3 BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Teori Layout Menurut Ambrose, G., & Harris, P.A. (2015:9) dalam buku berjudul Basics Design: Layout, layout atau tata letak adalah penataan elemen-elemen desain dalam kaitannya dengan ruang yang ditempati dan sesuai dengan skema estetika keseluruhan. Tujuan utama dari tata letak adalah untuk menyajikan elemen-elemen visual dan tekstual yang akan dikomunikasikan agar memungkinkan pembaca untuk menerimanya dengan baik. Dengan tata letak yang baik, jika ada informasi yang cukup kompleks, pembaca dapat dinavigasi dan dibantu dengan adanya tata letak. Dalam membuat layout juga harus mengatur hierarki sebuah elemen. Dimana hirarki dalam tata letak bisa mempengaruhi visual serta membuat prioritas entah itu elemen, informasi atau juga gambar. Gambar 2.1 Contoh Sketsa Layout Sumber: interaction-design.org Menurut Dabner, D., Stewart, S., & Vickress, A. (2017:43) David Dabner, Sandra Stewart, Eric Zempol dan Abbie Vickress dalam buku berjudul
25
Embed
BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 3. 29. · 3 BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Teori Layout
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Teori Layout
Menurut Ambrose, G., & Harris, P.A. (2015:9) dalam buku berjudul
Basics Design: Layout, layout atau tata letak adalah penataan elemen-elemen
desain dalam kaitannya dengan ruang yang ditempati dan sesuai dengan skema
estetika keseluruhan.
Tujuan utama dari tata letak adalah untuk menyajikan elemen-elemen
visual dan tekstual yang akan dikomunikasikan agar memungkinkan pembaca
untuk menerimanya dengan baik. Dengan tata letak yang baik, jika ada
informasi yang cukup kompleks, pembaca dapat dinavigasi dan dibantu dengan
adanya tata letak.
Dalam membuat layout juga harus mengatur hierarki sebuah elemen.
Dimana hirarki dalam tata letak bisa mempengaruhi visual serta membuat
prioritas entah itu elemen, informasi atau juga gambar.
Gambar 2.1 Contoh Sketsa Layout
Sumber: interaction-design.org
Menurut Dabner, D., Stewart, S., & Vickress, A. (2017:43) David
Dabner, Sandra Stewart, Eric Zempol dan Abbie Vickress dalam buku berjudul
4
Graphic Design School A Foundation Course for Graphic Designers Working
in Print, Moving Image and Digital Media, grid dapat membagi area menjadi
unit yang proporsional, membuat visual keseluruhan berstruktur, dan
membantu menyatukan semua elemen visual sehingga menjadi suatu kesatuan
yang baik.
Pada perancangan publikasi buku ini, penulis menggunakan sistem
modular grid, terbentuk dari 6 kolom dan 7 baris.
Gambar 2.2 Modular Grid
Sumber: Penulis
2.1.2 Teori Tipografi
Tipografi dalam desain komunikasi visual bekerja sebagai ilmu atau
strategi yang melibatkan metode kerja penataan layout, bentuk, ukuran dan sifat
yang semuanya memiliki tujuan tertentu terutama estetika. Menurut Dabner,
D., Stewart, S., & Vickress, A. (2017: 62) tipografi adalah proses mengatur
huruf, kata, dan teks untuk hampir semua konteks, dan merupakan salah satu
alat paling penting yang dikuasai desainer untuk komunikasi visual yang
efektif. Dalam desain, tipografi adalah manifestasi visual dari bahasa,
memanfaatkan semua kualitas ekspresif dan praktisnya, dan memberikan
keunikan di mana seni, sains, dan komunikasi terhubung. Menurut Anggraini
S., L. & Nathalia, K. (2014) pada buku Desain Komunikasi Visual: Dasar-
5
Dasar Panduan untuk Pemula mereka menjelaskan bahwa penggunaan tipografi
yang kurang diperhatikan dapat mempengaruhi desain yang indah, terlebih juga
tidak komunikatif. Dalam membuat perencanaan suatu karya desain,
keberadaan elemen tipografi harus diperhitungkan karena dapat mempengaruhi
susunan kuasa (hierarki) dan keseimbangan karya desain.
