Minggu, 03 April 2011KODE ETIK KEPERAWATAN MENURUT PPNI, ICN,
DAN ANA
Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang
menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan masyarakat.
Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan
Pimpinan Pusat Perstuan Perawat Nasional Indonesia melalui
Musyawarah Nasional PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16
pasal. Bab 1, terdiri dari 4 pasal, menjelaskan tentang tanggung
jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Bab 2
terdiri dari 5 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari 2 pasal, menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi
kesehatan lain. Bab 4, terdiri dari 4 pasal, menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan. Bab 5, terdiri
dari 2 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
pemerintah, bangsa, dan tanah air.
BAB I Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga
atau komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang
merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari
falsafah tersebut adalah hak dan martabat manusia. Karena itu,
fokus dari etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia yang
unik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat,
diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan
masyarakat, yaitu sebagai berikut.
1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa
berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan
terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat. 2)
Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan,
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu,
keluarga dan masyarakat. 3) Perawat, dalam melaksanakan
kewajibannya terhadap individu, keluarga dan masyarakat, senantiasa
dilandasi rasa tulus, ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur keperawatan. 4) Perawat menjalin hubungan kerjasama dengan
individu, keluarga dan masyarakat, khususnya dalam mengambil
prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan
pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.
BAB II Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas
1) Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,keluarga,
dan masyarakat. 2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya,kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku. 3) Perawat tidak akan
menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusian. 4) Perawat,dalam menunaikan tugas dan
kewajibannya,senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,kesukuan,warna kulit,umur,
jenis kelamin,aliran politik,agama yang dianut, dan kedudukan
sosial. 5) Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan
pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya,serta matang
dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalih/tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
BAB III
Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi
kesehatan lain adalah sebagai berikut 1) Perawat memelihara
hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan
lainnya,baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2) Perawat menyebarluaskan pengetahuan,keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
BAB IV Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi
1) Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secra
sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan,keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan. 2) Perawat menjunjung tinggi nama baik
profesi keperawatan dengan menunjukan perilaku dan sifat-sifat
pribadi yang luhur. 3) Perawat berperan dalam menentukan pembakuan
pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. 4) Perawat secara
bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
BAB V Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara
1) Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang telah di gariskan oleh pemerintah dalam bidang
kesehatan dan keperawatan. 2) Perawat berperan secara aktif dalam
menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
Kode Etik Keperawatan Menurut ICN
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh
dunia yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 oleh Mrs. Bedford
Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi pada tahun 1973.
Uraian kode etik ini diuraikan sebagai berikut. 1. a. Tanggung
Jawab Utama Perawat Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan
diberbagai tempat adalah sama.
b. Pelaksanaan praktik keperawatan di titik beratkan pada
penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjungjung
tinggi hak asasi manusia. c. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
dan/atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi
terkait. 2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan
kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat,
menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien/kliennya. Perawat
dapat memegang teguh rahasia pribadi dalam (privasi) dan hanya
dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang
berkepentingan atau pengadilan. 3. Perawat dan Pelaksanaan Praktik
Keperawatan Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan
melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan
yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk
menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota
profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan
standar profesi keperawatan. 4. Perawat dan Lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai
inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan
masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. 5.
Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja,
baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar
keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila
dalam masa perawatannya merasa terancam. 6. Perawat dan Profesi
Keperawatan Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan
pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan.
Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam
menopang pelaksanaan keperawatan secara profesional. Perawat,
sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam memelihara
kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan
praktik keperawatan.
Kode Etik Keperawatan Menurut ANA Kode etik keperawatan menurut
American Nurses Association (ANA) adalah sebagai berikut: 1.
Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat
kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak di batasi oleh
pertimbangan-pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut
personal, atau corak masalah kesehatannya. 2. Perawat melindungi
hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia. 3. Perawat melindungi klien dan publik bila
kesehatan dan keselamatannya terancam oleh praktik seseorang yang
tidak kompeten, tidak etis atau ilegal. 4. Perawat memikul tanggung
jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang dijalankan
masing-masing individu. 5. Perrawat memelihara kompetensi
keperawatan. 6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan
dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai
kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab,
dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain. 7. Perawat
turut serta beraktifitas dalam membantu pengembangan pengetahuan
profesi. 8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
melaksanakan dan meningkatkan standar keperawatan. 9. Perawat turut
serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.
10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta
mempertahankan integritas perawat. 11. Perawat bekerjasama dengan
anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya dalam
meningkatkan upaya-upaya masyarkat dan nasional untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan publik.
Referensi :
http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2010/10/kode-etik-keperawatan-menurutana.html#axzz1IGlqdsZY
Ismani, Nila. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika, 2001
Diposkan oleh Twinsiv One A Akpem di 05:57 0 komentar Kirimkan
Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reaksi:
Selasa, 29 Maret 2011Etika Profesi Keperawatan dalam Sudut
Pandang IslamDalam berbagai aspek kehidupan kita sering menyebutkan
etika, namun apa pengertian etika itu sendiri? Etika memiliki
beberapa pengertian : Etika adalah peraturan atau norma yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan
dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani,
2001) Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang
filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada
prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan
bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Etika profesi keperawatan adalah etika khusus yang
mengatur tanggung jawab moral para perawat. Profesi keperawatan
mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat
memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya
setiap keputusan dari tindakan keperawatan
harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan
setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada
pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan
etika. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk
mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik
profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI. Moral hampir sama
dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar
atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika
dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional Etika dan moral
merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang
menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi
termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu
profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et
all, 1982). Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat
berbeda. Moral berasal dari bahasa latin yaitu mos, yang berarti
adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan
seseorang baik atau buruk . Dapat dikatakan baik buruk suatu
perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah
tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari
sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika,
yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau
tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri
dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan
metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika
deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik
dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika
normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai
dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk
kaidah dalam mata etika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada
bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah
tingkah laku manusia. Dengan menggunakan kode etik keperawatan,
organisasi profesi keperawatan dapat meletakan kerangka berfikir
perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggungjawab kepada
masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi
(ANA, 1976). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien
kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan
kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan
etika profesi keperawatan adalah mampu: Mengenal dan
mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan. Membentuk
strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktek keperawatan. Menghubungkan prinsip moral atau
pelajaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada diri
sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan
kepercayaannya. Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan
dan mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya
terhadap tindakan yang dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah
tuhan dalam: Pelaksanaan kode prilaku yang disepakati oleh kelompok
profesi, perawat sendiri, maupun masyarakat. Cara mengambil
keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal
yang dianggap benar) Menurut Veatch, yang mengambil keputusan
tentang etika profesi keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga
kesehatan lainnya: dan etika yang berhubungan dengan pelayanan
keperawatan ialah masyarakat atau orang awam yang menggunakan
ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik 1. Etik
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur
hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ) 2. Etik Keperawatan
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga
kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat
professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari
pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
3. Kode Etik Keperawatan Kode etik adalah suatu tatanan tentang
prinsip-prinsip imum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode
etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari
profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan
praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga
masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain,
yang berfungsi untuk Memberikan dasar dalam mengatur hubungan
antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan
profesi keperawatan. Memberikan dasar dalam menilai tindakan
keperawatan Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam
melaksanakan praktek keperawatan. Menjadi dasar dalam membuat
kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb, 1989) 4.
Dilema Etik Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (
atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat
dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik
ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik
biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam
mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif
yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau
tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar
atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat
tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Prinsip-Prinsip Moral Dalam Praktek Keperawatan Prinsip moral
merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk
suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan
dalam situasi tertentu. ( John Stone, 1989 ) 1. Autonomi Autonomi
berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka
sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.
2. Benefesience Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
3. Justice Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua
individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang
sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini
persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk
kebaikan hidup seseorang 4. Veracity Merupakan prinsip moral dimana
kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya
atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal
yang fundamental dalam membangun suatu hubungan denganorang lain.
Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau
penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk
diberi tahu tentang hal yang sebenarnya. 5. Avoiding Killing
Merupakan prinsip yang menekankan kewajiban perawat untuk
menghargai kehidupan. Bila perawat berkewajiban melakukan hal-hal
yang menguntungkan (Benefisience ) haruskah perawat membantu pasien
mengatasi penderitaannya ( misalnya akibat kanker ) dengan
mempercepat kematian ? Kewajiban perawat untuk menghargai
eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi
dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara. 6. Fedelity
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk
tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini
meliputi menepati janji, menyimpan rahasia dan caring
Diposkan oleh Twinsiv One A Akpem di 23:09 0 komentar Kirimkan
Ini lewat Emahttp://twinsiv.blogspot.com/
Jumat, 10 Juni 2011etika keperawatan pada mahasiswa di rumah
sakit
BAB I PendahuluanA. Latar belakang masalah Etika keperawatan di
masarakat sangatlah penting bagi seorang perawat karena dengan
etika yang baik akan menentukan bagaimana perawat itu akan dihargai
dan di percaya oleh masyarakat oleh karena itu di makalah ini
menjabarkan tentang bagaimana penerapan etika keperawatan
dimasyarakat Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus
dengan menerapkan nilai nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan
kesehatan yang dilandasi oleh nilai nilai individu dan masyarakat.
Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian
terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak
disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak
secara pantas dalam bidang kesehatan.
B. Tujuan Makalah ini selain dibuat untuk meyelesaikan tugas
mata kuliah etika Keperawatan juga diharapkan mampu memberikan
pengertian kepada pembaca tentang etika keperawatan yang ada
didalam masyarakat. Dan semoga makalah ini mampu di manfaatkan
sebaik mungkin dan ilmunya bermanfaat.
BAB II Penerapan Etika Profesi Bagi Perawat Di Masyarakat1.
Etika Kesehatan : Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika
khusus dengan menerapkan nilai nilai dalam bidang pemeliharaan /
pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai nilai individu dan
masyarakat. Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan
mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui
maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana
bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan. Etika
Kesehatan mencakup ruang lingkup minimalal : a) tritmen pada pasien
yang menghadapi ajal b) Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan
dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien
sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent. c) Bioetika d)
Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.
Contoh penerapan : Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal : -
Pemberian O2 -> diteruskan / di stop. - Program pengobatan
diteruskan /tidak - Suport terapi ( RJP ) sampai kapan. - dalam
kondisi MBO.
2. ETIKA PROFESI KEPERAWATAN Etika khusus yang mengatur tanggung
jawab moral para perawat. a. Kesepakatan moralitas para perawat.
Disusun oleh Organisasi profesi, berdasarkan suatu sumber yang ada
dilingkungan; baik lingkungan kesehatan, lingkungan konsumen dan
lingkungan Komunitas Keperawatan. b. Sumber Etika Profesi
keperawatan :
o Etika Kesehatan. o Etika umum yang berlaku di masyarakat, o
Etika Profesi keperawatan dunia -> ICN. c. Etika Kesehatan :
Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan
menerapkan nilai nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan
kesehatan yang dilandasi oleh nilai nilai individu dan masyarakat.
Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian
terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak
disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak
secara pantas dalam bidang kesehatan. Etika Kesehatan mencakup
ruang lingkup minimalal : tritmen pada pasien yang menghadapi ajal
a. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan
sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan
infomrmed consent. b. Bioetika c. Pengungkapan kebenaran dan
kerahasiaan dalam bidang kedokteran.
Contoh penerapan : 1 Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal :
- Pemberian O2 -> diteruskan / di stop. - Program pengobatan
diteruskan / tidak - Suport terapi ( RJP ) sampai kapan. - dalam
kondisi MBO.
2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien
dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku,
dan infomrmed consent. - Pasien teriminal - Status vegetatif -
pasien HIV /AID - pasien mendapat terapi diet
- pasien menghadapi tindakan medik -operasi, pemakaian obat
yangharganya mahal dll.
3 Bioetika : - aborsi, pembatasan kelahiran,sterilisasi, bayi
tabung, tranplantasi organ dll.
4 Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang
kedokteran. - permintaan informasi data pasien, - Catatan medik, -
Pembicaraan kasus pasien. d. Etika umum yang berlaku di masyarakat
: - Privasi pasien, - Menghargai harkat martabat pasien - Sopan
santun dalam pergaulan - saling menghormati, - saling membantu. -
peduli terhadap lingkungan
e.
Etika Profesi keperawatan dunia ICN. Etika Keperawatan
terkandung adanya nilai nilai dan prinsip prinsip yang berfokus
bagi praktik Perawat. Praktik perawat bermuara pada interaksi
profesional dengan pasien serta menunjukan kepedulian perawat
terhadap hubungan yang telah dilakukannya.
8 prinsip utama dalam Etika Keperawatan ICN : 1. Respek 2.
Otonomi 3. Beneficence ( kemurahan hati) 4. Non-maleficence, 5.
Veracity ( kejujuran ) 6. Kridensialitas ( kerahasiaan )
7. Fidelity ( kesetiaan ) 8. Justice ( keadilan )
1 Respek :
perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien.
hak hak pasien,penerapan inforned consent
Perilaku perawat menghormati sejawat Tindakan eksplisit maupun
implisit simpatik, empati kepada orang lain.
.2 Otonomi :
hak untuk mengatur dan membuat keputusannya sendiri. Tetapi
tidak sebebas bebasnya ada keterbatasan dalam hukum,kompetensi dan
kewenangan.
perlu pemahaman tindakan kolaborasi.
3 Beneficence ( kemurahan hati) : berkaitan dengan kewajiban
untuk melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain.
lanjutan :Pada dasarnya seseorang diharapkan dapat membuat
keputusan untuk dirinya sendiri , kecuali bagi mereka yang tidak
dapat melakukannya.seperti:bayi dan anak pasien
koma,keterbelakangan mental / kelainan kejiwaan.
4 Non-maleficence: Prinsip berkaitan dengan kewajiban perawat
untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian / cidera pasien. -
Jangan membunuh - jangan menyebabkan nyeri/penderitaan lain. -
jangan membuat orang lain tidakberdaya. - Jangan melukai
perasaan
5 Veracity ( kejujuran ) : Kewajiban perawat untuk mengatakan
suatu kebenaran. Tidak bohong tidak menipu. Terutama dalam proses
informed consent.Perawat membatu pasien untuk memahami informasi
dokter tentang rencana tindakan medik / pengobatan dengan
jujur.
6 Kridensialitas ( kerahasiaan ) : Prinsip ini berkaitan dengan
kepercayaan pasien terhadap perawat. Perawat tidak akan
menyampaikan informasi tentang kesehatan pasien kepada orang yang
tidak berhak. Prinsip Info diagnose medik diberikan oleh dokter.
Perawat memberi onfo kondisi kesehatan umum . 7 Fidelity (
kesetiaan ) : Ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu
setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat.
Tanggung jawab perawat dalam tim -asuhan keperawatan kepada
individu, pemberi kerja , pemerintah dan masyarakat.
8 Justice ( keadilan ) : Berkenaan dengan kewajiban perawat
untuk adil kepada semua orang . Adil tidak memihak salah satu
orang. Semua pasien harus mendapatkan pelayanan yang sama sesuai
dengan kebutuhannya. Kebutuhan pasien klas Utama berbeda dengan
kebutuhan pasien klas III. Etika Profesi keperawatan disususun oleh
Oragnisasi secara tertulis KODE ETIK KEPERAWATAN
A. Fungsi Kode Etik : Umum : digunakan untuk mengontrol perilaku
perawat dalam praktik dan dalam kehidupan berprofesi, sehingga
konsumen mendapatkan kepercayaan dari pelayanan keperawatan
Fungsi khusus untuk : 1. Mengatur tanggung jawab moral perawat
didalam praktik. 2. Pedoman perawat dalam berperilaku dalam praktik
dan dalam kehidupan berprofesi. 3. Mengontrol / menentukan
keputusan dalam sengketa praktik, oleh Oraganisasi profesi,
termasuk dalam memberikan sanksinya.
KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA - disusun dan diputuskan dalam
Munas I tahun 1976. - Diadakan revisi dalam Munas PPNI VI di
Bandung tahun 2000. - Berisi tanggung jawab Perawat terhadap ;
Klien / pasien, perawat dan praktik, perawat dan masyarakat,Perawat
dan teman sejawat dan perawat dengan profesi
Teks Kode Etik Keperawatan Indonesia tahu 2000. Bab I Perawat
dan klien : 1. Perawat dalam memberikan perawatan thd klien, dan
tidak terpengaruh kedudukan sosial politik dan agama yang dianut
serta warna kulit.umur,jenis kelamin, aliran pertimbangan
kebangsaan, kesukuan. 2. Perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidupberagama dari klien 3. .Tanggung jawab utama perawat adalah
kepada mereka yang memebutuhkan asuhan keperawatan. 4. Perawat
wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan 5. kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Bab II Perawat dan Praktik 1. Perawat memelihara dan
meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus
menerus. 2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien. 3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yang akurat dan mempertimbangakan kemampuan serta
kualifikasi seseorang dalam melakukan konsultasi, menerima delegasi
dan memberikan delegasi kepada orang lain. 4. Perawat senantiasa
menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukan perilaku profesional.
Bab III Perawat dan masyarakat : Perawat mengemban tugas
tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan memdukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
Bab IV Perawat dan Teman sejawat : 1. Perawat senantiasa memelihara
hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan
lainnya, dalam memelihar keserasian suasana lingkungan kerja maupun
tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. 2. Perawat bertindak
melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.
BAB III
A. Kesimpulan Etika keperawatan Menurut Leenen Gozondeid
Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai nilai dalam
bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai
nilai individu dan masyarakat. dalam etika profesi keperawatan hal
yang harus diperhatikan adalah kesepakatan moralitas para perawat
sumber etika profesi keperawatan etika kesehatan etika umum yang
berlaku di masyarakat etika profesi keperawatan dunia icn.
Daftar pustaka
1. Buku Kode Etik Keperawatan Indonesia (PPNI). 2. Aiken, T.D.
(2004). Legal, Ethical, and Political Issues in Nursing. 2nd
Ed.Philadelphia: F.A. Davis Company.
Diposkan oleh uciha miftakhudin di
09:56http://ucihamiftakhudin.blogspot.com/2011/06/etika-keperawatan-pada-mahasiswa-di.html
Kamis, 31 Desember 2009MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN ABORSI DALAM
PANDANGAN ISLAMPosted by syukron muwafiq on 05:55 3 komentar
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Dunia tidak hanya telah
diporak - porandakan oleh peperangan politis, keberingasan kriminal
ataupun ketergantungan akan obat bius, tetapi juga datang dari
jutaan ibu yang mengakhiri hidup janinnya. Aborsi telah menjadi
penghancur kehidupan umat manusia terbesar sepanjang sejarah dunia.
Hasil riset Allan Guttmacher Institute ( 1989 ) melaporkan bahwa
setiap tahun sekitar 55 juta bayi digugurkan. Angka ini memberikan
bukti bahwa setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau setiap menit 105
nyawa bayi direnggut sewaktu masih dalam kandungan. Janin : (
Manusia dalam Rahim ) Pengguguran kandungan alias aborsi ( abortus,
bahasa Latin ) secara umum dapat dipilah dalam dua kategori, yakni
aborsi alami ( abortus natural ) dan aborsi buatan ( abortus
provocatus ), yang termasuk didalamnya abortus provocatus
criminalis, yang merupakan tindak kejahatan dan dilarang di
Indonesia ( diatur dalam pasal 15 ayat 2 Undang undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 ).A.Aborsi tidak hanya dilakukan oleh
para wanita berstatus istri yang bermaksud menghentikan
kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil
pra-nikah melakukannya. Kecenderungan melakukan aborsi ini tak
lepas dari pandangan terhadap hakikat kapan kehidupan anak manusia
dimulai. Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup
nilai-nilai religius, etika, moral dan ilmiah serta secara spesifik
sebagai masalah biologi.
B.TUJUAN 1.Tujuan Umum a.Agar mahasiswa dapat menjelaskan
tentang Aborsi b.Ager mahasiswa dapat mengantisipasi hal tersebut
agar tidak melanggar Etika Keperawatan 2.Tujuan Khusus a.Agar
mahasiswa dapat mampu memahami Aborsi b.Agar mahasiswa mampu dan
mengetahui hal - hal yang mengakibatkan Aborsi c.Agar mahasiswa
dapat menjelaskan tentang Aborsi d.Agar Mahasiswa mengetahui
bagaimana Islam memandang Aborsi
BAB II PEMBAHASAN A.DEFINISI ABORSI Secara sederhana kata aborsi
adalah mati ( gugurnya ) hasil konsepsi. Artinya aborsi itu dapat
dimulai dari sejak benih wanita (ovum ) dengan benih pria ( sperma
) mengadakan konsepsi. Kehidupan yang utuh dimulai dari dua benih
menjadi satu ( TWO IS ONE ). PEMBAGIAN ABORSI 1.Pembagian Aborsi
a.Aborsi spontan b.Aborsi Provocatus 2.Kejadain aborsi a.Aborsi
dalam pernikahan b.Aborsi dalam pra nikah Ada 3 hal yang terjadi
sebelum aborsi : 1.Adanya hubungan seks pria dan wanita 2.Hubungan
seks dengan komitmen ( seks dalam pernikahan ) 3.Hubungan seks
tanpa komitmen ( seks di luar pernikahan ) Aborsi adalah dampak
dari hubungan seks, artinya aborsi baru terjadi apabila ada
hubungan seks ( termasuk perkosaan / kekerasan seks ) dan konsepsi
kedua benih. Konsepsi dapat terjadi pada wanita yang sudah
menstruasi dengan laki - laki yang spermanya telah dewasa : dimulai
dari kelompok remaja sampai tua, kecuali pada wanita sampai
menopause. A.ABORSI Aborsi adalah : Berakhirnya suatu kehamilan (
oleh akibat akibat tertentu ) sebelum buah kehamilan tersebut mampu
untuk hidup di luar kandungan / kehamilan yang tidak dikehendaki
atau diinginkan. Aborsi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu
aborsi spontan dan aborsi buatan. Aborsi spontan adalah aborsi yang
terjadi secara alami tanpa adanya upaya - upaya dari luar ( buatan
) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Sedangkan aborsi buatan
adalah aborsi yang terjadi akibat adanya upaya - upaya tertentu
untuk mengakhiri proses kehamilan.
