Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansia mulai dapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini. Maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlun diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan / atau mentalnya tidak memungkinkan lagi berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat ( GBHN, 1993 ). Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para professional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian ( mortalitas ) lansia. Pelayanan kesehatan, social, ketenagakerjaan, dan lain-lainya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individual , kelompok lansia, keluarga, Panti social tresna 1
42

Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Jan 01, 2016

Download

Documents

Resa Ariansyah

jbbjknlknlm;klk'lk]']]
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat

perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya.

Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.

Perlahan tapi pasti masalah lansia mulai dapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini

merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia

harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini.

Maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlun diberi

kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang

karena kondisi fisik dan / atau mentalnya tidak memungkinkan lagi berperan dalam

pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat

( GBHN, 1993 ).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para professional

kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka

kesakitan (morbiditas) dan kematian ( mortalitas ) lansia. Pelayanan kesehatan, social,

ketenagakerjaan, dan lain-lainya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat

individual , kelompok lansia, keluarga, Panti social tresna wreda (PSTW), Sasana Tresna

Wreda (STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (Primer).

Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan (Skunder), dan sarana pelayanan kesehatan

tingkat lanjutan (Tersier) untuk mengatasi permasalahan pada lansia. Perancangan Hari

Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1999 di Semarang oleh President

Soeharto merupakan bukti dan Penghargaan pemerintah dan masyarakat terhadap lansia.

B. Ruang Lingkup

a. Pelayanan sosial kesejahtraan pada usia lanjut

b. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia

c. Contoh Jenis Pengelolaan Kesejahteraan Lansia Di Institusi Dan Masyarakat

d. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia Di Negara Indonesia

1

Page 2: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

C. Sistematika Penulisan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup

C. Maksud dan Tujuan

D. Sistematika Penulisan

E. Metode Penulisan

Bab II Pembahasan

A. Pelayanan Kesejahteraan Social Usia Lanjut

a. Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

b. Sasaran Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

c. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

d. Sifat Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

e. Prisip Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

f. Proses Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

g. Hubungan antara heterogenitas populasi lansia dan berbagai jenis pelayanan

kesejahteraan pada lansia

h. Istilah- Istilah Dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial Usia Lanjut

B. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia

a. Azas Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

b. Pendekatan Dalam Upaya peningkatan Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

c. Jenis Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

C. Contoh Jenis Pengelolaan Kesejahteraan Lansia Di Institusi Dan Masyarakat

a. Silver College

b. Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut

D. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia Di Negara Indonesia

a. Payung Hukum Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Lansia Di

Indonesia

b. Tiga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

2

Page 3: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

B. Saran

Daftar Pustaka

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah :

a. Studi Dokumentasi

Yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mempelajari naskah-naskah dan

dokumen-dokumen lainnya baik berbentuk buku sumber ataupun dari internet.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori dalam

buku atau literature lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3

Page 4: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kesejahteraan Social Usia Lanjut

Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan sosial, bimbingan

,konseling,bantuan,santunan dan perawatan yang dilakukan secara terarah, terencana dan

berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar

pendekatan pekerjaan sosial.

Di Indonesia, pelayanan kesejahteraan social bagi warga usia lanjut secara umum

boleh dikatakan masih merupakan hal yang baru. Hal ini dikarenkan prioritas yang diberikan

pada populasi usia lanjut memang baru saja mulai diperhatikan. Sebelum GBHN 1993, upaya

kepada populasi usia lanjut selalu dikaitkan dengan istilah “ usia lanjut dan jompo “. Terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kesejahteraan social bagi

populasi usia lanjut, ( Hadi Martono, 1997 ).

Populasi usia lanjut merupakan populasi yang heterogen. Tidak semua individu dalam

populasi usia lanjut memerlukan pelayanan social dalam bentuk yang sama. Ini dikarenakan

populasi usia lanjut, walaupun secara keseluruhan termasuk golongan populasi yang rapuh

kesehatan/ kesejahteraan, tetapi dalam derajat yang berbeda- beda.

Jenis pelayanan yang dibutuhkan sangat bervariasi. Mengingat heterogenesis populasi

usia lanjut yang ada, disertai kenyataan bahwa aspek fungsional seorang individu usia lanjut

tergantung dari 3 faktor ( fisik, psikis, dan social ekonomi ) maka jelaslah bahwa akan

terdapat banyak segi pelayanan yang dibutuhkan.

