Page 1
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah, mahasiswa di berbagai negara mengambil peran penting dalam
sejarah suatu negara. Peran mahasiswa sangatlah penting dalam mengisi pembangunan
negara. Dalam situasi yang senantiasa tumbuh dan berkembang di era globalisasi, menuntut
peran aktif mahasiswa dalam perubahan segala aspek pembangunan negara dengan
intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan (http://www.batamtoday.
com/berita-63008-Generasi-Muda-adalah-Akar-Bangsa.html). Mahasiswa adalah seseorang
yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani
pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5). Oleh karena itu, perguruan tinggi
sebagai wadah bagi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dengan cara yang ilmiah
bagi mahasiwa berusaha untuk menerapkan pendidikan yang bermutu. Untuk menerapkan
pendidikan yang bermutu tersebut, diperlukan suatu sistem pembelajaran yang dapat
memfasilitasi para mahasiswa untuk dapat mengembangkan potensi dan kompetensi yang
dimilikinya baik berupa pengetahuan serta pelatihan yang dapat menunjang keterampilan
yang nantinya akan diperlukan dalam memasuki dunia kerja, (Analya dan Ka Yan, 2015;1).
Pada tahun 2013 Fakultas Psikologi Universitas “X” pertama kali menerapkan
kurikulum berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) pada mahasiswa
angkatan 2013. KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
Page 2
2
Universitas Kristen Maranatha
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. (http://edukasi.kompas.com/read/
2013/04/02/1917141/KKNI.Jadi.Acuan.Pendidikan). Berbeda dengan kurikulum reguler,
kurikulum berbasis KKNI menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa
(Student Centered Learning). Mahasiswa aktif terlibat dalam mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan yang dipelajarinya saat perkuliahan. Dasar peraturan/ketentuan mengenai
kurikulum KKNI pada Program Studi S1 Psikologi Universitas “X” yaitu mengacu pada;
Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002., dll. (lihat di lampiran).
Berdasarkan buku pedoman akademik dan administrasi Fakultas Psikologi Universitas
“X”, tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan Kurikulum KKNI di Fakultas Psikologi
Universitas “X” yaitu, menekankan pada kecakapan kompetensi mahasiswa baik secara
individu maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcome)/capaian
pembelajaran yang terintegrasi dan holistik, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor
serta keberagaman. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya dosen tetapi juga sumber lain yang memenuhi
unsur edukatif, seperti buku atau jurnal. Terakhir, penilaian dan penekanannya pada proses
dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan informasi dari mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas “X”. Dalam KKNI, tim pengajar atau dosen yang terlibat lebih dari satu orang
(team teaching). Tiap mata kuliah diajarkan oleh tiap dosen dengan latar belakang keilmuan
atau kemampuan yang berbeda sesuai mata kuliah yang bersangkutan. Dosen pada setiap
mata kuliah dibantu oleh asisten dosen. Dosen di dalam kelas menjelaskan inti dari materi
kuliah secara holistik dan terintegrasi, untuk mendalami materi yang telah dijelaskan pada
setiap kali pertemuan, dosen memberikan tugas kepada mahasiswa berkaitan dengan materi
yang dibahas, kemudian mahasiswa dalam kelompok membahasnya dengan berbagai sumber
Page 3
3
Universitas Kristen Maranatha
referensi dalam bentuk laporan dan presentasi. Suatu mata kuliah dikelompokkan menjadi
beberapa bagian modul atau bidang. Satu modul atau bidang dipadatkan dengan banyak
materi perkuliahan berbeda namun masih sesuai dengan bidang yang bersangkutan. Terdapat
beberapa mata kuliah dengan sistem kurikulum reguler yang digabung dalam dalam satu mata
kuliah dengan kurikulum KKNI. Kegiatan di dalam kelas didominasi dengan berdiskusi dan
presentasi, tugas yang diberikan oleh dosen juga hampir sebagian besar dikerjakan secara
berkelompok, tugas yang dikerjakan mahasiswa secara individual biasanya adalah tugas-tugas
pada mata kuliah Psikodiagnostik, seperti membuat laporan pengambilan data pada mata
kuliah Kecerdasan, Grafis atau Deskripsi Kepribadian.
Diperoleh data-data mengenai kurikulum KKNI dan sistem pembelajaran yang
berlaku di Fakultas Psikologi Universitas “X” dari buku pedoman akademik dan administrasi
Fakultas Psikologi Universitas “X”. Pada mata kuliah Psikodiagnostik atau praktikum
mahasiswa diharuskan untuk melakukan pengambilan data psikologi, misalnya melakukan
pengetesan diagnostik, observasi dan wanwancara. Sebelum pengambilan data, mahasiswa
melakukan role-play instruksi tes dan administrasi tes sesuai dengan kewenangan sebagai
ilmuwan psikologi (S1). Terdapat 4 mata kuliah pilihan yang disajikan, mahasiswa wajib
mengontrak mata kuliah pilihan mulai semester 5 dan mata kuliah Sertifikasi yang disajikan
dengan 6 pilihan bidang yang berbeda, mahasiswa bebas dan wajib memilih mata kuliah
sertifikasi apa saja sesuai dengan minatnya yang dapat diambil mulai semester 7. Berdasarkan
informasi dari mahasiswa, berbeda dengan kurikum reguler yang diterapkan pada mahasiswa
Fakultas Psikologi angkatan 2012 Universitas “X”, mahasiswa angkatan 2013 dengan
kurikulum KKNI mendapatkan mata kuliah Psikologi Positif selama 2 semester.
