BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah startup sering dikaitkan dengan bisnis yang baru dirintis atau baru berkembang, biasanya merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi dan identik dengan bisnis yang berbau teknologi. Neil Blumenthal, cofounder dan co-CEO dari Warby Parker mengatakan bahwa startup adalah suatu perusahaan yang bekerja untuk memecahkan masalah di mana solusinya tidak jelas dan kesuksesan tidak dijamin. Adora Cheung cofounder dan CEO dari Homejoy, salah satu hottest U.S Startups di tahun 2013 mengatakan bahwa startup is a state of mind (startup adalah keadaan pikiran). Menurut kamus Merriam-Webster startup adalah perusahaan bisnis pemula, sementara The American Herritage Dictionary mengatakan bahwa startup adalah bisnis yang baru saja memulai operasinya (Robehmed, 2013). Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dikategorikan sebagai startup sebuah bisnis atau perusahaan haruslah baru mulai beroperasi. Atribut kunci dari startup adalah kemampuan untuk bertumbuh, di mana startup adalah sebuah perusahaan yang dirancang untk bertumbuh secara cepat. Startup berfokus pada pertumbuhan yang tidak dibatasi oleh geografi, hal inilah yang membedakannya dengan small businesses atau bisnis kecil. Internet merupakan salah satu faktor penyebab pesatnya pertumbuhan startup. Menurut Alves, internet telah menjadi “kebutuhan” masyarakat saat ini. Internet membawa perubahan revolusioner, menciptakan lingkungan baru yang menandai era transisi dari masyarakat industrial menuju masyarakat digital atau knowledge-based society (Gasa, 2017). Menurut lembaga riset pasar eMarketer pada tahun 2014 seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1, populasi netter di seluruh dunia pada tahun 2014 mencapai 2,89 miliar orang, pada tahun 2017 diperkirakan naik menjadi 3,4 miliar orang dan pada tahun 2018 diperkirakan akan mencapai 3,6 miliar orang. Di Indonesia sendiri pada tahun 2014 pengguna internet sebesar 83,7 juta orang, pada tahun 2017 diperkirakan naik menjadi 112,6 juta orang dan pada tahun 2018 akan mencapai 123 juta orang (Yusuf, 2014).
12
Embed
BAB 1 PENDAHULUANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/RS1_2017_1...BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah startup sering dikaitkan dengan bisnis yang baru dirintis atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah startup sering dikaitkan dengan bisnis yang baru dirintis atau baru
berkembang, biasanya merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi
dan identik dengan bisnis yang berbau teknologi. Neil Blumenthal, cofounder dan
co-CEO dari Warby Parker mengatakan bahwa startup adalah suatu perusahaan yang
bekerja untuk memecahkan masalah di mana solusinya tidak jelas dan kesuksesan
tidak dijamin. Adora Cheung cofounder dan CEO dari Homejoy, salah satu hottest
U.S Startups di tahun 2013 mengatakan bahwa startup is a state of mind (startup
adalah keadaan pikiran). Menurut kamus Merriam-Webster startup adalah
perusahaan bisnis pemula, sementara The American Herritage Dictionary
mengatakan bahwa startup adalah bisnis yang baru saja memulai operasinya
(Robehmed, 2013). Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk dikategorikan sebagai startup sebuah bisnis atau perusahaan haruslah baru
mulai beroperasi.
Atribut kunci dari startup adalah kemampuan untuk bertumbuh, di mana
startup adalah sebuah perusahaan yang dirancang untk bertumbuh secara cepat.
Startup berfokus pada pertumbuhan yang tidak dibatasi oleh geografi, hal inilah yang
membedakannya dengan small businesses atau bisnis kecil. Internet merupakan salah
satu faktor penyebab pesatnya pertumbuhan startup. Menurut Alves, internet telah
menjadi “kebutuhan” masyarakat saat ini. Internet membawa perubahan
revolusioner, menciptakan lingkungan baru yang menandai era transisi dari
masyarakat industrial menuju masyarakat digital atau knowledge-based society
(Gasa, 2017).
Menurut lembaga riset pasar eMarketer pada tahun 2014 seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.1, populasi netter di seluruh dunia pada tahun 2014 mencapai 2,89
miliar orang, pada tahun 2017 diperkirakan naik menjadi 3,4 miliar orang dan pada
tahun 2018 diperkirakan akan mencapai 3,6 miliar orang. Di Indonesia sendiri pada
tahun 2014 pengguna internet sebesar 83,7 juta orang, pada tahun 2017 diperkirakan
naik menjadi 112,6 juta orang dan pada tahun 2018 akan mencapai 123 juta orang
(Yusuf, 2014).
Gambar 1.1 Perkiraan Pengguna Internet Tahun 2013-2018
Sumber: (eMarketer, 2014)
Gambar 1.2 menunjukan hasil riset terbaru yang dikeluarkan oleh eMarketer
pada tahun 2017 terkait perkiraan pengguna internet dan mobile users pada tahun
2016 – 2021 menyatakan bahwa hampir 47% populasi dunia akan menggunakan
internet paling tidak sebulan sekali pada tahun 2017 (baik melalui desktop/laptop
ataupun mobile device), meningkat sebesar 6,1% dibandingkan pada tahun 2016.