Pelayanan kesejahteraan social pada usia lanjut membutuhkan keterkaitan antara

semua bidang kesejahteraan, antara lain : kesehatan, social, agama, olahraga, kesenian,

koperasi dan lain- lain. 

a. Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok yang

dilaksanakan antara lain:

1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti

2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti

4

Page 5: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia

4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

b. Sasaran Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Sasaran program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia:

1. Lanjut Usia

2. Keluarga

3. ORSOS /LSM

4.  Masyarakat.

c. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman, tentram dan sejahtera.

b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.

c.  Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.

d.  Terwujudnya kwalitas pelayanan.

 

d. Sifat Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia baik yang dilaksanakan oleh

pemerintah maupun maupun masyarakat mengandung sifat preventif , kuratif dan

rehabilitatif.

1. Preventif atau pencegahan, Pelayanan sosial yang di arahkan untuk pencegahan

timbulnya masalah baru dan meluasnya permasalahan lanjut usia, maka dilakukan

melalui upaya pemberdayaan keluarga , kesatuan kelompok –kelompok didalam

masyarakat dan lembaga atau organisasi yang peduli terhadap peningkatan

kesejahteraan lanjut usia ,seperti keluarga terdekat, kelompok pengajian , kelompok

arisan karang werdha, PUSAKA, DNIKS, DNIKS ,LLI, BK 3 S, K3 S.

5

Page 6: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

2. Kuratif atau penyembuhan, Pelayanan sosial lanjut usia yang diarahkan untuk

penyembuhan atas gangguan-gangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik ,

psikis maupun sosial.

3. Rehabilitatif atau pemulian kembali , Proses pemulihan kembali fungsi-fungsi sosial

setelah individu mengalami berbagai gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi

sosialnya.

e. Prisip Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO.

46/1991 tentang principles for Older Person ( Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang pada

dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang meliputi

kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat , Yaitu :

a. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.

b. Melaksanakan, mewujudkan hak azasi lanjut usia.

c. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.

d. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.

e. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan

masyarakat.

f. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan

perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan

kemitraan dengan berbagai pihak.

g. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat

memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta perlindungan

sosial dan hukum.

h. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan

prasarana dalam kehidupan keluarga,serta perlindungan sosial dan hokum.

6

Page 7: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

i. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana pendidikan ,

budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat.

j. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat dan

kemampuan.

k. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk berpartisipasi

aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya.

l. Khusus untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan.

f. Proses Pelayanan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Proses pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia di dalam panti dan luar panti :

1. Persiapan

a. Sosialisasi program dan kegiatan Panti/Orsos bagi lanjut usia penerima

pelayanan , keluarga dan masyarakat.

b. Kontak (Pertemuan pertama antara pihak panti/orsos dengan lanjut usia dan

keluarganya/yang mewakili).

c. Kontak( kesepakatan pelayanan atau bantuan secara tertulis antara klien

dengan pihak panti/pekerja sosial.

d. Pengungkapan masalah lanjut usia.

e. Rencana tindak/intervensi.

2. Pelaksanaan Pelayanan.

a. Pelayanan sosial

b. Pelayanan fisik

c. Pelayanan psikososial

d. Pelayanan ketrampilan

7

Page 8: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

e. Pelayanan keagamaan/ spiritual

f. Pelayanan pendampingan

g. Pelayanan bantuan hukum.

3. Monitoring dan evaluasi .

4. Terminasi.

5. Pembinaan lanjut.

g. Hubungan antara heterogenitas populasi lansia dan berbagai jenis pelayanan

kesejahteraan pada lansia

Hubungan antara heterogenitas populasi lansia dan berbagai jenis pelayanan

kesejahteraan social yang dibutuhkan akan dijelaskan lebih lanjtu berikut ini. Heterogenitas

populasi usia lanjut ( brocklehurst and allen, 1987 ) :

Untuk melihat jenis penanganan yang diperlukan oleh populasi usia lanjut, cara yang

paling praktis adalah melihat heterogenitas populasi usia lanjut ditinjau dari aspek fungsional

dan kesehatannya. Dari aspek tersebut, maka populasi usia lanjut bisa diklasifikasikan

sebagai berikut :

Populasi usia lanjut yang “ sehat “ : golongan populasi usia lanjut ini secara

fungsional masih tidak tergantung pada orang lain, aktivitas hidup sehari- hari ( AHS )

masih penuh, walaupun mungkin ada keterbatasan bagi segi social ekonomi yang

memerlukan beberapa pelayanan, misalnya perumahan, peningkatan pendapatan, dan

pelayanan lain. Upaya dari para lansianya sendiri memerlukan motivasi dan fasilitas

dari petugas yang terkait, antara lain dengan membentuk klub usia lanjut atau “ karang

werdha “.

