Page 1
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Perilaku penemuan informasi merupakan suatu pola perilaku seseorang
dalam proses pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak
sekali penelitian mengenai perilaku penemuan informasi dengan populasi yang
khusus, seperti ilmuwan sosial, anak – anak, remaja, dan lain – lain. Namun
hanya sedikit penelitian mengenai perilaku pemanfaatan informasi oleh ibu
hamil.Informasi merupakan pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,
pengalaman, atau instruksi.
Komunikasi proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara
keduanya. Informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan
seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya
seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya,
informasi juga berfungsi mengurangi rasa kecemasan (Notoatmodjo,
2009:142). Informasi kesehatan merupakan sarana penyebaranpengetahuan
pada ibu hamil dalam upaya meminta pertolongan perawatan kehamilan
sampai pertolongan persalinan (Depkes, 2009: 30).
Kematian ibu dan bayi baru di Indonesia dipicu oleh kurangnya
pemanfaatan sumber informasi kesehatan pada ibu hamil. Komplikasi obstetrik
merupakan penyebab langsung kematian ibu yang terjadi pada saat persalinan
atau sekitar persalinan, penyebab kedua adalah keterlambatan di tingkat
masyarakat yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,
I-1
Page 2
terlambat mencapai tempat rujukan, dan terlambat mendapatkan penanganan di
tempat rujukan. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut adalah
kurangnya pemanfaatan sumber informasi kesehatan, sehingga terbentuk
ketidaktahuan ibu dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya saat hamil,
persalinan dan nifas (Depkes RI, 2007:1)
Informasi kesehatan salah satu upaya edukatif dalam mempersiapkan
persalinan, dan penolong persalinan. Salah satu upaya menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir dengan memberikan informasi kesehatan,
memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan sumber informasi
kesehatan, meningkatkan pelayanan kebidanan(Prawirohardjo, 2007:5).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka
Kematian Ibu di Indonesia sebesar 226/100.000 Kelahiran Hidup. Angka
kematian ibu merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu disuatu negara.
Penyebab kematian ibu di Indonesia yang utama adalah perdarahan (28%),
eklampsia (13%), komplikasi aborsi (11%), sepsis (10%) dan partus lama (9%)
(Sarwono, 2006).Angka kematian ibu (AKI/Angka Kematian Ibu) di Provinsi
Jawa Timur pada 2009 tercatat 32,8% dari tiap 10.000 kelahiran, sementara
untuk AKI, menurut data dari Badan Pusat Statistik BPS, selama 2007-2009
sebanyak 260 ibu meninggal setiap 10.000kelahiran. Angka ini turun
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yangmencapai 320 tiap 10.000
kelahiran (Dinkes Jawa Timur, 2009). AKI di Jombang tahun 2009 terdapat 14
kematian ibu bersalin 20346 jumlah lahir hidup (Profil Dinas Kesehatan
Jombang, 2009).
I-2
Page 3
Berdasarkan sebuah Konsep Perilaku “K-A-P” (”Knowledge-Attitude-
Practice”), yang menjelaskan bahwa perilaku seseorang (misalnya perilaku ibu
hamil terhadap kepatuhan dalam mememeriksakan kehamilannya) sangat
dipengaruhi oleh sikapnya yang mendukung terhadap anjuran memeriksakan
kehamilannya. Sikap (attitude) dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge)
tentang sesuatu (misalnya pengetahuan manfaat pemeriksaan kehamilan bagi ibu
hamil) (Notoatmodjo, 2003). Studi yang dilakukan Diandra (2008) di 5
Kecamatan Surabaya dari 3246 ibu yang bersalin didapatkan 2432 (74,9%) ibu
tidak mempersiapkan persalinannya dengan baik (Rendra, 2009).
