-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam yang disebut Syari‟at Islam bersumber dari wahyu
Allah Swt. Wahyu itu
adalah Al-Qur‟an dan Hadis, Al-Qur‟an yang disampaikan malaikat
Jibril kepada Nabi Saw.
dalam bahasa yang dipahami oleh penerimanya. Ajaran yang
terkandung dalam wahyu itu
bersifat universal, dapat dilaksanakan dalam setiap waktu dan
tempat, setiap situasi dan kondisi
sepanjang masa, keuniversalan itulah yang membuat teks pokok
ajaran itu pada umumnya
bersifat global dan prinsip-prinsipnya saja, sehingga memberi
peluang untuk dirinci dan
dikembangkan dalam pengamalan kapan dan di mana saja.1
Dasar syari‟at Islam dalam arti pegangan, sumber atau masdar
perumusan perundang-
undangan Islam adalah Al-Qur‟an dan Hadis serta Ijtihad. Adapun
Al-Qur‟an sebagai pokok
hukum merupakan dasar pertama dan Hadis sebagai dasar kedua,
dengan kata lain ada rutbah
atau urutan derajat, Al-Qur‟an lebih tinggi rutbahnya dari pada
Hadits.2
Demikian pula bahwa Hadits, baik secara struktural maupun
fungsional disepakati oleh
mayoritas kaum Muslimin dari berbagai madzhab Islam sebagai
sumber ajaran Islam : karena
dengan adanya Hadits itulah ajaran Islam menjadi jelas, rinci
dan spesifik. 3
Nabi Saw. ditugaskan dalam Al-Qur‟an minimal dalam empat peran:
pertama: sebagai
penjelas (Al-Nahl (16) : 44), kedua : sebagai legislator/pembuat
aturan ( Al-A‟raf (7) : 57),
1Muardi Hatib, “Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam :Tinjauan
Ontologis dan Epistemologis,” Yunahar
Ilyas (ed.), Pengembangan Pemikir an terhadap Hadits,
(Yogyakarta: LPPI, 1996), h. 95. 2 T M Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta : Bulan Bintang, 1972), h.
171-
175. 3 Maman Abdurrahman, Studi Kitab Hadits (Yogyakarta :
Teras, 2003), h. xiii
-
Ketiga: sebagai muta’ atau sosok yang harus dipatuhi (Al-Nisa‟
(4) :59, 64 dan Ali „Imran (3) :
32, 132), keempat : sebagai model bagi perilaku muslim (Al-Ahzab
(33) : 21).4
Para Ulama dan kaum muslimin melihat sosok pribadi Nabi Muhammad
Saw. adalah
seorang pemimpin dan pemberi petunjuk kepada umatnya, di mana
perkataan dan perbuatan,
penetapan serta sifat-sifat beliau perlu dijadikan contoh dan
anutan bagi mereka. Karenanya
ulama tidak membedakan, apakah hal itu berkaitan dengan hukum
atau moral.5 jadi menurut
ulama Hadits, semua yang berasal dari Nabi Saw. menjadi sumber
aturan-aturan dalam agama
Islam.6
Tugas Nabi Saw. adalah sebagai penyampai petunjuk seluruh umat
manusia, mencakup
berbagai aspek kehidupan, dari mulai yang bersifat individu
hingga permasalahan umum
kehidupan manusia dan alam semesta. Risalah yang dibawa oleh
Nabi Saw. menyangkut
berbagai aspek kehidupan di antaranya masalah akidah, muamalah,
ahlak, fikih, dan sebagainya.
Makan dan minum di dalam Islam adalah termasuk dari kegiatan
manusia yang banyak
disebutkan oleh Allah Swt. dan Rasulallah Saw. Islam telah
menerangkan berbagai hal tentang
kegiatan tersebut, dari cara mencarinya, jenis makanan dan
minuman yang dihalalkan dan yang
diharamkan untuk dimakan atau diminum, memilih makanan atau
minuman yang baik untuk
mereka, cara makan dan minum yang disyari‟atkan dan lain
sebagainya.
