LEMBAR PERSETUJUAN USULAN KOMPREHENSIF STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) DENGAN INDIKATOR PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU RSUD WONOSARI GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA Diajukan Oleh: Yuliana Suryati KP. 07. 00403 Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal .............. Pembimbing I Pembimbing II M. Yudha, S.Kep., Ns, M.Kep Tri Winarni, S.Kep., Ns Siap dilakukan ujian seminar proposal di depan dewan penguji ii
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LEMBAR PERSETUJUAN
USULAN KOMPREHENSIF
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) DENGAN INDIKATOR
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU RSUD WONOSARI GUNUNG KIDUL
YOGYAKARTA
Diajukan Oleh:
Yuliana Suryati
KP. 07. 00403
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ..............
Pembimbing I Pembimbing II
M. Yudha, S.Kep., Ns, M.Kep Tri Winarni, S.Kep., Ns
Siap dilakukan ujian seminar proposal di depan dewan penguji
pada tanggal ....................
MengetahuiKetua Prodi Ners
Catur Budi Susilo, S.Pd, S.Kp, M.Kes
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas tuntunan dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas komprehensif yang berjudul” Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif (CHF) dengan Indikator Pemberian Terapi
Oksigen di Ruang ICU RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta ”. Tugas
ini disusunsebagai tugas stase komprehensif.
Dalam penyelesaian tugas komprehensif ini, tidak luput dari berbagai
macam hambatan dan tantangan. Oleh karena itu sudah sepantasnya
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. dr. Supomo Sukardono, Sp.THT.KL(K), selaku Ketua STIKES Wira
Husada Yogyakarta.
2. Catur Budi Susilo, S.Pd, S.Kp, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Wira Husada Yogyakarta.
3. M. Yudha, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing I
4. Tri Winarni, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing II.
5. Bapa dan mama yang telah menjadi great inspiring dan motivator
terbesardisaat aku putus asa dan kehilangan harapan. Terima kasih
untuk doa dan kasih sayang yang sempurna dan tak pernah putus
untukku
6. Teman-teman seperjuangan profesi ners angkatan V
iii
7. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian tugas
komprehensif ini
Tugas komprehensif ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
pada penulisan tugas selanjutnya dapat lebih baik dari kali ini. Semoga tugas
komprehensif ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca serta menjadi referensi atau acuan yang baik bagi para penulis
Mekanisme kerja:oksigen aliran tinggi yang diberikan akan
mengisi sungkup yang berlubang-lubang pada kedua sisi
dinding. Sungkup menerima okigen yang masuk pada saat
ekspirasi hawa ekshalasi mengisi sungkup campur dengan
oksigen yang ada, sedang hawa ekshalasi sebagian yang
lain. Selanjutnya pada inspirasi berikutnya terhisaplah udara
luar yang masuk bercampur dengan udara sisa ekshalasi
sebelumnya dan oksigen dari reservoir bag maupun dari
sumber oksigen (tabung).
d) Sungkup reservoir non rebreathing
Fungsi: tidak berbeda dengan sungkup yang lain, hanya
saja pada pemakaian sungkup dengan reservoir non
rebreathing ini dapat dicapai tekanan partial oksigen pada
inspirasi lebih tinggi yaitu 90 %. Digunakan aliran oksigen
10-12 L/menit.
Komponen:sungkup sederhana dengan lubang berkatup
searah pada kedua sisinya. Selama dihubungkan dengan
sumber oksigen juga terpasang reservoir bag.
Mekanisme kerja: seperti sungkup dengan reservoir bag,
namun disini tidak terhirup ulang hawa ekshalasi
sebelumnya.
45
e) Sungkup venture
Fungsi:umumnya diberikan untuk memberikan kadar
oksigen tinggi dengan konsentrasi yang tetap. Biasanya
hanya diberikan pada penderita tertentu misalnya penderita
penyakit paru obstruktif menahun. Fraksi oksigen yang
dicapai sesuai dengan ukuran dan warna yaitu 24%, 28%,
31%, 35%, 40% dan 60%.
Komponen:
(1) Badan sungkup berlubang-lubang pada kedua sisi
sungkup
(2) Ujung atas sungkup dihubungkan dengan alat venturi.
Alat ini dibuat dalam berbagai ukuran warna, sebagai
tanda berapa konsentrasi oksigen yang dapat dicapai.
