Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 – 2014 belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun 2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan tersusunnya RTRW Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 1 BAB. 1 PROFIL KABUPATEN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 – 2014
belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus
hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan
pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya
pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun
2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan tersusunnya RTRW
Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada undang-
undang penataan ruang yang baru, pemanfaatan ruang 20 tahun
kedepan dapat memberikan arahan yang lebih jelas serta mampu dan
berdampak luas terhadap mengantisipasi perkembangan wilayah
Kabupaten Agam baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 1
BAB. 1PROFIL KABUPATEN AGAM
1.1 LANDASAN HUKUM
Undang – Undang
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah
Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1958 tentang
Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Darurat Nomor 19
Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat
I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
112) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3469);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 Tentang
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 3647);
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 2
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4412);
10. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4247);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undang Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 85 Tahun
2004, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);
14. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2004 nomor 104, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 4421);
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 3
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2004,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4722);
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4723);
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Tahun 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 84, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 4
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4956);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4959);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5014);
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Kabupaten Agam merupakan daerah yang memiliki banyak bencana,
baik bencana alam maupun bencana geologi. Berdasarkan profil rawan
bencana yang telah disusun pada tahun 2008, jenis-jenis bencana yang
ada, dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Bahaya Sesar Aktif
Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang
mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 26
saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi
dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya.
Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Agam yaitu :
1. Kec. Palupuh
2. Kec. Palembayan
3. Kec. Matur
4. Kec. IV Koto
5. Kec. Banuhampu
6. Kec. Sungai Pua
Gambar I.3 : Sesar Sumatera sebagai daerah rawan gempa
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 27
AGAM
Gambar I.4: Hancuran permukaan (Ground surface rupture) akibat pergerakan sesar aktif ketika terjadi gempa bumi 6 Maret 2007 disepanjang sesar Solok hingga Bukittinggi. (Danny H. Natawijadja, Adrin Tohari, Eko Soebowo & Mudrik R. Daryono; EERI Special Earthquake Report May 2007)
2. Bahaya Seismisitas Gempa
Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi
disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Akibat
terpaan dari gelombang seismisitas gempa.
Di wilayah Kabupaten Agam zonasi kerusakan akibat terpaan
gelombang siesmik gempa berdasarkan analisis dapat diperlihatkan
pada Gambar I.5. Dari gambar tersebut kemungkinan zona
kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar disepanjang
Pegunungan Bukit Barisan, kurang lebih daerah yang
menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai
sekitar Bonjol di sebelah barat laut. Zona kerusakan lebih rendah
diapit oleh dua sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah
muda.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 28
Gambar I.5: Hasil analisis probabilitas hazard 2% (atas) dan 10% (bawah) berdasarkan gempa periode ulang 50 tahunan (Petersen M.D. Dkk, 2004).
3. Bahaya Tsunami
Daerah lepas pantai Kabupaten Agam merupakan tempat dimana
subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai
menunjukkan potensi gempa yang menyebabkan terjadi tsunami
besar.
Untuk wilayah Kabupaten Agam yang termasuk dalam daerah yang
potensial terhempas hantaman tsunami adalah pada daerah sekitar
Jorong Subang-subang, Jorong Labuhan, Jorong Muara Putus,
Jorong Masang, dan Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari
Bawan di Kecamatan Ampek Nagari.
4. Letusan Gunung Api
Pada wilayah Kabupaten Agam mempunyai 2 gunung aktif yaitu
Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Sebaran produk letusan dari
Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan
letusan dari Gunung Tandikat menuju ke arah selatan.
Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung
api di Kabupaten Agam antara lain:
1. Letusan Gunung Marapi: aliran Batang Sarik, Lima Kampung,
Tabek, Kepala Koto, Lukok 1, Suraubaru, Padang laweh, Lubuk
dan Pulungan.
2. Letusan Gunung Tandikat: letusan ini tidak terlalu
membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 29
Gambar I.6: Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat (data PVMBG – DESD).
5. Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran
Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan
massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis
gerakan tanah yang umum dijumpai adalah: jatuhan (falls), gelincir
(slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps).
Gerakan tanah/longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis
dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan,
tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan
keteknikan.
Jatuhan (Debris Falls)
Jatuhan (Debris Falls) merupakan gerakan bebas dari massa
atau material tanah atau batuan yang berasal dari lereng curam.