Mata kuliah yang akan ditempuh pada suatu semester harus tercantum pada Dokumen
Kontrak Beban Studi (DKBS), diwajibkan untuk hadir kuliah minimal 75% dari kehadiran
Dosen untuk setiap mata kuliah teori dan 100% untuk mata kuliah praktikum. Jadwal
Page 4
4
Universitas Kristen Maranatha
perkuliahan mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 Universitas “X” tergolong padat,
biasanya dimulai dari pukul 09.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam dari ukul
12.00-13.00 WIB, dan masa perkuliahan selama lima hari yaitu dari hari senin-jumat.
Untuk dapat mengontrak beberapa mata kuliah, khususnya mata kuliah praktikum,
mata kuliah sertifikasi dan mata kuliah penelitian akan diberlakukan sistem pra-syarat. Pada
semester 7, mahasiswa yang akan mengontrak Penulisan Proposal Skripsi harus lulus terlebih
dahulu mata kuliah Penulisan Proposal Penelitian. Mahasiswa yang akan mengontrak mata
kuliah Skripsi harus lulus mata kuliah Penulisan Proposal Skripsi dengan minimal sudah
menjadi pembahas seminar dua kali dan hadir seminar dua kali serta telah melakukan
seminar. Untuk dapat melakukan sidang mahasiswa harus memenuhi beberapa syarat, yaitu
telah mengontrak dan lulus mata kuliah minimal 144 sks yang dijadwalkan 8 (delapan)
semester, memenuhi poin kegiatan dan telah mengikuti pengembangan diri dan karir (PKL),
Batas masa studi selama tujuh tahun, 14 semester. Jika melewati batas, akan dikenai drop out
(D.O).
Dalam kurikulum berbasis KKNI di Fakultas Psikologi Universitas “X” terdapat
Kegiatan Akademik Terstruktur (KAT), yaitu penilaian terhadap kegiatan seorang mahasiswa
selama mengikuti perkuliahan mata kuliah yang bersangkutan, misalnya kegiatan membuat
tugas yang diberikan, hadir dan aktif dalam respons, nilai tes kecil/kuis, dan praktikum. Nilai
KAT diberikan oleh masing-masing dosen dan nilai tersebut akan mempengaruhi nilai akhir
(NA) yang diterima mahasiswa. Setiap mahasiswa setiap kali pertemuannya diharapkan untuk
dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar dan sistem penilaian akan dinilai
berdasarkan rubrik sesuai kompetensi yang telah ditentukan untuk setiap mata kuliah.
Berbeda dengan kurikum reguler, KKNI tidak menerapkan adanya UAS atau UTS. Selain itu
Untuk dapat lulus dalam mata kuliah psikologi, mahasiswa yang menjalani kurikulum KKNI
dipersyaratkan untuk mencapai nilai mutu minimal ‘B’ dan apabila belum mencapai nilai
Page 5
5
Universitas Kristen Maranatha
minimal tersebut bisa mengikuti remedial, remedial bisa dilakukan hingga dua tahap, yaitu
setelah tidak lulus dalam suatu modul, kemudian remedial kembali apabila tidak lulus pada
akhir modul mata kuliah, tergantung dari ketentuan dan kesepakatan tim dosen dari mata
kuliah yang bersangkutan. Nilai tertinggi yang dapat diperoleh mahasiswa dari remedial
hanya nilai ‘B’. Suatu mata kuliah menggunakan sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP)
dengan batasan mengacu pada huruf mutu (lihat di lampiran).
Dengan diterapkannya sistem KKNI berdasarkan data dari mahasiswa Fakultas
Psikologi angkatan 2013 Universitas “X” terdapat keuntungan-keuntungan yang diperoleh
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”, mahasiswa merasa menjadi terlatih
mengembangkan kemampuannya secara individual maupun klasikal, mahasiswa tidak hanya
kompeten dilihat dari hardskill tetapi juga softskill, karena terbiasa presentasi dan
mengungkapkan pendapat di kelas serta mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan. Selain
itu, mahasiswa diberikan kesempatan untuk remedial dan diterapkan minimal nilai kelulusan
sebesar B, sehingga membuat hampir sebagian besar mahasiswa mendapat IPK diatas 3 dan
sangat sedikit mahasiswa yang mengulang mata kuliah, karena diberlakukannya sistem
remedial. Selanjutnya, dengan adanya sistem paket dan standar minimal untuk mengontrak
SKS membuat mahasiswa lebih tepat waktu dalam menyelesaikan mata kuliah yang tersedia
dibandingkan dengan mahasiswa reguler. Tiap semesternya mahasiswa KKNI sudah
ditetapkan untuk dapat mengontrak mata kuliah apa saja. Dengan adanya tugas hampir setiap
kali pertemuan juga membuat mahasiswa menjadi terbiasa cekatan dalam mengerjakan tugas.
Saat semester 7 mahasiswa mengontrak mata kuliah Sertifikasi, Psikoterapi, Penulisan
Proposal Skripsi dan mata kuliah pilihan, apabila tidak ada mata kuliah yang mengulang
ataupun mata kuliah yang belum dikontrak pada semester sebelumnya. Pada mata kuliah
Sertifikasi Konselor mahasiswa wajib magang di sekolah dan merancang program konseling,
Sertifikasi Paud mahasiswa merancang program belajar pada siswa TK sesuai dengan
Page 6
6
Universitas Kristen Maranatha
perkembangannya dan menerapkan program belajar tersebut dengan magang di TK,
Sertifikasi Administrator Tes Psikologi mahasiswa mengambil data atau melakukan skoring
di perusahaan-perusahaan, Sertifikasi Perancang dan Fasilitator Program Pelatihan mahasiswa
merancang dan melakukan training pada perusahaan atau lembaga, Sertifikasi Perancang dan
Fasilitator Program Psikoedukasi merancang dan memberikan psikoedukasi di perusahaan
atau lembaga, dan pada Sertifikasi Assesor Non-Klinis mahasiswa melakukan praktek
pengambilan data dengan simulasi-simulasi assessment center dan mengunjungi perusahaan
assessment center. Selain itu mahasiswa juga dituntut untuk melaksanakan kegiatan untuk
memenuhi poin kegiatan sebagai syarat sidang, diantaranya aktif berorganisasi dalam
kegiatan senat mahasiswa, fakultas dan universitas.