(3) Adapula alat venturi ini yang dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat diatur seberapa lubang yang
dikehendaki dibentuk sehingga dapat dicapai
konsentrasi oksigen yang sesuai.
Mekanisme kerja:
(1) Sambungkan device berwarna yang sesuai dengan
oksigen yang dibutuhkan. Sambungkan sungkup ke
regulator, atur aliran oksigen 10 L/menit, pasangkan
pada pasien dan ketatkan pada wajah.
46
(2) Oksigen flow yang diberikan tinggi
(3) Oksigen tersebut mengalir melalui bagian yang sempit
sehingga menyebabkan efek venturi yaitu tekanan
negatif ditempat tersebut sehingga hal ini menyebabkan
udara luar tersedot masuk melalui celah-celah alat
venturi dan bercampur dengan oksigen, sehingga
mencapai konsentrasi yang sesuai.
(4) Oleh karena flow dari oksigen yang diberikan cukup
tinggi maka hawa ekshalasi pasien segera akan
didorong keluar dari dalam sungkup melalui lubang,
pada kedua sisi sungkup, maka dari itu tidak ada udara
ekshalasi yang terhirup kembali dan ini tidak akan
meningkatkan ruang mati.
6) Prinsip umum pemberian oksigen
a) Sebelum pemberian oksigen harus terlebih dahulu
diberitahukan kepada penderita tentang prosedur, maksud
dan manfaat pemberian oksigen.
b) Selalu memeriksa tabung, tentang label, isi, flow meter dan
sebagainya. Ingat tidak tertutup kemungkinan pemberian
gas yang salah. Bila terjadi kesalahan (tertukar) biasanya
sulit ditangani.
c) Instruksi terapi tidak menyebabkan rasa tercekik atau
perasaan tidak nyaman pada pasien.
47
d) Oksigen harus selalu dicatat distatus penderita tentang
tekanik yang diberikan (kanul atau sungkup), berapa
L/menit, kapan mulai dan sampai kapan diberikan.
e) Setiap pasien gawat, kadar oksigen yang diberikan harus
lebih dari 40-50 %.
f) Nasal kanul atau nasal kateter sebaiknya tidak diberikan
pada pasien gawat karena kadar O2 terlalu rendah.
g) Aliran jangan terputus karena CO2 akan terkumpul cukup
tinggi dalam sungkup, apalagi kalau sistem menggunakan
kantong.
h) Jika diperlukan terapi oksigen lebih dari 30 menit sebaiknya
digunakan humidifier. Humidifier mutlak diberikan jika
oksigen diberikan langsung ke trachea (intubasi,
tracheostomy).
i) Pemberian oksigen dengan kanul nasal atau sungkup
hanya untuk penderita yang bernapas spontan sebab
pemberian oksigen berapapun tidak bermanfaat pada
pasien yang tidak bernapas atau tidak ada usaha napas,
pada pasien dengan hipoventilasi berat dimana volume
semenit (minute volume) terlalu rendah, kecuali jika
diberikan dengan alat bantu napas.
48
j) Jangan memberikan oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu
yang lama di ruang perawatan, hati-hati dengan keracunan
oksigen.
k) Harus selalu memantau setiap perkembangan penderita
yang diberikan oksigen, misalnya apakah tidak tambah
sesak atau tambah gelisah, apakah kanula atau sungkup
tetap terpasang dengan baik.
l) Selalu memeriksa kecukupan oksigen dalam tangki oksigen,
apakah cukup untuk waktu yang direncanakan.
7) Teknik pemberian oksigen
Berdasarkan aliran oksigen yang diberikan, pembagian
oksigen dapat dibagi atas dua teknik (Patria dan Fairuz, 2010),
yaitu:
a) Sistem aliran rendah (low flow oxygen device)
(1) Untuk menambah konsentrasi udara ruangan
(2) Menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pad tipe
pernapasan
(3) Volume tidal pasien
(4) Ditujukan untuk pasien yang memerlukan O2 tetapi masih
mampu bernapas dengan pola pernapasan normal,
misalnya pasien dengan volume tidal 500 mL dengan
kecepatan pernapasan 16-20 kali permenit
49
Alat pemberi oksigen yang menggunakan sistem aliran
rendah ini adalah:
(1) Kateter nasal
(2) Kanul nasal
(3) Sungkup muka sederhana (simple mask)
(4) Sungkup muka dengan katong rebreathing(rebreathing
mask)
(5) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing (non-
rebreathing mask/NRM)
b) Sistem aliran tinggi (high flow oxygen device)
(1) FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernapasan
(2) Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tepat dan teratur
Alat pemberi oksigen yang menggunakan sistem aliran
tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip
pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan
melalui tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian
akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta
tekanan positif, akibatnya udara luar tidak dapat masuk
dan aliran udara yang diberikan lebih tepat.Aliran udara
yang digunakan pada alat ini adalah 4-14 L/menit
dengan konsentrasi oksigen (FiO2) 30-55%.