Kematian ibu yang disebabkan keterlambatan dikarenakan kurangnya
pemanfaatan sumber informasi kesehatan ibu hamil, faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan sumber informasi kesehatan adalah adanya
kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,kemampuan keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah kesehatan, keluarga memahami
keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan. (Keperawatan
Keluarga, Leny R, 2010)
Rifnal Alfani (2009) tentang Perilaku Pencarian Kesesahan di Kota
Surabaya, temuan dari penelitian iniadalah bahwa pengalaman masa lalu
seseorang mepengaruhi pilihan atas sumber informasi kesehatan yang akan
digunakan untuk memenuhi pilihan atas sumber informasi kesehatan, di
samping itu yang dapat di ampil dari penelitian ini bahwa dalam memenuhi
kebutuhan informasi kesehatan seseorang dapat memenuhi sejulah hambatan
dan cenderung menggunakan informasi yang mudah diketemukan,
I-3
Page 4
Dengan demikian peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran
penemuan sumber informasi kesehatan pada ibu hamil di wilayah kerja
Jombang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalm penelitian
yaitu :
1. Bagaimana gambaran perilaku penemuan informasi ibu hamil di wilayah
kerja Jombang
2. Hambatan apa saja yang di temui ibu hamil dalam menemukan informasi
kesehatan di wilayah kerja Jombang
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sumber dan saluran informasi yang digunakan ibu
hamil di wilayah kerja Jombang
2. Untuk mengetahui hambatan yang diketahui ibu hamil dalam penemuan
informasi kesehatan di wilayah kerja Jombang
Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis
Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi
perkembangan studi penemuan informasi ibu hamil dalam mempersiapkan
persalinan untuk bidang kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan.
I-4
Page 5
Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini dapat dijadikan rekonondasi bagi ibu hamil
mencari/menemukan dalam mempersiapkan persalinan
Tinjauan Pustaka
Pengertian ibu hamil :
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang
sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal
periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu
proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan
baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin.
Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya
normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko pada ibu
hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor
biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko
kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang
berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya
pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20037/4/Chapter%20II.pdf
Tingkat Pengetahuan Dalam Dominan Kognitif
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif (cognitive domain)
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Yang termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
I-5
Page 6
adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”
ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah
b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk
melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formula-formula
yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).
I-6
Page 7
Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan
Menurut Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), bahwa
suatu pesan yang diterima oleh setiap individu akan melalui lima tahapan-
tahapan berurutan sebelum individu tersebut mengadopsi perilaku baru,
yaitu:
a. Awareness (Kesadaran) Awareness adalah keadaan dimana seseorang
sadar bahwa ada suatu pesan yang disampaikan.
b. Interest (Merasa Tertarik) Interest adalah seorang mulai tertarik akan isi
pesan yang disampaikan.
c. Evaluation (Menimbang-nimbang) Evaluation merupakan tahap dimana
penerima pesan mulai mengadakan penilaian keuntungan dan kerugian dari
isi pesan yang disampaikan.
d. Trial (Mencoba) Trial merupakan tahap dimana penerima pesan mencoba
mempraktekkan isi pesan yang didengarkan.
e. Adaption (Adapsi) Adaption merupakan tahap dimana penerima pesan
mempraktekkan dan melaksanakan isi pesan dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Evin (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
sebagai berikut :
a. Umur Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin cukupnya umur seseorang, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih
I-7
Page 8
dipercaya daripada yang belum cukup tinggi kedewasannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah
menentukan dan menerima informasi. Semakin banyak informasi yang
masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
c. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu.
d. Pekerjaan Ibu yang bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik
terhadap berbagai informsi, termasuk kesehatan.
e. Lingkungan
f. Sosial budaya dan status ekonomi
Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan Skinner
dalam Evin (2009), yaitu dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan
kata-kata yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan maupun
tulisan. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu rangsangan yang
berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan yang dapat digunakan
I-8
Page 9
untuk mengukur pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, antara lain:
a. Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essai,
Hal ini karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif
dari penilaian, sehingga nilainya akan beda dari seorang penilai
dibandingkan dengan yang lain dari suatu waktu ke waktu yang lain.
b. Pertanyaan objektif berupa pertanyaan pilihan berganda dan benar salah.
