BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. (Sarwono, 2010) Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi essensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran, 2006). Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB. Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di Asia AKI terjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%), 1
63
Embed
asyhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat
berisi data subjektif, objektis, analisa dan penatalaksanaan ibu bersalin dengan preeklampsia berat dan follow up hingga nifas serta bayi baru lahir
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi
preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat
dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab
seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak
mengalami kejang dan jatuh dalam koma. (Sarwono, 2010)
Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu oleh
kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil
dengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi
essensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan
jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin
(Denis Tiran, 2006).
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab
utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan
kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh
adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan
eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas
PEB.
Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di Asia AKI
terjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya. Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228/100.000
kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%), eklampsia (24%),
infeksi (11%), komplikasi masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama (5%),
emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI, 2006).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar
antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7%
dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-
eklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Tingginya kejadian preeklamsia-eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan
yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat
berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap
1
berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk
lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Untuk itu, penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran mengenai kasus
tersebut di atas dengan melakukan asuhan pada ibu bersalin dengan preeklampsia
berat.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan mendokumentasikannya dalam
bentuk SOAP
1.2.2. Tujuan Khusus
A. Memahami konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat
B. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
C. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa aktual dan diagnosa
potensial serta masalah potensial yang mungkin timbul
D. Membuat rencana asuhan
E. Melakukan asuhan kebidanan sesai dengan rencana yang telah disusun
F. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele, 2010)
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas
pada vili dan korialis (Mitayani, 2009)
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini,
2009)
Preeklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi
dan progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi organ yang
dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin.
(Boyle M, 2007)
Pre-eklampsia Berat ditandai satu atau lebih dari ciri berikut ini
- Tekanan darah lebih dari 160 mmHg sistolik atau lebih dari sama dengan 110
mmHg diastolik pada dua kesempatan setidaknya 6 jam terpisah sementara
pasien tirah baring
- Proteinuria 5 gram atau lebih tinggi dalam spesimen urin 24 jam atau +3 atau
lebih pada dua sampel urin secara acak dikumpulkan setidaknya 4 jam terpisah
- Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam
- Cerebral atau visual gangguan
- Edema paru atau sianosis
- Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri
- Gangguan fungsi hati
- Trombositopenia
- Pertumbuhan janin pembatasan (David A Miller, 2010)
Preeklampsia Berat ditandai dengan tekanan darah sistol/diastol lebih dari sama
dengan 160/110 mmHg, protein urin lebih dari sama dengan +3, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrium. Oliguri, trombositopenia, dan edema paru
(Cunningham, 2010)
3
Tanda dan gejala preeklampsia berat adalah tekanan diastol > 110 mmHg,
terjadi pada kehamilan > 20 minggu, proteinurin >+3, hiperrefleksia, nyeri kepala,
Antisipasi : kontrol dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti
tes urin dan darah
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu klien hasil pemeriksaan
E: Klien mengetahui klien dalam keadaan darah tinggi
2. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan ibu nifas ke bidan pada usia 2
minggu untuk mengetahui perkembangan kondisi ibu terutama tekanan
darahnya
E: ibu menetapkan tanggal
37
3. Memberitahu ibu untuk menjaga istirahatnya
E: ibu perlu istirahat yang cukup untuk menjaga kondisinya dalam mengasuh
bayinya
4. Memberitahu ibu untuk menjaga nutrisi dan hidrasinya
E: ibu mengetahui bahwa asupan ibu setelah bersalin perlu ditingkatnya karena
ibu menyusui bayinya
5. Memberitahu ibu mengenai perawatan luka
E: ibu mengetahui untuk menjaga kebersihan genitalianya dengan baik dengan
cara cebok yang baik dan mengganti pembalut dengan sering serta banyak
makan-makanan yang mengandung protein.
