KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM KESEPAKATAN PEMBENTUKAN ASEAN AUSTRALIA NEW ZEALAND FREE TRADE AREA (AANZFTA) TAHUN 2009 A. Alasan Pemilihan Judul Alasan kepentingan Australia dalam kesepakatan pembentukan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) dipakai sebagai judul penelitian ini agar dapat mengetahui alasan-alasan yang melatarbelakangi keputusan Australia ikut serta dalam kerjasama ini. Jika dilihat dari aspek ekonomi, Australia merupakan negara yang memiliki tingkat perekonomian yang tinggi dengan GDP sebesar USD 1,541 milyar pada tahun 2012. 1 Hal ini memunculkan asumsi bahwa Australia merupakan negara yang paling siap menjalankan perjanjian ini, serta penting untuk mengetahui lebih lanjut kepentingan Australia dalam perjanjian ini. 1 Departement of Foreign Affair and Trade,“Tabling of the ASEAN- Australia-New Zealand Free Trade Agreement”, http://www.trademinister.gov.au/speeches/2009/090317_aanzfta.html diakses pada 8 Mei 2013. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM KESEPAKATAN PEMBENTUKANASEAN AUSTRALIA NEW ZEALAND FREE TRADE AREA (AANZFTA)
TAHUN 2009
A. Alasan Pemilihan Judul
Alasan kepentingan Australia dalam kesepakatan
pembentukan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA)
dipakai sebagai judul penelitian ini agar dapat
mengetahui alasan-alasan yang melatarbelakangi keputusan
Australia ikut serta dalam kerjasama ini. Jika dilihat
dari aspek ekonomi, Australia merupakan negara yang
memiliki tingkat perekonomian yang tinggi dengan GDP
sebesar USD 1,541 milyar pada tahun 2012.1 Hal ini
memunculkan asumsi bahwa Australia merupakan negara yang
paling siap menjalankan perjanjian ini, serta penting
untuk mengetahui lebih lanjut kepentingan Australia dalam
perjanjian ini.
1 Departement of Foreign Affair and Trade,“Tabling of the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement”, http://www.trademinister.gov.au/speeches/2009/090317_aanzfta.html diakses pada 8 Mei 2013.
Australia tertarik melakukan kerjasama AANZFTA: pertama,
Australia telah menjalin kerjasama perdagangan bebas
bilateral dengan Singapura, Thailand dan dalam proses
pembentukan kerjasama perdagangan bebas bilateral dengan
Malaysia.2 Kedua, dampak yang ditimbulkan oleh perjanjian
AANZFTA terhadap kerjasama bilateral Australia dengan
Selandia Baru dalam Closer Economic Relation (CER). Hal
ini (ratifikasi perjanjian) terkesan cenderung dipercepat
mengingat pada saat itu CER sedang dalam tren penurunan.3
Hal ini juga menunjukan bahwa pemerintahan Australia yang
pada saat itu dikuasai oleh Partai Buruh cenderung lebih
memfokuskan politik luar negerinya ke kawasan Asia-
Pasifik. Implikasinya, pemerintah Australia ingin
2 Annisa F Mariana, Faktor Ekonomi-Politik Dalam Kerangka Kerja Sama,ASEAN-Australia-Selandia Baru: Indonesia Sebagai Epicenter Politik, dalam Rahadian Akbar (eds.) Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN: Sebuah Potret Kerjasama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011, hal.167 3 “Ministry of Foreign Affairs, New Zealand”, http://www.newzealand.govt.nz/theagreement/2009/0201103_aanzfta.html,diakses pada tanggal 25 September 2013
meresmikan kerjasama ini pada saat Partai Buruh masih
memegang kekuasaan dalam pemerintahan.4
B. Latar Belakang Masalah
AANZFTA merupakan kawasan perdagangan bebas yang
merupakan penggabungan antara ASEAN Free Trade Area (AFTA)
dan Australia-New Zealand Closer Economic Relation Trade Agreement
(ANZCERTA) atau biasa disebut dengan CER.5 Hal ini
merupakan Free Trade Agreement (FTA) plurilateral pertama
bagi Australia. Hal ini juga merupakan pertama kalinya
