Top Banner
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas Obesitas merupakan suatu kelainan komplek pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik.Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Pengaturan asupan makanan seperti kita ketahui sebelumnya diatur oleh suatu pusat lapar di hipotalamus lateral dan pusat kenyang di ventromedialis hipotalamus. Dengan adanya perangsangan di hipotalamus lateral seorang individu akan makan dengan rakus sedangkan apabila terjadi perangsangan di inti ventromedialis hipotalamus akan menyebabkan rasa kenyang bahkan menolak untuk makan. Terdapat juga beberapa pusat makan lain yang letaknya berdekatan dengan hipotalamus yang memegang peranan penting dalam pengendalian nafsu makan, yaitu amigdala dan daerah kortek sistem limbik. 2.1.2.etiologi obesitas Faktor Internal Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh adalah suatu faktor yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh orang-orang yang melakukan diet. 1) Faktor Genetik Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas Boston menemukan bahwa gen bernama INSIG2 bertanggung jawab terhadap
26

BAB 2

Dec 27, 2015

Download

Documents

Henny Eka Putri

hhj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

Obesitas merupakan suatu kelainan komplek pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik.Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan.

Pengaturan asupan makanan seperti kita ketahui sebelumnya diatur oleh suatu pusat lapar di hipotalamus lateral dan pusat kenyang di ventromedialis hipotalamus. Dengan adanya perangsangan di hipotalamus lateral seorang individu akan makan dengan rakus sedangkan apabila terjadi perangsangan di inti ventromedialis hipotalamus akan menyebabkan rasa kenyang bahkan menolak untuk makan. Terdapat juga beberapa pusat makan lain yang letaknya berdekatan dengan hipotalamus yang memegang peranan penting dalam pengendalian nafsu makan, yaitu amigdala dan daerah kortek sistem limbik.

2.1.2.etiologi obesitas

Faktor Internal

Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh adalah suatu faktor yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh orang-orang yang melakukan diet.

1) Faktor Genetik

Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas Boston menemukan bahwa gen bernama INSIG2 bertanggung jawab terhadap obesitas. Gen INSIG2 bertanggung jawab dalam sintesis asam lemak dan kolesterol. Beberapa produk protein dari Varian gen INSIG2 memiliki daya inhibisi yang rendah sehingga orang-orang dengan varian gen ini akan cenderung lebih banyak menumpuk lemak di dalam tubuhnya. Sekitar 1 dari sepuluh orang (10%) diduga membawa varian gen ini.

2) Regulasi Termis

Manusia pada dasarnya adalah makhluk berdarah panas yang menghabiskan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Selain membutuhkan energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya (rata-rata 37 oC), sejumlah energi juga diperlukan untuk mempertahankan aktivitas

Page 2: BAB 2

organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru. Energi yang diperlukan ini berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.

3) Metabolisme

Metabolisme secara singkat adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak merupakan salah satu faktor penentu dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa otot di dalam tubuh. Ketika massa otot meningkat, metabolisme

makanan akan meningkat. Proses ini akan meningkatkan nilai BMR dan kebutuhan kalori.

2.1.2.Faktor Eksternal

Dua faktor eksternal yang sangat dominan adalah aktivitas fisik dan asupan nutrisi. Seseorang dapat dengan mudah mengurangi berat badannya tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan pembakar lemak dan semacamnya dengan meningkatkan aktivitas serta mengurangi asupan makanan ke dalam tubuhnya.

1) Aktivitas Fisik

Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah energi. Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak di dalam tubuh.

2) Asupan Nutrisi

Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum diterima oleh banyak orang adalah sebagai berikut: 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Dengan menjumlahkan nilai BMR dengan kebutuhan kalori peraktivitas, seseorang dapat dengan mudah memprediksi hasil dietnya.