Aborsi tetap saja menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari
sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan
agama. Aborsi biasanya dilakukan atas indikasi medis yang berkaitan
dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang
berat pada diri si ibu, misalnya tuberkulosis paru berat, asma,
diabetes, gagal ginjal, hipertensi, bahkan biasanya terdapat
dikalangan pecandu ( ibu yang terinfeksi virus ). Aborsi dikalangan
remaja masih merupakan hal yang tabu, jangankan untuk dibicarakan
apalagi untuk dilakukan. Aborsi itu sendiri ada 3 macam : 1.ME (
Menstrual Extraction ) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi
terakhir dengan penyedotan. Tindakan aborsi ini sangat sederhana
dan secara psikologis juga tidak terlalu " berat " karena masih
dalam bentuk gumpalan darah, belum berbentuk janin. 2.Diatas 12
minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan aborsi yang
sederhana. 3.Aborsi diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik
tetapi di rumah sakit besar. Tetapi bagi kalangan pecandu atau
pekerja seks aborsi seringkali terjadi saat usia kehamilan sudah
diatas 18 minggu. Biasanya mereka akan mendatangi klinik - klinik
yang mereka ketahui dan mereka seringkali tidak memikirkan efek
samping bagi tubuh mereka sendiri. Mereka melakukan aborsi ini
karena mereka tidak menginginkan kehamilan tersebut dan terkadang
mereka melakukan ini karena tidak ingin menularkan virus pada bayi
mereka, dikarenakan sebagian dari mereka mengetahui bahwa mereka
telah terinfeksi virus, tetapi bagaimana jika mereka tidak
mengetahui jika mereka terinfeksi virus dan menginginkan bayi
tersebut lahir ? Ada juga dari mereka yang memilih cara - cara
alternatif, seperti melakukannya sendiri dengan meminum jamu
peluntur, loncat - loncat, mengurut perut, sampai memasukan benda -
benda tertentu kedalam rahim dan ada juga meminta bantuan orang
yang mampu mengatasi hal tersebut seperti mendatangi dukun dan
sebagainya. Di Indonesia sendiri pengguguran kandungan tidak asing
lagi. Semakin banyaknya pecandu yang ada dan banyaknya juga pekerja
seks maka tingkat pengguguran kandungan pun semakin meningkat. Dan
ini yang harus kita waspadai dan perhatikan. Sebaiknya jika ingin
melakukan aborsi diperhatikan dahulu apa memang perlu adanya
tindakan aborsi tersebut. Remaja hamil, baik yang menempuh a borsi
maupun yang meneruskan kehamilannya, membutuhkan banyak biaya untuk
pelaksaan aborsi atau untuk perawatan kehamilan dan melahirkan.
Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan aborsi bekisar antara Rp
300.000 sampai Rp 1.100.000, dengan rata - rata biaya aborsi Rp.
415.000. Jumlah biaya terkecil dipakai oleh responden dari bidan di
Puskesmas atau Dokter. Remaja yang meneruskan kehamilan membutuhkan
biaya perawatan kehamilan dan kelahiran anaknya. Berbeda dengan
remaja yang melakukan aborsi, remaja yang melahirkan anak umumnya
mendapatkan bantuan dari orang tua . Dari responden yang
melahirkan, sekitar 15% biaya ditanggung bersama dengan pasangan
dan 11% ditanggung oleh pasangan. Sebagian besar mereka tidak
memeriksa kandungannya secara rutin karena merasa malu keluar rumah
dengan perut besar tidak lama setelah menikah atau tanpa menikah.
Mereka rata - rata baru memeriksa kandungannya setelah berusia
lebih dari 4 bulan. Empat bulan pertama kehamilan adalah periode
yang berusaha disembunyikan dan bahkan digugurkan.
B.KASUS - KASUS ABORSI
Seorang pecandu yang sudah clean memiliki pengalaman pernah
melakukan aborsi karena ia dulu memakai narkoba. Karena untuk
mendapatkan drugs ia memerlukan uang banyak untuk memenuhi
kebutuhannya itu dan ia pun rela sampai menjual dirinya agar
mendapatkan drugs. Karena pekerjaan yang menurutnya sangat menyiksa
dirinya itu ia pun tidak menggunakan kondom dan ia sampai ke tahap
hamil, tanpa mengetahui siapa ayah dari bayinya tersebut. Ia terus
berusaha mencari uang lebih untuk kebutuhan drugsnya dan juga untuk
membiayai pengguguran kandungan yang tidak ia kehendaki tersebut.
Sampai pada usia kandungannya mencapai 3 bulan ia harus
penggugurkan kandungannya dan itu memerlukan uang yang sangat
banyak, karena usia kandungannya sudah cukup besar. Dan ini pun
bukan pertama kalinya ia melakukan aborsi tersebut.
BAB III ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM A.ABORSI DALAM PANDANGAN
ISLAM Bagaimana Islam memandang Aborsi ? Soal : Bagaimana hukum
dalam pandangan Islam ? Jawab : Sebelum membahas hukum aborsi, ada
dua fakta yang dibedakan oleh para fuqaha dalam masalah ini.
Pertama : apa yang disebut imlash ( aborsi, pengguguran kandungan
). Kedua, isqth ( penghentian kehamilan ). Imlash adalah
menggugurkan janin dalam rahim wanita hamil yang dilakukan dengan
sengaja untuk menyerang atau membunuhnya. Dalam hal ini, tindakan
imlash ( aborsi ) tersebut jelas termasuk kategori dosa besar;
merupakan tindak kriminal. Pelakunya dikenai diyat ghurrah budak
pria atau wanita, yang nilainya sama dengan 10 diyat manusia
sempurna. Dalam kitab Ash - Shahhayn, telah diriwayatkan bahwa Umar
telah meminta masukan para sahabat tentang aktivitas imlsh yang
dilakukan oleh seorang wanita, dengan cara memukuli perutnya, lalu
janinnya pun gugur. Al-Mughirah bin Syubah berkata: '' Rasulullah
saw. telah memutuskan dalam kasus seperti itu dengan diyat ghurrah
1 budak pria atau wanita ''. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh
Muhammad bin Maslamah, yang pernah menjadi wakil Nabi saw. di
Madinah. Karena itu, pada dasarnya hukum aborsi tersebut haram. Ini
berbeda dengan isqth al - haml ( penghentian kehamilan ), atau
upaya menghentikan kehamilan yang dilakukan secara sadar, bukan
karena keterpaksaan, baik dengan cara mengkonsumsi obat, melalui
gerakan, atau aktivitas medis tertentu. Penghentian kehamilan dalam
pengertian ini tidak identik dengan penyerangan atau pembunuhan,
tetapi bisa juga diartikan dengan mengeluarkan kandungan baik
setelah berbentuk janin ataupun belum dengan paksa.
Dalam hal ini, penghentian kehamilan ( al - ijhdh ) tersebut
kadang dilakukan sebelum ditiupkannya ruh di dalam janin, atau
setelahnya. Tentang status hukum penghentian kehamilan terhadap
janin, setelah ruh ditiupkan kepadanya, maka para ulama sepakat
bahwa hukumnya haram, baik dilakukan oleh si ibu, bapak, atau
dokter. Sebab, tindakan tersebut merupakan bentuk penyerangan
terhadap jiwa manusia, yang darahnya wajib dipertahankan. Tindakan
ini juga merupakan dosa besar.
B.HUKUM ABORSI MENURUT UUD Menurut hukum - hukum yang berlaku di
Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang
dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis Yang menerima
hukuman adalah: 1.Ibu yang melakukan aborsi 2.Dokter atau bidan
atau dukun yang membantu melakukan aborsi 3.Orang - orang yang
mendukung terlaksananya aborsi Beberapa pasal yang terkait adalah:
Pasal 229 1.Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita
atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau
ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. 2.Jika yang bersalah,
berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga. 3.Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut,
dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan
pencarian itu. Pasal 314 Seorang ibu yang, karena takut akan
ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun. Pasal 342 Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak,
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal
343 Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang,
bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana. Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja
menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347 1.Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2.Jika perbuatan
itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun. Pasal 348 1.Barangsiapa dengan
sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan. 2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal
349 Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan
348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian
dalam mana kejahatan dilakukan.
