BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tahapan Proses Perancangan Dan Pengembangan Produk Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu : Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger
51
Embed
BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00503-TI bab 2.pdf · Merupakan tahapan final dari pengujian dan validasi data pengujian dari seluruh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tahapan Proses Perancangan Dan Pengembangan Produk
Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau
sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger
dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses
pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu :
Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger
8
Fase 0. Perencanaan
Kegiatan ini disebut sebagai ‘zerofase’ karena kegiatan ini mendahului
persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
Fase 1. Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,
alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu
atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk,
fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya disertai dengan
sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta
pertimbangan ekonomis proyek.
Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem
Fase Perancangan Tingkatan Sistem mencakup definisi arsitektur produk
dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-
komponen. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk
produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta
diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.
Fase 3. Perancangan Detail
Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk,
material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unit pada produk
9
dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen
yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan
pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk dan
peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat
dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.
Fase 4. Pengujian dan Perbaikan
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari
bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha)
biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan
bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak
memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang
dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Sasaran dari prototipe
beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan
keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-
perubahan secara teknik untuk produk akhir.
Fase 5. Produksi awal
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem
produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk
melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin
timbul pada proses produksi sesungguhnya. Pada beberapa titik pada masa
10
peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk
didistribusikan.
Seperti yang kita lihat pada gambar 2.1 bahwa dari ke 5 fase diatas,
didalamnya terdapat macam-macam proses yang dilakukan dalam melakukan tahapan
proses perancangan dan pengembangan produk dalam buku Ulrich-Eppinger, yaitu:
Bab 2, “Proses dan Organisasi Pengembangan Produk,” menguraikan
proses pengembangan produk generic dan memperlihatkan variasi
penggunaan proes ini dalam berbagai situasi dan lingkungan industri. Bab
ini juga menjelaskan bagaimana seorang individu diorganisasikan dalam
suatu kelompok yang terlibat dalam proyek pengembangan produk.
Bab 3, “Perencanaan Produk,” menjelaskan metoda untuk mengambil
keputusan produk mana yang akan dikembangkan. Keluaran dari metode
ini adalah pernyataan misi untuk proyek tertentu.
Bab 4 sampai bab 8, menguraikan aktivitas-aktivitas kunci pada fase
Pengembangan Konsep. Metode-metode yang dijelaskan akan menuntun
tim pengembangan produk mulai dari pembuatan misi sampai seleksi
konsep.
Bab 9, “Arsitektur Produk,” mendiskusikan implikasi arsitektur terhadap
perubahan produk, variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk,
11
biaya manufaktur, dan manajemen proyek. Terakhir dijelaskan suatu
metode untuk membuat arsitektur produk.
Bab 10, “Desain Industri,” menjelaskan peran desainer industri, isu-isu
berkaitan dengan interaksi produk dengan pemakainya, termasuk
pertimbangan aspek estetika dan ergonomic dalam proses pengembangan
produk.
Bab 11, “Desain untuk Proses Manufaktur,” mediskusikan teknik-teknik
apa yang digunakan untuk mengurangi biaya manufaktur. Teknik-teknik
ini terutama diterapkan pada fase Perancangan Sistem dan Perancangan
Detail Sistem dari proses pengembangan produk.
Bab 12, “Membuat Prototipe,” menjelaskan metode untuk menjamin
upaya pembuatan prototype produk yang berlangsung selama proses
pengembangan diterapkan secara efektif.
Bab 13, “Analisis Ekonomi Pengembangan Produk,” menguraikan
metode-metode untuk memahami pengaruh factor-faktor internal dan
eksternal terhadap nilai ekonomis proyek.
Bab 14, “Mengendalikan Proyek,” menjelaskan beberapa konsep
mendasar untuk memahami dan menggambarkan interaksi antara tugas-
tugas di dalam proyek, juga menjelaskan metode untuk perencanaan dan
pelaksanaan proyek pengembangan.