3.pengaruh hormonal

Berat badan dapat meningkat karena ada nya pemakaian kontrasepsi yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan hormonal pada wanita subur.banyak sekali wanita subur di Indonesia yang menggunakan kontrasepsi salah satunya adalah metode suntik KB

2.1.3 fisiologi obesitas

Page 3: BAB 2

Derajat rasa lapar atau kenyang pada waktu yang berbeda dalam satu hari tergantung juga pada kebiasaan individu. Tetapi disamping kebiasaan, beberapa rangsangan fisiologis jangka pendek lainnya terutama yang berkaitan dengan saluran cerna dapat mengubah nafsu makan seseorang dalam beberapa jam. Kondisi fisiologis jangka pendek yang dimaksud adalah kondisi dimana terjadi pengisian atau peregangan lambung atau usus dua belas jari yang ternyata dapat sementara waktu menekan pusat lapar. Mekanisme ini ternyata sangat penting dalam menimbulkan penghambatan keinginan makan seseorang selama makan besar. Kondisi rangsangan jangka pendek lainnya adalah postulasi faktor kepala yang berkaitan dengan makan, seperti pengunyahan, salivasi, penelanan, dan pengecapan yang terjadi didalam mulut ternyata dapat juga menghambat pusat lapar dilateral hipotalamus walaupun dalam waktu 20-40 menit dan lebih singkat dibandingkan faktor pengisian saluran cerna. Selain kondisi diatas terdapat juga beberapa interaksi endokrin yang berasal dari saluran cerna yang dipercaya ikut mengatur atau mempengaruhi pusat makan dari jalur perifer. Beberapa hormon tersebut adalah ; cholesistokinin, peptida dan ghrelin. Hormon terakhir ini saat ini dikenal sebagai ”hunger hormone” yang dapat meningkatkan rasa lapar dan menimbulkan terjadinya obesitas bila diberikan secara kronik. Selain saluran cerna beberapa organ lain seperti hepar, pankreas, jaringan adiposa dan otot rangka juga dapat terlibat dalam jalur perifer ini.

Kita telah menegaskan bahwa laju makan biasanya diatur sesuai dengan simpanan nutrien dalam tubuh. Jika simpanan ini mulai memasuki batas optimum pada seseorang normal maka makan harus segera dikurangi untuk mencegah kelebihan cadangan. Walaupun demikian pada kebanyakan orang obesitas tidaklah demikian, karena makan tidak berkurang sampai berat badan jauh melebihi normal. Sebagai akibatnya obesitas seringkali disebabkan oleh ketidaknormalan mekanisme pengaturan makan tersebut. Hal ini dapat terjadi baik karena faktor psikogenik maupun kelainan nyata hipotalamus itu sendiri.

2.1.2 fisiologi obesitas karena genetik

Faktor genetik dikatakan juga mempunyai peranan akan terjadinya obesitas. Kelainan genetik tersebut dapat terjadi berupa kelainan genetik pusat pengaturan makan maupun kondisi psikis yang secara herediter abnormal, maupun kondisi genetik yang menyebabkan terjadinya peningkatan cadangan lemak tubuh.Beberapa tahun belakangan ini, ‘gen obesitas’ telah diidentifikasi. Gen-gen ini mempunyai kode untuk komponen molekular untuk sistem fisiologis yang mengatur keseimbangan energi. Salah satu gen penting yang berperan dalam homeostasis energi ialah gen LEP serta produknya, leptin. Leptin merupakan sejenis sitokin yang disekresi oleh sel adiposa, berfungsi untuk meregulasi asupan makanan dan pengunaan energi. Efek leptin adalah untuk mengurangkan pengambilan makanan dan meningkatkan penggunaan energi. Sekresi leptin diregulasi oleh jumlah cadangan lemak, tetapi mekanismenya belum jelas. Dengan jaringan adiposa yang banyak,sekresi leptin distimulasi, dan hormon tersebut sampai ke hipothalamus, di mana ia berikatan dengan reseptor leptin pada dua kelas neuron. Satu kelas neuron yang sensitif terhadap leptin menghasilkan neuropeptida yang memicu nafsu makan (orexigenic), neuropeptida Y (NPY) dan protein agouti-related (AgRP). Kelas neuron dengan reseptor leptin yang satu lagi menghasilkan peptida yang menghambat nafsu makan (anorexigenic), hormon alpha-melanocyte stimulating (α-MSH) dan transkrip yang berhubung dengan kokain- dan amfetamin- (CART). Kerja neuropeptida anoreksigenik dan oreksigenik ditunjukkan dengan berikatan pada set reseptor lain, yang paling utama adalah reseptor NPY dan reseptor melanokortin 4 (MC4R), di mana