Populasi lansia dengan penyakit akut maupun kronis : populasi golongan ini jelas

memerlukan pelayanan kesehatan khusus, misalnya penyediaan bangsal akut/ kronis

dan rehabilitasi termasuk upaya penyediaan dana perawatan. Walaupun tergantung

dari keadaan individual, secara umum populasi usia lanjut sangat rawan dalam bidang

social ekonominya, sehingga pelayanan social bagi golongan ini juga perlu

8

Page 9: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

mendapatkan perhatian khusus. Populasi lansia yang termasuk golongan ini dapat

dibagi lagi menjadi beberapa golongan, antara lain :

Mereka yang mempunyai sakit akut, ringan, atau sedang : untuk golongan ini

diperlukan upaya pelayanan kesehatan puskesmas atau dokter praktek swasta,

dengan dukungan perdana yang jelas.

Mereka dengan sakit akut berat : golongan ini memerlukan perwatan geriatric

yang lebih lengkap dan spesialistik, karenanya perlu perawatan dibangsal rumah

sakit.

Mereka yang menderita sakit kronis/ tak bias mandiri di rumah : Untuk

golongen ini suatu pelayanan geriatric di bangsal kronis atau panti rawat wredha

(nursing home) merupakan suatu kebutuhan, hingga pengadaanya perlu

diupayakan.

Mereka yang menderita gangguan mental dan atau dementia berat : untuk

golongan lansia ini, suatu pelayanan psiko- geriatric di berbagai tingkat pelayan

sudah harus mulai diupayakan keberadaannya.

Mereka yang memerlukan bantuan rehabilitasi : tergantung dari jenis

rehabilitasinya, maka penderita ini bias mendapat bantuan dari perawat atau

petugas rehabilitasi atau klinik rawat siang atau dari institusi rehabilitasi lain

Populasi lansia dengan penyakit terminal : upaya yang diberikan bagi populasi ini

lebih mengarah ke pemberian rumatan kesehatan yang disebut rumatan hospis, baik

rumah atau di rumah sakit, tetap[I beberapa dukungan peraturan mungkin diperlukan.

h. Istilah- Istilah Dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial Usia Lanjut

Klub lansia : adalah suatu perkumpulan atau paguyuban dari para usia lanjut yang

sebaiknya berasal dari satu lingkungan hunian. Dalam istilah social, klub ini sering

disebut pula “ karang werdha “ . dalam klub ini para lansia yang sehat atau mandiri

dapat mengadakan berbagai kegiatan fisik/ rohani- kewajiban/ social- ekonomi secara

bersama- sama.

9

Page 10: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Pelayanan bantuan di rumah ( home help service ) : merupakan suatu kegiatan

pemberian bantuan pada para lanjut usia dengan berbagai keterbatasan fisik. Layanan

bias berupa pengerjaan berbagai kegiatan rumah tangga ( pembersihan rumah, cuci/

laundry ) atau pemberian rawatan/ rehabilitasi ( home nursing/ rehabilitation )

Hunian khusus lanjut usia : disamping para lansia yang masih bisa dan mau tetap

tinggal di rumahnya yang lama, terdapat beberapa jenis hunian yang di rancang dan

diperuntukan bagi para lansia, antara lain adalah :

Perumahan khusus lansia

Dimana rumah lansia tersebut di desain sesuai dengan lansia seperti lantai tidak

licin, ukuran tempat tidur dan lain-lain. biasanya di peruntukan untuk lansia yang

masih mandiri dan hidup terpisah dengan ankanya yang sudah menikah.

Perumahan lansia yang terlindungi

Dimana perumahan tersebut di peruntukan untuk lansia yang memiliki

keterbatasan fisik. Contohnya anak tangga di lengkapi dengan ram( ramp)

sehingga memudahkan akses dengan kursi roda.

