Invertebrate Akuatik di Banyumas dan Pantai Sodong Cilacap Oleh : Linda Elina Oktavia H1H014009 Afief Achyad Kurniadi H1H014011 Anggraini Dwi Nilamsari H1H014015 Muhammad Hanif S. H1H014016 Astri Nurhayati H1H014017 Muhamad Imam Rifa’i H1H014023 Ike Yuliana Farida H1H014027 Anandiyani Pangestika H1H014029 Dimas Tri Utomo H1H014031 Handhita Artya P. H1H014039 Muhammad Zamzam F. N. H1H014042 Desita Rahmah Putri H1H014045 Satrio Haryu Wibowo H1H014046 BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Invertebrate Akuatik di Banyumas dan Pantai Sodong Cilacap
Oleh :
Linda Elina Oktavia H1H014009
Afief Achyad Kurniadi H1H014011
Anggraini Dwi Nilamsari H1H014015
Muhammad Hanif S. H1H014016
Astri Nurhayati H1H014017
Muhamad Imam Rifa’i H1H014023
Ike Yuliana Farida H1H014027
Anandiyani Pangestika H1H014029
Dimas Tri Utomo H1H014031
Handhita Artya P. H1H014039
Muhammad Zamzam F. N. H1H014042
Desita Rahmah Putri H1H014045
Satrio Haryu Wibowo H1H014046
BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
2015
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS TERSTRUKTUR
AVERTEBRATA AKUATIK TAHUN 2015
Oleh :
Kelompok 1
Linda Elina Oktavia H1H014009
Afief Achyad Kurniadi H1H014011
Anggraini Dwi Nilamsari H1H014015
Muhammad Hanif S. H1H014016
Astri Nurhayati H1H014017
Muhamad Imam Rifa’i H1H014023
Ike Yuliana Farida H1H014027
Anandiyani Pangestika H1H014029
Dimas Tri Utomo H1H014031
Handhita Artya P. H1H014039
Muhammad Zamzam F. N. H1H014042
Desita Rahmah Putri H1H014045
Satrio Haryu Wibowo H1H014046
Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas terstruktur mata kuliah Avertebrata Akuatik
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disetujui
Tanggal, 06 Juni 2015
Dosen Pengampu,
Drs. Setijanto, MSc. St.
NIP. 195507191987031001
Asisten,
Dara Astri Nurazizah
NIM. H1H013024
BAB I
SINOPSIS
I. SINOPSIS
Pengambilan biota avertebrata dilakukan di daerah Banyumas dan pantai Sodong,
Cilacap. Kolam dan sawah di daerah Kampus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Jenderal Soedirman dengan titik koordinat Latitude 7.41049 S dan Longitude
109.25085 E. Sungai Banjarin dengan titik koordinat Latitude 7.45737 S dan Longitude
109.2176 E. Habitat mangrove Cilacap dengan titik koordinat Latitude 7.66861 dan S
Longitude 109.17394 E. Rawa Pasang Surut Desa Sodong Cilacap dengan koordinat
Latitude 7.0403 S dan Longitude 109.074604 E dan di Pantai Sodong Cilacap denngan
titik koordinat Latitude 7.3928 S dan Longitude 109.06052. Pengambilan sampel ini
dilakukan sebanyak satu kali pemberangkatan. Biota ini diambil secara langsung
menggunakan tangan atau hand sorting, jala surber, eckman grab, dan plankton net.
Tempat dan biota yang didapat langsung difoto menggunakan camera digital, setelah itu
dimasukkan ke dalam wadah dan diberi formalin. Biota diawetkan agar tidak bau dan
mudah untuk diidentifikasi. Biota yang diperoleh sebanyak 21 spesies yaitu,
Pilsbryoconcha exilis dari famili Unionidae, Orthetrum sabina dari famili Libellulidae,
Pomacea flagellata dari famili Ampullariidae, Birgella subglubosa dari famili
Hydrobiidae, Parathelpusa convexa dari famili Gecarcinucidae, Lumbricidae sp dari
famili Lumbricina, Eremopyrgus eganensis dari famili Hydrobiidae, Stenomelania
rufescens dari Thiaridae, Scylla sp. dari famili Portunidae, Polymesoda sp dari famili
Cordiculidae, Neritina natalensis dari famili Neritidae, Telescopium telespocium dari
famili Potamididae, Clithon chlorostoma dari famili Neritidae, Faunus ater dari famili
Pachychilidae, Haliotis rufescens dari famili Haliotididae, Chrysallida excavata dari famili
Pyramidellidae, Coenobita violascens dari famili Coenobitidae, Cerithidea quadrata dari
famili Potamididae, Natica unifasciata dari famili Naticidae, Penaeus merguiensis dari
famili Penaeidae, dan Cyclops sp. dari famili Cyclopidae.