Page 4: BAB 2

AgRP dan α-MSH masing-masing berikatan. Pengikatan leptin mengurangkan asupan makanan dengan cara menstimulasi produksi α-MSH dan CART (peptida anoreksigenik) dan menghambat sintesis NPY dan AgRP (peptida oreksigenik). Keadaan yang sebaliknya berlaku apabila cadangan lemak tubuh tidak adekuat: sekresi leptin berkurang dan pengambilan makanan meningkat. Pada individu dengan berat badan yang stabil, proses ini dalam keadaan seimbang. Seperti yang telah dibincangkan sebelum ini, leptin bukan saja meregulasi nafsu makan, tetapi juga penggunaan energi, melalui mekanisme tertentu (Kumar dan Mitchell, 2007).

Oleh itu, kadar leptin yang tinggi meningkatkan aktivitas fisik, penghasilan panas, dan penggunaan energi. Mediator-mediator neurohormonal untuk penggunaan energi yang dipicu oleh leptin kurang diketahui. Termogenesis (thermogenesis) mungkin merupakan efek katabolik paling utama yang dipicu oleh leptin melalui hipothalamus. Termogenesis sebagiannya dikawal oleh sinyal hipothalamus yang meningkatkan pelepasan norepinefrin daripada ujung syaraf simpatetik di jaringan adiposa. Sel lemak memaparkan reseptor β3-adrenergik yang akan menyebabkan hidrolisis asam lemak dan penghasilan energi uncouple dari cadangan apabila distimulasi oleh norepinefrin. Obesitas pada manusia dalam bentuk monogenik adalah jarang, dan dikatakan terdapat gangguan didapat (acquired) yang lain terlibat dalam patogenesis obesitas. Contohnya, kadar leptin darah yang tinggi pada kebanyakan individu obesitas, menunjukkan resistensi terhadap leptin dibandingkan defisiensi leptin adalah lebih sering terjadi pada manusia. Tidak dinafikan bahawa genetik mempunyai peran penting dalam mengawal berat badan. Namun, dengan adanya ciri-ciri kompleks, obesitas bukanlah gangguan genetik semata-mata. Terdapat pengaruh dari lingkungan yang definitif; prevalensi obesitas pada orang Asia yang pindah ke Amerika adalah akibat daripada perubahan tipe dan jumlah asupan gizi. Bagaimanapun kondisi genetik individu itu, obesitas tidak mungkin akan terjadi tanpa pengambilan makanan (Kumar dan Mitchell, 2007).

2.1.3 jenis jenis obesitas

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di trunkal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (David., 2004).

Page 5: BAB 2

2.2.Pengaruh Kontrasepsi Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Dalam penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker, kekeringan pada vagina, gangguan emosi, dan jerawat karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal Bila sudah dua tahun, kita harus pindah ke sistem KB yang lain, seperti KB kondom, spiral, atau kalender (Saifuddin, 2006)

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama penyuntikan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto, 2004).

Kenaikan BB, kemungkinan disebabkan karena hormon progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan BB bertambah. Hasil penelitian Rohani Agustina (2008) menunjukkan adanya pengaruh yang penggunaan kontasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan. Dari 57 responden yang diamati 31 mengalami perubahan berat badan dan 19 tidak mengalamai berat badan. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat dugaan adanya keterkaitan penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan.