Tipe jatuhan yang terdapat di Kabupaten Agam diwakili oleh
Batuan Tufa Kuarter seperti yang terdapat di Ngarai Sianok.
Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang sangat mudah
hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang terdapat
didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 30
Gunung Marapi
Gunung Tandikat
tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam
batuan tufa yang porus sehingga menambah berat dari massa
batuan dan memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam
batuan tersebut. Proses lain yang dapat mengakibatkan
longsoran antara lain karena kikisan atau erosi maupun
pekerjaan galian dibagian dasar ngarai.
Gelinciran (Sliding)
Gelinciran (Sliding) adalah gerakan massa tanah atau batuan
sepanjang lereng perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari
ikatan tanah atau batuan asalnya. Gelinciran berlangsung secara
cepat dan tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. Pergerakan
umumnya disebabkan oleh pertambahan massa air yang
bercampur dengan rombakan tanah atau batuan dan
mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya
dan menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe
gelinciran pada umumnya terjadi dari massa pasiran atau
bongkah-bongkah batuan lepas dalam beberapa ukuran mulai
dari ukuran kerikil sampai bongkahan berukuran besar lebih dari
5 meter. Di Kabupaten Agam tipe gelinciran paling banyak
dijumpai diberbagai dinding jalan dan lereng/lembah sungai
dalam berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar nagari
Galapung Sungai lintabung sebelah selatan Danau Maninjau.
Nendatan (Slumps)
Longsoran ini dikenali oleh adanya retakan dipermukaan.
Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan
berupa lingkaran atau bentuk tapal kuda. Di Kabupaten Agam,
longsoran tipe ini terdapat disekitar lereng luar Gunung Maninjau
yaitu di jalan antara Koto Tuo – Balingka di jalan masuk ke
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 31
stasiun transmisi Telkom dan di jalan antara Matur –
Palembayan.
Gambar I.7: Gerakan tanah Avalance/Longsoran Aliran di Nagari Malalak Selatan
Tabel I.6Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam Tahun 2008
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 40
1.2.4.2 Sektor Perkebunan
Untuk sektor perkebunan, produksi tertinggi di sektor ini adalah
jenis produksi kelapa sawit yang mencapai 182,740 ton, dimana
sebaran perkebunan yang ada di Kabupaten Agam tersebar di
wilayah Barat Kabupaten Agam.
Tabel I.8 Produksi Pekebunan di Kabupaten Agam Tahun 2007
No Jenis ProduksiLuas Panen
(Ha)Produksi (Ton)
1. Tanaman Perkebunana. Kelapa Dalam 11.150 32.916
b. Kelapa Sawit 8.764 182.740
c. Karet 814 913
d. Cengkeh 414 54
e. Kulit Manis 7.493 17.542
f. Kopi 3.297 2.078
g. Gardamunggu 106 52
h. Kemiri 297 2.224
i. Pinang 2.520 9.671
j. Pala 1.051 2.350
k. Tebu 3.983 20.627
l. Temulawak 1 1
m. Jahe 4 15
n. Laos 2 8
o. Kunyit 6 18
p. Kejibeling 1 1
q. Kapulaga 1 1
r. Kakao 1.227 1.065
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam Tahun 2008
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 41
1.2.4.3 Sektor Peternakan
Kondisi geografis yang sangat beraneka ragam, tentunya sangat
mempengaruhi keragaman jenis ternak. Untuk jenis ternak sapi
yang ada di Agam wilayah timur umumnya jenis sapi Simenthal
dan Brahman, sedangkan Agam wilayah Barat lebih dominan
dengan jenis peranakan Onggole (PO), dengan tingkat populasi
ternak sapi terbesar adalah jenis sapi potong yang mencapai
32.017 ekor. Sementara untuk populasi terbesar sektor
peternakan yang ada di Kabupaten Agam adalah jenis ternak
ayam buras yang mencapai 432.315 ekor. Untuk lebih memberi
gambaran tentang populasi ternak yang ada di Kabupaten
Agam, dapat dilihat pada tabel .