Pada tahun 2019 diperkirakan 50,6% populasi dunia akan menggunakan internet atau
setara dengan 3,82 miliar orang.
Gambar 1.2 Perkiraan Pengguna Internet Tahun 2016-2021
Sumber: (eMarketer, 2017)
Hasil survei tahun 2016 terkait pengguna internet di Indonesia yang dilakukan
oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.3 mengungkap bahwa lebih dari setengah penduduk
Indonesia atau sekitar 132,7 juta orang telah terhubung ke internet pada tahun 2016.
Menurut Ketua APJII Jamalul Izza, penyebab peningkatan adalah perkembangan
infrastruktur dan kemudahan dalam memperoleh smartphone (Widiartanto, 2016).
Data survei juga mengungkap bahwa rata-rata pengakses internet di Indonesia
menggunakan perangkat genggam. Statistiknya sebagai berikut:
• 67,2 juta orang atau 50,7 persen mengakses melalui perangkat genggam dan
komputer.
• 63,1 juta orang atau 47,6 persen mengakses dari smartphone.
• 2,2 juta orang atau 1,7 persen mengakses hanya dari komputer.
Sementara untuk data persebaran penggunanya antara lain sebagai berikut:
• 86,3 juta orang atau 65 persen di Pulau Jawa.
• 20,7 juta atau 15,7 persen di Sumatera.
• 8,4 juta atau 6,3 persen di Sulawesi.
• 7,6 juta atau 5,8 persen di Kalimantan.
• 6,1 juta atau 4,7 persen di Bali dan NTB.
• 3,3 juta atau 2,5 persen di Maluku dan Papua.
Gambar 1.3. Hasil Survei Pengguna Internet Indonesia Tahun 2016
Sumber: (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2016)
Pada tahun 2016, sebanyak 98,6% pengguna internet atau sekitar 130,8 juta
orang mengetahui internet sebagai tempat menawarkan atau mencari barang & jasa
dan sebanyak 84,2 juta pengguna internet atau sekitar 63,5% pernah melakukan
transaksi secara online (Gambar 1.4).
Gambar 1.4 Perilaku Pengguna Internet Indonesia
Sumber: (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2016)
Dari data-data terkait pengguna internet di atas khususnya di Indonesia dapat
ditarik kesimpulan bahwa jumlah pengguna internet semakin meningkat seiring
berjalannya waktu dan mereka mengetahui bahwa internet dapat dimanfaatkan
sebagai tempat untuk menawarkan atau mencari barang & jasa, transaksi secara
online juga telah menjadi hal yang cukup umum di kalangan pengguna internet.
Keberadaan internet memungkinkan berjalannya bisnis dan transasksi secara online
yang prosesnya tentu saja memberikan kemudahan lebih jika dibandingkan dengan
bisnis dan transaksi secara offline, serta memberikan jangkauan yang lebih luas. Hal-
hal tersebutlah yang menyebabkan internet menjadi pendorong pertumbuhan startup.
Selain keberadaan internet dan kemudahan dalam mengaksesnya, jumlah
penduduk yang besar dan tingkat konsumsi di Indonesia yang semakin tinggi juga
menjadi pendukung pertumbuhan startup di Indonesia. Jumlah penduduk di
Indonesia pada tahun 2017 sekitar 261 juta orang berdasarkan data yang diperoleh
dari Bank Dunia. Sementara untuk tingkat konsumsi yang semakin tinggi
ditunjukkan dari menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS) dalam beberapa
tahun terakhir dan naiknya Marginal Propensity to Consume (MPC). Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menyatakan masyarakat Indonesia semakin konsumtif dan mulai
meninggalkan kebiasaan menabung (Jatmiko, 2015).
Dalam mendorong pertumbuhan startup di Indonesia, pemerintah juga
memberikan dukungan melalui program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang
bertujuan melahirkan perusahaan rintisan yang berkualitas dan memberikan dampak
positif dengan menyelesaikan permasalahan besar di Indonesia. Gerakan Nasional
1000 Startup Digital ditargetkan dapat menciptakan 1000 perusahaan baru dengan
total valuasi bisnis senilai USD 10 miliar pada tahun 2020. Strategi dari gerakan ini
sendiri adalah dengan melakukan mentoring dan pembinaan intensif melalui tahapan-
tahapan sistematis di 10 kota yang memiliki infrastruktur serta fondasi digital yang
kuat.
Secara keseluruhan dapat dikatakan kondisi di Indonesia sangatlah mendukung
bagi pertumbuhan startup. Hal ini menjadikan startup sebagai pilihan bisnis yang
cukup potensial di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Hasil Survei Khusus yang dilakukan oleh
Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), ekonomi kreatif menciptakan produk domestik
bruto (PDB) sebesar 852,24 triliun rupiah, di mana terjadi pertumbuhan sebesar 4,38
persen jika dibandingkan dengan PDB pada tahun 2014 sebesar 784,82 triliun seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.5.
Gambar 1.5 Produk Domestik Bruto Sektor Ekonomi Kreatif
Sumber: (Badan Ekonomi Kreatif, 2017)
Ekonomi kreatif sendiri terdiri dari 16 subsektor yaitu aplikasi dan
pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain