5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Marketing Sebelum memasuki pengertian akan e-marketing, perlu dibahas pengertian akan kata marketing itu sendiri. Pengertian marketing menurut UK’s Chartered Institute of Marketing, mengutip Chaffeyet al. (2006:9), “Marketing is the management process responsible for identifying, anticipating and satisfying customer requirements profitably,” yang dengan kata lain mengatakan bahwa marketing merupakan proses bisnis yang berfokus pada konsumen untuk meraih keuntungan. Kotler dan Armstrong (2012:4) sendiri memiliki pengertian yang lebih singkat namun semakna: “Marketing is managing profitable customer relationships.” Menurut mereka, marketing atau pemasaran memiliki tujuan ganda yaitu menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai dan harga terbaik serta terus dan mengembangkan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan. Kedua pengertian tersebut menyinggung akan perlunya kesadaran untuk melayani konsumen sebaik mungkin dan di saat yang sama mendapatkan keuntungan dari upaya tersebut. Kotler dan Armstrong (2012:5) pun melanjutkan bahwa dewasa ini marketing harus dipahami tidak hanya melalui pengertian lama seperti “melakukan penjualan” saja, tapi dalam arti baru, yaitu “memuaskan konsumen”. Penjualan dan iklan hanyalah bagian dari “marketing mix”— sekumpulan marketing tool yang bekerjasama untuk memuaskan kebutuhan konsumen dan membentuk hubungan dengan konsumen. Kotler dan Armstrong pun mendefinisikan marketing sebagai suatu proses di mana perusahaan membuat nilai bagi konsumennyadan membuat hubungan yang kuat untuk mendapat nilai dari konsumen sebagai imbalannya. Bisa dinilai bahwa pengertian marketing menurut Kotler dan Armstrong sangat erat kaitannya dengan konsumen, dan terdapat penekanan yang cukup besar bagi perusahaan bukan untuk menjual produk yang ingin dijual/dibuat saja namun lebih pada memberikan apa yang konsumen inginkan atau memberi nilai tambah bagi konsumen.
28
Embed
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Marketinglibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-02138-SI Bab2001.pdf5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Marketing Sebelum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Marketing
Sebelum memasuki pengertian akan e-marketing, perlu dibahas
pengertian akan kata marketing itu sendiri. Pengertian marketing menurut
UK’s Chartered Institute of Marketing, mengutip Chaffeyet al. (2006:9),
“Marketing is the management process responsible for identifying,
anticipating and satisfying customer requirements profitably,” yang dengan
kata lain mengatakan bahwa marketing merupakan proses bisnis yang
berfokus pada konsumen untuk meraih keuntungan.
Kotler dan Armstrong (2012:4) sendiri memiliki pengertian yang
lebih singkat namun semakna: “Marketing is managing profitable customer
relationships.” Menurut mereka, marketing atau pemasaran memiliki tujuan
ganda yaitu menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai dan harga
terbaik serta terus dan mengembangkan pelanggan saat ini dengan
memberikan kepuasan. Kedua pengertian tersebut menyinggung akan
perlunya kesadaran untuk melayani konsumen sebaik mungkin dan di saat
yang sama mendapatkan keuntungan dari upaya tersebut.
Kotler dan Armstrong (2012:5) pun melanjutkan bahwa dewasa ini
marketing harus dipahami tidak hanya melalui pengertian lama seperti
“melakukan penjualan” saja, tapi dalam arti baru, yaitu “memuaskan
konsumen”. Penjualan dan iklan hanyalah bagian dari “marketing mix”—
sekumpulan marketing tool yang bekerjasama untuk memuaskan kebutuhan
konsumen dan membentuk hubungan dengan konsumen. Kotler dan
Armstrong pun mendefinisikan marketing sebagai suatu proses di mana
perusahaan membuat nilai bagi konsumennyadan membuat hubungan yang
kuat untuk mendapat nilai dari konsumen sebagai imbalannya. Bisa dinilai
bahwa pengertian marketing menurut Kotler dan Armstrong sangat erat
kaitannya dengan konsumen, dan terdapat penekanan yang cukup besar bagi
perusahaan bukan untuk menjual produk yang ingin dijual/dibuat saja namun
lebih pada memberikan apa yang konsumen inginkan atau memberi nilai
tambah bagi konsumen.