50
Berdasarkan konsentrasi oksigen yang diberikan dapat
dibagi menjadi:
(1) Konsentrasi tinggi yaitu menggunakan FiO2 lebih dari
60% oksigen
(2) Konsentrasi rendah yaitu menggunakan FiO2 kurang
dari atau sama dengan 60%
8) Aplikasi Klinis Pemberian Oksigen
a) Kondisi pasien yang tidak membutuhkan suplemen oksigen
pada pasien dewasa kecuali pasien mengalami hipoksemia,
tetapi pasien harus dimonitor ketat.
Target saturasi (94-98%): jika hipoksemia (SpO2 <94%)
berikan aliran oksigen pada dosis inisial untuk mencapai
target saturasi 94-98%. Kondisi pasien dengan gangguan
ritme jantung, dosis inisial yang diberikan adalah 15
liter/menit dengan menggunakan NRM
b) Kondisi yang membutuhkan suplemen oksigen dosis rendah
dan terkontrol untuk pasien dewasa yang membutuhkan
terapi oksigen dosis rendah dan terkontrol
Targetsaturasi 88-92%: oksigen inisial diberikan hingga
diperoleh SpO2 yang reliabel, lalu aliran oksigen disesuaikan
untuk mencapai target saturasi dalam rentang 88-92%.
Dosis inisial adalah 4 L/menit (jika RR>30 kali/menit,
menggunakan sungkup venture, aliran oksigen diberikan
51
50% lebih tinggi daripada aliran oksigen yang dispesifikasi
untuk sungkup tersebut. Jika saturasi oksigen tetap di
bawah 88% tukar dengan sungkup muka sederhana dengan
dosis inisial 5-10 liter/menit
c) Kondisi penyakit serius yang membutuhkan suplemen
oksigen tingkat sedang (moderat) jika pasien mengalami
hipoksemia
Targetsaturasi 94-98%: berikan oksigen dengan dosis inisial
hingga diperoleh SpO2 yang stabil, setelah itu diberikan
aliran oksigen dengan target saturasi 94-98%.Pada pasien
dengan kondisi akut hipoksemia atau sianosis sentral
(kausa belum diidentifikasi), dosis inisial yang diberikan
adalah SpO2 <85% dengan 10-15 L/menit menggunakan
NRM.Sedangkan pada pasien gagal jantung akut, dosisi
inisial adalah SpO2 ≥ 85-93% dengan 2-6 L/menit
menggunakan kanula nasal
d) Kondisi yang membutuhkan suplemen oksigen tingkat tinggi
untuk pasien dewasa dengan penyakit kritis (critical illness)
Targetsaturasi 94-98%: berikan oksigen dengan dosis inisial
sehingga tanda vital normal, setelah itu kurangi dosis
oksigen dan target saturasi 94-08% tercapai. Kondisi pasien
dengan henti jantung atau resusitasi, dosis inisial yang
52
diberikan dosis maksimal sesuai dengan tanda vital normal
sungkup katup kantong (bag valve mask).
9) Mekanisme pemberian oksigen untuk pasien akut di RS
Gambar 3. Mekanisme Pemberian Terapi Oksigen Untuk Pasien Akut di RS
Apakah kondisi pasien kritis?
Apakah pasien mempunyai resiko gagal napas hiperkapnik (gagal napas tipe 2) ?