Hal ini karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti
penilaiannya tanpa melibatkan faktor subjektivitas dari penilai. Dari kedua
pertanyaan tersebut, penilaian objektif khususnya dengan pilihan berganda
lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur pengetahuan karena lebih
mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat
dinilai.
Jadwal Antenatal Care
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2008), K1 adalah kunjungan pertama
ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal, yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4
adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4
kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua,
dan 2 kali pada trimester ketiga. Setiap wanita hamil menghadapi risiko
komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, kunjungan antenatal
care (ANC) minimal 4 kali selama kehamilan:
a) Satu kali pada trimester I ( umur kehamilan 0-13 minggu )
b) Satu kali pada trimester II ( umur kehamilan 14-27 minggu )
I-9
Page 10
c) Dua kali pada trimester III ( umur kehamilan 28-36 minggu dan sesudah
minggu ke-36) (Ari, 2009).
Standar Asuhan Kehamilan
Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar minimal pelayanan pada
ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat 7T, antara lain:
a. Timbang berat badan.
b. Ukur tekanan darah.
c. Ukur tinggi fundus uteri.
d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap.
e. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 1
tablet setiap harinya.
f. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS).
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Ari,2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun (2003) dalam Mufdlilah (2009),
Standar Pelayanan Antenatal yang berkualitas meliputi:
a. Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk
memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama sehingga dapat
mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan
tepat.
b. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LLA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena
ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan
dengan berat badan lahir bayi. Berdasarkan pengamatan pertambahan berat
I-10
Page 11
badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat badannya sebelum hamil.
Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu
sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah, Lingkar Lengan Atas <
23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.
c. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan
secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap
terjadinya tiga gejala preeklampsi. Tekanan darah tinggi, protein urine
positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas atas. Apabila pada
kehamilan triwulan III terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam
waktu 1 minggu kemungkinan disebabkan terjadinya oedema, apabila
disertai dengan kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang
mencapai > 140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2
kali pengukuran dengan jarak 1 jam. Ibu hamil dikatakan dalam keadaan
preeklampsi jika mempunyai 2 dari 3 gejala preeklampsi. Apabila
preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklampsi.
Eklampsi merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya
kematian maternal.
d. Pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) dilakukan secara rutin dengan
tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator
pertumbuhan berat janin intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga
mendeteksi secara dini terhadap terjadinya mola hidatidosa, janin ganda
atau hidramnion yang ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian
maternal.
I-11
Page 12
e. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia
kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan janin
tunggal atau kembar, dan mendengarkan denyut jantung janin untuk
menentukan asuhan selanjutnya.
f. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali
dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya
tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
g. Pemeriksaan Hemoglobine (Hb) pada kunjungan pertama dan pada
kehamilan 30 minggu. Saat ini, anemia dalam kandungan ditetapakan
kadar Hb <11gr% pada trimester I dan III atau Hb <10,5 gr% pada
trimester II, Hb <8gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 kali zat besi
per hari.
h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari,
ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh atau kopi.
i. Pemeriksaan urine jika ada indikasi (tes protein dan glukosa), pemeriksaan
penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).
j. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan
payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan
pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan
dalam perawatan selanjutnya.
k. Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/keluarga pada
trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan
suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya.