Berdasarkan survey pada 26 mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 Universitas
“X”, yang terdiri dari 13 mahasiswa yang memiliki IPK yang tergolong terpuji, sangat
memuaskan, memuaskan (IPK = 2,76 - 3,78) dan 13 mahasiswa yang memiliki IPK dibawah
memuaskan (IPK ≤ 2,75) di Fakultas Psikologi Universitas “X”, diperoleh data bahwa 100%
mahasiswa (26 orang) merasa lelah dengan sistem perkuliahan KKNI. Jadwal perkuliahan
KKNI yang padat berikut tugas yang seringkali cukup banyak pada setiap kali pertemuan dan
harus dikumpulkan di pertemuan selanjutnya, sampai harus begadang mengerjakan tugas
bahkan tidak jarang menggunakan hari libur untuk mengerjakan tugas, membuat mahasiswa
sebanyak 84,61% (22 orang) merasa jenuh dan bosan dengan rutinitas monoton yang mereka
jalani serta sebanyak 73 % (19 orang) merasa stress tidak dapat beristirahat, mahaiswa merasa
beban studinya yang dijalani cukup berat. Sebanyak 77% (20 orang) merasa cemas saat
menjalani perkuliahan, baik saat melakukan presentasi di kelas, remedial, pengambilan data
ataupun saat mendapatkan materi perkuliahan yang dianggap sulit.
Akibat lelah, jenuh dan stres tidak dapat beristirahat mahasiswa merasa tidak
bersemangat dalam menjalani perkuliahan, kurang optimal, terburu-buru dan atau asal-asalan
Page 7
7
Universitas Kristen Maranatha
yang penting semua tugas selesai tepat pada waktunya agar dapat dikumpulkan. Mahasiswa
juga menjadi kurang menyiapkan diri untuk kuis karena waktunya telah tersita untuk
mengerjakan tugas, mengeluhkan sistem yang ada, mengalami penurunan IPK dan ekstrimnya
terdapat mahasiswa yang akhirnya tidak masuk kelas melebihi jumlah maksimal
ketidakhadiran sehingga harus mengulang mata kuliah. Namun disisi lain terdapat mahasiswa
yang merasa beban perkuliahan yang ada malah membuat mahasiswa berjuang dengan
maksimal hingga mengalami kenaikan IPK. Mahasiswa belajar dan menggunakan waktu yang
tersedia untuk terus dapat menyelesaikan tugas. Mahasiswa merasa seberat apapun beban
perkuliahan yang ada, hal tersebut tetap merupakan kewajiban dirinya untuk menjalaninya,
yang diperlukan untuk mengatasi beban perkuliahan yang berat tersebut adalah niat yang ada
dalam diri untuk berhasil menyelesaikan perkuliahan, dapat membagi waktu dan disiplin,
bahkan masih ada yang mengikuti kegiatan kemahasiswaan, seperti senat mahasiswa. Sisanya
sebanyak 15 % (4 orang) mahasiwa tidak merasa jenuh dengan rutinitas terlalu menganggap
jadwal perkuliahan yang padat sebagai suatu permasalahan yang mengganggu. Sebanyak 27
% (7 orang) mahasiswa juga tidak terlalu merasakan setres karena sudah semakin terbiasa
dengan tugas yang banyak. Sebanyak 23% (6 orang) tidak merasa cemas dalam menjalani
perkuliahan seperti, dalam melakukan presentasi atau menghadapi kuis.
Berdasarkan data dari tata usaha Fakultas Psikologi Universitas “X, jumlah mahasiswa
Fakultas Psikologi angkatan 2013 Universitas “X” sampai dengan semester 7 berjumlah 165
mahasiswa. Mahasiswa dengan predikat IPK memuaskan sampai dengan pujian berjumlah
149 mahasiswa, dan mahasiswa yang memiliki IPK di bawah memuaskan berjumlah 16
mahasiswa. Harapan Fakultas Psikologi Universitas “X” menerapkan kurikulum berbasis
KKNI secara tidak langsung adalah agar mahasiswa dapat memeroleh IPK minimal 3.00 dan
lulus kuliah tepat pada waktunya, karena nilai minimal untuk dapat lulus tiap mata kuliah
psikologi adalah B dan mereka mendapatkan kesempatan untuk remedial mata kuliah
Page 8
8
Universitas Kristen Maranatha
psikologi. Akan tetapi kenyataannya sampai dengan semester 6, masih terdapat 10,9% (16
orang) mahasiswa yang mendapatkan nilai dibawah IPK memuaskan, antara IPK sebesar 1,57
sampai dengan 2,74. Beberapa diantara mahasiswa tersebut dapat lulus dengan minimal IPK
3,00, namun mereka tidak dapat lulus tepat pada waktunya, karena mereka harus mengulang
mata kuliah yang tidak lulus.
Untuk menghadapi segala tantangan dan tekanan dalam akademis, mahasiswa
memerlukan kapasitas untuk dapat berhasil menghadapi penurunan akademis dan tantangan
sehari-hari dalam kehidupan akademis seperti nilai yang buruk, mengejar deadline, tekanan
ketika menghadapi ujian, dan tugas-tugas kuliah yang sulit, yang disebut Academic Buoyancy.
