Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perilaku penemuan informasi merupakan suatu pola perilaku seseorang dalam proses pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak sekali penelitian mengenai perilaku penemuan informasi dengan populasi yang khusus, seperti ilmuwan sosial, anak – anak, remaja, dan lain – lain. Namun hanya sedikit penelitian mengenai perilaku pemanfaatan informasi oleh ibu hamil.Informasi merupakan pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Komunikasi proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang I-1
39

BAB 1 baru

Jul 04, 2015

Download

Documents

Tony RazTha
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 1 baru

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku penemuan informasi merupakan suatu pola perilaku seseorang

dalam proses pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak

sekali penelitian mengenai perilaku penemuan informasi dengan populasi yang

khusus, seperti ilmuwan sosial, anak – anak, remaja, dan lain – lain. Namun

hanya sedikit penelitian mengenai perilaku pemanfaatan informasi oleh ibu

hamil.Informasi merupakan pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,

pengalaman, atau instruksi.

Komunikasi proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari

satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara

keduanya. Informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan

seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya

seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya,

informasi juga berfungsi mengurangi rasa kecemasan (Notoatmodjo,

2009:142). Informasi kesehatan merupakan sarana penyebaranpengetahuan

pada ibu hamil dalam upaya meminta pertolongan perawatan kehamilan

sampai pertolongan persalinan (Depkes, 2009: 30).

Kematian ibu dan bayi baru di Indonesia dipicu oleh kurangnya

pemanfaatan sumber informasi kesehatan pada ibu hamil. Komplikasi obstetrik

merupakan penyebab langsung kematian ibu yang terjadi pada saat persalinan

atau sekitar persalinan, penyebab kedua adalah keterlambatan di tingkat

masyarakat yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,

I-1

Page 2: BAB 1 baru

terlambat mencapai tempat rujukan, dan terlambat mendapatkan penanganan di

tempat rujukan. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut adalah

kurangnya pemanfaatan sumber informasi kesehatan, sehingga terbentuk

ketidaktahuan ibu dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya saat hamil,

persalinan dan nifas (Depkes RI, 2007:1)

Informasi kesehatan salah satu upaya edukatif dalam mempersiapkan

persalinan, dan penolong persalinan. Salah satu upaya menurunkan angka

kematian ibu dan bayi baru lahir dengan memberikan informasi kesehatan,

memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan sumber informasi

kesehatan, meningkatkan pelayanan kebidanan(Prawirohardjo, 2007:5).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka

Kematian Ibu di Indonesia sebesar 226/100.000 Kelahiran Hidup. Angka

kematian ibu merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu disuatu negara.

Penyebab kematian ibu di Indonesia yang utama adalah perdarahan (28%),

eklampsia (13%), komplikasi aborsi (11%), sepsis (10%) dan partus lama (9%)

(Sarwono, 2006).Angka kematian ibu (AKI/Angka Kematian Ibu) di Provinsi

Jawa Timur pada 2009 tercatat 32,8% dari tiap 10.000 kelahiran, sementara

untuk AKI, menurut data dari Badan Pusat Statistik BPS, selama 2007-2009

sebanyak 260 ibu meninggal setiap 10.000kelahiran. Angka ini turun

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yangmencapai 320 tiap 10.000

kelahiran (Dinkes Jawa Timur, 2009). AKI di Jombang tahun 2009 terdapat 14

kematian ibu bersalin 20346 jumlah lahir hidup (Profil Dinas Kesehatan

Jombang, 2009).

I-2

Page 3: BAB 1 baru

Berdasarkan sebuah Konsep Perilaku “K-A-P” (”Knowledge-Attitude-

Practice”), yang menjelaskan bahwa perilaku seseorang (misalnya perilaku ibu

hamil terhadap kepatuhan dalam mememeriksakan kehamilannya) sangat

dipengaruhi oleh sikapnya yang mendukung terhadap anjuran memeriksakan

kehamilannya. Sikap (attitude) dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge)

tentang sesuatu (misalnya pengetahuan manfaat pemeriksaan kehamilan bagi ibu

hamil) (Notoatmodjo, 2003). Studi yang dilakukan Diandra (2008) di 5

Kecamatan Surabaya dari 3246 ibu yang bersalin didapatkan 2432 (74,9%) ibu

tidak mempersiapkan persalinannya dengan baik (Rendra, 2009).