I-12
Page 13
l. Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat
digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan, dan
mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
Informasi yang Diberikan ketika Memberikan Asuhan Kehamilan
Menurut Ari (2009), informasi-informasi yang harus diberikan kepada ibu
hamil pada kunjungan kehamilannya adalah:
1) Trimester I
a. Menjalin hubungan saling percaya Ini merupakan langkah paling awal
namun akan sangat menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu
berikutnya. Hubungan saling percaya antara ibu hamil dan petugas
kesehatan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan
penatalaksanaan yang diberikan oleh petugas kesehatan dapat selalu sesuai
dengan data yang disampaikan oleh pasien secara jujur.
b. Deteksi Masalah Pada tahap awal pemberian asuhan, petugas kesehatan
melakukan deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul
dengan melakukan penapisan-penapisan. Beberapa diantaranya adalah
penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi badan
kurang dari 145 cm, pre-eklampsi, hipertensi dalam kehamilan, infeksi,
dan sebagainya.
c. Mencegah masalah (TT dan anemia)
Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus
dilakukan oleh petugas kesehatan karena anemia merupakan penyebab
utama pendarahan postpartum. Selain anemia, petugas kesehatan juga
I-13
Page 14
harus melakukan pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena
penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam menyebabkan
kematian bayi.
d. Persiapan persalinan dan komplikasi
Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun petugas kesehatan
tetap harus menyampaikan informasi ini sedini mungkin sehingga ibu
hamil dan keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus
direncanakan. Selain itu untuk memberdayakan ibu hamil dan keluarga,
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamilan juga perlu
disampaikan sejak dini sehingga ibu hamil dan keluarga dapat ikut aktif
dalam pemantauan perjalanan kehamilannnya.
e. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan, istirahat)
2) Trimester II
Setelah petugas kesehatan menyimpulkan bahwa ibu hamil sudah cukup
paham dengan informasi yang harus diketahui pada Trimester I, maka pada
Trimester II ini, petugas kesehatan memberikan informasi yang berkaitan
dengan preeklampsi ringan (pantau tekanan darah dan evaluasi edema).
Petugas kesehatan mengajak ibu hamil dan keluarga untuk aktif dalam
memantau kemungkinan gejala-gejala preeklampsi ringan dalam kehamilannya
sehingga timbul tanggung jawab bagi ibu hamil dan keluarga untuk
mempertahankan kesehatannya secara mandiri.
3) Trimester III
a. Gemeli (28-36 minggu)
I-14
Page 15
Pada usia kehamilan ini, informasi yang perlu disampaikan adalah hasil
pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya adalah
janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi beberapa
kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu hamil dan keluarga berkaitan
dengan janin.
b. Letak janin (>36 minggu)
Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang
dikhawatirkan oleh ibu hamil dan keluarga pada akhir masa kehamilan.
Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan mengurangi
kecemasan pasien. Ibu hamil akan lebih siap jika diberikan gambaran
mengenai proses persalinan secara lengkap. Menurut Ari (2009), ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada antenatal care,
meliputi:
1. Makanan (diet) Ibu hamil harus mendapat perhatian terutama
mengenai jumlah kalori dan protein yang berguna untuk pertumbuhan
janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
anemia, abortus, partus, dan pendarahan paska persalinan. Jika makan
makanan berlebihan karena beranggapan untuk porsi dua orang dapat
menyebabkan komplikasi seperti kegemukan, preeklampsi, janin
terlalu besar (makrosomia), dan sebagainya. Hal penting yang harus
diperhatikan sebenarnya adalah cara mengatur menu dan pengolahan
menu tersebut dengan berpedoman pada Pedoman Umum Gizi
Seimbang. Petugas Kesehatan sebagai pengawas kecukupan gizinya
dapat melakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama
I-15
Page 16
kehamilan. Pengaruh suplementasi multigizi mikro (MGM) dan Fe-
folat terhadap status gizi makro ibu hamil dengan menggunakan
penambahan berat badan hamil (PBBH) sebagai indikator, masih
sangat sedikit. Padahal, PBBH merupakan indikator utama yang
menentukan hasil kehamilan, di samping berat badan prahamil
(BBpH). Berat badan sebelum hamil, PBBH, dan indeks massa tubuh
(IMT) masih merupakan indikator yang banyak dipakai untuk
menentukan status gizi ibu. Untuk menghindari risiko tersebut, ibu
hamil harus memperhatikan asupan gizi sebelum, ketika, dan setelah
kehamilan, karena rerata PBBH yang dianjurkan di negara
berkembang adalah 12,5 kilogram.
