BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangHipertensi merupakan sebuah tantangan global
yang luar biasa dan menempati peringkat ketiga sebagai penyebab
kematian setiap tahunnya (Kearney et al., 2005). Menurut Laporan
Ketujuh dari Joint National Committee on Hypertension, di Amerika
Serikat terdapat sekitar 50 juta individu yang mengalami
hipertensi, sedangkan di seluruh dunia terdapat 1 milliar individu
yang mengalami hipertensi ( Chobanian et al., 2003). Prevalensi
penyakit ini mencapai 972 juta orang di seluruh dunia (Kearney et
al., 2005) . Hipertensi masih menjadi masalah yang signifikan di
seluruh dunia. Berdasarkan data WHO tahun 2000, hipertensi telah
menjangkiti 26,4% populasi di dunia. Negara berkembang
menyumbangkan 2/3 populasi yang terjangkit hipertensi sedangkan
Negara maju hanya menyumbangkan sepertiganya saja. Berdasarkan
penelitian pada tahun 2004 prevalensi hipertensi masih tetap tinggi
di negara maju seperti Perancis (83%), Jerman (86%), Italia (90%),
Spanyol (82%), United Kingdom (78%), United States (87%) dari
populasi (Wang et al., 2004). Namun, presentase hipertensi yang
terkontrol masih rendah, seperti di Perancis (46%), Jerman (40%),
Italia (31%), Spanyol (40%), United Kingdom (36%), United States
(63%) dari populasi (Wang et al., 2004).Di Indonesia, hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Menurut penelitian di Rumah
Sakit Harapan Kita menunjukkan bahwa 65.8% pasien yang datang ke
poliklinik mengalami hipertensi (Rohman et al., 2008). Hasil
laporan di Puskesmas pasien hipertensi di Indonesia yang periksa
teratur sebanyak 22,8%, sedangkan tidak teratur sebanyak 77,2%.
Pada pasien hipertensi dengan riwayat kontrol tidak teratur,
tekanan darah yang belum terkontrol mencapai 91,7%. Berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%.
Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%.
Faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
hipertensi, di samping hiperkolesterolemia dan diabetes melitus
(http://www.depkes.go.id, 2008).Hipertensi tidak terkontrol
merupakan faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, yaitu
setengah dari kejadian penyakit jantung koroner dan sekitar dua
pertiga penyakit cerebrovaskuler (Whitworth, 2003). Berdasarkan
World Health Report, hipertensi tidak terkontrol mengakibatkan 7
juta kematian kematian di usia produktif dan mengakibatkan 64 juta
kecacatan (WHO, 2005). Di Indonesia, diantara pasien hipertensi
yang datang ke poliklinik, hanya 39.3% yang mencapai target tekanan
darah (Rohman et al., 2008). Kesembuhan pasien juga tergantung pada
kepatuhan pasien minum obat Kepatuhan minum obat pada pengobatan
hipertensi sangat penting karena dengan minum obat antihipertensi
secara teratur dapat mengontrol tekanan darah penderita hipertensi.
Sehingga dalam jangka panjang resiko kerusakan organ-organ penting
tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak dapat dikurangi. Kepatuhan
akan meningkat secara umum bila instruksi pengobatan jelas,
hubungan obat terhadap penyakit jelas, pengobatan yang teratur
serta adanya keyakinan bahwa kesehatannya akan pulih, petugas
kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial pasien,
efek obat minimum, pengobatan sederhana, harga terjangkau, serta
hubungan baik antara petugas kesehatan dengan pasien (Dudley, D.L
dalam Mardiana, 2004)Oleh karena itu, diperlukan pemilihan obat
yang tepat agar dapat meningkatkan kepatuhan dan mengurangi risiko
kematian. Namun, kenyataannya kepatuhan terhadap terapi
antihipertensi sangat rendah. Menurut WHO (World Health
Organization) kepatuhan adalah perilaku seseorang meminum obat atau
melaksanakan perubahan gaya hidup (modifikasi gaya hidup) sesuai
saran dari tenaga kesehatan. Ketidakpatuhan dengan program terapi
merupakan masalah yang besar pada pasien hipertensi. menjelaskan
bahwa diseluruh dunia sekitar 20% dari semua pasien hipertensi yang
di diagnosis untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter sedangkan
menurut Departemen Kesehatan 2006, hanya 50% pasien yang diresepkan
obat antihipertensi tidak minum obat sesuai anjuran tenaga
kesehatan. (Hanns, 2008) Menurut Notoatmojo (2003), bahwa
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
komunikasi lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien
hipertensi meliputi arti penyakit hipertensi, penyebab hipertensi,
gejala yang sering menyertai dan pentingnya melakukan pengobatan
yang teratur dan terus-menerus dalam jangka panjang serta
mengetahui bahaya yang ditimbulkan jika tidak minum obat (Smert,
1994).