4 Zulkifli Hamid, “Sistem Politik Australia”, Bandung, LIP-FISIP-UI dan PT. Remaja Rosdakarya, 1999, hal. 387-3955 Departement of Foreign Affair and Trade, “ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement”, http://www.dfat.gov.au/fta/aanzfta/, diakses pada tanggal 27 Januari 2014
Australia dan Selandia Baru terlibat bersama dalam
negosiasi FTA dengan negara ketiga, dan juga merupakan
yang pertama kalinya bagi ASEAN terlibat dalam negosiasi
FTA secara komprehensif yang mencakup segala sektor
secara bersamaan.6
Negosiasi AANZFTA dicetuskan melalui saran dari
mantan Wakil Perdana Menteri Thailand, Mr Supachai, dalam
Konferensi Nasional Peninjauan Perdagangan dan Investasi
pada November 1993 di Melbourne, Australia untuk
menjelajahi prospek penyatuan ASEAN Free Trade Area (AFTA)
dan Australia-New Zealand Closer Economic Relation Trade Agreement
(CER).7
Sebuah laporan peninjauan di Australia pada tahun
2000 yang berjudul “The Angkor Agenda” dibuat dalam rangka
6 Ibid7 Departement of Foreign Affair and Trade, “Guide to ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement”, http://www.dfat.gov.au/fta/aanzfta/aust_guide_whole.pdf, diakses pada tanggal 27 Januari 2014
realisasi rencana penyatuan formasi AFTA dan CER ini.8
Laporan ini menyimpulkan bahwa pembuatan kawasan
perdagangan bebas antara ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan CER
sangat diperlukan jika pihak kedua belah pihak ingin
mengikuti laju pembangunan global dewasa ini. Centre for
International Economics (CIE) mengindikasikan penyatuan
kawasan perdagangan bebas ini akan mendatangkan
pendapatan GDP USD 48 milyar.9 Laporan ini juga dibuat
dalam rangka menangkal isu-isu global kontemporer pada
saat itu, seperti: krisis ekonomi di kawasan Asia Timur
pada 1997-1998; meningkatnya urgensi terhadap tantangan
dari Negara-negara new emerging market seperti Cina dan
India; globalisasi free trade agreements (FTAs) yang sangat
cepat; serta kegagalan World Trade Organization (WTO) ministrial
8 Departement of Foreign Affair and Trade, “The Angkor Agenda”, http://www.dfat.gov.au/fta/aanzfta/angkor-agenda.pdf, diakses pada tanggal 27 Januari 20149 Ibid, hal. 1
untuk memperdalam tingkat integrasi ekonomi Australia-
Selandia Baru dan Negara-negara di kawasan ASEAN melalui
program yang berpusat pada fasilitasi perdagangan serta
peningkatan kapasitas.11
Pada bulan April 2004, ASEAN mengindikasikan
keinginannya dalam meningkatkan kerangka kerja CEP. Hal
ini menghasilkan negosiasi tingkat Kepala Negara dalam
ASEAN-Australia-New Zealand Commemorative Summit pada 30
November di Laos.12
10 Departement of Foreign Affair and Trade, “Guide to ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement”, op.cit., hal 5-711 “Guide to ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement”, loc.cit.12 Ibid, hal.30
6
Para Kepala Negara ketiga belah pihak setuju untuk
berpatokan pada “Guiding Principles” dalam negosiasi-negosiasi
selanjutnya. Guiding Principles membantu ketiga belah pihak
dalam menghasilkan persetujuan yang mencakup: goods, services
and investments; progressive elimination of all forms of barriers to trade and
investments; dan full implementations within ten years.13
dan memasuki tahap entry into force pada 1 Januari 2010. Namun
Laos dan Kamboja baru mulai memberlakukan perjanjian pada
4 Januari 2010 karena belum meratifikasi, dan Indonesia
merupakan Negara yang paling terakhir memberlakukan
perjanjian yaitu pada 11 November 2011 dengan alasan
menyesuaikan produk dalam negeri untuk dapat bersaing
dengan produk luar negeri.15
Negosiasi ini menghasilkan dokumen yang terdiri dari
18 Bab yang berisikan 212 Pasal serta 4 Lampiran.16 Secara
garis besar entry into force AANZFTA akan membawa