Dalam pemilihan huruf, setidaknya harus memperhatikan dua hal yang
mendasar, yaitu karakter produk yang akan ditonjolkan dan karakter segmen
pasarnya. Sebagai contoh, publikasi buku yang akan penulis buat bertemakan
minimalis maka dari itu, saya menggunakan jenis huruf yang menggambarkan
karakteristik sekaligus memberikan kesan minimalis.
Menurut Kliever J. (2019) minimalis menemukan pergerakannya
sebagai desain pada awal era 20-an. Pernyataan terkenal untuk desain
minimalis berasal dari seorang arsitek bernama Ludwig Mies van der Rohe:
“Less Is More”. Seni minimalis berkembang di tahun 1960an di Amerika.
Mirip dengan gerakan seni De Stijl (yang mendorong kesederhanaan dan
abstraksi dengan mengurangi desain hanya pada bentuk dan warnanya yang
esensial), pelukis bereaksi terhadap seni “abstrak-ekspresionisme” hingga
akhirnya hanya menggunakan bentuk geometris yang belum sempurna dalam
karya seninya dan tidak menambahkan hiasan apapun atau elemen-elemen
lainnya. Bersamaan dengan itu, pengaruhnya mulai masuk di berbagai lapangan
desain, dari arsitektur dan mebel sampai pembuatan film dan desain cetak.
Sekarang minimalis sudah menemukan popularitasnya, terlihat pada
produk-produk Apple dan cara kemasannya, serta pada logo Google yang baru.
Penggunaan font pada produk Apple memiliki desain yang minimalis dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
• Garis yang bersih dan ujung yang tumpul, bentuk geometris;
• Keterbacaannya baik; yang dimaksud disini adalah bentuk huruf
secara keseluruhan, huruf kecil yang cukup tinggi, dan bentuk
huruf yang mudah dikenali;
6
Gambar 2.3 Tipografi Pada Produk Apple
Sumber: developer.apple.com
Gambar 2.4 Tipografi Pada Produk Apple Iphone
Sumber: learnui.design.com
Gambar 2.5 Tipografi Pada Logo Baru Google
Sumber: designforhackers.com
2.1.2.1 Legibility dan Readability
Kedua prinsip pokok desain tipografi mempunya tujuan utama,
yaitu untuk memastikan agar informasi yang ingin disampaikan melalui
7
suatu karya desain komunikasi visual dapat tersampaikan dengan tepat
kepada pembaca.
Menurut Lieberman, J. B. (1978) mengatakan ada dua hal yang
akan menentukan kesuksesan desain terkait dengan penggunaan
tipografi yaitu legibility dan readability.
Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu
karakter atau huruf tanpa harus bersusah payah. Legibility suatu kata
atau kalimat dapat dilihat dari kerumitan desain huruf dan penggunaan
warna.
Dan menurut Lieberman, J. B. (1978:85) readability adalah
kemudahan dimana mata dapat menyerap pesan dan bergerak sepanjang
garis. Readability juga merupakan penggunaan huruf dengan
memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat
jelas. Jarak antar huruf tidak dapat diukur secara matematika, tetapi
harus dilihat dan dirasakan. Ketidaktepatan penggunaan spasi dapat
mengurangi kemudahan membaca informasi sehingga mengakibatkan
pesan yang disampaikan tidak seluruhnya ditangkap oleh pengamat.
Gambar 2.6 Legibility dan Readability
Sumber: medium.com
2.1.3 Teori Warna
Menurut Dabner, D., Stewart, S., & Vickress, A. (2017: 96) warna
adalah alat yang ampuh, terutama dalam mendesain informasi, di mana warna
digunakan untuk membantu perancangan mengatur data ke dalam berbagai
struktur, dan untuk membantu ‘pengalaman’ membaca suatu desain. Psikolog
telah membuktikan bahwa warna dapat menangkap suatu objek sebelum
melihat bentuk dan detailnya. Karena warna bekerja pada level dasar tersebut,
8
warna sangat baik dalam menjaga hal-hal yang telah ditetapkan, memperkuat
hierarki informasi, membimbing mata melalui sistem dan data yang kompleks,
dan membantu navigasi melalui ruang fisik.