Academic Buoyancy dikembangkan oleh Andrew Martin dan Herbert Marsh (2006),
berdasarkan teori Resilience. Academic Buoyancy dikembangkan sebagai suatu konstruk yang
mencerminkan resiliensi akademik dalam konteks positive psychology. Academic Buoyancy
mengacu pada masalah sehari-hari yang dialami siswa atau mahasiswa dalam sekolah atau
perkuliahan seperti kurangnya motivasi dan daya juang, kurangnya performance dalam
bidang akademis, nilai yang buruk, kurang percaya diri karena nilai yang buruk, level stres
dan tekanan sehari-hari. Buoyancy lebih diarahkan pada problem-focus coping mahasiswa
dalam merespon masalah, stressor dan ketegangan akademis yang dialami sehari-hari. Secara
spesifik, hal ini merujuk kepada kognitif dan usaha individu untuk mengatasi tuntutan dari
situasi stres atau lingkungan (Fry & Martin, 1994; Lazarus & Folkman, 1984; Speirs &
Martin, 1999; Zeidner, 1994; Zeidner& Hammer, 1990). Academic Buoyancy terdiri dari lima
predictor, yaitu self efficacy, planning, persistence, anxiety dan control.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andrew Martin dan Herbert Marsh
(2006) pada siswa kelas SMA, Academic Buoyancy memiliki korelasi yang signifikan
terhadap prestasi akademis. Siswa yang memiliki Academic Buoyancy yang tinggi cenderung
memiliki prestasi akademis yang baik di sekolah, lebih berusaha untuk menyelesaikan tugas-
Page 9
9
Universitas Kristen Maranatha
tugas yang diberikan, sering hadir di sekolah, serta menunjukkan partisipasi yang aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penelitian lain juga menunjukkan hal serupa,
bahwa academic buoyancy secara positif diasosikan dengan prestasi akademik (Malmberg,
dll. 2013; Martin and Marsh 2008a; Putwain dll. 2012) siswa yang benar-benar berhasil
menghadapi academic risk dan kemunduran akademik cenderung mengalami prestasi yang
lebih tinggi, dan yang menarik, bahkan lebih jelas lagi ketika academic buoyancy disertai
dengan kontrol. Lebih jauh lagi, Collie dan rekan rekan (2015) mengatakan bahwa ketika
seorang siswa memiliki academic buoyancy yang baik, siswa akan lebih cenderung melihat
hasil akademis dari lokus kontrol internal, hal itu merupakan landasan penting untuk
pencapaian masa depannya.
Selain itu, terdapat penelitian yang serupa, menunjukkan bahwa Academic Buoyancy
juga memiliki hubungan dengan social support (Putwain dkk, 2012, 2015) dan dengan hasil
akademis yang penting meliputi persistence yang lebih besar (Martin dkk, 2010), self-efficacy
(Martin & Marsh, 2008; Martin dkk, 2010), perceived control (Collie, Martin, Malmberg,
dkk, 2015; Martin dkk, 2013), dan lower anxiety (Martin, 2013; Martin dkk, 2010, 2013;
Putwain dkk, 2012). Dengan demikian, jelas bahwa academic buoyancy memainkan peran
penting dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Prestasi akademis pada mahasiswa terukur melalui IPK (Indeks Prestasi Kumulatif).
IPK adalah angka yang menunjukkan prestasi atau keberhasilan studi mahasiswa dari
semester pertama sampai dengan semester terakhir yang telah ditempuh secara kumulatif.
Dalam menentukan predikat IPK Fakultas Psikologi Universitas “X” mengacu pada Peraturan
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 25 ayat 2, predikat kelulusan di Fakultas
Psikologi Universitas “X” terdiri atas 3 tingkat yaitu; mahasiswa dengan IPK 2.76-3.00
(Memuaskan=M), mahasiswa dengan IPK 3.01-3.50 (Sangat Memuaskan=SM) dan mahasiwa
Page 10
10
Universitas Kristen Maranatha
dengan IPK lebih dari 3.50 (Dengan Pujian=DP) yang dinyatakan dalam transkrip akademik.
Pada Penelitian yang dilakukan oleh Marcellina S.psi (2015) juga diketahui terdapat
kecenderungan keterkaitan antara derajat Academic Buoyancy terhadap IPK. Hal ini
menunjukkan bahwa, mahasiswa yang memiliki Academic Buoyancy yang tinggi cenderung
memiliki IPK yang tergolong di atas rata-rata, begitu pula sebaliknya mahasiswa yang
memiliki derajat Academic Buoyancy yang tergolong rendah memiliki IPK yang tergolong
dibawah rata-rata.
Oleh karena itu berdasarkan survey awal mengenai penghayatan mahasiswa terhadap
sistem perkuliahan KKNI dan data IPK Fakultas Psikologi Universitas “X” angkatan 2013
serta penelitian terdahulu mengenai academic buoyancy yang berhubungan dengan prestasi
akademik, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Hubungan Academic
Buoyancy dengan IPK pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 Universitas “X”
Bandung.”
1.2 Identifikasi Masalah
Ingin mengetahui hubungan derajat Academic Buoyancy dengan IPK pada mahasiswa
Fakultas Psikologi angkatan 2013 Universitas “X” Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran hubungan mengenai
Academic Buoyancy dengan IPK pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013
Universitas “X” Bandung.
Page 11
11
Universitas Kristen Maranatha
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan Academic Buoyancy
dengan IPK pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 Universitas “X”
Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Memberikan informasi mengenai hubungan antara Academic Buoyancy dan
IPK ke dalam bidang ilmu psikologi pendidikan
Memberi masukan bagi peneliti selanjutnya, yang hendak melakukan
penelitian mengenai Academic Buoyancy dan prestasi akademis pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada para dosen dan dosen wali Fakultas Psikologi
Universitas “X” Bandung mengenai tinggi rendahnya kapasitas Academic
Buoyancy mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 Universitas “X”
Bandung dan kaitannya dengan IPK yang diperoleh. Agar dapat berperan
dalam membantu dan memotivasi para mahasiswanya untuk dapat menghadapi
tekanan kurikulum perkuliahan dan mengoptimalkan nilai IPK
Memberi informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas “X” Bandung mengenai manfaat academic buoyancy terhadap
prestasi akademis, sehingga diharapkan mereka dapat berusaha untuk
Page 12
12
Universitas Kristen Maranatha
mengoptimalkan academic buoyancy mereka agar dapat mencapai nilai IPK
yang optimal juga.