Para Ulama banyak memuat tentang masalah ini dan memasukkan
dalam pembahasan
adab, yaitu adab makan dan minum. begitu pula termasuk juga dari
perkara yang sangat penting
adalah makan dan minum dari sesuatu yang dihalalkan oleh Allah
Swt. sebagaimana yang telah
diperintahkan dalam FirmanNya:
4 M Azami, On Schacht’s of Muhammadan Jurisprudence, terj.
Asrofi Sodri, Menguji Keaslian Hadis-
hadis Hukum, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004). h. 14-16. 5
Mustafa Al-Siba‟i, Al-Sunnat wa Makȃnatuhȃ fȋ Al-Tasyri’ Al-Islami,
h. 53.
6 „Ali Mustafa Ya‟kub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2004), h. 33.
-
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah(2) :168)
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah. (Al-
Baqarah(2) : 172)
Islam telah meangajarkan umatnya untuk selalu makan makanan dan
minum minuman
yang halal lagi thayyib yang diperoleh dengan cara yang halal
pula. Di samping itu pula Islam
telah mengajarkan mereka akan adab-adab makan dan minum dengan
benar, maka alangkah
baiknya jika sedikit memperhatikan cara makan yang dianjurkan
Rasul, walaupun suatu hal yang
dipandang sekan-akan sepele namun terdapat kandungan yang sangat
luar biasa bagi kesehatan,
namun sungguh ironis bila ummatnya banyak yang tidak
menghiraukan tatacara makan dan juga
menjilat jari setelah makan yang sederhana namun penting ini,
bahkan sungguh disayangkan bila
masih banyak kaum muslimin yang memakan makanan dan minum
minuman yang diharamkan
oleh Allah Ta‟ala dan Rasulnya, dan banyak juga di antara
sebagian orang yang tidak
mengetahui adab dan tata cara makan dan minum yang baik, padahal
bila ditinjau dari segi
kesehatan faktor cara makan serta halal dan tidaknya suatu makan
itu mempengaruhi kesehatan.
Berkenaan dengan hal tersebut penulis mendapatkan Hadits Rasul
yang menyebutkan
tentang menjilat jari setelah makan, ada beberapa Hadits yang
menarik dan bermanfaat untuk
diteliti secara lebih mendalam, sebagai mana hadis berikut:
-
أى سعد بي الرحوي عبد عي ُشام حدثٌا أبى حدثٌا ًوير بي هللا عبد بي
دمحم ّحدثٌا
أًَ كعب أبيَ عي أخبرٍ, كعب بي هللا عبد أّ - هالك بي كعب بي
الرحوي عبد
. اِ ق عه ل غ ر ا ف ذ إه ف ع ابه ص أ الثه ث به ل ك أ ي اى ك : ن
ل س ّ َه ي ل ع ى هللا ل ص هللاه ل ْ س ر ى أ , حدثِن
7.)أخرجَ هسلن (
Telah berkata kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Nuair, telah
berkata kepada kami
ayahku telah berkata kepada kami Hisyam dari Abdurrahman bin
Sa‟ad bahwa Abdurrahamn bin
Ka‟ab bin Malik atau Abdullah bin Ka‟ab, telah diceritakan dari
ayahnya Ka‟ab bahwa telah
berkata pada mereka Rasulallah Saw. : “Bahwasanya beliau makan
dengan tiga jari apabila telah
habis makanannya belaiu menjilati jemarinya”. (HR. Muslim).
ح س و ي ال ف ط ع اًها, ن ك د ح أ ل ك ا أ ذ : إه ال ق ن ل س ّ َه
ي ل ع ى هللا ل ص ي به الٌ ى , أ اس ب ع يه ب إه ي ع
8.)هتفق عليَ(.اِ ق عه ل ي ّ ا أ ِ ق ع ل ى ي ت ح ٍ د ي
Dari Ibnu Abbas Ra. bahwa Nabi Saw. bersabda: Jika salah seorang
dari kalian makan janganlah
mengusap tangannya hingga ia (sendiri) menjilati tangannya atau
(orang lain) yang menjilatinya.
