1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kesehatan pernafasan merupakan penyakit yang sering di derita oleh semua umur dari anak kecil sampai lansia, mulai dari penyumbatan pernafasan (pilek) sampai penyakit yang menganggu pernapasan misalnya, bronkitis, pneumonia, asma, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), bahkan Ca bronkogenik, dan lain-lain. Polusi mengganggu sistem pernapasan bila terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran pernapasan merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh sering di sebabkan oleh polusi udara yang mengandung karbondioksida (CO2) dan polutan-polutan lain dengan partikel besar ataupun kecil merupakan zat yang bisa sangat berpotensi menganggu sistem pernapasan. (Napitupulu dan Resosudarmo, 2004) Polusi udara yang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan reaksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan kesehatan pernafasan merupakan penyakit yang sering
di derita oleh semua umur dari anak kecil sampai lansia, mulai dari
penyumbatan pernafasan (pilek) sampai penyakit yang menganggu
pernapasan misalnya, bronkitis, pneumonia, asma, penyakit paru obstruksi
menahun (PPOM), bahkan Ca bronkogenik, dan lain-lain. Polusi mengganggu
sistem pernapasan bila terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran
pernapasan merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh
sering di sebabkan oleh polusi udara yang mengandung karbondioksida
(CO2) dan polutan-polutan lain dengan partikel besar ataupun kecil
merupakan zat yang bisa sangat berpotensi menganggu sistem pernapasan.
(Napitupulu dan Resosudarmo, 2004)
Polusi udara yang sumbernya paling banyak dari kendaraan
bermotor dapat menimbulkan reaksi radang atau inflamasi, sesak napas,
kekambuhan asma, menurunnya sistem pertahanan tubuh (menekan fungsi
alveolar makrofag pada paru), bahkan sampai pada Ca bronkogenik.
Gangguan pernapasan yang di akibatkan oleh partikel substansi fisik, kimia,
atau biologis di udara yang mengganggu sistem pernapasan. Jika partikulat
besar, maka penetrasinya hanya sampai saluran penapasan atas, sedangkan
partikulat yang lebih kecil penetrasinya sampai pada paru-paru dan di serap
oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa zat
2
pencemar di kategorikan toksik dan karsinogenik. Sedangkan kekabuhan
penyakit asma semakin besar potensinya bila terpapar langsung dengan asap
kendaraan polusi udara. (sudrajad, 2006)
Dari data epidemologis menunjukkan peningkatan kematian serta
eksaserbasi atau serangan yang membutuhkan perawatan rumah sakit pada
pasien dengan gangguan pernapasan yang meliputi asma (sesak napas),
bronkhitis, pneumonia, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM). Pada
anak-anak dan orang tua rentan terhadap terserang penyakit tersebut jika
sering berkontak langsung polusi udara. (www/http:avaaila-
shop.blogspot.com).
Statistik badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2004, penyandang
asma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus
bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun. Dari tahun 2008 diperkirakan 1,3
juta penduduk kota meninggal lebih dini akibat penyakit yang di timbulkan
polusi udara. Seandainya peraturan ketat WHO mengenai ambang batas kadar
udara bersih diterapkan, hampir 1,1 juta kematian dapat dihindari. Suatu
jumlah yang sangat signifikan dari sudut pandang kesehatan masyarakat.
Menurut WHO di Indonesia merupakan salah satu negara dengan polusi
tertinggi di dunia dengan kadar 111 mikrogram per kubik di kota besar, jauh
dari peraturan yang di tetapakan WHO yaitu 20 mikrogram per meter kubik.
Pada tahun 2003 di Indonesia terjadi 31 juta gejala penyakit saluran
pernapasan terdiri dari : 1400 kasus kematian bayi premature, 2000 kasus
rawat di RS, 49.000 kunjungan ke gawat darurat, 600.000 serangan asma,
124.000 kasus bronchitis pada anak dan lain-lain. Kota-kota di Indonesia
b. Ingestan, masuk melalui mulut1. Makanan 2. obat-obatan
c. Kontaktan, melalui kontak dengan kulit1. Perhiasan2. Logam3. jam tangan
2. Perubahan cuaca3. Stress4. Lingkungan kerja5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
30
Keterangan :
: Variabel yang di teliti
: Variabel yang tidak di teliti
Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian : Hubungan Kontak Langsung dengan Polutan terhadap tingkat kekambuhan Asma di area Gunung Gumitir tahun 2012.
Kerangka konsep adalah konsep yang di pakai sebagai landasan
berfikir dalam kegiatan ilmu. (Nursalam, 2011:56)
Dari kerangka konsep di atas dapat di simpulkan bahwa ada
hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap terjadinya asma.
