1 AUSTISME ARTIKEL Disusun Untuk Memahami Prilaku Anak ‐ Anak Agus Muhardi SITUS INFORMASI SEPUTAR AUTISME http://www.autis.info/
Jun 18, 2015
1
AUSTISME
ARTIKEL
Disusun Untuk Memahami Prilaku Anak ‐ Anak
Agus Muhardi
SITUS INFORMASI SEPUTAR AUTISME
http://www.autis.info/
2
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul Artikel ................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
BAB I TENTANG AUTISME ................................................. 1
A. Apa itu Autisme........................................................... 1
B. Deteksi Dini Autisme ................................................ 3
C. Kenali Autisme ........................................................... 4
D. Jenis Autisme .............................................................. 7
E. Mitos Tentang Autisme.............................................. 14
BAB II TERAPI AUTISME ..................................................... 18
A. Terapi Prilaku............................................................. 18
B. Terapi Biomedik ....................................................... 20
C. Terapi Wicara ........................................................... 22
D. Integrasi Sensori ....................................................... 26
E. Terapi Makanan ......................................................... 27
F. 10 Jenis Terapi Autisme ........................................... 33
Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 38
3
BAB I
TENTANG AUTISME
A. Apa itu Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak,
yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.
Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi
fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Gejala yang sangat menonjol
adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang‐
orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta
seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan
dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.
Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar‐putar,
mengepak‐ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain
sebagainya.
Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan
agresif atau menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat
sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan
mengamuk). Kadang‐kadang mereka menangis, tertawa atau marah‐marah
tanpa sebab yang jelas.
4
Selain berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga berbeda‐
beda, dari sangat ringan sampai sangat berat.
Oleh karena banyaknya perbedaan‐perbedaan tersebut di antara masing‐
masing individu, maka saat ini gangguan perkembangan ini lebih sering
dikenal sebagai Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum
Autistik (GSA).
Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit,
status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Tidak semua individu
ASD/GSA memiliki IQ yang rendah. Sebagian dari mereka dapat mencapai
pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan
luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika, menggambar).
Prevalensi autisme menigkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke
tahun. Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu
autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat
dengan sangat pesat dan pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak. Di
Indonesia belum ada data yang akurat oleh karena belum ada pusat registrasi
untuk autisme. Namun diperkirakan angka di Indonesia pun mendekati angka
di atas. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan
perbandingan 4:1
5
B. Deteksi Dini Autisme
Bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan
penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk
berkembang secara optimal.
Untuk dapat mengetahui gejala autisme sejak dini, telah dikembangkan
suatu checklist yang dinamakan M‐CHAT (Modified Checklist for Autism in
Toddlers). Berikut adalah pertanyaan penting bagi orangtua:
1. Apakah anak anda tertarik pada anak‐anak lain?
2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya
pada sesuatu?
3. Apakah anak anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan
pada orangtua?
4. Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?
5. Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?
6. Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan
melihat ke arah mainan tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka anda
sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan
anak dan mendalami bidang autisme.
6
C. Kenali Autisme
Anak‐anak penyandang spektrum autisme biasanya memperlihatkan
setidaknya setengah dari daftar tanda‐tanda yang disebutkan di bawah ini.
Gejala‐gejala autisme dapat berkisar dari ringan hingga berat dan intensitasnya
berbeda antara masing‐masing individu.
Hubungi profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami
bidang autisme, jika anda mencurigai anak anda memperlihatkan setidaknya
separuh dari gejala‐gejala ini :
Sulit bersosialisasi dengan anak‐anak lainnya
Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya
Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata
Tidak peka terhadap rasa sakit
Lebih suka menyendiri; sifatnya agak menjauhkan diri.
Suka benda‐benda yang berputar / memutarkan benda
7
Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan
Hiperaktif/melakukan kegiatan fisik secara berlebihan
atau malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam)
Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka
menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan
daripada kata‐kata
Menuntut hal yang sama; menentang perubahan atas
hal‐hal yang bersifat rutin
Tidak peduli bahaya
Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu
lama
Echolalia (mengulangi kata atau kalimat, tidak
berbahasa biasa)
Tidak suka dipeluk (disayang) atau menyayangi
8
Tidak tanggap terhadap isyarat kata‐kata; bersikap
seperti orang tuli
Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa
Tentrums – suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan
tanpa alasan yang jelas
Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang seimbang
(seperti tidak mau menendang bola namun dapat
menumpuk balok‐balok)
Catatan : Daftar di atas bukan pengganti diagnosa. Hubungi profesional
yang ahli untuk memperoleh diagnosa lengkap.