keuntungan yang signifikan bagi produsen, eksporter,
konsumen serta investor Australia, serta menyediakan15 Bilaterals.org, “Agreement Establishing The ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area”, http://www.bilaterals.org/IMG/pdf/AANZFTA.pdf, diakses pada tanggal 27 Januari 2014 16 Ibid, hal. 2-4
pijakan dalam mengamankan liberalisasi perdagangan serta
investasi di masa mendatang. Jika disatukan, ASEAN dan
Selandia Baru merupakan mitra perdagangan yang lebi besar
disbanding Negara lain yang bekerjasama dengan Australia
dengan total 21 persen dari keseluruhan perdagangan
Australia. AANZFTA juga mencakup gabungan 600 juta
populasi serta GDP per tahun sebesar USD 3,2 milyar.17
Keikutsertaan Australia dalam negosiasi AANZFTA
merupakan hal yang positif. Disamping itu hal negatif
yang turut menjadi perhatian pengambil kebijakan domestik
Australia seperti pengalihan tarif barang dari negara
non-anggota FTA. Dengan ikut dalam kerjasama ini
Australia dalam bidang politik dapat mempererat hubungan
dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Dalam bidang
ekonomi, Australia akan selangkah lebih maju dalam
merealisasikan Single Economic Market (SEM) di kawasan Asia-
17 Australasian Legal Information Institute, “Australian Treaty National Interest Analysis”, http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/nia/2009/6.html, diakses pada tanggal 27 Januari 2014
Pasifik serta tetap berada dalam jalur putaran WTO (WTO
oriented). Dalam bidang strategis, AANZFTA ini dapat
dijadikan sebagai batu loncatan dalam kerangka ASEAN+6
(ASEAN, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia,
Selandia Baru).18
Secara umum Australia memiliki rencana jangka
panjang dalam rangka mendukung efektifitas implementasi
AANZFTA ini, yaitu dengan: secara terus-menerus
berkonsultasi dengan sekertariat ASEAN serta pemerintah
tiap negara; secara aktif mendukung agenda dan program
kerja dalam rangka pembangunan AANZFTA; serta melakukan
penjangkauan dan advokasi untuk memastikan industri dalam
negeri dapat memaksimalkan keuntungan dari AANZFTA ini.19
Secara khusus beberapa langkah maupun kebijakan untuk
mendukung rencana jangka panjang ini ialah:
18 Ibid19Australasian Legal Information Institute, “Regulation Impact Statement: ASEAN-Australia-New Zealand Free Trrade Area”, http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/nia/2009/6_ris.html, diaksespada tanggal 27 Januari 2014
Untuk membahas persoalan diatas, penulis menggunakan
kerangka pemikiran Konsep Kepentingan Nasional dan Konsep
Kerja Sama
1. Kepentingan Nasional
Konsep National Interest atau sering disebut dengan
konsep kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat
digemari oleh para pengkaji maupun akademisi ilmu
hubungan internasional. Hal ini sangatlah logis karena
konsep ini merupakan faktor penting dalam pembuatan
kebijakan politik luar negeri sebuah negara, sebab konsep
ini sering manjadi pengukur keberhasilan pilitik luar
negeri sebuah negara maupun sebagai instrumen evaluasi
kebijakan sebuah negara.
Menurut Jack C Plano dan Roy Olton, KepentinganNasional adalah :
13
“The fundamental objective and ultimate determinant that guides the decision makers ofstate in making foreign policy. The national interest of state is typically a highly generalizedconception of those element that constitute the state smart vital needs”.21
Kepentingan nasional (national interset) adalah tujuan-
tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan
negara-negara atau sehubungan dengan hal-hal yang dicita-
citakan. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang
sangat umum yang menjadi kebutuhan vital bagi negara.
Unsur tersebut antara lain kesejahteraan ekonomi.