1.2 Rumusan MasalahPengetahuan medikasi apa yang berhubungan
dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi?
1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengidentifikasi tentang
pengetahuan medikasi apa yang berhubungan dengan kepatuhan minum
obat pada pasien hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui hubungan pengetahuan pasien
tentang obat jenis dengan kepatuhan minum obat2. Mengetahui
hubungan pengetahuan pasien tentang jumlah obat dengan kepatuhan
minum obat3. Mengetahui hubungan pengetahuan pasien tentang dosis
obat dengan kepatuhan minum obat4. Mengetahui hubungan pengetahuan
pasien tentang waktu minum obat dengan kepatuhan minum obat.5.
Mengetahui hubungan pengetahuan pasien tentang komplikasi obat
dengan kepatuhan minum obat.6. Menganalisis salah satu faktor
pengetahuan pasien yang paling berhubungan dengan kepatuhan minum
obat.
1.4 Manfaat1.4.1 Bagi institusiSebagai bahan informasi untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan dalam menangani pasien
hipertensi, serta memberikan masukan dan informasi kepada institusi
pelayanan kesehatan tentang faktor yang dapat mempengaruhi
kepatuhan meminum obat anti hipertensi.
1.4.3 Bagi penelitiSebagai wadah penerapan ilmu pengetahuan yang
didapat selama kuliah dan menambah pengetahuan tentang
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap
pengobatan hipertensi
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Hipertensi2.1.1.Definisi HipertensiMenurut WHO
seseorang didiagnosa menderita hipertensi apabila tekanan sistolik
pada saat istirahat melebihi 160 mmHg atau dimana tekanan diastolik
melebihi 95 mmHg. Sementara itu menurut American Heart Association
seseorang didiagnosa menderita hipertensi apabila tekanan sistolik
melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg. Tekanan darah
yang normal adalah 120 mmHg (sistolik) dan 80 mm Hg (diastolik).
Selain itu hipertensi juga bisa didefinisikan keadaan dimana
kenaikan tekanan darah arterial sistemik ditandai dengan kenaikan
curah jantung (cardiac output) atau tahanan periferal vascular yang
melibatkan multifaktorial penyebabnya (Brunner & Suddarth,
2009).
2.1.2. Klasifikasi Hipertensi2.1.2.1 Berdasarkan penyebab
dikenal dua jenis hipertensi, yaitu : Hipertensi primer atau
hipertensi essensial, atau idiopatik adalah peningkatan persistensi
tekanan arteri karena ketidakteraturan mekanisme kontrol tubuh yang
normal. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.
Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
stress, emosi, obesitas dan lain-lain. Hipertensi jenis ini tanpa
kelainan dasar patologi yang jelas Perawatan hipertensi jenis ini
dapat dikontrol dengan kombinasi dari beberapa obat antihipertensi
dan merubah gaya hidup (seperti makanan, olahraga, dan kontrol
berat badan). Perawatan pada hipertensi primer adalah perawatan
seumur hidup. Meskipun orang tersebut dapat mengurangi jumlah dari
obat yang dikonsumsi, mereka biasanya harus melanjutkan
mengkonsumsi obat seumur hidup.Hipertensi sekunder Adalah
hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi
esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut +
10% dari kasus-kasus hipertensi. Tekanan darah tinggi tipe ini
disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau
reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB). (Palmer,
2007) Perawatan hipertensi jenis ini cukup dengan mengobati
penyakit-penyakit yang menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.
Tidak ada perawatan selanjutnya yang dibutuhkan. Pasien dengan
hipertensi, harus mendapatkan perawatan baik itu dengan merubah
gaya hidup ataupun dengan mengkonsumsi obat antihipertensi dalam
jangka waktu yang panjang karena jika tidak mendapat perawatan
dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal ginjal, penyakit jantung
koroner dan stroke. Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan
oleh penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Guide to management of
hypertension 2008Kategori diagnosticSistolik
(mmHg)diastolik(mmHg)
Normal