1
1
2
3
4
5
PENGARUH RELATION-ORIENTED DAN TASK-ORIENTED
LEADERSHIP TERHADAP BUDAYA ORGANISASI, KEPUASAN
KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI (Studi pada SLTA Swasta Di Kabupaten Cilacap)
Abstract
The research was carried out at high school in Cilacap regency, with the title: "Influence
Relations-Oriented and Task-Oriented Leadership Against Organizational Culture, Job
Satisfaction and Organizational Commitment" (Study on Private high school in Cilacap
regency). The purpose of this study to analyze the effect of relations-oriented leadership, task-
oriented leadership, organizational culture, job satisfaction to organizational commitment.
Methods This study uses survey methods. Study respondents were high school teachers in the
district of Cilacap, amounting to 200. Analysis tools used Structural Equation Modeling
(SEM).
From the results of research and analysis of data obtained the conclusion that: Relation
orientation Task orientation leadership and leadership influence positive and significant
impact on organizational culture. That is the better leadership Relation and task orientation of
organizational culture, the better the private high school in the district of Cilacap. Relation
orientation leadership and significant positive effect on job satisfaction. That is the better
leadership Relation orientation the higher the private high school teachers' job satisfaction in
Cilacap regency. 4. Task orientation and leadership has positive effects on job satisfaction
was not significant. This means that the better the leadership task orientation private high
school teachers' job satisfaction in Cilacap regency is not higher. Relation orientation
leadership has positive and significant impact on affective commitment, and normative
continuants. That is, the better the higher the leadership orientation Relation affective
commitment, normative continuants and private senior high school teachers in the district of
Cilacap. Task orientation leadership has positive and significant impact on affective
commitment, and normative continuants. That is, the better the higher the leadership task
orientation affective commitment, normative continuants and private senior high school
teachers in the district of Cilacap. Organizational culture and a significant positive effect on
job satisfaction. That is, the better the higher the organizational culture of job satisfaction of
private high school teacher in the district of Cilacap. Job satisfaction and a significant positive
effect on affective commitment, and normative continuants. This means that the higher job
satisfaction higher affective commitment, normative continuants and private senior high
school teachers in the district of Cilacap.
Based on the above conclusion, the organization's commitment to improving the
relations-oriented leadership, task-oriented leadership, organizational culture and job
satisfaction of teachers should be increased by increasing the indicators: the work culture
because it has a dominant influence on job satisfaction in addition to the relations-oriented
leadership as it has greater effect than task-oriented leadership.
Key word : Relation Oriented Leadership, Task Oriented Leadership, Culture
Organization, Job Satisfaction, Afective Commitment, Continuance
Commitment and Normative Commitment.
6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diindentifikasikan, bekerja secara terus menerus
untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik
masing-masing serta banyak kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku,
dan etika kerja, yang kesemuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. Sehingga
setiap individu dalam organisasi tidak lepas dari hakekat nilai-nilai budaya yang
dianutnya, yang akhirnya akan bersinergi dengan perangkat organisasi, teknologi, sistem,
strategi dan gaya hidup kepemimpinan. Sehingga pola interaksi sumber daya manusia
dalam organisasi harus diseimbangkan dan diselaraskan agar organisasi dapat tetap eksis.
Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi
tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Bila
pimpinan mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan
mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang
mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buah. Jadi,
seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin
apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah
pencapaian tujuan organisasi. Tujuan organisasi dapat tercapai apabila pimpinan mampu
membangun komitmen pegawainya.
Komitmen organisasi didefinisikan oleh beberapa peneliti sebagai ukuran dari
kekuatan identitas dan keterlibatan karyawan dalam tujuan dan nilai-nilai organisasi.
Komitmen organisasi didapatkan sebagai indikator yang lebih baik dari “leavers” dan
“stayers” daripada kepuasan kerja (Mowday et al. 1982), dan McNeese-Smith, (1996).
Penelitian lain menemukankan bahwa kepuasan kerja berkaitan dengan lingkungan tugas,
sementara komitmen organisasi berkaitan dengan pencapaian pada pemberdayaan
organisasi (Glisson dan Durick, 1988, dalam McNeese-Smith, 1996). Dengan komitmen
yang diberikan, diharapkan kinerja dari karyawan akan meningkat. Luthans (2006)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sebuah sikap yang merefleksikan loyalitas
karyawan kepada organisasi dan merupakan suatu proses berkelanjutan dimana anggota
organisasi mengungkapkan perhatian mereka terhadap organisasi, terhadap keberhasilan
organisasi serta kemajuan yang berkelanjutan.
Beberapa penelitian tentang komitmen organisasi seperti penelitian penelitian Stai
et al (2010); Malik M.E. et al. (2010); menemukan kepuasan kerja mempunyai pengaruh
signifikan terhadap komitmen affektif, kontinuan dan normatif. Hasil penelitian Samad
(2011) menunjukkan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja. Hal yang berbeda Cahyono dan Ghozali (2002) yang meneliti hubungan
timbal balik antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi, menunjukkan bahwa
komitmen organisasi mendahului kepuasan kerja.
Salah satu aspek yang berperan dalam meningkatkan komitmen adalah kepemimpinan. Robbin (2006) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Penelitian Cohen, A., &
Kirchmeyer, C. (1995) dan Barbara B. Brown (2003) menemukan relation oriented
lidership dan task oriented leadership mempunyai hubungan dengan komitmen affektif,
kontinuan dan normatif. Hal yang berbeda Cummings et al, (2009) penelitiannya
menemukan bahwa relational orientation leadership mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan kerja sedangakan task orientation leadership tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Demikian juga penelitian
7
Pool (1997) menunjukkan bahwa struktur gaya kepemimpinan berpengaruh negatif
terhadap kepuasan kerja.
Bass dan Avolio (1993) dan Schein (2004) menyatakan bahwa seorang pemimpin
membentuk budaya dan pada gilirannya dibentuk oleh budaya yang dihasilkan. Schein
(2004) mengobservasikan bahwa budaya organisasi dan kepemimpinan adalah saling
berhubungan. Ia mengilustrasikan interkoneksi ini dengan melihat hubungan antara
kepemimpinan dan budaya dalam konteks siklus kehidupan organisasi. Luthans (2006)
mendefinisikan budaya sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk
menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan perilaku sosial. Sedangkan menurut
Robbin (2006) budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain.
Budaya organisasi dipandang sebagai satu set kunci dari nilai-nilai, asumsi,
pemahaman, dan norma-norma yang dimiliki organisasi (Daft, 2005). Budaya organisasi
dapat menjadi kunci penting bagi manajer untuk mengarahkan anggota organisasi
(Smircich, 1983). Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku
agar diterima oleh lingkungannya. Karyawan dapat efektif dalam pekerjaanya, karena
menyadari adanya kecocokan antara motivasi individu dan budaya organisasi. Hasil
penelitian Kirk L. Rogga (2001) menyatakan bahwa budaya organisasi dapat
meningkatkan kepuasan kerja guru. Penelitian mengenai pengaruh budaya organisasi pada
hubungan antara perilaku kepemimpinan, komitmen organisasi dan kepuasan organisasi
telah dilakukan oleh Yiing dan Zaman (2009). Dalam penelitian tersebut difokuskan pada
sektor swasta yang hasilnya belum dapat digeneralisasikan, sehingga untuk penelitian
selanjutnya disarankan agar mengeksplorasi perbedaan respon pada kelompok yang
berbeda terhadap variabel yang diselidiki, misalnya perbandingan antara karyawan yang
bekerja pada industri yang berbeda, etnis atau negara.
Oleh karena itu penelitian ini, adalah untuk menjelaskan pengaruh perilaku
kepemimpinan terhadap budaya organisasi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi
pada sektor pendidikan.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dibuat perumusan masalah penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah Relation Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap budaya
organisasi.
2. Apakah Task Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap budaya
organisasi.
3. Apakah Relation Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
kerja.
4. Apakah Task Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
5. Apakah Relation Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap komitmen afektif.
6. Apakah Relation Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap komitmen
kontinuan.
7. Apakah Relation Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap komitmen
normatif.