6
Definisi lain yang lebih luas akan marketing juga dikembangkan oleh
Dibb, Simkin, Pride dan Ferrell, mengutip Chaffeyet al. (2006:9): “Marketing
terdiri dari kegiatan individu dan organisasi yang memfasilitasi dan
memperlancar hubungan dalam kegiatan tukar-menukar yang memuaskan
dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, distribusi, promosi dan
pemberian harga atas barang, jasa dan ide-ide. ”Definisi yang satu ini lebih
menyoroti aktivitas pemasaran berbeda yang diperlukan untuk mencapai apa
yang disebut sebagai “hubungan dalam kegiatan tukar-menukar” (exchange
relationship), yang notabene adalah pengembangan produk, pemberian harga,
promosidan distribusi.
2.1.2 E-Marketing
Secara umum, internet marketing,electronic marketing, atau e-
marketing merupakan istilah yang bisa saling ditukar dan biasa dikaitkan
dengan penerapan teknologi komunikasi dan internet ke dalam sistem
marketing atau pemasaran dari perusahaan. Chaffey, Ellis-Chadwick, Mayer,
Johnston, (2006: 9) menyebutkan bahwa istilah internet marketing “...biasa
mengacu pada perspektif eksternal mengenai bagaimana internet bisa
digunakan secara bersamaan dengan media tradisional untuk mendapatkan
dan memberikan layanan bagi konsumen.”
Smith dan Chaffey (2013:15) E-Marketing, internet marketing atau
biasa di sebut juga sebagai digital marketing merupakan inti dari sebuah e-
business, dengan semakin dekatnya sebuah perusahaan terhadap pelanggan
dan memahaminya secara lebih baik, menambah nilai dari suatu produk,
memperluas jaringan distribusi dan juga meningkatkan angka penjualan
dengan menjalankan kegiatan e-marketing yang berdasarkan pada media
digital seperti pemasaran melalui mesin pencari, iklan online dan afiliasi
pemasaran. Hal ini juga termasuk dalam menggunakan situs web yang akan
menjadi sebuah fasilitas untuk memberikan informasi bagi pelanggan,
mempermudah proses penjualan dan suatu sarana yang dapat mengelola
layanan penjualan. Sama halnya dengan pemasaran pada umumnya, e-
marketing merupakan sebuah pola dalam berpikir, sebuah jalan yang dapat
dengan mudah menarik pelanggan di dalam semua aktivitas online contohnya
yaitu seperti memiliki satu grup user yang berbeda-beda untuk menguji
7
situsweb yang anda miliki dengan menggunakan browser yang berbeda,
pengaturan yang berbeda dan juga dengan koneksi internet yang berbeda.
Smith dan Chaffey, mengutip Chaffey , Ellis-Chadwick, Mayer,
Johnston,(2006:9), mengatakan bahwa e-marketing bisa digunakan untuk
meraih tiga tujuan:
• Identifying – Internet bisa digunakan sebagai riset pasar untuk
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen.
• Anticipating – Internet memberikan channel tambahan yang bisa
dipakai konsumen untuk mengakses informasi dan melakukan
pembelian.
• Satisfying– Kunci sukses dalam e-marketingadalah mencapai
kepuasan pelanggan melalui channel elektronik, yang mana
menimbulkan pertanyaan seperti:apakah situsnya mudah digunakan,
apakah performanya memadai, apa saja standar customer service yang
terkait dan bagaimana produk fisik diantarkan.
Mengenai bentuk e-marketing yang salah satunya bisa dilakukan melalui
pembuatan website, Chaffey dan Ellis-Chadwick, mengutip Chaffey dan
Smith (2013:12), mengidentifikasi bahwa terdapat lima jenis utama dari
online presence:
1. Situs e-commerce transaksional.
Perusahaan manufaktur, e-retailer, layanan travelatau
finansialmembuat produk yang ditawarkan tersedia secara online.