1.5 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar
dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang
terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).
Dalam situasi yang senantiasa tumbuh dan berkembang di era globalisasi, menuntut peran
aktif mahasiswa dalam perubahan segala aspek pembangunan bangsa dengan intelektualitas
yang ia miliki selama menjalani pendidikan (Herni Susanti, 2015). Dengan begitu, diperlukan
suatu sistem pembelajaran yang dapat memfasilitasi para mahasiswa untuk dapat
mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya baik berupa pengetahuan serta
pelatihan yang dapat menunjang keterampilan yang nantinya akan diperlukan dalam
memasuki dunia kerja, (Analya dan Ka Yan, 2015;1).
Fakultas Psikologi Universitas “X” menerapkan kurikulum berbasis KKNI (kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia) pertama kali pada mahasiswa angkatan 2013.KKNI
merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja
serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor. (http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/02/
1917141/KKNI.Jadi.Acuan.Pendidikan). Kurikulum berbasis KKNI menggunakan metode
pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning), mahasiswa aktif
terlibat dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya saat
perkuliahan.mahasiswa secara aktif terlibat dalam usaha untuk mengembangkan pengetahuan
Page 13
13
Universitas Kristen Maranatha
dan keterampilan yang dipelajarinya. Mahasiswa menghadapi tantangan dalam menjalani
perkuliahan, diantaranya tantangan dalam menghadapi kuis, tugas perkuliahan, manajemen
waktu, serta ada kewajiban lainnya seperti, mengikuti magang dan kegiatan organisasi.
Dengan diterapkannya sistem KKNI terdapat keuntungan-keuntungan yang diperoleh
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”, diantaranya mahasiswa menjadi terlatih dalam
mengembangkan kemampuannya secara individual maupun klasikal, mahasiswa tidak hanya
kompeten dilihat dari hardskill tetapi juga softskill, mendapat kesempatan remedial dan
mendapat nilai minimal B. Disamping keuntungan akibat diterapkannya sistem KKNI,
menurut mahasiswa psikologi angkatan 2013 Universitas “X”, mahasiswa yang menjalani
kurikulum KKNI dituntut lebih keras dibandingkan mahasiswa yang tidak menjalani
kurikulum KKNI. Mahasiswa dituntut untuk dapat berhasil menghadapi penurunan akademis,
tekanan dan tantangan sehari-hari dalam kehidupan akademis seperti nilai yang buruk, aktif di
dalam kelas, mengerjakan tugas kelompok, mengejar deadline tugas, tekanan ketika
menghadapi ujian dan tugas-tugas kuliah-kuliah yang sulit dan banyak, seperti membuat
laporan praktikum, tugas penelitian serta mata kuliah sertifikasi.
Untuk menghadapi segala tekanan dan tantangan dalam akademis, mahasiswa
memerlukan kapasitas untuk dapat berhasil menghadapi penurunan akademis dan tantangan
sehari-hari dalam kehidupan akademis seperti nilai yang buruk, mengejar deadline, tekanan
ketika menghadapi ujian, dan tugas-tugas kuliah yang sulit, kapasitas tersebut disebut
Academic Buoyancy. Academic Buoyancy dikembangkan oleh Martin dan Marsh (2006)
sebagai suatu konstruk yang mencerminkan resiliensi akademik dalam konteks positive
psychology dan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat berhasil menghadapi
penurunan akademis dan tantangan sehari-hari dalam kehidupan akademis. Penelitian
terdahulu (2006) yang dilakukan oleh Martin dan Marsh menyatakan terdapat prediktor yang
Page 14
14
Universitas Kristen Maranatha
secara signifikan berhubungan dengan Academic Buoyancy, yaitu self-efficacy, planning,
persistence, derajat anxiety, dan uncertain control.
Self-efficacy merupakan keyakinan dan kepercayaan diri mahasiswa bahwa ia
memiliki kapasitas untuk memahami atau mengerjakan tugas perkuliahan dengan baik,
menghadapi tantangan dan melakukan yang terbaik berdasarkan kemampuan yang mereka
miliki (Andrew J Martin, 2003). Mahasiswa yang memiliki derajat self-efficacy yang
tergolong tinggi merasa yakin dapat memahami materi perkuliahan dengan baik walaupun
materi tersebut di anggap sulit, mahasiswa yakin mampu untuk mengerjakan tugas-tugas
maupun kuis, dan memiliki keyakinan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam tugas
maupun kuis Mahasiswa yang memiliki derajat self-efficacy yang tergolong rendah merasa
kurang yakin dapat memahami materi perkuliahan yang sulit dan mengerjakan tugas maupun
soal-soal kuis yang diberikan oleh para dosen serta kurang percaya diri mampu mendapatkan
nilai kuis dan tugas dengan baik. Siswa yang lebih yakin diri (memiliki self-efficacy lebih
tinggi) akan keefektifannya mengatasi masalah diduga memiliki kemungkinan lebih besar
untuk berhasil dan mencapai prestasi akademis yang tinggi, meskipun kemampuan atau
keterampilan mereka sama dengan siswa lainnya (Pajares & Urdan, 2006: 53). Siswa yang
percaya pada academic efficacynya kemungkinan akan membantunya mengatasi masa
akademik yang sulit (Martin,2010).
