BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan peradangan pada lambung. Gangguan autoimun, penggunaan jangka panjang obat anti-inflamatory drugs (NSAID), seperti ibuprofen dapat menyebabkan gastritis. Beberapa kasus menunjukan lambung terjadi luka (tukak lambung) atau pada bagian usus kecil. Gastritis dapat terjadi tiba-tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan kasus gastritis tidak secara permanen merusak lapisan perut tetapi seseorang yang menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan nyeri di ulu hati (Ehrlich, 2011). Penyebab gastritis menurut Misnadiarly (2009) antara lain oleh iritasi, infeksi, dan atropi mukosa lambung. Dimana faktor-faktornya berawal dari faktor stres, alkohol, infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat- obatan seperti NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs), dan lain-lain yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Gejala yang umum muncul pada penderita gastritis yaitu nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, rasa mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh, disertai sakit kepala. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Kekambuhan penyakit gastritis atau gejala muncul berulang karena salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres. Penyakit gastritis atau maag merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala gastritis adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bisa meningkatkan asam lambung (Maulidah, 2006). Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survey menunjukkan 1
38
Embed
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakangdocshare02.docshare.tips/files/26277/262778045.pdf · 2017. 1. 6. · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat
menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri
Helicobacter pylori yang menyebabkan peradangan pada lambung. Gangguan
autoimun, penggunaan jangka panjang obat anti-inflamatory drugs (NSAID),
seperti ibuprofen dapat menyebabkan gastritis. Beberapa kasus menunjukan
lambung terjadi luka (tukak lambung) atau pada bagian usus kecil. Gastritis dapat
terjadi tiba-tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan
kasus gastritis tidak secara permanen merusak lapisan perut tetapi seseorang yang
menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan
nyeri di ulu hati (Ehrlich, 2011).
Penyebab gastritis menurut Misnadiarly (2009) antara lain oleh iritasi,
infeksi, dan atropi mukosa lambung. Dimana faktor-faktornya berawal dari faktor
stres, alkohol, infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-
obatan seperti NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs), dan lain-lain
yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Gejala yang umum muncul pada
penderita gastritis yaitu nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman sampai nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas, rasa mual, muntah, kembung, lambung
terasa penuh, disertai sakit kepala. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan
kronis. Kekambuhan penyakit gastritis atau gejala muncul berulang karena salah
satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres.
Penyakit gastritis atau maag merupakan penyakit saluran pencernaan bagian
atas yang banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di
bagian gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami
kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala
gastritis adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bisa
meningkatkan asam lambung (Maulidah, 2006).
Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua
tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survey menunjukkan
1
2
bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Pada usia produktif
masyarakat rentan terserang gejala gastritis, dari tingkat kesibukan serta gaya
hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat
pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bisa menyebabkan munculnya gejala
gastritis. Meskipun itu tidak jarang masyarakat masih beranggapan bahwa gastritis
timbul hanya karena faktor asupan makanan atau telat makan. Berdasarkan data-
data tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan
antara stres dengan kekambuhan penyakit gastritis pada pasien gastritis di RSUD
Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas gastritis akut di kalangan
masyarakat, menjadi suatu tantangan bagi tim kesehatan dalam memberikan
perawatan dan pengobatan yang tepat. Oleh karena itu, seorang perawat juga
memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan asuhan keperawatan.
Peran perawat yang dapat muncul di sini yaitu sebagai pelaksana (care giver)
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan bertindak sebagai comforter,
protector and advocat, communicator, serta rehabilitatotr; sebagai pendidik
(health educator) dalam mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam rangka pemberian informasi tentang kesehatan, sehingga masyarakat
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, khususnya tentang tuberkulosis
paru; dan sebagai konsultan (Gaffar, 1999; 24-25). Solusi sederhana yang dapat
penulis berikan yaitu dengan meningkatkan dan menggalakkan program promotif
dan preventif dalam pelayanan kesehatan mulai dari skala pelayanan kesehatan
terkecil.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat laporan
studi kasus tentang asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Gastritis Akut di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan
mengutamakan upaya promotif.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
menjadi fokus pembahasan dalam studi kasus ini yaitu tentang “Bagaimana
konsep dasar dari gastritis akut dan penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan gastritis akut?”.