Kematian ibu yang disebabkan keterlambatan dikarenakan kurangnya

pemanfaatan sumber informasi kesehatan ibu hamil, faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan sumber informasi kesehatan adalah adanya

kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,kemampuan keluarga

mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah kesehatan, keluarga memahami

keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan. (Keperawatan

Keluarga, Leny R, 2010)

Rifnal Alfani (2009) tentang Perilaku Pencarian Kesesahan di Kota

Surabaya, temuan dari penelitian iniadalah bahwa pengalaman masa lalu

seseorang mepengaruhi pilihan atas sumber informasi kesehatan yang akan

digunakan untuk memenuhi pilihan atas sumber informasi kesehatan, di

samping itu yang dapat di ampil dari penelitian ini bahwa dalam memenuhi

kebutuhan informasi kesehatan seseorang dapat memenuhi sejulah hambatan

dan cenderung menggunakan informasi yang mudah diketemukan,

I-3

Page 4: BAB 1 baru

Dengan demikian peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran

penemuan sumber informasi kesehatan pada ibu hamil di wilayah kerja

Jombang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalm penelitian

yaitu :

1. Bagaimana gambaran perilaku penemuan informasi ibu hamil di wilayah

kerja Jombang

2. Hambatan apa saja yang di temui ibu hamil dalam menemukan informasi

kesehatan di wilayah kerja Jombang

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sumber dan saluran informasi yang digunakan ibu

hamil di wilayah kerja Jombang

2. Untuk mengetahui hambatan yang diketahui ibu hamil dalam penemuan

informasi kesehatan di wilayah kerja Jombang

Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi

perkembangan studi penemuan informasi ibu hamil dalam mempersiapkan

persalinan untuk bidang kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan.

I-4

Page 5: BAB 1 baru

Manfaat Praktis

Dengan penelitian ini dapat dijadikan rekonondasi bagi ibu hamil

mencari/menemukan dalam mempersiapkan persalinan

Tinjauan Pustaka

Pengertian ibu hamil :

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang

sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).

Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal

periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu

proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan

baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin.

Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya

normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko pada ibu

hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor

biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko

kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang

berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya

pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20037/4/Chapter%20II.pdf

Tingkat Pengetahuan Dalam Dominan Kognitif

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif (cognitive domain)

mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Yang termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini

I-5

Page 6: BAB 1 baru

adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”

ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah

b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi yang riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk

melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formula-formula

yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).

I-6

Page 7: BAB 1 baru

Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan

Menurut Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), bahwa

suatu pesan yang diterima oleh setiap individu akan melalui lima tahapan-

tahapan berurutan sebelum individu tersebut mengadopsi perilaku baru,

yaitu:

a. Awareness (Kesadaran) Awareness adalah keadaan dimana seseorang

sadar bahwa ada suatu pesan yang disampaikan.

b. Interest (Merasa Tertarik) Interest adalah seorang mulai tertarik akan isi

pesan yang disampaikan.

c. Evaluation (Menimbang-nimbang) Evaluation merupakan tahap dimana

penerima pesan mulai mengadakan penilaian keuntungan dan kerugian dari

isi pesan yang disampaikan.

d. Trial (Mencoba) Trial merupakan tahap dimana penerima pesan mencoba

mempraktekkan isi pesan yang didengarkan.

e. Adaption (Adapsi) Adaption merupakan tahap dimana penerima pesan

mempraktekkan dan melaksanakan isi pesan dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Evin (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah

sebagai berikut :

a. Umur Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin cukupnya umur seseorang, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih

I-7

Page 8: BAB 1 baru

dipercaya daripada yang belum cukup tinggi kedewasannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah

menentukan dan menerima informasi. Semakin banyak informasi yang

masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

c. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu.

d. Pekerjaan Ibu yang bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik

terhadap berbagai informsi, termasuk kesehatan.