(Muttafaqun alaih).9
Hadits di atas menggambarkan bagaimana Rasulullah makan dengan
cara yang
sederhana dan tidak berlebihan serta sangat berhati-hati
kemudian tidak pernah menyisakan
sedikitpun dari makanannya, maka Pokok masalahnya adalah
penerapan hadits ini pada zaman
sekarang yang serba modern, kemajuan zaman pun semakin canggih,
begitu pun makananan
sangat melimpah, dan bagaimana aspeknya terhadap kehidupan
masarakat, maka itulah yang
mendorong penulis untuk mengkaji lebih seksama pada masalah
ini.
dikarenakan yang mencangkup kehidupan mua‟amalah salah satunya
adalah cara makan
sehari-hari yang baik dan benar, sebagaimana kebanyakan
masarakat dewasa ini menjalani
kehidupan tidak jauh dengan makanan yang menjadi kebutuhan
hidup, namun masih sedikit
7 Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjâj bin Muslim Al-Qusyayri
Al-Naisȃburȋ, Al-Jȃmi’ Al-Shahȋh Al-
Musamma Shahȋh Muslim. (Beirut: Dâr Al-Afâq Al-Jadȋdah, tth).
J,6. h. 114. 8 Majiduddin Abu Al-Sa‟adâd Al-Mubarak bin Muhammad
Al-Jaziri Ibnu Al-Tsir Al-Mashur bi Ibnu Atsir Al-Jaziri,
Jami’u Al-Ushul min Ahadisi Al-Rasul, J.7 (Beirut: Daar Al-Ihya‟
Al-Turas Al-„Arabi, 1980), h. 386 9 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulugul
Maram min Adillatil Ahkam, Baab Al-Adab, (Mauqi‟u musakkah lil
kutub Al-Islamiyah, www.almeshkat.net ) CD Maktabah Syamilah. h.
567.
http://www.almeshkat.net/
-
diantara ummat yang mengerti tentang berkah yang akan didapat
tatkala sesudah makan dengan
menjilat jari-jemari, karena kebanyakan ummat pada abad modern
ini masih ingin yang praktis
dan tidak ingin sedikit kotor disebabkan makan dengan
tangan.
Walaupun pada zaman modern seperti saat ini yang sudah maju dan
Karena pada
umumnya kebanyakan masarakat selalu menyediakan berbagai
peralatan makan dari sendok,
garpu, pisau dan sejenisnya sehingga jarang sekali kita temukan
masarakat di zaman modern ini
makan dengan menggunakan jari tangannya apalagi sampai
menjilatinya . selanjutnya seiring
perkembangan zaman makan menggunakan jari-jemari sudah tidak
umum lagi atau bahkan
bertentangan dengan etika pada umumnya, namun disisi lain ini
merupakan ajaran Rasul, kenapa
demikian munkin adakah hikmah dibalik perbuatan tersebut, hal
inilah yang penulis ingin
mengkaji lebih jauh lagi.
Karenanya Hadits Nabi Saw. tentang: ”anjuran Nabi kepada ummat
untuk menjilat jari
setelah makan” menarik untuk dilakukan penelitian secara
mendalam baik dari segi rawi, sanad
dan matan, untuk diketahui kehujjahannya sehingga dapat
diperoleh suatu pemahaman yang jelas
terhadap kedudukan Hadits tersebut, apalagi kontek implikasi
terhadap kesehatan. Melihat uraian
di atas, penulis melakukan penelitian untuk kemudian disajikan
dalam suatu bentuk penelitian
yang berjudul : “Hadits tentang Menjilat Jari setelah Makan dan
Hubungannya dengan
Kesehatan”.
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, penulis
menghendaki kejelasan lebih lanjut melalui penelitian ini, yakni
mengenai Hadits tentang
-
menjilat jari setelah makan dan implikasinya terhadap kesehatan
hidup, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tashȋh dan autentisitas Hadits yang menjelaskan
tentang menjilat jari setelah
makan?
2. Bagaimana kehujahan Hadits yang menjelaskan tentang menjilat
jari setelah makan?
