BAB 2 KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Laba Komersial Menurut IAI (2007) dalam PSAK 23, penghasilan (income) berarti suatu penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Laba akuntansi atau laba komersial adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu (Harahap, 2011). Selain itu, pengertian laba akuntansi dalam akuntansi pajak adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Dalam SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan laba akuntansi adalah sama dengan laba komersial sebelum pajak penghasilan atau laba sebelum dilakukan koreksi fiskal dan dikurangi pajak penghasilan yang terutang (http://wibowo- pajak.blogspot.com/2012/05/pengertian-laba-akuntansi-dalam.html ). Laba akuntansi atau laba komersial berarti semua pendapatan dan biaya telah dilaporkan atau dihitung termasuk pendapatan yang merupakan objek pajak penghasilan dan bukan objek pajak penghasilan serta biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak.
26
Embed
BAB 2 KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Laba Komersialeprints.ung.ac.id/4493/5/2013-1-62201-921409012-bab2... · Perbedaan pertimbangan yang mendasari penyusunan laporan keuangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB 2
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
1.1 Laba Komersial
Menurut IAI (2007) dalam PSAK 23, penghasilan (income) berarti
suatu penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Laba
akuntansi atau laba komersial adalah perbedaan antara realisasi
penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan
itu (Harahap, 2011).
Selain itu, pengertian laba akuntansi dalam akuntansi pajak adalah
laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
Dalam SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
yang menggunakan pembukuan laba akuntansi adalah sama dengan laba
komersial sebelum pajak penghasilan atau laba sebelum dilakukan koreksi
fiskal dan dikurangi pajak penghasilan yang terutang (http://wibowo-
Perbedaan pertimbangan yang mendasari penyusunan laporan
keuangan komersial dengan kebijaksanaan perpajakan menghasilkan
jumlah angka laba yang berbeda yakni laba komersial dan laba fiskal.
Laporan laba/rugi yang diperoleh dari laporan keuangan merupakan
laporan laba/rugi yang didasarkan pada perhitungan menurut standar
akuntansi keuangan. Sedangkan untuk menghitung besarnya pajak
penghasilan didasarkan pada laba fiskal yang diperoleh dari perhitungan
menurut UU PPh.
10
Menurut Gunadi (1997) dalam bukunya “akuntansi pajak”
menjelaskan bahwa beberapa penyebab perbedaan laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal antara lain:
1) Perbedaan antara apa yang dianggap pengahasilan menurut
ketentuan perpajakan dan praktek akuntansi, misalnya kenikmatan
dan natura (benefit in kinds), intercompany dividend, pembebasan
utang dan penghasilan (BUT) karena atribusi force of attraction.
2) Ketidaksamaan pendekatan penghitungan penghasilan, misalnya link
and match antara beban dan penghasilan, metode depresiasi,
penerapan norma penghitungan, dan pemajakan dengan metode
basis bruto dan neto
3) Pemberian relif atau keringanan yang lain misalnya rugi-laba
pelaporan aktiva, penghasilan hibah, penghasilan tidak kena pajak,
perangsang penanaman, dan penyusutan dipercepat.
4) Perbedaan perlakuan kerugian misalnya kerugian mancanegara, atau
harta yang tidak dipakai dalam usaha.
Menurut Zain dalam Lestari (2011) perbedaan utama antara
laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan
oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, tahun pajak atau tahun
buku, metode akuntansi yang digunakan dan konsep yang menjadi
acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara
akuntansi pajak yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
11
undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada
standar akuntansi keuangan.
Sedangkan menurut Poernomo dalam Lestari (2011) bahwa
terdapat hal-hal yang membedakan antara laporan keuangan komersial
dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 1: Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Komesial Fiskal
Berdasar pada Standar Akuntansi Keuangan yang dirumuskan IAI
Berdasar pada peraturan perpajakan yang ditetapkan oleh badan legislatif dan eksekutif
Tujuan akuntansi komersial adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan
Tujuan pembukuan adalah agar wajib pajak dapat menghitung besarnya pajak yang terutang
Laporan laba rugi komersial merupakan penandingan pendapatan dengan biaya.