6. Memberitahu dan membimbing ibu melakukan perawatan payudara
E: ibu mengetahui bahawa penting melakukan perawatan payudara dengan rutin
untuk menghindari lecet pada puting dan memelihara kesehatan payudara
dengan langkah-langkah yang dapat ibu peragakan kembali
7. Memberitahu ibu mengenai alat kontrasepsi yang dapat digunakan
E: jika disesuaikan dengan usia ibu dan jumlah paritas yang telah diperoleh, ibu
memerlukan kontrasepsi yang tidak begitu berpengaruh terhadap tubuhnya,
terutama dikarenakan ibu memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Jadi dianjurkan
penggunaan alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon, seperti IUD,
MOW dan MOP
8. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya ibu nifas
E: ibu dapat mengulan tanda-tanda bahaya ibu nifas 2-6 minggu adalah,
payudara bengkak dan atau memerah, nyeri pada betis, ibu merasa tidak ingin
menyusui bayinya
9. Dokumentasi
E: tecatat dengan SOAP
Hari/tanggal : Selasa/27 November 2012
Waktu : 09.15
Tempat : Rumah mertua klien
Kampung Ngantai Kecamatan Cikalong Kulon
Klien : Bayi Ny.Lani
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengaku tidak ada keluhan atas bayinya
38
2. Identitas anak
a. Nama : Bayi Ny. Lani
b. Tanggal Lahir : 17 November 2012
c. Usia : 10 hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. BB Lahir : 3100 gram
f. PB Lahir : 47 cm
3. Faktor Genetik
Di keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC dan
Hepatitis serta tidak ada yang memiliki riwayat penyakit kelainan jiwa.
4. Faktor Lingkungan
a. Kondisi lingkungan tempat tinggal ibu dan bayi saat ini
Lingkungan tempat tinggal ibu (rumah mertua) terletak di dekat jalan, cukup
besar dan dapat dilalui mobil namun tidak sebagai jalan lalu lalang angkot.
Termasuk ke dalam pemukiman yang padat, tidak dekat dengan pabrik dan
tempat pembuangan sampah.
b. Kondisi rumah tinggal
Ruang tamu, kamar, ruang TV dan dapur terpisah
Pencahayaan dan sirkulasi udara baik
c. Kondisi air
Baik, bersih dan layak pakai
5. Faktor Sosial
Bayi diasuh oleh ibu, mertua dan suami ibu. Keluarga menerima dan
mendukung kelahiran anak ini.
ayah dari bayi merokok, namun tidak di dalam rumah.
6. Faktor ibu dan perinatal
Hubungan ibu dan bayi baik. Aktivitas menyusui baik. Tidak ada keluhan ibu
terhadap bayinya
7. Eliminasi
BAB : sering, tidak ada keluhan
BAK : sering, tidak ada keluhan
39
8. Aktivitas menyusui
Frekuensi sering, tidak diberikan minuman dan makanan lain selain ASI
Bayi menyusu dengan kuat
Tidak ada keluhan
9. Riwayat imunisasi
HB0
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda-tanda vital
BJA : 130x/menit, regular
Respirasi : 48x/menit
Suhu : 37,0°C
3. Antropometri
BB : 3400 gram
PB : 47 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun : datar
Lingkar kepala : 33 cm
b. Telinga
Sedikit lebih bawah dari mata dan tidak terdapat pengeluaran
c. Mata
Sklera : putih
Konjungtiva : merah muda
d. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Tidak ada pengeluaran abnormal
e. Mulut
Tidak ada palato dan labioskiziz
Refleks rooting, sucking, swallowing baik
f. Leher
Pergerakan aktif
Tidak terdapat massa atau pembengkakan abnormal
g. Dada
Tidak ada tarikan nafas dada ke dalam
40
Puting simetris
Tidak terdengar kelainan bunyi jantung dan suara pernafasan lain
h. Abdomen
Perut dalam keadaan lembek
Tali pusat telah puput dari 2 hari lalu, tidak terdapat bau atau kemerahan
i. Punggung
Tidak ada spina bifida
j. Ekstremitas
Ektremitas atas : jumlah jari normal, terdapat refleks grasping,
pergerakan aktif
Ekstremitas bawah : jumlah jari normal, terdapat refleks babinski,
pergerakan aktif
k. Genitalia
Terdapat klitoris, lubang uretra dan vagina, tidak ada pengeluaran abnormal.