Panti Wredha

Merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara

fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi( terutama ) mepunyai keterbatasan

dibidang social –ekonomi. Kebutuhan harian dari para penghuni biasanya di

sediakan oleh pengurus panti. Diselenggaran oleh pemerintah atau swasta.

Panti perawat Wredha

Merupakan institusi hunian bagi lansia yang di peruntukan untuk lansia yang

menderita penyakit kronis dan tetap memerlukan perawatan dan tau rehabilitasi

jangka panjang. Penderita tersebut sudah tidak memerlukan perawatan di rumah

sakit dan akan menemui kesulitan apabila hidup di rumahnya sendiri karena tidak

ada tenaga ahli yang menanganinya.

Respite – care ( rumatan liburan)

10

Page 11: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Adalah suatu pelayanan yang bisa disediakan oleh suatu panti wredha atau

bangsal geriatric kronis, berupa admisi sementara bagi seorang penderita geriatri

kronis yang tadinya dirawat dirumah , dimaksudkan untuk member istirahat atau

hiburan/liburan bagi keluarga yang merawatnya untuk menghindari kejenuhan

dalam merawat penderita.

B. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi : azas, pendekatan dan jenis

pelayanan kesehatan yang diterima.

a. Azas Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

Azas yang dianut oleh department Kesehatan RI adalah Add Life to Years, add Health

to life,and AddYears to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lansia, meningkatkan

kesehatan dan memperpanjang usia. Menurut WHO azas mengenai upaya peningkatan

mengenai pelayanan kesehatan pada lansia adalah to Add Life the Yearsthat Have Been

added to Life, dengan prinsip kemerdekaan ( independence), Partisipasi, perawatan (care),

pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (diginity ).

b. Pendekatan Dalam Upaya peningkatan Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

Menurut WHO , pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan pelayan kesehatan

pada lansia adalah sebagai berikut :

- Menikmati hasil pembangunan ( sharing the benefits of social development ).

- Masing-masing lansia mempunyai keunikan ( individuality of aging persons )

- Lansia diusahakan mandiri dalamberbagai hal ( nondependence )

- Lansia turut memilih kebijkan ( choice ).

- Memberikan perawatan dirumah. ( home care ).

- Pelayanan harus dicapai dengan mudah ( accessitability ).

- Mendorong ikatan akrab antar kelompok / antar generasi ( Engaging the aging ).

11

Page 12: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

- Transportasi dan utilities bangunan yang sesuai dengan lansiam( mobility)

- Para lansia dapat berguna dalam menghasilkan karya ( productivity ).

- Lansia beserta keluarga aktif mememlihara kesehatan lansia ( self help care and

family care).

c. Jenis Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu

peningkatan (promotion), pencengahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan (early

diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan (disability limitation), pemulihan

(rehabilitation).

Promotif

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga

merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga

professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-

norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang untuk

mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan keehatan yang optimal

serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang

perilaku hidup mereka.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut :

Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi

bahaya kebakarandalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan

mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.

Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar

dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan penggunaan sistem keamanan kerja.

Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk

mengurangi penggunaan semprotan bahan¬bahan kimia, mengurangi radiasi di

12

Page 13: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta

mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.

Meningkatkan keamanan, penanganan makanan, dan obat¬obatan. Hal ini dilakukan

untuk menjaga sanitasi makanan serta mencegah kemungkinan efek interaksi dan

overdosis obat-obatan.

Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk

mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.

Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A yaitu :

B – Berat badan berlebihan dihindari.

A - Atur makanan yang seimbang.

H – Hindari faktor risiko penyakit jantung iskemik dan situasi menegangkan.

A – Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan/hobi yang

bermanfaat.

G – Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.

I – Ikuti nasihat dokter.

A – Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.

Menyampaikan pesan pada lansia sehat mengenai kebugaran, makan, merokok,

alkohol, kelainan jiwa, kekerasan (rudapaksa), kesehatan kerja, kesehatan lingkungan,

obat dan makanan, kesehatan gigi, kesehatan ibu, penyakit jantung, stroke, kanker,

diabetes melitus, HIV-AIDS, penyakit hubungan seksual, imunisasi, dan pengawasan

penyakit.

Preventif

Dalam hal pencegahan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan

kesejahteraan lansia mencangkup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

13

Page 14: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Pencegahan primer :

Melakukan pencegahan primer, meliputi peningkatan kesehatan lansia seperti

memberikan tindakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Jenis

pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut :

- Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.

- Dukungan nutrisi.