BAB IV PENUTUP Mengenai penghentian kehamilan sebelum
ditiupkannya ruh, para fuqaha telah berbeda pendapat. Ada yang
membolehkan dan ada juga yang mengharamkan. Menurut kami, jika
penghentian kehamilan itu dilakukan setelah empat puluh hari usia
kehamilan, saat telah terbentuknya janin ( ada bentuknya sebagai
manusia ), maka hukumnya haram. Karenanya, berlaku hukum
penghentian kehamilan setelah ruhnya ditiupkan, dan padanya berlaku
diyat ghurrah tersebut. Karena itu, tema pembahasan penghentian
kehamilan dalam konteks ini meliputi beberapa hal: A.KESIMPULAN
1.Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan
saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih,
lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan
seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan
proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan
nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia
kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk
dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin
( melahirkan ) yang tidak alami. 2.Jika janinnya belum berusia enam
bulan, tetapi kalau janin tersebut tetap dipertahankan dalam rahim
ibunya, maka kesehatan ibunya bisa terganggu. Dalam kondisi seperti
ini, kehamilannya tidak boleh dihentikan, dengan cara menggugurkan
kandungannya. Sebab, sama dengan membunuh jiwa. Alasannya, karena
hadis - hadis yang ada telah melarang dilakukannya pengguguran,
serta ditetapkannya diyat untuk tindakan seperti ini. 3.Jika janin
tersebut meninggal didalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini,
boleh dilakukan penghentian kehamilan. Sebab, dengan dilakukannya
tindakan tersebut akan bisa menyelamatkan nyawa ibu, dan memberikan
solusi bagi masalah yang dihadapinya; sementara janin tersebut
berstatus mayit, yang karenanya harus dikeluarkan.
Janin yang di bunuh dan wajib atasnya ghurrah adalah bayi yang
suadh berbentuk ciptaan ( janin ), misalnya mempunyai jantung,
tangan, kaki, kuku, mata, atau lainnya. Mengenai peghentian
kehamilan sebelum ditiupkannya ruh, para fuqojia telah berbeda
pendapat. Ada yang membolehkan dan ada juga yang mengharamkan.
Menurut kami, jika penghentian kehamilan itij dilakukan setelah
empat puluh hari usia kehamilan, saat telah terbentuknya janin (
ada bentuknya sebagai manusia ), maka hukumnya haram. Karenanya,
berlaku hukum penghentian kehamilan setelah ruhnya ditiupkan, dan
padanya berlaku diyat ghurrah tertentu. 4.Jika janin tersebut belum
berusia enam bulan, tetapi kalau janin tersebut tetap dipertahankan
dalam rahim ibunya, maka nyawa ibunya akan terancam. Dokter pun
sepakat, kalau janin tersebut tetap dipertahankan menurut dugaan
kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibunya tidak akan selamat,
atau mati. Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya boleh
dihentikan, dengan cara menggugurkan kandungannya, yang dilakukan
untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya. Alasannya,
karena Rasulullah saw. memerintahkan berobat dan mencari
kesembuhan. Di samping itu, jika janin tersebut tidak digugurkan,
ibunya akan meninggal, janinnya pun sama, padahal dengan janin
tersebut digugurkan, nyawa ibunya akan tertolong, sementara
menyelamatkan nyawa ( kehidupan ) tersebut diperintahkan oleh
Islam. B.SARAN Dengan demikian, dalil - dalil tentang kebolehan
menghentikan kehamilan, khususnya untuk menyelamatkan nyawa ibu,
juga dalil - dalil berobat dan mencari kesembuhan, pada dasarnya
merupakan dalil mukhashshish bagi hadis - hadis yang mengharamkan
tindakan pengguguran janin. Secara umum dalil haramnya pengguguran
kandungan tersebut dinyatakan dalam konteks pembunuhan, atau
penyerangan terhadap janin. Karena itu, penghentian kehamilan
dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu tidak termasuk dalam
kategori penyerangan, dan karenanya diperbolehkan. Wallhu alam bi
ash - shawb DAFTAR PUSTAKA http://azmikoe.multiplay.co id.
Answer.yahoo.com/questioan/indeks
http://forum.kotasantri.com/viewtopic.php?t=1267
http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/kesehatan/18_ABORSI.pdfhttp://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/12/makalah-etika-keperawatan-aborsi-dalam.html
MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN Penerapan Etika Keperawantan di
Kaitkan dengan Nilai Sosial Budaya
Di susun oleh : Dela Apri Masfailla Nim: 130 111 057 TINGKAT IB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN M.H.THAMRIN PRODI D3 KEPERAWATAN
JAKARTA 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini, makalah ini berjudul tentang Penerapan
Etika Keperawantan di Kaitkan dengan Nilai Sosial Budaya Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah.
Jakarta, 21 februari2011 Kelompok 2
DAFTAR ISI Halaman..i Kata Pengantar...ii Daftar Isi..iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..1 1.2 Rumusan masalah.2 1.3 Tujuan........2
BAB II PENGERTIAN NILAI SOSIAL BUDAYA 2.1 Pengertian Nilai Sosial
Budaya 2.2 Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika
keperawatan...3 BAB III PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DALAM NILAI
SOSIAL BUDAYA 3.1 Penerapan etika keperawatan dalam nilai sosial
budaya 3.2 Sikap Prefesional Perawat di Kaitkan dengan nilai social
budaya BAB IV HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN
4.1 Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawtan BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran..17 DAFTAR PUSTAKA.18
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Nilai-nilai budaya mengacu pada cita-cita abadi
atau sistem kepercayaan yang seseorang atau suatu masyarakat
berkomitmen. Nilai-nilai keperawatan di Amerika, misalnya, tertanam
dalam nilai-nilai budaya Amerika Serikat dengan penekanan pada
kemandirian dan individualisme ( Davis, 1999 ). Dasar dengan nilai
ditempatkan pada individualisme adalah keyakinan bahwa "individu
memiliki kemampuan untuk menarik diri dengan bootstraps mereka" dan
bahwa hakhak individu lebih penting daripada sebuah masyarakat.
Namun, banyak budaya tidak berbagi keunggulan nilai individualisme.
Mempertimbangkan data faktual disajikan oleh Davis bahwa sekitar
70% dari semua budaya kolektif (yaitu, loyalitas seseorang untuk
kelompok melebihi hak-hak individu) daripada individualistis
(yaitu, hak-hak individu supercede orang-orang dari kelompok) .
"Dengan individualisme, pentingnya ditempatkan pada input individu,
hak dan manfaat" ( Andrews, 1999, hal. 476 ). Dalam banyak
kebudayaan, keputusan kesehatan tidak dibuat oleh individu tetapi
oleh grup: keluarga, masyarakat dan / atau masyarakat. Obat
disosialisasikan atau perawatan kesehatan pemerintah
yang disponsori untuk semua penduduk adalah mencerminkan nilai
ditempatkan pada kolektivisme. Nilai moral merupakan penilaian
terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota suatu
masyarakat tertentu sebagai yang salah atau yang benar (Berkowit
Z,1964) petimbangan moral adalah penilaian tentang benar baiknya
sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang baik dan
benar itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya justru
merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis,
teknologis / bijak. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus
benar-benar mempertimbangkan nilai-niali moral dalam setiap
tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral
dan nilai sosial budaya.
2. Rumusan Permasalahan apakah pengertian nialai social budaya ?
Bagaimana penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan nilai social
budaya ? Seperti apa sikap propesional perawat yang dapat di
kaitkan dengan nilai social budaya? 3.Tujuan Tujuan penulis membuat
makalah ini pembaca dapat mengetahui: Pengertian nilai social
budaya penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan nilai social
budaya Sikap propesional perawat yang dapat di kaitkan dengan nilai
social budaya
BAB II PENGERTIAN NILAI SOSIAL BUDAYA 1.2 Pengertian Nilai
Sosial Budaya Pengertian tentang budaya dan nilai. Kedua kata itu
memiliki banyak interpretasi tapi setiap kata memiliki hubungan
utama dengan disiplin Homebase primer Budaya adalah antropologi..