Planning merupakan kapasitas mahasiswa dalam menentukan tujuan yang akan
dicapai dan membuat langkah-langkah untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Zimmerman, 2001). Planning terdiri dari dua komponen utama yaitu goal setting dan
strategic planning. Goal setting adalah kapasitas mahasiswa untuk menentukan tujuan
pendidikan, seperti berapa target nilai yang akan diraih pada saat mengikuti kuis. Strategic
planning mengacu pada kapasitas mahasiswa untuk menguraikan tujuan dalam langkah-
langkah perencanaan yang akurat sehingga dapat menjadi pedoman berperilaku yang sesuai
Page 15
15
Universitas Kristen Maranatha
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal itu dapat dilakukan dengan membuat jadwal belajar
dan menyicil dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Mahasiswa memiliki derajat
planning yang tergolong tinggi apabila mahasiswa tersebut mampu menentukan target nilai
yang ingin dicapai serta membuat langkah-langkah perencanaan dalam mencapai target nilai
tersebut, membuat perencanaan agar dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan tepat waktu,
dan merencanakan serta melaksanakan jadwal belajar untuk menghadapi kuis, sesuai dengan
yang telah mereka tetapkan. Sedangkan, mahasiswa yang memiliki derajat planning yang
tergolong rendah, apabila mahasiswa tersebut kurang mampu membuat perencanaan dalam
mengerjakan tugas-tugas dan kuis dan tidak membuat target nilai. Sesuai dengan teori yang
ada planning merupakan bagian dari Motivation dan Enggagement yaitu perilaku adaptif
(Andrew Martin,2013). Dalam penelitian tersebut terdapat ekspektasi bahwa faktor motivasi
dan engagement juga penting dalam pencapaian prestasi. Planning membantu mahasiswa
melihat risiko apa yang mungkin ada di depan (misalnya kuis) dan mahasiswa bisa melakukan
pencegahannya lebih awal (misalnya mencicil untuk belajar) dan kemungkinannya kecil
untuk gagal (Martin,2010).
Persistence merupakan kapasitas mahasiswa untuk dapat tetap berusaha mencari
solusi dan memahami masalah walaupun masalah tersebut dirasakan sulit (Glasser, 1998).
Mahasiswa yang memiliki derajat persistence yang tergolong tinggi adalah mahasiswa yang
belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat mengerjakan soal kuis dan tugas yang diberikan
oleh dosen walaupun dirasa sulit, dengan cara memperhatikan penjelasan materi yang
diberikan oleh dosen walaupun materi yang diberikan sulit dan bahkan mencari referensi lain
agar dapat memahami materi atau mengerjakan tugas dengan baik, serta rela untuk
menyediakan waktunya istirahatnya agar tugasnya dapat selesai dan hasilnya pun maksimal.
Hasil yang dimaksud disini adalah nilai.Mahasiswa yang memiliki derajat persistence yang
tergolong rendah adalah mahasiswa yang tidak berusaha dengan sungguh dalam mengerjakan
Page 16
16
Universitas Kristen Maranatha
tugas dan menghadapi kuis. Mereka cenderung malas untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh para dosen, lebih memilih untuk bermain dan tidur yang cukup, daripada
mengerjakan tugas dari dosen, belajar asal-asalan dalam menghadapi kuis. Hal itu yang dapat
membuat mahasiswa mendapatkan nilai kurang baik yang menyebabkan mahasiswa
mengalami penurunan akademis. Penelitian lain menunjukkan bahwa Academic Buoyancy
memiliki hubungan dengan hasil akademis yang penting, meliputi persistence yang lebih
besar (Martin dkk, 2010). Siswa yang bertahan (persistence) lebih cenderung membawa
dirinya untuk 'menerobos' kesulitan dalam bidang akademis daripada menyerah
(Martin,2010).
Dalam konteks akademis, kecemasan dialami dalam kondisi evaluasi dari performance
yang dianggap mengancam, seperti menghadapi ujian yang menimbulkan perasaan takut
gagal (Covington, 1992; Sarason & Sarason, 1990; Spielberger, 1985; Tobias, 1985; Zohar,
1998). Mahasiswa yang memiliki derajat anxiety yang tergolong tinggi adalah mahasiswa
merasa cemas selama menjalani perkuliahan seperti merasa khawatir apabila tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu, merasa cemas saat
menghadapi kuis seperti soal kuis tidak sesuai dengan ekspektasi dan takut bahwa hasil kuis
yang diperoleh tidak maksimal yang dapat mengakibatkan mahasiswa tersebut harus
mengikuti remedial. Akibat kecemasan-kecemasan tersebut, mahasiswa dapat menjadi
kehilangan fokus dan konsentrasinya untuk mengerjakan tugas maupun kuis, sehingga tidak
optimal saat mengerjakan kuis yang dapat membuat nilai yang mereka peroleh juga tidak
maksimal atau menurun, (Marcelinna, 2015). Sedangkan mahasiswa yang memiliki derajat
anxiety rendah, mampu mengatasi kecemasan ketika menghadapi kesulitan dan tantangan
akademis, seperti mengerjakan tugas dan kuis. Jika murid mengalami kecemasan akademis
tingkat rendah, hal ini diasosiasikan secara positif dengan perasaan bahwa mereka dapat
mengatasi tantangan tersebut (Martin dkk, 2010, 2013). Di sisi lain, terdapat beberapa
Page 17
17
Universitas Kristen Maranatha
penelitian yang mengungkapkan bahwa anxiety tidak memiliki hubungan dengan prestasi
akademis karena dipengaruhi oleh faktor lain (Ma, 1999 dalam Priska Analya, 2007;35),
misalnya efek negatif dari anxiety tidak terlalu terlihat pada iklim kelas tertentu (Hancock,
Nichols, Jones, Mayring, & Glaeser-Zikuda, 2000; McInerney, McInerney, & Marsh, 1997
dalam A.J. Martin dan H.W Marsh, 2008;58) dan apakah efek anxiety akan memperkuat atau
memperlemah, tergantung pada kepribadian individu (Nyland, Ybarra, Sammut, Rienecker, &
Kameda, 2000 dalam A.J. Martin dan H.W Marsh, 2008;59). Bahkan academic anxiety dapat
memacu seseorang untuk “fight” daripada “flight” dalam merespon tantangan dalam hal
akademis. Dalam hal ini, anxiety memiliki asosiasi yang positif dalam Academic Buoyancy.