YA (target saturasi 88-92% sambil dilakukan ABG)
TIDAK (target SpO2 94-98%)
Mulai dengan 28% atau 24% O2 dan lakukan AGD (kurangi FiO2 jika SpO2 >92%
SpO2 ≤94% pada oksigen kamar atau memerlukan oksigen untuk mencapai target diatas
pH <7,35* atau [H+] >45mmol/l* dan PCO2 >45 mmHg (respiratori asidosis/pasien bertambah lelah)
pH ≥7,35 atau [H+] ≤45mmol/l dan PCO2 >45 mmHg (hiperkapnia)
YA: mulakan terapi oksigen dan periksa AGD
Tidak
Konsulkan pasien dan konsiderasi ventilasi invasif
Terapi dengan dosis terendah ventury mask atau oksigen dengan aliran rendah yang tepat dan konstan supaya SpO2 berada antara 88-92%
PCO2 ≤45 mmHg (normal atau rendah)
PCO2 ≥45 mmHg atau terjadi perburukan pada respirasi
Monitor SpO2,
oksigen tidak dibutuhkan tetapi saturasi jatuh di bawah sasaran
Terapi dengan FiO2 paling rendah untuk memastikan SPO2 diantara 88-92% sambil menunggu hasil konsultasi
Ulangi AGD pada 30-60 menit: jika respiratori asidosis, konsulkan pasien. Konsiderasi menurunkan FiO2 jika PO2 ≥60 mmHg
Diterapi dengan sasaran SPO2 94-98%**. Ulangi AGD 30-60 menit pada pasien dengan resiko gagal napas tipe 2
Terapi dengan urgen, untuk mencapai SpO2, 94-98% sambil menunggu konsul. Pikirkan penyakit gagal napas yang belum terdiagnosis. Jika ada kemungkinan, sasaran SPO2 88-92%
Terapi untuk mencapai sasaran SPO2 94-98%
Konsulkan pasien dan konsiderasi ventilasi invasif
53
Pemberian Oksigen untuk Pasien dalam Kondisi Akut di RS
Catatan:
a) Jika peningkatan FiO2, harus diikuti dengan pengulangan
AGD dalam tempo 1 jam (atau lebih awal jika kesadaran
pasien menurun)
b) * jika pH <7,35* atau [H+] >45mmol/l* dan PCO2 yang
normal atau rendah, periksa dan terapi untuk asidosis
metabolik serta pastikan SpO2 94-98%
c) ** pasien yang sebelumnya membutuhkan ventilasi non-
invasif atau ventilasi tekanan positif intermiten harus
mempunyai sasaran SpO2 88-92%, walaupun PCO2 inisial
adalah normal.
10)Monitoring Pemberian Terapi Oksigen
Menurut Patria dan Fairuz (2012), monitoring merupakan hal
yang sangat penting dalam terapi oksigen, sehingga dapat
diberikan terapi oksigen yang efisien, efektif dan optimal
dengan efek samping yang sangat minimal.
a) Rekomendasi monitoring terapi oksigen
(1) Jika memungkinkan, AGD harus dilakukan sebelum
terapi oksigen diberikan.
(2) AGD atau oksimetri harus dilakukan dalam waktu 2 jam
setelah pemberian terapi oksigen dan FiO2 diatur sesuai
54
kebutuhan, respon yang adekuat adalah apabila PaO2
>7,8 kPa (60 mmHg) atau SaO2 >90%.
(3) Pasien hipoksemik yang beresiko aritmia atau gagal
napas harus dimonitor secara terus menerus dengan
pulse oksimetry.
(4) Pada pasien dengan resiko gagal napas tipe 2, AGD
harus dilakukan lebih sering untuk menilai PaO2dan
SaO2harus dimonitor secara terus menerus dengan
pulse oksimetry.
b) Monitoring terapi oksigen terbagi menjadi 2, yaitu:
(1) Monitoring secara klinis: observasi tingkat kesadaran,
frekuensi napas dan respirasi, tekanan darah dan
sirkulasi perifer (pengisian kapilari, normal 1-2 detik) dan
sianosis.
(2) Monitoring tambahan dengan analisa gas darah dan
pulse oximetry: sebelum diberikan terapi oksigen,
diusahakan untuk memeriksa PaO2dan saturasi.
Pemeriksaan ini dilakukan hingga PaO2>59 mmHg (7,8
kPa) atau SaO2>90%.
c) Analisa Gas Darah
Analisa gas darah merupakan pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada sampel darah arteri. AGD mengukur
kapabilitas paru untuk menyediakan oksigen untuk
55
mencukupi kebutuhan tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida. AGD membantu mengevaluasi status
metabolik dan respirasi pasien, selain untuk mengukur pH
darah dan integritas keseimbangan asam basa pada tubuh.