9
D. Jenis Autisme
1. Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )
Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak
yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3
tahun. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
a. Komunikasi : kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti
ditunjukkan dibawah ini :
o Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak
berkembang.
o Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau
mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan
bicara.
o Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau
memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
o Bahasa yang tidak lazim yang diulang‐ulang atau stereotipik.
o Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya
permainannya kurang variatif.
b. Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi social :
o Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial,
maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
o Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman
sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes
bersama.
10
o Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang
lain.
o Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk
berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama‐sama.
c. Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang‐
ulang dan stereotipik seperti dibawah ini :
o Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola
perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil
menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya
berjam‐jam.
o Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak
berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat
gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik
ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik
urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak‐
teriak minta diulang.
o Adanya gerakan‐gerakan motorik aneh yang diulang‐ulang,
seperti misalnya mengepak‐ngepak lengan, menggerak‐gerakan
jari dengan cara tertentu dan mengetok‐ngetokkan sesuatu.
o Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang
tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar‐putar, benda
dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba‐rabanya,
suara‐suara tertentu.
11
Anak‐anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper
tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga
rasa takut yang tak wajar.
Kecuali gangguan emosi sering pula anak‐anak ini menunjukkan gangguan
sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium‐cium/menggigit‐gigit
benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus.
Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki‐laki daripada anak
perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
2. PDD‐NOS ‐ Gangguan Perkembangan Pervasif YTT (PDD‐NOS)
PDD‐NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan
dalam bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya
tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa kanak.
Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang‐
kadang anak‐anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak
terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.
3. Sindroma Rett
Sindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang hanya
dialami oleh anak wanita. Kehamilannya normal, kelahiran normal,
perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala
normal pada saat lahir.
Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami
kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang
12
antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan menjadi tak
terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan
komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan‐gerakan otot
tampak makin tidak terkoordinasi.Seringkali memasukan tangan
kemulut, menepukkan tangan dan membuat gerakan dengan dua
tangannya seperti orang sedang mencuci baju.. Hal ini terjadi antara
umur 6‐30 bulan.
Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai
kemunduran psikomotor yang hebat.
Yang sangat khas adalah timbulnya gerakan‐gerakan tangan yang
terus menerus seperti orang yang sedang mencuci baju yang hanya
berhenti bila anak tidur.
Gejala‐gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan
pernafasan, otot‐otot yang makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang
punggung, pertumbuhan terhambat dan kaki makin mengecil
(hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.
13
4. Disintegrasi Masa Kanak
Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok
adalah bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik
selama beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat.
Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun.
Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar,
sehingga kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja
bicaranya yang mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan
ketrampilannyapun ikut mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan
juga timbul perilaku berulang‐ulang dan stereotipik.
Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi
sangat mirip dengan autisme.
5. Sindrom Asperger
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga
lebih banyak terdapat pada anak laki‐laki daripada wanita.
Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi,
interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada
Autisme.
Pada kebanyakan dari anak‐anak ini perkembangan bicara tidak
terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga
yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara,
mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi
14
biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang
saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan
bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara
bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang
menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila
dibanding anak‐anak lain seumurnya.
Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek
tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal‐hal ilmiah lain. Mereka
mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya.
Obsesi inipun biasanya berganti‐ganti.Kebanyakan anak SA cerdas,
mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam
pelajaran disekolah.
Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah
mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya secara
kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar
peraturan tersebut. Misalnya : harus berhenti bila lampu lalu lintas
kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.
Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk
berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau
komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan tidak bisa
melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.
15
Perilakunya kadang‐kadang tidak mengikuti norma sosial,
memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang
seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. “Ibu, lihat,
bapak itu kepalanya botak dan hidungnya besar ”). Kalau diberi tahu
bahwa tidak boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab : “Tapi itu kan
benar Bu.”
Anak SA jarang yang menunjukkan gerakan‐gerakan motorik
yang aneh seperti mengepak‐ngepak atau melompat‐lompat atau
stimulasi diri.
16
E. Mitos Tentang Autisme
Mitos : Semua anak dengan autisme memiliki kesulitan belajar.
Fakta : Autisme memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap orang.
