan sumbangsih dalam peningkatan
produktivitas dan menyajikan barang atau jasa yang lebih bervariasi pada masyarakat.
2.1.3.1 Definisi Manajemen Operasi
Menurut Reid (2007, p2) manajemen operasi adalah fungsi bisnis yang
bertanggung jawab atas perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan
sumberdaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Dan juga
merupakan sebuah fungsi manajemen yang mana di dalamnya termasuk
mengatur sumberdaya manusia, peralatan, teknologi, informasi, dan sumberdaya
lainnya. Manajemen operasi merupakan fungsi pusat untuk setiap perusahaan,
baik perusahaan besar atau kecil, perusahaan profit atau non-profit, perusahaan
barang ataupun jasa, karena itu setiap perusahaan memiliki sebuah fungsi
manajemen operasi, tanpa operasi maka tidak ada barang atau jasa yang
dihasilkan.
Sedangkan pendapat dari Heizer dan Render (2006, p6) manajemen
operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk
barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan menghasilkan
barang dan jasa terjadi di semua jenis organisasi baik manufaktur maupun
organisasi yang menghasilkan produk non-fisik. Dalam perusahaan
manufaktur, dapat terlihat jelas aktifitas proses produksi dalam menghasilkan
12
barang. Namun dalam organisasi yang tidak memproduksi barang secara fisik,
fungsi produksi tidak terlihat dengan jelas, contohnya adalah proses yang terjadi
di bank, rumah sakit, penerbangan dan organisasi jasa lainnya. Terlepas dari
produk akhir berupa barang atau jasa, aktifitas produksi yang berlangsung dalam
organisasi disebut sebagai operasi atau manajemen operasi.
Jika menurut Prasetya dan Lukiastusi, (2009) manajemen operasi
adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan
jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan
barang dan jasa berlangsung di semua organisasi, baik perusahaan manufaktur
mapun jasa. Menurut Fogarty (1989) manajemen operasi adalah suatu proses
yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen
untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka
menjacapi tujuan.
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam definisi tersebut, yaitu :
1. Kontinu, berarti manajemen produksi dan operasi bukan suatu kegiatan yang
berdiri sendiri. Keputusan manajemen bukan merupakan tindakan sesaat,
melainkan tindakan yang berkelanjutan (kontinu).
2. Efektif, berarti segala pekerjaan harus dilakukan secara tepat dan sebaik-
baiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.
3. Fungsi manajemen, berarti kegiatan manajemen produksi dan operasi
memerlukan pengetahuan yang luas, mencakup planning, organizing,
actuating dan controlling. Dalam pelaksanaannya , berbagai sumber daya
diintegrasikan untuk menghasilkan barang dan jasa
4. Efisien, berarti manajer produksi dan operasi dituntuk untuk mempunyai
kemampuan kerja secara efisien agar dapat mengoptimalkan penggunaan
sumber daya dan memperkecil limbah.
13
5. Tujuan, berarti kegiatan manajemen produksi dan operasi harus mempunyai
tujuan untuk menghasilkan suatu produk sesuai yang direncanakan.
Sedangkan menurut Schroeder (2003) memberikan penekanan terhadap
definisi kegitatan produksi dan operasi pada 3 hal, yaitu :
1. Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa
2. Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa.
3. Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen
operasi.
Secara umum, kegiatan operasi merupakan suatu kegiatan yang
berhubungn dengan penciptaan, atau pembuatan barang, jasa atau kombinasinya
melalui proses transformasi dari masukan sumber daya produk menjadi keluaran
yang diinginkan. Umpan balik dari konsumen dan informasi mengenai performa
produk dan jasa tersebut digunakan untuk melakukan penyesuaian yang
berkelanjutan terhadap input, proses transformasi dan output, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Proses Transformasi Input Menjadi Output
Sumber : Reid (2007, p3)
14
2.1.3.2 Kegiatan Operasi dalam Sektor Jasa
Organisasi dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu organisasi
manufaktur dan jasa, masing-masing memiliki tantangan unik pada fungsi
operasinya. Terdapat dua perbedaan utama antara kategori ini. Pertama,
organisasi manufaktur memproduksi barang berwujud yang dapat disimpan
sebelum dibutuhkan. Sedangkan, organisasi jasa tidak dapat memproduksi
sebelum dibutuhkan, karena sifat jasa adalah tidak dapat disimpan. Kedua, dalam
organisai manufaktur kebanyakan konsumen tidak memiliki kontak langsung
dengan kegiatan operasi, kontak konsumen terjadi lewat distributor dan
pedagang eceran, sedangkan pada organisasi jasa konsumen harus ada ketika
jasa tesebut diproduksi.
