BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan merupakan faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Berikut ini adalah beberapa definisi kualitas menurut beberapa ahli : 1. Deming (1982) ” kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang . ” 2. Feigenbaum (1991) ” kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakainnya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. ” 3. Juran (1962) ” kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. ” 4. Crosby (1979) ” kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness. ” 5. Scherkenbach (1991) ” kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut. ”
60
Embed
BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-01066-TI-bab 2.pdf · Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas
Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan merupakan faktor utama yang
menentukan kinerja suatu perusahaan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah
produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya.
Berikut ini adalah beberapa definisi kualitas menurut beberapa ahli :
1. Deming (1982) ” kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan
sekarang dan di masa mendatang . ”
2. Feigenbaum (1991) ” kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan
jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana
produk dan jasa tersebut dalam pemakainnya akan sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pelanggan. ”
3. Juran (1962) ” kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. ”
4. Crosby (1979) ” kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi
availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness. ”
5. Scherkenbach (1991) ” kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan
menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya
pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut. ”
29
6. Elliot (1993) ” kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan
tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan. ”
7. Goetch dan Davis (1995) ” kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan
dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi apa yang diharapkan. ”
Menurut perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia
(SNI 19-8402-1991), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau
jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara
tegas maupun tersamar.
Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya.
Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas
proses meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi
perusahaan manufaktur dan proses penyediaan jasa atau pelayanan bagi perusahaan
jasa.
30
2.2 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan suatu prosedur untuk mencapai sasaran mutu
yang telah ditetapkan. Pada umumnya ada 4 langkah dalam pengendalian mutu,
antara lain :
1. Menetapkan standar.
Standar merupakan dokumen, spesifikasi teknik atau sesuatu yang dibakukan,
disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait (stakeholders) dengan
memperhatikan syarat kesehatan, keamanan, keselamatan lingkungan, serta
berdasarkan pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang, untuk manfaat
sebesar - besarnya. Standar yang ditentukan meliputi : standar mutu biaya, standar
mutu-prestasi kerja, standar mutu - keamanan, standar mutu - keterandalan yang
diperlukan untuk produk tersebut.
2. Menilai kesesuaian.
Membandingkan kesesuaian antara produk yang dibuat, atau jasa yang ditawarkan,
dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Bertindak bila perlu.
Mengkoreksi masalah dan penyebabnya melalui faktor - faktor yang mencakup
pemasaran, perancangan, rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang
mempengaruhi kepuasan pemakai.
4. Merencanakan perbaikan
Mengembangkan suatu upaya yang kontinu untuk memperbaiki standar -standar
biaya, prestasi, keamanan, dan keterandalan.
31
2.3 Pengendalian Proses Statistik / Statistical Process Control (SPC)
2.3.1 Pengertian Statistical Process Control (SPC)
Pengendalian kualitas statistik ( statistical quality control ) adalah salah satu
teknik dalam TQM ( Total Quality Management ) yang digunakan untuk
mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui
penggunaan metode statistik. Penerapan metode-metode statistik dalam
perbaikan kualitas produk tidak dapat berhasil tanpa dukungan manajemen,
keterlibatan karyawan, dan kerja tim.
Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang
digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan
memperbaiki produk dan proses menggunakan metode statistik. Pengendalian
kualitas statistik ( statistical quality control ) sering disebut sebagai
pengendalian proses statistik ( statistical process control ).
Pengendalian proses statistik dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi
pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interpretasi
pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem
industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan
ekspektasi pelanggan.
Menurut Maleyeff (1994), pengendalian kualitas statistik mempunyai cakupan
yang lebih luas dari pengendalian proses statistik karena didalamnya terdapat
pengendalian proses statistik, pengendalian produk ( acceptance sampling ), dan
analisis kemampuan proses.