Kondisi geologi daerah Banyumas Struktur geologi dikontrol oleh tenaga endogen /
tektonik dari dalam bumi. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian
berupa, Struktur Lipatan. Struktur lipatan pada umumnya berkembang pada batuan
berumur Tersier (Formasi Tapak,Formasi Kumbang,Formasi Halang dan Formasi Pemali)
membentuk perbukitan dengan relief rendah dan terjal. Struktur sesar, struktur sesar ini
juga banyak dijumpai pada batuan berumur Tersier, dimana struktur sesar trsebut akan
Deskripsi : Kulitnya berwarna kuning ada juga bagian yang berwarna biru kehitaman. Kulitnya keras seperti marmer licin tapi tidak berbulu.
Habitat :
Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.
Deskripsi : Siput ini memiliki tubuh yang bulat dan ukuran tubuhnya kecil seperti kelereng.
Habitat :
Siput ini menyukai daerah yang berawa, parit dan kolam, serta sungai dan danau. Siput ini juga senang berada pada suhu tidak dibawah 10ºC. Siput ini yang memiliki nama daerah apple snail atau yang dapat kita artikan dalam bahasa indonesia yaitu siput apel. Insang mencermikan adaptasi oksigen miskin kondisi air.
Spesies : Birgella subglubosahttp://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Birgella+subglobosa
Nama Daerah : Siput lumpur
Deskripsi : Siput ini memiliki ukuran yang kecil, dan warnanya menyerupai kerikil
Habitat :
Birgella subglubosa atau siput lumpur ini hidup di daerah perairan tawar, biasanya hidup pada sungai-sungai yang besar. Siput ini juga biasanya berada di dasar perairan ataupun perairan yang cukup dalam.
Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang disukai oleh hewan ini adalah 7,8 – 8,0. Serta temperatur sekitar 23ºC. Siput lumpur ini juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar.
Deskripsi : Kepiting ini memiliki 5 pasang kaki, diantara 5 pasang kaki tersebut terdapat capit. Ukuran tubuh dari kepiting ini cukup besar kurang lebih dua kepal tangan.
Habitat :
Kepiting sawah atau biasa juga disebut yuyu, hewan ini kerap didapati di sungai-sungai, danau, dan persawahan. Kepiting sawah ini merupakan jenis kepiting yang bercangkang lembut, biasanya kepiting ini juga dipakai sebagai umpan untuk memancing ikan gabus. Selain itu, yuyu juga bisa didapatkan dipinggiran kali kecil, perbatasan air dan tanah, yang tanahnya basah dan banyak airnya.
Faktor lingkungan yang mendukung untuk kepiting sawah ini ialah dari pH, oksigen terlarut, salinitas, temperatur, dan lain-lain. Kepiting sawah dapat hidup pada pH 7,5 dan oksigen terlarut dari kepiting ini 9,33 mg/l. Sedangkan salinitas bagi kepiting ini cukup kecil, yaitu 1,33 ppt dan suhu yang optimal untuk kepiting ini 28,7ºC. Alkalinitas yang sesuai atau yang optimum adalah 162 mg/l.
Deskripsi : Cacing ini memiliki panjang tubuh hampir mencapai 1 meter, cacing ini memiliki warna merah kemerahan dengan ukuran tubuhnya tidak lebih dari jari kelingking.