Nilai normal AGD adalah:
(1) PaO2 = 90-110 mmHg
(2) PaCO2 = 34-46 mmHg
(3) pH = 7,35-7,45
(4) SaO2 = > 90%
(5) Bikarbonat (HCO3) = 22-26 mEq/L
(6) Base excess = (-2,5) U (+2,5)
11)Penilaian
Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen adalah
dengan evaluasi fisik dari fungsi kardiorespirasi dan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan analisis gas
darah. Tanda ventilasi diukur dari tidal volume, jumlah
pernapasan dan bantuan otot-otot pernapasan. Tanda vital
kardiovaskuler termasuk denyut nadi, tekanan darah, kondisi
perfusi jaringan, tingkat kesadaran termasuk produksi urine.
12)Komplikasi pemberian terapi oksigen
Menurut Francis (2011), ada beberapa komplikasi yang harus
diperhatikan:
a) Retensi karbondioksida
56
b) Asidosis respiratorik
c) Penurunan dorongan hipoksisk untuk bernapas
d) Kekeringan mukosa dan disfungsi mukosilliar
e) Dehidrasi akibat sekresi respirasi dan retensi sputum
f) Atelektasis (kolaps paru), karena konsentrasi oksigen yang
tinggi dapat menurunkan produksi surfaktan (suatu
substansi yang menstabilkan membrane alveolar dan
menurunkan tegangan permukaan
g) Toksisitas oksigen khsusnya cenderung terjadi setelah
berespirasi selama lebih dari 4 jam pada campuran gas
yang mengandung oksigen konsentrasi tinggi. Hal ini
mungkin kemudian berkembang menjadi adult respiratory
distress syndrome yang memiliki hunbungan mortalitas yang
tinggi
h) Resiko kebakaran
13)Tanggung Jawab Keperawatan
Tanggung jawab perawat menurut Francis (2011):
a) Secara umum
(1) Mendukung, meyakinkan, dan mengedukasi pasien dan
keluarganya untuk mencapai kepatuhan terhadap
pemberian terapi oksigen
(2) Mempromosikan dan memastikan keamanan pasien
selama terapi oksigen, mengikuti kebijakan lokal,
57
panduan dan protokol nasional. Peraturan tidak boleh
merokok di bangsal tempat terapi oksigen diberikan
harus dijalankan secara ketat. Instruksi yang jekas
mengenai hal ini harus diberikan secara personal
kepada pasien dan kerabat, lebih baiknya menjelaskan
alasan dari larangan tersebut. Peraturan ini diperluas
mencakup semua daerah dimana terapi oksigen
dilakukan, atau dimana alat penyimpanan oksigen
seperti silinder oksigen portable disimpan.
(3) Pertimbangan mengenai pemberian terapi oksigen harus
sejalan dengan prinsip pemberian obat, dan perawat
harus familiar dengan semua hal tersebut.
b) Tanggung Jawab dalam Pemberian Oksigen
(1) Ketahui penggunaan terapeutik dari oksigen, dosis
normalnya, efek samping, hal-hal yang harus
diperhatikan, kontraindikasi dan bahayanya
(2) Yakinlah mengenai identitas pasien yang menerima
oksigen
(3) Pastikan bahwa resep tidak ambigu dan tertulis dengan
jelas hal ini mencakup presentase oksigen yang diminta,
laju aliran, durasi terapi oksigen, kebutuhan humidifikasi
dan jenis sistem penghantaran oksigen
58
(4) Pertimbangkan metode, waktu dan dimulainya terapi
oksigen sehubungan dengan latarbelakang kondisi
pasien dan ko-morbiditas lainnya
(5) Hubungi pemberi resep terapi oksigen, atau orang lain
yang tepat jika ditemukan kontraindikasi terhadap
oksigen yang diresepkan: jika pasien mengalami reaksi,
jika pasien menolak terapi oksigen, atau penilaian
pasien menunjukkan bahwa terapi oksigen tidak
diperlukan lagi
(6) Buatlah pencatatan yang jelas, akurat dan segera saat
oksigen diberikan, ditahan atau ditolak oleh pasien.