12
Sementara itu menurut C. Merle Crawford dan C. Anthony Di Benedetto
dalam buku mereka yang berjudul “New Products Management”, dikatakan bahwa
tahapan pengembangan produk terdiri atas 5 fase yaitu :
Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk Menurut Crawford-Benedetto
Fase 1. Identifikasi peluang dan Seleksi ( Opportunity Identification and
Selection)
Menghasilkan sebuah peluang dari produk baru menjadi peluang bisnis,
mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya, dan
kebutuhan yang terdapat pada pasar. Mengadakan riset pasar untuk
Phase 1: Opportunity Identification/Selection
Phase 2: Concept Generation
Phase 3: Concept/Project
Phase 4: Development
Phase 5: Launch
13
kemudian dievaluasi, divalidasi dan keluarannya adalah pernyataan
strategic untuk menuntun lebih jauh ke tahap selanjutnya.
Fase 2. Pengembangan Konsep (concept generation)
Memilih peluang yang paling berpotensi untuk dikembangkan dan mulai
dengan keterlibatan konsumen dalam tahap identifikasi kebutuhan. Mulai
menyusun konsep produk baru yang dapat menjawab kesempatan atau
peluang yang ada.
Fase 3. Evaluasi Proyek / Konsep (Concept /Project Evaluation)
Mengevaluasi konsep produk tersebut (seperti pada saat mereka mulai
masuk) pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih
yang terbaik kedua atau ketiga.
Fase 4. Pengembangan (Development) :
Pada fase ini merupakan tahap pengujian konsep yang sudah matang
dengan pembuatan prototipe yang langsung diujikan kepada konsumen,
sambil tidak lupa mempersiapkan strategi pemasaran dan persiapan
peluncuran produk tersebut dengan memperhatikan jalur distribusi dan
biaya-biaya yang dibutuhkan melalui sebuah business plan.
Fase 5. Peluncuran (Launch)
Mulai produksi awal dan pemasaran dengan ruang lingkup yang kecil dulu
sambil memantapkan sistem produksi pembuatan produk tersebut, dan
14
mulai menjalankan program peluncuran sesuai yang direncanakan secara
bertahap.
Kelima fase ini lebih difokuskan untuk pengembangan produk yang betul-
betul merupakan produk baru (Crawford-Beneditto, 2000).
Satu lagi pendapat dari ahli pengembangan produk di USA yaitu R. Cooper
dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper menyebutkan
tahapan pengembangan produk yang dikenal sebagai Stage-Gate Process yaitu
sebuah tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah ide hingga ke tahap
peluncuran. Stage merupakan tahapan sebenarnya dimana diwujudkan dalam
tindakan nyata. Sedangkan gate merupakan point pengambilan keputusan untuk
dilanjutkan atau tidak ke tahap atau stage selanjutnya. Berikut penjelasan singkat
mengenai Stage-Gate Process :
Gambar 2.3 Stage-Gate Process Menurut R. Cooper
Discovery Stage . Tahap pemilihan ide
Dalam tahapan ini, munculnya ide-ide tentang produk apa yang akan
dikembangkan dan apa jenis pengembangannya semuanya pasti muncul dari
suatu ide atau gagasan.
15
Gate 1. Idea screen
Merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang telah didapatkan.
Stage 1. Scooping
Merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk yang akan
dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon pasar
terhadap produk tersebut nantinya.
Gate 2. Second screen
Dalam tahap ini diadakan penyaringan konsep produk mana yang akan
dilanjukan untuk dikembangkan.
Stage 2. Building the business case
Merupakan tahap yang paling menentukan bagi tim pengembangan produk,
disini akan dibuat definisi dari produk dan proyek tersebut, rencana proyek
dan pembenaran dari proyek tersebut di masa-masa mendatang.
Gate 3. Go to Development
Pada tahap ini ditentukan apakah diteruskan ke tahap pengembangan atau
tidak berdasarkan hasil dari tahapan sebelumnya dan konsep yang telah
terpilih.