Simtom gangguan ini dapat bervariasi secara signifikan dan meski
beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa anak
lain dapat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan mampu
menyelesaikan materi pembelajaran yang sulit, seperti persoalan
matematika. Contohnya, anak dengan sindrom Asperger biasanya
berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.
Mitos : Anak dengan autisme tidak pernah melakukan kontak mata.
Fakta : Banyak anak dengan autisme mampu melakukan kontak mata.
Kontak mata yang dilakukan mungkin lebih singkat durasinya atau
berbeda dari anak normal, tetapi mereka mampu melihat orang lain,
tersenyum dan mengekspresikan banyak komunikasi nonverbal
lainnya.
Mitos : Anak dengan autisme sulit melakukan komunikasi secara verbal.
Fakta : Banyak anak dengan autisme mampu mengembangkan kemampuan
berbahasa yang fungsional. Mereka mengembangkan beberapa
keterampilan berkomunikasi, seperti dengan menggunakan bahasa
isyarat, gambar, komputer, atau peralatan elektronik lainnya.
17
Mitos : Anak dengan autisme tidak dapat menunjukkan afeksi.
Fakta : Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah
miskonsepsi bahwa anak dengan autisme tidak dapat memberi dan
menerima afeksi dan kasih sayang. Stimulasi sensoris diproses
secara berbeda oleh beberapa anak dengan autisme, menyebabkan
mereka memiliki kesulitan dalam menunjukkan afeksi dalam cara
yang konvensional. Memberi dan menerima kasih sayang dari
seorang anak dengan autisme akan membutuhkan penerimaan
untuk menerima dan memberi kasih sayang sesuai dengan konsep
dan cara anak.
Orang tua terkadang merasa sulit untuk berkomunikasi hingga
anak mau mulai membangun hubungan yang lebih dalam. Keluarga
dan teman mungkin tidak memahami kecenderungan anak untuk
sendiri, tetapi dapat belajar untuk menghargai dan menghormati
kapasitas anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Mitos : Anak dan orang dewasa dengan autisme lebih senang sendirian dan
menutup diri serta tidak peduli dengan orang lain.
Fakta : Anak dan orang dewasa dengan autisme pada dasarnya ingin
berinteraksi secara sosial tetapi kurang mampu mengembangkan
keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat
peduli tetapi kurang mampu untuk menunjukkan tingkah laku
sosial dan berempati secara spontan.
18
Mitos : Anak dan orang dewasa dengan autisme tidak dapat mempelajari
keterampilan bersosialisasi.
Fakta : Anak dan orang dewasa dengan autisme dapat mempelajari
keterampilan bersosialisasi jika mereka menerima pelatihan yang
dikhususkan untuk mereka. Keterampilan bersosialisasi pada anak
dan orang dewasa dengan autisme tidak berkembang dengan
sendirinya karena pengalaman hidup sehari‐hari.
Mitos : Autisme hanya sebuah fase kehidupan, anak‐anak akan melaluinya.
Fakta : Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak
anak dengan simtom autisme yang ringan, seperti sindrom
Asperger, dapat hidup mandiri dengan dukungan dan pendidikan
yang tepat. Anak‐anak lain dengan simtom yang lebih berat akan
selalu membutuhkan bantuan dan dukungan, serta tidak dapat
hidup mandiri sepenuhnya.
Hal itu menyebabkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, terutama
ketika mereka menyadari bahwa mereka mungkin tidak dapat
mendampingi anak memasuki masa dewasanya. Oleh karena itu, anak
dengan autisme membutuhkan bantuan.
Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang
anak dikatakan sebagai autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat,
anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak dengan autisme dapat
dibantu dengan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi okupasi. (Dedy
19
Suhaeri/ʺPRʺ/Winny Soenaryo, M.A., O.T.R./L. Pediatric Occupational
Therapist)***
20
BAB II
TERAPI AUTISME
A. Terapi Prilaku
Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik
dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang
berkekurangan (belum ada) ditambahkan.
Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral
Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California
Los Angeles (UCLA).
Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian
reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang
diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila
anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali
maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut.
Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons
positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak
berespons) terhadap instruksi yang diberikan.
Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A‐B‐C;
yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C
(consequence). Antecedent (hal yang mendahului terjadinya perilaku) berupa
instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis. Melalui gaya
pengajarannya yang terstruktur, anak autis kemudian memahami Behavior
21
(perilaku) apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut
diberikan, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak
memperoleh Consequence (konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan)
yang menyenangkan.
Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman
dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil
yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia
dini.
22
B. Terapi Biomedik
Akhir‐akhir ini terapi biomedik banyak diterapkan pada anak dengan ASD.
Hal ini didasarkan atas penemuan‐penemuan para pakar, bahwa pada anak‐
anak ini terdapat banyak gangguan metabolisme dalam tubuhnya yang
mempengaruhi susunan saraf pusat sedemikian rupa, sehingga fungsi otak
terganggu. Gangguan tersebut bisa memperberat gejala autisme yang sudah
ada, atau bahkan bisa juga bekerja sebagai pencetus dari timbulnya gejala
autisme.
Yang sering ditemukan adalah adanya multiple food allergy, gangguan
pencernaan, peradangan dinding usus, adanya exomorphin dalam otak (yang
terjadi dari casein dan gluten), gangguan keseimbangan mineral tubuh, dan
keracunan logam berat seperti timbal hitam (Pb), merkuri (Hg), Arsen (As),
Cadmium (Cd) dan Antimoni (Sb). Logam‐logam berat diatas semuanya berupa
racun otak yang kuat.
Yang dimaksud dengan terapi biomedik adalah mencari semua gangguan
tersebut diatas dan bila ditemukan, maka harus diperbaiki , dengan demikian
diharapkan bahwa fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baik
sehingga gejala‐gejala autisme berkurang atau bahkan menghilang.
Pemeriksaan yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorik yang
meliputi pemeriksaan darah, urin, rambut dan feses. Juga pemeriksaan
colonoscopy dilakukan bila ada indikasi.
23
Terapi biomedik tidak menggantikan terapi‐terapi yang telah ada, seperti
terapi perilaku, wicara, okupasi dan integrasi sensoris. Terapi biomedik
melengkapi terapi yang telah ada dengan memperbaiki “dari dalam”. Dengan
demikian diharapkan bahwa perbaikan akan lebih cepat terjadi.
24
C. Terapi Wicara
Terapis Wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip‐prinsip dimana
timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara
bagi orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara dapat diminta untuk
berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun
penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan
kasus.
Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders (ASD):
Bersifat: (1) Verbal; (2) Non‐Verbal; (3) Kombinasi.
Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara:
1. Untuk Organ Bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang
sifatnya fungsional, makaTerapis Wicara akan mengikut sertakan
latihan‐latihan Oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral‐
Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.
2. Untuk Artikulasi atau Pengucapan:Artikulasi/ pengucapan menjadi
kurang sempurna karena karena adanya gangguan, Latihan untuk
pengucapan diikutsertakan Cara dan Tempat Pengucapan (Place and
manners of Articulation). Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan,
biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya:
rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu
menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi);
indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Untuk Articulatory
25
Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive
Neuromuscular.
3. Untuk Bahasa: Aktifitas‐aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa
dibawah:
a. Phonology (bahasa bunyi);
b. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
c. Morphology (perubahan pada kata),
d. Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa;
e. Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas),
f. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan;
g. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
4. Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangandari nada, intensitas,
kualitas, atau penyimpangan‐penyimpangan lainnya dari atribut‐atribut
dasar pada suara, yang mengganggu komunikasi, membawa perhatian
negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si
pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin,
atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.
5. Pendengaran: Bila keadaan diikut sertakan dengan gangguan pada
pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan: (1) Alat
bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter
yang terkait; (2) Terapi; Penggunaan sensori lainnya untuk membantu
komunikasi;
26
PERAN KHUSUS dari Terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk
ber KOMUNIKASI:
1. Berbicara:
Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan untuk dapat
berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional. (Termasuk
bahasa reseptif/ ekspresif – kata benda, kata kerja, kemampuan memulai
pembicaraan, dll).
2. Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication): Gambar atau
symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa; (1) : penggunaan Alat
Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara
(sebagai pendamping bagi yang verbal); (2) Alat Bantu itu sendiri
sebagai bahasa bagi yang memang NON‐Verbal.
27
Dimana Terapis Wicara Bekerja:
1. Dirumah Sakit: Pada bagian Rehabilitasi, biasanya bekerjasama dengan
dokter rehabilitasi bersama tim rehabilitasi lainnya (dokter, psikolog,
physioterapis dan Terapis Okupasi).