K.J. Holsti membagi Kepentingan Nasional ke dalam 3
aspek umum yaitu: Core Values atau nilai umum yang
menekankan bahwa Kepentingan Nasional dianggap paling
vital dan menyangkut eksistensi Negara. Middle-Range
Objectives merupakan kebutuhan dalam meningkatkan
perekonomian Negara. Serta Long-Range Objectives yang
21 Jack C Plano and Roy Olton, Internasional Relation Dictionary, Holt and Winston, New York, 1969, hal. 89
14
merupakan sesuatu yang bersifat ideal misalnya dalam
rangka mewujudkan perdamaian dunia.22
Theodore Couloumbis dan James Wolfe mendefinisikan
Kepentingan Nasional dan Ideologi Nasional memiliki
hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi dalam
proses pembuatan Politik Luar Negeri, bahkan membentuk
formulasi atau perumusan yang lain.23 Sedangkan Paul
Seabury mendefinisikan konsep kepentingan nasional secara
normatif dan deskriptif. Secara normatif, kepentingan
nasional merupakan bagaimana suatu negara berusaha
mencapai tujuannya dengan cara berhubungan dengan negara
lain, baik dalam mengejar power maupun dalam tujuan
lainnya. Sedangkan secara deskriptif, kepentingan
nasional dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu
bangsa melalui kepemimpinan pemerintah.24
22 K. J Holsti, Politik Internasional I: Kerangka Untuk Analisis, (Jakarta: Erlangga Indonesia, 1981)23 Theodore A. Couloumbis dan James Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional, Keadilan dan Power, Putra Abardin, hal. 113-11424 Angelo Codevilla and Paul Seabury, War: Ends and Means, 2nd edition (Potomac Books Inc. 2006) hal. 120
15
Ringkasnya dalam konteks konsep kepentingan
nasional, selama negara-bangsa masih merupakan aktor
hubungan internasional yang dominan, maka kepentingan
nasional akan menjadi penggerak utama negara-negara
menjalankan politik luar negeri. Kepentingan nasional
selain perbedaan ideologi, juga merupakan alasan suatu
negara terlibat konflik dengan negara lainnya.
Australia dalam mengejar kepentingan nasionalnya
menurut Departement of Foreign Affairs and Trade, mendasarkan pada
5 (lima) prinsip umum yaitu:
1. Keamanan tradisional Australia, meliputi keamanan
secara geografis; perlindungan perbatasan; serta
kontrol atas zona strategis utama;
2. Keamanan Global yaitu membantu menjaga hubungan
antar negara di dunia dalam keadaan damai;
3. Stabilitas dan keamanan regional dengan menjaga
stabilitas kawasan Asia-Pasifik; kawasan Asia
Tenggara; secara umum kawasan Asia serta melakukan
16
kerjasama dengan negara-negara lainnya yang secara
geografis berdekatan dengan Australia;
4. Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan paham neoliberalisme
perdagangan bebas internasional;
5. Internasionalisme yaitu mengatasi isu-isu global
seperti Weapon of Mass Destruction, narkotika, international
crime (piracy dan people smuggling), pengungsi, dan AIDS
serta multilateralisme dan PBB.25
Poin-poin yang telah dijabarkan di atas merupakan alasan
serta tujuan Australia menggunakan kerangka AANZFTA dalam
mencapai kepentingan nasionalnya.
Dari penjabaran di atas dapat dilihat juga bagaimana
Australia sangat mengandalkan kerjasama dengan negara
lain, beserta ideologi yang dibawanya. Sejak
kemerdekaannya, Australia yang pada awal dibentuknya
masih dibawah kontrol Kerajaan Inggris telah melakukan
25Departement of Foreign Affair and Trade, “Australia in brief-Engaging with the world”, http://www.dfat.gov.au/aib/australia-and-the-world.html diakses pada tanggal 27 September 2013
kerjasama dengan negara-negara di kawasan Eropa serta
negara di benua Amerika yang merupakan koloni Kerajaan
Inggris.
Hingga saat ini Australia telah melakukan kerjasama
dengan negara-negara di seluruh penjuru dunia dalam
proses pengejaran akan kepentingan nasionalnya seperti,
Pacific Islands Forum yang beranggotakan Australia dan
Selandia Baru serta negara-negara kecil di kepulauan
pasifik, Organization for European Economic Co-operation (OECD)26
yang sebagian besar beranggotakan negara-negara di
kawasan Eropa, serta CER (Closer Economic Relation) dalam bidang
ekonomi. Di bidang politik dan keamanan Australia juga
melakukan kerjasama dengan negara-negara lain seperti:
Five Powers Defence Agreements yang beranggotakan Australia,
Selandia Baru, Britania Raya, Singapura, dan Malaysia
26 Crean, Simon. "The Triumph of Trade Liberalisation Over Protectionism". Department of Foreign Affairs and Trade, http://www.oecd.org/general/listofoecdmembercountries-ratificationoftheconventionontheoecd.htm diakses pada tanggal 13 September 2013
juga dalam Australia-New Zealand-United States Treaty (ANZUS).27
Oleh sebab itu, AANZFTA ini diharapkan menjadi kerjasama
perdagangan bebas dalam lingkup regional yang nantinya
akan membawa manfaat bagi Australia khususnya dalam hal
peningkatan perekonomian.