2.3.Kontrasepsi

2.3.1 Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.

2.3.2 Prinsip Kerja Kontrasepsi

Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan sel telur dan sel sperma. Ada tiga cara untuk mencapai tujuan ini, baik yang bekerja sendiri maupun bersamaan. Pertama adalah

Page 6: BAB 2

menekan keluarnya sel telur (ovulasi), kedua menahan masuknya sperma kedalam saluran kelamin wanita sampai mencapai ovum dan ketiga adalah menghalangi nidasi.

Cara/metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi

a. Metode Sederhana

a.1. Tanpa alat/obat, antara lain senggama terputus, pantang berkala.

b.2. Dengan alat/obat, antara lain kondom. Diafragma, kream, jelli, cairan busa, tablet berbusa (vaginal tablet), tissu KB

b. Metode Modern

Kontrasepsi hormonal, antara lain pil, suntik, implan, AKDR, metode mantap yaitu sterilisasi antara lain vasektomi dan tubektomi.

2.3.3 kontrasepsi suntik

Suntikan KB adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan menyuntikan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur.

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksipro gestron acetat dan 5 mg estrogen sipioral yang di berikan injeksi 1.m. sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg moretindron enantat dan 5 mg estradiol volerot yang diberikan injeksi ksi 1.m. sebulan sekali.

Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada2 macam yati DMPA (depo medro xyproyestr\erol acetat) yang disebut deprovera dan neten (nerotisterin enanynaye) yang disebut noristerat.

2.3.4. Sejarah Alat Kontrasepi Suntik

Keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan dari Yunani Kuno, Tiongkok Kuno dan India, hal ini telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu.Tetapi pada waktu itu cara-cara yang dipakai masih kuno dan primitif.

Pada zaman Yunani Kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak setelah melakukan hubungan seksual. Adapula yang memakai alat-alat yang dapat menghalangi masuknya sperma kedalam rahim umpamanya dengan memasukkan rumput, daun-daunan ataupun sepotong kain perca kedalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual. Pada zaman Tiongkok Kuno telah ada obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan.

Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia keluarga berencana modren mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu

Page 7: BAB 2

itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah pertumbuhan penduduk.

Secara ringkas, inovasi teknologi kontrasepsi dimulai dengan cara sederhana seperti kondom, pil KB, suntik, susuk dan akhirnya cara yang sangat mantap yaitu kontrasepsi pembedahan seperti tubektomi dan vasektomi.

Suntikan progestin pertama di temukan pada awal tahun 1950 an, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan kanker endometrium

(carcinoma endometrii). Baru pada awal tahun 1960, uji klinis penggunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan.Terdapat dua jenis suntikan progestin yang dipakai, yakni depo medroksiprogesteron asetat dan depo noretisteron enantat. Sedangkan untuk suntikan depo estrogen-progesteron (Cyclofem) ditemukan pada tahun 1960 an. Penambahan estrogen pada obat kontrasepsi progesteron ternyata dapat memperbaiki siklus haid.

2.3.5.Mekanisme kerja Suntikan KB

Mekanisme kerja komponen progesteron / derivat testosteron yaitu : Mengurangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit ditembus spermatozoa. Perubahan peristaltik tuba fallupi, sehingga konsepsi dihambat. Mengubah suasana enolemetrium, sehingga tidak sempurna untuk hasil implantasi

konsepsi. (Maruaba, 1998)

Adapun mekanisme suntikan KB dapat di bedakan menjadi dua yaitu :

Primer :

Mencegah Ovulasi Kadar FSHdan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH serge) respon kelenjar

Hypophyse tergadap goradotropin releasing hormon ensogenous tidak berubah sehingga membri kesan proses terjadi di hipotelamus dari pada di kelenjar hypophyse.