Homebase utama Nilai adalah filsafat, terutama yang berkaitan
dengan etika. Satu dapat mengidentifikasi himpunan bagian dari
kata-kata yang terkait dengan setiap. Untuk budaya, hal yang segera
muncul dalam pikiran adalah etnosentrisme, pengenaan budaya, impor
budaya, dan ekspor budaya. (Lihat definisi dan asumsi ) Untuk
nilai-nilai, hal yang segera muncul dalam pikiran adalah
kepercayaan sistem dan norma-norma. Karet memenuhi jalan ketika dua
istilah yang bergabung: nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, tujuan
kita dalam menulis artikel ini adalah tiga: a) untuk memperjelas
hubungan antara nilai-nilai budaya, etika, dan konflik etika, b)
untuk menunjukkan dengan contoh-contoh dari budaya dominan di
Amerika Serikat bagaimana sikap budaya dan nilai-nilai dalam
keperawatan dapat menyebabkan konflik sebagai akibat dari
meningkatnya globalisasi, dan c) untuk merumuskan strategi
keperawatan untuk mengurangi konflik etika yang terkait dengan
nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya mengacu pada cita-cita abadi
atau sistem kepercayaan yang seseorang atau suatu masyarakat
berkomitmen. Nilai-nilai keperawatan di Amerika, misalnya, tertanam
dalam nilai-nilai budaya Amerika Serikat dengan penekanan pada
kemandirian dan individualisme ( Davis, 1999 ). Dasar dengan nilai
ditempatkan pada individualisme adalah keyakinan bahwa
"individu memiliki kemampuan untuk menarik diri dengan
bootstraps mereka" dan bahwa hakhak individu lebih penting daripada
sebuah masyarakat. Namun, banyak budaya tidak berbagi keunggulan
nilai individualisme. Mempertimbangkan data faktual disajikan oleh
Davis bahwa sekitar 70% dari semua budaya kolektif (yaitu,
loyalitas seseorang untuk kelompok melebihi hak-hak individu)
daripada individualistis (yaitu, hak-hak individu supercede
orang-orang dari kelompok) . "Dengan individualisme, pentingnya
ditempatkan pada input individu, hak dan manfaat" ( Andrews, 1999,
hal. 476 ). Dalam banyak kebudayaan, keputusan kesehatan tidak
dibuat oleh individu tetapi oleh grup: keluarga, masyarakat dan /
atau masyarakat. Obat disosialisasikan atau perawatan kesehatan
pemerintah yang disponsori untuk semua penduduk adalah mencerminkan
nilai ditempatkan pada Setiap perawat memiliki nilai dan perilaku
pribadi masing-masing. Kode etika propesi membawa perubahan
perilaku personal kepada perilaku propesional dan menjadi pedoman
bagi tanggujawab perorangan sebagai anggota profesi dan
tanggungjawab sebagai warga negar. Tanggung jawab propesional
berdasarkan anggapan bahwa propeesi keperawatanberkerja sama dengan
kelompok asuhan kesehatan (kelompok asuhan yang dimasud adalah
profesi dokter, ahli gizi, tenaga farmasi , tenaga
laboratorium,kesehatan lingkungan dll). Untuk meningkatkan
kesehatan, semengurangi penderitan, dan menemukan pencapaian tujuan
berdasarkan kebutuhan manusiawi. Setiap perawatan harus
bertanggungjawab kepada seseorang yang sakit maupun yang sehat ,
keluarga, dan masyarakat. 2.2 Tanggungjawab ini memerlukan
pelaksanaan etika keperawatan Tanggungjawab ini memerlukan
pelaksanaan etika keperawatan yang berkaitan dengan peraturan yang
relevan dengan keperawatan. Tanggungjawab ini antara lain : Perawa
melaksanakan melaksanakan pelayanan dengan menghargai derajat
manusia. Perawat melindungi hak pasien/klien, kerahasian
pasiren,melibatkan diri hanya terhadap hal yang relevan dengan
asuhan keperawatan. Perawat mempertahan kompetensinya dalam praktik
keperawatan, mengenal dan menerima tanggungjawab untuk kegiatan dan
keputusan yang akan di ambil. Perawat melindungi pasien/klien bila
keperawatan dan keselamatan diganggu oleh orang-orang yang tidak
berwenang,tidak etis, atau tidaak legal. Perawatan mempertimbangkan
orang lain dengan criteria tertentu apabila akan melegendasikan
tugas atau menunjuk seseorang untuk melakukukan kegiatan
keperawatan. Perwat berpartisipassi dalam kegiatan riset bila hak
individu yang menjadi subjek dilinddungi. Perawat berpartisipassi
dalaam usaha profesi untuk meningktkan standar pratik dan
pendidikan keparawatan. Perawat bertindak melalui organisasi
profesi keperawatan, berperan serta dalam mengdakan dan
mempertahankan kondisi perkerjaan yang memungkinkan kualitas asuhan
keperawatan yang tinggi. Perawat berkerjasama dengan anggota
profesi kesehatandan orang lain dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat. Perawat menolak tawaran untuk subjek advertensi atau
promosi komersial.
BAB III PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DALAM NILAI SOSIAL
BUDAYA
3.1 Penerapan Etika Keperawatan dalam Nilai Sosial Budaya
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi
pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi
perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah
senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat dihaaraapkan harus
ramah, baik bertabiat halus/ lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas
, cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang perilng
baik. Perawat harus perperilaku yang dapat dihargai orang lain,
menyadari bahwa dirina adalah perawat yang perilakunya akan
mengetahuipasien,teman, keluarga, dan masyarakat. Apabila
perilakunya tidak diterima, dia akan dikritik oleh teman sejawat
atau masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena perawat adalah
membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan.
Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin
hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini,
maka akan terjalin saling menghormati dan menghargai diantara
keduanya. Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan
dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,
sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam
masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para perawat
dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh
karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti
saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan.
Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama
baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari
masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan
dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai
kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi
pekerti.yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala
jabatan, termasuk jabatan perawat. 3.2 Sikap Prefesional Perawat di
Kaitkan dengan Nilai Social Budaya Perawat yang menggambarkan
persaudaran penting dalam tanggung jawab social. Setiap oaring
mempunyai paling tidak seorang teman dekat dan beberapa teman
biasa. Teman adalah aorang membantu kita dalam mengerjakan sesuatu.
Persahabatan sangat penting dalam kehidupan, diperlukan untuk
membantu kita menjadi seseorang yang kita kehendaki. Teman adalah
seseorang yang kita banggakan , yang membuat kita senang, dan
kepada siapa kita bertukar pengetahuan. Dalam keperawatan ,
merupakan peilaku yang tidak benar apabila membayangkan orang lain
yang menjadi tanggungjawab. Kadang kadang ada perbedaan anggapan
tentang perilaku yang baik, tetapi kebanyakan akan setuju apabila
seseorang mempertahankan standar profesi yang akan membawadirinya
dalam situasi professional.keberasilan perawat dalam keperawatan
bergantung pada konsep diri dan tuanya menjadi perawat. Kemampuan
intektual perawat sangat penting. Kemampuan ini diukur dengan
barbagai cara perawat memenuhi tanggungjawab keperawatan.
Intergritas pribadi sangat penting dalam keperawatan, semua orang
harus jujur kepada dirinya sendri. Ini memberikan dasar integritas
dalam kehidupan professionalnya. Akan ada kemungkinan terjadi
kesalahan. Orang yang berhati besar mengakui kesalahanya, tetapi
orang berhati kecil tidak akan mengatakan apa-apa, tetapi bertahun
tahun akan menderita karena menderita karena perasaan bersalah.
Apabila perawat membuat kekeliruan, sebaiknya dibicarakan dengan
orang yang tepat dan tentukan pengetahuan , keterampilan atau sikap
yang mendasari terjadinya kekeliruan.
BAB IV HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN 4.1
Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawtan Hubungan
dengan budaya Indonesia menganut kebiasaan timur, saling
menghormati terutama kepada orang yang lebih tua, baik tua dalam
usia , dalam pengalaman , dalam pendidikan maupun dalam kedudukan.
Masyarakat Indonesia terkenal sangat ramah, mempunyai sifat gotong
royong, keberhasilan dalam pergaulan akan terarah pada diri kita
masing-masing. Kita tidak bisa memanggil nama orang dengan nama
saja kepada yang belum banyak dikenal pasien kita, lebih-lebih pada
orang yang lebih tua. Hendaknya memangil orang dengan predikat yang
telah umum digunakan di daerah setempat agar lebih akrab, misalnya
dengan memanggil Mbakuntuk wanita dan Mas untuk peria, memangil Ibu
atau Bapak kepada wanita dan peria yang lebih tua di daerah jawa.