Namun banyak produk terbentuk dari kombinasi antara barang dan jasa.
Organisasi manufaktur juga menyediakan jasa sebagai bagian dari penawaran
mereka terhadap konsumen, atau juga mengkonsumsi jasa ketika proses
distribusi barang. Begitu pula pada organisasi jasa, misalnya seperti jasa salon
yang juga menjual produk-produk perawatan rambut untuk melengkapi
pelayanan terhadap konsumen. Hal ini membuat definisi jasa menjadi lebih
kompleks.
Perbedaan antara barang dan jasa ditunjukan pada gambar 2.3 , yang
mana berfokus pada dimensi wujud produk dan tingkat atas kontak dengan
konsumen.
15
Gambar 2.3 Karakteristik Organisasi Manufaktur dan Jasa Sumber : Reid (2007, p6)
Terkadang dalam organisasi jasa murni sekalipun memiliki tingkat kontak
dengan konsumen yang rendah pada proses operasinya. Ini bisa dikatakan
sebagai “back room” atau “behind the scene”. Untuk perusahaan seperti ini,
sangat sulit untuk menyatakan apakah organisasi tersebut tergolong jasa atau
manufaktur, sehingga untuk perusahaan yang memiliki kontak dengan konsumen
yang rendah, capital intensive sekaligus menyediakan jasa seperti kantor pos,
bisnis pemesanan katalog lewat surat dinamakan sebagai quasi-manufacturing
organization.
2.1.4 Perencanaan Kapasitas
Menurut Chase dan Jacobs (2005, p430) pengertian dari kapasitas adalah
kemampuan untuk menampung, menerima, menyimpan atau mengakomodasi. Dalam
pandangan bisnis secara umum, kapasitas sering dilihat sebagai jumlah output yang
dapat dicapai sebuah sistem selama periode waktu tertentu. Dalam industri jasa,
kapasitas dapat diartikan sebagai jumlah konsumen yang dapat ditangani selama jam
16
kerja, dan dalam industri manufaktur, kapasitas diartikan sebagai jumlah yang dapat
diproduksi oleh mesin dalam suatu ukuran waktu.
Menurut Buffa (1999, p121) definisi atas kapasitas tidak ada yang pasti, karena
kapasitas harus dihubungkan dengan sejauh mana suatu peralatan digunakan, karena
dapat dikatakan sebuah kapasitas suatu kegiatan operasi dapat berubah karena adanya
pengubahan batas kapasitas dengan melakukan lembur atau subkontrak. Jadi, di sini
ditekankan bahwa dengan mengubah kebijakan mengenai pemanfaatan peralatan dan
fasilitas dapat pula mengubah kapasitas tanpa menambah jumlah peralatan, sumber
kapasitas seperti ini dapat memberikan manajer keluwesan dalam menyusun
perencanaan kapasitas.
Strategi untuk perencanaan kapasitas dipisahkan berdasarkan tiga dimensi
waktu, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Gambar 2.4 Dimensi Waktu Strategi Perencanaan Kapasitas
Sumber: Brown 2001, p184
Berikut adalah penjelasan mengenai perencanaan kapasitas secara umum yang
dipandang dalam 3 horizon waktu menurut Render, yaitu :
- Jangka panjang (long-term), untuk perencanaan lebih dari 1 tahun.
Dimana sumber daya produktif (seperti gedung, peralatan atau fasilitas)
membutuhkan waktu yang lama untuk diperoleh atau dibuang,
17
perencanaan kapasitas jangka panjang membutuhkan partisipasi dari
manajemen puncak, karena keputusan yang diambil berkenaan dengan
fungsi penambahan fasilitas dan peralatan yang memiliki lead time
panjang.
- Jangka menengah (medium-term), perencanaan bulanan atau kwartalan
untuk 3 hingga 18 bulan ke depan. Di sini, kapasitas dapat divariasikan
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, yaitu dengan
menggunakan alternatif seperti penambahan jumlah karyawan atau jumlah
shift , atau dapat dilakukan subkontrak dan dapat juga menggunakan
persediaan. Hal ini merupakan tugas dari perencanaan agregat, seperti
yang terlihat pada gambar 2.5.
