1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lamongan merupakan Kabupaten yang terkenal dengan produksi hasil laut (ikan, cumi, udang, dan lain sebagainya). Wilayah pesisir yang dimiliki Kabupaten Lamongan tersebut berpotensi hasil laut yang melimpah. Produksi ikan di Lamongan pada tahun 2015 mencapai rupiah 2.066.126.188.437,terdiri. Nilai produksi meliputi, dari daerah perairan umum sebesar rupiah 53.963.637, dari produksi perikanan tangkap menghasilkan rupiah 940.041.822.000, dan nilai produksi perikanan budidaya menghasilkan sebesar rupiah 1126.030.402.800. Produksi pada tahun 2015 naik tipis sebesar 4,23 persen dibandingkan 2014. Yakni dari 116.972,36 ton di tahun 2014 menjadi 121.915, 40 ton di sepanjang tahun 2015. Realisasi perikanan tersebut melebihi target sebersar 109.237,56 dengan rincian dari 72.346 ton perikanan laut, dari perairan umum 2.964,9 ton dan dari perikanan budidaya 46.609,9 1 . Dari keberhasilan produksi ikan dengan skala besar kususnya di bagian sektor perikanan laut, tidak dilupakan dengan adanya sektor peran pembudidaya ikan serta sektor nelayan. Aktivitas nelayan di Lamongan sudah lama di lakukan oleh masyarakat pesisir di Lamongan sampai sekarang kegiatan masih dilakukan secara turun temurun. Dengan memanfaatkan sumber daya laut, harapannya masyarakat pesisir dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari-hari. Pantura (pantai utara) merupakan sebutan bagi masyarakat pesisir yang bertempatan di garis pantai utara. Jawa 1 http://kominfo.jatim prov.go.id/read/umum/lamongan-penghasil-perikanan-terbesar dijatim. Di akses pada tanggal 27 April 2017
25
Embed
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44356/2/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742... · 2019. 2. 18. · Manfaat penelitian yang ditulis pada penelitian ini dapat dikelompokan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lamongan merupakan Kabupaten yang terkenal dengan produksi hasil laut
(ikan, cumi, udang, dan lain sebagainya). Wilayah pesisir yang dimiliki
Kabupaten Lamongan tersebut berpotensi hasil laut yang melimpah. Produksi ikan
di Lamongan pada tahun 2015 mencapai rupiah 2.066.126.188.437,terdiri. Nilai
produksi meliputi, dari daerah perairan umum sebesar rupiah 53.963.637, dari
produksi perikanan tangkap menghasilkan rupiah 940.041.822.000, dan nilai
produksi perikanan budidaya menghasilkan sebesar rupiah 1126.030.402.800.
Produksi pada tahun 2015 naik tipis sebesar 4,23 persen dibandingkan 2014.
Yakni dari 116.972,36 ton di tahun 2014 menjadi 121.915, 40 ton di sepanjang
tahun 2015. Realisasi perikanan tersebut melebihi target sebersar 109.237,56
dengan rincian dari 72.346 ton perikanan laut, dari perairan umum 2.964,9 ton dan
dari perikanan budidaya 46.609,91. Dari keberhasilan produksi ikan dengan skala
besar kususnya di bagian sektor perikanan laut, tidak dilupakan dengan adanya
sektor peran pembudidaya ikan serta sektor nelayan.
Aktivitas nelayan di Lamongan sudah lama di lakukan oleh masyarakat pesisir
di Lamongan sampai sekarang kegiatan masih dilakukan secara turun temurun.
Dengan memanfaatkan sumber daya laut, harapannya masyarakat pesisir dapat
memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari-hari. Pantura (pantai utara) merupakan
sebutan bagi masyarakat pesisir yang bertempatan di garis pantai utara. Jawa
1 http://kominfo.jatim prov.go.id/read/umum/lamongan-penghasil-perikanan-terbesar dijatim. Di
akses pada tanggal 27 April 2017
2
Timur memiliki wilayah pantai utara kususnya di wilayah Keacamatan Paciran
Kabupaten Lamongan. Wilayah tersebut menyumbang di sektor produksi hasil
laut dengan sekala besar yang berpusat di lima lokasi sebagai tempat pelabuhan
ikan yaitu tempat pelelangan ikan di Desa Weru, kranji, Blimbing, Brondong, dan
yang paling barat Desa Lohgong.