2. Merokok, bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan
lebih kecil, sehingga ibu hamil sangat tidak diperbolehkan untuk
merokok.
3. Obat-obatan untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama
kehamilan terutama pada trimester I perlu dipertanyakan, mana yang
lebih besar manfaatnya dibandingkan bahaya terhadap janin.
Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-
benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian
obat dihindari.
4. Senam hamil menurut Fraser dan Cooper (2003) dalam Ari (2009),
Dianjurkan bagi ibu hamil agar banyak jalan, terutama pada pagi hari
dalam udara segar dan melakukan senam kehamilan, sehingga
I-16
Page 17
sirkulasi darah lancar, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik,
dan tidur menjadi lebih nyenyak.
5. Pakaian wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar,
bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Bahan
pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
6. Kebersihan tubuh kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan
karena dengan perubahan metabolisme mengakibatkan peningkatan
pengeluaran keringat. Keringat yang menempel di kulit meningkatkan
kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat berkembangnya
mikroorganisme. Jika tidak dibersihkan (dengan mandi), maka ibu
hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit.
7. Eliminasi keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan
dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil.
Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang
mempunyai efek rileks tehadap otot polos, salah satunya otot usus.
Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum
air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong dapat
merangsang gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami
dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi. Sering buang air kecil merupakan kelainan yang umum
dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal
tersebut adalah kondisi fisiologis. Tindakan mengurangi asupan cairan
I-17
Page 18
untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan karena akan
menyebabkan dehidrasi.
8. Memantau kesejahteraan janin kesejahteraan janin dalam kandungan
perlu dipantau secara terus menerus agar jika ada gangguan janin
dalam kandungan akan dapat segera terdeteksi dan ditangani. Salah
satu indikator kesejahteraan janin yang dapat dipantau sendiri oleh ibu
adalah gerakannya dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24 jam
minimal 10 kali.
9. Kesehatan jiwa, Karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam
menghadapi persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan fisik tetapi juga latihan kejiwaan.
Hak-Hak Ibu Hamil dalam Antenatal Care
Menurut Saifuddin (2002) dalam Ari (2009), hak-hak wanita hamil, meliputi:
a. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus
diberikan langsung kepada ibu hamil (dan keluarganya).
b. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, dan harapannya terhadap
sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini
berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.
c. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.
d. Mendapatkan pelayanan secara pribadi/dihormati privasinya dalam setiap
pelaksanaan prosedur.
e. Menerima layanan senyaman mungkin.
f. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang
diterimanya.
I-18
Page 19
Hambatan dalam penemuan Informasi Kesehatan
Pemanfaatan informasi kesehatan dipengaruhi dari lingkungan internal
maupun eksternal. Wilson mengajukan unsur hambatan dalam model perilaku
informasi pada tahun 1982. Hambatan tersebut terdiri dari:
1. Hambatan Internal
a. Hambatan kognitif dan psikologis
Hambatan kognitif dan psikologis terdiri dari:
a) Disonansi kognitif
Gangguan ini terkait dengan motivasi individu dalam berperilaku
disonansi ini merupakan adanya konflik dalam kognisi individu
sehingga membuat individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka
akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa
jalan penyelesaian. Disonansi kognitif terjadi ketika seseorang
dihadapkan kepada dua atau lebih pilihan, sementara ia harus
menentukan satu pilihan dan ia merasa kurang yakin atas pilihan itu.
Salah satu cara untuk mengatasi disonansi kognitif ini adalah dengan
mencari terus menerus informasi yang dapat mendukung dan
menguatkan pengetahuan, nilai, dan keyakinan yang telah dimiliki.
b) Tekanan selektif (selective exposure)
Rogers mengemukakan bahwa individu cenderung terbuka dengan
gagasan yang sejalan dengan minat, kebutuhan, dan sikap mereka.