Warna merupakan unsur penting dalam objek desain. Warna dapat
menyampaikan pesan atau membedakan sifat secara jelas. Warna dapat
menarik perhatian dan meningkatkan mood. Pemakaian warna yang kurang
tepat dapat mengurangi nilai keterbacaan, dan bahkan menghilangkan minat
untuk membaca. Jika digunakan dengan tepat, warna dapat membantu
menciptakan mood dan membuat elemen lebih bermakna. Pada pembuatan
publikasi buku ini saya akan menggunakan warna cokelat muda, cream dan
pastel pink, dan biru.
Menurut Gengli, L. (2018:27) warna cokelat adalah warna yang earthy
yang memancarkan stabilitas dan keandalan akal. Ini juga memunculkan
asosiasi dengan hal-hal organik dan alami, seperti tekstur kayu dan batu.
Dengan makna, dapat diandalkan, stabil, alami, organik, serius dan hangat.
Warna cokelat juga menenangkan pikiran sekaligus menciptakan perasaan
earthiness.
Gambar 2.7 Color Palette
Sumber: Penulis
Warna biru melambangkan ketenangan, sensitif, dan kepercayaan.
Sedangkan warna hijau melambangkan alam, kehidupan, dan symbol
kesehatan, serta natural. Dan juga warna cokelat muda memberikan kesan
fleksibel, tenang, damai, menenangkan pikiran, memiliki sifat seimbang,
natural dan dekat dengan lingkungan.
9
Warna pastel terasa ringan, lembut, dan menenangkan. Mereka bekerja
dengan baik dengan warna-warna netral untuk menciptakan perasaan
earthiness.
2.1.4 Teori Semiotika
Menurut Dabner, D., Stewart, S., & Vickress, A. (2017: 23) disebutkan
bahwa semiotika adalah sistem yang menghubungkan benda, kata, dan gambar
dengan makna melalui petanda dan ditandakan.
Dabner, D., Stewart, S., & Vickress, A. (2017: 23) mengatakan bahwa
Ferdinand de Saussure umumnya diakui sebagai bapak semiotika. Teorinya
membagi tanda atau semua hal yang mewakili makna, terbagi dalam dua
kategori: petanda dan penanda. Petanda adalah simbol yang mewakili sesuatu
yang dapat menggali makna; yang ditandakan adalah objek atau makna actual
yang diwakilinya. Misalnya, simbol universal, atau penanda untuk toilet umum
pria dan wanita memiliki pengenalan instan yang melampaui bahasa, dan yang
ditandakan adalah toilet yang sebenarnya. Jenis kosa kata non-verbal dari
tanda-tanda ini memiliki relevansi yang meningkat dalam jangkauan global
komunikasi kontemporer dan ketika dirancang dengan baik, dapat
memerintahkan pengakuan instan.
Thabroni G. (2018) mengatakan semiotika diambil dari kata bahasa
Yunani: semeion, yang berarti tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili
sesuatu; metafora. Proses mewaikili itu terjadi pada saat tanda itu ditafsirkan
hubungannya dengan yang diwakilinya, bisa berupa bentuk atau warna dalam
karya senirupa. Proses tersebut disebut semiosis.
Semiosis adalah suatu proses dimana suatu tanda berfungsi sebagai
perwakilan dari apa yang ditandainya. Hal yang menjadi fokus dalam kajian
semiotika disini adalah semiosis itu sendiri, yaitu proses yang memadukan
entitas yang disebut sebagai representasi dari entitas yang diwakili tersebut
yang disebut objek. Proses semiosis sering disebut sebagai signifikansi.
2.1.5 Teori Desain Minimalis
Berikut ini merupakan teori tentang Less Is More menurut Gengli, L.
& Sundae L. (2014: 20), Less, menghilangkan apa pun yang tidak memiliki
10
alasan untuk berada pada suatu karya. Less, lebih efisien. Tidak mengalihkan
keindahan dan kegairahan produk di dalamnya. Tidak mencoba membodohi
pelanggan dengan janji yang tidak jelas dan rumit untuk mencemari desain.
