1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membuktikan pemanfaatan obat tradisional dalam populasi global dunia terus mengalami peningkatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa hingga 65% penduduk negara maju menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan. Beberapa negara di Asia dan Afrika menyebutkan ada 80% dari penduduknya yang bergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan primer (Anonim, 2005). Indonesia, melalui hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2010 menyatakan bahwa 55,3% penduduknya menggunakan ramuan obat tradisional (Jamu) untuk memelihara kesehatannya. Sebanyak 95,6% mengakui ramuan obat tradisional yang digunakan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Indonesia sebagai megacenter keragaman hayati dunia menduduki urutan terkaya kedua dunia setelah Brasil. Jika biota laut ikut diperhitungkan akan menjadi terkaya pertama di dunia. The Indonesian Country Study of Biodiversity memaparkan sejumlah 25.000 sampai 30.000 spesies tumbuhan yang sudah teridentifikasi di Indonesia. Zuhud dkk., (2003) mengidentifikasi ada 1845 spesies tumbuhan yang potensial berkhasiat obat. Sementara BPOM telah mencatat 283 tumbuhan yang secara resmi diregistrasi sebagai obat herbal untuk penggunaan medis. Bungur atau Lagerstroemia speciosa Pers. merupakan salah satu tumbuhan yang hidup di Indonesia. Bungur termasuk dalam suku Lythraceae yang memiliki
29
Embed
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93591/potongan/S1-2016... · Dekokta daun bungur digunakan sebagai pengobatan diabetes melitus, diuretik,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman membuktikan pemanfaatan obat tradisional dalam
populasi global dunia terus mengalami peningkatan. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan bahwa hingga 65% penduduk negara maju menggunakan
obat tradisional sebagai pengobatan. Beberapa negara di Asia dan Afrika
menyebutkan ada 80% dari penduduknya yang bergantung pada obat tradisional
sebagai pengobatan primer (Anonim, 2005). Indonesia, melalui hasil riset kesehatan
dasar (riskesdas) tahun 2010 menyatakan bahwa 55,3% penduduknya
menggunakan ramuan obat tradisional (Jamu) untuk memelihara kesehatannya.
Sebanyak 95,6% mengakui ramuan obat tradisional yang digunakan sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
Indonesia sebagai megacenter keragaman hayati dunia menduduki urutan
terkaya kedua dunia setelah Brasil. Jika biota laut ikut diperhitungkan akan menjadi
terkaya pertama di dunia. The Indonesian Country Study of Biodiversity
memaparkan sejumlah 25.000 sampai 30.000 spesies tumbuhan yang sudah
teridentifikasi di Indonesia. Zuhud dkk., (2003) mengidentifikasi ada 1845 spesies
tumbuhan yang potensial berkhasiat obat. Sementara BPOM telah mencatat 283
tumbuhan yang secara resmi diregistrasi sebagai obat herbal untuk penggunaan
medis.
Bungur atau Lagerstroemia speciosa Pers. merupakan salah satu tumbuhan
yang hidup di Indonesia. Bungur termasuk dalam suku Lythraceae yang memiliki
2
nama umum queen of flower. Secara empiris bungur banyak dimanfaatkan dalam
pengobatan berbagai penyakit (Ragasa dkk., 2005). Dekokta daun bungur
digunakan sebagai pengobatan diabetes melitus, diuretik, demam, dan purgatif serta
disfungsi saluran kencing. Bagian lain yang digunakan yaitu akar untuk mengobati
ulser pada mulut. Sementara kulit batang bungur digunakan sebagai stimulan,
penurun panas, dan untuk sakit perut (Chan dkk., 2014).