Kontribusi utamanya adalah melalui penjualan produk. Situs juga bisa
mendukung bisnis dengan memberikan informasi kepada konsumen
yang lebih memilih untuk membeli produk secara offline.
2. Situs pembangun hubungan berorientasi layanan atau lead-generation
web site.
Memberikan informasi untuk merangsang pembelian dan membangun
hubungan. Produk biasa tidak tersedia secara online. Informasi
diberikan melalui website, beserta e-mail marketing, untuk
menginformasikan keputusan pembelian. Kontribusi utamanya adalah
dengan mendorong penjualan secara offline dan menghasilkan
pertanyaan atau keinginan spesifik (biasa disebut lead, dalam kasuse-
marketing) dari konsumen potensial. Situs semacam ini juga bisa
8
memberi nilai tambah terhadap konsumen yang sudah ada dengan
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
3. Situs brand-building.
Memberikan suatu pengalaman untuk mendukung brand. Produk
biasanya tidak tersedia secara online, namun situs biasa digunakan
menjual pernak-pernik/merchandise. Fokus utamanya adalah untuk
mendukung suatu brand dengan memberikan pelayanan online dari
brand tersebut melalui content marketing yang terintegrasi dengan
media sosial. Biasa digunakan untuk produk bernilai rendah,
bervolume tinggi, dan bergerak dengan cepat.
4. Portal atau situs media.
Tujuan utama dari penerbit pihak ketiga ini adalah memberikan
informasi dan konten. Penerbit online memiliki berbagai pilihan
untukmenghasilkan pendapatan melalui iklan, pemasaran berafiliasi,
dan menjual akses terhadap suatu kontenmelalui sistem langganan
atau pay-per-view.
5. Jejaring sosial atau situs komunitas.
Situs yang memungkinkan interaksi komunitas antara konsumen yang
berbeda. Interaksi biasanya berbentuk komentar, balasan, pesan,
penilaian atas konten dan menandai konten dalam kategori tertentu.
Contoh yang populer termasuk Facebook dan LinkedIn, tapi masih
banyak komunitas niche penting lain yang mungkin harus
diperhatikan dalam pasar.Selain situs jejaring sosial, interaksi sosial
bisa diintegrasikan ke dalam tipe situslain melalui plug-in atau
application programming interfaces (API).
Dalam proyek skripsi ini, penulis merancang online presence jenis kedua,
lead-generation website, karena model tersebut lebih cocok jika menilai dari
cara kerja dan kebutuhan perusahaan pengembang, di mana perusahaan perlu
membangun relasi bagi shareholder hanya melalui online value proposition
yang bisa diberikan menggunakan channel online (seperti customer service
dan halaman portofolio proyek yang instan) dan menunjukkan informasi,
latar belakang, dan kemampuan perusahaan bagi calon rekanan atau
konsumen baru.
9
2.1.3 Orientasi Manajemen Marketing
Dalam merancang strategi marketing, Kotler dan Armstrong (2012:9-
11) mengemukakan lima filosofi sebagai panduan untuk organisasi dalam
merancang dan menjalankan strategi marketing mereka: konsep produksi,
produk, penjualan, marketing, dan marketing berbasis masyarakat.
1. Konsep Produksi
Konsep ini mendeskripsikan bahwa konsumen akan lebih tertarik pada
produk yang tersedia dengan harga yang terjangkau dan lebih rendah,
sehingga organisasi harus lebih fokus pada perkembangan efisiensi
distribusi dan produksi.
2. Konsep Produk
Konsep ini menjelaskan bahwa konsumen akan lebih menyukai
produk dengan kualitas yang terjamin, nilai guna yang tinggi, dan
memiliki inovasi baru, dengan demikian strategi e-marketing harus
disesuaikan denganterus mempertahankan dan memperbaiki kualitas
produk.
3. Konsep Penjualan
Konsep penjualan berasumsi pada tingkat penjualan berbanding
dengan ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut, sehingga
perusahaan biasa melakukan promosi dan iklan secara besar-besaran.
Biasa digunakan untuk barang-barang yang jarang dibeli masyarakat
umum.
