BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi kematian maternal yaitu adanya komplikasi-komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan maupun nifas. Salah satu contoh komplikasi tersebut yaitu terjadinya perdarahan pada saat kehamilan atau disebut perdarahan antepartum. Perdarahan ini salah satunya disebabkan oleh Plasenta Previa. Plasenta previa terjadi karena adanya kelainan implantasi plasenta yang dapat menyebabkan tertutupnya sebagian atau seluruh jalan lahir. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum siapnya endometrium untuk menerima implantasi. Selain faktor tersebut diatas maih banyak faktor penyebab terjadinya plasenta previa lainnya. Disamping itu komplikasi plasenta previa juga mempunyai pengaruh pada proses kehamilan dan persalinan. Sebagai seorang perawat hendaknya kita dapat memahami hal-hal tersebut termasuk diagnosa plasenta previa, jenis- jenis dari plasenta previa, komplikasi apa saja yang dapat terjadi dari plasenta previa. Dan juga perencanaan dan penanganan seperti apa yang boleh kita lakukan agar ibu dan janin tetap dapat selamat sehingga angka kematian maternal dan neonatal menjadi turun. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang mempengaruhi kematian maternal yaitu adanya
komplikasi-komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan maupun
nifas. Salah satu contoh komplikasi tersebut yaitu terjadinya perdarahan pada
saat kehamilan atau disebut perdarahan antepartum. Perdarahan ini salah
satunya disebabkan oleh Plasenta Previa.
Plasenta previa terjadi karena adanya kelainan implantasi plasenta yang
dapat menyebabkan tertutupnya sebagian atau seluruh jalan lahir. Salah satu
faktor penyebabnya adalah belum siapnya endometrium untuk menerima
implantasi. Selain faktor tersebut diatas maih banyak faktor penyebab terjadinya
plasenta previa lainnya. Disamping itu komplikasi plasenta previa juga
mempunyai pengaruh pada proses kehamilan dan persalinan.
Sebagai seorang perawat hendaknya kita dapat memahami hal-hal tersebut
termasuk diagnosa plasenta previa, jenis-jenis dari plasenta previa, komplikasi
apa saja yang dapat terjadi dari plasenta previa. Dan juga perencanaan dan
penanganan seperti apa yang boleh kita lakukan agar ibu dan janin tetap dapat
selamat sehingga angka kematian maternal dan neonatal menjadi turun.
Oleh karena itulah, pada makalah ini kami akan mencoba membahas
asuhan keperawatan pada pasien dengan plasenta previa yang akan kami coba
ulas dari segi tinjauan teori maupun tinjauan kasus.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk.
1. Memenuhi tugas belajar mengajar pada mata kuliah Sistem Reproduksi 2
2. Guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat
memahami dan mengerti tentang placenta previa beserta asuhan
keperawatannya.
1
1.3 Manfaat
Dengan penyusunan makalah ini para pembaca dapat mengetahui dan
memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan plasenta
prvia.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, kami membahas mengeanai asuhan
keperawatan pada pasien dengan placenta previa.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 4 bab yaitu sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, yang terdiri dari definisi, etiologi, patofisiologi,
manifetasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan,pemeriksaan diagnostik dan
asuhan keperawatan.
BAB III : Pembahasan Kasus yang terdiri dari definisi, etiologi, patofisiologi,
manifetasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik dan
analisa data dan asuhan keperawatan
BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Teoritis
2.1.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).
Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang
ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud
plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali
hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi
plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. Sedangkan
plasenta previa totalis ada beberapa pengertian yaitu :
Plasenta previa totalis adalah plasenta menutupi ostium uteri internum
pada pembukaan 4 cm atau bila pusat plasenta bersamaan dengan sentral
kanalis servikalis (Manuaba, 2008 ).\
Plasenta previa totalis adalah apabila ostium internum serviks tertutup
sama sekali oleh plasenta (Risdingrum. R, 2008).