2. Disekolah Biasa: Tidak Umum di Indonesia. Pada bagian Penerimaan
siswa baru, biasanya bekerjasama dengan guru, psikolog dan konselor.
Menangani permasalah keterlambatan berbahasa dan berbicara pada
tahap sekolah, dan memantau dari awal murid‐murid dengan kesulitan
atau gangguan berbicara tetapi masih dapat ditangani dengan pemberian
terapi pada tahap sekolah biasa.
3. Disekolah Luar Biasa: Pada bagian Terapi wicara, bekerjasama dengan
guru dan professional lainnya pada sekolah tersebut. Biasanya
memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi
4. Pada Klinik Rehabilitasi: Praktek dibawah pengawasan dokter, biasanya
dengan tim rehabilitasi lainnya,
5. Praktek Perorangan: Praktek sendiri berdasarkan rujukan, bekerjasama
melalui networking. Biasanya memberikan konsultasi, konseling,
evaluasi dan terapi.
6. Home Visit: Mendatangi rumah pasien untuk pelayanan‐pelayanan
diatas dikarenakan ketidakmungkinan untuk pasien tersebut berpergian
ataupun dengan perjanjian.
28
D. Integrasi Sensori
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan
seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan
kemudian menghasilkan respons yang terarah.
Disfungsi dari integrasi sensoris atau disebut juga disintegrasi sensoris
berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima.
Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap
tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan
persepsi , kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang.
Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda,
misalnya anak dengan ASD. Diagnosa disintegrasi sensoris tidak boleh
ditegakkan kalau ada tanda‐tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.
Terapi integrasi sensoris :
o Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang
makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
o Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat,
sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
o Aktivitas integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih
kompleks , dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
29
E. Terapi Makanan
Terapi Diet pada Gangguan Autisme
Sampai saat ini belum ada obat atau diet khusus yang dapat memperbaiki
struktur otak atau jaringan syaraf yang kelihatannya mendasari gangguan
autisme. Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan
autisme sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual
tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak bisa diseragamkan. Namun
akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat individual. Perlu
diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme umumnya sangat alergi
terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan perhatian orangtua dalam
mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu
sangat bermanfaat dalam terapi selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan
gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet anak
autisme.
1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein
Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan
autisme. Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan
kasein, yang berarti menghindari makanan dan minuman yang
mengandung gluten dan kasein.
Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput”
seperti gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi
kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis,
sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang sehat, mengonsumsi
30
gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius/memicu
timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena
makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung
gluten. Beberapa contoh resep masakan yang terdapat pada situs Autis.info
ini diutamakan pada menu diet tanpa gluten dan tanpa kasein. Bila anak
ternyata ada gangguan lain, maka tinggal menyesuaikan resep masakan
tersebut dengan mengganti bahan makanan yang dianjurkan.
Perbaikan/penurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat
dilihat dalam waktu antara 1‐3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan
menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak
cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya.
Makanan yang dihindari adalah :
Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman
yang dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue‐kue, cake,
biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.
Produk‐produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat
dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu
sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati‐hati pemakaiannya. Cermati/baca
label pada kemasannya.
31
Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim,
keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet,
nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga
tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena
pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi.
Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
Makanan yang dianjurkan adalah :
Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten,
misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut,
maizena, bihun, soun, dan sebagainya.
Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya
susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang,
kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede,
kacang kapri dan kacang‐kacangan lainnya.
Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung,
tomat, wortel, timun, dan sebagainya.
Buah‐buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu,
jeruk, semangka, dan sebagainya.
32
2. Diet anti‐yeast/ragi/jamur
Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat
kaitannya dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan
gula, yeast, dan jamur.
Makanan yang perlu dihindari adalah :
o Roti, pastry, biscuit, kue‐kue dan makanan sejenis roti, yang
menggunakan gula dan yeast.
o Semua jenis keju.
o Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet,
dan lain‐lain.
o Macam‐macam saus (saus tomat, saus cabai), bumbu/rempah, mustard,
monosodium glutamate, macam‐macam kecap, macam‐macam acar
(timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka,
mayonnaise, atau salad dressing.
o Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur
merang, dan lain‐lain.
o Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune,
dan lain‐lain.
o Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua
minuman yang manis.
o Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh
dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam
lemari es.
33
Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1‐2 minggu. Setelah itu, untuk
mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala,
berarti dapat dikonsumsi.