4. Konsep Pemasaran
Konsep yang mengemukakan bahwa pencapaian dari tujuan organisasi
berdasarkan pada pengetahuan dan kebutuhan yang menjadi sebuah
target pasar agar seusai dengan apa yang pasar inginkan sehingga
dapat lebih baik dari para pesaingnya. Perusahaan akan lebih terfokus
pada penjualan dan keuntungan dari nilai konsumennya.
5. Konsep Pemasaran Berbasis Masyarakat
Konsep pemasaran yang berfokus pada lingkungan masyarakat,
melakukan relasi antara organisasi dan masyarakat dengan cara
memberikan sebuah peninjauan terhadap lingkungan masyarakatnya,
contohnya dengan menerapkan pemasaran yang bersifat ramah
lingkungan.
10
Gambar 2.1.Perbedaan konsep penjualan dan marketing, di mana
penjualan fokus pada menjual produk yang dibuat perusahaan sementara
marketing fokus pada memuaskan kebutuhan konsumen (Kotler dan
Armstrong, 2012)
2.1.4 Media Sosial
Terdapat berbagai macam pengertian singkat untuk media sosial (atau
kadang juga disebut sebagai jejaring sosial), namun esensinya, jejaring sosial
online merupakan situs internet yang menampung dan mendukung suatu
jaringan dari berbagai profil dan hubungan para penggunanya,
memungkinkan pengguna terdaftar untuk membuat dan saling berbagi konten
atau melakukan diskusi. Media sosial telah menjadi komponen sehari-hari
para penggunanya, membantu mereka dalam menjaga hubungan dengan
teman, atau berhubungan dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan
yang sama. (Anonim: 2013). Terdapat berbagai macam website media sosial,
di internet, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Tumblr, Path, dan
sebagainya. Di Indonesia sendiri Anand Tilak, Head of Facebook Indonesia,
mengungkapkan bahwa terdapat 69 juta pengguna aktif Facebook dengan
pangsa pasar sebesar 98 persen (tekno.kompas.com), membuat Indonesia
meraih posisi keempat pengguna Facebook terbanyak di dunia. Mengutip
Muklason dan Aljawiy, Facebook sendiri didirikan pada 4 Februari 2004 dan
telah mengembangkan berbagai ragam aplikasi yang dapat di-install para
penggunanya. Aplikasi-aplikasi inilah yang memberikan nilai tambah bagi
Facebook. Aplikasi yang dikembangkan banyak yang mendukung bisnis dan
pekerjaan seperti menjual atau membeli barang (Muttaqin: 2011).
11
2.2 Teori Khusus
2.2.1 SOSTAC
SOSTAC merupakan kependekan dari “Situation analysis, Objectives,
Strategy, Tactics, Actions, and Control,” yang mana merupakan suatu teori
metode perancangan sistem e-marketing yang dicetuskan oleh PR Smith.
Chaffey dan Smith (2013:3) menjelaskan pengertian dari tiap tahap-tahap
yang ada sebagai berikut:
• Situation analysis, yang menanyakan, “posisi [online] kita saat ini di
mana?” Variabel yang dapat dinilai diantaranya seperti, pertumbuhan
pengguna atau pengunjung situsdan perubahan yang terjadi dalam
marketplace industri.
Chaffey dan Smith (2013:541) menyebutkan, terdapat beberapa area
uji umum yang sudah terbukti dan teruji untuk menganalisis variabel-
variabel tersebut:
o KPI – key performance indicators yang mengidentifikasi
kriteria sukses bisnis, hasil, data, dan perbandingan terhadap
suatuacuan tertentu.
o Analisis SWOT– mengidentfikasi kekuatan dan kelemahan
(Strength and Weakness) internal, serta kesempatan dan
ancaman (Opportunity and Threat) eksternal.
o PEST – variabel politik, ekonomi, sosial,dan teknologi yang
membentuk pasar.
o Konsumen – Berapa banyak yang konsumen yang mengakses
internet, apakah ada segmen baru yang muncul.
o Kompetitor – Siapa saja dan apakah pesaing baru merupakan
pemain ‘murni online’ atau competitor “bricks and clicks”
seperti biasa?
o Distributor – apakah perantara online baru (contoh, jaringan
afiliasi) muncul sementara distributor offline lama bermigrasi
ke online?