e. Lingkungan

f. Sosial budaya dan status ekonomi

Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan Skinner

dalam Evin (2009), yaitu dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan

kata-kata yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan maupun

tulisan. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu rangsangan yang

berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan yang dapat digunakan

I-8

Page 9: BAB 1 baru

untuk mengukur pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis, antara lain:

a. Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essai,

Hal ini karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif

dari penilaian, sehingga nilainya akan beda dari seorang penilai

dibandingkan dengan yang lain dari suatu waktu ke waktu yang lain.

b. Pertanyaan objektif berupa pertanyaan pilihan berganda dan benar salah.

Hal ini karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti

penilaiannya tanpa melibatkan faktor subjektivitas dari penilai. Dari kedua

pertanyaan tersebut, penilaian objektif khususnya dengan pilihan berganda

lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur pengetahuan karena lebih

mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat

dinilai.

Jadwal Antenatal Care

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2008), K1 adalah kunjungan pertama

ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

antenatal, yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4

adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4

kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua,

dan 2 kali pada trimester ketiga. Setiap wanita hamil menghadapi risiko

komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, kunjungan antenatal

care (ANC) minimal 4 kali selama kehamilan:

a) Satu kali pada trimester I ( umur kehamilan 0-13 minggu )

b) Satu kali pada trimester II ( umur kehamilan 14-27 minggu )

I-9

Page 10: BAB 1 baru

c) Dua kali pada trimester III ( umur kehamilan 28-36 minggu dan sesudah

minggu ke-36) (Ari, 2009).

Standar Asuhan Kehamilan

Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar minimal pelayanan pada

ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat 7T, antara lain:

a. Timbang berat badan.

b. Ukur tekanan darah.

c. Ukur tinggi fundus uteri.

d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap.

e. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 1

tablet setiap harinya.

f. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS).

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Ari,2009).

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun (2003) dalam Mufdlilah (2009),

Standar Pelayanan Antenatal yang berkualitas meliputi:

a. Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada

trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk

memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama sehingga dapat

mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan

tepat.

b. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran Lingkar

Lengan Atas (LLA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena

ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan

dengan berat badan lahir bayi. Berdasarkan pengamatan pertambahan berat

I-10

Page 11: BAB 1 baru

badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat badannya sebelum hamil.

Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu

sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah, Lingkar Lengan Atas <

23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.

c. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan

secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap

terjadinya tiga gejala preeklampsi. Tekanan darah tinggi, protein urine

positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas atas. Apabila pada

kehamilan triwulan III terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam

waktu 1 minggu kemungkinan disebabkan terjadinya oedema, apabila

disertai dengan kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang

mencapai > 140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2

kali pengukuran dengan jarak 1 jam. Ibu hamil dikatakan dalam keadaan

preeklampsi jika mempunyai 2 dari 3 gejala preeklampsi. Apabila

preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklampsi.

Eklampsi merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya

kematian maternal.

d. Pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) dilakukan secara rutin dengan

tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator

pertumbuhan berat janin intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga

mendeteksi secara dini terhadap terjadinya mola hidatidosa, janin ganda

atau hidramnion yang ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian

maternal.

I-11

Page 12: BAB 1 baru

e. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia

kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan janin

tunggal atau kembar, dan mendengarkan denyut jantung janin untuk

menentukan asuhan selanjutnya.

f. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali

dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya

tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.

g. Pemeriksaan Hemoglobine (Hb) pada kunjungan pertama dan pada

kehamilan 30 minggu. Saat ini, anemia dalam kandungan ditetapakan

kadar Hb <11gr% pada trimester I dan III atau Hb <10,5 gr% pada

trimester II, Hb <8gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 kali zat besi

per hari.

h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari,

ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh atau kopi.

i. Pemeriksaan urine jika ada indikasi (tes protein dan glukosa), pemeriksaan

penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).

j. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan

payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan

pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan

dalam perawatan selanjutnya.

k. Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/keluarga pada

trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan

suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya.