- Jangka pendek (short-term), perencanaan kurang dari 1 bulan. Ini terikat
dengan proses penjadwalan tugas dan karyawan secara harian atau
mingguan atau pengalokasian mesin, dan membutuhkan penyesuaian
untuk mengeliminasi perbedaan antara output aktual dengan yang
direncanakan.
Gambar 2.5 Jenis Perencanaan Menurut Horizon Waktu
Sumber: Render (2004, p373)
18
2.1.4.1 Tujuan Perencanaan Kapasitas
Keputusan yang diambil oleh seorang manajemen operasi dalam
merencanakan kapastis akan memberikan beberapa pengaruh yang berbeda
terhadap performa. Menurut Pycraft (2000, p379) pengaruh-pengaruh tersebut
antara lain adalah biaya, pendapatan, modal kerja, kualitas dan kecepatan dalam
merespon kebutuhan konsumen, penjelasan akan masing-masing aspek adalah
sebagai berikut :
- Aspek biaya dipengaruhi oleh keseimbangan antara kapasitas dan
permintaan (atau tingkat output). Tingkat kapasitas yang melebihi
permintaan berarti terjadi under-utilization atas kapasitas, atau tingkat
utilitas kapasitasnya rendah, dan hal tersebut akan menghasilkan biaya per
unit yang tinggi
- pendapatan juga terkena pengaruh atas keseimbangan kapasitas dengan
permintaan, tapi berkebalikan dari aspek biaya yang telah disebutkan
sebelumnya. Jika tingkat kapasitas sama atau lebih tinggi dari permintaan
maka dapat diyakini bahwa semua permitaan terpenuhi dan tidak ada
pendapatan yang hilang
- Modal kerja akan dipengaruhi bila ada sebuah keputusan operasi untuk
membangun sebuah persediaan atas barang jadi. Hal ini berarti permintaan
akan terpenuhi tetapi perusahaan harus mengeluarkan biaya persediaan
sampai produk jadi tersebut terjual
- Kualitas atas produk atau jasa juga akan dipengaruhi oleh keputusan
perencanaan kapasitas. Terutama pada perencanaan kapasitas yang
melibatkan perubahan besar pada tingkat kapasitas, seperti contohnya
adalah perekrutan tenaga kerja baru untuk sementara waktu, staf atau
tenaga kerja yang baru dapat meningkatkan tingkat kesalahan dalam proses
operasi.
19
- Kecepatan merespon kebutuhan konsumen juga terkena dampaknya. Seperti
melaksanakan kebijakan persediaan akan menghasilkan kepuasan bagi
konsumen, karena konsumen dapat dengan cepat menikmati produk yang
berasal dari persediaan, tanpa harus menunggu produksi barang tersebut
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan
melaksanakan perencanaan kapasitas harus mempertimbangkan pengaruhnya
pada keempat aspek tersebut.
2.1.4.2 Perencanaan Kapasitas Jasa
Mengukur kapasitas pada perusahaan jasa jauh lebih sulit dari pada
perusahaan manufaktur, kualitas atas jasa juga sulit diukur karena nilainya
sangat tergantung pada persepsi konsumen. Menurut Greasley (2008, p67)
terdapat 3 strategi utama dalam perencanaan kapasitas yaitu :
- level capacity
- chase capacity
- demand management
Kedua strategi utama yaitu level capacity dan chase capacity adalah
menekankan pada penyesuaian kapasitas terhadap permintaan, jadi variabel
yang diubah-ubah adalah kapasitas, sedangkan pada strategi demand
management variabel yang diubah adalah permintaan, jadi perusahaan
melakukan penyesuaian permintaan terhadap kapasitas yang dimiliki salah satu
caranya adalah dengan menerapkan marketing mix.