Stage 3. Development
Tahap ini yang disebut tahapan pengembangan, pada tahap ini dilakukan
seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep, persiapan
16
peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap
selanjutnya.
Gate 4. Go to Testing
Merupakan tahapan awal dari pengujian konsep produk yang sudah
dikembangkan.
Stage 4. Testing and Validation
Merupakan tahapan final dari pengujian dan validasi data pengujian dari
seluruh proyek, perkiraan rencana proses produksi, analisa ekonomi produk,
respon dari konsumen, dan pembuatan prototipe.
Gate 5. Go to launch
Tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang sudah diuji.
Stage 5. Launching
Produksi awal sudah mulai dilakukan, beserta perbaikan-perbaikan sistem
produksi dan peralatan untuk efisiensi proses, jalur distribusi dan
komersialisasi mulai dibangun dan diperluas secara bertahap.
Review dari peluncuran produk
Setelah produk diluncurkan secara komersialisasi, dilakukan review untuk
memastikan bahwa hambatan-hambatan yang ada bisa teratasi, serta
memastikan apakah produksi tetap dilanjutkan beserta pemasarannya, atau
tetap memasarkan sisa stok barang (bila produksi dihentikan karena tidak
17
dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang produk tersebut sehingga dapat
dimanfaatkan menjadi barang lain
Setelah melihat ketiga model tahapan-tahapan pengembangan produk yang
merupakan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat dilihat banyak kesamaan
dari ketiga proses tersebut, perbedaan jumlah tahapan atau fase disebabkan karena
adanya penggabungan dari beberapa tahapan yang sejenis ataupun membaginya
menjadi beberapa tahapan yang lebih detail. Pada tahap pembahasan pengembangan
produk ini nantinya akan disesuaikan menurut tahapan yang dikembangkan oleh
Ulrich dan Eppingger.
2.1.1.1 Perencanaan Produk (Product Planning)
Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat
lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek digunakan sebagai
input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan pengembangan konsep dan merupakan
suatu petunjuk untuk tim pengembangan.
Dalam perencanaan produk, proyek pengembangan produk dikelompokan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Platform produk baru: Tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan
utama untuk merancang suatu keluarga produk baru berdasarkan platform
18
yang baru dan umum. Keluarga produk baru akan memasuki pasar dan
produk yang sudah dikenal.
2. Turunan dari platform produk yang sudah ada: Proyek-proyek ini
memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar
yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada: Proyek-proyek
ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa
detail produk dproduk yang telah ada dalam rangka menjaga lini produksi
yang ada pesaingnya.
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,
ada lima tahapan proses berikut :
1. Mengidentifikasi peluang
Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang
pengembangan produk. Langkah ini dapat dibayangkan sebagai input dari
perusahaan. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal dari
beberapa sumber, meliputi (diantaranya):
Personal pemasaran dan penjualan
Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi
Tim pengembangan produk saat ini
Manufaktur dan operasional organisasi
19
Pelanggan sekarang atau potensial
Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan
dengan kegiatan identifikasi kebutuhan pelanggan. Beberapa pendekatan proaktif
meliputi:
Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan
produk yang sudah ada sekarang
Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses
inovasi oleh penguna-penguna ini dan modifikasi-modifikasi yang
dilakukan oleh para pengguna terhadap produk yang sudah ada.
Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan-
kecenderungan dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk
kategori produk yang ada dan peluang-peluang kategori produk baru.
Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis
melalui tenaga penjual dan sistem pelayanan pelanggan.
Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk memfasilitasi
perpindahan teknologi yang tepat dari penelitian ke arah
pengembangan produk.
2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih proyek.
Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan
20
memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk
yang sudah ada adalah
Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan suatu pendekatan pasar dan
produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi
ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan
melakukan kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing.