3. Bagaimana kandungan Hadits yang menjelaskan menjilat jari
setelah makan?
4. Bagaimana tinjauan Hadits Menjilat jari setelah makan dan
implikasinya terhadap
kontekstualisasi kesehatan hidup?
C. Tujuan Penelitian
Memperhatikan perumusan masalah di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1. Tashȋh dan autentisitas Hadits yang menjelaskan tentang
menjilat jari setelah makan.
2. Kehujjahan tentang Hadits yang menjelaskan tentang menjilat
jari setelah makan.
3. Kandungan dan Syarâh tentang Hadits yang menjelaskan tentang
menjilat jari setelah
makan.
4. Tinjauan Antropologis terhadap Hadits Menjilat jari setelah
makan dan Implikasinya terhadap
kontekstualisasi kesehatan hidup.
D. Kegunaan Penelitian
Dari Hasil perumusan masalah di atas, maka Kegunaan penelitian
ini adalah sebagai
berikut:
1. Kegunaan Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
khazanah keilmuan
dalam dunia pendidikan dan pergaulan hidup masyarakat, khususnya
di bidang analisis, takhrȋj,
-
syarâh Hadits, dll, serta berlanjut dalam penelitian
selanjutnya, Hadits tentang makan dengan
menjilat jari ini dapat dijadikan rujukan dalam penerapan konsep
kesehatan dan pergaulan hidup.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi akademisi dan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan dalam
menerapkan konsep
kesehatan untuk setiap individu dalam proses pergaulan dan
pendidikan serta moral.
b. Bagi pergaulan baik di luar maupun didalam pendidikan
Hasil peneliatian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan
dalam menerapkan
konsep kesehatan dan pergaulan dan peningkatan kualitas hidup
pemahaman para pelajar
maupun masyarakat luas dan umat islam pada umumnya terutama yang
berkaitan dengan riwayat
Hadits.
E. Kerangka Teori
Pembahaasan Hadits dapat dilakukan melalui ilmu riwâyah dan
dirâyah. yakni
pendekatan kesejarahan normatif. Ilmu Hadits riwayah adalah ilmu
tentang penerimaan (naql,
tahammul), pemeliharaan (dhȃbit, hifdz), pentadwin-an dan
penyampaian (tahri-tadwin) Hadits.
Ilmu Hadits dirâyah adalah kaidah tentang rawi, sanad, dan matan
yang menentukan maqbūl
dan mardŭd-nya Hadits. Dalam menggunakan pendekatan metode
tersebut, diketahui proses
transformasi Hadits, sejak wurudnya pada masa Nabi Saw.
Dipahami, dihayati, dan diamalkan
oleh umat islam, dihimpun dan di tadwin, dikaji dan dianalisis
melalui kaidah tahdis.
Esensi dan eksistensi Hadits secara ontologis, dipahami melalui
ta’rȋf baik secara
istilâh, dilâlah, maupun arkân. Hadits secara istilâh dipahami
sebagai yang di idhâfahkan
kepada Nabi Saw, berupa perkataan, perbuatan, taqrȋr, dan lain
sebagainya. Secara dilâlah
-
Hadits adalah semua teks yang termaktub pada kitab Hadits
sebagai mashâdir ashliyah.
Sedangkan secara arkân, Hadits meliputi matan yang lengkap
dengan rawi sanadnya.
Kehujjahan Hadits dibahas dengan cara mengetahui kualifikasi,
kualitas, serta
pengamalannya. Kualifikasi Hadits dari segi jumlah rawi, terbagi
kepada Mutawatir dan Ahâd.10
Mutawatir menurut istilah ilmu Hadits berita yang diriwayatkan
oleh banyak orang pada setiap
tingkat periwayat dari awal sampai akhir (dari sahabat sampai
Mukhârij),11 yang menurut ukuran
rasio dan kebiasaan mustahil para periwayat yang jumlahnya
banyak itu bersepakat untuk
berdusta. Sebagian ulama memasukkan penyaksian panca indra
sebagai salah satu syarat. Hadits
mutawatir berkedudukan Qath’ȋ Al-Tsubut yaitu mutlak
kebenarannya beritanya, karenanya
wajib diamalkan.