Pastikan bahwa semua informasi tertulis berhubungan,
dapat dibaca dan ditandatangani. Jika tugas ini
didelegasikan maka merupakan tanggungjawab perawat
yang terdaftar untuk memastikan bahwa hal ini
dilakukan.
(7) Pantaulah tanda vital, observasilah pasien akan adanya
perubahan apapun dalam gawat napas atau gejalanya
(8) Catatlah waktu, tanggal, metode pemberian, laju aliran
dan konsentrasi oksigen. Nilailah laju dan kedalaman
pernapasan pasien dan warna kulit dan status mental
serta pola respirasi saat dimulainya terapi oksigen.
59
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien gagal
jantung adalah sebagai berikut (Doengoes, 2000):
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat atau aktifitas.
Tanda: gelisah, perubahan status mental misalnya letargi,
tanda-tanda vital berubah pada aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, IM baru/akut, episode gagal jantung
kongestif sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung,
endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak
kaki, abdomen.
Tanda:
a) Tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan),
normal pada gagal jantung kongestif ringan atau kronis,
b) Tekanan nadi: mungkin sempit, menunjukan penurunan
volume sekuncup
c) Irama jantung: disritmia, misal fibrilasi atrium, kontraksi
Hersunarti. 2002. Pedoman Diagnosis dan Pengobatan Gagal Jantung
Kronik. Jakarta: Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Lupiyatama.2012. Gambaran Peresapan Digoxin pada Pasien Gagal
Jantung yang Berobat Jalan di RSUP dr. Kariadi Semarang
87
Meikawati.2012. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Pasien Infark Miokard
Sebelum dan Sesudah Pemberian Teknik Relaksasi Otot Progresif di
RSUD Tugurejo Semarang.Semarang
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskulaer dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Patria dan Fairuz. 2012.Aplikasi KlinisTerapi Oksigen. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Ruhyanudin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Malang: UMM Press
88
LAMPIRAN
89
Lampiran 1. SOP Terapi Oksigen
SOP Terapi Oksigen
Pengertian:
Merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dengan menggunakan
alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara,
yaitu: kateter nasal, kanula nasal dan masker oksigen.
Tujuan:
1. Memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Mencegah terjadi hipoksia.
No Fase Aspek penilaian Nilai
1 2 3 4
1 Preinteraksi 1. Membaca rekam medis pasien
2. Alat dan bahan:
a. Tabung oksigen atau outlet
oksigen sentral dengan
flowmeter dan humidifier.
b. Kateter nasal, kanula nasal
atau masker.
3. Cuci tangan
2 Orientasi 1. Memberi salam, panggil nama
klien/keluarga, perkenalkan diri
2. Jelaskan tindakan, tujuan,
90
prosedur dan lama tindakan pada
pasien/keluarga
3 Kerja 1. Menggunakan kateter nasal
Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
a. Observasi humidifier dengan
melihat jumlah air yang sdah
disiapkan sesuai level yang
telah ditetapkan.
b. Atur aliran oksigen sesuai
dengan kecepatan yang
dibutuhkan, kemudian
observasi humidifier pada
tabung air dengan
menunjukkan adanya
gelembung air.
c. Atur posisi dengan semi
fowler.
d. Ukur kateter nasal dimulai dari
lubang telinga sampai ke
hidung dan berikan tanda.
e. Buka saluran udara dari
flommeter oksigen.
f. Berikan minyak pelumas
(vaselin/jely).
g. Masukkan ke dalam hidung
sampai datas yang ditentukan.
h. Lalukan pengecekan kateter
apakah sudah masuk atau
belum dengan menekan lidah
pasien dengan menggunakan
spatel (akan terlihat posisinya
91
di bawah uvula).
i. Fiksasi pada daerah hidung.
j. Periksa kateter nasal setiap 6-
8 jam.
k. Kaji cuping hidung, septum,
mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respon pasien.
l. Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
2. Menggunakan kanula nasal
a. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Observasi humidifier dengan
melihat jumlah air yang sudah
disiapkan sesuai level yang
telah ditetapkan.
d. Atur aliran oksigen sesuai
dengan kecepatan yang
dibutuhkan, kemudian
observasi humidifier pada
tabung air dengan
menunjukkan adanya
gelembung air.
e. Pasang kanula nasal pada
hidung dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien.
f. Periksa kanula nasal setiap 6-
8 jam.
g. Kaji cuping hidung, septum,
mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen, rute
92
pemberian dan respon pasien.
h. Cuci tangan seterlah prosedur
dilakukan.