I-12

Page 13: BAB 1 baru

l. Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat

digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan, dan

mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

Informasi yang Diberikan ketika Memberikan Asuhan Kehamilan

Menurut Ari (2009), informasi-informasi yang harus diberikan kepada ibu

hamil pada kunjungan kehamilannya adalah:

1) Trimester I

a. Menjalin hubungan saling percaya Ini merupakan langkah paling awal

namun akan sangat menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu

berikutnya. Hubungan saling percaya antara ibu hamil dan petugas

kesehatan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan

penatalaksanaan yang diberikan oleh petugas kesehatan dapat selalu sesuai

dengan data yang disampaikan oleh pasien secara jujur.

b. Deteksi Masalah Pada tahap awal pemberian asuhan, petugas kesehatan

melakukan deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul

dengan melakukan penapisan-penapisan. Beberapa diantaranya adalah

penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi badan

kurang dari 145 cm, pre-eklampsi, hipertensi dalam kehamilan, infeksi,

dan sebagainya.

c. Mencegah masalah (TT dan anemia)

Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus

dilakukan oleh petugas kesehatan karena anemia merupakan penyebab

utama pendarahan postpartum. Selain anemia, petugas kesehatan juga

I-13

Page 14: BAB 1 baru

harus melakukan pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena

penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam menyebabkan

kematian bayi.

d. Persiapan persalinan dan komplikasi

Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun petugas kesehatan

tetap harus menyampaikan informasi ini sedini mungkin sehingga ibu

hamil dan keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus

direncanakan. Selain itu untuk memberdayakan ibu hamil dan keluarga,

beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamilan juga perlu

disampaikan sejak dini sehingga ibu hamil dan keluarga dapat ikut aktif

dalam pemantauan perjalanan kehamilannnya.

e. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan, istirahat)

2) Trimester II

Setelah petugas kesehatan menyimpulkan bahwa ibu hamil sudah cukup

paham dengan informasi yang harus diketahui pada Trimester I, maka pada

Trimester II ini, petugas kesehatan memberikan informasi yang berkaitan

dengan preeklampsi ringan (pantau tekanan darah dan evaluasi edema).

Petugas kesehatan mengajak ibu hamil dan keluarga untuk aktif dalam

memantau kemungkinan gejala-gejala preeklampsi ringan dalam kehamilannya

sehingga timbul tanggung jawab bagi ibu hamil dan keluarga untuk

mempertahankan kesehatannya secara mandiri.

3) Trimester III

a. Gemeli (28-36 minggu)

I-14

Page 15: BAB 1 baru

Pada usia kehamilan ini, informasi yang perlu disampaikan adalah hasil

pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya adalah

janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi beberapa

kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu hamil dan keluarga berkaitan

dengan janin.

b. Letak janin (>36 minggu)

Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang

dikhawatirkan oleh ibu hamil dan keluarga pada akhir masa kehamilan.

Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan mengurangi

kecemasan pasien. Ibu hamil akan lebih siap jika diberikan gambaran

mengenai proses persalinan secara lengkap. Menurut Ari (2009), ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada antenatal care,

meliputi:

1. Makanan (diet) Ibu hamil harus mendapat perhatian terutama

mengenai jumlah kalori dan protein yang berguna untuk pertumbuhan

janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan

anemia, abortus, partus, dan pendarahan paska persalinan. Jika makan

makanan berlebihan karena beranggapan untuk porsi dua orang dapat

menyebabkan komplikasi seperti kegemukan, preeklampsi, janin

terlalu besar (makrosomia), dan sebagainya. Hal penting yang harus

diperhatikan sebenarnya adalah cara mengatur menu dan pengolahan

menu tersebut dengan berpedoman pada Pedoman Umum Gizi

Seimbang. Petugas Kesehatan sebagai pengawas kecukupan gizinya

dapat melakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama

I-15

Page 16: BAB 1 baru

kehamilan. Pengaruh suplementasi multigizi mikro (MGM) dan Fe-

folat terhadap status gizi makro ibu hamil dengan menggunakan

penambahan berat badan hamil (PBBH) sebagai indikator, masih

sangat sedikit. Padahal, PBBH merupakan indikator utama yang

menentukan hasil kehamilan, di samping berat badan prahamil

(BBpH). Berat badan sebelum hamil, PBBH, dan indeks massa tubuh

(IMT) masih merupakan indikator yang banyak dipakai untuk

menentukan status gizi ibu. Untuk menghindari risiko tersebut, ibu

hamil harus memperhatikan asupan gizi sebelum, ketika, dan setelah

kehamilan, karena rerata PBBH yang dianjurkan di negara

berkembang adalah 12,5 kilogram.