Control merupakan kapasitas mahasiswa untuk mengendalikan hal-hal apa saja yang
menyebabkan dia berhasil atau gagal dalam melakukan tugas (Connell, 1985). Connell (1985)
mengemukakan tiga aspek dari control belief, yaitu internal source, external source atau
powerful others dan unknown source. Mahasiswa yang memiliki internal source menganggap
keberhasilan dan kegagalannya dalam suatu tugas disebabkan oleh hal-hal yang berada di
dalam dirinya sendiri. Mahasiswa yang memiliki external source menganggap keberhasilan
dan kegagalannya dalam suatu tugas karena hal-hal yang berada diluar dirinya, seperti adanya
pengaruh dari orang lain (powerful others) dan hal –hal yang tidak diketahui penyebabnya
(unknown source). Uncertain Control merupakan kondisi seorang merasa tidak pasti
bagaimana untuk dapat melakukan hal yang baik atau menghindari hal yang tidak baik.
Mahasiswa yang memiliki derajat control yang tergolong tinggi adalah mahasiswa
menganggap bahwa hal-hal yang dialami selama menjalani perkuliahan disebabkan oleh sikap
mereka dalam menjalani perkuliahan, dalam hal ini apakah mereka telah mempersiapkan diri
dalam menghadapi kuis dan mengerjakan tugas secara sungguh-sungguh sehingga hasil yang
di dapat sesuai dengan upaya yang telah mereka lakukan. Mereka juga menganggap bahwa
kegagalan mereka dalam perkuliahan berasal dari diri mereka sendiri, seperti kegagalan
Page 18
18
Universitas Kristen Maranatha
menghadapi kuis disebabkan oleh persiapan yang kurang dan nilai tugas yang kurang baik
atau tugas tidak selesai tepat waktu disebabkan karena mereka tidak mencicil tugas yang telah
diberikan. Mahasiswa yang memiliki derajat control yang tergolong rendah apabila
mahasiswa tersebut menganggap bahwa sumber penyebab keberhasilan maupun kegagalan
yang dialaminya baik dalam mengerjakan tugas ataupun kuis disebabkan oleh pengaruh di
luar dirinya, baik dari orang/pihak lain atau hal-hal yang tidak diketahui penyebabnya.
Mahasiswa yang benar-benar berhasil menghadapi academic risk dan kemunduran akademik
cenderung mengalami prestasi yang lebih tinggi, dan yang menarik bahkan lebih jelas lagi
ketika academic buoyancy disertai dengan kontrol. Lebih jauh lagi, Collie dan rekan rekan
(2015) mengatakan bahwa ketika seorang siswa memiliki academic buoyancy yang baik,
siswa akan lebih cenderung melihat hasil akademis dari lokus kontrol internal, hal itu
merupakan landasan penting untuk pencapaian masa depannya.
Selain beberapa hal di atas terdapat pula faktor-faktor penunjang lainnya yang
mempengaruhi kapasitas Academic Buoyancy seseorang yaitu sebagai berikut yaitu: jenis
kelamin dan usia. Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh Martin (2004), perempuan
memiliki daya juang (persistence) yang lebih tinggi di bandingkan dengan laki-laki, namun
memiliki kecemasan yang bersifat umum. Penelitian lain menunjukkan bahwa Academic
Buoyancy memiliki hubungan dengan social support (Putwain dkk, 2012, 2015) dan dengan
hasil akademis yang penting meliputi persistence yang lebih besar (Martin dkk, 2010), self-
efficacy (Martin & Marsh, 2008; Martin dkk, 2010), perceived control (Collie, Martin,
Malmberg, dkk, 2015; Martin dkk, 2013), dan lower anxiety (Martin, 2013; Martin dkk, 2010,
2013; Putwain dkk, 2012). Social support adalah bentuk dari emotion focused coping yang
meliputi mencari dukungan secara emosional dan intrumental dari orang lain. Bentuk
dukungan instrumental dapat melalui nasihat, bantuan, atau informasi. Bentuk social support
secara emosional diantaranya sepeti mendapatkan dukungan moral, simpati dan pengertian.
Page 19
19
Universitas Kristen Maranatha
Academic buoyancy secara positif diasosikan dengan prestasi akademik (Malmberg,
dll. 2013; Martin and Marsh 2008a; Putwain dll. 2012) siswa yang benar-benar berhasil
menghadapi academic risk dan kemunduran akademik cenderung mengalami prestasi yang
lebih tinggi, dan yang menarik, bahkan lebih jelas lagi ketika academic buoyancy disertai
dengan kontrol. Dalam penelitian Martin dan Marsh (2006) yang dilakukannya terhadap 3450
siswa dari enam sekolah menengah atas di Australia menunjukkan bahwa Academic
Buoyancy secara signifikan berkorelasi terhadap penyelesaian tugas, absenteesm, literacy dan
numeracy. Siswa yang memiliki Academic Buoyancy yang tinggi cenderung memiliki prestasi
akademis yang baik di sekolah, lebih berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan, sering hadir di sekolah, serta menunjukkan partisipasi yang aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam penelitian lanjutannya, Martin dan Marsh
melakukan penelitian pada guru yang melakukan penilaian terhadap kelasnya dalam berbagai
dimensi, termasuk Academic Buoyancy, dan menemukan bahwa konstruk tersebut secara
signifikan berhubungan dengan prestasi akademis dalam menghadapi kesulitan,
disenggament, dan partisipasi siswa di kelas.