Habitat :
Cacing tanah hidup ditemukan di tempat seperti kebun, tegalan, dan sawah. Cacing tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dan sinar matahari, lembap, gembur, dan mengandung banyak serasah. Suhu ideal dari cacing ini adalah 6-16ºC untuk menetas. Salinitas yang optimal bagi kehidupan cacing tanah ini antara 28-33 ppt, lalu oksigen terlarut atau DO yang sesuai bagi cacing ini berkisar antara 5,9-7,5 mg/l. Selain itu, pH yang sesuai atau yang optimal untuk cacing ini 7,9 – 8,1. Cacing tanah ini dapat hidup pada suhu yang hangat, yaitu antara 29-31ºC. Kandungan amonianya sebesar 0,002 sampai dengan 0,006 mg/l. Cacing tanah ini juga memiliki parameter nitrat dan nitrit, untuk nitrat yang optimal bagi cacing ini adalah 0,005 sampai dengan 0,027 mg/l. Sedangkan parameter nitrit dari cacing ini adalah 0,001 sampai 0,199 mg/l.
Deskripsi : Hewan ini memiliki bentuk tubuh seperti terompet kecil, dengan bagian ujungnya agak runcing dan warna dari cangkangnya sedikit pudar.
Habitat :
Hewan ini menyukai perairan yang bersih, faktor lingkungan yang sesuai untuk kehidupan hewan ini adalah suhu sebesar 28ºC. Dan salinitas yang optimal untuk hewan ini yaitu kurang dari 26,4%. Hewan ini biasanya ditemukan di danau, sungai, estuari, kolam, dan juga danau di pinggir laut. Selain itu hewan ini juga ditemukan di bawah ataupun dasar pasir yang berlumpur. Gastropoda ini juga dapat hidup walaupun di tempat yang keruh bahkan hewan ini bisa hidup dalam kondisi yang tidak memungkinkan, seperti hidup di saluran pembuangan dan pada sistem pencernaan beberapa spesies ikan.
Deskripsi : Keong ini memiliki ukuran yang kecil, dan warna dari cangkangnya kehitam – hitaman
Habitat :
Gastropoda ini menyukai tempat – tempat seperti pantai, perairan tawar, dan juga sungai – sungai besar. Namun selain di daerah – daerah tersebut, hewan ini juga menyukai tempat seperti rawa – rawa dan kawasan mangrove.
http://eol.org/pages/4874408/data
Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya. Antara lain, pH, oksigen terlarut, temperatur atau suhu, kandungan organik dan anorganik. Salah satu faktor lingkungannya adalah pH, pH yang sesuai untuk kehidupan gastropoda ini adalah 8,6. Sedangkan oksigen terlarut yang optimal sebesar 2 mg/l dan juga temperatur yang mendukung sebesar 16ºC. Kandungan organiknya kurang lebih 0,69 dan anorganiknya 0,1 ( Syafaat, 2012 ).
Deskripsi : Kepiting ini memiliki 5 pasang kaki, diantaranya ada kaki renang, kaki jalan dan capit. Kepiting ini juga memiliki warna yang unik dengan bintik – bintik di kakinya.
Habitat :
Kepiting bakau hidup di daerah mangrove, kepiting ini membutuhkan faktor lingkungan yang sesuai, antara lain harus memiliki suhu, salinitas, DO, pH yang optimal. Suhu yang optimal untuk hewan ini adalah 24,4-35ºC. Salinitas sebesar 25-37%, dan juga oksigen terlarut sebesar 0,96 – 8,01 ppm. Dan pHnya 7-8.
Deskripsi : Kerang totok ini memili ukuran tubuh yang cukup besar, dan warna dari kerang ini kuning cerah. Kerang ini juga merupakan salah satu kerang konsumsi.
Habitat :
Hewan ini senang di tempat-tempat yang berlumpur, hewan ini banyak melimpah di hutan mangrove, biasanya hewan ini menyembunyikan dirinya dibalik lumpur-lumpur. Kerang totok banyak hidup di salinitas yang berbeda, yaitu 13 ppt, 15 ppt, 30 ppt, dan juga 32 ppt, dari salinitas yang berbeda tersebut didapatkan pula ukuran yang berbeda-beda. Kondisi salinitas menunjukkan angka yang berbeda-beda, tetapi temperatur lingkungan bagi kerang totok ini relatif konstan. Temperatur ataupun suhu air yang sesuai untuk kerang totok adalah 28ºC sampai dengan 29ºC. Kerang ini hidup di daerah substrat berpasir, dimana bahan organik dari substrat dasar berkisar antara 14,9 % sampai dengan 16,4 %.