Ahâd adalah Hadits yang diriwayatkan oleh satu,12 dua atau lebih
periwayat yang tidak
mencapai tingkat mutawâtir.13 Hadits ahâd wajib diamalkan
apabila telah memenuhi syarat
diterimanya suatu Hadits. Penelitian terhadap Hadits Ahâd ini
akan menentukan kualitas Hadits
tersebut, yaitu Maqbŭl (diterima) atau Mardŭd (ditolak). Hadits
ahâd yang telah diketahui
maqbŭl, dapat dijadikan hujjah. 14 Hadits maqbŭl ada yang ma’mŭl
bih dan ada yang ghair
ma’mŭl bih.15
Hadits maqbŭl menurut istilah adalah yang memenuhi seluruh
syarat diterimanya
suatu Hadits.16 Adapun Hadits mardŭd. menurut istilah adalah
yang tidak memenuhi seluruh
syarat diterimanya sebuah Hadits atau sebagiannya saja.17
10
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progresif 1997) h.
1534. 11
Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadis Ulumuhu wa
Musthalahuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), h.
301. 12
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, h. 1542-1543 13
Muhammad Ajjaj, Ushul, h. 302. 14
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, h. 1087. 15
Muhammad Ajjaj, Ushul, h. 303. 16
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, h. 486. 17
Muhammad Ajjaj, Ushul, h. 303.
-
Dengan demikian, Hadits maqbŭl adalah Hadits yang dapat diterima
atau pada dasarnya
dapat dijadikan hujjah. Yaitu dapat dijadikan pedoman dan
panduan pengamalan syari‟at, alat
istinbath dan bayân terhadap Al-Qur‟an, dan dapat diistinbathi
dengan ushul fiqh. Sedangkan
Hadits mardŭd adalah Hadits yang ditolak atau tidak dapat
dijadikan suatu hujjah.18
Hadits maqbŭl itu terdiri dari Hadits yang shahȋh dan hasan.
Sedangkan Hadits mardŭd
itu terdiri dari Hadits dha’ȋf. Tetapi apabila Hadits dhai’ȋf
itu ada yang menguatkan Hadits lain
yang lebih kuat atau dari Hadits dha’ȋf lainnya, maka Hadits
dha’ȋf itu naik derajatnya menjadi
Hadits Hasan lighairihi yang berkedudukan maqbūl.
Studi Hadits Harus dilakukan dengan metode takhrȋj. Metode
takhrȋj berarti
menunjukkan terhadap tempat Hadits pada kitab sumber aslinya
yang mengoleksi lengkap
dengan sanadnya serta dijelaskan martabat seseuai dengan
keperluan.
Hadits adalah sumber ajaran agama islam setelah Al-Qur‟an, yang
berfungsi sebagai
dasar tasyrȋ’, dan sebagai penjelas bagi Al-Qur‟an. Oleh karena
itu Hadits harus dipahami
maksud dan kandungan yang terdapat dalam Hadits dengan benar
supaya terhindar dari
penafsiran yang menduga-duga. Hal tersebut dapat dilakukan
diantaranya dengan melalui
metode syarâh. 19
F. Langkah-langkah Penelitian
Dalam langkah-langkah penelitian ini ada beberapa metode yang
akan dipaparkan
sebagaimana berikut ini:
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui penelitian perpustakaan
(Library research). Langkah
pertama, meninjau teori tentang takhrȋj, kemudian Hadis tentang
Makan dengan menjilat jari di
18
Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian riwayah dan Dirayah, (Bandung:
Mimbar Pustaka, 2008) h. 131. 19
Endang Soetari Ad, Ilmu Hadits. h. 124-136.
-
takhrȋj. Takhrȋj adalah kegiatan menelusuri Hadits lengkap
dengan sanad matannya pada sumber
aslinya dan menjelaskan derajatnya, bagaimana memahami kendungan
maknanya. Untuk
mendalami tema ini, maka peunulis menggunakan syarâh historis
antropologis serta syarâh
metode kontektual.