8. Apakah Task Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap komitmen
afektif.
9. Apakah Task Oriented Leadership berpengaruh signifikan terhadap komitmen
kontinuan.
8
10. Apakah Task Oriented Leadership berpengaruh positif terhadap komitmen normatif.
11. Apakah budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
12. Apakah kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen normatif.
13. Apakah kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen kontinuan.
14. Apakah kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen normatif.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada tujuh variabel yaitu relation orientation leadership, task
orientation leadership, budaya organisasi, kepuasan kerja, komitmen afektif, komitmen
kontinuan dan komitmen normatif.
D. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh relation orientation leadership terhadap budaya kerja.
2. Menganalisis pengaruh task orientation leadership terhadap budaya kerja.
3. Menganalisis pengaruh relation orientation leadership terhadap kepuasan kerja.
4. Menganalisis pengaruh task orientation leadership terhadap kepuasan kerja.
5. Menganalisis pengaruh relation orientation leadership terhadap komitmen
afektif.
6. Menganalisis pengaruh relation orientation leadership terhadap komitmen
kontinuan.
7. Menganalisis pengaruh relation orientation leadership terhadap komitmen
normatif.
8. Menganalisis pengaruh task orientation leadership terhadap komitmen afektif.
9. Menganalisis pengaruh task orientation leadership terhadap komitmen
kontinuan.
10. Menganalisis pengaruh task orientation leadership terhadap komitmen normatif.
11. Menganalisis pengaruh budaya kerja terhadap kepuasan kerja.
12. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen afektif.
13. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen kontinuan.
14. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen normatif.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah
Secara teoritis penelitian ini memberi penjelasan mengenai peran perilaku
kepemimpinan (relation orientation leadership) dalam membangun budaya organisasi,
kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
2. Manfaat Praktis
Para praktisi khususnya manajer, perlu mempertimbangkan untuk mengubah gaya
kepemimpinannya agar dapat bersinergi dengan budaya organisasi, kepuasan kerja,
dan memulai proses perubahan komitmen karyawan terhadap organisasi.
9
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
A. Pengembangan Model dan Hipotesis
1. Pengaruh relation dan task orientation leadership terhadap budaya organisasi
Schimmoeller Leon J. (2010), menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan
faktor penting yang mempengaruhi daya saing dari suatu perusahaan. Kepemimpinan
juga merupakan komponen penting dalam keberhasilan sebuah organisasi. Adalah
penting untuk memahami bagaimana kedua faktor penentu kinerja organisasi yang
kuat saling mempengaruhi. Hasil penelitiannya menyimpulkan gaya kepemimpinan
mempunyai hubungan yang positif dengan budaya organisasi.
Duygulu dan Ozeren (2009) penelitiannya berjudul The effects of leadership
styles and organizational culture on firm’s innovativeness. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi pada inovasi perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan gaya
kepemimpinan mempunyai pengaruh kuat terhadap budaya organisasi dan inovasi
perusahaan.
Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas, maka
hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Relation orientation leadership mempunyai pengaruh positip budaya
organisasi.
H2 : Task orientation leadership mempunyai pengaruh budaya organisasi.
3. Pengaruh relation dan task orientation leadership terhadap kepuasan kerja
Cummings et al, (2009) penelitiannya menemukan bahwa relational orientation
leadership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja sedangkan
task orientation leadership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan kerja hal ini sesuai dengan penelitian Pool (1997) menunjukkan bahwa
struktur gaya kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja.
Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas, maka
hipotesis yang ajukan adalah:
H3 : Relation orientation leadership mempunyai pengaruh positip kepuasan
kerja.
H4 : Task orientation leadership mempunyai pengaruh positip kepuasan kerja.
5. Pengaruh relation oriented leadership terhadap komitmen affektif
Simons (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi.
Dalam penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya kepemimpinan
berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya kepemimpinan individu dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen affektif,
sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi motivasi berpengaruh signifikan
dan positif dengan komitmen normatif. Namun demikian, relation oriented dan task
oriented menunjukan korelasi yang negatif dengan komitmen kontinuan.
Cohen, A., & Kirchmeyer, C. (1995) dalam penelitian berjudul A
multidimensional approach to the relations between organizational commitment and
nonwork participation, menyimpulan bahwa gaya kepemimpinan berbasis relasi
mempunyai hubungan positip dan tidak begitu kuat dengan komitmen affektif dan
normatif. Hal ini berarti bahwa perilaku kepemimpinan yang melibatkan kepercayaan,
10
membangkitkan visi kebersamaan, menimbulkan antusiasme, mendorong kreativitas,
menyediakan pelatihan dan mengenali keberhasilan yang menjelaskan variasi
bagaimana karyawan merasa ingin atau harus bertahan dalam organisasi.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya yang melibatkan 361 karyawan
yang bekerja di kota Charlottesville, Virginia meliputi delapan departemen yang
bervariasi dari segi teknis, ukuran, dan tingkat pendidikan. Menunjukkan Relation
Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan signifikan dengan komitmen
affektif dan normatif. Task Oriented Leadership Behaviors berhubungan negatif
dengan komitmen normatif.
Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas, maka
hipotesis yang ajukan adalah:
H5 : Relation oriented leadership mempunyai pengaruh positip terhadap
komitmen affektif.
6. Pengaruh Relation oriented leadership terhadap komitmen kontinuan
Simons (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi.
Dalam penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya kepemimpinan
berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya kepemimpinan individu
dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen affektif,
sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi motivasi berpengaruh signifikan
dan positif dengan komitmen normatif. Namun demikian, relation oriented dan task
oriented menunjukan korelasi yang negatif dengan komitmen kontinuan.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya yang melibatkan 361 karyawan
yang bekerja di kota Charlottesville, Virginia meliputi delapan departemen yang
bervariasi dari segi teknis, ukuran, dan tingkat pendidikan. Menunjukkan Relation
Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan signifikan dengan komitmen
affektif dan normatif. Task Oriented Leadership Behaviors berhubungan negatif
dengan komitmen normatif.
Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas, maka
hipotesis yang ajukan adalah:
H6 : Relation oriented leadership mempunyai pengaruh positip terhadap
komitmen komtinuan.
7. Pengaruh relation oriented leadership terhadap komitmen normatif
Cohen, A., & Kirchmeyer, C. (1995) dalam penelitian berjudul A
multidimensional approach to the relations between organizational commitment and
nonwork participation, menyimpulkan gaya kepemimpinan berbasis relasi mempunyai
hubungan positip dan tidak begitu kuat dengan komitmen affektif dan normatif. Hal ini berarti bahwa perilaku kepemimpinan yang melibatkan kepercayaan,
membangkitkan visi kebersamaan, menimbulkan antusiasme, mendorong kreativitas,
menyediakan pelatihan dan mengenali keberhasilan yang menjelaskan variasi
bagaimana karyawan merasa ingin atau harus bertahan dalam organisasi.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya yang melibatkan 361 karyawan
yang bekerja di kota Charlottesville, Virginia meliputi delapan departemen yang
bervariasi dari segi teknis, ukuran, dan tingkat pendidikan. Menunjukkan Relation
Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan signifikan dengan komitmen
11
affektif dan normatif. Task Oriented Leadership Behaviors berhubungan negatif
dengan komitmen normatif.
Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas, maka
hipotesis yang ajukan adalah:
H7 : Relation oriented leadership mempunyai pengaruh positip terhadap
komitmen normatif.
8. Pengaruh task oriented leadership terhadap komitmen affektif
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
pencapaian sasaran. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat
manajerial pada suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang
biasanya menggambarkan otoritas, seorang individu biasa mengasumsikan suatu peran
kepemimpinan sebagai akibat dari posisi yang ia pegang pada organisasi tersebut
(Robbins, 2006. p.163). Task orientation leadership menurut Bass (1985) Barbara B.
Brown (2003) kepemimpinan merupakan kategori terbaru kepemimpinan
transaksional berorientasi pada tugas, yaitu dalam menjalankan tugasnya pimpinan
seperti ini selalu memberikan motivasi kepada pekerja berdasarkan imbalan atas
pencapain prestasinya. Dengan kerja keras karyawan akan mendapatkan imbalan yang
lebih tinggi dan akan berdampak kepada kepuasan kerja karyawan, dan berdapak
terhadap komitmen afektif karyawan.