3. Menggunakan masker oksigen
NRM/RM
a. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Atur posisi semi fowler.
d. Observasi humidifier dengan
melihat jumlah air yang sudah
disiapkan sesuai level yang
telah ditetapkan.
e. Atur aliran oksigen sesuai
dengan kecepatan yang
dibutuhkan, kemudian
observasi humidifier pada
tabung air dengan
menunjukkan adanya
gelembung air.
f. Tempatkan masker oksigen
diatas mulut dan hidung
pasien dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien.
g. Periksa kanula nasal setiap 6-
8 jam.
h. Kaji cuping hidung, septum,
mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respon pasien.
i. Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
Terminasi 1. Observasi dan evaluasi respon
93
pasien (subyektif dan obyektif
2. Menyimpulkan hasil tindakan
3. Memberikan reinforcement positif
pada klien/keluarga
4. Melakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
5. Cuci tangan
6. Dokumentasikan tindakan yang
sudah dilakukan, waktu
pemberian, aliran kecepatan
oksigen, rute pemberian dan
respon klien.
Jumlah
KET: 1 = tidak melakukan
2 = melakukan tetapi salah
3 = melakukan dengan kesalahan minimal
4 = melakukan dengan benar
94
Lampiran 2. Teori SOP Pemberian Oksigen Menurut Potter dan Perry (2010)
TEORI SOP PEMBERIAN OKSIGEN (POTTER DAN PERRY, 2010)
No Fase Langkah-langkah Rasional1 Pre interaksi 1. Pertimbangan pendelegasian
Keterampilan penggunaan kanula nasal atau masker oksigen dapat didelegasikan. Perawat bertanggungjawab terhadap pengkajian klien dan memberikan terapi oksigen yang aman dan akurat, termasuk penyesuaian kecepatan aliran oksigen dan mengevaluasi respon klien. Perawat yang bertugas harus memperhatikan:a. Penempatan dan pergantian alat
dilakukan dengan benarb. Amati dan laporkan jika klien
mengalami peningkatan kecepatan pernapasan, penurunan tingkat kesadaran, atau peningkatan kebingungan dan rasa nyeri.
2. Peralatan:a. Selang oksigenb. Alat untuk melembabkan, jika
diindikasikanc. Air steril untuk humidifikasi, jika
diindikasikand. Sumber oksigene. Flowmeter oksigenf. Tanda ruangan yang sesuai
3. Dapatkan nilai SpO2 dan gas darah arteri klien terbaru
3. memberikan data dasar yang objektif agar digunakan untuk membandingkan hasil terapi oksigen
2. Orientasi 1. Memberi salam, panggil nama klien/keluarga, perkenalkan diri
2. Jelaskan tindakan, tujuan, prosedur dan lama tindakan pada pasien/keluarga
3. Mencuci tangan
2. menurunkan rasa cemas keluarga/klien, pengetahuan keluarga3. mengurangi transmisi
95
mikroorganisme3. Kerja 1. Inspeksi klien terhadap tanda dan gejala
dihubungkan dengan hipoksia dan adanya sekret jalan napas
2. Bersihkan area sekitar hidung3. Menyambungkan kanula nasal atau
masker pada selang oksigen, dan menyambungkannya pada selang oksigen yang dilembabkan sesuai dengan kecepatan aliran yang dianjurkan
4. Tempatkan ujung kanula ke dalam hidung klien, dan sesuaikan tali kepala elastis atau potongan plastik sampai kanula terpasang dengan baik dan nyaman. Jika menggunakan masker oksigen sesuaikan kepala tali elastis sampai masker terpasang dengan nyaman di atas wajah dan mulut klien.