Segmentasi pasar
Dengan membagi suatu pasar menjadi segmen-segmen,
memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan para
pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan
kelompok pelanggan yang jelas. Dengan memetakan produk-produk
pesaing dan produk milik perusahaan sendiri dalam segmen-segmen,
lini produknya dan yang mana memanfaatkan kelemahan dari
penawaran pesaing-pesaing.
Mengikuti perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaan
produk yang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan
teknologi dasar yang baru dalam lini produksi. Sebagai contoh, dalam
bisnis pencatatan, permasalahan teknologi utama pada pergantian abad
adalah pergantian untuk pemerosesan dan pencetakan digital.
21
Keputusan perencanaan produk yang menggunakan lensa lampu.
Kurva teknologi S merupakan suatu alat konseptual untuk membantu
berpikir mengenai keputusan seperti diatas.
Perncanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan asset yang dibagi dalam
sekumpulan produk. Komponen-komponen dan subrakitan-subrakitan
sering menjadi hal terpenting dari aset-aset ini. Platform yang efektif
dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih
cepat dan lebih mudah, dimana setiap produk memberikan ciri-ciri dan
fungsi-fungsi yang diinginkan oleh segmen pasar utama.
3. Mengalokasikan Sumberdaya dan rencana waktu
Penentuan waktu dan alokasi sumber daya ditentukan untuk proyek-
proyek yang lebih menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menimbulkan
persaingan untuk beberapa sumber daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk
merancang sumber daya memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti.
4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek
Setelah proyek disetujui, maka diadakan kegiatan perencanaan proyek
pendahuluan, dibentuk sebuah tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pernyataan
misi produk yang isinya memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari
pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim
pengembangan.
22
Pernyataan misi mungkin mencangkup beberapa dari keseluruhan
informasi berikut:
Uraian produk ringkas (satu kalimat): Uraian ini mencangkup
manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari
penggunaan konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa
pernyataan visi produk.
Sasaran utama bisnis: Sebagai tambahan sasaran proyek yang
mendukung strategiperusahaan, sasaran ini biasanya mencangkup
waktu, biaya, dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan
produk, performasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar).
Pasar target untuk produk: Terdapat beberapa pasar target untuk
produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang
perlu dipertimbangkan dalam usaha mengembangan
Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha
pengembangan: Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati,
meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk,
mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola.
Stakeholder: Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh
stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi
oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Stakeholder juga
23
mencangkup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan, seperti
tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen produksi. Daftar
stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk
mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang dipengaruhi oleh
produk.
5. Merefleksikan kembali hasil dan proses
Pada tahap ini dilakukan reality check terhadap pernyataan misi yang
merupakan pegangan untuk tim pengembangan. Langkah awal untuk ini
adalah waktu untuk memperbaiki apakah pengembangan ini bisa berjalan dan
konsisten.
2.1.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses
pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat
dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan pesaing dan
menetapkan spesifikasi produk.
Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang
berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang
produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara
langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer
24
industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman dengan
lingkungan pengguna.
Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah :
Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan
Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak
terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang ekplisit.
Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk
Memudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan untuk
proses pengembangan produk
Menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan
Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan
diantara anggota tim pengembangan
Lima tahap proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :
Mengumpulkan data mentah dari pelanggan
Proses pengumpulan data mentah dari pelanggan akan mencakup kontak
dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan
pengguna produk. Sebelum dilakukan wawancara atau lainnya harus
dibuat dahulu matriks seleksi pelanggan untuk memilih pelanggan yang
akan digali kebutuhannya dan mempunyai pengalaman dengan
penggunaan produk tersebut.
25
Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan
Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan
merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah
setiap pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai
kebutuhan pelanggan.
Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu
kebutuhan primer, sekunder dan jika perlu tertier
Daftar kebutuhan yang didapatkan sebelumnya beberapa diantaranya
merupakan kebutuhan primer, dimana kebutuhan primer dapat tersusun
dari beberapa kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan
yang paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier
diekspresikan secara lebih terperinci.
Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan
Dalam menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang
mendiskusikan secara bersama untuk menentukan langsung derajat
kepentingan setiap kebutuhan secara bersama-sama. Atau cara kedua
adalah dengan melakukan survey lanjutan dengan memilih variabel yang
dianggap penting.
26
Menganalisa hasil dan proses
Langkah terakhir pada metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah
menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan
pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang
cukup lama dengan pelanggan. Beberapa pertanyaan dapat dijadikan
acuan :
2.1.1.3 Menentukan Jumlah Ukuran Sampel
Jumlah ukuran sampel diambil dengan menggunakan rumus dari Isaac dan
Michael. Berikut adalah rumus yang digunakan:
QP2λ1N2d
QPN2λs
S = jumlah sampel
2λ = taraf kesalahan (1%, 5%, 10%)
2d = 0.05
P=Q = 0.5
2.1.1.4 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang mengungkapkan detail-detail
yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak
memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan
27
pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan.
Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel
kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan
dibawah ini.
Tabel 2.1 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan
No Kebutuhan Kepen-tingan
1 (Produk)2 (Produk)3 (Produk)
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yang secara
keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). 4 langkah
tersebut adalah :
Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan matriks-metrik
kebutuhan jika diperlukan.
Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk
yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan
metrik merupakan inti dari proses spesifikasi. Asumsinya adalah
menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai
spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi
spesifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap
kebutuhan pelanggan yang terkait.
28
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika membuat daftar metrix:
1. Metrix harus komplit
2. Metrix harus merupakan variabel berhubungan (dependent), bukan
variabel bebas (interdependent)
3. Metrix harus praktis
4. Beberapa keluhan yang tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi
metrix yang terukur
5. Metrix harus merupakan istilah yang populer untuk perbandingan di pasar.
Setelah itu daftar metrik dapat dihubungkan dengan kebutuhan menggunakan
Matriks kebutuhan-metrik (Needs-Metrics Matrix). Yang contohnya seperti di bawah
ini :
29
Gambar 2.4 Contoh Format Matriks Kebutuhan-Metrik (QFD)
Mengumpulkan informasi tentang pesaing.
Kecuali tim mengharapkan monopoli total, analisi hubungan antara
produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan
kesuksesan komersial. Ketika tim memulai proses pengembangan produk
dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, targer
30
spesifikasi adalah bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan
menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk
yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing. Informasi
mengenai produk pesaing harus dikumpulkan untuk mendukung
keputusan mengenai Positioning produk.
Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk
tiap metrik.
Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk
mengatur nilai target untuk setiap metrik. Diperlukan dua macam nilai
target, yaitu: nilai ideal dan nilai yang dapat diterima secara marginal.
Nilai ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan tim. Nilai yang dapat
diterima secara marginal adalah nilai metrik yang membuat produk
diterima secara komersial. Kedua target ini berguna untuk menuntun tahap
pengembangan konsep dan pemilihan konsep, serta memperbaiki
spesifikasi setelah konsep produk dipilih. Karena sebagian besar nilai
diekspresikan dalam batasan-batasan tertentu (maksimal, minimal atau
keduanya) perlu dibuat batasan-batasan nilai yang layak dan dapat
bersaing dengan produk pesaing.
Merefleksikan hasil dan proses
Perlu dilakukan beberapa kali pengulangan sampai akhirnya target
disetujui. Melakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan
31
membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten
dengan tujuan proyek.
Spesifikasi secara keseluruhan dapat ditinjau kembali untuk diperbaiki agar
lebih tepat, sehingga yang tadinya hanya berupa pernyataan target dan selang
tertentu, kini dapat dibuat lebih tepat.
Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap
pengembangan dan perencanaan desain selanjutnya, spesifikasi diperiksa kembali.
Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu,
sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.
Menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu
hubungan berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk
yang dipilih. Trade-offs terjadi antara metric kinerja teknik yang berbeda dan hampir
selalu terjadi antara biaya dan metric kinerja tekniik.