Simons (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi.
Dalam penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya kepemimpinan
berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya kepemimpinan individu
dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen affektif,
sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi motivasi berpengaruh signifikan
dan positif dengan komitmen normatif. Namun demikian, relation oriented dan task
oriented menunjukan korelasi yang negatif dengan komitmen kontinuan.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya yang melibatkan 361 karyawan
yang bekerja di kota Charlottesville, Virginia meliputi delapan departemen yang
bervariasi dari segi teknis, ukuran, dan tingkat pendidikan. Menunjukkan Relation-
Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan signifikan dengan komitmen
affektif dan normatif. Task Oriented Leadership Behaviors berhubungan negatif
dengan komitmen normatif.
Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas, maka
hipotesis yang ajukan adalah:
H8 : Task oriented leadership mempunyai pengaruh positip terhadap komitmen
affektif.
H9 : Task oriented leadership mempunyai pengaruh positip terhadap komitmen
komtinuan.
H10 : Task oriented leadership mempunyai pengaruh positip terhadap komitmen
normatif.
11. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
Budaya organisasional merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang
mengarahkan perilaku anggota organisasi. Luthans (2006). Dengan norma-norma yang
telah dianggap baik dan sebagai pedoman bertindak dan bertikah laku dalam
organisasi karyawan akan merasa bangga dan merasakan kepuasan dalam bekerja di
organisasi yang bersangkutan.
12
Harriss dan Mossholder, 1996, menunjuk bahwa budaya organisasi berdiri
sebagai pusat seluruh faktor yang berasal dari manajemen sumber daya manusia.
Budaya organisasi dipercaya mempengaruhi sikap individu mengenai hasil, seperti
komitmen, motivasi, moral dan kepuasan. Wallach, (1983), menunjukkan bahwa
kinerja karyawan dan hasil kerja yang menyenangkan, termasuk kepuasan kerja,
cenderung untuk tinggal dalam organisasi, dan keterlibatan kerja, tergantung pada
kecocokan antara karakteristik individu dan budaya organisasi. Dalam penelitian
Huang Wu (2000) mengindikasikan bahwa budaya organisasi dari badan bisnis publik
akan berpengaruh pada komitmen organisasi dan kepuasan kerja.
McKinnon et al (2003) melakukan penelitian dengan subyek berbagai
perusahaan di Taiwan. Mereka menemukan nilai-nilai budaya organisasi seperti
penghargaan atas orang, inovasi, stabilitas dan keagresifan, mempunyai asosiasi yang
kuat dengan komitmen afektif, kepuasan kerja dan pembagian informasi. Penelitian
Chang dan Lee (2007) menemukan bahwa, budaya organisasi mempunyai pengaruh
positif pada kepuasan kerja karyawan. Yang et al., (2010) penelitiannya menunjukkan
bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepuasan kerja dan
komitmen afektif.
Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas,
maka hipotesis yang ajukan adalah:
H11 : Budaya organisasi mempunyai pengaruh positip kepuasan kerja.
12. Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen afektif
Kepuasan kerja adalah suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan situasi kerja, kerja sama antar karyawan dan imbalan yang
diterima dalam bekerja (Sutrisno, 2009:78). Kepuasan kerja juga dapat diartikan
sebagai sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Seseorang yang memiliki
kepuasan kerja tinggi akan memperlihatkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya,
sedangkan seseorang yang tidak puas akan memperlihatkan sikap yang negatif
terhadap pekerjaannya tersebut.
Kepuasan kerja menurut Luthan (2006:243) adalah hasil dari persepsi karyawan
mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting.
Setiap pegawai memiliki dasar dan perilaku yang berbeda tergantung pada
komitmen organisasi yang dimilikinya. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi
dengan dasar afektif memiliki tingkah laku yang berbeda dengan pegawai yang
berdasarkan continuance. Pegawai yang ingin menjadi anggota akan memiliki
keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Sebaliknya mereka yang terpaksa menjadi anggota akan menghindari kerugian
finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak
maksimal. Sementara itu, komponen normative yang berkembang sebagai hasil dari
pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normative menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk
memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi.
Malik et al (2010) penelitiannya pada tenaga pengajar public sector universitas
di Pakistan dengan menggunakan sampel 650 tenaga pengajar sebagai responden
menemukand bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap
komitmen organisasi baik afektif, kontinuan dan normative. Hal yang sama juga
penelitian Tsai et al (2010) menyimpulkan bahwa job stress, empowerment, internal
marketing dan kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja dan
komitmen organisasi serta kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang positif dan
13
signifikan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pekerja. Hal yang sama
penelitian Azeem (2010) menyimpulkan bahwa semua indikator kepuasan kerja
mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen baik afektif, kontinuan dan
normative. Atas dasar telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang disajikan diatas,
maka hipotesis yang ajukan adalah:
H12 : Kepuasan kerja mempunyai pengaruh positip terhadap komitmen afektif.
H13 : Kepuasan kerja mempunyai pengaruh positip terhadap komitmen
kontinuan.
H14 : Kepuasan kerja mempunyai pengaruh positip terhadap komitmen
normatif.
B. Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
pencapaian sasaran. Dengan kepemimpianan yang baik maka pemimpin itu akan mampu
meletakan dasar-darsar atau pedoman bagi perlaku dan bertindak karyawannya, bila hal
ini terjadi baka jelas kepemimpinan tadi mampu membangun budaya organisasi sebagai
ciri khas organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya. Dengan budaya
organisasi yang baik maka tatanan yang ada dalam organisasi tersebut akan menjadi lebih
baik dan akan berdampak pada peningkatan kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja
adalah kondisi emosional positif seseorang yang dihasilkan dari penilaian terhadap
pekerjaannya. Dengan demikian, semakin tinggi kepuasan kerja seseorang maka semakin
tinggi pula keinginannya untuk tetap berada dalam organisasi dan lingkungannya. Atau
semakin tinggi pula komitmen organisasionalnya. Hal ini secara konsepsual
menunjukkan adanya kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi
Menon (2002) meneliti tentang persepsi dari para calon guru dan guru aktif
menyangkut efektivitas kepemimpinan sekolah dasar di Cyprus, yang berisi perbedaan
persepsi dari para calon guru dan guru aktif tentang kepemimpinan Kepala Sekolah.
Scarnati (2002) penelitian tentang pengamatan bawahan atau karyawan terhadap segala
sesuatu yang dikatakan dan dilakukan pemimpin memiliki pengaruh pada organisasi,
serta memberikan panduan, teknik, dan contoh tentang praktek terbaik yang berhasil
membentuk persepsi kepemimpinan. Conger dan Kanungo (1987) mengetengahkan teori-
teori tentang kepemimpinan karismatik dalam organisasi. Yukl (2005), Bass (1990), dan
Deluga (1988a-b) yang telah banyak menulis dan meneliti tentang kepemimpinan
(leadership). Menurut Yukl (2005) Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi
orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana
tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan
kelompok untuk mencapai tujuan bersama
14
Relation Orientation
Leadership
Task Orientation
Leadership
Komitmen
KontinuanKepuasan Kerja
Komitmen
Notmatif
Komitmen
Afektif
Budaya
Organisasi
H14
H112
H11
H1
H2
H5
H10
H9
H13
H6
H7
H8
H4
H3
Gambar 2.1 : Model Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan level of significance 95% atau = 0,05 dan
degree of freedom = 200 - 33 = 167 maka t tabel = ± 1,974.