3
1.3 Tujuan Studi Kasus1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan laporan studi kasus adalah untuk
menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis akut di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Doris Sylvanus.1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penulisan ini bertujuan agar dapat.1.3.2.1 Mengetahui tentang konsep dasar penyakit gastritis akut.1.3.2.2 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gastritis akut.1.3.2.3 Menegakkan diagnosa keperawatan dan menentukan prioritas masalah
berdasarkan ancaman jiwa pada klien dengan gastritis akut.1.3.2.4 Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan gastritis akut yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan.1.3.2.5 Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gastritis akut.1.3.2.6 Melakukan evaluasi pada klien dengan gastritis akut.1.3.2.7 Mampu membuat dokumentasi tindakan pada pasien gastritis akut
.1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 TeoritisSecara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk Mamemberikan sumbangan
pemikiran mau pun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis akut.1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Perkembangan IPTEK
Laporan ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dan dijadikan dasar
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada dalam bidang
kesehatan, seperti melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dan
memanfaatkan teknologi yang ada sebagai penunjang pelaksanaan asuhan
keperawatan agar tepat guna.
1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, serta menjadi bahan atau dasar bagi mereka
yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.2.3 Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada
penderita gastritis akut.
1.4.2.4 Mahasiswa
4
Hasil laporan studi kasus ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta untuk memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastritis akut.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar
2.1 Pengertian Gastritis
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung ( Kapita
Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa
lambung ( Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi hal 749).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia
A Price hal 422). Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
sub mukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. ( Imu Penyakit Dalam Jilid II).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal:
492). Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa
gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 181).
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung
dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).
Jadi gastritis itu adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akutdengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa,
bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik.
Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.
Gastritis terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Gastritis akut Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa
muskularis. 2) Gastritis kronik
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis
6
kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan
Suddart).2.2 Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut :
2.2.1 Gastritis AkutPenyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan
kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti
inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikro
sirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif,
1999, hal : 492).2.2.2 Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi juga diduga pada peminum alkohol
dan perokok.
Penyebab lainnya juga dapat dikarenakan oleh diet yang tidak baik, makan
terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan makan makanan yang
terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme. Faktor psikologi Stress
baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam -
asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong gerakan antara
makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat, hal ini dapat
menyebabkan luka pada lambung. Kemudian juga dapat di picu oleh stress berat
(sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula
menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi
bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh
oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis,
umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai
wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya.
2.3 Manifestasi Klinik2.3.1 Gastritis Akut
7
Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus
yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati, biasanya ringan dan tidak
dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,
keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.2.3.2 Gastritis Kronik
1) Penyebabnya bervariasi2) Perasaan penuh, anoreksia3) Cepat kenyang4) Disertai dengan nyeri berat5) Adanya perdarahan pada gaster
2.4 Patofisiologi2.4.1 Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan
selepitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna.
Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
8
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi
sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi
dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena
prosesregenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
perdarahan.
2.4.2 Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga
terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang - ulang dan terjadi penyembuhan
yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan
juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser. Helicobacter pylori merupakan
bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster,
memperberat timbulnya desquamasi sel dan munculah respon radang kronis
pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat
mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel
penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa
pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan
perdarahan.
2.5 Komplikasi2.5.1 Gastritis Akut
9
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas,yang merupakan kedaruratan
medis,terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.2) Ulkus,jika prosesnya hebat.3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2.6 Pemeriksaan Penunjang1) Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan
ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau
terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.2) EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk
perdarahanGI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus
jaringan /cedera.3) Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkajiaktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus duodenal.
Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat
dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger- Ellison.4) Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera
dan kemungkinan isi perdarahan.5) Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.2.7 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan gastritis meliputi (Soeparman, 1999, hal : 96) :
1) Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.2) Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.3) Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.2.7.1 Gastritis Akut1) Instruksikan pasien untuk menghindari minuman beralkohol.2) Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi
dianjurkan.3) Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.4) Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastromfestinale. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
10
5) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.2.7.2 Gastritis Kronik1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikansedikit tapi lebih sering.2) Mengurangi stres.3) H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin).4) Bila terjadi penurunan Hb kurang dari normal, kolaborasi dalam
perencanaan pemberian transfusi darah.2.8 Pengertian NyeriMenurut beberapa tokoh dan sumber, ada beberapa pengertian nyeri,
diantaranya adalah :1) Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya
rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan (Diagnosa
Keperawatan edisi 8, Lynda Juall.1998).2) Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(Judith M. Wilkinson, 2002).3) Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan individu yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tansuri, 2007).4) Nyeri merupakan suatu mekaniskme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri (Arthur C. Curton, 1983).5) Nyeri adalah sensori subejtif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (International Association
For Study of Pain). 2.9 TujuanTujuan dilakukannya manajemen nyeri diantaranya adalah :
1) Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien.2) Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri
kronis yang persisten.3) Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri.4) Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri.5) Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan
pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.2.10 Indikasi
11
Indikasi pelaksanaan manajemen nyeri ini adalah kepada seluruh pasien
yang mengeluh nyeri yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang
menimbutkan efek nyeri dan ketidaknyamanan pada pasien.