Laporan laba rugi merupakan penandingan objek pajak dengan pengurang penghasilan bruto
Menganut prinsip konsistensi. Apabila terjadi perubahan harus melaporkan akibat perubahan dalam laporan keuangan
Menganut prinsip taat asas (konsisten). Apabila terjadi perubahan harus mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak dan melaporkan akibat perubahan tersebut
Menggunakan stelsel akrual
Meenggunakan stelsel akrual atau stelsel kas dengan memperhatikan ketentuan pasal 28 UU KUP
Menganut prinsip konservatif dalam bentuk cadangan (penyisihan) misal, penyisihan piutang tidak tertagih, penyisihan utang garansi, penyisihan harga pasar, dsb
,
Tidak menganut prinsip konservatif, kecuali dalam hal penyisihan cadangan piutang tak tertagih pada usaha bank dan sewa guna usaha, hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan (pasal 9 ayat (1) huruf c UU No.36 tahun 2008
Menganut biaya historis Menganut biaya historis dengan memperhatikan harga pertukaran yang objektif
Subtansi mengalahkan bentuk formal Substansi mengalahkan bentuk formal, tetapi dalam beberapa kasus, bentuk formal mengalahkan substansi
Jika terdapat pelanggaran tidak ada sanksi tetapi mempengaruhi opini akuntan publik
Jika terdapat pelanggaran dapt dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana
Sumber: Poernomo, Modul Akuntansi Pajak di kutip dalam Lestari (2011), diolah.
12
Laba/rugi fiskal diperoleh dari proses rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi
fiskal (koreksi) adalah proses penyesuaian atas laba komesial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan laba yang sesuai
dengan ketentuan perpajakan (Agoes dan Trisnawati 2010: 218). Dengan
adanya proses rekonsiliasi fiskal maka wajib pajak tidak perlu melakukan
pembukuan ganda, wajib pajak cukup membuat satu pembukuan yang
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Perbedaan antara akuntansi
komersial dan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda
tetap/permanen dan beda waktu/sementara.
2.3.1 Perbedaan Permanen (permanent differences)
Perbedaan permanen/beda tetap terjadi karena adanya perbedaan
pengakuan penghasilan dan beban menurut akuntansi dengan pajak,
yaitu adanya penghasilan dan beban yang diakui menurut akuntansi
komersial namun tidak di akui menurut fiskal, atau sebaiknya. Beda tetap
mengakibatkan laba/rugi menurut akuntansi berbeda secara tetap dengan
laba kena pajak menurut fiskal (Agoes dan Trisnawati, 2010: 218).
Pada umumnya perbedaan permanen yang terjadi akibat
perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya terdapat pada:
a) Pasal 4 ayat (3) UU PPh No. 36 Tahun 2008
Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan berkenaan
dengan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Beberapa
bentuk penghasilan menurut akuntansi komersial sudah diakui
sebagai penghasilan, akan tetapi dalam akuntansi pajak tidak diakui
13
sebagai penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan.
Adapun bentuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui diindonesia. Yang diterimah oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
peraturan pemerintah;
2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat badan keagamaan; badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan/atau berdasarkan peraturan menteri
keuangan;
3) Warisan;
4) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaaan modal;
5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau/
14
kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan
secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15 Undang-undang pajak penghasilan;
6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;
7) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi badan usaha
milik Negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia;
8) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai;
9) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan peraturan Menteri
Keuangan;
10) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk pemegang
unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif;
15
11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia;
12) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
13) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian
dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
14) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
b) Pasal 9 ayat (1) dan (2) UU No. 36 Tahun 2008
pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan
berkenaan dengan pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai
biaya. Seperti halnya penghasilan yang bukan merupakan objek
16
pajak, biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dan telah diakui
oleh akuntansi komersial dalam akuntansi pajak biaya ini bukan
merupakan pengurang pengahasilan kena pajak. Adapun biaya-biaya
tersebut antara lain:
1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Soemarso (1999: 273) mengatakan bahwa laba adalah perbedaan
lebih pendapatan atas biaya aktivitas bisnis. Jika biaya lebih besar dari
pada pendapatan, maka perbedaan tersebut menunjukkan suatu
kerugian. Keuntungan atau kerugian berguna untuk memberikan hasil
kalkulasi secara berkala. Keuntungan ini belum mewakili kerugian atau
laba yang sesungguhnya. Kerugian atau keuntungan yang sesungguhnya,
baru saja bisa diketahui jika perusahaan sudah meliquidasi seluruh
kegiatannya.