3
2.1.2 Etiologi
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4
derajat yaitu :
1. Total bila menutup seluruh serviks
2. Partial bila menutup sebagian serviks
3. Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta).
4
4. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
6. Perdarahan berulang
7. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
8. Timbulnya perlahan-lahan
9. Waktu terjadinya saat hamil
10. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
11. Denyut jantung janin ada
12. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
13. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
2.1.4 Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
Kehamilan kembar (gamelli).
Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
Malnutrisi ibu hamil.
5
Melebarnya plasenta karena gamelli.
Bekas seksio sesarea.
Sering dijumpai pada grandemultipara.
3. Terlambat implantasi :
Endometrium fundus kurang subur.
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula
yang siap untuk nidasi.
2.1.5 Klasifikasi
a. Tipe I, berdasarkan letak rendah dibedakan menjadi :
1. Lokasi lebih banyak pada segmen atas uterus.
2. Persalinan pervaginam mungkin dapat dilakukan.
3. Perdarahan selalu sedikit.
4. Kondisi ibu dan janin biasanya baik.
5. Pinggir plasenta tidak menyentuh ostium uteri internum.
b. Tipe II (Marginalis)
1. Plasenta previa berlokasi pada segmen bawah dekat ostium uteri
internum (menyentuh sedikit).
2. Persalinan pervaginam mungkin dapat dilakukan pada bagian anterior.
3. Perdarahan selalu banyak walaupun komdisi ibu dan bayi akan
bervariasi.
4. Hpoksia janin lebih sering disbanding syok bagi ibu.
c. Tipe III (Parsialis)
1. Lokasi plasenta pada ostium internum tapi tidak persis di tengah-tengah.
2. Perdarahan biasanya hebat khusus pada saat segmen bawah rahim
(SBR) dan serviks mulai tertarik dan dilatasi pada akhir kehamilan.
3. Tidak mungkin persalinan pervaginam, oleh karena plasenta berada di
depan janin di jalan lahir.
4. Menutupi seluruh ostium internum tapi hanya sebagian mulut rahim.
d. Tipe IV (Totalis)
6
1. Lokasi plasenta tepat di tengah-tengah diatas ostium uteri internum dan
menutupi seluruh jalan lahir atau mulut rahim.
2. Perdarahan hebat terjadi.
3. Tidak mungkin persalinan pervaginam.
4. Seksio sesarea esensial untuk menyelamatkan ibu.
7
Segmen uterus mengalamai perubahan
Perdarahan
Pelebarab segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
Ansietas
Terlepasnya plasentaSinus uterus robek
Ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
Risikon Kematian Pada Janin
Hipoksia pada janin
Suplai O2 ke janin turun
Resti Fetal Distress
Kurangnya pengetahuan tentang tindakan yang dilakukan
Syok hipovolemik
Kehilangan banyak darah
Kekurangan Volume Cairan
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2.1.6 Patofisologi
8
2.1.7 Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
Anemia karena perdarahan
Plasentitis
Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
Persalinan premature
Asfiksia berat
3. Komplikasi lain yaitu :
Prolaps tali pusat
Prolaps plasenta
Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan secara manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan.
Robekan-robekan pada janin lahir karena tindakan persalinan
Perdarahan post partum
Infeksi karena perdarahan banyak
Bayi prematur atau lahir mati (rustam mochtar, 1998:275)
Selain itu dapat juga terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan, plasentitis dan endometritis pasca persalinan. Pada janin
biasanya terjadi persalinan prematur dan komplikasi lainnya. Seperti asfiksia
berat (arif mansjoer, 2001:277)
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Konservatif bila :
Kehamilan kurang 37 minggu.
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan
selama 15 menit).
Perawatan konservatif berupa :
Istirahat.
Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
9
Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan
konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak
ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama.
b. Penanganan aktif bila :
Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
Anak mati
Penanganan aktif berupa :
Persalinan per vaginam.
Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
Plasenta previa marginalis
Plasenta previa letak rendah
Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
c. Penanganan (pasif)
Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah
sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat
ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone,
observasi teliti.
Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya tidak prematur
Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin
prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan
menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu
maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat,
pengurangan aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan
10
tersedianya segera terapi yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi
yang diberikan mencangkup infuse larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan
sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak saat dilahirkan. Penundaan
persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh meskipun
relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahan
utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks
yang dilakukan antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien
perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam
dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan
lewat bedah sesarea ada dua :
1. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti
2. Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks
yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa
totalis serta parsial.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
1) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan Radiografi, radioisotopi dan USG. Nilai diagnotisnya cukup
tinggi di tangan yang ahli, akan tetapi ibu dan janin pada pemeriksaan radiografi dan
radioisotopi masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang cukup tinggi pula sehingga
cara ini mulai ditinggalkan.
2) Ultrasonografi
Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan
bahaya radiasi bagi Ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
3) Pemeriksaan Darah
Berupa hemoglobin, hematokrit, waktu pembekuan darah (Manuaba, 1998). Bila
akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah,
waktu perdarahan dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan lainnya dilakukan atas
indikasi medis.
2.2 Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data-data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
11
mengenal masalah, kebutuhan, kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental sosial, dan lingkungan (Effendy, 1999)
Pengelompokan Data
Data Subjektif
Adanya keragu-raguan menggendong bayi
Mengungkapkan masalah/kesulitan koping terhadap situasi
Melepaskan nyeri insisi
Nyeri payudara
Tidak dapat tidur
Sakit kepala
Tidak dapat beraktivitas secara mandiri
A. Data umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
B. Keluhan utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
C. Riwayat kesehatan yang lalu
D. Riwayat kehamilan
-Haid terakhir
- Keluhan
- Imunisasi
E. Riwayat keluarga
- Riwayat penyakit ringan
- Penyakit berat
Keadaan psikososial
- Dukungan keluarga
- Pandangan terhadap kehamilan
F. Riwayat persalinan
G. Riwayat menstruasi
- Haid pertama
- Sirkulasi haid
- Lamanya haid
- Banyaknya darah haid
- Nyeri
- Haid terakhir
H. Riwayat perkawinan
- Status perkawinan
12
- Kawin pertama
- Lama kawin
Data Objektif
* Keragu-raguan berinteraksi dengan bayi
* Abdomen kembung
* Nyeri tekan payudara
* Ekspresi wajah meringis
* Tampak meringis
* ADL dibantu oleh perawat dan keluarga
Pemeriksaan fisik
1. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.
a. Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
- Laju pertumbuhan rambut berkurang.
b. Wajah
- Mata : pucat, anemis
- Hudung
- Gigi dan mulut
c. Leher
d. Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
e. Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
f. Abdomen
Palpasi abdomen :
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
13
g. Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick )
- Hipertropi epithelium
h. System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
2. Khusus
- Tinggi fundus uteri
- Posisi dan persentasi janin
- Panggul dan janin lahir
- Denyut jantung janin
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan inspekulo
- Pemeriksaan radio isotopic
- Ultrasonografi
- Pemeriksaan dalam
2. Analisa Data
No
.
Data Etiologi Masalah
1. DS :
Pasien
mengatakan
lemas.
Pasien
mengatakan
pusing.
DO :
Turgor kulit
menurun.
Anemis
Pasien tampak
lemah.
Perdarahan
Kehilangan banyak darah
Syok hipovolemik
Gangguan keseimbangan
cairan dan electrolit
Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume
cairan
14
2. DS :
Pasien
mengatakan ada
perdarahan.
Pasien
mengatakan
tidak ada nyeri
saat
perdarahan.
DO :
Perdarahan
Darah merah
segar
Tidak ada nyeri
saat perdarahan
Sinus uterus robek
Ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk
berkontraksi
perdarahan
kehilangan banyak darah
syok hipovolemik
Syok hipovolemik
3. DS :
Pasien
mengatakan
sekarang
gelisah.
Pasien
mengatakan
bingung dengan
tindakan yang
dilakukan.