Deskripsi : Siput ini memiliki warna yang agak belang – belang dan juga bentuk tubuhnya seperti batu kerikil
Habitat :
Gastropoda ini biasanya ditemukan pada rawa mangrove dan juga danau di pinggir laut. Hewan ini juga banyak ditemukan di daerah intertidal , termasuk dasar lumpur dan akar tumbuhan terkait. Neritina menyukai suhu tropis, karena biasanya ia ditemukan di daerah-daerah tropis. Hal ini menunjukkan bahwa neritina lebih suka air yang hangat. Neritina berada pada perairan yang payau, namun hewan ini sering berada di sungai yang jauh dari asalnya. Salinitas berpengaruh terhadap warna cangkang dari hewan ini, warna cangkangnya terlihat lebih gelap dan kusam dibandingkan gastropoda yang lain yang berada pada daerah tersebut.
Nama Daerah : -Deskripsi : Hewan ini memiliki warna kehitaman seperti biji buah salak dan juga berbentuk bulat kecil seperti kelereng.
Habitat :Gastropoda ini menghuni daerah muara yang menuju ke arah laut dan biasanya
spesies ini mendiami sungai, serta ditemukan di zona intertidal dimana aliran memenuhi pantai, serta rataan terumbu karang. Kerang ini juga hidup pada perairan tawar dan laut.
http://www.iucnredlist.org/details/189453/0Hewan ini juga hidup di daerah pasang surut sangat tinggi, hal ini disebabkan
karena tempat tersebut merupakan tempat berlindung dan juga tempat untuk mencari makan bagi hewan ini. Suhu air yang sesuai untuk hewan ini adalah 35ºC, pHnya sebesar 6. Selain itu ada salinitas yang mendukung kehidupan dari hewan ini, yaitu 33 %. Sedangkan untuk oksigen terlarutnya sebesar 4,67 ppm.
Deskripsi : Hewan ini biasa disebut dengan sumpil, memiliki warna coklat agak kehitaman dan juga bentuk tubuhnya seperti silinder dan mengerecut
Habitat :
Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo – Pasifik Barat, hewan ini umumnya ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat berpasir dan bebatuan.
http://www.iucnredlist.org/details/175104/0Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung
kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28ºC. Sedangkan faktor lainnya adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.
Deskripsi : Hewan ini menyerupai bebatuan di sekitar pantai dengan warna yang agak kusam kehijauan.
Habitat :
Hewan ini mendiami daerah berbatu dengan rumput laut, hewan ini jarang berada di zona intertidal rendah. Pada suhu yang optimum, abalon dapat berkembang biak yaitu pada suhu 14-16ºC.
Temperatur perairan yang sesuai untuk hewan ini adalah kisaran 21-31ºC. Selain itu ada faktor lingkungan yang lain, yaitu salinitas dan pH. Red abalone ini memiliki salinitas rata-rata antara 27 – 32 %. Sedangkan pH yang sesuai untuk hewan ini adalah 7-8. Oksigen terlarut yang mendukung bagi kehidupan hewan ini adalah sebesar 5,1 – 8,51 mg/l.
Deskripsi : Hewan ini memiliki bentuk tubuh yang unik dengan mengerucut ke atas dan juga agak membulat pada setiap cangkangnya, seperti bersegmen.
Habitat :
Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17ºC dengan kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar 5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.
Deskripsi : Kelomang ini memiliki ukuran yang cukup besar, dan memiliki kaki yang banyak. Cangkang dari kelomang ini memiliki warna yang berbeda dengan warna batu pada bagian atas dan kuning pada bagian bawah.
Hewan ini terlihat di dekat pantai, dan juga berada pada di batu-batuan serta puing-puing laut. Hewain ini juga memiliki habitat berada pada mangrove dekat dengan sungai. Hewan ini kadang memiliki kesulitan dalam molting.
http://coenobitaspecies.com/coenobita-compressus/
Kelomang yang hidup pada daerah mangrove ini, menyukai suhu rata – rata sebesar 27,56ºC. Selain itu, ada pH yang mempengaruhi kehidupan kelomang ini yaitu kurang lebih 6,67. Sedangkan salinitas yang optimum untuk kehidupan hewan ini adalah kurang lebih 21 % .