2. Kerja Sama
Secara umum, kerja sama dapat merujuk pada praktik
dari individu atau kelompok dan atau kelompok yang lebih
besar yang mangusahakan sesuatu secara bersamaan dengan
tujuan ataupun langkah-langkah yang disetujui bersama.
Hal ini juga mencakup paradigma yang berlawanan dengan
kompetisi maupun persaingan. Kepercayaan, kesetaraan
serta komitmen merupakan kunci yang penting dalam
pelaksanaan kerjasama.
27 Departement of Foreign Affairs and Trade, “The Five Powers DefenceAgreements”, http://www.mindef.gov.sg/safti/pointer/back/journals/2000/Vol26_4/7.htm diakses pada tanggal 15 September 2013
hubungan antara Negara yang satu dengan yang lainnya,
maupun dalam scope yang lebih luas daripada Negara.28 K.J
Holsti dalam bukunya yang berjudul “Politik Internasional Untuk
Analisis” mengatakan:
Timbulnya berbagai masalah nasional, regional, atau global yangmemerlukan banyak perhatian dari banyak negara, dalam kebanyakankasus sejumlah pemerintah melakukan pendekatan denganpenyelesaian yang diusulkan, merundingkan dan membahas masalah,mengemukakan bukti teknis untuk menyetujui suatu penyelesaian ataulainnya, dan mengakhiri pertemuan dengan perjanjian atau pengertiantertentu yang memuaskan kedua belah pihak, proses ini disebutkolaborasi atau kerja sama.29
Konsepsi Kerja Sama dalam penyelenggaraan politik luar
negeri didasarkan pada anggapan bahwa persoalan tertentu
tidak dapat diselesaikan maupun tujuan tertentu tidak
dapat dicapai dengan mangandalkan kekuatan sendiri. Hal
ini juga dapat diasumsikan bahwa Kerja Sama timbul dari
anggapan bahwa kerjasama dapat membawa dampak maupun
28 Budiono Kusumohamidjojo, Hubungan Internasional Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: Binacipta, 1987), hal.829 K. J Holsti, Politik Internasional II: Kerangka Untuk Analisis, (Jakarta: Erlangga Indonesia, 1988), hal.209
20
manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan hanya
mengandalkan kekuatan sendiri.
Namun secara umum disadari bahwa Kerja Sama
Internasional turut membawa kensekuensi tertentu.
Terlepas dari hal tersebut, Kerja Sama terus dupayakan
mengingat konsekuensi yang ditanggung cenderung lebih
kecil daripada keuntungan yang akan didapatkan nantinya.
Hal ini merupakan indikator utama yang menandakan suatu
Kerja Sama akan berhasil atau gagal.
Faktor lain yang juga menentukan ialah sifat dari
tujuan kerjasama yang hendak dicapai. Kerjasama dapat
dimulai bila pihak yang akan bekerjasama mudah mencapai
kesepakatan dan kesepakatan mudah dicapai dalam persoalan
yang bersifat relatively free risk.
Pada dasarnya kerja sama internasional dikemukan
dalam empat bentuk kerja sama,30 antara lain:
30 Budiono Kusumohamidjojo, Op. cit., hal.92
21
1. Kerja sama universal
2. Kerja sama regional
3. Kerja sama fungsional
4. Kerja sama ideologi
Keempat bentuk kerja sama internasional tersebut mencakup
semua bidang, namun tujuan dari kerja sama tersebut akan
tergantung pada jenis kepentingan dari pihak yang
terlibat.