DO :
Pasien tampak
cemas dan
gelisah
Pasien susah
tidur
Perdarahan
Kurangnya pengetahuan
entang tidakan yang dilakukan
Ansietas
Ansietas
4. DS :
DO :
Hipoksia pada
janin
Kondisi janin
Perdarahan
Suplai O2 ke janin menurun
Hipoksia pada janin
Risiko kematian pada
janin
15
lemah
Penurunan
detak jantung
janin
Risiko kematian pada janin
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
b. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
c. Ansietas berhungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tindakan yang
dilakukan.
d. Risiko kematian pada janin berhubungan dengan hipoksia pada janin
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasoinal
1 Ansietas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
terhadap tindakan
yang akan dilakukan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24jam ansietas
berkurang dan
dapat diatasi
dengan criteria
hasil :
-klien tidak banyak
bertanya
-klien tampak
tenang dalam
proses perawatan
-
1. Jelaskan
prosedur,
intervensi dan
tindakan yang
dilakukan pada
pasien.
2. Pertahankan
komunikasi
terbuka,
diskusikan
kemungkinan
efek samping
dan hasil,
pertahankan
sikap optimis.
3. Anjurkan pasien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
1. Membantu
dalam
memahami
kebutuhan
terhadap
prosedur ini.
2. Informasi yang
tepat akan
mengurangi
cemas pada
klien.
3. Klien dan
keluarganya
akan mersa
16
4. Libatkan
pasangan /
keluarga untuk
mendampingi
pasien.
5. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
sedatif bila
tindakan lain
tidak berhasil.
tenang dan
dapat
mengurangi
rasa cemas.
4. Klien akan
merasa tenang.
5. Sebagai langkah
tindakan yang
selanjutnya.
2 Kekurangan volume
cairan b/d
kehilangan vaskuler
berlebihan.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24jam
volume cairan
terpenuhi dengan
criteria hasil :
Mendemostrasikan
kestabilan /
perbaikan
keseimbangan
cairan yang
dibuktikan oleh
tanda-tanda vital
stabil
1. Evaluasi,
laporkan, dan
catat jumlah
serta jumlah
kehilangan
darah. Lakukan
perhitungan
pembalut
Timbang
pembalut
pengalas.
2. Lakukan tirah
baring.
Instuksikan klien
untuk
menghindari
Valsalva
manover dan
1. Perkiraan
kehilangan
darah
membantu
membedakan
diagnosa,
Setiap gram
peningkatan
berat pembalut
sama dengan
kehilangan kira-
kira 1 ml darah.
2. Perdarahan
dapat berhenti
dengan reduksi
aktivitas.
Peningkatan
tekanan
abdomen atau
17
koitus.
3. Posisikan klien
dengan tepat,
telentang
dengan panggul
ditinggikan atau
posisi semi –
fowler. Hindari
posisi
trendelenburg.
4. Catat tanda –
tanda vital
Penisian kapiler
pada dasar
kuku, warna
menbran
mukosa/ kulit
dan suhu. Ukur
tekanan vena
sentarl, bila ada
5. Hindari
pemeriksaan
rectal atau
vagina
orgasme ( yang
meningkatkan
aktivitas uterus)
dapat
meransang
perdarahan
3. Menjamin
keadekuatan
darah yang
tersedia untuk
otak;
peninggian
panggul
menghindari
kompresi vena
kava. Posisi
semi- fowler
memungkinkan
janin bertindak
sebagai tanpon.
4. Membantu
menentukan
beratnya
kehilangan
darah,
meskipun
sianosis dan
perubahan pada
tekanan darah,
nadi adalah
tanda-tanda
lanjut dari
kehilangan
sirkulasi atau
terjadinya syok
5. Dapat
meningkatkan
18
6. Berikan larutan
intravena,
ekspander
plasma, darah
lengkap, atau
sel-sel
kemasan,
sesuai indikasi.