• Objectives, yang menanyakan, “Kemana arah perusahaan yang kita
inginkan?” Hal apa saja kah yang bisa didapat perusahaan melalui
channel online dan apa saja keuntungannya.
12
Di tahap ini, perusahaan biasa menggunakan “5S” sebagai tujuan
utama, alasan, atau melihat keuntungan yang didapat menggunakan
channel online, yang mana harus perusahaan manfaatkan.
• Strategy, yang menanyakan “Bagaimana kita bisa sampai ke tujuan?”
Tahap strategi menyimpulkan langkah apa saja yang harus diambil
agar perusahaan bisa melaksanakan Objectives atau tujuan yang sudah
ditetapkan. Online value propositions (OVPs) apa yang harus dibuat,
penempatanapa yang bisa mendorong marketing mix da npromotional
mix, hingga strategi kontak untuk segmen-segmen yang berbeda, dan
channel media digital apa yang harus dipilih.
• Tactics, yang mengulas tactical tools serta detil marketing mix dan
communications mix yang dipakai.
• Actions, mengacu pada perencanaan “aksi” (kegiatan) marketing dan
kemampuan esensial anggota, seperti kemampuan manajemen proyek.
• Control, melihat apakah “e-efforts” yang dijalankan berhasil mencapai
tujuan, dan apakah perlu dilakukan perbaikan.
2.2.2 KPI
KPI merupakan singkatan dari key performance indicator. Smith dan
Chaffey (2013:593) menjelaskan KPI sebagai langkah-langkah kunci yang
dikumpulkan untuk menilai apakah tujuan organisasi tercapai. Variabel dalam
KPI dapat digunakan untuk menilai keadaan internal organisasi ataupun
sebagai perbandingan dengan organisasi lain.
KPI yang umum digunakan untuk menilai aktivitas online internal,
menurut Smith dan Chaffey (2013:541-542) diantaranya adalah:
• Permintaan atau leads.
• Penjualan.
• Pangsa pasar.
• ROI (return on investment).
• Pendapatan online atau kontribusi pada layanan.
KPI lain termasuk:
• Unique visitors (Pengunjung unik) – jumlah pengunjung individual,
terpisah yang mengunjungi situs (biasanya dihitung per bulan).
13
• Conversion rates to different goals (Tingkat konversi menjadi tujuan
berbeda) – persentase pengunjung dikonversi menjadi pelanggan (atau
menjadi konsumen). Hal ini sangatlah penting untuk e-marketing.
Ambil lah sebagai contoh. 2 persen dari 5.000 pengunjung situs dalam
satu bulan dikonversi menjadi 100 konsumen yang melakukan
pemesanan. £10.000 biaya dibagi dengan 100 konversi = £100 biaya
per pesanan. Sekarang bayangkan jika tingkat konversi
dilipatgandakan, atau lebih baik lipatempatkan menjadi 8 persen;
maka bisa mendapat £25 biaya per pesan. Pengaruh yang diakibatkan
oleh meningkatnya tingkat konversi amatlah besar – pendapatan
meningkat dan persentase biaya marketing menurun.
• Total numbers of sessions or visits to a web site (Jumlah total sesi atau
kunjungan pada situs web) (lupakan “hits”– itu adalah ukuranyang
salah, karena ketika halaman web diunduh ke PC, sejumlah data
terkirim atau “hits” terjadi, biasanya satu untuk tiap file HTML dan
grafis. Teknisi TI perlu mengukur “hits” karena dapat membantu
mereka merencanakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan situs secara efisien; sebagai seorang e-marketer, lebih
diperlukan untuk mengukur jejak halaman (page impressions) karena
itu merupakan pengukur traffic konsumen ke dalam situs, dan bagi
advertiser hal tersebut sama dengan pengukur lain seperti
“opportunities to view”).
• Repeat visits (Kunjungan berulang). Rata-rata jumlah kunjungan per
individu. Jumlah total sesi dibagi dengan jumlah pengunjung unik.
