BAB 1PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPenyakit infeksi HIV (Human
immunodeficiency virus) / AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome)
merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini terdapat
hampir di semua negara di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini
disebabkan oleh retrovirus yang menyerang sistem pertahanan tubuh
dengan rusaknya sistem pertahanan tubuh maka orang yang terinfeksi
virus ini mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang dapat
berakibat fatal dan menyebabkan resiko kematian yang tinggi.1Angka
kejadian penderita HIV di dunia pada tahun 2008 tercatat sekitar
33.4 juta orang, dengan angka kejadian penderita baru sekitar 2,7
juta orang dan penderita yang meninggal sekitar 2 juta orang. Di
kawasan Asia-Pasifik sendiri angka kejadian penderita HIV pada
tahun 2009 tercatat sekitar 4,9 juta orang dimana mayoritas
penderita penyakit ini ada di 11 negara yaitu kamboja, China,
India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua New
Guinea, Thailand and Vietnam.2,3Di Indonesia, angka kejadian
HIV/AIDS sudah menjadi hal yang sangat menghawatirkan karena
tingkat penyebarannya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Sejak kasus pertama ditemukan tahun 1987 di Bali, pada tahun 2008
terdapat 16.110 kasus, tahun 2009 terdapat 19.973 kasus, pada akhir
tahun 2010 meningkat menjadi 24.131 kemudian kembali meningkat pada
tahun 2011 menjadi 26.482 kasus yang tersebar di 33 propinsi. Di
Jawa Tengah, jumlah penderita HIV/AIDS hingga juni 2011 mencapai
984 kasus dengan jumlah kematian 370 orang dengan prevalensi kasus
HIV/AIDS di Jawa Tengah sebesar 2,85 per 100.000 penduduk.4HIV
dapat mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah
infeksi akibat adanya kesempatan untuk muncul pada kondisi-kondisi
tertentu yang memungkinkan yang bisa disebabkan oleh organisme
patogen maupun non patogen. Secara klinis digunakan hitung jumlah
limfosit CD4 sebagai petanda munculnya infeksi oportunistik ini
pada penderita HIV/AIDS. Penurunan CD4 disebabkan oleh kematian CD4
yang dipengaruhi oleh HIV. Pada masa asimtomatik terjadi penurunan
CD4 secara lambat dan penurunannya semakin tajam pada stadium
infeksi HIV yang lanjut. Infeksi-infeksi oportunistik umumnya
terjadi bila jumlahCD4 < 200/uL atau dengan kadar lebih rendah.5
Berdasarkan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 dari
proporsi infeksi jamur superfisialis sebesar 50,7%. Secara klinis
didapatkan hasil terbanyak adalah kandidiasis oral (41,1%) diikuti
dengan dermatofitosis (16,4%) dengan rician tinea korporis (4,1%)
dan tinea kruris, tinea fasialis, onikomikosis masing-masing (2,7%)
sedangkan tipe pedis, tinea manus, tinea kapitis masing-masing
(1,4%).6Kandidiasis merupakan salah satu infeksi oportunistik pada
penderita HIV/AIDS dengan tingkat kejadian yang tinggi di
Indonesia. Menurut data Ditjen PP dan PL hingga tahun 2011
dilaporkan bahwa ada 7.534 kasus penderita HIV/AIDS dengan
kandidiasis.4Dari data-data diatas peneliti ingin meneliti mengenai
hubungan antara kadar CD4 dengan angka kejadian kandidiasis di RSUD
Tugurejo Semarang.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah hubungan kadar CD4 dengan Kandidiasis pada
penderita HIV/AIDS di RSUD Tugurejo Semarang?C. TUJUAN
PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kadar CD4 dengan kandidiasis pada penderita
HIV/AIDS di RSUD Tugurejo Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kadar CD4 pada penderita HIV/AIDS.b. Mengetahui
jumlah penderita dengan kandidiasis.
c. Menganalisis kadar CD4 pada penderita HIV/AIDS yang mengalami
kandidiasis.D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritisSebagai sarana media informasi dan
pengetahuan tentang hubungan kadar CD4 dengan kandidiasis pada
penderita HIV/AIDS.2. Manfaat teoritis
a. Menjadi sarana media informasi dan pendidikan untuk
mahasiswa.b. Menjadi sebuah acuan untuk penelitian yang lebih
lanjut.c. Menjadi sebuah acuan kebijakan yang lebih lanjut di RSUD
Tugurejo Semarang.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKAA. INFEKSI HIV DAN AIDS
1. Definisi
AIDS (Acquiredimmunodeficiencysyndrome)adalah sindrom atau
kumpulan gejala dengan penyakit infeksi tertentu akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh akibat infeksi HIV (Human immunodeficiency
virus).12. Patogenesis
Setelah transmisi HIV melalui mukosa genital yang merupakan
transmisi utama, sel dendritik (DC) yang ada di lamina propria
mukosa vagina akan menangkap HIV. DC bertindak sebagai antigen
presenting cell (APC) dan mempresentasikan HIV ke sel limfosit CD4
sehingga dapat merangsang limfosit T naive. Hal ini terjadi karena
DC mengekpresikan molekul major histocompatibility complex (MHC)
klas I, MHC klas II dan molekul kostimulator lain pada
permukaannya. Setelah HIV tertangkap DC akan menuju ke kelenjar
limfoid dan mempresentasikannya kepada sel limfosit T naive. Di
samping mengangkut HIV ke kelenjar limfe, DC juga mengaktivasi sel
limfosit CD4, dengan demikian akan meningkatkan infeksi dan
replikasi HIV pada sel limfosit Th. Pada manusia waktu lama dari
infeksi mukosa sampai terjadi viremia, berkisar antara 4-11 hari.