Namun sangat disayangkan apa yang dimiliki sumber daya laut Lamongan
belum dapat dimanfaatkan secara efektif serta maksimal khususnya bagi
masyarakat nelayan. sehingga memunculkan permasalahan-permasalahan di
kehidupan masyarakat nelayan. Dengan bukti bahwa di bidang kelautan
merupakan sektor yang tertingal. Dilihat dari pemanfaatan sumber daya, teknologi
serta tingkat kemiskinan dan keterbelakangan nelayan dibandingkan sektor
lainnya yang disebabkan adanya persoalan yang bersifat struktural, terutama
kecenderungan pada berorentasi pada pertumbuhan ekonomi nonkelautan2.
Masyarakat nelayan Lamongan banyak mengunakan jaring cantrang (pukat
hela), jaring tersebut merupakan jaring yang khas dari Jawa timur yang memiliki
filosofi alat yang mampu memotori atau mengerakan ekonomi masyarakat secara
turun-temurun dari nenek moyang, jaring tersebut sudah lama ada dan di
praktekan sebagai penghasil ikan3. Namun akhir-akhir ini cantrang (pukat hela)
dipermasalahkan Pemerintah Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan berpendapat bahwa pengunaan peralatan
tersebut sangat membahayakan kelangsungan hidup biota laut, pengunaan alat
jaring cantrang (pukat hela) yang berlebihan mengakibatkan ikan semakin langkah
2 Kusumaatanto, Tridoyo. 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi
Daerah. Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama. Hlm 6 3 Diaolog dengan anggota RN (rukun nelayan) Kelurahan Blimbinng Kecamatan Paciran.
3
dan penyebab terumbuh karang mati. Nelayan mengunakan jaring tersebut dengan
tujuan agar mendapatkan produksi ikan yang lebih besar (overfhising) akan
berimbas pada produksi hasil laut akan menurun. Hal tersebut membuat
pemerintah berinisiatif untuk melestarikan sumber daya alam agar tidak terancam
kepunahan disektor maritim. Insiatif tersebut berupa kebijakan Peraturan
Kementerian Kelautan dan perikanan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomer 1 dan 2 Tahun 2015,
nomer 1 tentang larang penangkapan kepiting, rajungan, lobster yang sedang
bertelur dan nomer 2 tentang larangan penggunaan tentang larangan pengunaan
alat tangkap ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seint nets) untuk digunakan
dalam menangkap ikan. Peraturan yang nantinya akan di terapkan kepada
masyarakat nelayan seluruh Indonesia tersebut menuai pro dan kontra. Bahwa
peraturan baru Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut dinilai tidak
keberpihak kepada nelayan.
Menanggapi peraturan menteri kelautan tersebut nelayan merasa resah, dengan
data yang di dapat Dinas Perikanan dan Kelautan Lamongan, dari 8.000 peralatan
nelayan, 75 persennya jenis perahu yang dilarang Kementerian Kelautan dan
Perikanan4. Meskipun peraturan di anggap kontra nelayan akan ditetapkan dan
akan direalisasikan pada 1 Januari 2016 resmi di berlakukan pada nelayan seluruh
Indonesia. Namun pemerintah tidak serta merta langsung melarang secara frontal
dalam merealisasikan peraturan, pemerintah berusaha melakukan pendampingan
secara intensif kepada para penguna alat tangkap nelayan yang dilarang.
4 Hidayat, Marifka wahyu. Minggu 15 Februari 2015. Aturan Menteri Bisa Membunuh Nelayan
Lamongan. di akses m.tempo.co
4
Meskipun peraturan menteri kelautan Nomer 02 Tahun 2015 merupakan
bentuk perhatian Pemerintah Kelautan dan Perikanan hanya prespektif ekologi
bertujuan untuk pelestarian ekositem laut. Disisi lain masyarakat masih menolak
Peraturan Menteri (permen) dengan alasan pandangan yang berbeda bahwa
peraturan tersebut dinilai sangat merugikan bagi nelayan.
Banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai miyang (nelayan) kususnya di
wialayah pantura (pantai utara) Lamongan yang di wilayah Kecamatan Paciran.
Dengan bertempat tinggal yang tetap dan memiliki rasa senasib maka terjalinnya
sebuah ikatan pada nelayan dengan nelayan lainnya serta memiliki tujan yang
sama sehingga terciptanya suatu kelompok nelayan yaitu RN (rukun nelayan)
pada tahun 1994, Kelompok RN (Rukun Nelayan) merupakan kelompok yang
memiliki struktur organisasi dan dinaungi oleh HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia). Manusia dilihat dari segi alamiah memang tidak dapat berdiri sendiri
namun membutukan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain,
seperti halnya perkumpulan kelompok nelayan tersebut dengan tujuan untuk
saling membantu dan meningkatkan kekuatan solidaritas.
Persoalan terkait peraturan baru Peraturan Menteri kelautan Nomer 2 Tahun
2015 menjadi permasalahan baru oleh nelayan Jawa Timur khususnya nelayan
kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Nelayan
Lamongan yang tergabung kelompok RN (rukun nelayan) Kelurahan Blimbing
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan melakukan kegiatan musyawarah
kolektif dengan jumlah sekitar kurang lebih 500 nelayan5 yang di ikuti nelayan
5 Informasi dari anggota RN (Rukun Nelayan) Kelurahan Blimbing
5
Kelurahan Blimbing, Desa Kandangsemangkon, Desa Brondong yang
dilaksanakan di kantor Kelurahan Blimbing untuk membahas tentang peraturan
Kementeri Kelautan Nomer 2 Tahun 2015. Musyawarah dilakukan dengan tujuan
untuk menyatukan sebuah gagasan pikiran kelompok nelayan. Crene Crinton
dalam bukunya menulis No ideas, no sosial movement suatu ideologi, seperangkat
kepercayaan dan mitos, penting bagi suatu gerakan sosial. Suatu ideologi
menyediakan bagi manusia konsep-konseptentang tujuan-tujuan gerakan, rasional
dan keberadaannya tutuntutannya atas pengaturan sosial yang ada, dan rencana
aksinya6.
Peraturan baru memicu sebagian besar kelompok-kelompok nelayan untuk
melakukan penolakan peraturan yang dinilai kontra kepada nelayan, sehingga
munculnya gerakan sosial kelompok nelayan sebagai bentuk perlawanan, dengan
harapan agar mengevaluasi kembali peraturan peraturan Menteri Kelautan Nomer
02 Tahun 2015 untuk tidak hanya melihat dari segi ekologi tapi dari segi sosial
dan ekonomi harus diperhatikan.
Gerakan sosial merupakan suatu upaya yang kurang lebih keras dan
terorganisir yang dilakukan oleh orang-orang yang relatif besar jumlahnya, entah
menimbulkan perubahan atau untuk menentang. Menentang perubahan sosial
berarti mempertahankan status quo. Gerakan-gerakan sosial mendobrak jaringan
harapan-harapan yang lazim. Gerakan-gerakan sosial memiliki tatanan internal
6 Maran, Rafael Raga. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hlm 70
6
dan merupakan tindakan bertujuan. Potensi organisasi inilah yang memungkin
gerakan sosial dapat menentang institusi-institusi yang mapan7.
Penolakan nelayan terhadap peraturan menteri kelautan nomer 2 Tahun 2015
berujung dengan penolakan sebagai bentuk protes oleh paguyuban nelayan RN
(rukun nelayan) yang dihimpun oleh HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia) dengan melakukan demontrasi yang secara kolektif oleh kelompok-
kelompok nelayan bertujuan untuk menemui langsung di gedung Kementerian
Kelautan dan Perikanan di Jakarta, dengan tujuan agar aspirasi terdengar oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan secara langsung.