Perbaharui situs dengan lebih sering dan orang-orang juga akan lebih
sering datang. Kukis (cookies) bisa membantu melacak kunjungan
berulang. Ingatlah untuk selalu mendapatkan ijin sebelum
memasukkan kukis ke PC orang lain.
• Duration (Durasi) – rata-rata jangka waktu yang dihabiskan
pengunjung dalam situs (namun harus diingat dalam beberapa area
situs, seperti penjualan online atau customer service, durasinya harus
bisa diminimalisir). Pengukuran yang serupa adalah jumlah halaman
yang dilihat per pengunjung.
14
• Most popular pages or most popular product(Halaman paling populer
atau produk paling populer) – bisa diidentfikasi dengan melihat
halaman apa yang paling menarik traffic paling banyak dan dengan
durasi terlama. Beberapa situs e-commerce dan media besar selalu
memperhatikan hal ini setiap harinya atau bahkan tiap jam sehingga
ketika mereka melihat sesuatu menjadi populer, mereka mendorong
konten tersebut ke halaman depan situs untuk mendorong traffic
semakin tinggi untuk jangka waktu tertentu.
• Subscription rates (Tingkat langganan) – jumlah pengunjung yang
berlangganan layananseperti opt-in email dan newsletters.
• Churn rates (Tingkat keluar) – persentase pelanggan keluar atau
berhenti berlangganan (setelah mendapat email).
• Clickthrough rates (CTR) (Tingkat klik) – dari iklan banner atau
tautan web dari situs lain.
• Social media engagement and ROI (Keterlibatan media sosial dan
ROI) – kontak sosial baru, menyebarkan pembicaraan, polaritas
pembicaraan dan penjualan yang dipengaruhi media sosial.
Semua KPI di atas bisa dihitung dan digunakan sebagai sasaran (objective),
dan selalu dinilai.
Media sosial seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lain-lain
merupakan channel yang sangat berpangsa besar dalam lingkungan internet
Indonesia yang terus berkembang setiap harinya.Pertengahan tahun 2014
kemarin, Kemenkominfo (kominfo.go.id, 2013) mengungkapkan bahwa
pengguna internet di Indonesia telah mencapai angka 82 juta jiwa. Dan
menurut Kepala Facebook Indonesia, mengutip Kompas Tekno
(tekno.kompas.com, 2014), terdapat 69 juta pengguna aktif Facebook di
negara ini, dengan pangsa pasar sebesar 98 persen. Sementara itu, media
sosial lain seperti Twitter, WhatsApp, Line, dan Instagram masih tertinggal
jauh dengan pangsa pasar tidak mencapai setengahnya: 44 persen, 21 persen,
10 persen, dan 5 persen, secara berurutan. Dengan besarnya kesempatan yang
bisa diraih melalui channel ini, seringkali perusahaan harus menilai performa
kompetitor dan organisasi lain dalam memanfaatkan media sosial untuk
menarik pengunjung dan mengkonversi mereka menjadi konsumen.
15
Untuk membantu melakukan penilaian, Smith dan Chaffey (2013:225)
telah merumuskan beberapa KPI yang bisa digunakan untuk melacak baik
kompetitor maupun diri sendiri:
• Reach and influence KPIs
o Share of voice (angka, persen) – jumlah orang yang
membicarakankata kunci brand dan kategoridi media sosial.
o Sentiment (polaritas diskusi, persen) – berapa banyak yang
menilai positif suatu brand.
• Engagement KPIs
o Network size and growth – hal yang jelas – jumlah fan atau
follower pada media sosial utama.
o Social sharing – sejauh mana konten dibagi melalui jaringan –
Retweet di Twitter, Likes di jaringan sosial lainnya.
o Engagement (persen) – melalui konten user-generatedpada
situs.
2.2.3 SWOT
Dalam upaya menganalisis kondisi internal perusahaan dan kondisi
pasar, maka perancang dapat menggunakan strategi analisis SWOT –
Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Strategi ini mengumpulkan
perusahaan secara spesifik dan unik serta melihat kesempatan (opportunity)
dan ancaman (threat) eksternal perusahaan seperti keadaan pasar dan konflik-
konflik dengan shareholder atau pihak-pihak yang terlibat, dan kemudian
mencari strategi terbaik yang bisa dijalankan melalui analisa atas alternatif-
alternatif kondisi yang ada.