Namun secara sadar atau tidak manusia sering menghindari pesan yang
berlawanan dengan pandangan dan prinsip mereka (Faber, et.al., 2006).
Tekenan selektif akan mempengaruhi individu dalam mengambil
I-19
Page 20
keputusan untuk memilih karena individu merasa antara harapan dan
kenyataan tidak sama.
c) Karakteristik emosional
Hambatan ini berkaitan dengan kondisi emosional dan mental ibu hamil
ketika menerima informasi. Informasi yang diberikan ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan kandungan pada SPOG, tetapi karena terbentuk
perasaan takut terkait dengan biaya, ibu hamil tidak memanfaatkan
sumber informasi yang diterimanya.
b. Hambatan demografis
Dalam buku Toward a Social Framework for Information Seeking,
mengemukakan pentingnya penelitian perilaku penemuan informasi untuk
mengetahui atribut sosial kelompok yang diteliti (karakteristik demografis
dan status sosial ekonominya), karena boleh jadi faktor-faktor ini
berpengaruh terhadap metode yang mereka gunakan untuk mencari
informasi. Dari studi yang dilakukan oleh Chatman terhadap masyarakat
miskin Amerika, diketahui bahwa mereka pada umumnya memiliki minat
rendah terhadap informasi di luar lingkungan lokalnya dan kebanyakan
hanya menerima berita baru dari orang-orang yang miskin sesamanya
(Hargittai dan Hinnant, 2006).
c. Hambatan interpersonal
Hambatan interpersonal dapat terjadi ketika adanya kesenjangan
pengetahuan antara komunikan dan komunikator sehingga apa yang
diinginkan oleh komunikan tidak dapat terpenuhi. Misalnya remaja
cenderung menghindari bertanya pada guru bimbingan konseling mengenai
I-20
Page 21
rencana karir mereka dan hanya dijadikan alternatif sumber informasi, hal
ini dikarena guru tersebut tidak mampu memuaskan kebutuhan mereka
(Witko, 2005). Rendahnya pengetahuan yang dimiliki merupakan salah satu
pemicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan informasi, ibu hamil yang
berpengetahuan rendah dalam menerima informasi kurang peka, mereka
kurang mengerti dampak dari informasi kesehatan apabila tidak dilakukan
sesuai dengan informasi tersebut.
d. Hambatan fisiologis
Hambatan ini dapat berupa cacat fisik dan mental, baik sebagai bawaan lahir
maupun karena faktor umur. Dari hasil laporan WSIS Civil Society Plenary
(2003), diperoleh temuan bahwa masyarakat penyandang cacat fisik di
negara berkembang dan miskin masih banyak menemui hambatan dalam
menemukan informasi. Kondisi ini umumnya tidak banyak ditemui pada
negara maju. Ketersediaan infrastruktur informasi yang memudahkan,
membuat para penyandang cacat yang hidup di negara maju tidak menemui
hambatan yang berarti dalam proses penemuan informasi.
2. Hambatan eksternal
a. Keterbatasan waktu
Keterbatasan waktu juga merupakan hambatan bagi seseorang dalam
menemukan informasi karena aktivitas yang padat sehingga tidak bisa
meluangkan waktu untuk mencari informasi yang dibutuhkan akibatnya
informasi yang dicari tidak dapat memenuhi kebutuhannya atau
keterbatasan waktu tersebut dari sumber informasi yang tersedia. Ibu hamil
yang disibukkan dengan aktifitas kesehariannya, konsentrasi mereka
I-21
Page 22
terfokus pada satu titik untuk menyelesaikan tanggung jawabnya, sehingga
informasi terkait dengan kesehatan diabaikan.