2.1.1.5 Penyusunan Konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,
prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat
bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep
dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri
terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir.
32
Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan
memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih
sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :
Gambar 2.5 Langkah Metode Penyusunan Konsep
Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah menggunakan
prosedur pencarian eksternal dan internal, pencarian eksternal untuk konsep yang
sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru.
33
Pohon klasifikasi digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian
yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan
perbandingan dan pemangkasan. Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara
untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Jadi intinya pohon
klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara
sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian
sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya dapat dibuat sebuah
langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil,
seperti yang digunakan oleh proses.
2.1.1.6 Seleksi Konsep
Beberapa konsep yang sudah terbentuk pasti memilih kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Untuk itu seleksi konsep merupakan proses menilai
konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain,
membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau
lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Ada 7
kriteria yang menjadi dasar pemilihan sebuah konsep produk, yaitu:
1. Kemudahan penanganan
2. Kemudahan penggunaan
3. Kemudahan membaca ukuran (untuk alat yang memiliki alat ukur)
4. Akurasi pengukur dosis (untuk alat ukur)
34
5. Daya tahan
6. Kemudahan proses manufaktur
7. Mudah dibawa.
Metode pemilihan konsep sangatlah bervcariasi dilihat dari efektivitasnya.
Beberapa metode tersebut adalah:
Keputusan eksternal
Konsep-konsep dikembalikan kepada pelanggan, klien, atau beberapa
lingkup eksternal lainnya untuk diseleksi
Produk juara
Seorang anggota yang berpengaruh dari tim pengembangan produk
memilih sebuah konsep atas dasar pilihan pribadi.
Intuisi
Konsep dipilih berdasarkan perasaan. Kriteria eksplisit atau analisis
pertentangan tidak sigunakan. Konsep yang dipilih semata-mata yang
kelihatan lebih baik.
Multivoting
Tiap anggota tim memilih beberapa konsep. Konsep yang paling banyak
dipilih yang akan digunakan.
35
Pro dan kontra
Tim mendaftar tiap kelemahan dan kekuatan dari tiap konsep dan membuat
sebuah pilihan berdasarkan pendapat kelompok.
Prototype dan pengujian
Organisasi membuat dan menguji prototipe dari tiap konsep, lalu
menyeleksi berdasarkan data pengujian.
Matriks keputusan
Tim menilai masing-masing konsep berdasarkan kriteria penyeleksian yang
telah ditetapkan sebelum yang dapat diberi bobot.
Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks
keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan
serangkaian kriteria seleksi.
Gambar 2.6 Seleksi dan Penyaringan Konsep
Semua fase awal dari pengembangan produk sangat berpengaruh pada
kesuksesan produk. Proses seleksi konsep yang terstruktur akan membantu
36
mempertahankan objektivitas keseluruhan fase konsep dari proses pengembangan dan
menuntun tim pengembangan produk melalui proses yang kritis, sulit dan kadangkala
emosional. Secara khusus, metode seleksi konsep yang terstruktur memberikan
keuntungan potansial, diantaranya:
Produk terfokus pada pelanggan
Karena konsep secara eksplisit dievaluasi berdasarkan kriteria pelanggan,
seleksi konsep kemungkinan besar difokuskan kepada pelanggan.
Rancangan yang kompetitif
Dengan membandingkan (benchmarking) konsep dengan rancangan yang
sudah ada, desainer akan mengusahakan rancangan agar menyamai atau
melebihi penampilan pesaingnya pada beberapa dimensi kunci.
Koordinasi antara proses dan produk yang lebih baik
Evaluasi produk yang eksplisit dengan penekanan terhadap kriteria
manufaktur akan memperbaiki kemampuan produksi produk dan
menyesuaikan produk dengan kapabilitas proses dari perusahaan.
Mengurangi waktu untuk pengenalan produk
Sebuah metode yang terstruktur akan menjadi sebuah bahasa umum