7. Siapkan untuk
kelahiran
sesaria.
hemoragi,
khususnya bila
plasenta previa
marginal atau
total terjadi.
6. Meningkatkan
volume darah
sirkulasi dan
mengatasi
gejala-gejala
syok.
7. Hemoragi
berhenti bila
plasenta
diangkat dan
sinus-sinus
vena tertutup.
3 Potensial terjadinya
hypovolemik syok
berhubungan
dengan perdarahan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24jam
syok hipovolemik
tidak terjadi
dengan criteria
hasil :
-perdarahan
berkurang
-tanda-tanda vital
dalam batas
normal
-kesadaran
komposmentis
1. Kaji perdarahan
setiap 15 – 30
menit
2. Monitor tekanan
darah, nadi,
pernafasan
setiap 15 menit,
bila normal
observasi
dilakukan setiap
30 menit.
3. Awasi adanya
tanda-tanda
syok, pucat,
menguap terus
keringat dingin,
1. mengetahui
adanya gejala
syok sedini
mungkin.
2. mengetahui
keadaan pasien
3. menentkan
19
kepala pusing.
4. Kaji konsistensi
abdomen dan
tinggi fundur
uteri.
5. Catat intake dan
output
6. Berikan cairan
sesuai dengan
program terapi
7. Pemeriksaan
laboratorium
hematkrit dan
hemoglobin
intervensi
selanjutnya dan
mencegah syok
sedini mungkin
4. mengetahui
perdarahan yang
tersembunyi
5. produksi urine
yang kurang dari
30 ml/jam
merupakan
penurunan fungsi
ginjal.
6. mempertahanka
volume cairan
sehingga
sirkulasi bisa
adekuat dan
sebagian
persiapan bila
diperlukan
transfusi darah.
7. menentukan
intervensi
selanjutnya.
BAB III
20
PEMBAHASAN KASUS
3.1. Kasus
Seorang ibu hamil datang ke unit gawat darurat sebuah rumah sakit dengan keluhan
darah keluar dari jalan lahir. Setelah dikaji klien G3P1Ao, Usia kehamilan 33 minggu.
Tekanan darah 100/60mmHg, Nadi 98x/menit, Respirasi 20x/menit. Pendarahan per
vaginal (+), nyeri (-). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa plasenta menutupi
seluruh ostinum internum, maka dengan keadaan tersebut tim kesehatan lain
menganjurkan kepada klien harus segera dilakukan tindakan operasi section secaria,
karena apabila tidak dilaksanakan operasi maka akan mengalami pendarahan hebat
pada ibu serta hipoksia pada janin. Hasil laboratorium menunjukkan Hemoglobin
11gr/dl dan Hematokrit 70.
3.2. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : NN
Usia : -
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : -
Agama : -
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Penanggung Jawab
Nama : NN
Umur : -
Hubungan dengan klien : Suami
Pekerjaan : Bekerja sebagai tulang punggung keluarga
A. Data Medik
Diagnose Medik : Plasenta Previa
B. Riwayat Kesehatan :
Keluhan Utama : Perdarahan pervaginal
Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien merasa perutnya kenceng-kenceng tapi
tidak periksa, mengeluarkan darah segar, Selama hamil pasien tidak pernah
mengeluarkan darah,
Riwayat Kesehatan Keluarga : -
Riwayat kehamilan/persalinan :
21
a. Persalinan : 3kali.
b. Jumlah anak hidup : 1 orang.
c. Jumlah anak mati : 2 orang.
d. Abortus : -
C. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda vital : Tekanan Darah 100/60mmHg,
Nadi 98x/menit, dan
Respirasi 20x/menit.
Perdarahan per vaginal (+)
Nyeri tekan (-)
3.3. Pemeriksaan Diagnostik
Ditemukan dari hasil pemeriksaan diagnostik menunjukkan bahwa plasenta menutupi
seluruh ostinum internum, dan
Pemeriksaan Lab Darah : Hemoglobin 11gr/dl dan Hematokrit 70.
3.4. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS :
Pasien mengatakan
lemas.