2. Merokok, bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan

lebih kecil, sehingga ibu hamil sangat tidak diperbolehkan untuk

merokok.

3. Obat-obatan untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama

kehamilan terutama pada trimester I perlu dipertanyakan, mana yang

lebih besar manfaatnya dibandingkan bahaya terhadap janin.

Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-

benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian

obat dihindari.

4. Senam hamil menurut Fraser dan Cooper (2003) dalam Ari (2009),

Dianjurkan bagi ibu hamil agar banyak jalan, terutama pada pagi hari

dalam udara segar dan melakukan senam kehamilan, sehingga

I-16

Page 17: BAB 1 baru

sirkulasi darah lancar, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik,

dan tidur menjadi lebih nyenyak.

5. Pakaian wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar,

bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Bahan

pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.

6. Kebersihan tubuh kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan

karena dengan perubahan metabolisme mengakibatkan peningkatan

pengeluaran keringat. Keringat yang menempel di kulit meningkatkan

kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat berkembangnya

mikroorganisme. Jika tidak dibersihkan (dengan mandi), maka ibu

hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit.

7. Eliminasi keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan

dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil.

Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang

mempunyai efek rileks tehadap otot polos, salah satunya otot usus.

Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan

bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan

adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum

air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong dapat

merangsang gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami

dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi

konstipasi. Sering buang air kecil merupakan kelainan yang umum

dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal

tersebut adalah kondisi fisiologis. Tindakan mengurangi asupan cairan

I-17

Page 18: BAB 1 baru

untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan karena akan

menyebabkan dehidrasi.

8. Memantau kesejahteraan janin kesejahteraan janin dalam kandungan

perlu dipantau secara terus menerus agar jika ada gangguan janin

dalam kandungan akan dapat segera terdeteksi dan ditangani. Salah

satu indikator kesejahteraan janin yang dapat dipantau sendiri oleh ibu

adalah gerakannya dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24 jam

minimal 10 kali.

9. Kesehatan jiwa, Karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam

menghadapi persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk

melakukan latihan-latihan fisik tetapi juga latihan kejiwaan.

Hak-Hak Ibu Hamil dalam Antenatal Care

Menurut Saifuddin (2002) dalam Ari (2009), hak-hak wanita hamil, meliputi:

a. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus

diberikan langsung kepada ibu hamil (dan keluarganya).

b. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, dan harapannya terhadap

sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini

berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.

c. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.

d. Mendapatkan pelayanan secara pribadi/dihormati privasinya dalam setiap

pelaksanaan prosedur.

e. Menerima layanan senyaman mungkin.

f. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang

diterimanya.

I-18

Page 19: BAB 1 baru

Hambatan dalam penemuan Informasi Kesehatan

Pemanfaatan informasi kesehatan dipengaruhi dari lingkungan internal

maupun eksternal. Wilson mengajukan unsur hambatan dalam model perilaku

informasi pada tahun 1982. Hambatan tersebut terdiri dari:

1. Hambatan Internal

a. Hambatan kognitif dan psikologis

Hambatan kognitif dan psikologis terdiri dari:

a) Disonansi kognitif

Gangguan ini terkait dengan motivasi individu dalam berperilaku

disonansi ini merupakan adanya konflik dalam kognisi individu

sehingga membuat individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka

akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa

jalan penyelesaian. Disonansi kognitif terjadi ketika seseorang

dihadapkan kepada dua atau lebih pilihan, sementara ia harus

menentukan satu pilihan dan ia merasa kurang yakin atas pilihan itu.