32
2.3.2 Variasi Dalam Konteks SPC
Dr. W. Edwards Deming menyatakan bahwa sasaran dari pengendalian
kualitas adalah mengurangi variasi sebanyak mungkin. Variasi adalah
ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga
menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output ( barang dan/atau jasa )
yang dihasilkan. Dengan mengetahui bagaimana suatu proses itu bervariasi
dalam menghasilkan output maka dapat diambil tindakan-tindakan perbaikan
terhadap proses itu secara tepat.
Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yang
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Variasi Penyebab Khusus ( Special Causes Variation ) adalah kejadian-
kejadian di luar sistem yang mempegaruhi variasi dalam sistem. Penyebab
khusus dapat bersumber dari faktor-faktor : manusia, peralatan, material,
lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola
nonacak sehingga dapat diidentifikasikan / ditemukan, sebab mereka tidak
selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada
proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses
statistik menggunakan peta-peta kendali atau kontrol ( control chart ), jenis
variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau
keluar dari batas-batas pengendalianyang didefinisikan (defined control
limits).
33
2. Variasi Penyebab Umum ( Common Causes Variation ) adalah faktor-faktor
di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya
variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga
sebagai penyebab acak atau penyebab sistem. Karena penyebab umum ini
selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkannya kita harus menelusuri
elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang dapat
memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem itu.
Dalam konteks pengendalian proses statistikal dengan menggunakan peta
kendali atau kontrol ( control chart ), jenis variasi ini sering ditandai dengan
titik-titik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang
didefinisikan ( defined control limits ).
2.3.3 Data
Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Berdasarkan
data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan
yang tepat berdasarkan pada fakta itu.
Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu :
1. Data Atribut ( Attributes Data ), yaitu data kualitatif yang dapat dihitung
untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas
adalah : ketiadaan label dalam kemasan produk, kesalahan proses administrasi
buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk, dll. Data atribut
34
biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformans atau
ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan.
2. Data Variabel ( Variables Data ) merupakan data kuantitatif yang diukur
untuk keperluan analisis. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas
adalah : diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam
kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen,
dll. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya
merupakan data variabel.
Dalam pengendalian proses statistikal untuk meningkatkan kualitas,
pengumpulan data bertujuan untuk :
1. Memantau dan mengendalikan proses.
2. Menganalisis hal-hal yang tidak sesuai ( non-conformance ).
3. Inspeksi.
2.3.4 Tujuh Alat Pengendalian Kualitas
2.3.4.1 Lembar Periksa ( Check Sheet )
Lembar periksa adalah suatu formulir, dimana item-item yang akan
diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat
dikumpulkan secara mudah dan ringkas.
35
Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk :
● Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui
bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari
penggunaan lembar periksa adalah membantu mentabulasikan
banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu.
● Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam
kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam
kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah,
dll.
● Menyusun data secara otomatis, sehingga data itu dapat dipergunakan
dengan mudah.
● Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berpikir bahwa kita
mengetahui sesuatu masalah atau menganggap bahwa sesuatu penyebab
itu merupakan hal yang paling penting. Dalam kaitan ini, lembar periksa
akan membantu membuktikan opini kita itu apakah benar atau salah.
Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam
langkah utama, sebagai berikut :
1. Menjelaskan tujuan pengumpulan data.
2. Identifikasi apa variabel atau atribut karakteristik kualitas yang sedang
diukur.
3. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini kita perlu
memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi berdasarkan pada
36
waktu ( misalnya : banyaknya kejadian per jam,per hari, per minggu,
per bulan, dll), berdasarkan tempat ( misalnya : banyaknya kejadian per
departemen, per shift, per mesin, dll), atau berdasarkan tempat dan
waktu ( misalnya : banyaknya kejadian per departemen per hari,
banyaknya produk cacat per mesin per jam, banyaknya produk cacat per
mesin per minggu, dll).
4. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam
kaitan ini kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lembar
periksa.
5. Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini kita
harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang
sedang diukur. Sebagai contohnya : banyaknya kali penyerahan
terlambat pada minggu pertama bulan Juni 1998, banyaknya produk
cacat yang dihasilkan oleh shift pertama dan kedua pada bulan Juni
1998, dll.
6. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab
masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan
perbaikan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya
berdasarkan opini.
37
Berikut ini adalah contoh lembar periksa untuk data variabel :
Tabel 2.1 Contoh Lembar Periksa Data Variabel Hasil Pemeriksaan
Deviasi 5 10 15 20 Frekuensi -10 -9 Spesifikasi Bawah
-8
-7 -6 -5 x 1 -4 x x 2 -3 x x x x 4 -2 x x x x x x 6 -1 x x x x x x X x x 9 Nilai Target = 8.300 cm
0 x x x x x x X x x x x 11
1 x x x x x x X x 8 2 x x x x x x X 7 3 x x x 3 4 x x 2 5 x 1 6 x 1 7 Spesifikasi Atas
8
9 10 T o t a l 55
38
Berikut ini adalah contoh lembar periksa untuk data atribut :
Tabel 2.2 Contoh Lembar Periksa Data Atribut Produk : Mainan Plastik Tgl./Bln./Thn. : 6-11 April 1998 Tahap Produksi : Akhir Seksi : Produksi Jenis Cacat : Tergores, Retak, Tidak Lengkap, Nama Pemeriksa : Amir Sanusi Tidak Serasi, dll. No. Lot : MP 4325, 4326, 4327 Banyak Produk Yang Diperiksa : 1000 unit No. Pesanan : PO 2365, 2366, 2367
Keterangan Untuk Semua Item Yang Diperiksa
Jenis Kerusakan Hasil Pemeriksaan Frekuensi Permukaan Tergores ///// ///// ///// // 17 Retak ///// ///// / 11 Tidak Lengkap ///// ///// ///// ///// ///// / 26 Bentuk Tidak Serasi ///// 5 Lain-lain /// 3 Total - 62
2.3.4.2 Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak
terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta
ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang
paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah
serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
39
Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi
untuk :
● Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah
atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.
● Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui
pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab
dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
Pembuatan diagram Pareto dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa
langkah di bawah ini :
1. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi kategori-
kategori atau penyebab-penyebab dari masalah yang akan
diperbandingkan. Setelah itu, merencanakan dan melaksanakan
pengumpulan data.
2. Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi
kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir
pengumpulan data atau lembar periksa.
3. Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian
dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif,
persentase dari total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara
kumulatif.
4. Menggambar dua buah garis yaitu sebuah garis vertikal dan sebuah
garis horisontal.
40
Garis vertikal
● Garis vertikal sebelah kiri : skala pada garis ini merupakan skala dari
nol sampai total keseluruhan dari variabel masalah yang terjadi
(misalnya total kerusakan produk).
● Garis vertikal sebelah kanan : skala pada garis ini adalah skala dari
0% sampai 100%.
Garis Horisontal
● Garis ini dibagi ke dalam banyaknya interval sesuai dengan
banyaknya item masalah yang diklasifikasikan.
5. Buatkan histogram pada diagram Pareto.
6. Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif ( total
kumulatif atau persen kumulatif ) di sebelah kanan atas dari interval
setiap item masalah.
7. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama
dari masalah yang sedang terjadi itu.
41
Berikut ini adalah contoh diagram Pareto :
MASALAH
Lain-lainBentuk Tidak Serasi
RetakPermukaan Tergores
Tidak Lengkap
FREQ
70
60
50
40
30
20
10
0
Percent100
50
05
11
17
26
Diagram 2.1 Contoh Diagram Pareto
Diagram Pareto terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Diagram Pareto Mengenai Fenomena
Diagram ini berkaitan dengan hasil-hasil berikut yang tidak diinginkan
dan digunakan untuk mengetahui apa masalah utama yang ada.
Contoh fenomena, antara lain :
● Kualitas : kerusakan, kegagalan, keluhan, item-item yang
dikembalikan, perbaikan (reparasi), dll.
● Biaya : jumlah kerugian, ongkos pengeluaran, dll.