Penggunaan tumbuhan untuk pengobatan tidak bisa terlepas dari penelitian
terhadap kandungan senyawanya. Tumbuhan memiliki kandungan senyawa berupa
metabolit primer dan sekunder. Sebagian besar senyawa yang mempunyai efek
terapi merupakan metabolit sekunder dalam tumbuhan, seperti alkaloid, flavonoid,
tanin, terpenoid, dan saponin. Hasil penelitian tumbuhan bungur menyebutkan
bahwa kandungan senyawa seperti tanin dan terpenoid bertanggung jawab dalam
memberikan efek terapi. Kandungan lain dari bungur yaitu flavonoid belum banyak
dilakukan penelitian. Flavonoid merupakan golongan besar dari suatu senyawa
yang memiliki berbagai macam efek terapi. Beberapa diantaranya yaitu antibakteri
(Ambujakshi dkk., 2009), hipoglikemik (Hernawan dkk., 2004), antioksidan, dan
nefroprotektor (Priya dkk., 2007). Penelitian terhadap flavonoid yang sudah ada
yaitu melakukan identifikasi golongan flavonoid pada kulit batangnya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian terkait flavonoid dalam tumbuhan
bungur perlu diperdalam mengingat potensi aktivitasnya cukup beragam. Penelitian
yang bisa dikembangkan yaitu melakukan eksplorasi flavonoid dalam daun bungur.
Daun merupakan bagian tumbuhan yang mudah diperoleh dan tersedia dalam
jumlah relatif banyak. Penyarian senyawa flavonoid yang optimal akan
3
memberikan pengaruh terhadap efek terapinya. Pemilihan metode penyarian yang
tepat akan memberikan kadar flavonoid yang tinggi. Pengetahuan terkait golongan
flavonoid memberikan andil besar dalam melakukan penyarian.
Oleh karena itu, fokus dalam penelitian ini ditujukan untuk menetapkan dan
membandingkan kadar flavonoid total dari dua metode ekstrasi, yaitu maserasi dan
infundasi. Selain itu juga melakukan identifikasi terhadap golongan senyawa
flavonoid yang terkandung dalam daun bungur. Keduanya menggunakan metode
spektrofotometri UV-Visibel.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan 2 masalah, yaitu:
1. Apakah ekstrak kental daun bungur hasil maserasi memberikan kadar flavonoid
total lebih tinggi dibandingkan ekstrak kental hasil infundasi?
2. Apa jenis golongan senyawa flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat
daun bungur?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendapatkan data ilmiah daun bungur untuk keperluan penelitian lanjutan
dalam pengembangan obat herbal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui metode ekstraksi yang efektif dalam mendapatkan kadar
flavonoid total.
4
b. Mengetahui golongan flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat
daun bungur.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan inspirasi dan motivasi kepada mahasiswa dalam
mencari dan mengeksplorasi penelitian tentang bahan alam. Bagi peneliti dan
akademisi akan memberikan data ilmiah daun bungur untuk dijadikan referensi
dalam melakukan penelitian lebih lanjut seperti melakukan isolasi dan elusidasi
struktur. Bagi industri bisa menjadi referensi dalam pengembangan formulasi
berbahan baku daun bungur supaya lebih efektif dan efisien.
E. Tinjauan Pustaka
1. Bungur
Bungur atau Lagerstroemia speciosa Pers. (sinonim dengan L. reginae, L.
flos-reginae, dan L. loudoni ) adalah tumbuhan anggota suku Lythraceae. Di
Indonesia jenis tumbuhan tersebut dikenal dengan nama bungur. Bungur
mempunyai beberapa nama lokal, antara lain di Sumatera : bungur tekuyung
(Palembang), bungur bener, bungur kuwal (Lampung); Jawa : bungur (Sunda),
ketangi, laban, wungu (Jawa), dan bhungor (Madura) (Heyne, 1987). Nama
umum di dunia internasional bagi bungur adalah queen of flowers (Orwa dkk.,
2009), untuk menggambarkan menarik dan berwarnanya bunga yang dimiliki.
Di India bungur dikenal dengan nama arjuna, bungur juga digunakan untuk
menyebut nama L. speciosa di Malaysia, ta-bak di Thailand, dan banaba di
Filipina.
5
a. Deskripsi
Tumbuhan ini banyak dijumpai sebagai peneduh jalan. Pohonnya
setinggi 10-30 m. Di Jawa, bungur dapat tumbuh sampai ketinggian ±800
m di atas permukaan laut. Selain itu, bungur banyak ditemukan pada
ketinggian di bawah 300 meter. Batang bulat dengan diameter kisaran 60
sampai 80 cm, percabangan mulai dari bagian pangkalnya, berwarna cokelat
muda. Kayunya agak ringan hingga cukup berat dan berstruktur agak padat,
berurat lurus, dan berwarna cokelat pudr hingga cokelat kemerah-merahan.
Kayu ini tahan terhadap serangga dan pengaruh cuaca (Heyne, 1987).