Sebagai bentuk perlawanan kelompok nelayan melakukan demontrasi
puncaknya di Jakarta dengan tujuan untuk menemui langsung Menteri Kelautan
dan Perikanan. Salah satunya adalah kelompok RN (Rukun Nelayan) di
Kelurahan Blimbing mengikuti partisipasi demontrasi di Jakarta. Kelompok
tersebut memiliki anggota kelompok kurang lebih 6000 nelayan yang terhimpun
kelompok rukun nelayan8 merupakan kelompok yang memiliki banyak anggota di
Lamongan.
Dalam peristiwa tersebut dapat menjadikan sebuah sejarah kelompok nelayan
dalam bentuk peristiwa perlawanan terhadap Pemerintah Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Sehingga penulis tertarik dengan mengambil tema tentang
nelayan, yang berjudul “GERAKAN SOSIAL KELOMPOK NELAYAN
DALAM PENOLAKAN PERMEN-KP NOMER 2 TENTANG LARANGAN
PENGUNAAN ALAT TANGKAP IKAN PUKAT HELA (Trawls) DAN
7 Ibid. Maran, Rafael Raga. 2001. Hlm 66
8 Data RN (Rukun Nelayan) Kelurahan Blimbing
7
PUKAT TARIK (Seint Nets) (Studi Pada Kelompok Nelayan Kelurahan di
Blimbing Kecamatan Paciran Kabupten Lamongan)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas oleh penulis dapat
disimpulkan bahwa rumusan masalah yaitu bagaimana bentuk-bentuk gerakan
sosial yang dilakukan oleh kelompok nelayan di Kelurahan Blimbing Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan dalam menolak PERMEN KP- Nomer 2 tentang
larangan pemakaian jaring pukat hela dan pukat tarik ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitihan ini adalah untuk mengetahui, memahami serta
mengedintifikasi bentu-bentuk gerakan sosial yang dilakukan oleh kelompok
nelayan di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam
penolakan PERMEN KP- Nomer 2 tentang larangan pemakaian jaring pukat hela
dan pukat tarik.
1.4. Manfaat Penelitian
Sebuah penelithan akan lebih baik jika penelitian yang dilakukan memiliki
manfaat bagi kemaslahan umat. Manfaat penelitian yang ditulis pada penelitian ini
dapat dikelompokan menjadi dua yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis :
1. Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan kontribusi bagi
pengembangan konsep-konsep pada teori gerakan sosial. Selain itu
penelitian ini akan mampu memperkuat teori gerakan sosial yang
dikemukakan Neil J. Smelser teori perilaku kolektif
8
b. Pada hasil penelitihan nantinya diharapkan memberikan sumbangsi
pemikiran, khususnya dalam bidang pembangunan melalui sektor
kelautan dan perikanan.
c. Penelitian ini dapat dijadikan sebuah refrensi maupun refleksi tentang
gerakan sosial nelayan, dalam mempertahankan hak-hak nelayan.
2. Praktis
a. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya
khususnya bagi jurusan sosiologi yang nantinya yang akan meneliti
tentang gerakan sosial pada masyarakat.
b. Penelitian ini memberikan pemahaman agar pembaca mengetahui
bagaimana gerakan sosial terjadi di masyarakat nelayan khususnya di
Kecamatan Paciran yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.
c. Penelitian yang dilakukan tentang gerakan sosial harapannya
memberikan refrensi bagi kelompok nelayan khususnya di Kecamatan
Paciran, sehingga gerakan sosial yang dialakukakan tetap eksistensi, dan
memiliki tujuan yang pasti dalam mendapatkan yang benar-benar haknya
bagi nelayan.
1.5. Difinisi Konsep
1.5.1. Gerakan Sosial
Gerakan sosial (sosial movement) adalah aktivitas sosial berupa gerakan
maupun tindakan kelompok secara kolektif dengan melakukan perlawanan
sebagai bentuk protes terhadap kebijakan. Gerakan sosial dalam prespektif
Marxist identik dengan perjuangan kaum buruh untuk melakukan transformasi
9
sosial yang lebih agaliter dan berkeadilan9. Sering kali gerakan sosial tersebut
karena dipicunya kebijakan-kebijakan yang mengebiri hak-hak pada
masyarakat, sehingga keadaaan masyarakat menjadi terpuruk.