Pasien mengatakan
pusing.
DO :
Turgor kulit
menurun.
Anemis
Pasien tampak
lemah.
Perdarahan
Kehilangan banyak darah
Syok hipovolemik
Gangguan keseimbangan
cairan dan electrolit
Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume
cairan
2. DS :
Pasien mengatakan
ada perdarahan.
Pasien mengatakan
tidak ada nyeri saat
perdarahan.
DO :
Perdarahan
Sinus uterus robek
Ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk
berkontraksi
perdarahan
Syok hipovolemik
22
Darah merah segar
Tidak ada nyeri saat
perdarahan
kehilangan banyak darah
syok hipovolemik
3. DS :
Pasien mengatakan
sekarang gelisah.
Pasien mengatakan
bingung dengan
tindakan yang
dilakukan.
DO :
Pasien tampak
cemas dan gelisah
Pasien susah tidur
Perdarahan
Kurangnya pengetahuan
entang tidakan yang dilakukan
Ansietas
Ansietas
4. DS :
DO :
Hipoksia pada janin
Kondisi janin lemah
Penurunan detak
jantung janin
Perdarahan
Suplai O2 ke janin menurun
Hipoksia pada janin
Risiko kematian pada janin
Risiko kematian pada
janin
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
23
2. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
3. Ansietas berhungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tindakan yang
dilakukan.
4. Risiko kematian pada janin berhubungan dengan hipoksia pada janin
24
3.6 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasoinal
1 Ansietas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
terhadap
tindakan
yang akan
dilakukan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24jam ansietas
berkurang dan
dapat diatasi
dengan criteria
hasil :
-klien tidak banyak
bertanya
-klien tampak
tenang dalam
proses perawatan
-
1. Jelaskan
prosedur,
intervensi
dan tindakan
yang
dilakukan
pada pasien.
2. Pertahankan
komunikasi
terbuka,
diskusikan
kemungkinan
efek samping
dan hasil,
pertahankan
sikap optimis.
3. Anjurkan
pasien untuk
mengungkap
kan
perasaannya
4. Libatkan
pasangan /
keluarga
untuk
mendampingi
pasien.
1. Membantu
dalam
memahami
kebutuhan
terhadap
prosedur ini.
2. Informasi yang
tepat akan
mengurangi
cemas pada
klien.
3. Klien dan
keluarganya
akan mersa
tenang dan
dapat
mengurangi
rasa cemas.
4. Klien akan
merasa tenang.
25
5. Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian
sedatif bila
tindakan lain
tidak berhasil.
5. Sebagai langkah
tindakan yang
selanjutnya.
2 Kekurangan
volume
cairan b/d
kehilangan
vaskuler
berlebihan.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24jam
volume cairan
terpenuhi dengan
criteria hasil :
Mendemostrasikan
kestabilan /
perbaikan
keseimbangan
cairan yang
dibuktikan oleh
tanda-tanda vital
stabil
1. Evaluasi,
laporkan, dan
catat jumlah
serta jumlah
kehilangan
darah.
Lakukan
perhitungan
pembalut
Timbang
pembalut
pengalas.
2. Lakukan tirah
baring.
Instuksikan
klien untuk
menghindari
Valsalva
manover dan
koitus.
1. Perkiraan
kehilangan darah
membantu
membedakan
diagnosa, Setiap
gram peningkatan
berat pembalut
sama dengan
kehilangan kira-
kira 1 ml darah.
2. Perdarahan dapat
berhenti dengan
reduksi aktivitas.
Peningkatan
tekanan abdomen
atau orgasme
( yang
meningkatkan
aktivitas uterus)
dapat meransang
perdarahan
26
3. Posisikan
klien dengan
tepat,
telentang
dengan
panggul
ditinggikan
atau posisi
semi – fowler.
Hindari posisi
trendelenburg
.
4. Catat tanda –
tanda vital
Penisian
kapiler pada
dasar kuku,
warna
menbran
mukosa/ kulit
dan suhu.