Tabel I.9 Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007
No Jenis Ternak Populasi (Ekor)
1. Sapi Potong 32.017
2. Sapi Perah 40
3. Kerbau 17.787
4. Kuda 172
5. Kambing dan Domba 13.187
6. Ayan Buras 432.315
7. Ayam Ras Petelur 161.548
8. Ayam Ras Pedaging 53.673
9. Itik 105.167
10. Puyuh 44.787
11. Anjing 31.778
12. Kelinci 7.320
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Agam tahun 2008
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 42
1.2.4.4 Sektor Kehutanan
Luas hutan berdasarkan fungsi yang ada di Kabupaten Agam
berdasarkan peta Padusarasi RTRW-TGHK tahun 1996/1997
adalah 85,883.40 Ha atau sekitar 38,51 % dari luas keseluruhan
wilayah Kabupaten Agam. Adapun perincian luas hutan di
Kabupaten agam adalah: Hutan PPA seluas, 27,533.40 Ha,
Hutan Lindung seluas 31,560.00 Ha, Hutan Produkasi seluas
6,140.00 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20,883.40.
Tabel I.10 Luas Hutan di Kabupaten Agam
No Jenis Luas (Ha)
1. Hutan PPA 27.533,40
2. Hutan lindung 31,560,00
3. Hutan produksi 6,140,00
4. Hutan produksi terbatas 20,650,00
Jumlah 85.883,40
Sumber : TGHK dan RTRWP Dati II Agam Th 1996/1997
1.2.4.5 Sektor Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas
laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan
umum (air tawar) yang ada di Kabupaten Agam, luasnya
mencapai 10.518 Ha.
Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara,
dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan
tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan
layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan
budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah
keramba jaring apung (KJA) sebanyak 8.930 petak dengan
jumlah pengelola 330 orang. Usaha budidaya lainnya adalah
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 43
pada kolam air deras, kolam air tenang, keramba irigasi dan
sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di
Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten
Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang
Antokan dan Batang Tiku.
Tabel I.11
Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Kabupaten Agam Tahun 2007
No Jenis Produksi Hasil Tangkapan (Ton)
1. Ikan Laut 4.966,8
2. Budidaya 55.670,35
3. Perairan Umum 755,98
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Tahun 2008
Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3
jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum.
Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis
yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah
tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum
memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98
ton.
Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten
Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan dan
pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit
pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi
ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan
jumlah tenaga pemasar sebanyak 672 orang.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 44
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 45
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 46
1.2.4.6 Sektor Mineral dan Pertambangan
Tingkat pemanfaatan sumber daya mineral dan energi di
Kabupaten Agam masih sangat rendah. Sedangkan potensi
sumber daya mineral dan energi yang terkandung di wilayah ini
sangat potensial. Oleh karena itu prospek pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya mineral dan energi masih sangat
terbuka.
Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah
ini seperti biji besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan
Tanjung Mutiara. Sedangkan potensi bahan galian golongan C
seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer terdapat di
Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan
IV Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur,
Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung.
Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Sumatera Barat, terdapat beberapa izin pertambangan
yang ada di Kabupaten Agam sampai akhir tahun 2008. Ijin
pertambangan yang diberikan bervariasi, dari mulai izin
eksplorasi, pengolahan, penyelidikan umum, pengangkutan dan
penjualan sampai pada ijin eksplorasi. Untuk bahan galian yang
mendapat ijin terdiri dari bahan galian pasir besi, dolmit dan
juga batu kapur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
I.19, I.20 dan I.21.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 47
Tabel I.12
Potensi Sumber daya Mineral di Kabupaten Agam tahun 2007
No Jenis Lokasi Potensi Keterangan
1 2 3 4 51. Batu Kapur Palembayan, Palupuh dan Padang
TarokSumber daya Penyelidikan umum
Simarasok 109.375.000 ton -
Kecamatan Baso 9.375.000 ton (hipotetik)
-
Kamang Mudik, Kecamatan Kamang Magek
25.000.000 ton (hipotetik)
-
2. Marmer Kamang, Kecamatan Kamang Magek
500.000.000 ton (sumber daya)
Penyelidikan umum
Matur Sumber daya Penyelidikan umum
Kecamatan Palupuh 62.500.000 ton (700 ha) sumber daya
-
3. Dolimit Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh 5.900.000 ton (45 ha) sumber daya
Sebagian sudah diusahakan oleh PT Bukit Ayu Tunas LestariUnsur MgO = 17,93-20,86CaO = 30,20 – 32,0%SiO = ttd – 0,6%Fe2O3 = 0,10 – 0,30%SiO2 = 1,76 – 2,24%
4. Kalsit Tersebar di Kecamatan Baso Sumber daya Penyelidikan umum
5. Fosphat Ngalau Baja, Biaro, Durian dan Bunian
Sumber daya Penyelidikan umum
6. Granit Bukit Cimpago, Malalak Cimpago Kecamatan IV Koto
Sumber daya Penyelidikan umum
Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara
Sumber daya Penyelidikan umumGranit kemungkinan dalam bentuk stock granodiorit, berwarna abu-bau tua kehitaman, masif, fanerik halus, sedang,subhedral, equigranular, kuarsa, arthoktas hornblende, plagioklas keras.