Tabel 4.18 Nilai–nilai C.R (Critical Ratio) Variabel CR t tabel Sig
Relation Oriented Leadership Budaya Organisasi 2,741 1,974 0,006
Task Oriented Leadership Budaya Organisasi 2,526 1,974 0,012
Relation Oriented Leadership Kepuasan Kerja 2,173 1,974 0,030
Task Oriented Leadership Kepuasan Kerja 1,263 1,974 0,207
Relation Oriented Leadership Komitmen Afektif 2,180 1,974 0,029
Relation Oriented Leadership Komitmen Kontinuan 2,514 1,974 0,012
Relation Oriented Leadership Komitmen Normatif 3,376 1,974 0,000
Task Oriented Leadership Komitmen Afektif 2,426 1,974 0,015
Task Oriented Leadership Komitmen Kontinuan 2,818 1,974 0,005
Task Oriented Leadership Komitmen Normatif 3,343 1,974 0,000
Budaya Organisasi Kepuasan Kerja 7,049 1,974 0,000
Kepuasan Kerja Komitmen Afektif 5,047 1,974 0,000
Kepuasan Kerja Komitmen Kontinuan 4,223 1,974 0,000
Kepuasan Kerja Komitmen Normatif 3,177 1,974 0,001
Sumber : Data Primer yang diolah
15
Adapun pembahasan hasil pengujian hipotesis berdasarkan tabel 4.18 di atas adalah
sebagai berikut :
1. Pengaruh relation orientation leadership terhadap budaya organisasi
Nilai C.R untuk pengaruh variabel relation orientation leadership terhadap budaya
kerja pada Tabel 4.18 di atas sebesar 2,741 > 1,974. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa relation orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan
terhadap budaya kerja dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa indikator relation
orientation leadership yang terdiri dari: biasanya atasan hanya mengajukan tujuan dan
menyerahkan bagaimana cara mencapainya, biasanya sering berdiskusi dan jarang
memberikan perintah secara leterlek/kaku dan menekankan pentingnya jalinan
hubungan baik dengan anak buah, akan dapat meningkatkan budaya kerja guru SLTA
swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin baik relation oriented
leadership, maka semakin tinggi baik budaya organisasi SLTA swasta di Kabupaten
Cilacap.
2. Pengaruh task orientation leadership terhadap budaya organisasi
Nilai C.R untuk pengaruh variabel task orientation leadership terhadap budaya
organisasi pada Tabel 4.18 di atas sebesar 2,526 > 1,974. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa task orientation leadership berpengaruh positip dan
signifikan terhadap budaya organisasi dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel task orientation leadership yang dibentuk oleh indikator-indikator : Sering
menekankan pentingnya tugas dan meminta melaksanakan tugas sebaik-baiknya,
sering menekankan pentingnya efisiensi dan penyelesaian tugas sesegera mungkin
dan dalam pemberian tugas sering memberitahu untuk tidak merusak hubungan
dengan orang-orang tertentu, akan dapat meningkatkan budaya organisasi SLTA
swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin baik task orientation
leadership yang terjadi pada SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin baik
budaya organisasinya.
3. Pengaruh relation orientation leadership terhadap kepuasan kerja
Nilai C.R untuk pengaruh variabel relation orientation leadership terhadap kepuasan
kerja pada Tabel 4.18 di atas sebesar 2,173 > 1,974. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa relation orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan
terhadap kepuasan kerja dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa indikator
relation orientation leadership yang terdiri: biasanya atasan hanya mengajukan tujuan
dan menyerahkan bagaimana cara mencapainya, biasanya sering berdiskusi dan jarang
memberikan perintah secara leterlek/kaku dan menekankan pentingnya jalinan
hubungan baik dengan anak buah, akan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru
SLTA swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin baik relation
orientation leadership yang terjadi pada SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin tinggi kepuasan kerja gurunya.
4. Pengaruh task orientation leadership terhadap kepuasan kerja
Nilai C.R untuk pengaruh variabel task orientation leadership terhadap kepuasan
kerja pada Tabel 4.18 di atas sebesar 1,263 > 1,974. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa task orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan
terhadap kepuasan kerja ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel task orientation
leadership yang dibentuk oleh indikator-indikator : Sering menekankan pentingnya
tugas dan meminta melaksanakan tugas sebaik-baiknya, sering menekankan
16
pentingnya efisiensi dan penyelesaian tugas sesegera mungkin dan dalam pemberian
tugas sering memberitahu untuk tidak merusak hubungan dengan orang-orang
tertentu, tidak meningkatkan kepuasan kerja guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
Dengan demikian semakin baik task orientation leadership terjadi pada SLTA swasta
di Kabupaten Cilacap, maka belum tentu kepuasan kerja gurunya meningkat.
5. Pengaruh relation orientation leadership terhadap komitmen afektif
Nilai C.R untuk pengaruh variabel relation orientation leadership terhadap
komitmen afektif pada Tabel 4.18 di atas sebesar 2,180 > 1,974. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa relation orientation leadership berpengaruh positip
dan signifikan terhadap komitmen afektif dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel relation orientation leadership yang dibentuk oleh indikator-indikator :
biasanya atasan hanya mengajukan tujuan dan menyerahkan bagaimana cara
mencapainya, biasanya sering berdiskusi dan jarang memberikan perintah secara
leterlek/kaku dan menekankan pentingnya jalinan hubungan baik dengan anak buah,
akan dapat meningkatkan komitmen afektif guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
Dengan demikian semakin baik relation orientation leadership yang terjadi pada
SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin tinggi komitmen afektif gurunya.
6. Pengaruh relation orientation leadership terhadap komitmen kontinuan
Nilai C.R untuk pengaruh variabel relation orientation leadership terhadap
komitmen kontinuan pada Tabel 4.18 di atas sebesar 2,514 > 1,974. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa relation orientation leadership berpengaruh positip
dan signifikan terhadap komitmen kontinuan dapat diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel relation orientation leadership yang dibentuk oleh indikator-
indikator : biasanya atasan hanya mengajukan tujuan dan menyerahkan bagaimana
cara mencapainya, biasanya sering berdiskusi dan jarang memberikan perintah secara
leterlek/kaku dan menekankan pentingnya jalinan hubungan baik dengan anak buah,
akan dapat meningkatkan komitmen kontinuan guru SLTA swasta di Kabupaten
Cilacap. Dengan demikian semakin baik relation orientation leadership yang terjadi
pada SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin tinggi komitmen kontinuan
gurunya.
7. Pengaruh relation orientation leadership terhadap komitmen normatif
Nilai C.R untuk pengaruh variabel relation orientation leadership terhadap
komitmen normatif pada Tabel 4.18 di atas sebesar 3,376 > 1,974. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa relation orientation leadership berpengaruh positip
dan signifikan terhadap komitmen normatif dapat diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel relation orientation leadership yang dibentuk oleh indikator-
indikator : biasanya atasan hanya mengajukan tujuan dan menyerahkan bagaimana
cara mencapainya, biasanya sering berdiskusi dan jarang memberikan perintah secara leterlek/kaku dan menekankan pentingnya jalinan hubungan baik dengan anak buah,
akan dapat meningkatkan komitmen normatif guru SLTA swasta di Kabupaten
Cilacap. Dengan demikian semakin baik relation orientation leadership yang terjadi
guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin tinggi komitmen normatif
gurunya.
8. Pengaruh task orientation leadership terhadap komitmen afektif
Nilai C.R untuk pengaruh variabel task orientation leadership terhadap
komitmen afektif pada Tabel 4.18 di atas sebesar 2,426 > 1,974. Dengan demikian
17
hipotesis yang menyatakan bahwa task orientation leadership berpengaruh positip dan
signifikan terhadap komitmen afektif dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel task orientation leadership yang dibentuk oleh indikator-indikator : Sering
menekankan pentingnya tugas dan meminta melaksanakan tugas sebaik-baiknya,
sering menekankan pentingnya efisiensi dan penyelesaian tugas sesegera mungkin
dan dalam pemberian tugas sering memberitahu untuk tidak merusak hubungan
dengan orang-orang tertentu, akan dapat meingkatkan komitmen afektif guru SLTA
swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin baik task orientation
leadership yang terjadi pada SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin
tinggi komitmen afektif gurunya.