Ukur tekanan
vena sentarl,
bila ada
5. Hindari
pemeriksaan
rectal atau
vagina
6. Berikan
3. Menjamin
keadekuatan
darah yang
tersedia untuk
otak; peninggian
panggul
menghindari
kompresi vena
kava. Posisi semi-
fowler
memungkinkan
janin bertindak
sebagai tanpon.
4. Membantu
menentukan
beratnya
kehilangan darah,
meskipun sianosis
dan perubahan
pada tekanan
darah, nadi
adalah tanda-
tanda lanjut dari
kehilangan
sirkulasi atau
terjadinya syok
5. Dapat
meningkatkan
hemoragi,
khususnya bila
plasenta previa
27
larutan
intravena,
ekspander
plasma,
darah
lengkap, atau
sel-sel
kemasan,
sesuai
indikasi.
7. Siapkan
untuk
kelahiran
sesaria.
marginal atau total
terjadi.
6. Meningkatkan
volume darah
sirkulasi dan
mengatasi gejala-
gejala syok.
7. Hemoragi berhenti
bila plasenta
diangkat dan
sinus-sinus vena
tertutup.
3 Potensial
terjadinya
hypovolemik
syok
berhubungan
dengan
perdarahan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24jam
syok hipovolemik
tidak terjadi
dengan criteria
hasil :
-perdarahan
berkurang
-tanda-tanda vital
dalam batas
normal
-kesadaran
komposmentis
1. Kaji
perdarahan
setiap 15 –
30 menit
2. Monitor
tekanan
darah, nadi,
pernafasan
setiap 15
menit, bila
normal
observasi
dilakukan
setiap 30
menit.
3. Awasi
adanya
1. mengetahui
adanya gejala
syok sedini
mungkin.
2. mengetahui
keadaan pasien
3. menentkan
intervensi
28
tanda-tanda
syok, pucat,
menguap
terus keringat
dingin,
kepala
pusing.
4. Kaji
konsistensi
abdomen dan
tinggi fundur
uteri.
5. Catat intake
dan output
6. Berikan
cairan sesuai
dengan
program
terapi
7. Pemeriksaan
laboratorium
hematkrit dan
hemoglobin
selanjutnya dan
mencegah syok
sedini mungkin
4. mengetahui
perdarahan yang
tersembunyi
5. produksi urine
yang kurang dari
30 ml/jam
merupakan
penurunan fungsi
ginjal.
6. mempertahanka
volume cairan
sehingga
sirkulasi bisa
adekuat dan
sebagian
persiapan bila
diperlukan
transfusi darah.
7. menentukan
intervensi
selanjutnya.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka
kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari keseluruhan persalinan.
Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah
50 per 1000 kelahiran hidup. Untuk itu, pada kehamilan usia > 35 tahun, hamil
usia dini dan pada wanita dengan kecacatan endomentrium akibat persalinan
berulang atau currettage harus lebih waspada terhadap terjadinya plasenta
previa. Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan
penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.Indikasi
pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala
tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan
uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Plasenta sudah
lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Hampir sebagian besar gangguan
pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
4.2 Saran
1. Bagi Masyarakat Luas
Masyarakat maupun ibu-ibu dalam masa kehamilannya, dapat menjaga
kesehatan selama hamil dengan maksimal, makan-makanan yang bergizi,
konsumsi Fe dan istirahat yang cukup agar selama proses persalinan tidak
terjadi kegawatan. Serta mampu memahami alasan dilakukannya manual
30
plasenta apabila plasenta belum lahir > 30 menit setelah bayi lahir dan terjadi
perdarahan agar dapat menyelamatkan pasien sesegera mungkin.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan harus mengetahui sedini mungkin penyebab plasenta
tidak lahir segera setelah bayi lahir, serta melakukan tindakan segera apabila
pasien mengalami perdarahan kala III, dan merupakan indikasi untuk
dilakukanya manual plasenta dan untuk menurunkan angka kematian ibu.