Hal ini juga tergantung dari apakah ada dari hal-hal lain yang
merusak barier mukosa, seperti misalnya inflamasi dan infeksi
(servisitis, uretritis).5HIV baik secara virus bebas ataupun yang
berada dalam sel yang terinfeksi akan menuju kelenjar limfe
regional dan merangsang respon imun seluler maupun humoral.
Mobilitas limfosit ke kelenjar ini justru menyebabkan makin banyak
sel limfosit yang terinfeksi. Dalam beberapa hari akan terjadi
limfopenia dan menurunnya limfosit CD4 dalam sirkulasi. Pada
keadaan dimana jumlah limfosit CD4 < 200/ml atau kurang, sering
terjadi gejala penyakit indikator AIDS. Spektrum infeksi yang
terjadi pada keadaan imunitas tubuh menurun pada infeksi HIV ini
disebut sebagai infeksi oportunistik. Pola infeksi oportunistik di
berbagai negara dapat berbeda, di Amerika Serikat infeksi
oportunistik yang sering dijumpai adalah PCP (Pneumocystic Carinii
Pneumonia) namun di Indonesia infeksi oportunistik yang sering
dijumpai adalah infeksi jamur dan tuberkulosis.53. Diagnosis
Diagnosis dini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium
dengan petunjuk dari gejala-gejala klinis atau dari adanya perilaku
resiko tinggi individu tertentu.
Untuk diagnosis HIV, yang lazim dipakai :
a. Rapid Tes : sensitifitas tinggi. Rapid tes membuat tes HIV
hanya butuh waktu yang singkat , lebih murah dan efektif. Hanya
membutuhkan satu jam hasil tes langsung di ketahuib. ELISA :
sensitifitas tinggi, 98,1%-100%. Biasanya memberikan hasil positif
2-3 bulan setelah infeksi. Tes ELISA ini telah menggunakan
recombinant antigen, yang sangat spesifik terhadap envelope dan
core.
c. Western blot : spesifitas tinggi 99,6%-100%. Namun
pemeriksaannya cukup sulit, mahal membutuhkan waktu sekitar 24
jam.10,16Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimtomatik) selama 8 tahun atau lebih
selama infeksi sebagian besar terbatas pada makrofag. Ketika virus
mulai menyerang sel T helper, kondisi akan memburuk biasanya selama
2 sampai 5 tahun jika tidak diobati. Individu di diagnosis mengidap
AIDS bila jumlah sel T menurun kurang dari 200 sel/L, atau ketika
terjadi infeksi oportunistik, kanker, atau demensia AIDS.154.
Strategi pengobatan
Dengan semakin banyaknya ODHA yang menggunakan antiretroviral
(ARV), maka strategi penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan dengan
upaya perawatan, dukungan serta pengobatan. Pemilihan ARV
disesuaikan dengan kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan
laboratorium darah lengkap dan fungsi hati, perubahan kombinasi ARV
dilakukan bila terjadi reaksi yang tidak diinginkan.15 Terapi
antiretroviral diberikan dalam bentuk kombinasi 3 macam obat ARV,
obat ARV yang dianjurkan adalah salah satu dari kombinasi 3 macam
obat sebagai berikut :Pengobatan lini I1. Zidovudin (AZT),
lamivudin (3TC), nevirapin (NVP)2. Zidovudin (AZT), lamivudin
(3TC), efavirens (EVP)3. Stavudin (d4T), 3TC, NVP4. d4T, 3TC, NVP5.
Tenoflovir (TDF), 3TC, EVP6. TDF, 3TC, NVPPengobatan lini II
1. TDF, 3TC, LPV/r (lopinavir/ ritonavir)2. d4T, 3TC, LPV/r3.
ZDV, 3TC, LPV/r4. ABC, 3TC, NVP5. ABC, 3TC, EVPTerapi ARV pada ODHA
dewasa mulai saat infeksi HIV telah ditegakkan secara laboratoris
disertai kondisi salah satu kondisi di bawah ini :
Secara klinis sebagai penyakit tahap lanjut infeksi HIV, yaitu :
infeksi HIV stadium IV tanpa memandang jumlah CD4 atau infeksi HIV
stadium III dengan jumlah CD4