- Exercise.

- Keamanan di dalam dan sekitar rumah.

- Manajemen stres.

- Penggunaan medikasi yang tepat

Pencegahan sekunder :

Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita

tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara

klinis.

Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut :

- Kontrol hipertensi.

- Deteksi dan pengobatan kanker.

- Screening: pemeriksaan rektal, mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain-lain.

Pencegahan tersier :

Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan

cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap,

tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3)

perawatan jangka panjang.

Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut :

14

Page 15: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan

membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis.

Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi

Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia lokal:

- Sebagai case rnanajer.

- Sebagai case finding.

- Memberikan informasi-informasi kesehatan.

Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia Regional:

Bekerja sama dengan pemerintah setempat tentang kebijakan-kebijakan usia

lanjut.

Menghadiri pertemuan-pertemuan tentang kesehatan lansia.

Melakukan lobi dalam melaksanakan program.

Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia Nasional:

- Keterlibatan dalam kebijakan publik.

- Negosiasi dan kompromi.

- Kerja sama multidisiplin.

Dignosis dini dan Pengobatan

Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan

petugas institusi.

Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes diri, skrining kesehatan, memanfaatkan

Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP),

serta penandatanganan kontrak kesehatan.

Oleh petugas profesional/tim :

Wawancara masalah masa lalu dan saat ini. Obat yang dimakan atau yang

diminum.

15

Page 16: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Skrining kesehatan, meliputi berat dan tinggi badan, kolesterol dan trigliserid,

tekanan darah, kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon dan rektum, visus

dan pendengaran, serta kesehatan gigi dan mulut.

Pemeriksaan status kejiwaan, meliputi status mental dan psikologis. Status

mental terdiri atas pengkajian memori, konsentrasi/perhatian, orientasi,

komunikasi, clan bicara. Status psikologis terdiri atas suasana hati, perilaku, dan

kesan umum.

Pemeriksaan status terdiri atas kontak sosial, faktor ekonomi, penyesuaian diri,

dan orang yang merawat lansia. Kontak sosial mencakup keluarga/teman,

kelompok sosial, penggunaan sarana, serta klub lansia. Faktor ekonomi

mencakup pendapatan, asuransi, dan biaya hidup. Penyesuaian diri mencakup

keadaan saat ini dan masa depan. Orang yang merawat lansia mencakup usia,

status kesehatan, keterampilan, derajat stres, kepandaian, serta tanggung jawab

sebagai keluarga.

Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri (independent), kurang mandiri

(partially), ketergantungan (dependent).

Pengobatan (early diagnosis and prompt treatment)

- Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem

muskuloskelelal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal,

saraf, dan integumen.

- Terhadap manifestasi klinik berupa nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang,

nyeri tungkai, nyeri kaki, demam, hipotermi, tak ada nafsu makan, kelemahan

umum, sesak napas, edema, obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri,

hipertensi, klimakterium, dan prostat.

- Terhadap masalah geriatri meliputi pikiran kacau (acute confusional state), jatuh,

imobilisasi, dekubitus, inkontinensia urine, inkontinensia alvi, gangguan mata,

gangguan telinga, dan osteoartritis.

16

Page 17: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Pembatasan kecacatan

Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka, otot, dan sistem saraf.

Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini :

Kecacatan sementara ( dapat dikoreksi )

Kecacatan menetap ( tidak dapat dipulihkan, akan tetapi dapat disubtitusi dengan

alat )

Kecacatan progreif ( tidak bisa pulih dan tidak bisa disubtitusi atau diganti ).

Rehabilitatif

Prinsip

- Pertahankan lingkungan yang aman.

- Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktivitas dan mobilitas.

- Pertahankan kecukupan gizi.

- Pertahankan fungsi pernapasan.

- Pertahankan fungsi aliran darah.

- Pertahankan kulit.

- Pertahankan fungsi pencernaan.

- Pertahankan fungsi saluran kemih.

- Meningkatkan fungsi psikososial.

- Pertahankan komunikasi.

- Mendorong pelaksanaan tugas;

Pelaksana: tim rehabilitasi (petugas medis, petugas paramedis, serta petugas

nonmedis)

Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan penglihatan berkurang atau tidak bisa melihat.

17

Page 18: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

- Membaca dengan jarak yang sesuai menggunakan kaca pembesar atau kacamata

baca yang cocok.

- Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata hitam agar

pandangan tidak kabur karena pengaruh sinar matahari.

- Gambar dan tulisan difotokopi untuk diperbesar agar mudah terlihat atau

terbaca.

- Lampu ruangan dan lampu baca dengan pencahayaan yang cukup terang.

- Telepon dengan angka besar.Memperkenalkan dan melatih berjalan di sekitar

lingkungan agar terbiasa dengan keadaan yang ada bisa ditemani atau

menggunakan tongkat.

- Belajar menggunakan tape recorder.

- Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara.

- Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan, contoh mayo.

- Melatih keterampilan tangan seperti menyulam.

- Menggunakan jam tangan atau jam dinding yang jarum dan angkanya bisa

diraba.

- Menggunakan alat bantu untuk menulis (pembatas tulisan).

Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang atau tidak bisa

mendengar.

- Membiasakan mendengar dan berbicara pada pertemuan dengan alat bantu

pendengaran elektronik.

- Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan, suara agak keras,

serta gerakan tangan dan kepala.

- Bel rumah yang dimodifikasi selain menggunakan bunyi juga ada lampu

menyala tanda bel berbunyi.

18

Page 19: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

- Menggunakan buku catatan sendiri untuk menulis pesan.

- Biasakan dan latih berjalan di lingkungan sekitar dan tempat ramai dengan

menggunakan alat bantu dengar, juga jelaskan kemungkinan bahaya dan cara

menghindarinya.

- Alat-alat yang berbunyi usahakan dengan suara keras seperti telepon.

Mendengar menggunakan alat bantu sederhana seperti pipa yang terhubung ke

telinga.

Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan atau immobilisasi

- Melatih jalan menggunakan tongkat dan kursi roda.

- Duduk dari berbaring dengan alat khusus, seperti pegangan yang dihubungkan

ke kaki.

- Mengerakkan kaki sebelum memasang sepatu.

- Melatih menggunakan sepatu dan dasi yang dimodifikasi dengan satu tangan.

- Kursi roda standar, yaitu sandaran fleksibel, injakan kaki bisa dibuka dan

ditutup, ada penahan roda, ada pegangan tangan di roda, bisa dilipat, serta

diangkat depannya.

- Kursi roda yang lebih baik lagi, yaitu ada penahan belakang lutut, bisa

meluruskan kaki, mudah vntuk berdiri, ada sabuk pengaman, ada dua tempat

pegangan tangan, dan bisa dilepas.

- Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda.

- Cara menggunakan kursi roda: menuruni tangga dengan belakang kursi roda

lebih dahulu dan menaiki tangga dengan depan kursi roda diangkat.

- Makan menggunakan alat makan dengan pegangan besar.

- Alat masak dan tempat masak yang dimodifikasi agar lebih mudah

menggunakannya.

19

Page 20: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

- Alat untuk permainan clan membaca yang dimodifikasi.

- Menggunakan pispot.

- Tempat mandi ada bangku untuk duduk clan sikat yang melekat di dinding.

- Toilet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang air besar.

- Menggunakan alat bantu gambar untuk menjelaskan clan meminta sesuatu.

- Latihan pasif untuk lansia yang mengalami paralisis pada tangan, kaki, dan jari.

- Selanjutnya, lakukan latihan aktif.

- Latihan jalan menggunakan satu tongkat, dua tongkat, serta kursi roda di jalan

biasa dan tangga.

- Kaki kursi menggunakan sepatu agar tidak mudah bergeser.

- Menjemur pakaian dengan menggunakan alat bantu.

- Menggunakan sisir besar, kegiatan membaca, clan berternu dengan lansia lain.

- Membuka kran menggunakan alat bantu dengan pegangan yang besar.

- Tempat mencuci dibuat khusus.

- Cara pindah dari tempat tidur ke kursi roda kemudian dari kursi roda ke tempat

duduk: perawat berhadapan dengan klien clan kedua tangan memegang bawah

aksila klien, sedangkan klien memegang bahu perawat.

Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan demensia

- Jika ada yang lupa, maka ingatkan dan bantu lansia. Misalnya, lupa dengan

keluarganya (anak sendiri), tidak tahu tempat buang air kecil.

- Mengingatkan lansia untuk membuat gambar bulan dan matahari pada tempat

tidurnya, untuk membedakan bulan untuk malam hari dengan matahari untuk

siang hari. Selanjutnya, siapkan obat pada tempat yang sudah ada labelnya.