Deskripsi : Hewan ini merupakan hewan yang berada pada daerah mangrove, dan memiliki warna hitam pekat, serta bagian cangkangnya yang seperti terlihat retak. Cangkangnya juga seperti tanduk.
Habitat :
Hewan ini banyak melimpah di lingkungan air payau dan juga lumpur. Biasanya hewan ini terlihat pada daerah muara dan rawa – rawa bakau dekat pasang tinggi, spesies ini dapat hidup pada kedalaman 0 – 2 m. Hewan ini biasanya ditemukan di dalam lumpur dan berada di dasar. Spesies ini sangat bergantung pada kehadiran vegetasi, oleh karena itu, diperlukan pemeliharaan rawa – rawa untuk keberlangsungan hidupnya.
http://www.iucnredlist.org/details/189357/0
Faktor lingkungan yang dapat membantu kehidupan bagi gastropoda ini ada temperatur atau suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan juga pH. Temperatur atau suhu yang optimal berkisar antara 25 – 53 ºC, oksigen terlarut yang sesuai 3,2 – 3,3 ppm ( Fikri, Nurul 2014 ).
Deskripsi : Siput ini memiliki bentuk tubuh seperti bulan dan juga warna cangkang dari hewan ini sedikit belang.
Habitat :
Moon snail didistribusikan secara luas di dunia, dan biasanya ditemukan di daerah yang tropis. Meskipun begitu, siput ini juga banyak terdapat di daerah kutub utara dan perairan Amerika. Moon snail hidup di substrat berpasir, diberbagai kedalaman tergantung pada spesiesnya. Siput ini biasanya sebagai predator dan memakan bivalvia.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi dari kehidupan Moon Snail atau Natica unifasciata ada temperatur, salinitas, pH, dan lain-lain. Moon snail menyukai temperatur yang optimum sekitar 19-24ºC dan juga salinitas berkisar antara 19-37 ppt. Selain itu, moon snail menyukai perairan dengan pH 6,2 sampai dengan 9,2.
Deskripsi : Kulitnya berwarna kuning ada juga bagian yang berwarna biru kehitaman. Kulitnya keras seperti marmer licin tapi tidak berbulu.
Habitat :
Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.
Deskripsi : Udang ini memiliki bagian pada ekornya yang berwarna putih dan juga ukuran tubuhnya yang sangat kecil.
Habitat :
Udang putih ini merupakan udang yang banyak tersebar di pesisir samudera Hindia. Hewan ini biasanya hidup di dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45 meter, udang ini biasanya aktif pada malam hari, karena sepanjang hari ikan ini akan memendamkan dirinya di dasar perairan.
Udang putih ini menyukai temperatur air yang mencapai 27ºC, sedangkan faktor lainnya yang mendukung kehidupan udang ini ada salinitas. Salinitas yang optimum bagi udang ini kurang lebih sebesar 34,9 % ( Budi, 2011 ).
Suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, biologi badan air dan jugakehidupan biota yang ada di dalamnya. Peningkatan suhu mengakibatkanviskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi juga meningkat, tetapimenurunkan kelarutan gas dalam air. Dekomposisi bahan organik dalam perairanoleh mikroba juga meningkat dengan meningkatnya suhu. Peningkatan suhu perairan sebesar 10ºC meningkatkan konsumsi oksigen oleh organisme akuatiksekitar 2-3 kali.
Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanamandan hewan dalam air. Kehidupan makhluk hidup dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimum yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Oksigen di perairan bersumber dari difusi udaradan hasil dari proses fotosintesis oleh organisme nabati, seperti fitoplankton dantumbuhan air di zona eufotik (Effendi 2003).