Salah satu cara untuk mengatasi disonansi kognitif ini adalah dengan

mencari terus menerus informasi yang dapat mendukung dan

menguatkan pengetahuan, nilai, dan keyakinan yang telah dimiliki.

b) Tekanan selektif (selective exposure)

Rogers mengemukakan bahwa individu cenderung terbuka dengan

gagasan yang sejalan dengan minat, kebutuhan, dan sikap mereka.

Namun secara sadar atau tidak manusia sering menghindari pesan yang

berlawanan dengan pandangan dan prinsip mereka (Faber, et.al., 2006).

Tekenan selektif akan mempengaruhi individu dalam mengambil

I-19

Page 20: BAB 1 baru

keputusan untuk memilih karena individu merasa antara harapan dan

kenyataan tidak sama.

c) Karakteristik emosional

Hambatan ini berkaitan dengan kondisi emosional dan mental ibu hamil

ketika menerima informasi. Informasi yang diberikan ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan kandungan pada SPOG, tetapi karena terbentuk

perasaan takut terkait dengan biaya, ibu hamil tidak memanfaatkan

sumber informasi yang diterimanya.

b. Hambatan demografis

Dalam buku Toward a Social Framework for Information Seeking,

mengemukakan pentingnya penelitian perilaku penemuan informasi untuk

mengetahui atribut sosial kelompok yang diteliti (karakteristik demografis

dan status sosial ekonominya), karena boleh jadi faktor-faktor ini

berpengaruh terhadap metode yang mereka gunakan untuk mencari

informasi. Dari studi yang dilakukan oleh Chatman terhadap masyarakat

miskin Amerika, diketahui bahwa mereka pada umumnya memiliki minat

rendah terhadap informasi di luar lingkungan lokalnya dan kebanyakan

hanya menerima berita baru dari orang-orang yang miskin sesamanya

(Hargittai dan Hinnant, 2006).

c. Hambatan interpersonal

Hambatan interpersonal dapat terjadi ketika adanya kesenjangan

pengetahuan antara komunikan dan komunikator sehingga apa yang

diinginkan oleh komunikan tidak dapat terpenuhi. Misalnya remaja

cenderung menghindari bertanya pada guru bimbingan konseling mengenai

I-20

Page 21: BAB 1 baru

rencana karir mereka dan hanya dijadikan alternatif sumber informasi, hal

ini dikarena guru tersebut tidak mampu memuaskan kebutuhan mereka

(Witko, 2005). Rendahnya pengetahuan yang dimiliki merupakan salah satu

pemicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan informasi, ibu hamil yang

berpengetahuan rendah dalam menerima informasi kurang peka, mereka

kurang mengerti dampak dari informasi kesehatan apabila tidak dilakukan

sesuai dengan informasi tersebut.

d. Hambatan fisiologis

Hambatan ini dapat berupa cacat fisik dan mental, baik sebagai bawaan lahir

maupun karena faktor umur. Dari hasil laporan WSIS Civil Society Plenary

(2003), diperoleh temuan bahwa masyarakat penyandang cacat fisik di

negara berkembang dan miskin masih banyak menemui hambatan dalam

menemukan informasi. Kondisi ini umumnya tidak banyak ditemui pada

negara maju. Ketersediaan infrastruktur informasi yang memudahkan,

membuat para penyandang cacat yang hidup di negara maju tidak menemui

hambatan yang berarti dalam proses penemuan informasi.

2. Hambatan eksternal

a. Keterbatasan waktu

Keterbatasan waktu juga merupakan hambatan bagi seseorang dalam

menemukan informasi karena aktivitas yang padat sehingga tidak bisa

meluangkan waktu untuk mencari informasi yang dibutuhkan akibatnya

informasi yang dicari tidak dapat memenuhi kebutuhannya atau

keterbatasan waktu tersebut dari sumber informasi yang tersedia. Ibu hamil

yang disibukkan dengan aktifitas kesehariannya, konsentrasi mereka

I-21

Page 22: BAB 1 baru

terfokus pada satu titik untuk menyelesaikan tanggung jawabnya, sehingga

informasi terkait dengan kesehatan diabaikan.