Prestasi akademis merupakan suatu bukti hasil belajar secara akademis yang dapat
dicapai oleh siswa. Dengan perkataan lain, hasil yang dicapai oleh siswa melalui proses
belajar akan nampak dalam prestasi akademis siswa (W.S. Winkel, 1983). Prestasi akademis
dapat digolongkan dalam kategori tinggi dan rendah. Tinggi rendahnya suatu prestasi
akademis merupakan tingkat keberhasilan yang terlihat secara umum. Jika nilai-nilai yang
dicapai tergolong tinggi, maka dapat dikatakan prestasi akademisnya tinggi, sebaliknya jika
nilai-nilai yang dicapainya tergolong rendah, maka dapat dikatakan prestasi akademisnya
rendah.
Prestasi akademis tinggi jika prestasi akademis berada di atas rata-rata normal
kelompok kelasnya atau melebihi kemampuan yang dimilikinya, sementara itu prestasi
Page 20
20
Universitas Kristen Maranatha
akademis dikatakan rendah jika prestasi yang dicapai berada di bawah yang seharusnya
dicapai atau kurang dari potensi yang dimiliki (Lavin, 1965 & Naylon, 1972 dalam Robert E.
Grinder, 1973). Prestasi akademis pada mahasiswa terukur melalui IPK. Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) adalah angka yang menunjukkan prestasi atau keberhasilan studi mahasiswa
dari semester pertama sampai dengan semester terakhir yang telah ditempuh secara kumulatif.
IP atau hasil nilai 1 semester yang diperoleh mahasiswa dihasilkan dari nilai-nilai tugas, kuis,
praktikum, presentasi, maupun berdiskusi di kelas setiap harinya selama 1 semester. Dalam
menentukan predikat IPK Fakultas Psikologi Universitas “X” mengacu pada Peraturan
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 25 ayat 2, predikat kelulusan di Fakultas
Psikologi Universitas “X” terdiri atas 3 tingkat yaitu; mahasiswa dengan IPK 2.76-3.00
(Memuaskan=M), mahasiswa dengan IPK 3.01-3.50 (Sangat Memuaskan=SM) dan mahasiwa
dengan IPK lebih dari 3.50 (Dengan Pujian=DP) yang dinyatakan dalam transkrip akademik.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Marcellina S.psi (2015) juga diketahui terdapat
kecenderungan keterkaitan antara derajat Academic Buoyancy terhadap IPK. Hal ini
menunjukkan bahwa, mahasiswa yang memiliki Academic Buoyancy yang tinggi cenderung
memiliki IPK yang tergolong diatas rata-rata, begitu pula sebaliknya mahasiswa yang
memiliki derajat Academic Buoyancy yang tergolong rendah memiliki IPK yang tergolong
dibawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki derajat Academic
Buoyancy yang tergolong tinggi memiliki kemampuan untuk dapat berhasil menghadapi
penurunan akademis dan tantangan sehari-hari dalam kehidupan akademis seperti nilai yang
buruk, mengejar deadline, tekanan ketika menghadapi ujian, dan tugas-tugas kuliah yang
sulit, sehingga mereka bisa meraih prestasi yang lebih maksimal. Bagi mahasiswa yang
memiliki derajat Academic Buoyancy yang tergolong rendah kurang memiliki kemampuan
untuk dapat berhasil menghadapi penurunan akademis dan tantangan sehari-hari dalam
Page 21
21
Universitas Kristen Maranatha
kehidupan akademis seperti nilai yang buruk, mengejar deadline, tekanan ketika menghadapi
ujian, dan tugas-tugas kuliah yang sulit, sehingga tidak jarang prestasi mahasiswa tersebut
kurang memuaskan.
Fokus dari Academic Buoyancy menekankan pada membangun kekuatan yang bersifat
proaktif dibandingkan dengan reaktif dalam mengatasi kesulitan dan tantangan. Hal ini juga
dapat meningkatkan hasil akademis.
Bagan 1.1 kerangka pemikiran
1.6 Asumsi Penelitian
Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 Universitas “X” menerima tuntutan
akademis yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak menjalani
kurikulum KKNI
Mahasiswa
Fakultas Psikologi
Angkatan 2013
Universitas “X”
Bandung
Academic
Buoyancy
Prediktor Academic
Buoyancy :
self-efficacy
planning
persistenc
anxiety
control
IPK
Faktor penunjang:
Jenis Kelamin
Social support
Page 22
22
Universitas Kristen Maranatha
Masalah sehari-hari yang dialami mahasiswa dalam perkuliahan seperti kurangnya
motivasi dan daya juang, kurangnya performance dalam menjadi perkuliahan, nilai
yang buruk
Mahasiswa yang memiliki IPK di atas rata-rata memiliki Academic Buoyancy yang
lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki IPK dibawah rata-rata
Mahasiswa yang memiliki kesungguhan dan menetapkan target dalam menjalani
perkuliahan akan berhasil dalam hal akademis di perkuliahan
Mahasiswa yang memiliki IPK tinggi merupakan mahasiswa yang pintar dan
mampu mengontrol dirinya untuk terus berjuang
Mahasiswa yang memiliki IPK rendah merupakan mahasiswa yang memiliki daya
juang rendah
1.7 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara Academic Buoyancy dan dengan IPK pada mahasiswa
Fakultas Psikologi angkatan 2013 Universitas “X” Bandung.