Begitu pula di daerah lain, bisanya panggilan Bapak dan Ibu
diterima juga di daerah lain untuk yang muda maupun yang tua.
Penghargaan jasa kecil apapun harus diberikan, misalnya dengan
ucapan terima kasih terhadap tindakan yang memantu kita. Komunikasi
dimulai ketika bertemu denga orang lain. Banyak bahan untuk memulai
komunikasi , misalnya mengucapkan Selamat pagi atau Selamat siang
atau Selamat malam, sesuai dengan waktu pertemuan perawat dan
pasien. Bagi perawat yang lebih mudah menghargai posisi lebih
tinggi, dengan sopan santun, mendahulukan mereka untuk lewat atau
memberikan mereka duduk, memberikan mereka tempat duduk yang lebih
depan, memberikan kesempatan mereka berbicara lebih dahulu dan
lain-lai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari uraian-uraian yang
dibahas didepan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan adalah
bahwa peran etika keperawatn sangat berkaitan dengan nilai sosial
buday. Seorang perawat dalam menghadapi pasien, harus mempunyai
etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat
harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien.
Dan perawat dihaaraapkan harus ramah, baik bertabiat halus/ lembut,
jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai
tanggungjawab moral yang perilng baik.Perawat akan merasakan
kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si
pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan
kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien. 5.2 Saran seorang
perawat yang pertama harus mencintai pekerjaannya.Perawat harus
mempunyai kepribadian yang baik.Perawat sebisa mungkin menjalin
komunikasi dengan pasien, sehingga
bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya.Perawat
harus bisa membawa / menempatkan diri dimana ia berada. Seorang
perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi
terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien
akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan
batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien
merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata
lain terjadi interaksi perawat dan pasien
DAFTAR PUSTAKA Andrews, MM (1999). Keragaman budaya dalam tenaga
kerja perawatan kesehatan. Dalam MA Andrews & JS Boyle, konsep
Transcultural dalam asuhan keperawatan (3 rd ed, pp 471-506.).
Philadelphia: Lippincott. Bellack, JP, & O'Neil, EH (2000).
Menciptakan praktek keperawatan bagi abad baru. Rekomendasi dan
implikasi dari laporan akhir PPS kesehatan profesi komisi
Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 14-21. Davis, AJ
(1999). Global pengaruh keperawatan Amerika: Beberapa isu-isu etis
Etika Keperawatan:. Sebuah Jurnal Internasional untuk Profesional
Kesehatan, 6 (2), 118-125. Donnelly, PL (2000). Etika dan lintas
budaya keperawatan. Journal of Transcultural Nursing, 11 (2),
119-126. Gibson, DM (2000). Internasionalisasi pendidikan tinggi.
Dalam ML Kelley & VM Fitzsimons (Eds.), Memahami keragaman
budaya: Budaya, kurikulum, dan masyarakat dalam keperawatan.
Boston: Jones dan Bartlett. Heller, BR, Oros, MT, &
Durney-Crowley, J. (2000). Masa depan pendidikan keperawatan: 10.
Tren untuk menonton Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1),
9-13. Leininger, M. (1991) Budaya perawatan keragaman dan
universalitas: Sebuah teori keperawatan.. Jakarta: Liga Nasional
untuk Keperawatan Press. Diposkan oleh health.faillafriends di
09:55http://health-faillafriends.blogspot.com/
Minggu, 29 Mei 2011Etika Keperawatan Endha BlogspotNILAI SOSIAL
BUDAYA BANGSA DENGAN ETIKA KEPERAWATAN 1. PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau oleh masyarakat.
Pembanguanan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-undang
Dasar 1945. disamping itu, pembangunan kesehatan pada dasarnya
menyangkut kehidupan fisik, mental maupun sosial ekonomi yang dalam
perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi baik tatanilai
maupun pemikiran terutama upaya pencegahan masalah kesehatan.
Penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan
diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi sebagaimana tertera dalam Undang-Undang kesehatan no 23
tahun 1992. praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai
kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi,
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap
tenaga keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi
layanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena
terkait langsung dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan
kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya. Tenaga keperawatan juga
memiliki karakteristik yang khas dengan adanya pembenaran hukum
yaitu. Diperkenanya melakukan intervensi keperawatan terhadap tubuh
manusia dan lingkungannya dimana apabila hal itu dilakukan oleh
tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan pidana. Terjadinya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model
medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan keparadigma sehat yang lebih holistic yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus
pelayanan (cohen,1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam
reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa
40%-75% pelayanan dirumah sakit merupakan pelayanan keperawatan
(Gillies,1994), Swansburg dan Swansburg 1999) dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di 2 rumah
sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh
perawat.
Secara garis besar hal-hal penting yang dimuat dan ditampung
dalam Rancangan Undangundang Praktik Keperawatan ini antara lain
menyangkut:
(a). Pengaturan kompetensi seorang tenaga keperawtan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
(b). Pengaturan ijin praktik kaitannya dengan sertifikasi,
registrasi dan lisensi;
(c). Akreditasi tempat praktik dan orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap praktik;
(d). Pengaturan tentang keterkaitan antara praktik dengan
penelitian;
(e). Pengaturan penetapan kebijakan yang sekarang ini ada pada
departemen kesehatan;
(f). Ketatalaksanaan hubungan antara pasien dengan perawat;
(g). Penerapan ilmu kaitannya dengan penapisan ilmu pengetahuan
dan tehnologi;
(h). Pemberian sanksi disiplin
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud kegiatan ini adalah dalam rangka penyusunan naskah
akademis sebagai bahan masukan untuk substansi materi muatan
praktik keperawatan. Penyusunan Naskah Akademik ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang keperawatan secara umum, mencakup
pengertian dasar, ilmu pengetahuan, bentuk praktik keperawatan,
masalah keperawatan, dan pokok-pokok materi muatan dalam pengaturan
praktik keperawatan. Diharapkan, Naskah Akademik ini dapat
memberikan penjelasan terutama tentang apa dan mengapa
Undang-Undang Praktik Keperawatan amat mendesak untuk
diterbitkan.
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis,
psikologis, sosial, spiritual dan ultural yang diberikan kepada
klien (pasein) karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan
ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yang sedang
terganggu. Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap
penyakit, pengobatan dan lingkungan (Tomey, 1994). Beberapa teori
keperawatan sampai saat ini mewarnai dasar bentuk pelayanan
keperawatan, antara lain Teori Adaptasi (Roy), Self Care (Orem),
Teori 14 Kebutuhan dasar/ model konseptual komplementer Suplementer
(Henderson), Care-Cure, and Core (Lydia Hall), Teori Sikap dan
Perilaku Caring (Jane Watson), Teori Sistem Perilaku (Johnson),
Sistem Sosial (King), Teori
Lintas Budaya (Leininger), Perilaku Pencegahan dan Peningkatan
Kesehatan (Nola Pender) dan lain-lain. Tujuan dari teori ini adalah
untuk memperhatikan kepada khalayak bahwa fokus pelayanan
keperawatan adalah klien dan keluarganya sebagai sistem yang pada
dasarnya memiliki potensi untuk berubah dan berkembang dalam rangka
pemulihan diri dari gangguan kesehatan, serta pelu untuk di bimbing
dalam rangka pemberdayaan dirinya. Inti dari semua teori ini adalah
hubungan perawat-klien terbina secara terapeutik dan menjadi
landasan terwujudnya kesetaraan professional diantara keduanya yang
saling membutuhkan. Teori-teori inilah yang menunjukan bahwa
pelayanan keperawatan bebeda dengan profesi inilah yang menunjukan
bahwa pelayanan keperawtan bebeda dengan profesi kesehatan lain
(Nurrachmah, 2004)
Keperawatan di Indonesia perkembangannya masih belum
menggembirakan dibanding dengan negara-negara maju. Faktor yang
mempengaruhi diantaranya adalah faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah faktor historikal, struktural ataupun funsional.
Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada era globalisasi dimana
perkembangan tehnologi informasi membuat tidak ada batas antar
negara, telah memungkinkan arah pekembangan keperawatan di
Indonesia sejalan dengan arah perkembangan keperawatan di negara
maju. Walaupun sebenarnya keterlambatan perkembangan keperawatan di
Indonesia lebih banyak dikarenakan faktor eksternal profesi.
PENERAPAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN DIKAITKAN DENGAN SOSIAL
BUDAYA BANGSA INDONESIA
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi
pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi
perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah
senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan karena
perawat adalah membantu proses
penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang
baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih
akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin
saling menghormati dan menghargai diantara keduanya.
Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam
menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,
sehingga para perawat dapat mengetahui
kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan.
Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya
secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan
praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak
dapat dipisah-pisahkan.
Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama
baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari
masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan
dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai
kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi
pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala
jabatan, termasuk jabatan perawat.
PERTIMBANGAN MORAL BAGI PERAWAT DALAM MENJALANKAN TUGASNYA.
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya
diyakini oleh para anggota suatu masyarakat tertentu sebagai yang
salah atau yang benar (Berkowit Z,1964) petimbangan moral adalah
penilaian tentang benar baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi tidak
semua penilaian tentang baik dan benar itu merupakan pertimbangan
moral, banyak diantaranya justru merupakan penilaian terhadap
kebaikan / kebenaran, estesis, teknologis / bijak. Jadi jelas bahwa
seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-niali
moral
dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai
prinsip-prinsip moral, tetapi prinsip moral itu bukan sebagai suatu
peraturan konkret untuk betindak, namun sebagai suatu pedoman umum
untuk memilih apakah tindakan-tindakan yang dilakukan perawat itu
benar atau salah. Beberapa kategori prinsip diantaranya :
Kebijakan (dan realisasi diri)
Kesejahteraan orang lain
Kesejahteraan terhadap otoritas
Penghormatan terhadap otoritas
Kemasyarakatan / pribadi-pribadi
Dan keadilan
Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas
yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat
dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan
kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si
pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan
kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien.
A. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang dibahas didepan, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Seorang perawat harus mempunyai budi pekerti yang luhur,
karena akan berfaedah bagi dirinya maupun pasien yang dirawatnya 2.
Untuk menjadi seorang perawat yang baik, ia harus memenuhi beberapa
syarat / kriteria tertentu. 3. Seorang perawat harus memiliki rasa
moralitas dan rasa kemanusiaan yang tinggi. 4. Ajaran Moralitas
bagi perawat juga terkandung dalam sila-sila pancasila terutama
sila I dan sila II
B. SARAN
Dari kesimpulan diatas dapat sedikit memberi saran kepada calon
perawat / perawat, yaitu:
1. Menjadi seorang perawat yang pertama harus mencintai
pekerjaannya. 2. Perawat harus mempunyai kepribadian yang baik 3.
Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien, sehingga
bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya. 4. Perawat
harus bisa membawa / menempatkan diri dimana ia berada.
Diposkan oleh Hendra Patricknya E'enda di 01:23 Kirimkan Ini
lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
Facebookhttp://hendracliquerz001.blogspot.com/2011/05/etika-keperawatan-endha-blogspot.html
Helmi Mukafi, S.Kep.Ners.
Senin, 10 Oktober 2011HUBUNGAN NILAI SOSIAL BUDAYA BANGSA DENGAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN Oleh : Helmi Mukafi, S.Kep.Ners.
A. NILAI SOSIAL BUDAYA BANGSA INDONESIA Nilai adalah :
Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
(Poerwadarminta) > Mempunyai konotasi positif (Hans Jonas) >
Sangat berharga bagi seseorang, obyek, ide atau kegiatan (Kozier)
Sosial adalah : Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain
sebagai obyek baik nyata ataupun abstrak Budaya adalah : Hasil
budidaya manusia yang berupa karya, karsa, cipta dan rasa
Nilai-Nilai Sosial Budaya Bangsa (NSB) Indonesia : 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. Rasa malu dan harga diri Kerja keras Rajin dan
disiplin Hidup hemat dan produktif Menghargai Empati Sabar dan
syukur Amanah Solidaritas Keadilan dan budi pekerti tinggi
Landasan awal pembangunan bangsa Indonesia ( Founding Fathers) :
Pembangunan semangat atau jiwa bangsa bukan pembangunan
material
Langkah-langkah penting yang perlu ditempuh guna pengembangan
NSB Bangsa Indonesia : 1. Eksplorasi nilai-nilai dari khasanah
agama- agama di Indonesia 2. Rumusan sbg gagasan awal yang mampu
mempresentasikan NSB Bangsa Indonesia 3. Pemetaan kesenjangan
antara NSB Bangsa Indonesia dengan aktualisasi dalam Kehidupan
sehari-hari 4. Adanya telaah/kajian faktor pendukung B. PENERAPAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN DIKAITKAN DENGAN NILAI SOSIAL BUDAYA
BANGSA INDONESIA
Etika adalah : Ilmu yang mempelajari nilai moral/budi pekerti
yang menjadi prinsip dan kode tindakan yang ideal > Peraturan
dan prinsip bagi perbuatan yang baik/ benar > Pedoman untuk
pemecahan masalah etis/baik dalam area praktik, pendidikan,
administrasi maupun penelitian > Telaah dan penilaian terhadap
kelakuan manusia ditinjau dari kesusilaan dan kesopanan. Etika
Keperawatan adalah : Suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib
bertingkah laku yang merujuk pada standar etik/kode etik yang
menentukan dan menuntun perawat dalam praktek seharihari (Fry)
Contoh etika keperawatan : > Kejujuran > Kepatuhan pada
rahasia jabatan > Disiplin dalam melaksanakan kewajiban >
Kebijaksanaan dan kesabaran > Menjaga kehormatan diri perawat
(Erma Yulihastin) Profesi > berasal dari kata profesio
> yang berarti pengakuan Profesi adalah : Sesuatu yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan sosial dan untuk melindungi
hak dari pihak yang berkepentingan (Abraham Flexner)
Ciri-ciri Profesi : Adanya aktivitas intelektual, berdasarkan
ilmu, untuk keperluan praktek dan pelayanan, dapat diajarkan,
terorganisir , altruistik (Abraham Flexner) Adanya teori yang
sistemik, otoritas, wibawa(martabat), kode etik, budaya profesional
(Greenwood E) Melalui empat tahapan : 1. Memperoleh badan
pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi 2. Menjadi pekerjaan
utama 3. Adanya organisasi profesi 4. Mempunyai kode etik (Hall)
Berdasarkan nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia bila
dihubungkan dengan etika profesi keperawatan, maka dapat dirumuskan
sbb : 1. Kejujuran dan kesabaran 2. Menghargai harkat dan martabat
manusia 3. Bersikap adil 4. Disiplin dan Bertanggung jawab 5.
Memegang rahasia 6. Bersikap dan bertuturkata yang baik/sopan
(menjaga kehormatan perawat) 7. Mempunyai wawasan dan ilmu
pengetahuan keperawatan yang memadai
KESIMPULAN1. Nilai-nilai sosial budaya bangsa (NSB) dapat
menjadi landasan bagi pembentukan karakter dan etika profesi
keperawatan. 2. Etika keperawatan merupakan penuntun bagi perawat
tentang bagaimana harus bertingkah laku dalam praktek sehari-hari.
3. Berkembangnya nilai-nilai sosial budaya bangsa kearah yang
positif akan memberikan perkembangan yang positif pula pada
perkembangan profesi keperawatan melalui etika keperawatannya.
Diposkan oleh Helmi Mukafi, S.Kep.Ners. di 19:17 Kirimkan Ini
lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 0
komentar:
http://helmimukafiskepners.blogspot.com/2011/10/hubungan-nilai-sosial-budaya-bangsa.html