Sekunder

Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa.

Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.

Mungkin mempengaruhi kecepatan tranpor ovum di dalam tuba fallupi. (Hartanto, 2004) Dari mekanisme suntikan KB di atas dapat disimpulkan oleh Hartanto dkk (2004) bahwa

progesteron / devirat testosteron dapat mengahalangi pengeluarah FSH dan LH sehingga

Page 8: BAB 2

tidak terjadi pelepasan ovum dan lendir servik menjadi kental sehingga sulit ditembus spermatozoa.

2.3.6 Efek Samping

Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu. Berat badan bertambah Sakit kepala, mual, muntah, gelisah dan pusing Pola sistem kardio vaskuler efeknya sangat sedikit mungkin ada sedikit dar kadar insulin

dan penurunan HDL kolesterol. Amerorea Acne dan jerawat Rambut rontok Merorargia (pendarahan lebih banyak / lebih lama) Pendarahan

2.3.7. Efek pada sistem reproduksi

Kembalinya kesuburan / fertilitas Lamanya masa tidak subur / infertil mungkin tergantung pada kesehatan metabolisme

DMPA dan juga pada berat badan Akseptor. Lebih dari 50% rartor akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan dan kira-

kira 85% setelah 1 tahun. Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu yang lama, dapat menjadi hail

sura cepatnya dengan akseptor yang hanya ikut beberaa kali suntikan, yang menunjukkan bahwa tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya.pada NETEN, kembalinya kesuburan dapat lebih cepat di bandingkan dengan DMPA, Korera NETEN di metabolisme lebih cepat ovulasi sering terjadi 3 bulan setelah penyuntikan, kadang-kadang dapat terlambat sampai 5 bulan.

2.3.8.Efek pada fetus / janin

Tidak ditemukan bertambahnya kelainan korgenital atau prematuritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA maupun pada wanita yang hamil setelah efek aseptifDMPA berakhir

Juga tdak ditemukan perbedaan dalam insiden IUFD, kehamilan kembar, sex ratio atau berat adan bayi pada wanita mantan DMPA dibandingkan wanita yang tidak ber-KB.

Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kualitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak merubah komposisi dariASI.

Juga tidak ditemukan efek imurologik (perubahan konsentrasi imoroglobolin) pada ASI mantan Akseptor DMPA / NENTEN. (Hartanto, 2004)

Page 9: BAB 2

Dari pengelolaan efek samping di atas dapat disimpulkan oleh para ahli bahwa yang sering terjadi pada suntikan KB 3 bulanan salah satunya yaitu berat badan bertambah tetapi belum jelas diketahui apa penyebabnya.

2.3.9. Kontra Indikasi

Mutlak : kehamilan, tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen parahmengalami kelainan surebrovuskuler, dan DM.

Relatif : depresi, migren, mioma uteri, hipertensi, oligo merore, dan amerore.

2.3.10. Keuntungan dan kerugian Suntikan KB

Keuntungan suntikan KB

Resiko terhadap kesehatan kecil Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri Tidak diperlukan pemeriksaan dalam Jangka panjang Efek samping sangat kecil Keuntungan non kontrasepsi suntikan KB Mengurangi jumlah pendarahan Mengurangi nyeri saat haid Mencegah anemia Mencegah kehamilan ektopik

Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia premenapause

Dari uraian diatas maka keuntungan suntikan KB dapat disimpulka sebagai berikut :

Pemberiannya sederhana setiap 4 sammpai 12 minggu Tingkat efektifitasnya tinggi Hubungan seks dengan suntikan bebas Pengawasan medis yang ringan Dapat diapakai atau diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dalam tubuh.