9. Pengaruh task orientation leadership terhadap komitmen kontinuan
Nilai C.R untuk pengaruh variabel task orientation leadership terhadap
komitmen kontinuan pada Tabel 4.18 di atas sebesar 2,818 > 1,974. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa task orientation leadership berpengaruh positip dan
signifikan terhadap komitmen kontinuan dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel task orientation leadership yang dibentuk oleh indikator-indikator : Sering
menekankan pentingnya tugas dan meminta melaksanakan tugas sebaik-baiknya,
sering menekankan pentingnya efisiensi dan penyelesaian tugas sesegera mungkin
dan dalam pemberian tugas sering memberitahu untuk tidak merusak hubungan
dengan orang-orang tertentu, akan dapat meningkatkan komitmen kontinuan guru
SLTA swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin baik task orientation
leadership yang terjadi pada SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin
tinggi komitmen kontinuan gurunya.
10. Pengaruh task orientation leadership terhadap komitmen normatif
Nilai C.R untuk pengaruh variabel task orientation leadership terhadap
komitmen normatif pada Tabel 4.18 di atas sebesar 3,343 > 1,974. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa task orientation leadership berpengaruh positip dan
signifikan terhadap komitmen normatif dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel task orientation leadership yang dibentuk oleh indikator-indikator : Sering
menekankan pentingnya tugas dan meminta melaksanakan tugas sebaik-baiknya,
sering menekankan pentingnya efisiensi dan penyelesaian tugas sesegera mungkin
dan dalam pemberian tugas sering memberitahu untuk tidak merusak hubungan
dengan orang-orang tertentu, akan dapat meningkatkan komitmen normatif guru
SLTA swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin baik task orientation
leadership yang terjadi pada SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin
tinggi komitmen normatif gurunya.
11. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
Nilai C.R untuk pengaruh variabel budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pada Tabel 4.18 di atas sebesar 7,049 > 1,974. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh positip dan signifikan terhadap
kepuasan kerja dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel budaya
organisasi yang dibentuk oleh indikator-indikator : Integritas, percaya pada rekan
sekerja, profesionalisme dan peduli, akan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru
SLTA swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin baik budaya
organisasi pada SLTA swasta di Kabupaten Cilacap, maka semakin tinggi kepuasan
kerja gurunya.
18
12. Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen afektif
Nilai C.R untuk pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap komitmen afektif
pada Tabel 4.18 di atas sebesar 5,047 > 1,974. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positip dan signifikan terhadap
komitmen afektif dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja
yang dibentuk oleh indikator-indikator : Kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap promosi
pekerjaan dan kepuasan terhadap kepenyeliaan, akan dapat meningkatkan komitmen
afektif guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian semakin tinggi
kepuasan kerja guru, maka semakin tinggi komitmen afekti gurunya.
13. Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen kontinuan
Nilai C.R untuk pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap komitmen
kontinuan pada Tabel 4.18 di atas sebesar 4,223 > 1,974. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positip dan signifikan terhadap
komitmen kontinuan dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepuasan
kerja yang dibentuk oleh indikator-indikator : Kepuasan terhadap gaji, kepuasan
terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap
promosi pekerjaan dan kepuasan terhadap kepenyeliaan, akan dapat meningkatkan
komitmen kontinuan guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian
semakin tinggi kepuasan kerja guru, maka semakin tinggi komitmen kontinuan
gurunya.
14. Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen normatif
Nilai C.R untuk pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap komitmen
normatif pada Tabel 4.18 di atas sebesar 3,117 > 1,974. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positip dan signifikan terhadap
komitmen normatif dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepuasan
kerja yang dibentuk oleh indikator-indikator : Kepuasan terhadap gaji, kepuasan
terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap
promosi pekerjaan dan kepuasan terhadap kepenyeliaan, akan dapat meningkatkan
komitmen normatif guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap. Dengan demikian
semakin tinggi kepuasan kerja guru, maka semakin tinggi komitmen normatif
gurunya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Model
Berdasarkan hasil uji kesesuaian dan uji statistik, model dalam penelitian ini
secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai a very goods fit. Hal ini terjadi karena
hasil nilai-nilai yang menjadi acuan dan kriteria dalam uji kesesuaian dan uji statistik
model yaitu Chi-square, probabilty, CMIN/DF, TLI, CFI dan RSMEA semuanya terpenuhi, kecuali GFI dan AGFI hanya mendekati nilai acuan.
2. Pembahasan Hipotesis
a) Pengaruh relation oriented leadership terhadap budaya organisasi.
Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa relation oriented leadership
berpengaruh positip dan signifikan terhadap budaya kerja diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Schimmoeller Leon J. (2010), penelitiannya menyimpulkan gaya kepemimpinan
mempunyai hubungan yang positif dengan budaya organisasi. Disisi lain Duygulu
19
dan Ozeren (2009) hasil penelitiannya menyimpulkan gaya kepemimpinan
mempunyai pengaruh kuat terhadap budaya organisasi dan inovasi perusahaan.
Abdel N. dan Gheith R. (2010) Hasil penelitiannya menemukan bahwa
gaya kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap rekonstruksi budaya organisasi.
b) Pengaruh task oriented leadership terhadap budaya organisasi
Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa task oriented leadership berpengaruh
positip dan signifikan terhadap budaya kerja diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Schimmoeller Leon J. (2010), menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan
faktor penting yang mempengaruhi daya saing dari suatu perusahaan.
Kepemimpinan juga merupakan komponen penting dalam keberhasilan sebuah
organisasi. Adalah penting untuk memahami bagaimana kedua faktor penentu
kinerja organisasi yang kuat saling mempengaruhi. Hasil penelitiannya
menyimpulkan gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif dengan
budaya organisasi.
Duygulu dan Ozeren (2009) penelitiannya berjudul The effects of leadership
styles and organizational culture on firm’s innovativeness. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi pada inovasi perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan gaya
kepemimpinan mempunyai pengaruh kuat terhadap budaya organisasi dan inovasi
perusahaan.
Abdel N. dan Gheith R. (2010) penelitiannya bertujuan untuk menguji
gaya kepemiminan pada rekonstruksi budaya organisasi pada kepala perawat di
Rumah Sakit Pediatri-Mansoura Universitas. Hasil penelitiannya menemukan
bahwa gaya kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh yang positif dan
signifiklan terhadap rekonstruksi budaya organisasi.
c) Pengaruh relation oriented leadership terhadap kepuasan kerja
Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa relation oriented leadership
berpengaruh positip dan signifikan terhadap kepuasan kerja diterima
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cummings et al, (2009) penelitiannya menemukan bahwa relational orientation
leadership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja
sedangakan task orientation leadership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan kerja hal ini sesuai dengan penelitian Pool (1997) menunjukkan
bahwa struktur gaya kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya menunjukkan Relation
Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan signifikan dengan
komitmen affektif dan normatif. Task Oriented Leadership Behaviors berhubungan negatif dengan komitmen normatif.
d) Pengaruh task oriented leadership terhadap kepuasan kerja
Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa task oriented leadership berpengaruh
positip dan signifikan terhadap kepuasan kerja diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cummings et al, (2009) penelitiannya menemukan bahwa relational orientation
leadership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja
sedangakan task orientation leadership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
20
terhadap kepuasan kerja hal ini sesuai dengan penelitian Pool (1997) menunjukkan
bahwa struktur gaya kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya yang melibatkan 361
karyawan yang bekerja di kota Charlottesville, Virginia meliputi delapan
departemen yang bervariasi dari segi teknis, ukuran, dan tingkat pendidikan.