b. Hambatan geografis
Dalam perilaku penemuan informasi, lokasi merupakan hambatan geografis
karena tersedianya sumber informasi yang jauh dari lokasi menjadi
penghambat dalam penemuan infomasi sehingga memerlukan waktu yang
lama untuk mengaksesnya. Misalnya ibu hamil tinggal di daerah pedalaman
jauh dari jangkauan informasi, kondisi ini menyebabkan ibu hamil kurang
mengetahui informasi perawatan ibu hamil, dimana kemajuan dibidang
kesehatan berjalan sangat cepat.
c. Hambatan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi
Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam karakteristik sumber
informasi, yaitu ketersediaan dan kredibilitas informasi serta saluran
(channel) komunikasi (Faber, et.al., 2006). Untuk membantu dalam
merencanakan persalinan dan mereka merasa kesulitan dalam menemukan
sumber dan saluran informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan
(Witko, 2005). Informasi yang diperoleh melalui media mempengaruhi
komunikasi, dimana informasi yang diterima melalui media terendala
dengan tidak dapatnya ibu hamil berinteraksi langsung dengan pemberi
informasi. Kondisi ini akan diperparah dengan kurangnya kemampuan ibu
hamil dalam menyerap informasi yang diberikan.
I-22
Page 23
Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan sistem pendukung utama untuk memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan sehat ataupun sakit. Kepala keluarga adalah
seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas
kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai
kapala rumah tangga
Adapun dukungan keluarga yang dimaksud disini adalah dukungan yang
diberikan baik dalam moril maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil
berupa memberikan dorongan untuk memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal.
Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan
memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa
lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan
dan masa nifas
Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
akan diteliti atau responden (Bagong Suyanto, 2005). Data primer dalam
penelitian ini adalah ibu hamil (Bumil). Pengumpulan data primer dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur pada responden
dengan tujuan untuk menggali data lebih mendalam. Tipe pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner kepada responden bersifat semi terbuka. Data
primer digunakan oleh peneliti untuk analisa data.
2. Data Sekunder
I-23
Page 24
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi
(Bagong Suyanto, 2005). Data sekunder diperoleh dari Puskesmas setempat,
Dinas Kesehatan setempat.
3. Pengumpulan data melalui observasi, yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara melihat langsung
Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
Definisi Konseptual
1. Penemuan sumber informasi kesehatan ibu hamil
Sumber informasi yang diterima ibu hamil untuk memanfaatkan data
informasi yang diterimanya untuk memelihara kesehatan selama kehamilan.
2. Faktor pendorong dan penghambat penemuan informasi kesehatan pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Mayangan Jogoroto Jombang
Definisi Operasional
1. Penemuan sumber informasi kesehatan ibu hamil
Pemanfaatan sumber informasi kesehatan merupakan salah satu refleksi
tindakan untuk memanfaatkan informasi sesuai dengan tujuan objek yang
diberikan. Sumber informasi yang diberikan terkait dengan pemeliharaan
kesehatan ibu hamil, merupakan suatu stimulus yang akan menentukan
tindakannya dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan atau anjuran yang
diberikan tenaga kesehatan.
Sumber informasi penting untuk diketahui ibu hamil meliputi perawatan
kehamilan sampai proses persalinan. Informasi terkait dengan fasilitas
pelayanan kesehatan seperti USG, merupakan salah satu aspek yang berperan
I-24
Page 25
menentukan ibu hamil memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut. Sumber
informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara:
a Media leketronika seperti radio, televisi
b Media cetak seperti koran
c Teman
d Keluarga
e Tenaga kesehatan
2. Faktor pendorong dan penghambat penemuan informasi kesehatan ibu hamil
a. Faktor pendorong
Faktor pendorong meliputi sikap dan perilaku ibu hamil dalam menerima
informasi yang diberikan sumber informasi.
b. Faktor penghambat
Sikap dan perilaku tokoh masyarakat yang tertutup atau tidak mau
memberikan dukungan pada masyarakat untuk memanfaatkan sumber
informasi.
I-25