Greasley (2008, p68) berpendapat bahwa pada industri jasa tidak
memungkinkan untuk melakukan strategi level capacity, karena pada strategi
tersebut kapasitas dibuat tetap, tidak berubah dan penambahan kapasitasnya
dilakukan dengan melakukan kebijakan penumpukan persediaan. Pendapat
tersebut juga didukung oleh Chase (2006, p441) yang menyatakan bahwa
20
kapasitas jasa cenderung dipengaruhi oleh waktu, lokasi dan permintaan yang
berubah-ubah. Tidak seperti barang, jasa tidak dapat disimpan untuk digunakan
kemudian. Kapasitas harus tersedia ketika jasa ingin diproduksi. Selain itu, lokasi
kapasitas jasa harus dekat dengan konsumen. Pada manufaktur, setelah proses
produksi dilakukan, barang baru didistribusikan ke konsumen, sedangkan jasa,
harus didistribusikan dahulu baru dapat diproduksi. Jadi artinya proses produksi
jasa dan konsumsinya dilakukan secara bersamaan, maka dari itu jasa harus
berada ketika konsumen membutuhkan.
Karena alasan itulah, maka Brown (2001, p189) menyatakan bahwa
secara umum strategi kapasitas dibagi menjadi 2 bagian yaitu dilihat dari sisi
permintaan dan dari sisi penawaran, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Gamber 2.6 Strategi Kapasitas Jasa
Sumber: Brown 2001, p189
21
Dalam strategi sisi permintaan perusahaan berusaha untuk mengubah-
ubah tingkat permintaan untuk disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki agar
tidak terjadi kelebihan permintaan atas kapasitas. Pilihan strateginya antar lain:
dengan menawarkan jasa pelengkap, dengan melakukan sistem pemesanan
(reservations), promosi, potongan harga, dan yield management.
Sedangkan pada sisi pernawaran, strategi yang biasa digunakan adalah :
- sharing capacity, yaitu berbagi sumber daya yang sulit diperoleh antar
operasi yang berbeda, seperti berbagi kursi pada sebuah kantin.
- Meningkatkan partisipasi konsumen, yaitu dengan mendorong konsumen
untuk menjadi bagian dari sebuah layanan jasa, seperti sistem self-
service pada meja salad di sebuah restoran. Dan konsumen pun
merasakan manfaat dari proses tersebut, karena lebih kostumisasi dan
layanan yang lebih cepat.
- Cross-trainning employees, dengan melakukan pelatihan bagi karyawan
untuk beberapa operasi yang berbeda agar mereka dapat ditempatkan
dimana saja sesuai dengan permintaan yang berubah-ubah.
- Menggunakan pekerja part-time untuk memenuhi permintaan ketika
periode puncak.
- Membuat kapasitas yang dapat disesuaikan, memvariasikan kapasitas
untuk jasa yang berbeda atau segmen konsumen yang berbeda, seperti
mengubah alokasi kursi untuk kelas bisnis dan kelas ekonomi pada
pesawat terbang.
2.1.5 Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat dibutuhkan oleh para manajer operasional untuk
menentukan jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dan memenuhi permintaan
yang diperoleh dari peramalan dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga
22
kerja, tingkat persediaan, perkerjaan lembur, tingkat subkontrak dan variabel lain yang
dapat dikendalikan dengan tujuan untuk meminimalkan total biaya produksi (Render
2004, p114). Jadi konsep dari perencanaan agregat menurut Brown (2000, p171)
adalah untuk memilih strategi yang dapat menyerap fluktuasi permintaan secara
ekonomis.
Menurut Render (2004, p114) input dari perencanaan agregat terdiri dari 4 hal
utama, yaitu sumber daya, peramalan permintaan, kebijakan perusahaan, dan biaya.
Berikut akan dijelaskan masing-masing dari 4 hal tersebut.
Sumber daya. Terdiri dari sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki
perusahaan.
Peramalan permintaan yang diperoleh dari data historis permintaan masa
lalu, yang digunakan untuk memprediksi jumlah permintaan di masa depan.
Kebijakan perusahaan, di dalamnya misalnya adalah subkontrak dengan
perusahaan lain. Kebijakan mengenai tingkat persediaan, pemesanan
kembali dan melakukan lembur.
Biaya. Yang termasuk dalam biaya adalah penyimpanan persediaan, biaya
pemesanan, biaya yang muncul bila melakukan subkontrak, dan biaya
lembur serta biaya bila terdapat perubahan persediaan.
Sedangkan output atau hasil yang diinginkan dari perencanaan agregat adalah :
Meminimalkan besarnya biaya total yang harus dikeluarkan atas
perencanaan yang dibuat
Proyeksi atas tingkat persediaan. Dan termasuk didalamnya adalah :