Kerja sama Universal
Hakekat dari kerja sama internasional yang universal
dapat dikembalikan pada hasrat untuk memadukan semua
bangsa di dunia dalam suatau wadah yang mampu
mempersatukan mereka dalam cita-cita bersama dan
mnghindarkan disintegrasi internasional. Liga Bangsa-
Bangsa merupakan contoh Kerja Sama Universal yang
menggabungkan kepentingan dan masalah Negara-Negara yang
bersifat multidimensi.31
31 Ibid, hal. 93
22
Kerja sama Regional
Kerja sama regional dalam arti kerja sama antar
negara yang berdekatan secara geografis, namun faktor itu
saja belum memadai untuk memajukan kerja sama regional.
Kesamaan pandangan politik dan kebudayaan atau perbedaan
struktur produktifitas ekonomi dari negara-negara yang
hendak bekerja sama, banyak menentukan suatu perwujudan
akan kerja sama regional. ASEAN dan CER merupakan contoh
dari perwujutan kerjasama regional kontemporer.32
Kerja sama Fungsional
Bila dibandingkan dengan kerja sama lainnya, kerja
sama fungsional merupakan kerja sama yang paling mudah
dan mulai berkembang pada abad ke-20. Dalam kerangka
kerja sama yang fungsional, negera-negara yang terlibat
masing-masing diasumsikan sebagai pendukung fungsi
tertentu sedemikian rupa, sehingga kerja sama tersebut
32 Ibid, hal. 95
23
akan melengkapi berbagai kekurangan pada masing-masing
negara.
Bagaimanapun juga, kerjasama fungsional bertolak
dari anggapan yang pragmatis bahwa Kerja Sama ini tidak
dapat terlaksana bila suatu pihak tidak menjalankan
fungsi spesifik yang diharapkan darinya dengan baik.
Contoh dari kerjasama ini adalah dibentuknya United
Nations Conference on Trade And Development (UNCTAD) yang
melahirkan “Konflik Utara-Selatan”.33
Kerja sama Ideologis
Arti kata “ideologi” dikenal sejak awal abad ke-19,
yang merupakan alat dari suatu kelompok kepentingan untuk
membenarkan tujuan dari perjuangan kekuasaannya. Dalam
bentuk kerja sama ini, berlaku bagi semua kelompok
kepentingan yang memanfaatkan semua forum global demi
mencapai tujuan mereka. Kerja sama ini juga tidak
memiliki batas teritorial dalam melaksanakan aktifitasnya33 Ibid, hal. 98
24
serta sangat terbuka. Contoh dari Kerja Sama ini ialah
North Atlantic Treaty Organization (NATO) serta Pakta
Warsawa.34
Dari keempat tipe kerjasama yang telah dijabarkan di
atas, AANZFTA dapat dikategorikan sebagai kerjasama
regional, dimana terdapat kedekatan secara geografis
antara Negara-negara di kawasan ASEAN, Australia dan juga
Selandia Baru. Dari aspek kesamaan pandangan politik,
serta kebudayaan maupun dalam lingkup social
kemasyarakatan, terdapat sedikit perbedaan antara
Australia dan Selandia Baru dengan Negara-negara di
kawasan ASEAN.
Namun dilihat dari capaian ASEAN terpisah dari
konteks AANZFTA, ASEAN telah diakui sebagai organisasi
regional di kalangan Negara berkembang yang memiliki
peningkatan secara pesat, dari peningkatan perekonomian
hingga bagaimana ASEAN berupaya mengatasi perbedaan
34 Ibid, hal. 100
25
bahasa, sistem politik, maupun struktur sosial
domestiknya. Oleh sebab itu, ASEAN diharapkan dapat
menularkan keberhasilan dalam ASEAN ke dalam kerjasama
AANZFTA ini.
Diharapkan melalui kerjasama perdagangan bebas ini,
negara-negara yang belum pernah melakukan kerjasama
perdagangan dengan Australia akan membuka arus
perdagangan baik barang, jasa, maupun investasi dengan
Australia. Sementara itu, akan ada negosiasi ulang antara
Australia dengan negara yang sudah melakukan kerjasama
perdagangan bebas dengan Australia sebelumnya, seperti
Singapore-Australia Free Trade Area (SAFTA), Malaysia-Australia Free
Trade Area (MAFTA), dan Thailand-Australia Free Trade Area
(TAFTA).35
Selain itu, Australia, Selandia Baru serta ASEAN
telah berkomitmen mengeliminasi tarif bagi sector
perdagangan yang menjadi tumpuan maupun andalan bagi35”Faktor Ekonomi-Politik Dalam Kerangka Kerja Sama, ASEAN, Australia, dan New Zealand : Indonesia Sebagai Epicenter Geopolitik”, op cit., hal. 194-195
26
setiap pihak. Australia dan Selandia Baru akan
mengeliminasi berbagai jenis tarif bagi produk tekstil
dan garmen dari negara-negara di ASEAN, begitu juga
dengan ASEAN yang secara bertahap akan mengeliminasi
berbagai jenis tarif bagi produk otomotif dari Australia
dan akan mengeliminasi berbagai jenis tarif bagi produk
daging sapi dan susu dari Selandia Baru.