Menunjukkan Relation Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan
signifikan dengan komitmen affektif dan normatif. Task Oriented Leadership
Behaviors berhubungan negatif dengan komitmen normatif.
e) Pengaruh relation oriented leadership terhadap komitmen afektif
Hipotesis 5 yang menyatakan bahwa relation oriented leadership
berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen afektif diterima. Pimpinan
di SLTA swasta Kabupaten Cilacap selalu menekankan pentingnya jalinan
hubungan baik dengan anak buah, agar guru merasa nyaman dalam bekerja dan
selalu meningkatkan prestasi guru dalam proses pembelajaran. Hal demikian
menyebakan komitmen afektif guru meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simons
(2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi. Dalam
penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya kepemimpinan
berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya kepemimpinan
individu dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap
komitmen affektif, sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi motivasi
berpengaruh signifikan dan positif dengan komitmen normatif. Namun demikian,
relation oriented dan task oriented menunjukan korelasi yang negatif dengan
komitmen kontinuan. Hal yang sama juga Cohen, A., & Kirchmeyer, C. (1995)
menyimpulan bahwa gaya kepemimpinan berbasis relasi mempunyai hubungan
positip dan tidak begitu kuat dengan komitmen affektif dan normatif. Hal ini berarti
bahwa perilaku kepemimpinan yang melibatkan kepercayaan, membangkitkan visi
kebersamaan, menimbulkan antusiasme, mendorong kreativitas, menyediakan
pelatihan dan mengenali keberhasilan yang menjelaskan variasi bagaimana
karyawan merasa ingin atau harus bertahan dalam organisasi. Barbara B. Brown
(2003) dalam penelitiannya menunjukkan Relation Oriented Leadership Behaviors
berhubungan positif dan signifikan dengan komitmen affektif dan normatif. Task
Oriented Leadership Behaviors berhubungan negatif dengan komitmen normatif.
f) Pengaruh relation oriented leadership terhadap komitmen kontinuan
Hipotesis 6 yang menyatakan bahwa relation oriented leadership
berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen kontinuan diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simons
(2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi. Dalam
penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya kepemimpinan
berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya kepemimpinan
individu dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap
komitmen affektif, sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi motivasi
berpengaruh signifikan dan positif dengan komitmen normatif. Namun demikian,
relation oriented dan task oriented menunjukan korelasi yang negatif dengan
komitmen kontinuan. Hal sama juga penelitian Barbara B. Brown (2003)
penelitiannya menyimpulkan Relation Oriented Leadership Behaviors berhubungan
21
positif dan signifikan dengan komitmen affektif dan normatif. Task Oriented
Leadership Behaviors berhubungan negatif dengan komitmen normatif.
g) Pengaruh relation oriented leadership terhadap komitmen normatif
Hipotesis 7 yang menyatakan bahwa relation oriented leadership
berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen normatif diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cohen,
A., & Kirchmeyer, C. (1995) penelitiannya menyimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan berbasis relasi mempunyai hubungan positip dan tidak begitu kuat
dengan komitmen affektif dan normatif. Hal ini berarti bahwa perilaku
kepemimpinan yang melibatkan kepercayaan, membangkitkan visi kebersamaan,
menimbulkan antusiasme, mendorong kreativitas, menyediakan pelatihan dan
mengenali keberhasilan yang menjelaskan variasi bagaimana karyawan merasa
ingin atau harus bertahan dalam organisasi. Demikian juga penelitian Barbara B.
Brown (2003) menyimpulkan bahwa Relation Oriented Leadership Behaviors
berhubungan positif dan signifikan dengan komitmen affektif dan normatif. Task
Oriented Leadership Behaviors berhubungan negatif dengan komitmen normatif.
h) Pengaruh task oriented leadership terhadap komitmen afektif
Hipotesis 8 yang menyatakan bahwa task oriented leadership berpengaruh
positip dan signifikan terhadap komitmen afektif diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simons
(2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi. Dalam
penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya kepemimpinan
berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya kepemimpinan
individu dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap
komitmen affektif, sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi motivasi
berpengaruh signifikan dan positif dengan komitmen normatif. Namun demikian,
relation oriented dan task oriented menunjukan korelasi yang negatif dengan
komitmen kontinuan.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya yang melibatkan 361
karyawan yang bekerja di kota Charlottesville, Virginia meliputi delapan
departemen yang bervariasi dari segi teknis, ukuran, dan tingkat pendidikan.
Menunjukkan Relation-Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan
signifikan dengan komitmen affektif dan normatif. Task Oriented Leadership
Behaviors berhubungan negatif dengan komitmen normatif.
i) Pengaruh task oriented leadership terhadap komitmen kontinuan
Hipotesis 9 yang menyatakan bahwa task oriented leadership berpengaruh
positip dan signifikan terhadap komitmen kontinuan diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Berker
(1979) penelitiannya menunjukkan relations oriented leadership dan task oriented
leadership dengan diikut sertakan pegawai dalam pengambilan keputusan
mempunyai kadar yang tinggi komitmen organisasinya. DeCotiss dan Summers
(1987) Mengemukakan bahwa karyawan yang keterlibatannya tinggi dalam
pekerjaan atau task oriented leadership menunjukkan lebih besar tingkatan
komitmenya.
Simons (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen
22
organisasi. Dalam penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya
kepemimpinan berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya
kepemimpinan individu dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan
terhadap komitmen affektif, sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi
motivasi berpengaruh signifikan dan positif dengan komitmen normatif. Namun
demikian, relation oriented dan task oriented menunjukan korelasi yang negatif
dengan komitmen kontinuan.
j) Pengaruh task oriented leadership terhadap komitmen normatif
Hipotesis 10 yang menyatakan bahwa task oriented leadership berpengaruh
positip dan signifikan terhadap komitmen normatif diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simons
(2005) dalam penelitiannya menyimpulkan pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi. Dalam
penelitian yang sama memperlihatkan secara spesifik gaya kepemimpinan
berdasarkan relation oriented dan task oriented, seperti gaya kepemimpinan
individu dan inspirasional motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap
komitmen affektif, sementara gaya kepemimpinan karisma dan inspirasi motivasi
berpengaruh signifikan dan positif dengan komitmen normatif. Namun demikian,
relation oriented dan task oriented menunjukan korelasi yang negatif dengan
komitmen kontinuan.
Cohen, A., & Kirchmeyer, C. (1995) dalam penelitian berjudul A
multidimensional approach to the relations between organizational commitment
and nonwork participationm, menyimpulkan gaya kepemimpinan berbasis relasi
mempunyai hubungan positip dan tidak begitu kuat dengan komitmen affektif dan
normatif.
Barbara B. Brown (2003) dalam penelitiannya yang melibatkan 361
karyawan yang bekerja di kota Charlottesville, Virginia meliputi delapan
departemen yang bervariasi dari segi teknis, ukuran, dan tingkat pendidikan.
Menunjukkan Relation-Oriented Leadership Behaviors berhubungan positif dan
signifikan dengan komitmen affektif dan normatif. Task Oriented Leadership
Behaviors berhubungan negatif dengan komitmen normatif.
k) Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
Hipotesis 11 yang menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh
positip dan signifikan terhadap kepuasan kerja diterima. Peduli keadaan yang
terjadi di SLTA swasta Kabupaten Cilacap ternyata pimpinan selalu peduli
terhadap guru-guru disekolah yang dipimpinnya baik mengenai permasalahan
pribadinya maupun masalah dalam proses pembelajaran seperti kebutuhan sarpras
yang diperlukan pemimpin selalu mengusahakan untuk terpenuhi. Hal demikian
kepuasan guru semakin meningkat Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huang
Wu (2000) penelitiannya menyimpulkan bahwa bahwa budaya organisasi dari
badan bisnis publik akan berpengaruh pada komitmen organisasi dan kepuasan
kerja. Hal senada McKinnon et al., (2003) penelitiannya menyimpulkan nilai-nilai
budaya organisasi seperti penghargaan atas orang, inovasi, stabilitas dan
keagresifan, mempunyai asosiasi yang kuat dengan komitmen afektif, kepuasan
kerja dan pembagian informasi. Penelitian Chang dan Lee (2007) menemukan
bahwa, budaya organisasi mempunyai pengaruh positif pada kepuasan kerja
23
karyawan. Yang et al., (2010) penelitiannya menunjukkan bahwa budaya organisasi
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepuasan kerja dan komitmen afektif.
l) Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen afektif
Hipotesis 12 yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positip
dan signifikan terhadap komitmen afektif diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik et
al., (2010) penelitiannya menemukan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh
yang positif terhadap komitmen organisasi baik afektif, kontinuan dan normative.