24
Menurut Kuswadi (2005: 17) pengertian laba secara sederhana
adalah pendapatan dikurangi seluruh beban-beban yang telah
dikeluarkan. Baridwan (1997: 31) menyatakan bahwa laba adalah
kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan/transaksi kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha
selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan investasi
pemilik.
2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi laba
Ada tiga faktor yang mempengaruhi laba perusahaan (Halim, 1990:
49), yaitu biaya, harga jual dan volume (penjualan non produksi) biaya
yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan suatu produk atau jasa
akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. Harga jual
produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk
atau jasa yang bersangkutan, sedangkan besarnya volume penjualan
berpengaruh terhadap volume produksi atau jasa tersebut. Selanjutnya
pada gilirannya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya
produksi. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi laba
tersebut di atas, saling terkait antara satu dan lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap laba menurut
Soemarso (1999) dalam bukunya “akuntansi suatu pengantar” antara lain
sebagai berikut:
25
1) Biaya, biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu
produk atau jasa atau mempengaruhi harga jual produksi yang
bersangkutan.
2) Harga jual, harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi
besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.
3) Volume penjualan dan produksi, besarnya volume penjualan
berpengaruh terhadap volume produksi akan mempengaruhi besar
kecilnya biaya produksi.
2.4.2 Pertumbuhan Laba
Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan
yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan
biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut (Lestari, 2011).
Pengertian laba menurut IAI dalam Lestari (2011) adalah kenaikan
manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
peranan modal.
Penyajian laba melalui laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan
(Lestari, 2011). Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi
perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman
investasi, pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Saputro, 2011).
26
Pertumbuhan laba merupakan perubahan laba yang dihasilkan oleh
perusahaan dari periode ke periode (Lestari, 2011). Pertumbuhan laba
menjadi dasar dalam pengambilan keputusan manajemen suatu
perusahaan. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba
periode berjalan dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan laba pada periode sebelumnya (Lestari, 2011).
NIit – NIi (t-1) ΔNI =
NIi (t-1)
Keterangan:
ΔNI = pertumbuhan laba
NIit = laba bersih perusahaan i pada tahun t
NIi (t-1) = laba bersih perusahaan i pada tahun t-1
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal dalam menilai suatu kinerja perusahaan yang
utamanya berkaitan dengan informasi laba. Penelitian yang dilakukan oleh
Wijayanti dan Djamaluddin (2006) bertujuan untuk menguji peranan
perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap presistensi laba, akrual
dan aliran kas satu periode kedepan. Selain itu penelitian ini bertujuan
untuk menguji apakah perbedaan laba komersial dan laba fiskal
mempengaruhi penilaian investor terhadap persistensi laba akuntansi.