Dengan pembentukan kerjasama FTA maka Australia akan
meluaskan pasar ke negara-negara ASEAN yang sebelumnya
belum mengadakan kerjasama perdagangan dengan Australia.
Hal ini juga diharapkan dapat mempererat hubungan dagang
dengan negara-negara ASEAN yang sudah menjalin kerjasama
perdagangan dengan Australia maupun dengan saudara
mudanya yaitu Selandia Baru.
Sifat pasar antara Australia dan Selandia Baru serta
ASEAN yang bersifat komplementer, dimana masing-masing
pihak akan memproduksi apa yang diperlukan oleh pihak
lainnya membuat terciptanya suatu hubungan perdagangan
27
yang sangat baik.36 Kecocokan pasar diantara ketiga belah
pihak tentunya akan mendorong peningkatkan ekspor baik
dari Australia ke negara-negara anggota ASEAN dan
Selandia Baru, maupun sebaliknya. Australia yakin bahwa
AANZFTA akan mendatangkan hasil yang optimal dalam
peningkatan perekonomian serta dalam hubungan kerjasama
di kawasan asia-pasifik.
E. Argumen Pokok
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepentingan
Australia dalam kesepakatan pembentukan kerjasama
AANZFTA, yaitu:
1. Faktor ekonomi yaitu peningkatan volume dan
struktur perdagangan barang dan jasa maupun
investasi Australia serta optimalisasi keuntungan
pada sektor perdagangan melalui AANZFTA.
2. Faktor politik dan strategis, yaitu mempererat
hubungan politik dan keamanan dengan ASEAN dan36“Departement of Foreign Affair and Trade”, loc cit.
28
Selandia Baru dalam upaya mencapai stabilitas dan
keamanan di kawasan Asia-Pasifik; serta
meningkatkan bargaining position Australia di
kawasan Asia-Pasifik dan dalam upaya menguragi
potensi konflik dengan ASEAN.
F. Metode Penelitian
Untuk mengkaji dan membahas permasalahan yang telah
dipaparkan di atas dan untuk mendapatkan jawaban yang
mendekati kebenaran, maka penulis menggunakan metode
analisis kualitatif, yaitu berusaha mengkonstruksi
realitas dan memahami maknanya serta mengangkat secara
ideografis berbagai fenomena dan realitas sosial. Metode
ini sangat memperhatikan proses, peristiwa dan keaslian.37
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik
analisa deduktif, yaitu teknik analisa yang mengadakan
penarikan kesimpulan berdasarkan teori yang telah37 M. Manullang, Pedoman Teknis Menulis Skripsi, Andi, Yogyakarta, 2004, hal. 35.
29
diterima sebagai suatu kebenaran umum mengenai gejala
yang diambil dengan membandingkan antara teori dan
kenyataan untuk menyelesaikan masalah yang ada.38 Data
terkait disusun dan diklasifikasikan kemudian dianalisis
dengan bahasa kalimat untuk menggambarkan dan
mengemukakan penafsiran secara ilmiah serta menerangkan
apa adanya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
yaitu: library research atau studi kepustakaan. Yaitu, dengan
menggunakan data sekunder, yang diperoleh dari tulisan-
tulisan atau literatur berupa buku, jurnal, artikel dari
berbagai media cetak seperti koran, majalah, internet dan
sebagainya serta sumber-sumber lain yang relevan
dijadikan panduan bagi pembahasan penulisan skripsi ini.
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kepentingan ekonomi, politik dan strategis; serta38 Ibid, hal. 35
30
hambatan-hambatan yang dihadapi Negara Australia dalam