Sehingga untuk mengetahui masalah tersebut peneliti berusaha mencari
adakah hubungan kontak dengan polutan terhadap terjadinya asma.
2.5 Hipotesis
Menurut Nursalam (2011:56), hipotesis adalah jawaban sementara
dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipotesis dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe yaitu antara lain:
2.5.1 Hipotesis alternatif (Ha/Hi)
31
Dalam penelitian ini ada hubungan kontak langsung dengan
polutan terhadap tingkat kekambuhan asma di Gunung Gumitir.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penutupan peneliti pada
seluruh proses penelitian (Nursalam, 2011).
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “korelasi”
yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu
situasi atau kelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara gejala atau variabel satu dengan variabel yang lain (Soekidjo,
2002:142).
32
Rancangan atau desain penelitian adalah suatu strategi penelitian
dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir
pengumpulan data dan digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana
penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2011).
Desain penelitian yang di gunakan adalah Rancangan penelitian yang
digunakan adalah ”cross sectional” yaitu jenis penelitian yang menekankan
pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali, pada satu saat. (Nursalam, 2011).
3.2 Waktu Penelitian dan Tempat penelitian
3.2.1 Lokasi
Tempat penelitian di lakukan di Gunung Gumitir, dan mencari
informasi data dari puskesmas Kalibaru.
3.2.2 Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini waktu penelitian dibagi menjadi dua tahap
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan yang meliputi:
1. Penyusunan proposal : Desember - Maret 2012
2. Seminar proposal : April 2012
b. Tahap pelaksanaan yang meliputi:
33
1) Pengajuan iji : Januari 2012
2) Pengumpulan data : Januari - Februari 2012
3.3 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan tahapan dalam suatu penelitian. Pada
kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan
digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2003:212)
Kerangka kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Populasi: Semua orang yang ada di Gunung Gumitir
Sampel: Sebagian orang yang ada di area Gunung Gumitir yang sesuai kriteria inklusi
Sampling: Purposive sampling
Desain Penelitian : Korelatif
Pengumpulan Data : Kuesioner & observasi
Analisa data: Analisa data: coding, editing, scoring, tabulating, uji statistik uji chi square
Hasil penelitian
Laporan penelitian
34
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Kontak Langsung Dengan Polutan Terhadap Tingkat Kekambuhan Asma Di Gunung Gumitir
3.4 Sampling Desain
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di
tetapkan (Nursalam, 2011:89)
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah orang yang ada di
Gunung Gumitir sebanyak 65 orang.
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
populasi terjangkau yang dapat di gunakan sebagai subjek penelitian
melalui sampling. (Nursalam, 2011:91)
35
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah orang yang ada di
Gunung Gumitir dan yang menderita asma sebanyak 56 orang.
3.4.2.1 Kriteria Sampel meliputi:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti
(Nursalam, 2011:92).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
1. Semua orang yang berada di Gunung Gumitir
2. Orang penderita asma dan penyakit pernapasan lain
setelah berada di Gunung Gumitir
3. Orang yang setiap hari memungkinkan terkena paparan
polutan
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena beberapa
sebab (Nursalam, 2011:92).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
1. Orang yang menderita asma sebelum berada di Gunung
Gumitir.
2. Orang yang berada di Gunung Gumitir tidak menderita
asma
3.4.2.2 Besar Sampel
36
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di
teliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh
populasi. Dalam penelitian kriteria sampel meliputi kriteria
inklusi dan kriteria ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan
dapat dan tidaknya sampel yang tersebut di gunakan.
Menurut Aziz alimul, 2011 berikut ini adalah hal-hal
yang harus di pertimbangkan ketika peneliti akan menentukan
sampel penelitiannya :
1. Probabilitas
2. Standart Error
3. Distribusi Teoritis
Dalam menentukan besar sampel terdapat beberapa ha
yang harus di perhatikan, di antaranya adalah: jenis dan
rancangan penelitian, tujuan penelitian jumlah populasi atau
sampel, teknik sampling, jenis (skala pengukuran) data (variabel
dependen), tingkat kepercayaan atau ketelitian penyimpangan
yang masih dapat di toleransi. Desain penelitian yang di pilih
dalam penelitian akan menentukan perlu tidaknya penggunaan
metode sampling. Hal ini berkaitan dengan perlu tidaknya
menggunakan rumus untuk menentukan besar sampel.
Berikut merupakan cara menentukan besar sampel yaitu
dengan menggunakan rumus besar sampel :
Nn = N. (d)² + 1
37
Dimana n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (alpha)=0,05
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah :
65n =
65. (0,05)² + 1
n = 55,913 responden
n = 56 responden
“Besar sampel yang di gunakan adalah 56 responden”
3.4.3 Tehnik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi, teknik sampling merupakan cara yang di
tempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai denagn keseluruhan objek penelitian. (Nursalam,
2011).