2.11 Tindakan Keperawatan
Beberapa tindakan keperawatan mandiri yang dapat dilakukan untuk
mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien, yaitu :
1) Mengurangi atau menghilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri,
misalnya ketidakpercayaan, kelelahan dan kebosanan.a. Ketidakpercayaan
Pertama-tama sampaikan kepada pasien bahwa anda mengakui rasa
nyeri yang dideritanya kemudian anda menjelaskan pada pasien bahwa
anda akan mengkaji rasa nyeri pasien untuk lebih memahami tentang
nyerinya, bukan untuk memastikan bahwa rasa nyeri tersebut benar-benar
dirasakan oleh pasien.
b. Kelelahan atau keletihan
Yang pertama dilakukan adalah menentukan penyebab keletihan,
misalnya karena sedatif, analgesik, atau karena gangguan pola istirahat dan
tidur. Kemudian, kembangkan pola aktivitas yang memberikan waktu
istirahat yang cukup pada pasien.
c. Kebosanan atau kehidupan yang monoton
Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan metode distraksi
atau pengalihan perhatian yang bersifat terapeutik, misalnya dengan
bernapas secara berirama, memijat area yang sakit dengan pelan,
mendengarkan musik atau membayangkan hal-hal yang menyenangkan,
dll.
2) Menggunakan berbagai metode pereda nyeri yang non-invasif untuk
memodifikasi nyeri yang dialami.a. Metode pengalihan perhatian, misalnya dengan mendengarkan musik,
menonton televisi, membaca buku atau majalah, berbincang dengan
orang lain.b. Metode relaksasi, misalnya dengan menganjurkan pasien untuk
mengambil napas dalam sehingga paru-paru terisi penuh,
12
menghembuskan napas secara perlahan serta melepaskan otot-otot
tangan, kaki, perut dan punggung.c. Menstimulasi kulit, misalnya dengan aplikasi panas atau dingin,
menggosok daerah nyeri dengan lembut, serta menggosok pada daerah
punggung.3) Memberikan pereda nyeri berupa obat analgesik sesuai dengan program
yang ditentukan. Obat analgesik berfungsi untuk menghalangi stimulus
agar terjaid perubahan persepsi terhadap nyeri, sehingga nyeri yang
dirasakan dapat berkurang atau hilang.2.12 Efek SampingNyeri yang timbul dan dirasakan oleh pasien dapat menimbulkan beberapa
a. Dilatasi saluran bronkial dan peningkatan respirasi rateb. Peningkatan heart ratec. Peningkatan kekuatan otot
2) Stimulus parasimpatik (nyeri berat dan dalam)a. Wajah tampak pucatb. Otot menjadi mengerasc. Adanya penurunan heart rate d. Napas cepat dan ireguler
3) Respon perilaku terhadap nyeria. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak napas, dan
mendengkur)b. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)c. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari dan tangan)2.13 Komplikasi
Nyeri yang tidak tertangani dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
diantaranya adalah :
1) Kejang2) Masalah mobilisasi3) Hipertensi4) Hipovolemik5) Hipertermia
2.14 Pemeriksaan Penunjang1) USG (Ultrasonografi) : sebagai data yang menunjang apabila ditemukan
nyeri tekan abdomen.2) Foto Rontgen : untuk mengetahui adanya tulang atau organ dalam yang
abnormal.3) Pemeriksaan Laboratorium : untuk menunjang pemeriksaan lain.
13
4) CT-scan : untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak.
Manajemen Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia : Manajemen Nyeri
penurunan denyut jantung, mual dan muntah, lemah dan mudah lelah,
perilaku dan afektif.2.16 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman fisik3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake kurang
2.17 Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,masalah nyeri
teratasi dengan kriteria hasil :
adanya penurunan intensitas nyeri ketidaknayaman akibat nyeri berkurang tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri
14
Rasional : mengetahui daerah nyeri,kualitas,kapan nyeri dirasakan,faktor
pencetus,berat ringannya nyeri yang dirasakan.
2) Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien
Rasional : untuk mengajarkan pasien apa bila nyeri timbul
3) Berikan analgetik sesuai program
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
4) Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Diagnosa 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan
tidur tercukupi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Kebutuhan tidur tercukupi Pasien tampak segar Tidak sering terbangun pada saat tidur
Intervensi :
1) Kaji pola tidur pasienRasional : untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien setiap hari
2) Ciptakan lingkungan nyaman dan tenangRasional : mencegah terjadinya kebisingan yang dapat
mengganggu kenyamanan pasien3) Batasi pengunjung
Rasional : agar pasien lebih nyaman dan dapat tidur dengan
nyenyak.
Diagnosa 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake kurang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan
nutrisi pasien tercukupi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Nafsu makan bertambah Pasien tampak lemas
Intervensi :
1) Kaji nutrisi pasienRasional : untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pasien
2) Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya nutrisi tubuhRasional : membantu pasien dalam memperluas pengetahuan
tentang nutrisi3) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : untuk mengetahui gizi yang seimbang
15
2.18 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012: 53).
Dalam melaksanakan tindakan perawatan, selain melaksanakannya secara
mandiri, harus adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi
merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan menilai data yang baru. Implementasi tindakan dibedakan menjadi
tiga kategori yaitu: independent (mandiri), interdependent (bekerja sama dengan
tim kesehatan lainnya: dokter, bidan, tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli
kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan dependent (bekerja sesuai instruksi
atau delegasi tugas dari dokter). Perawat juga harus selalu mengingat prinsip 6S
setiap melakukan tindakan, yaitu senyum, salam, sapa, sopan santun, sabar dan
syukur. Selain itu, dalam memberikan pelayanan, perawat harus melaksankannnya
dengan displin, inovatif (perawat harus berwawasan luas dan harus mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi),
rasional, integrated (perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi,
tim kesehatan yang lain, pasien, keluarga pasien berdasarkan azas kemitraan),
mandiri, perawat harus yakin dan percaya akan kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil
(Zaidin, 2003: 84).
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (Gaffar, 2003: 50).
2.19 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
16
tujuan yang disesuaikan denagn criteria hasil pada tahap perencanaan. Pada tahap
evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu (Setiadi, 2012: 57).
2.19.1 Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera. Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian
format catatn perkembangan denagn berorientasi kepada masalah yang dialami
klien. Format yang dipakai adalah SOAP yaitu S: subjektif ddalah perkembangan
keadaan yang dirasakan klien, dikeluhkan, dan dikemukakan klien; O: objektif
adalah perkembangan yang dapat diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain; A: analisis yaitu penilaian dari kedua jenis data apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran; P: perencanaan berdasarkan
hasil analisis yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan
atau masalah belum teratasi.
2.19.2 Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil obsevasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.
Evaluasi ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Format yang dipakai adalah format SOAPIER yaitu S: subjektif ddalah
perkembangan keadaan yang dirasakan klien, dikeluhkan, dan dikemukakan klien;
O: objektif adalah perkembangan yang dapat diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain; A: analisis yaitu penilaian dari kedua jenis data apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran; P: perencanaan berdasarkan
hasil analisis yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan
atau masalah belum teratasi; I: implementasi yaitu tindakan yang dilakukan
berdasarkan rencana; E: evaluasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana
tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi;
R: reassesment yaitu bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses pengumpulan data
subjektif, objektif dan proses analisisnya.
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam
mengatasi nyeri adalah :
17
1) Klien melaporkan tidak ada keluhan nyeri atau rasa nyeri berkurang.2) Skala nyeri berkurang (1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri
berat, 10 = nyeri sangat berat).3) Kebutuhan istirahat dan tidur pasien dapat terpenuhi.4) Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan adekuat
18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Tinjauan Kasus
Ny. S berumur 48 tahun datang ke Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Dr.
Doris Sylvanus pada tanggal 22 April 2014 untuk berobat. Pasien diantar
suaminya ke RSUD Doris Sylvanus dengan menggunakan sepeda motor dan
masuk ke Poli Klinik Penyakit Dalam pada jam 08.45 WIB.
Pasien mengatakan sejak tahun 2012 mengalami penyakit maag atau
gastritis. Selain itu, pasien juga mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi
sejak berusia 40 tahun.
Pada saat pengkajian, pasien mengeluh sakit perut ±5 hari seperti ditusuk-
tusuk dan terasa panas pada daerah ulu hati, nyeri terasa hilang timbul pada saat
beraktivitas siang hari sampai sore hari. Selain itu, saat ditanya perawat tentang
penyebab sakitnya pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit yang
dialaminya.
Setelah dilakukan observasi, pasien tampak menahan nyerinya, lemah,
pucat, ekspresi wajah tampak menggit bibir. Terdapat nyeri tekan pada area ulu