Hasil penelitian ini adalah perusahaan dengan book-tax differences besar
27
tidak terbukti secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah
dibanding perusahaan dengan book-tax differences kecil, serta
perusahaan dengan book-tax differences besar tidak terbukti mempunyai
persistensi komponen akrual lebih rendah dibanding perusahaan dengan
book-tax differences lebih kecil. Akrual tidak terbukti secara statistik dapat
mempengaruhi persistensi laba.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Wiryandari dan Yulianti (2008)
yang meneliti mengenai hubungan antara perbedaan laba akuntansi dan
laba pajak dengan perilaku manajemen laba dan persistensi laba. dalam
penelitian ini tidak menemukan adanya praktik manajemen laba dengan
tujuan menghindari pelaporan penurunan laba. Selain itu Beban pajak
tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi
manajemen laba income-increasing dengan tujuan menghindari
penurunan laba. hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa perbedaan
laba akuntansi dan laba pajak positif yang besar mempunyai persistensi
laba yang lebih rendah.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Deviana (2010) untuk
menguji kemampuan beban pajak tangguhan dan beban pajak kini dalam
deteksi manajemen laba pada saat seasoned equity offerings menemukan
bahwa beban pajak tangguhan dan beban pajak kini, yang digunakan
secara bersama-sama, mampu mendeteksi manjemen laba pada saat
seasoned equity offerings. Selain itu penelitian ini juga menyimpulkan
bahwa hanya beban pajak kini yang mampu digunakan sebagai prediktor
28
atau dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan pada saat
seasoned equity offerings.
Saputro (2011) Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan
temporer dan total book-tax differences mampu memprediksi
pertumbuhan laba perusahaan satu periode kedepan. Sedangkan
perbedaan permanen tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
perusahaan satu periode kedepan.
Purwanti (2013) mengemukakan bahwa perbedaan antara laba
akuntansi dan laba fiskal berpengaruh signifikan terhadap persistensi
laba. Artinya perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat
memberikan informasi mengenai kualitias laba yang mana salah satu
indikator kualitas laba adalah persistensi laba. Dan penelitian yang
dilakukan Lestari (2011) mengemukakan bahwa baik perbedaan
permanen maupun perbedaan temporer tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah
perbedaan permanen maupun perbedaan temporer yang tidak signifikan
dalam mempengaruhi jumlah laba kena pajak yang merupakan dasar
perhitungan untuk beban pajak kini.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dijelaskan, secara
umum dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara laba akuntansi dengan
laba kena pajak dapat mencerminkan informasi mengenai karakteristik
laba yang dihasilkan dan kinerja masa depan perusahaan.
29
Tabel 2: Ringkasan Kajian yang Relevan Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Wijayanti dan Djamaluddin (2006)
Analisis perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba, akrual, dan aliran kas
Laba sebelum pajak masa depan, kumulatif return tidak normal masa depan, aliran kas operasi, laba akrual.
Perusahaan dengan book-tax differences besar tidak terbukti secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah dibanding perusahaan dengan book-tax differences kecil.
Wiryandari dan Yulianti (2008)
Hubungan antara perbedaan laba akuntansi dan laba pajak dengan perilaku manajemen laba dan persistensi laba.
Laba akuntansi sebelum pajak, pajak tangguhan, large positive book tax differences, aliran kas operasi, laba akrual.
1) Beban pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba.
2) perbedaan laba akuntansi dan laba pajak positif yang besar mempunyai persistensi laba yang lebih rendah.
Deviana (2010) kemampuan beban pajak tangguhan dan beban pajak kini dalam deteksi manajemen laba pada saat seasoned equity offerings
beban pajak tangguhan dan beban pajak kini, yang digunakan secara bersama-sama, mampu mendeteksi manjemen laba pada saat seasoned equity offerings
Saputro (2011) Pengaruh book tax differences terhadap pertumbuhan laba
Pertumbuhan laba, beda tetap, beda temporer, arus kas operasi, size, return on assets
perbedaan temporer dan total book-tax differences mampu memprediksi pertumbuhan laba perusahaan satu periode kedepan. Sedangkan perbedaan permanen tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan satu periode kedepan.
Purwanti (2013) Pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap
Laba sebelum pajak tahun depan, book tax differences, laba
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh
30
persistensi laba sebelum pajak tahun berjalan
signifikan terhadap persistensi laba.
Lestari (2011) Analisis pengaruh book tax differences terhadap pertumbuhan laba
Pertumbuhan laba, beda tetap, beda sementara, arus kas operasi, akrual, ROA.
perbedaan permanen maupun perbedaan temporer tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Sumber: Olahan Data
2.6 Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan disusun oleh manajemen perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan keseluruhan pengguna laporan keuangan,