5. Pertahankan kelonggaran yang cukup pada selang oksigen, dan aman terhadap pakaian klien
6. Periksa kanula minimal 8 jam atau adanya perubahan status kardiopulmonal klien. Jaga kelembaban tabung yang diisi sepanjang waktu
7. Observasi hidung klien dan permukaan superior kedua telinga terhadap kerusakan kulit
8. Periksa kecepatan aliran oksigen
9. Inspeksi klien terhadap berkurangnya gejala yang berhubungan dengan hipoksia
1. Hipoksia yang dibiarkan tanpa ditangani akan menyebabkan disritmia dan kematian, adanya sekret jalan napas menurunkan efektifitas penyampaian oksigen
2. Membebaskan jalan napas3. Mencegah pengeringan
membran mukosa hidung dan mulut serta sekret jalan napas
4. Menunjukkan aliran oksigen ke dalam saluran pernapasan atas. Klien lebih cenderung menjaga kanula atau masker wajah pada tempatnya jika terpasang dengan nyaman
5. Membiarkan klien untuk menengokkan kepalanya tanpa melepas masker oksigen atau mengunci kanula dan mengurangi tekanan pada ujung hidung.
6. Pastikan kepatenan kanula dan aliran oksigen, mencegah inhalasi oksigen yang tidak terhumidifikasi.
7. Terapi oksigen menyebabkan pengeringan mukosa hidung, tekanan pada telinga karena selang kanula atau elastis menyebabkan iritasi kulit
8. Penyampaian kecepatan oksigen yang dianjurkan dan kepatenan kanula
9. Menunjukkan bahwa hipoksia telah dikoreksi
96
atau dikurangi.
1. Observasi dan evaluasi respon pasien (subyektif dan obyektif)
2. Menyimpulkan hasil tindakan3. Memberikan reinforcement positif pada
klien/keluarga4. Melakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya5. Cuci tangan6. Dokumentasikan tindakan yang sudah
dilakukan, waktu pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pemberian dan respon klien, dokumentasi edukasi klien dan keluarga
97
Lampiran 3. Angket Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang ICU
RSUDWonosari
Tabel 1.
Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan di ICU RSUD Wonosari
No KriteriaJawaban
Ya % Tidak %
1Perawat berpenampilan rapi dan menarik dalam
memberikan pelayanan
2 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri
3 Perawat memanggil nama pasien dengan benar g4 80% 1 20%
4 Perawat bersikap ramah dalam memberikan
pelayanan
5 Perawat terampil dalam melakukan tindakan
6 Perawat memberikan pelayanan tepat waktu
7 Perawat menjelaskan peraturan rumah sakit, hak
dan kewajiban pasien
8 Perawat melatih saya untuk dapat merawat diri
sendiri
9 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang saya
ajukan terkait kondisi kesehatan saya
10 Perawat segera datang bila dipanggil
11 Perawat memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengungkapkan perasaan atau keluhan
saya
12 Perawat meminta izin kepada pasien sebelum
melakukan tindakan
13 Perawat memperhatikan respon atau perasaan
saya saat tindakan dilakukan
14 Perawat memperhatikan kebersihan saya selama
dirawat seperti mengganti sprei tempat tidur bila
98
basah dan kotor
15
16
Perawat menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan dan manfaatnya
17 Perawat dalam memberikan pelayanan
menimbulkan rasa aman dan nyaman
18 Perawat memberikan dukungan moral atau
semangat untuk kesembuhan saya
19 Perawat menjalin komunikasi yang baik dengan
keluarga dan pasien
20 perawat melarang anda/pengunjung merokok di
ruangan
21 Pada saat anda/keluarga anda dipasang oksigen,
perawat selalu memeriksa air dalam tabung
oksigen (humidifire)
22 Perawat terampil dalam menjalankan tugasnya
(menyuntik,memasang infus, mengambil darah,
memasang oksigen, dll)
23 Perawat membantu saya/keluarga sayajika belum
mampu mandi (dalam keadaan istirahat total)
24 Perawat mengajarkan/membantu menggosok gigi,
membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau
menyisir rambut jika saya/keluarga saya tidak
mampu
25 Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut dan
lain-lain diganti setiap kotor
26 Perawat selalu mengawasi keadaan anda secara
teratur pada pagi, sore maupun malam hari
27 Selama dirawat perawat segera memberi bantuan
bila diperlukan
28 perawat bersikap sopan, ramah
29 saya/keluarga mengetahui perawat yang
bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas
30 Perawat selalu memberikan penjelasan sebelum
99
melakukan tindakan perawatan/pengobatan
31 Perawat selalu bersedia medengarkan dan
memperhatikan setiap keluhan anda/kelurga anda
32 Perawat membantu menyiapkan/meminum obat
33 Selama dirawat saya/keluarga diberikan penjelasan