Apple snails inhabit a wide range of ecosystems from swamps, ditches and ponds to lakes and rivers. Not every species has similar preferences. However, most apple snails prefer lentic waters above turbulent water (rivers).Click here to see a photograph of the natural habitat of Pomacea canaliculata (province of Buenos Aires, Argentina). The lung/gills combination reflects an adaptation to oxygen poor water conditions often present in swamps and shallow water. Oxigen is reduced by to decay of organic materials like dead vegetation and high temperatures. Their lung prove very useful to survive in these harsh conditions.The shell door (operculum) / lung combination increases the ability to survive periods of drought not uncommon in swamps and small ponds in dry seasons. The snails bury themselves into the substrate decrease their metabolism and enter a period of aestivation. Some genera like Felipponea and Asolene in South America and somePila species in Asia have thick and heavy shells as adaptation to streaming habitats. One thing all apple snail have in common: the need (sub-)tropical temperatures (also see the map at the species section). No Ampullarriidae species survives in area's were the temperature drops below 10°C in the winter months.Respiration isn't the only function of the lung, it also enables the snails to adjust the buoyancy level (floating level). Without a filled lung, the gracious movements of the snails under water would be impossible. The weight of the shell would let them sink to the bottem like a stone. When the oxygen tension of the water drops and the snails are forced to use aerial respiration, apple snails often start to float to remain at the surface.
Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang disukai oleh hewan ini adalah 7,8 – 8,0. Serta temperatur sekitar 23ºC. Siput lumpur ini juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar. ( Pyron, Mark, 2009 ).
Habitat Type: FreshwaterNon-Migrant: NLocally Migrant: NLong Distance Migrant: NRiverine Habitat(s): BIG RIVERLacustrine Habitat(s): Deep waterHabitat Comments: This is a deep water species found only in large lakes and large rivers (Clarke, 1981); as such it is often collected as beach drift (Berry, 1943).
New Zealand mud snails are live bearers (they release embryos and not eggs), and therefore, the presence of newly released young may indicate a possible population (Fig. 6) (other genera that include live-bearing snails in the western United States are Tryonia, Eremopyrgus, andMelanoides)
Habitat Characteristics Preferred Environment
From eutrophic mud bottoms to rocky bottomed, clear running waters Lakes, ponds, streams, rivers, lagoons, estuaries, canals, ditches, water tanks, and
reservoirs Occupies a wide variety of substrates including silt, sand, mud, concrete,
vegetation, cobble, and gravel Temperature
Capable of tolerating a wide range of temperatures with upper thermal limits of 28°C and lower thermal limits near freezing
Salinity
Wide range tolerance from saline and brackish to fresh Salinity tolerance of <26.4% Populations in saline conditions produce fewer offspring, grow more slowly, and
undergo longer gestation periods Water Quality
Able to tolerate turbidity, clear water, and degraded conditions (including sewage and may pass through the digestive tracts of many fish species).
Keong bakau merupakan salah satu gastrpoda yang hidup di air payau atau hutan
mangrove. Hewan ini juga hidup atau ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat
dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak
memendamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur.
Kebanyakan hewan ini bersifat detritus di daerahnya. Hewan ini juga membutuhkan faktor
lingkungan yang mendukung, untuk suhu yang sesuai adalah kisaran 26-32ºC. Sedangkan
salinitas yang optimal untuk keong ini adalah 12 – 28 ppt dan pH yang sesuai untuk keong
bakau ini adalah 8 -8,5. Oksigen terlarut yang optimal bagi keong ini adalah kurang dari 25
mg/l, lalu untuk kadar nitratnya kurang dari 100 mg/l ( Jurnal Akuakultur, 2002 ).
LAMPIRAN 13
Range Description:
This species is widespread across the Pacific (Cowie 1998). It has been found on the islands of Pentecost and Efate, Vanuatu and the Nagura Estuary, Ishigaki Island of the Ryukyu Islands and the on Amami-oshima Island in the Nansei-shoto Islands of Japan (Haynes 2000, Kano et al. 2003, Ohgaki and Kosuge 2005). It has also been recorded on the Makatea Atoll and Tahiti, part of French Polynesia, Samoa and Taiwan Province of China (Montaggioni, 1987, Haynes 1988, Lee and Chao 2003). Recently it has been noted in Khao Bae Na and Laem Yong Lam, Thailand (Nakaoka et al. 2002).
Habitat and Ecology:
This species inhabits rivers and is also found in an intertidal zone where streams meet the beach, as well as reef flats (Montaggioni 1987, Haynes 2000, Kano et al. 2003).
Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo – Pasifik Barat, hewan ini umumnya ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat berpasir dan bebatuan.
http://www.iucnredlist.org/details/175104/0
Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28ºC. Sedangkan faktor lainnya adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.