Pada peneliti ini menggunakan “purposive sampling” yaitu
pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti yakni memilih
sampel sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah
dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011 : 94).
Pengambilan sampel dilakukan di Gunung Gumitir Kalibaru
meliputi semua orang yang memenuhi kriteria inklusi.
3.5 Identifikasi Variabel
38
Variabel adalah konsep dari berbagai level dari abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitator untuk pengukuran atau manipulasi data
suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam penelitian dapat konkret dan
secara langsung bisa diukur (Nursalam, 2011:97).
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
3.5.1 Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya
menentukan variabel lainnya. Suatu kegiatan manipulasi oleh peneliti
menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (terikat) (Nursalam,
2011:97).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kontak langsung
dengan polutan.
3.5.2 Varibel dependen (Terikat)
Varibel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen merupakan faktor
yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan dari
variabel bebas (Nursalam, 2011:98).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian asma.
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabel Definisi
operasionalIndikator Alat ukur Skala
DataSkor
39
Bebas:
Kontak langsung dengan polutan
Terikat :
Tingkat kejadian asma
Polutan merupakan suatu zat yang di hasilkan oleh sisa pembakaran emisi gas buang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan reaksi radang atau inflamasi, sesak napas, penyakit asma (kekambuhan asma),
Asma bronkiale adalah penyakit alergi akibat reaksi hipersensitivitas, peningkatan respon dari trakea dan bronkus akibat bermacam-macam rangsangan, ditandai dengan inflamasi dan penyempitan bronkus akibat respon bronkokontriksi
1. Prosentase terkena polutan penuha. Terkena banyak
polutanb. Terkena polutan lebih
dari 8 jam seharic. Istirahat terhindar
dari polutan kurang 1 jam dalam sehari
2. Prosentase terkena polutan sebagiana. Menghirup udara dan
polutanb. Terkena polutan
sekitar 4 jam seharic. Istirahat menghindari
polutan 1 sampai 3 jam sehari
3. Jarang terkena polutan atau kontak hubungan dengan polutan sedikita. Kadang-kadang
terkena polutanb. 2 kali/hari dalam
semingguc. Istirahat dan terhindar
dari polutan lebih dari 4 jam sehari
1. Asma intermitana. Gejala intermiten
(kurang dari sekali seminggu)
b. Serangan singkat (beberapa jam)
c. Gejala asma malam kurang dari 2 kali sebulan
d. Serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal.
2. Asma persisten ringana. Gejala lebih dari satu
kali seminggu, b. Serangan mengganggu
aktifitas dan tidur
Kuesioner /Observasi
Kuesioner
Ordinal
Ordinal
Terkena polutan penuh >8 jam perhari= 3
Terkena polutan < 4 jam perhari = 2
Setiap Seminggu 2x = 1
a. Asma berat = 4
b. Asma sedang =3
c. Asma berat =2
d. Asma intermiten = 1
-
40
berlebihan terhadap berbagai rangsangan yang mengakibatkan sesak
c. Serangan asma malam lebih dari 2 kali setiap bulan
d. Serangan asma beberapa jam sampai hari
3. Asma persisten sedanga. Serangan mengganggu
aktifitas dan tidurb. Serangan asma pada
malam hari lebih dari satu kali seminggu
c. Gejala setiap harid. Serangan dalam
hitungan jam sampai hari secara terus-menerus
4. Asma persisten berata. Gejala terus menerus,
sering mendapat serangan
b. Gejala asma malam dan siang, aktifitas fisik terbatas karena gejala asma bronkiale.
c. Aktifitas fisik terbatas karena gejala asma
e. Serangan terus menerus sampai beberapa hari
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.7.1 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data sesuai dengan macam dan tujuan peneliti
(Notoatmodjo, 2010 : 152).
Instrumen penelitian untuk mengukur hubungan kontak dengan
polutan dengan menggunakan kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan
informatif. Sedangkan instrumen penelitian untuk mengukur tingkat
terjadinya asma dengan menggunakan lembar kuesioner.
41
3.7.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan cara peneliti untukmengumpulkan
data yang akan di lakukan dalam penelitian. (Aziz, 2011)
Pengumpulan data dilakukan melalui proses perijinan studi
pendahuluan dari puskesmas Kalibaru, sebagian besar dari populasi di
Gunung Gumitir adalah orang yang berasal dari kalibaru wilayah kerja
dari puskesmas Kalibaru. Kemudian saat penelitian pengumpulan data
dilakukan melalui kuesioner yang diisi oleh klien.
Sebagai kelengkapan data peneliti melihat buku catatan dan data
dari puskesmas Kalibaru.