Hal yang sama juga penelitian Tsai et al., (2010) menyimpulkan bahwa job stress,
empowerment, internal marketing dan kepemimpinan mempunyai pengaruh
terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi serta kepuasan kerja mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi dan kinerja
pekerja. Hal yang sama penelitian Azeem (2010) menyimpulkan bahwa semua
indikator kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen
baik afektif, kontinuan dan normatif.
m) Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen kontinuan
Hipotesis 13 yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positip
dan signifikan terhadap komitmen kontinuan diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik et
al (2010) penelitiannya pada tenaga pengajar public sector universitas di Pakistan
dengan menggunakan sampel 650 tenaga pengajar sebagai responden menemukan
bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen
organisasi baik afektif, kontinuan dan normative. Hal yang sama juga penelitian
Tsai et al (2010) menyimpulkan bahwa job stress, empowerment, internal
marketing dan kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja dan
komitmen organisasi serta kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pekerja. Hal yang sama
penelitian Azeem (2010) menyimpulkan bahwa semua indikator kepuasan kerja
mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen baik afektif, kontinuan dan
normative.
n) Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen normatif
Hipotesis 14 yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positip
dan signifikan terhadap komitmen normatif diterima
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik et
al., (2010) penelitiannya menemukan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh
yang positif terhadap komitmen organisasi baik afektif, kontinuan dan normative.
Hal yang sama juga penelitian Tsai et al., (2010) menyimpulkan bahwa job stress,
empowerment, internal marketing dan kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi serta kepuasan kerja mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi dan kinerja
pekerja. Hal yang sama penelitian Azeem (2010) menyimpulkan bahwa semua
indicator kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen
baik afektif, kontinuan dan normative.
Dari pembahasan tersebut diatas dapat diketahui bahwa relation oriented leadership
dan task oriented leadership mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap budaya
organisasi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Namun pengaruh terhadap kepuasan
24
kerja hanya relation oriented leadership, sedangkan task oriented leadership mempunyai
pengaruh positif dan tidak signifikan. Task oriented leadership mempunyai pengaruh lebih
besar dibanding dengan relation oriented leadership dalam pembentukan komitmen
organisasi.
3. Keterbatasan
Setiap penelitian tidak luput dari suatu kelemahan dan keterbatasan, termasuk
penelitian ini. Dari hasil pembahasan tesis ini maka dapat disampaikan beberapa
keterbatasan penelitian sebagai berikut :
1. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan SEM, terdapat 1 kriteria dalam model
yang berada pada penilaian marginal yaitu GFI (0,858) dan AGFI (0,834).
2. Adanya keterbatasan waktu karena padatnya jam kerja guru-guru SLTA swasta di
Kabupaten Cilacap sehingga data yang di peroleh tidak maksimal.
25
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah :
1. Relation orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap budaya
organisasi. Artinya semakin baik Relation orientation leadership semakin baik
budaya organisasi SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
2. Task orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap budaya
oganisasi. Artinya semakin baik task orientation leadership semakin rtinggi bdaya
organisasi SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
3. Relation orientation leadership berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja. Artinya semakin baik Relation orientation leadership semakin tinggi pula
kepuasan kerja guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
4. Task orientation leadership berpengaruh positip dan tidak signifikan terhadap
kepuasan kerja. Artinya semakin baik task orientation leadership kepuasan kerja guru
SLTA swasta di Kabupaten Cilacap tidak semakin tinggi.
5. Relation orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen
afektif. Artinya semakin baik Relation orientation leadership semakin tinggi
komitmen afektif guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
6. Relation orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen
kontinuan. Artinya semakin baik Relation orientation leadership semakin tinggi
komitmen kontinuan guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
7. Relation orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen
normatif. Artinya semakin baik Relation orientation leadership semakin tinggi
komitmen normatif guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
8. Task orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen
afektif. Artinya semakin baik task orientation leadership semakin tinggi komitmen
afektif guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
9. Task orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen
kontinuan. Artinya semakin baik task orientation leadership semakin tinggi
komitmen kontinuan guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
10. Task orientation leadership berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen
normatif. Artinya semakin baik task orientation leadership semakin tinggi komitmen
normatif guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
11. Budaya organisasi berpengaruh positip dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Artinya
semakin baik budaya organisasi semakin tinggi kepuasan kerja guru SLTA swasta di
Kabupaten Cilacap.
12. Kepuasan kerja berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen afektif. Artinya
semakin tinggi kepuasan kerja semakin tinggi komitmen afektif guru SLTA swasta di
Kabupaten Cilacap.
13. Kepuasan kerja berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen kontinuan.
Artinya semakin tinggi kepuasan kerja semakin tinggi komitmen kontinuan guru SLTA swasta di Kabupaten Cilacap.
14. Kepuasan kerja berpengaruh positip dan signifikan terhadap komitmen normatif.
Artinya semakin tinggi kepuasan kerja semakin tinggi komitmen normatif guru SLTA
swasta di Kabupaten Cilacap.
B. Implikasi Manajerial
Berdasarkan kesimpulan di atas, untuk meningkatkan komitmen organisasi maka
relation oriented leadership, task oriented leadership, budaya organisasi serta kepuasan
kerja guru harus ditingkatkan dengan cara meningkatkan indikator-indikator : budaya
26
kerja karena memiliki pengaruh dominan terhadap kepuasan kerja di samping itu relation
oriented leadership karena memiliki pengaruh lebih besar dibanding task oriented
leadership. Meskipun secara umum rata-rata jawaban responden terhadap variabel-
variabel tersebut termasuk kategori tinggi, akan tetapi ada sebagian responden yang
memilih jawaban 1 sampai 4 dari skala 1-7. Dengan demikian upaya perbaikan sebaiknya
difokuskan pada item yang masih mendapat penilaian rendah dari responden.
C. Implikasi Untuk Penelitian Mendatang
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan yang ada pada penelitian ini segi
model struktural yang digunakan, model ini sudah baik dilihat dari uji cofirmatory dan
goodness-of-fit, akan tetapi sebaiknya penelitian terhadap komitmen organisasi perlu
menggali lebih banyak variabel maupun indikator-indikator yang digunakan. Penelitian
mendatang juga dapat mempertimbangkan obyek penelitian yang akan digunakan bukan
saja pada lembaga pendidikan swasta dapat dikembangkan pada lembaga pendidikan negeri maupun bidang lain baik sektor publik maupun swasta.
27
DAFTAR PUSTAKA
Allen, N. and Meyer, J. (1990), “The measurement and antecedents of affective, normative
and continuance commitment to the organization”, Journal of Occupational
Psychology, Vol. 63, pp. 1-18.
Abdel Nervana and Gheith Rahman, 2010, Reconstructing Organization Culture through
Enforcing Head Nurses Transformational Leadership Style, Australian Journal
of Basic and Applied Sciences, 4(6): 1288-1296
Argyris, Chris. (1998). Empowerment: The Emperor's New Clothes. Harvard Business
Review, 76, pp. 98-106.
Azeem Syed Mohammad, 2010, Job Satisfaction and Organizational Commitment among
Employees in the Sultanate of Oman, Scientific Research journal of Psychology,
2010, 1, 295-299
Bass, B.M., & Avolio, B.J., (1990), Transformational Leadership Development: Manual for
the Multifactor leadership Questionnaire. California: Consulting Psychologists
Press.
Bass, Bernard M and Avolio, Bruce J, 1993, “Tansformational Leadership And
Organizational Culture,” Public Administration Quarterly, 17:1, 112-121.
Barbara B. Brown, (2003), Employees Organizational Commitment and Their Perception of
Supervisors Relationship-Oriented and Task-Oriented Leadership Behaviors,
Dissertation, Virginia Polytechnic Institute and State University.
Barbara B. Brown, (2003), Employees Organizational Commitment and Their Perception of
Supervisors Relationship-Oriented and Task-Oriented Leadership Behaviors,
Dissertation, Virginia Polytechnic Institute and State University.
Chang, S. C., & Lee, M. S. (2007). A study on relationship among leadership, organizational
culture, the operation of learning organization and employees’job satisfaction.
The Learning Organization, 14(2), 155-185.
Cahyono, Dwi, Ghozali I., 2002, Pengaruh Jabatan, Budaya Organisasional, dan Konflik
Peran Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi, Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 3.