Shell exterior is brick red to pink and commonly overgrown with epiphytes reaching a maximum of 30 cm. There are usually 3-4 oval, open respiratory pores which are externally raised above the shell’s surface. The shell interior is iridescent with a large, oval muscle scar. (Morris et al. 1980). The mantle and tentacles are black and the underside of the foot is yellowish.
Habitat and Geographic Range
Red abalone inhabit rocky areas with kelp. They are uncommon in the low intertidal zone and more abundant subtidally to around 40 m depth (up to 180 m). Their current range is from Oregon to Baja (California Fish and Game Commission 2005).
Similar species
Haliotis cracherodii, (black abalone), is the primary species encountered in the intertidal, and has a smooth dark shell with 5-9 round, flat shell holes. Pink (H. corrugata) and green (H. fulgens) abalone occasionally occur in the intertidal. Pinks are dull green to reddish brown, highly corrugated, with 2-4 large, elevated holes, and the edge of the shell is usually quite scalloped. Greens are olive green to reddish brown, with numerous, broad, flat-topped ribs, and 5-7 small, circular, slightly elevated holes.
Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17ºC dengan kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar 5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.
Distribution: West coast of America from Mexico (Lower California) to Chile. Only species definitely known from American West Coast, and restricted to this coast. Records from the Indo-West Pacific are misidentifications
Habitat: Up to 1 km inland, mostly within 100 m of shore; sandy beaches, moist, heavily vegetated.
Ecology: Mostly nocturnal, terrestrial
Ontogeny from egg release to final form: compressus passes through four or five laval stages, maximum time 31 days. Megalopa stage lasts 27-32 days. [4]Characteristics: Juvenile compressus are often green or blue and the big pincer is tan. Legs often have dark stripes and the tips will begin to turn tan. As compressus grows its color becomes rich oranges and browns. The big pincer has noticeable stitch marks. They eyes are elongated. Unlike rugosus, there is no black marking on the eye stalk. The eyes are sometimes reddish in color like clypeatus. Behind the antenna on the carapace there is a black diagonal marking.
Behavior:Compressus are notorious for being very picky about shells as they like a D shaped opening. This is the smallest of the species and does not grow much bigger than a ping pong ball. Compressus is fast no matter which direction they are running and is capable of chirping and seem to do so more readily than other species. Several hermit crab owners have noted this species has a specific molting difficulty which causes them to become trapped in their exo, unable to fully shed and therefore dying.Ovigerous females often hide during the day, only becoming active at night. Small sized compressus are much more sensitive to desiccation than larger animals and great aggregations can be found under ledges and in caves where there is slightly more moisture.
Predatory naticid gastropods typically attack other infaunal molluscs by drilling holes that record their activities in the shells of their prey. Other modes of naticid predation, which need not leave complete boreholes, have been noted in the literature and may complicate interpretation of the record of naticid predation in fossil and modern assemblages. ‘Smothering’ is an alternative form of predation that has never been defined clearly with respect to naticid gastropods. Feeding occurs in the absence of a completed drillhole; in most cases suffocation is implied, but reported deaths may be linked to an array of mechanisms (e.g. direct feeding, anaesthetizing mucus). We examine the pervasiveness of alternative modes of predation employed by naticids reported in the literature and offer recommendations regarding the terminology used in referring to such mechanisms. Because it is unclear if predatory behaviours such as suffocation are common in natural settings or are mostly artefacts of laboratory conditions such as insufficient substrate, we examined experimentally the influence of different sediment depths on drilling vs suffocation of Mercenaria mercenaria prey by Neverita duplicata. More than 99% (n = 404) of the clams recorded as consumed in our experiments were drilled, regardless of sediment depth, with <1% (n = 3) noted as cases of potential suffocation. Our results indicate that shallower sediment depths do not affect drilling in this species. Analysis of previous studies indicates that prey health and other laboratory effects are likely responsible for many instances of suffocation reported in the literature. Thus concerns regarding use of drillholes as an indicator of predation by naticids in modern and fossil deposits should be alleviated. Future work on other alternative modes of predation by naticids, in both laboratory and field experiments, should focus on validating reported occurrences of such predation and identifying different mechanisms that may be involved.