Kerugian suntikan KB

Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, pendaahan bercak/spotng/ perdarahan selama 10 hari

Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan ke-2 atau ke-3

Page 10: BAB 2

Penambahan berat badan Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis dan

virus atau infeksi Virus HIV. Ketergantungan pada klien terhadap pelayanan kesehatan, klien harus kembali setiap 30

hari untuk mendapatkan suntikan (Noviawati, Sujiyatini, 2009)

Dari uraian tentang kerugian suntikan KB diatas maka dapat disimpulajn sebagai berikut :

Pendarahan yang tidak menentu Terjadi omerorea (tidak datang bulan) berkepanjangan Masih terjadi kemungkinan hamil (Menuaba, 1998)

2.3.11 Yang diperbolehkan dan yang dilarang menggunakan suntikan KB

Yang boleh menggunakan

Usia reproduksi Telah memiliki anak ataupun yang belummeiliki anak Menyususi ASI pasca persalinan lebih 6 bulan Pasca persalinan dan tidak menyusui Anemia Nyeri haid hebat Haid teratur Riwayat kehamilan ektopik Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

Yang tidak boleh menggunakan

Hamil / diduga hamil Menyusui dibawah umur 6 bulan pasca persalinan Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya. Usia 35 tahun yangmerokok Riwayat pennyakit jantung, stroke atau dengan tensi darah tinggi (> 180/110 mmhg).

(Noviawati, Sujiyatini, 2009)

2.3.12 Cara Pemberian Suntikan KB

Pada waktu pasca persalinan (postpartum) dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3 – 5 postpartum; atau sesudah air susu ibu berproduksi setelah ibu pulang dari rumah sakit atau 6 – 8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan koitus.

Pada pasca keguguran (postabortus), dapat diberikan segera setalah selesai kuretuse atausewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau 30 hari pasca abortus ; asal ibu belum hamil lagi.

Page 11: BAB 2

Belum masa nterval diberikan pada hari ke 1-5 haid, depo-prevero disuntikan secara intramuskuler pada otot bokong (muskulus gluteus) agak dalam sebelum diberikan, botol obat harus di kocok agak lama dulu sampai seluruh obat kelihatan betul-betul larut dan bercampur baik. Suntikan di berikan sekali setiap 3 bulan.

Norigest berupa arral berisi 200 mg zat aktif, yang disuntikan 1 m agak dalam pada otot gluteus untuk 6 bulan pertama suntikan diberikan setiap 8 minggu dan setelah itu setiap 12 minggu. (Sinopsis Obstetri, Jilid 1)

Dari pengertian kontrasepsi di atas dapat disimpulkan oleh Arief Mansjoer, dkk (2005) bahwa kontrasepsi dapat diberikan tanpa menggunkan alat secara mekanis, menggunakan obat / dengan operasi, upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai hari ke-3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada interval 5 hari pertama haid.

Cara Kerja :

1) Mencegah ovulasi

2) Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma

3) Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi

4) Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba. (Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009)

Dari cara kerja depoprogestin Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemberian suntikan dipoprogestin akan menyebabkan pengentalan lendir servik sehingga menolak kemampuan penetrasisperma, selain itu penggunaan dipoprogestin menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi, sehingga tanpa pelepasan sel telur seorang wanita tidak mungkin hamil.

Kegaggalan Kontrasepsi Suntikan

Angka Kegagalan dari penggunaan cara kontrasepsi suntikan ini kurang dari 1%, bila terjadi kegagalan (kehamilan) , kontrasepsi suntikan berikutnya tidak diberikan.

2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi Depoprogestin

Pengertian

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :

Page 12: BAB 2

Depomedroksiprogesteron asetat (deprovera) mengandung 15 mg DMPA yang diberikan setiap bulan dengan cara disunntik intrimuskuler (didaerah bokong)

Depo nerotisteron erontat (depo noristerot) yang mengandung 200 mg moretdron erontat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik intromuskuler.