1.5.2. Kelompok
Kelompok merupakan himpunan atau satu-kesatuan manusia yang hidup
bersama, hubungan tersebut antara lain yaitu menyangkut berkaitan dengan
timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi satu sama lain dan juga
kesadaran hasrat untuk saling menolong. Sarat terjadinya kelompok adanya
kesadaran pada setiap anggota kelompok, adanya hubungan timbal balik antara
anggota, faktor yang dimilliki bersama menumbukan hubungan antar anggota
menjadi erat, berkaidah mempunyai pola perilaku, bersistem dan berproses10
.
Secara alamiah manusia tidak dapat hidup dengan sendiri, karena manusia
diciptakan sebagai mahluk yang sosial, Hal tersebut kelompok sangat di
butuhkan dalam kehidupan individu di masyarakat.
1.5.3. Nelayan
Nelayan merupakan pekerjaan masyarakat yang bertempatan di wilayah
pesisir atau pinggiran pantai, definisi nelayan mengacu pada pekerjaan, tempat
tinggal atau status pekerjaan11
. Menurut undang-undang 45 tahun 2009 pada
pasal 1 dikatakan bahwa ialah orang yang mata pencarian melakukan
penangkapan ikan. selain itu, nelayan juga didefinisikan sebagai suatu
kelompok yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan
9 Arifin, Syamsul. 2005. Ideologi Dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis. UMM Press.
Hlm 65 10
Soekamto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press. Hlm 101 11
Mulyadi, S. 2005. Ekonomi kelautan. Jakarta : PT. Raja Grafindo. hlm.171
10
cara melakukan penangkapan atau budidaya. Mereka umumnya bertempat
tinggal di pinggir pantai, lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi12
.
menurut Ditjen Perikanan mendifinisikan nelayan sebagai orang yang secara
aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan (binatang air
lainya).
1.5.4. Kelompok Nelayan RN (Rukun Nelayan)
Merupakan nama kelompok nelayan yang beradah di Kabupaten Lamongan
khususnya di Kecamatan Paciran, dengan memiliki struktur organisasi dan
jaringan kelompok besar yang dihimpun oleh HNSI (Himpunan Nelayan
Seluruh I ndonesia)13
.
1.5.5. PERMEN KP- Nomer 2 Tahun 2015
Peraturan yang terkait pada penelitian adalah peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomer 2 Tahun 2015 yaitu tentang berisi larangan pengunaan
jaring pukat hela dan pukat tarik, peraturan ini di buat oleh Menteri Susi
Pudjiastuti dengan prespektif ekologi untuk menglindungi ekosistem laut.
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan penelitian ini dilakukan dengan mengunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada
kondisi alamiah dengan berlandaskan pada paradigma post-positivisme, yang
lebih ditujukan untuk mengungkap makna dari pandangan subjek yang diteliti
12
Imron, Masyshuri. Jurnal Masyarakat dan Budaya. Volume 5 No.1 tahun 2003. Hlm. 63 13
Informasi dari anggota RN (Rukun Nelayan) Kelurahan Blimbing
11
untuk mendapatkan pemahaman tentang fenomena yang diteliti secara luas,
menyeluruh dan mendalam14
.
Menurut Patton metode kualitatif adalah memahami fenomena yang sedang
terjadi secara ilmiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi
secara alamiah, konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data yang di
peroleh oleh penelitian kualitatif, yakni data ilmiah. Data ilmiah ini utamanya
diperoleh dari hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti15
.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip di dalam buku Zuriah Nurul
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif sebagai bentuk prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu Krik dan Miller
memberikan pengertian penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
penegetahuan sosial yang secara fundamental tergabung pada penngamatan
terhadap manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasannya dan peristiwa16
.
Banyak penelitihan yang disebut sebagai kualitatif tetapi sebetulnya dapat
hanya deskriptif. Menurut Meleong ada sebelas karakteristik kualitatif : latar
alamiah, manusia sebagai alat, metode kualitatif, analisis data secara induktif,
teori dari dasar, deskriptif, lebih mementingkan proses dibandingkan hasil,
adanya batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriiteria khusus untuk ke