20

Page 21: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Ingatkan hari, tanggal, dan tahun serta latih untuk mencoret hari yang lewat di

kalender.

- Mencatat setiap pesan dan di dekat telepon harus ada buku catatan.

- Buat catatan untuk nomor telepon penting.

- Tuliskan tempat-tempat atau ruangan dengan tulisan besar, contoh toilet, kamar

mandi, kamar tidur, dan lain-lain.

- Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang yang dikenal.

- Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi.

- Permainan kelompok: menentukan jenis bunga, menanyakan hari, serta gambar

dicocokkan dengan aslinya.

C. Contoh Jenis Pengelolaan Kesejahteraan Lansia Di Institusi Dan Masyarakat

a. Silver College

Silver College merupakan wadah bagi para lansia untuk berkiprah memberdayakan

masyarakat dan membangun negara pada kesempatan kedua. Bagi IPB, berdirinya

Silver College menggenapi Paguyuban Pensiunan Pegawai(P3) IPB dan Warga Usia

Lanjut (Wulan) IPB.

Silver College sendiri merupakan program khusus yang digulirkan Yayasan

Damandiri untuk membina para lansia,agar mereka lebih mampu memberikan dharma

baktinya pada keluarga dan masyarakat. Upaya pendirian Silver Club ini ditujukan

untuk memunculkan potensi mereka ke permukaan. Juga memberikan“kesempatan

kedua” kepada lansia untuk memberikan pengabdian dalam memberdayakan

keluarganya, masyarakat dan membangun negara. Melalui kelembagaan ini, para lansia

yang memiliki potensi dan kemampuan bisa terus diasah agar bermakna, untuk

melakukan darma baktinya yang kedua.

b. Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut

Sesuai Undang-undang nomor 13 tahun 1998 mengamanatkan bahwa pemerintah

dan masyarakat berkewajiban memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia.

21

Page 22: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Bertolak dari pemikiran tersebut maka Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha

( RPSTW ) Garut, sebagai salah satu unsur pelaksana sebagian tugas operasional balai,

mempunyai tugas pokok memberikan perlindungan dan pelayanan kesejahteraan bagi

lanjut usia terlantar/miskin di wilayah Priangan Timur.

Keberadaan RPSTW Jiwa Baru Garut merupakan salah satu respon terhadap

berkembangnya jumlah dan masalah lanjut usia, khususnya di wilayah Priangan Timur

oleh karena itu hakekat keberadaan RPSTW Jiwa Baru Garut tidak semata- mata

sebagai wadah pelayanan bagi lanjut usia tetapi juga memberikan perlindungan,

pelayanan, perawatan serta pengembangan dan pemberdayaan lanjut usia yang santun

didalamnya. Kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan bentuk pertanggung jawaban

RPSTW dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai ketentuan yang berlaku.

D. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia Di Negara Indonesia

a. Payung Hukum Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Lansia Di Indonesia

Payung hukum dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan Lansia di Indonesia

telah ditetapkan melalui perundang-undangan yang berlaku meliputi Undang- Undang.

Dua belas tahun peringatan Haluna (Hari Lansia Nasional) pada 29 Mei tahun ini,

mengangkat kesadaran sejumlah kalangan untuk semakin memahami penjelasan yang

lebih mendalam tentang sebab pentingnya peringatan Haluna ini.

Dalam kenyataan hari peringatan kepada penduduk lansia ini telah juga dilakukan

oleh masyarakat dunia dalam the International Day of Elderly People yang diperingati

pada setiap tanggal 1 bulan Oktober. Itu berarti bahwa upaya untuk mempedulikan kepada

Lansia semakin menjadi kepedulian bersama, meskipun pada era millennium ketiga ini

pembahasan secara khusus kepada Lansia tidak termasuk dalam agenda MDGs

(Millennium Development Goals).

22

Page 23: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk menaruh kepedulian kepada Lansia, yaitu

penduduk yang telah berumur 60 tahun ke atas, di Indonesia telah memperoleh payung

hukumnya sehubungan dengan tuntutan berbagai fihak pada pertengahan tahun 1990-an.

Saat itu jumlah Lansia telah mencapai jumlah 9 persen lebih dan AHH (Angka Harapan

Hidup) 66 tahun, dan akan terus meningkat sejalan dengan keberhasilan pembangunan

bidang kesehatan.