l. Anus
Bayi buang air besar
C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilanusia sepuluh hari dengan keadaan
baik
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
E: ibu mengetahui keadaan bayinya dalam keadaan baik
2. Mendukung ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif
E: ibu berencana akan tetap memberikan ASI ekslusif
3. Memberitahu tanda-tanda bahaya pada bayi
E: ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir adalah demam,
nafas lebih dari 60, sesak atau pernafasan cuping hidung, diare,
4. Memberitahu ibu untuk melakukan kontrol di puskesmas mengenai
perkembangan dan pertumbuhan bayi serta untuk mendapatkan imunisasi BCG
dan Polio 1
E: ibu menetapkan tanggalnya
5. Dokumentasi
E: tercatat dengan SOAP
41
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada kasus preeklampsia berat harus diidentifikasi berdasarkan
faktor pencetus atau predisposisinya, seperti usia, usia kehamilan, jumlah
kehamilan, riwayat kesehatan, dan status sosial ekonominya serta hasil
pemeriksaan fisik dan penunjangnya berupa hasil tes urin dan darah lengkap klien.
Pada kasus ini, setelah dilakukan pengkajian subjektif terhadap klien, didapat
yang menjadi faktor pencetus klien adalah riwayat penyakit hipertensi dalam
kehamilan di kehamilan pertamanya dan keluarga yaitu ibu dan kakaknya sendiri
memiliki penyakit tersebut. Ibu mengaku pada kehamilan pertamanya juga
ditemukan tekanan darahnya naik pada saat menjelang persalinan. Sedangkan
pada pengkajian data objektifnya ditemukan, walau ibu tidak mengalami pusing atau
nyeri kepala hebat, nyeri ulu hati dan pandangan kabur. Didapat hasil pemeriksaan
fisik berupa tekanan darah yang tinggi dan pada ektremitas bawah didapat oedema
yang menurut ibu oedem di kedua tungkainya tidak hilang ketika diistirahatkan dan
telah menetap selama kurang lebih 8 hari. Dan untuk pemeriksaan penunjangnya,
didapat hasil tes protein urin klien yang menyatakan klien memiliki kadar protein urin
yaitu sebesar +2, sesuai dengan protap RSUD Cianjur, bahwa kadar protein urin
lebih dari atau sama dengan 3 gram atau +2 adalah merupakan preeklampsia berat
Pengkajian data subjektif dan objektif ibu sudah cukup menunjang untuk
menetapkan diagnosa. Namun terdapat beberapa hal yang kurang dikaji, seperti
bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan klien dan bagaimana asupan nutrisi
klien, mengingat faktor nutrisipun menjadi salah satu penyebab timbulnya
preeklampsi. Yaitu jika ibu kekurangan asupan buah dan sayur sebagai antioksidan
dan mengantisipasi oksidan nitrat di tubuh klien. Dan hal tersebut seharusnya bisa
diantisipasi pada saat kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang sesuai. Selain itu, seharusnya bidan, tempat ibu biasa melakukan
pemeriksaan, dapat memperhatikan riwayat dan kemungkinan akan terjadinya
preeklampsia lagi, sehingga pemcegahan mungkin dapat dilakukan.
Ibu tidak jatuh dalam keadaan yang lebih parah selama persalinan dan
sepanjang kala IV, ataupun selama 3 hari pasca salin di RS, namun setelah
melakukan kunjungan rumah. Ternyata tekanan darah ibu didapat 2 hari lalu oleh
bidan dan oleh pengkaji tidak turun. Keadaan ibu tersebut tidak diikuti oleh keluhan
lain seperti pusing, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan pandangan kabur. Mengingat
preeklampsia dapat berlanjut hingga sampai 6 minggu postpartum dan atau
42
memungkinkan menjadikan hipertensi menetap (Al-Safi Z dkk:2011). Sehingga ibu
perlu mencegah keadaan tersebut dengan melakukan kontrol dan pemeriksaan
penunjang serta menjaga pola makannya.
