AUDIOMETRY TUTUR (SPEECH AUDIOMETRY) I. Anatomi Organ Telinga Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi suara, mengenal suara dan berperan dalam keseimbangan posisi tubuh. Telinga mengandung bagian vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendon dalam. Jadi telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan (Sloane, 2004). Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Bagian liar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik yang berbeda yaitu koklea, yang mengandung reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar dan aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi keseimbangan (Sherwood,2001).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
AUDIOMETRY TUTUR (SPEECH AUDIOMETRY)
I. Anatomi Organ Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi suara, mengenal suara
dan berperan dalam keseimbangan posisi tubuh. Telinga mengandung bagian
vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga
ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendon dalam. Jadi telinga adalah
organ pendengaran dan keseimbangan (Sloane, 2004). Secara anatomi telinga dibagi
menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Bagian liar dan tengah telinga
menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan untuk
memperkuat energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi dua sistem
sensorik yang berbeda yaitu koklea, yang mengandung reseptor-reseptor untuk
mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat
mendengar dan aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi keseimbangan
(Sherwood,2001).
a. Telinga Luar
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Liang
telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah
medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan rawan
ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang
telinga sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis
meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus
stiloideus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang
telinga untuk memasuki kelenjar parotis (Higler, 2000). Pinna merupakan daun
kartilago yang menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori
eksternal (meatus), suatu lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang
merentang dari aurikula sampai membran timpani (Sloane, 2004).
b. Membrana Timpani
Membrana timpani atau gendang telinga adalah perbatasan telinga tengah. Membran
ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah, dan memiliki tegangan, ukuran, dan
ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis
(Sloane, 2004). Membrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut
dengan puncaknya umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat.
Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum
yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampaui batas atas
membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas melampaui
batas bawah membrana timpani. Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan
epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus
dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di atas
prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang
disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid) (Higler, 2000).
c. Telinga Tengah
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan
enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak
tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke
arah umbo dari membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian
tengah. Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media.
Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di
bawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan
tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf
korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral
depan menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat
sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis
dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis
dan serabut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah. Dasar telinga tengah
adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral menjadi sinus sigmodeus
dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran vena utama
rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari
dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis
ini, muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang berinsersi pada leher maleus.
Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian
atas, membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah. Bagian
yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup
lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintasi promontorium
ini. Fenestra rotundum terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan
kaki stapes terletak pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior promontorium.
Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis
mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior
(Higler, 2000).
d. Tuba Eustakius
Tuba Eustakius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian
lateral tuba eustakius adalah yang bertulang sementara duapertiga bagian medial
bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian
bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian
bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas
otot konstriksor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat terbukan melalui
kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi
pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani (Higler, 2000).
e. Telinga dalam
Telinga dalam berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, di sisi medial
telinga tengah.Bentuk telinga tengah sedemikian kompleksnya sehingga disebut
sebagai labirin. Derivat vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin
membrana yang terisi endolimfe, satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh
yang tinggi kalium dan rendah natrium.Labirin membrana dikelilingi oleh
cairanoerilimfe (tinggi natrium, rendah kalium) yang terdapat dalam kapsul otika
bertulang. Labirin tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan bagian
koklear. Bagian vestibularis (pars superior) berhubungan dengan keseimbangan,
sementara bagian koklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran kita
(Higler, 2000). Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah
putaran. Aksis dari spiral tersebut dikenal sebahai modiolus, berisi berkas saraf dan
suplai arteri dari arteri vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu
lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik organ
Corti. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis
yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala vestibuli,
berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana Reissner yang
tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe dan
dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membrane basilaris.
Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah
ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai helikotrema.
Membrana basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeks
(nada rendah) (Ganong,2002). Terletak di atas membrana basilaris dari basis ke
apeks adalah organ Corti, yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut
dalam (3.000) dan tiga baris sel rambut liar (12.000). Sel-sel ini menggantung
nglewat lubang-lubang dengan horisontal dari suatu jungkat-jangkit yang dibentuk
oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah
sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular,
dikenal sebagai membrana tektoria. Membrana tektoria disekresi dan disokong oleh
suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus (Sherwood,2001).
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulum, utrikulus dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel
rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus
oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan
dengan berat jenis yang lebih besar daripada ensolimfe. Karena pengaruh gravitasi,
maka gaya dari otkan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan
rangsangan pada reseptor (Higler, 2000).
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga
merupakan saluran menuju sakulus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada
bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis
bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang
melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut
menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis
semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan
silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor (Higler, 2000).
II. Fisiologi Pendengaran
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan
tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang
seling dengan daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut
(Sherwood, 2001). Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval,
tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan
menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membran basilaris terhadap
membrane tektorium Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut
bertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila
deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan
sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal
disalurkan ke otak (Corwin, 2001). Frekuensi gelombang tekanan menentukan
sel-sel rambut yang akan berubah dan neuron aferen yang akan melepaskan
potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian membranan
basilaris dekat jendela oval adalah selsel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak di membrana
basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami
perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan
suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diakftifkan. Otak
menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan
jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin,2001).
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam
melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur
utama untuk pengdengaran normal, dosebut hantaran osikular. Gelombang
bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi
fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal,
disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang adalah penyaluran
getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang
yangcukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain
yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam
penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002).
III. Macam-macam Gangguan Pendengaran
Ada tiga jenis gangguan pendengaran yang dapat dikenali dengan uji
pendengaran yaitu gangguan konduktif, gangguan sensorineural dan gabungan
keduanya atau tipe campuran. Gangguan pendengaran konduktif adalah akibat
kelainan telinga luar atau tengah. Gangguan pendengaran sensorineural timbul
sekunder dari kelainan koklearis, saraf kedelapan atau saluran auditorik sentral
(Higler, 2000). Tuli konduktif disebabkan oleh hal yang menggangu hantaran
normal daripada gelombang suara ke organ corti. Jadi merupakan gangguan
konduksi rangsangan suara melalui liang telinga, membran timpani, ruang
telinga tengah, dan tulang pendengaran (Hassan et al, 2007).
Pada telinga luar misalnya serumen prop atau benda asing dalam liang telinga,
otitis eksterna, eksostosis. Pada telinga tengah misalnya OMA supurativa dan
nonsupurativa, otitis media kronik dengan atau tanpa mastoiditis, perforasi
membranan timpani, otitis media serosa (glue ear), otitis media adesiva,
otosklerosis, sumbatan tuba eustachii, barotrauma, trauma kepala disertai
gangguan fungsi telinga oleh ossicular chain disruption atau oleh hematoma
dalam telinga tengah, neoplasma (Hassan et al, 2007).
Pada tulis sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam,
nervus VIII atau di pusat pendengaran (Soepardi et al, 2007). Tuli saraf
disebabkan oleh hal yang merintangi atau mengurangi reaksi normal dari sel
/rambut terhadap stimulasi oleh gelombang suara atau hal yang merintangi atau
mengganggu reaksi normal dari jalan serabut saraf organ corti ke korteks
serebral (Hassan et al, 2007).
Kerusakan pada saraf atau koklea dapat disebabkan oleh trauma kepala disertai
kerusakan os petrosus, trauma akustik misalnya ketulian akibat bising di pabrik,
infeksi (virus pada parotitis, campak, influenza dan sebagainya), neoplasma