b. Hambatan geografis

Dalam perilaku penemuan informasi, lokasi merupakan hambatan geografis

karena tersedianya sumber informasi yang jauh dari lokasi menjadi

penghambat dalam penemuan infomasi sehingga memerlukan waktu yang

lama untuk mengaksesnya. Misalnya ibu hamil tinggal di daerah pedalaman

jauh dari jangkauan informasi, kondisi ini menyebabkan ibu hamil kurang

mengetahui informasi perawatan ibu hamil, dimana kemajuan dibidang

kesehatan berjalan sangat cepat.

c. Hambatan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam karakteristik sumber

informasi, yaitu ketersediaan dan kredibilitas informasi serta saluran

(channel) komunikasi (Faber, et.al., 2006). Untuk membantu dalam

merencanakan persalinan dan mereka merasa kesulitan dalam menemukan

sumber dan saluran informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan

(Witko, 2005). Informasi yang diperoleh melalui media mempengaruhi

komunikasi, dimana informasi yang diterima melalui media terendala

dengan tidak dapatnya ibu hamil berinteraksi langsung dengan pemberi

informasi. Kondisi ini akan diperparah dengan kurangnya kemampuan ibu

hamil dalam menyerap informasi yang diberikan.

I-22

Page 23: BAB 1 baru

Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan sistem pendukung utama untuk memberikan

perawatan langsung pada setiap keadaan sehat ataupun sakit. Kepala keluarga adalah

seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas

kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai

kapala rumah tangga

Adapun dukungan keluarga yang dimaksud disini adalah dukungan yang

diberikan baik dalam moril maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil

berupa memberikan dorongan untuk memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal.

Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan

memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa

lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan

dan masa nifas

Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang

akan diteliti atau responden (Bagong Suyanto, 2005). Data primer dalam

penelitian ini adalah ibu hamil (Bumil). Pengumpulan data primer dilakukan

dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur pada responden

dengan tujuan untuk menggali data lebih mendalam. Tipe pertanyaan yang

diajukan dalam kuesioner kepada responden bersifat semi terbuka. Data

primer digunakan oleh peneliti untuk analisa data.

2. Data Sekunder

I-23

Page 24: BAB 1 baru

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi

(Bagong Suyanto, 2005). Data sekunder diperoleh dari Puskesmas setempat,

Dinas Kesehatan setempat.

3. Pengumpulan data melalui observasi, yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara melihat langsung

Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Definisi Konseptual

1. Penemuan sumber informasi kesehatan ibu hamil

Sumber informasi yang diterima ibu hamil untuk memanfaatkan data

informasi yang diterimanya untuk memelihara kesehatan selama kehamilan.

2. Faktor pendorong dan penghambat penemuan informasi kesehatan pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Mayangan Jogoroto Jombang

Definisi Operasional

1. Penemuan sumber informasi kesehatan ibu hamil

Pemanfaatan sumber informasi kesehatan merupakan salah satu refleksi

tindakan untuk memanfaatkan informasi sesuai dengan tujuan objek yang

diberikan. Sumber informasi yang diberikan terkait dengan pemeliharaan

kesehatan ibu hamil, merupakan suatu stimulus yang akan menentukan

tindakannya dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan atau anjuran yang

diberikan tenaga kesehatan.

Sumber informasi penting untuk diketahui ibu hamil meliputi perawatan

kehamilan sampai proses persalinan. Informasi terkait dengan fasilitas

pelayanan kesehatan seperti USG, merupakan salah satu aspek yang berperan

I-24

Page 25: BAB 1 baru

menentukan ibu hamil memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut. Sumber

informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara:

a Media leketronika seperti radio, televisi

b Media cetak seperti koran

c Teman

d Keluarga

e Tenaga kesehatan

2. Faktor pendorong dan penghambat penemuan informasi kesehatan ibu hamil

a. Faktor pendorong

Faktor pendorong meliputi sikap dan perilaku ibu hamil dalam menerima

informasi yang diberikan sumber informasi.

b. Faktor penghambat

Sikap dan perilaku tokoh masyarakat yang tertutup atau tidak mau

memberikan dukungan pada masyarakat untuk memanfaatkan sumber

informasi.

I-25