7. Andesit Batu Kambing, Malabur dan batang Dareh, Kecamatan Lubuk Basung
Sumber daya Penyelidikan umum
Ladang hutan dan Panambahan Kecamatan Baso
Sumber daya Penyelidikan umumHutan lindung
Paninggiran Ateh, Paninggiran Bawah dan Bukit Bateh Dagang, Kecamatan Palupuh
Sumber daya Penyelidikan umum
8. Trass Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa berbatu apung
Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum
Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Sumber daya Penyelidikan umum
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 48
Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang
1 2 3 4 5
9. Balerang Koto Baru 100 ton (hipotetik) Penyelidikan umum
10. Tufa Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa berbatu apung, berupa jarum-jarum gelas (0,1) bersifat lepas, mudah terurai.
Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum
Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kabing, Sipisang dan Tilatang Kamang
Sumber daya Penyelidikan umum
11. Dunit Harzburgit
Sungai Air, Tiga Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan
50 Ha (Sumber daya) Penyelidikan umum
Dunit merupakan batuan beku ultra basa yang berwarna abu-abu, masif, holokristalin, fenerik kasar, anhedral equigranular, didominasi oleh mineral olive dan sedikit plagioklas. MgO = 33-47%
12. Toseki Tersebar di Kecamatan palembayan dan Palupuh
Sumber daya Penyelidikan umum
Luas sebaran toseki di Palembayan mencapai 200 ha.
13. Pasir dan Batu Tersebar di Sungai Batang Jabur (Baso dan IV Angkat Canduang), Mancung, Padang Tarab (Baso), Batang Masang (Palembayan), dan Batang Bawan (Lubuk Basung)
Sumber daya Pasir dan batu (sitru) berupa sitru sungai dan daerah limbah banjir.
14. Tanah Liat Tersebar pada lereng perbukitan sisi utara Danau Maninjau mulai dari Malabur-Lubuk Basung sampai Matur. Dan Komplek perbukitan Gunung Sirabungan dari Pagadis Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan Palupuh
Sumber daya Penyelidikan umum
Sebaran tanah liat umumnya merupakan perbukitan landai bergelombang dan tingkat keseburan tanah yang kurang subur.
15. Pasir Besi Desa Durian Kapeh dan Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara
Diluar sempadan (200 m dari garis pantai)
2.800 M3 (spekulatif), luas wilayah ± 2.500 ha
Pada sempadan pantai ± 80 ha (4 km x 200 m)
60.000 M3 (spekulatif)
Sebagian sedang diusahakan oleh PT Andalas Minang Malindo
16. Emas Desa Pagadis Sei. Guntung dan Pasir Lawas Kecamatan Palupuh
337.500 ton (spekulatif)
Luas wilayah 24 Ha.
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 49
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 50
1.2.4.7 Sektor Pariwisata
Objek wisata yang dapat ditemukan di daerah Kabupaten Agam,
sangat beragam dan berpotensi untuk dikembangkan. Objek
wisata tersebut antara lain wisata alam, wisata sejarah atau situs
budaya, seni budaya dan wisata minat khusus. Oleh karena
beragamnya objek wisata tersebut maka Agam menjadi daerah
tujuan wisata yang utama di Sumatera Barat.
Adapun bentuk potensi wisata alam adalah berupa keindahan
alam yang mempesona karena masih sangat alami, dengan
adanya perbukitan/pegunungan, air terjun, pemandian, panorama
danau, lembah, lautan dan pantai. Semua objek wisata alam
yang terdapat di Kabupaten Agam terdata lebih kurang 56 objek,
dan mayoritas terdapat dikawasan barat seperti Kecamatan
Tanjung Raya dan Tanjung Mutiara.
Sementara itu, potensi wisata sejarah dan budaya dalam wujud
benda-benda bukti sejarah yang tangible (berwujud) dan
intangible (tidak berwujud). Sedangkan potensi wisata minat
khusus adalah dalam bentuk arung jeram, buru babi, paralayang
dan perahu naga.