Cummings G.G., Tara MacGregor T., Davey Mandy, Lee H., Wongd H., Lo Eliza, Melanie Muise M., Stafford Erin, 2009. Leadership tyles and outcome patterns for the
nursing workforce and work environment: A systematic review, International
Journal of Nursing Studies, NS-1547; No of Pages 23
Cohen, A. and Kirchmeyer, C. 1995, A multidimensiona l approach to the relation between
organizational commitment and non-work participation, Journal of Vocational
Behavior , 46, 189 - 202.
28
Conger, J.A., & Kanungo, R.N., (1987), “Toward a Behavioral Theory of Charismatic
Leadership in Organizational Setting”, Academy of Management Review, 12(4):
637-647.
Davis S., 1984, Managing Corporate Culture, Cambridge, MA: Belinger.
Dessler, Gary, 2004, Organization and Management. Reston Publishing Company Inc.
Virginia.
DeCotiis, T. & Summers, T. (1987). A path analysis of a model of the antecedents and
consequences of organizational commitment. Human Relations, 40,445.
Daft, R.L. (2005), The Leadership Experience, 3rd ed., Thomson-Southwestern, Vancouver.
DeCotiis, T. and Summers, T. (1987), “A path analysis of a model of the
antecedents and consequences of organizational commitment”, Human Relations,
Vol. 40 No. 7, pp. 445-70.
Deluga, R.J. (1988a), “Relationship of transformational and transactional leadership with
employee influencing strategies”, Group and Organization Studies, Vol. 13 No.
4, pp. 456-67.
Deluga, R.J. (1988b), “The politics of leadership: the relationship between task-people
leadership and subordinate influence”, Journal of Organizational Behavior, Vol.
9 No. 4, pp. 359-66.
Duygulu Ethem dan Ozeren Emir (2009) The effects of leadership styles and organizational
culture on firm’s innovativeness. African Journal of Business Management
Vol.3 (9), pp. 475-485
Ferdinand. Augusty. (2005), Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Gibson, James L., Jhon M. Ivancevich & Janes H. Donelly. 2000. Organizational Behavior
Structure-Process, Boston: Seventh Edition. Erwin Homewood.
Grenberg dan Baron, 2003, “Assesing Construct Validity in Organizational Researh,
Administrative Scince Quartely.
Hofstede, Geerts. 1994. Cultures And Organizations: Software Of The Mind. London:
HarperCollinsPublishers
Harris S. G. & Mossholder K. W, 1996, “The Effective Implication of Perceived Congruence
with Cultural Dimensions During Organizational Transformation”, Journal of
Management, 22, 527-547.
Hair, J. F., Anderson, R. E., Tatham, R. L., & Black, W. C. (1996), Multivariate Data
Analysis (Fourth ed. ). New Jersey: Prentice Hall.
Jewell, L.N & Siegell, M. (1998). Psikologi Industri/Organisasi Modern. Jakarta: Arcan.
Jermier, J. & Berkes, L. (1979). Leader behavior in a police command bureaucracy: A closer
look at the quasi-military model. Administrative Science Quarterly.
29
Kirk L. Rogga , 2001 “Human resource practices, organizational climate and employee
satisfaction”, Journal of Applied Psychology, 7. 15, 45-61
Kartono Kartini, 2005. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Edisi ke-satu, Cetakan ke-duabelas,
Rajawali Press, Jakarta.
Kotter, John P. and Heskett, James l., 1992, Corporate Culture and Performance, New York:
The Free Press, A Division of Mac Millan, Inc.
Kreitner, R. dan Kinicki, A, 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Salemba Empat,
Jakarta.
Luthans, Fred, 2006, “Perilaku Organisasi”, Edisi Sepuluh, Penerbit Andi, Yogyakarta
Malik Muhammad Ehsan, Dr. Samina Nawab, Basharat Naeem and Rizwan Qaiser Danish,
2010, Job Satisfaction and Organizational Commitment of University Teachers in
Public Sector of Pakistan, International Journal of Business and Management
Vol. 5, No. 6
Mathis Robert L dan Jackson John H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat.
McNeese-Smith, Donna, 1996, ”Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and
Organizational Commitment,” Hospital and Health Services Ad Vol. 41 No. 2, p.
160-175
McKinnon, J. L., Harrison, G. I., Chow, C. W., &Wu, A., 2003, Organizational culture:
Association with commitment, job satisfaction, propensity to remain, and
information sharing in Taiwan. International Journal of Business Studies, 11(1),
25-44.
Menon, M.E. and Christou, C. (2002). Perceptions of Future and Current Teachers on the
Organization of Elementary Schools: A Disonance Approach to the Investigation
of Job Satisfaction. Educational Research, 44 (1), 97-110.
Mowday RT, Porten LW, Steers RM (1982). Employee-Organization Linkage, New York:
Academic Press.
Pool, S.W. (1997), “The relationship of job satisfaction with substitutes of leadership,
leadership behaviour, and work motivation”, The Journal of Psychology, Vol. 13
No. 3, pp. 271-83.
Robbins, Stephen P, 2006, “Perilaku Organisasi, Edisi kesepuluh, PT Indeks Jakarta.
Samad Sarminah (2001) The Effects of Job Satisfaction on Organizational Commitment and
Job Performance Relationship: A Case of Managers in Malaysia’s Manufacturing
Companies, European Journal of Social Sciences – Volume 18, Number 4
Schermerhorn, John D., James G.Hunt, dan Richard N.Osborn, 2005, Organizational
Behavior, John Willwy and Son Inc.
30
Schimmoeller Leon J. (2010), Leadership Styles in Competing Organizational Cultures,
Leadership Review, Vol. 10, pp.125 – 141.
Simmons, E. S, 2005, ”Predictors of Organizational Commitment Among Staff in Assisted
Living” The Gerontologist, Vol. 45 No. 2, p.196-206
Smircich, L. (1983), “Concepts of culture and organizational effectiveness”, Administrative
Science Quarterly, Vol. 28 No. 3, pp. 339-58.
Steers, R.M. 1997. Antecedent and Outcomes of Organizational Commitment Administration
Science Quaterly. Journal of Organizational Behavior University of California,
Berkeley, Volume 22.
Scarnati, J. Scarnati, B. (2002). Empowerment: The Key to Quality, The TQM Magazine,
14(2), 110-119.
Stoner, James A.F; Freeman, R. Edward; Gilbert JR, Daniel. R, 1996, Manajemen, Jilid I,
PT Bhuana Ilmu Populer.
Schein, Edgar H, 2004, Organizational Culture and Leadership, Third Edition, Jossey –Bass
Publishers, San Francisco.
Suliyanto, 2006, Metode Riset Bisnis, Penerbit CV. Andi Offset, Yogyakarta
Tsai Ming-Chun Tsai, Cheng Ching-Chan and Chang Ya-Yuan, 2010, Drivers of hospitality
industry employees’ job satisfaction, organizational commitment and job
performance, African Journal of Business Management Vol. 4(18), pp. 4118-
4134
Wallach, E.J. (1983), “Individuals and organizations: the cultural match”, Training and
Development Journal, Vol. 37, pp. 29-36.
Warr, P., Cook, T; and Wall, T. (1979), Scales for the measurement of some work attitudes
aspects of psychological well-being, Journal of occupational Psychology, Vol. 92.
Pp. 129-148
Yiing Lee Huey and Zaman Kamarul Bin Ahmad, 2009, The moderating effects of
organizational culture on the relationships between leadership behaviour and
organizational commitment and between organizational commitment and job
satisfaction and performance, Leadership & Organization, Development Journal
, Vol. 30 No. 1, 2009 pp. 53-86
Yang Hsieh-Hua, Huang Fen Fen, Lai Yi-Horng, Hsieh Chi-Jen, Liao Yu-Sheng, Chao Wan-
Ching, Chen Shu-Fen, 2010, Perceived Organizational Culture, Professional
Commitment, Advice Network and Job Satisfaction of Novice Nurses, WSEAS
Transactions On Communications, Issue 9, Volume 9
Yukl, Gary, 2005, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi kelima, PT Indeks, Jakarta.