Dalam upaya melakukan pembahasan tentang makan dengan menjilat
tangan dan
implikasinya terhadap kontekstualisasi kesehatan, diperlukan
sejumlah data kualitatif, sumber
data dan media dari mana data atau informasi yang diperoleh,
metode dan teknik pengumpulan
data serta teknik analisis data.
Data diperlukan sebagai bahan yang dianalisis secara logis.
Sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data dibutuhkan sebagai
upaya pengorganisasian
(organizing) data dalam rangka menentukan sejauh mana kualitas
data yang telah ditemukan.
2. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu
data yang tidak mengadakan
perhitungan secara kuantitatif.20 Jadi jenis data yang penulis
kumpulkan dalam penelitian ini
berbentuk catatan-catatan, penjelasan-penjelasan yang berbentuk
tulisan ilmiah dari para ahli,
atau dokumen-dokumen yang penulis ambil dari buku-buku ilmiah
yang terdapat di beberapa
perpustakaan baik pribadi, perpustakaan kampus maupun
perpustakaan umum: kitab-kitab Hadits
dan syarahnya (klasik dan kontemporer) yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data
sekunder (utama dan penunjang)
dengan bantuan informasi kitab-kitab kamus Hadits, seperti
Al-Jâmi Al-Shagȋr karya Al-Suyuthi,
20
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuallitatif, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1990), h. 2.
-
dan juga Al-Mu’jâm Al-Mufahrâs li Al-Hafidz Al-Hadits Al-Nabawi
karya Wensink, Mausu’ah
Athrâf Al-Hadits Al-Nabawi Al-Syarȋf karya Abu Hajir Muhammad
Al-Sa‟id bin Baysuni Zaglul,
CD Kutub Al-Tis’ah, CD Gawami’ Al-Kalim dan CD Al-Maktabah
Al-Syâmilah.
Kitab-kitab Hadits sebagai sumber data utama adalah sumber asli
yang terdiri dari kitab
Hadits Musnad, Shahih, Sunan, Mustadrak, Mustakhraj dan lainnya.
Data rawi Hadits ditelusuri
melalui kitab-kitab Rijūâl Al-Hadits, seperti Al-Ishȃbah fȋ
Tamyȋz Al-Shahȃbah, Tahdzȋbu Al-
Tahdzȋb dan Tahdzȋb Al-Kamȃl.
Sedangkan untuk kritik matan, sumber yang diambil berasal dari
kitab syarȃh Hadits,
serta kitab-kitab dan buku-buku yang berhubungan dengan judul
penelitian ini. Dengan
mempertimbangkan fokus permasalahan tersebut, sampel sumber data
dalam penelitian ini
adalah:
a. Untuk mendapatkan data tentang takhrȋj Hadits dan berbagai
masalah yang berhubungan
dengan hal tersebut, penulis mengambil sumber data dari
kitab-kitab Hadits klasik dan
kontemporer, kitab kamus hadis, Compak Disk (CD) Gawâmi
Al-Kalem, (CD) Maktabah
Syâmilah, buku-buku Hadits yang tersedia diperpustakaan sebagai
sumber sekunder utama,
majalah pendidikan dan media lainnya sebagai data sekunder
penunjang.
b. Untuk mendapatkan data tentang kesehatan hidup, sumber
datanya diperoleh melalui buku-
buku tentang yang berhubungan dengan kesehatan dan etika hidup,
kemudian memadukan
dengan kitab-kitab hadis untuk mendapatkan kejelasan tentang
kesehatan dan etika hidup
sebagai sumber data sekunder utama dan buku-buku islamik
kontemporer yang berhubungan
dengan hakikat kesehatan tersebut sebagai data sekunder
penunjang.
-
c. Untuk memperoleh keterangan mengenai implikasi dan hakikat
makan dengan menjilat
tangan terhadap kontekstualisasi kesehatan hidup, sumber datanya
diperoleh melalui buku-
buku tentang judul penelitian di atas.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam suatu
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk
mendapatkan data sesuai dengan apa
yang diharapkan. Maka, dalam hal ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada, antara studi kepustakaan, telaah
takhrȋj, tekhnik wawancara atau
konsultasi dengan dosen pembimbing dan teknik dokumentasi secara
bersamaan dalam suatu
penelitian.
5. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data
kualitatif. Untuk menganalisa data dalam tesis ini menggunakan
metode deskriptif dan metode
analisis. Metode deskriptif memaparkan sebuah realitas empiris
dan interpretasi yang merupakan
sebuah kajian.21 Dalam hal ini memaparkan secara teratur hal-hal
yang berkaitan dengan masalah
Hadits tentang Makan dengan menjilat jari.
Metode analisis dimaksudkan untuk menguraikan dan mengolah data
secara cermat dan
terarah (sistematis) yaitu melakukan perincian terhadap
istilah-istilah sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan atas makna yang tekandung di dalamnya.22 Dalam
masalah ini pernyataan mengenai
Hadits tentang menjilat jari setelah makan diungkapkan terlebih
dahulu, kemudian dijelaskan
melalui data-data sekunder baik utama maupun penunjang.
21
M Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghilia, 1998), h. 3.
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
240.
-
Penelitian ini merupakan kritik terhadap sanȃd dan matan Hadits,
maka digunakan pula
metode takhrȋj Hadits yang merupakan metode baku dalam
penelitian terhadap kualitas Hadits.
Tujuan analisis data dalam penelitian ini adalah menyempitkan
dan membatasi penemuan-
penemuan sehingga menjadi suatu yang teratur, tersusun dan lebih
berarti. Jadi, analisis adalah
usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dari rumusan yang
tersusun. Maka setelah data
terkumpul peneliti melakukan: (a) mengumpulkan data utama berupa
Hadits menjilat jari setelah
makan. (b) kemudian mengolah data utama dan penunjang dengan
menganalisa data penelitian
ini. Peneliti menggunakan metode takhrȋj Hadis di mana metode
ini merupakan metode baku
dalam penelitian terhadap Autentisitas dan kualitas Hadits.
Langkah selanjutnya adalah tashȋh
yaitu analisa kualitas matan apakah dikutip dengan matan lengkap
sesuai dengan yang terdapat
dalam matan asli dan pada Al-Mashȃdir Al-Ashliyyah.
Untuk menentukan validitas hadits diperlukan dengan melihat
ketersambungan antar
sanad dengan melihat aspek tahammul wa al-ada (pengambilan
Hadits dari guru dan
penyampaian Hadits pada murid) satu sama lain. Langkahnya adalah
menganalisa terhadap sanad
Hadits dengan cara menganalisa ke-‘adil-an dan ke-dhâbit-an
setiap rawi yang meriwayatkan
Hadits tersebut. Menganalisa ke-‘adil-an para rawi adalah
sebagai bentuk analisa terhadap
karakter dan murū’at para rawi Hadits. Sedangkan ke-dhâbith-an
adalah perihal hapalan atau
intelektualitasnya yang dianalisa atau dinilai oleh para ulama
lainnya yang mengetahui seluk
beluk rawi. Jadi, dengan mengetahui status mereka sehingga dapat
diketahui ke-muttashil-an
sebuah Hadits.
Langkah yang selanjutnya adalah menetukan derajat sanad, yaitu
apakah sanad tersebut
termasuk: shahȋh, hasan dan dhaȋf dari sudut kualitasnya.
Mutawâtir, ahȃd, dari sudut kuantitas,
marfū’, mawqūf, maqthū’, mawdhū’ dari sudut qauli-nya.
-
Jadi analisis adalah usaha merinci dan mengklasifikasi data
serta dilakukan sebuah
interpretasi dan kritik sehingga diperoleh suatu kesimpulan dari
data yang diteliti tersebut.