2.2.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Depoprogestin

Pemberian suntikan depoprogestin akan menyebabkan pengentalan nukus serviks sehingga menurunkan kemapuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga mencegah pelepasan sel teur yang di keluarkan tubuh wanita, tanpa pelepasan sel telur seorang wanita tidak mungkin hamil. Selain itu penggunaan depoprogestin, endometrium menjadi tipis dan otrofi dengan berkurangnya aktivitas kelenjar (Juworo, 1997).

Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai hari ke-3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada interval 5 hari pertama haid.

Cara Kerja :

Mencegah ovulasi Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba. (Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009)

Efek Samping Kontrasepsi depoprogestin

Keluhan terbanyak pada pemakaian suntikan progestin adalah gangguan pendarahan, baik berupa bercak omenorea dan haid tidak teratur, kenaikan berat badan juga merupakan salah satu efek samping yang sering di keluhkan para akseptor. Beberapa wanita juga mengeluh timbulnya jerawat di wajah, rambut rontok, pusing, dan sakit kelapa, mual muntah perubahahn tekanan darah dengan gelisah dan susah tidur. (Prawirohardjo, 2006)

Kontra Indikasi

WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada :

Kehamilan Karsirona payudara Karsirena fraktus genitalia Pendarahan abnormal uterus.

Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk :

Mempertimbangakan kontra indikasi yang berlaku untuk POK

Page 13: BAB 2

Pada wanita yang DM / riwayat DM selama kehamilan harus di lakukan Follow-up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium di temukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat. (Hartanto, 2004)

Keuntungan dan Keterbatasan Kontrasepsi Depoprogestin

Keuntngan kontrasepsi depoprogestin antara lain :

Sangat efektif Pencegahan kehamilan jangka panjang Tidak mempengaruhi pada hubungan suami istri Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit hjantung

dan gangguan pembekuan darah. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI Sedikit efek samping Klien tidak perlu menyimpan obat suntik Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimonopause.

Keterbatasan kontrasepsi depoprogestin antara lain :

Sering ditemukan gangguan haid, seperti :

Siklus haid yang memendek / memanjang Pendarahan yang bayak / sedkit

Pendarahan tidak teratur / pendahrahan becak/ ipotting. Tidak haid sama sekali

Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

Tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B,

virus / infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan setelah pengehentian pemakaian. (Dyah Noviawati dan

Sujiyatini, 2009)

Indikasi

Suntikan depoprogestin di berikan kepada wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang/ wanita yang telah mempunyai cukup anak, tetapi ia enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi. Depoprogestin juga di berikan kepada wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap estrogen, selain itu juga dapat diberikan kepada ibu yang menyusui

Page 14: BAB 2

karena progestin tidak mengurangi laktasi . depoprogestin juga dianjurkan kepada ibu yang mendekatai monopause karena tidak mengandung estrogen. (Hartanto, 2004)

Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara terfokus sesuai jadwal yangtelah ditentukan. (Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006).

Penatalaksanaan efek samping kontrasepsi depoprogestin

Pada pemakaian alat kontrasepsi sering didapatkan efek samping, penatalaksanaan efek samping disesuaikan dengan jenis dan penyebabnya :

Amenorea

Penyebab, karena kontrasepsi progestin menimbulkan perubahan histologi pada endoretrium sapai pada atrofi endometrium.

Penanggulangan :

Tidak perlu dilakukan tindakan apapun ukup konseling saja Bila klien, tidak dapat menerima kelainan tersebut, sebutkan jangan dilanjutkan,

anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain. Pendarahan

Gangguan ini sering terjadi ditanggulangi dengan pemberian preparat estrogen/ progesteron / pil kombinasi, diberikan juga roborandia dan motivasi untuk perbaikan gizi, bila tidak berhenti jugasetelah pengobatan sebaiknya akseptor di anjurkan untuk ganti cara.

Berat Badan Yang Bertambah.

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, penyebab berat pertambahan badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh dan bula karena retensi cairan tubuh. DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya.