Less, membentuk pandangan yang jelas dan jujur tentang siapa klien melalui
analisis, melibatkan perasaan pemirsa, dan menyampaikan esensi secara
langsung. Dan berikut ini akan dijabarkan lanjutan teori Less Is More :
1. Kurang itu menyenangkan. Sangat mengesankan. Merupakan pemilihan
warna yang cermat.
2. Kurang adalah menghilangkan semua elemen yang tidak perlu. Mengirim
pesan dengan cara yang paking ringkas.
3. Kurang itu menjauhi objek dari detail dan elemen yang di hiasi.
4. Kurang adalah cara komunikasi. Memungkinkan warna yang kaya dari
produk berbicara sendiri.
5. Desain minimal memberikan istirahat bagi pikiran yang kelelahan. Jika
dieksekusi dengan baik, itu mungkin juga menambah rasa keanggunan.
Kesederhanaan dalam desain akan memfasilitasi kelayakan aplikasi di
semua jenis media, dengan nilai estetika dan fungsional dipertahankan.
6. Desainer yang minimalis adalah orang yang memberikan alat berpikir untuk
memulai pikiran mereka. Jika desainer memberi lebih sedikit, pemirsa
memiliki lebih banyak ruang untuk menangkap pesan dengan cara mereka
sendiri.
7. “Sederhana” seperti yang terlihat, untuk mencapai desain minimal yang
memadai sebenarnya menantang karena keterbatasan jumlah elemen.
Adalah bijaksan untuk fokus pada satu titik dalam desain daripada
menggabungkan berbagai ide. Untuk mencapai intensitas, elemen lain
diperlukan untuk memperkuat efeknya. Tipografi dan “ruang putih” penting
untuk menciptakan desain elegan yang cerdas.
Yana H. (2020) mengatakan gerakan minimalis dimulai pada abad ke-
20 dan dapat ditemukan dalam semua bentuk seni. Idenya adalah memiliki
karya seni dengan jumlah, warna, bentuk, tekstur dan garis yang minim.
Seorang arsitek bernama Ludwig Mies van der Rohe mengungkapkan
“Less Is More” yang artinya kesederhanaan memiliki nilai yang lebih. Desain
11
dibuat hanya untuk komponen yang diperlukan, menggunakan palet yang
netral, tipografi yang kuat sehingga menjadi titik fokus.
Menurut Kay-Kok S. (2019), fotografi minimalis dapat dirangkum
dalam satu kutipan dari Leonardo da Vinci: “Kesederhanaan adalah
kecanggihan tertinggi”. Dengan mengupas foto hingga ke esensi yang kosong,
fotografer minimalis menunjukkan betapa dahsyatnya kesederhanaan. Tidak
ada kekacauan yang mengalihkan perhatian penonton dari subjek utama.
Mereka melihat persis apa yang diinginkan oleh fotografer.
Dengan memilih elemen dengan hati-hati, agar tetap minim dan harus
mencerminkan sesuatu yang menarik dan indah, seperti objek-objek sederhana,
yakni batu di pasir atau kayu di dalam air, dan bahkan benda-benda biasa dapat
digunakan untuk mencapai beberapa bidikan indah. Berikut adalah contoh
fotografi minimalis :
Gambar 2.8 Seni Fotografi Minimalis 1
Sumber: noupe.com
Gambar 2.9 Seni Fotografi Minimalis 2
Sumber: noupe.com
12
Gambar 2.10 Seni Fotografi Minimalis 3
Sumber: noupe.com
2.1.6 Teori Publikasi Buku
Menurut Safanayong, Y. (2006:78) selain pemilihan material, teknik
cetak dan finishing, berikut ini akan dijabarkan pemaparan bagian-bagian yang
penting dari proses kreatif dalam membuat sebuah publikasi buku.
• Cover
Hardcover dan Softcover (paperback)
o Jaket Buku (untuk hardcover)
o Cover Depan atau Muka
- Judul, subjudul, pengarang atau penulis atau
editor
- Logo penerbit, judul seri
o Punggung (tulisan dibaca dari atas kebawah)
- Judul, penulis
- Logo penerbit
o Cover Belakang
- Biografi penulis dan blurb
- Barcode dan ISBN atau ISSN
o Flap Jaket
- Uraian singkat atau teaser copy (pada flap depan)
13
- Biografi penulis dan potret (pada flap belakang)