Teknik ini diciptakan oleh Albert Humphrey.Latar belakang dibuatnya
SWOT muncul dari kebutuhan untuk mengetahui mengapa perencanaan
perusahaan. Pengaplikasian SWOT tidak hanya terbatas pada organisasi yang
mencari keuntungan. Menurut Wenzhong, mengutip Chan (2011) “[SWOT]
is an effective way of gathering and classifying information,illustrating
particular matters, and generating strategic planning ideas for a business.”
SWOT bisa digunakan untuk perencanaan bisnis, perencanaan strategis,
evaluasi kompetitor, marketing, pengembangan bisnis dan produk serta
16
laporan hasil riset. Juga bisa digunakan dalam berbagai macam situasi
pembuatan keputusan dimana tujuannya sudah ditentukan.
Tabel 2.1 Tabel Analisis SWOT, Sumber: Emarketing
Excellence, Chaffey dan Smith (2013)
Strength
1. Brand yang ada
2. Konsumen yang
ada
3. Jalur distribusi
yang tersedia
Weakness
1. Persepsi atas
brand
2. Penggunaan
perantara
3. Teknologi/
kemampuan
4. Dukungan x-
channel
Opportunity
1. Cross-selling
2. Pasar baru
3. Layanan baru
4. Kerjasama/
crossbranding
Strategi SO
Meningkatkan kekuatan
perusahaan untuk
memaksimalkan
peluang = strategi
menyerang
Strategi WO
Membalas kelemahan
perusahaan dengan
memanfaatkan peluang
yang ada = membangun
kekuatan untuk strategi
menyerang
Threat
1. Pilihan
konsumen
2. Pendatang baru
3. Produk lain
4. Konflik dengan
channel
Strategi ST
Meningkatkan kekuatan
perusahaan untuk
meminimalkan
ancaman = strategi
bertahan
Strategi WT
Membalas kelemahan
perusahaan dan
ancaman dari luar =
membangun kekuatan
untuk strategi bertahan
17
Chaffey dan Smith (2013: 544) menjelaskan, dalam melakukan analisis
SWOT, marketer harus memperhatikan kekuatan dan kelemahan perusahaan
jika menggunakan channel online dan tactical tool apa sajayang dimengerti.
Untuk itu, pihak marketer dapat mengulas beberapa poin sebagai berikut:
• Database konsumen – apakah besar, sudah berjalan, rapih dan
terintegrasi? Bisakah memberikan komunikasi personal (satu-antar-
satu) melalui semua tool komunikasi baik online ataupun offline?
• Customer care secara online – jelek atau luar biasa? Apakah
kecepatan respon atau penyelesaian atas suatu masalah meningkat atau
menurun? Diukur atau tidak?
• Situs web – apakah memiliki desain berpusat pada penggunayang
efektif untuk mengubah jumlah pengunjung menjadi suatu hasil?
Apakah menggunakan skenario konsumen dan percobaan
penggunaan?
• Database terintegrasi – apakah semua tool onlinedanofflineterhubung?
• Kampanye email – apakah mampu memberikan hasil?
• Web links – apakah acuan atas tautan situsdihasilkan dari berbagai
sumber?
• Iklan atau sponsor – apakah rasio klik per kunjungan dan biaya yang
dikeluarkan untuk akuisisi konsumen menguntungkan?
• Mobile marketing – apa saja pengalaman yang dimiliki (jika relevan)
mengenai kampanye melalui ponsel?
• Interactive TV – relevan dengan marketplace atau tidak, punya
pengalaman dengan media ini atau tidak?
Chaffey dan Smith (2013: 547) melanjutkan,‘kesempatan dan ancaman’,
diakibatkan oleh terus terjadinya perubahan pada lingkungan bisnis.
Perubahan bisa timbul dari faktor-faktor “PEST”, politik, ekonomi, sosial,
dan teknologi. Kesempatan dan ancaman eksternal juga bisa ditampilkan
melalui perubahan dalam aspek marketplace seperti perilaku konsumen atau
strategi baru yang digunakan perantara atau kompetitor.