Makanan yang dianjurkan adalah :
o Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi,
singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat
dari tepaung yang bukan tepung terigu.
o Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil
laut lain yang segar.
o Makanan sumber protein nabati seperti kacang‐kacangan (almod, mete,
kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun,
kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur.
o Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli,
kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi,
tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain‐lain.
o Buah‐buahan segar dalam jumlah terbatas.
3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan
Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering
menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu,
dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan
intoleransi makanan, pertama‐tama perlu diperhatikan sumber
penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi
harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua
makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan. Makanan tersebut
34
tidak harus dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak,
makanan tersebut dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.
Cara mengatur makanan secara umum
1. Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh
semua zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan,
perbaikan sel‐sel yang rusak dan kegiatan sehari‐hari.
2. Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada
infeksi jamur. Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena
penyerapan fruktosa lebih lambat disbanding gula/sukrosa.
3. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak
jagung, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak
kedelai, atau minyak olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak,
makanan dapat digoreng.
4. Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran
dan buah‐buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3‐5 porsi per hari.
5. Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah
rasa, zat pewarna, zat pengawet).
6. Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan
pemberian suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng,
dan magnesium).
7. Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara
lengkap dan tanggal kadaluwarsanya.
8. Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka
anak akan bosan.
35
9. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah
dan sayuran segar.
F. 10 Jenis Terapi Autisme
Akhir‐akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang
ditawarkan dengan iming‐iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang‐kadang
secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara‐cara mengiklankan
diri di televisi / radio / tulisan‐tulisan.
Para orang tua harus hati‐hati dan jangan sembarangan membiarkan
anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh ,
dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang
diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar‐benar diakui oleh para
professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa
Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan,
sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang
lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak
membutuhkan jenis terapi yang berbeda.
36
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian
dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai
adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat
ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara
dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula
individu autistic yang non‐verbal atau kemampuan bicaranya sangat
kurang.
Kadang‐kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu
untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang
lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Gerak‐geriknya kaku dan kasar, mereka
kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk
memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot ‐otot halusnya dengan benar.
37
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik
kasarnya.
Kadang‐kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.
Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi
sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot‐ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam
bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak‐anak ini membutuhkan
pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan
main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan
memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman‐teman
sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna
untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis
bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik‐teknik tertentu.
38
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman‐temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,
Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut
untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son‐rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan
kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan
berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan
ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode
belajar komunikasi melalui gambar‐gambar, misalnya dengan metode
…………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa
video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan
komunikasi.
39
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung
dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya
mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan
menemukan bahwa gejala‐gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan
metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena
itu anak‐anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses,
dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak
menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami
kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar
dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Biodata Mahasiswa
Nama Lengkap : Agus Muhardi
Tempat & Tanggal Lahir: Musi Rawas, 29 Agustus 1980
Alamat Lengkap : Jl. Majapahit Gg. Damai 7 Rt. 03 Kel. Majapahit
Kec. Lubuklinggau Timur II
Telepon : 0856 647 18 999
I. Pendidikan
a. Formal
1. SD Negeri 4 Curup, lulus tahun 1993.
2. SMP Negeri 4 Curup, lulus tahun 1996.
3. SMK Negeri 1 Curup, lulus tahun 1999.
4. AMIK BSI Tangerang, lulus tahun 2003
b. Tidak Formal
1. Kursus komputer Paket WS/Lotus 123, lulus tahun 1997.
2. Kursus komputer Program dBASE III Plus, lulus tahun 1998.
3. Kursus komputer Pakae Microsoft Office 95, lulus tahun 1998.
41
II. Riwayat pengelaman berorganisasi / pekerjaan
1. Dari tahun Januari 2006 – Juni 2006, Staff IT. Di PT. DADA
INDONESIA Sadang.
2. Dari tahun 2003 ‐2005, Instruktur Laboratorium. Di Akademi
Manajemen Informatika dan Komputer BINA SARANA
INFORMATIKA (AMIK – BSI ) Tangerang
3. Dari tahun 1999 ‐ 2001, Operator Komputer. PT. SEO YOUNG
INDONESIA Tangerang.
4. Dari tahun 1998 ‐ 1999, Asisten Instruktur. Pusat Pendidikan Komputer
Citra Info Komputer (C I K O ) Curup.
Lubuklinggau, November 2009
Saya yang bersangkutan
Agus Muhardi