Penanggulangan : jumlah porsi makan dikurangi dengan diet bila cara tidak menolong dan badan terus bertambah akseptor dianjurkan untuk ganti kontrasepsi.

Sakit Kepala, mual muntah, gelisah dan pusing.

Penyebab : karena reaksi tubuh terhadap progesteron

Page 15: BAB 2

Penanggulangan : dijelaskan bahwa keluhan tersebut bersifat sementara dan akan hilang dalam 3 bulanan setelah penyuntikan

Acne dan jerawat. Jerawat yang paling sering muncul didaerah wajahPenyebab : prgestin terutama 19 morprogestin menyebabkan peningkatan kadar lemakPenanggulangan :

Merorargia (Pendarahan lebih banyak/ lebih sedikit)

Gangguan ini ditanggulangai dengan pemberian tablet sulfas ferogus, 3 x 1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan membaik.

Rambut rontok

Gejala ini bisa didaptkan sesudah pemakian / setelah pemakaian. Penanggulanagn diberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek sampng dari kontrasepsi suntik dan gejalaitu akan hilang dan kembali normal tanpa pengobatan setelah pengehentian suntikan. (Hartanto, 2004, Dyah Noviawati & sujiyatini, 2009).

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

Usia reproduksi Nulipara dan yang telah memHiki anak. Menghendai kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai Setelah melahirkan dan tidak menyusui Setelah abortus atau keguguran Perokok Tekanan darah > 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau

anemia bulan sabit

Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

Hamil atau dicigai hamil (Risiko cacat pada janin 7 per 100000 kelahiran) Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea Menderita kanker payudara arau riwayat kanker payudara Diabetes mellitus disertai komplikasi. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin Setiap saat selarna siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid

Page 16: BAB 2

Pada waktu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja ibu tersebut tidak hamil, selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual

Ibu yang menggunkan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu menunggu sampai haid berikutnya datang.

Cara pemberian kontrasepsi suntikan dapat dilihat

Kontrasepsi suntikan DMPA dibenikan setiap 3 bulan engan cara disuntik intramukular dalam didaerah pantat. Apabila suntikan dibenikan tenlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan dibenikan setiap 90 han. Pembenian kontrasepsi suntikan Noristerat ubtuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

Bersihkan kullt yang akan disubtik dengan kapas alcohol yang dibasahi oleh etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disubtik, Setelah kulit kering baru disuntik.

Kocok dengan biak dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara, Kontrasepsi, suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat edapan putih pada dasar ampul, upayakan meng. hilangkannya dengan menghangatkannya

lnfomasi lain yang perlu disampaikan

Pemberian kontraseps, Suntikan sering menimbulkan gangguan haid (Amenorea) Gangguan ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.

Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang tidak berbahaya, dan cepat hilang.

Karena terlambat kembahnya kesuburan, jelaskan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang nerencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang, Haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid. Klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.

Bila kilen tidak dapat kembali pada jadual yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadual. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadual yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.

Bila klien misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meninta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata

Page 17: BAB 2

terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadual suntikan dan kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.

Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin.

Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan Perdarahan berat yang ke 2 kali lebih panjang dan masa haid atau 2 kali lebih banyak

dalam satu periode masa haid.

2.4 .Kerangka teori

Keterangan:

: Diteliti

Page 18: BAB 2

: Tidak diteliti

2.5 Kerangka konsep

1-5 kg

>5 kg

Berat Badan

Naik

Perubahan

karbohidrat dan

gula menjadi

lemak,

bertambahnya

lemak pada tubuh,

dan meningkatkan

berat badan.

Faktor internal

1. Genetik

2. Regulasi termis

3. Metabolisme

Faktor eksternal

1. Aktivitas fisik

2. Asupan

makanan

Berat Badan

Ketidakseimbangan Hormon

Pengguna KB suntik DMPA

Page 19: BAB 2

2.6 Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan

H1 : Ada hubungan pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan

KONTRASEPSI Obesitas