3.7.3 Analisa Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi
arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian
(Moh.Nazir, 2005:346).
Dalam penelitian kuantitatif, perlu di tuliskan tentang jenis
statistik yang di pergunakan dalam pengolahan data. Alasan
penggunaan statistik yang di pilih, sumber rujukan yang di
pergunakan. (Aziz, 2011)
42
Dalam penelitian ini peneliti memilih uji statistik chi square
1. Coding
Memberikan kode pada setiap responden pertanyaan-pertanyaan
dan segala hal yang dianggap perlu
2. Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu.
Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah
dikumpulkan dalam daftar pertanyaan perlu dibaca sekali lagi dan
diperbaiki, jika di sana sini masih terdapat hal-hal yang salah atau
yang masih meragukan. (Moh. Nazir, 2005:346).
3. Scoring
Penentuan skor atau nilai untuk tiap item dalam penemuan skor
atau nilai ditentukan berdasarkan subyektifitas responden.
a. Kontak dengan polutan
Penilaian skor pada kontak langsung dengan polutan:
1. Setiap hari >8 jam = 3
2. Setiap hari <4 jam = 2
3. Seminggu 2 kali = 1
b. Tingkat Asma
Penilaian skor tingkat kejadian asma :
1. Asma berat = 4
2. Asma sedang = 3
43
3. Asma ringan = 2
4. Asma intermiten = 1
4. Tabulating
Tabulating merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang
terdiri dari beberapa baris & beberapa kolom. Tabel dapat di
gunakan untuk memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil
observasi, survey, atau penelitian hingga data mudah di baca dan di
mengerti. (Chandra Budiman, 2008:24)
5. Uji statistik
Peneliti mengunakan uji chi square karena data yang digunakan
adalah data ordinal. Bertujuan untuk mengetahui hubungan dua
variabel tergantung pada hasil uji normalitas data.
a. Uji chi square dengan menggunakan tabel kontingensi
Kontak langsung dengan polutan
kejadian ISPA
Terkena polutan penuh
Terkena polutan sebagian
Jarang terkena polutan/sedikit Total
Asma berat O1.1(eij) O1.2(eij) O1.3(eij) N1
Asma sedang O2.1(eij) O2.2(eij) O2.3(eij) N2
Asma ringan O3.1(eij) O3.2(eij) O3.3(eij) N3
44
Asma intermiten O4.1(eij) O4.2(eij) O4.3(eij) N4
Total N1 N2 N3 Grand Total
Tabel 3.3: Tabel kontingensi hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap tingkat kekambuhan asma.
b. Kemudian dilakukan penghitungan uji chi square
X2= ∑i. ∑j (oij-eij) 2 , Dimana rumus eij = (n.i - n.j) 2 eij n
Keterangan :
eij : nilai yang diharapkan
Oij : nilai yang diobservasi
ni : jumlah n baris
nj : jumlah n kolom
X2 : koefisien chi square
c. Hitung atau lakukan uji koefisien kontingensi
Dengan rumus :
C = N + X2
X2
Keterangan :
C : koefisien kontingensi
s X2 : hasil chi square
N : populasi
45
d. Untuk menguji signifikasi koefisien, dapat dilakukan dengan
membandingkan harga chi square hitung yang ditemukan
dengan chi square tabel pada taraf kesalahan (df) tertentu.
Harga (df) = (b-1) (k-1) dimana b= jumlah baris, k= jumlah
kolom, a= 0,05
e. Perumusan hipotesis
Ho : tidak berpengaruh alternatif pada baris dan kolom
Ha : ada pengaruh antara alternatif pada baris dan kolom
daerah penolakan hipotesis.
Daerah penolakan
Ho ditolak, Ha diterima bila x2> x2 α, df = (k-1)(b-1)
Ha ditolak, Ho diterima bila x2 > x2 α, df = (k-1)(b-1)
3.8 Etika Penelitian
3.8.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
(Aziz, 2011)
Tujuan informed consent:
a. Agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.
46
b. Jika subjek bersedia maka media harus menandatangani lembar
persetujuan.
c. Jika responden tidak tersedia maka peneliti harus menghormati hak
responden dan tidak memaksakan keputusan responden.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut
antara lain:
a. Partisipasi responden
b. Tujuan dilakukannya tindakan
c. Jenis data yang dibutuhkan
d. Komitmen
e. Prosedur pelaksanaan
f. Potensial masalah yang terjadi
g. Manfaat
h. Kerahasiaan
i. Informasi yang mudah di hubungi (Aziz, 2011)
3.8.2 Anonimity
Masalah ini merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan (Aziz, 2011)
3.8.3 Confidentiality
47
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang yelah di kumpulkan di jamin
kerahasiaanya oleh peneliti. Penyajian data atau riset hanya