Payung hukum sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan Lansia di Indonesia

telah ditetapkan ketentuan perundangannya antara lain berupa Undang Undang, Peraturan

Pemerintah, Kepment, Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.

Kepedulaian kepada peningkatan kesejahteraan Lansia di nusantara ini dapat

ditelusuri legalitasnya melalui peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan

perundangan tersebut antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3390)

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 35)

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun

1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) yang berisi antara lain

tentang pelayanan kesejahteraan Lansia

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran

Negara Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3796) yang

memuat tentang hak-hak Lansia, kewajiban-peran serta masyarakat dan pemerintah

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara

Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886) yang memuat

antara lain tentang hak Lansia atas kesejahteraannya

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara

Tahun 2003 Nomor 39)

23

Page 24: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan

Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4451)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang berisi tentang

aksesibilitas di luar dan di dalam gedung bagi Lansia

9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun

2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara

Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588)

b. Tiga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia

Deputi Menkokesra Tiga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

lanjut usia, yaitu :

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 ( Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia ).

Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain

adalah ”bahwa pelaksanaan pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah

menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapah hidup

makin meningkat,  sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah”. Selanjutnya dalam

ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara lain dimuat mengenai

pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

dalam perikehidupan.

Dengan arah, agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan

dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi kearifan, pengetahuan,

keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya

24

Page 25: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

pemeliharaan taraf kesejahteraannya. Selanjutnya tujuan dari semua itu adalah untuk

memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian

dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa

Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia

diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan yang meliputi :

pelayanan keagamaan dan mental spiritual

pelayanan kesehatan

pelayanan kesempatan kerja

pelayanan pendidikan dan pelatihan

kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum

kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum

perlindungan sosial

bantuan social

Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu :

membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan

dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga

martabat dan meningkatkan kesejahteraannya;mengamalkan dan mentransformasikan

ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang

dimilikinya kepada generasi penerus;memberikan keteladanan dalam segala aspek

kehidupan kepada generasi penerus.

Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang

menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Sedangkan pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya

upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

25

Page 26: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 ( Tentang Pelaksanaan Upaya

Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia ).

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :

Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan

sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.

Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan

(kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.

Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam

penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan

perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.

Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan

administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk

seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik

pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan,

akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi,

penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu

wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam

penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum,

pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan mengenai

pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh

Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 ( Tentang Komisi Nasional Lanjut

Usia).

Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat

yang berjumlah paling banyak 25 orang.

Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang

kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana,

ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan prasarana

26

Page 27: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

wilayah, pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata, perhubungan,

pemerintahan dalam negeri.

Unsur masyarakat adalah merupakan wakil dari organisasi masyarakat yang

bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut usia, perguruan tinggi, dan dunia

usaha.

BAB III

27

Page 28: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk di Indonesia adalah merupakan

dari keberhasilan program dan pelayanan dibidang kesehatan yang membawa akibat

pada penambahan jumlah penduduk usia lanjut. Kondisi tersebut membawa

konsekwensi terhadap timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi

jasmaniah, rohaniah, sosial dan ekonomi bagi para lanjut usia

Dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut berarti pula

semakin diperlukan program pelayanan kesejahteraan bagi para lanjut usia dengan

jangkauan yang semakin luas dan kwalitas yang lebih baik.

B. Saran

Dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia, maka jumlah

penduduk Indonesia dengan usia lanjut akan semakin bertambah. Disamping itu pula,

dengan bertambahnya penduduk Indonesia dengan usia lanjut maka akan banyak

muncul permasalahan pada lansia tersebut. Diantaranya mengenai permasalahan bio,

psiko, sosio, maupun spiritual. Dan solusi permasalahan tersebut ada pada perawat.

Maka dari itu kita sebagai seorang perawat harus bisa menerapkan asuhan

keperawatan kepada lansia secara professional.

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: Bab 123 kesejahteraan lansia.doc

Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Hadi Martono. GERIATRI ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Edisi 4. 2009. FKUI,

jakarta

R. Siti Maryam. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. 2012. Salemba Medika.

Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas,

fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta

Setiabudhi, Tony. (2002). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek

Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama

SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari Berbagai

Aspek. 2005. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Qie30, (2009). Trend dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia. diakses 04 Mei 2011 dari

http://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatan-lansia/

Stanly, Mickey. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta

29