Ragam Potensi Alam dan Budaya Kabupaten Agam
Potensi alam sebagai objek wisata di Kabupaten Agam terdapat
sebanyak 56 objek wisata antara lain: Danau Maninjau, Puncak
Lawang, Kelok 44, Ambun Pagi, Air Panas, Telaga Anggrek, Air
Tiga Raso, Ngarai Sianok, Ngalau Kamang, Aia Janiah, Bunga
Raflesia, Bandar Mutiara, Pulau Ujung dan Pulau Tangah dan
lain-lain.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 51
Disamping itu terdapat 61 objek wisata budaya, 11 objek wisata
sejarah, 84 kegiatan wisata minat khusus.
Sebagai penunjang kawasan wisata, aksesibilitas menuju
kawasan wisata berupa prasarana jalan sudah cukup baik.
Sudah terdapat empat buah hotel berbintang dengan 196 kamar
dan 377 buah tempat tidur. Hotel non bintang (hotel melati)
berjumlah 32 buah dilengkapi dengan 286 kamar dan 513 tempat
tidur. Tenaga kerja pada hotel berbintang 139 orang dan 90
orang pada hotel Melati. Rumah makan yang ada sebanyak 53
buah dengan tenaga kerja sebanyak 238 orang.
Kunjungan wisatawan selama tahun 2008 berjumlah 77.743
orang terdiri dari wisatawan nusantara 69.895 orang dan
wisatawan mancanegara sebanyak 7.848 orang.
Tabel 1.13
Jumlah Objek Wisata Berdasarkan Jenis Menurut Kecamatan Tahun 2007
No Kecamatan Alam BudayaMinat
KhususJumlah
1 Tanjung Mutiara 3 - 5 8
2 Lubuk Basung 1 - 5 6
3 Ampek Nagari - - 6 6
4 Tanjung Raya 11 - 10 21
5 Matur 6 - 7 13
6 IV Koto 2 - 6 8
7 Malalak 3 - 4 7
8 Banuhampu 2 - 4 6
9 Sungai Pua 2 - 4 6
10 IV Angkat Canduang 1 - 3 4
11 Canduang 3 - 4 7
12 Baso 5 - 6 11
13 Tilatang Kamang 2 - 4 6
14 Kamang Mangek 3 - 4 7
15 Palembayan 5 - 6 11
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 52
16 Palupuh 7 - 6 13
Total 56 - 84 140
Sumber : BPS Tahun 2008
1.2.5 Potensi Ekonomi Wilayah
1.2.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui
perkembangan nilai nominal PDRB yang merupakan
perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan
perkembangan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.
Pada tahun 2004 secara nominal terjadi kenaikan PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 448.922,81 juta rupiah, dari
2.106.790,66 juta rupiah menjadi 2.555.713,47 juta rupiah.
Namun kenaikan ini belum mencerminkan perbaikan
perkembangan ekonomi secara riil karena masih mengandung
unsur inflasi. Secara riil, pertumbuhan ekonomi wilayah dapat
dilihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung atas dasar
harga konstan tahun 2004 yang mencapai 2.066.647,63 juta
rupiah, naik menjadi 2.190,815,65 juta rupiah pada tahun 2005.
artinya, perekonomian Wilayah Kabupaten Agam pada tahun
2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,71%.
Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, nilai PDRB perkapita
Kabupaten Agam mengalami peningkatan yang signifikan setiap
tahunnya dalam lima tahun terakhir ini (terhitung sejak tahun
2004). Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan
nominal PDRB dan relatif rendahnya pertumbuhan penduduk
Kabupaten Agam. PDRB perkapita dihitung berdasarkan nilai
total PDRB dengan jumlah penduduk kabupaten pertengahan
RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 53
tahun pada tahun yang sama. Lebih rincinya mengenai
pekembangan nilai PDRB perkapita selama 5 tahun dapat dilihat
pada tabel 1.15.
Tabel I.14
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Agam Pada Tahun 2004-2007
No Tahun Nilai Nominal (Rp)
1 2004 2.555.713,47
2 2005 2.867.878,81
3 2006 3.377.957,22
4 2007 3.924,766,90
Sumber: BPS Kabupaten Agam, 2008
Tabel I.15
Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Agam Berdasarkan Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Kerja Tahun 2004-2007