Daun tunggal, bertangkai pendek. Helaian daun berbentuk oval,
elips atau memanjang, tebal seperti kulit, panjang 9-28 cm, lebar 4-12 cm,
berwarna hijau tua. Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam mulai
yang panjangnya 10-50 cm, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting.
Buahnya berbentuk bola sampai bulat memanjang, panjang 2-3,5 cm dan
beruang 3-7, buah yang masih muda berwarna hijau, setelah masak menjadi
cokelat. Ukuran biji cukup besar, pipih, ujung bersayap berbentuk pisau,
berwarna cokelat kehitaman (Dalimartha, 2003).
b. Taksonomi Bungur
Bungur dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
6
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Myrtales
Suku : Lythraceae
Marga : Lagerstroemia
Jenis : Lagerstroemia speciosa Pers. (Heyne, 1987)
c. Penggunaan Empiris
Secara tradisional, daun, akar, korteks batang bungur telah
digunakan oleh nenek moyang kita sebagai obat untuk berbagai penyakit
(Ragasa dkk., 2005). Dekokta daun bungur digunakan sebagai pengobatan
diabetes melitus, diuresis, demam, dan purgatif serta disfungsi saluran
kencing. Daun bungur digunakan untuk pengobatan tradisional dalam
penyakit diabetes, poliurea, dan polidipsia (Garcia, 1940). Di Filipina, daun
dikonsumsi sebagai teh herbal untuk menurunkan level gula darah dan
penurun berat badan, sementara di India digunakan sebagai obat diabetes
(Park, 2011). Biji tumbuhan digunakan untuk pengobatan tekanan darah
tinggi, sedangkan kulit kayu bungur digunakan untuk pengobatan diare,
disentri, dan kencing darah. Tumbuhan ini umumnya digunakan sebagai
obat dalam bentuk rebusan atau infus (Dalimarta, 2000).
d. Kandungan Kimia
Berdasarkan hasil screening fitokimia kandungan dalam daun
bungur meliputi alkaloid, tanin, flavonoid, triterpenoid, sterol, dan saponin
(Trease dan Evans, 1989). Beberapa kandungan kimia dari daun bungur
telah berhasil diidentifikasi dan diisolasi, diantaranya yaitu dari ekstrak
7
aseton ditemukan 6 monomerik dan dimerik elagitanin (Flosin A dan B, dan
Reginin A, B, C, dan D), dan 3 elagitanin baru (lagerstanin A, B, dan C)
(Xu dkk., 1991). Selain itu, dari daun L. speciosa berhasil diisolasi
triterpenoid baru yaitu asam virgatat, asam korosolat, asam ursolat, dan β-
sitosterol glukosida (Okada dkk., 2003). Sejauh ini, lebih dari 40 senyawa
termasuk triterpen, tanin, asam elagat, glikosida, dan flavonoid telah
diidentifkasi dari daun L. speciosa. Asih dan Setiawan (2008), berhasil
mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid golongan flavanon
pada ekstrak n-butanol kulit batang bungur. Struktur beberapa senyawa
kandungan bungur bisa dilihat pada gambar 1 dan gambar 2.
e. Aktivitas Biologik
Ekstrak air panas daun bungur mempunyai kemampuan menangkal
radikal bebas dan menghambat peroksidasi lemak dengan adanya
kandungan tanin sebesar 37% (Unno dkk., 2004). Aktivitas antibakteri dari
daun bungur telah dilaporkan mampu melawan S. aureus, B. subtilis, P.
aeruginosa, dan E. coli (Ambujakshi dkk., 2009). Berdasarkan penelitian
Hernawan dkk (2004), ekstrak air daun bungur menunjukkan aktivitas
hipoglikemik pada dosis 0,2 g/200 g BB dan 0,5 g/200 g BB. Selain itu
ekstrak air daun bungur juga menunjukkan aktivitas hipolipidemik pada
semua dosis perlakuan yaitu 0,1 g/200 g BB; 0,2 g/200 g BB, dan 0,5 g/200
g BB. Priya dkk. (2007, 2009) melakukan penelitian bahwa ekstrak daun
bungur dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan, nefroprotektor,
hepatoprotektor, dan memilik aktivitas penangkap radikal bebas.
8
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 1. Kandungan kimia daun bungur golongan elagitanin.