Langkah-langkah dalam analisis data ini meliputi:
a. Mencari Hadits dalam kitab fan Maudhū’i kemudian menelitinya
dalam kitab kamus
Mausuatu athrâf, mu’jam al-mufahrās, dan mengumpulkan teks
Hadits dari kitab-kitab
mashâdir ashliyah.
b. Menyusun unsur yang terdapat dalam Hadits yaitu râwi, sanad
dan matan serta membuat
diagram sanad
c. Menentukan jenis Hadits dan râwi, sanâd dan matan.
d. Menentukan kualitas Hadits dengan cara tashih.
e. Melakukan tathbiq, dan taamul Hadits.
f. Memahami ungkapan yang terdapat pada teks dengan cara
mengalihkan lafadz-lafadz
tertentu.
g. Membahas munâsbah dan asbâb wurūd dari Hadits tersebut.
h. Menentukan istinbath ahkâm dan hikmah Hadits tersebut
i. Menganalisis problematika yang ada diseputar Hadits
j. Mengemukakan khulasah dan natijâh.
G. Telaah Pustaka
Berdasarkan penelusuran terhadap kepustakaan, penelitian takhrȋj
Hadits tentang
menjilat jari setelah makan sejauh ini belum ada yang
melakukannya. Baik kepustakaan yang
berupa buku yang ditulis oleh para ulama‟ maupun skripsi, tesis
dan desertasi. Akan tetapi
penelitian Hadits yang lain memiliki kesamaan baik secara
subtansi maupun secara metodologi.
-
Kesamaan secara subtansi karena masing-masing dari peneliti
Hadits ini mengkaji dan meneliti
satu Hadits yang menjadi sentral penelitian. Sedangkan kesamaan
secara metodologi adalah
masing-masing dari penelitian hadis ini menggunakan metode
syarâh dan takhrȋj Hadis. Sejauh
ini penulis meneliti tentang penelitian atau buku-buku yang
membahas Hadits Rasul yang
menganjurkan makan dengan tangan dan menjilat jari setelah makan
dan implikasinya terhadap
kesehatan, belum ada yang membahas secara spesifik dengan
mendalam, Penelitian yang ada
kesamaan baik dalam subtansi maupun metodologi adalah sebagai
berikut:
1. Etika makan dan minum perspektif Hadits, yakni skripsi yang
membahas Hadits tentang
makan dan minum, namun belum signifikan dengan Hadits yang
menganjurkan untuk
menjilat jari
2. Selanjutnya penulis juga menemukan “studi komparatif tentang
etika menurut ajaran Islam
dan Kristen, yang ditulis oleh Imas Rodiah namun disini penulis
telaah karyanya hanya fokus
terhadap etika antar Islam dan Kristen, belum membahas etika
dalam makan dengan tangan.
3. Begitu juga penulis mendapatkan buku tentang “kimia makanan”
yang membahas zat-zat
kimia yang terkandung dalam berbagai makanan, yang mana belum
penulis temukan
pembahasan tentang manfaat kesehatan makan dengan tangan hingga
menjilat jari setelah
makan, buku ini hanya membahas kandungan makanan saja.
4. Sebuah skripsi yang berjudul “Makanan perspektif Tafsir
Al-Qur‟an, yang menerangkan
tentang makanan yang terdapat dalam tafsir, yaitu bagaimana
Al-Qur‟an menyikapi makan,
namun belum dibahas secara mendalam unsur-unsur menjilat jari
setelah makan dan
hubungannya dengan kesehatan.
5. Begitu juga skripsi tentang “Penafsiran Hamka tentang makanan
yang sehat dalam Al-
Qur‟an” yang mana membahas makanan-makanan sehat yang terdapat
dalam Al-Qur‟an
-
perspektif Hamaka, menerangkan kandungan makanan yang
menyehatkan yang sesuai dengan
Al-Qur‟an menurut Hamka, dan belum membahas hubungan dengan
menjilat jari setelah
makan yang mana hanya menukil sedikit saja.
6. Begitu pula buku yang berjudul “Amankah makanan yang anda
konsumsi?” yaitu sebuah
buku penelitian tentang keamanan makanan yang kita konsumsi
sehari-hari yang hanya fokus
kepada aspek keamanan dan kesehatannya saja belum ada
unsur-unsur etika dan cara makan
nabi yang menjilat jari setelah makan.