Pengkaji dalam hal ini kurang mengkaji ibu selama di RSUD Cianjur. Pengkaji
tidak mengetahui bagaimana ibu dapat pulang dan apa saja yang telah diberikan
oleh RSUD Cianjur untuk ibu. Berdasarkan hasil konfirmasi setiap pasien PEB
pulang akan diberikan obat bagi ibu dan bayinya. Bagi ibu, diberikan obat berupa
Cefadroxil 2x1, Asam Mefenamat 3x1, SF 1x1, Metildopa 3x2, dan Nefidipine
3x10mg. Sehingga kurang dalam memfollow up ibu dan bayi.
Ibu mengatakan berencana menggunakan KB implan, padahal jika dilihat dari
usia ibu, rencana ibu yang tidak ingin memiliki anak lagi, dan adanya riwayat
penyakit tekanan darah tinggi, baiknya ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi yang
mengandung hormon, dan membuat perubahan pada tubuh ibu. Sehingga alat
kontrasepsi seperti IUD, MOW dan MOP dianjurkan.
4.2. PENEGAKAN DIAGNOSA
Penegakkan diagnosa digunakan sebagai bahan dalam penentuan diagnosa
potensial yang mungkin terjadi serta untuk melakukan antisipasi masalah serta
rencana asuhan.
Penegakkan diagnosa preeklampsia berat pada kasus ini didasari atas hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik seperti tekanan darah tinggi, oedema menetap
pada ektremitas bawah yang tidak hilang ketika diistirahatkan, dan protein urin +2.
Begitupun dengan diagnosa ketuban pecah dini pada ibu, dari data subjektifnya ibu
mengatakan telah keluar air-air dan banyak serta tidak dapat di tahan dengan hasil
pemeriksaan pembukaan masih 3-4cm (belum lengkap).
Diagnosa potensial dari kasus ini adalah eklampsi dan infeksi intrapartum.
Sehingga penanganan segera dengan memberikan terapi antikejang serta
pemberian antibiotik untuk ibu dilakukan.
4.3. PENGELOLAAN PERSALINANPengelolaan persalinan klien pada kasus ini adalah penanganan aktif dengan
terminasi kehamilan dengan melakukan induksi persalinan berupa drip oksitosin mengingat usia kehamilan ibu sudah > 37 minggu dan keadaan ibu serta janin baik.
4.4. DOKUMENTASIPendokumentasian asuhan merupakan hal yang sangat penting dalam
memberikan asuhan. Asuhan yang telah digunakan hendaknya didokumentasikan dengan lengkap, benar, dan informatif. Hal ini sangat penting sebagai bahan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan.
Dalam hal ini pengkaji mendokumentasikannya dalam bentuk soap dan partograf yang dilampirkan.
43
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dalam melakukan asuhan pada ibu dengan preeklampsia berat hendaknya
dipahami terlebih dahulu mengenai konsep dari kasus tersebut. Setelah itu,
melakukan pengkajian data subjektif dan objektif untuk memastikan diagnosa dan
perencanaan asuhan yang akan diberikan.
Pada kasus ini, pengkajian data sudah cukup menunjang untuk penetapan
diagnosa preeklampsia berat. Penetapan diagnosa diperoleh dari hasil subjektif dan
objektif. Hanya terdapat kekurangan dalam pengkajian konsumsi obat ibu dan
penatalaksanaan di rumah sakit setelah ibu melahirkan hingga ibu pulang. Sehingga
penatalaksanaan kasus dengan penanganan preeklampsia berat pada usia cukup
bulan sejak bersalin hingga postpartumnya hanya sesuai ketika melakukan terminasi
kehamilan dan observasi, tidak untuk penatalaksanaan postpartumnya.
Evaluasi telah dilaksanakan terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
5.2. SARAN
A. Pengkaji
Dalam melakukan asuhan pada ibu dengan preeklampsia berat hendaknya
dipahami terlebih dahulu mengenai konsep dari kasus tersebut. Setelah itu,
melakukan pengkajian data subjektif dan objektif untuk memastikan diagnosa
dan perencanaan asuhan yang akan diberikan.
B. Institusi Pendidikan
Bimbingan langsung terhadap asuhan pengkaji dengan kliennya diharapkan
dapat membantu pengkaji dalam melakukan dan menetapkan asuhan.
C. Rumah Sakit
Meningkatkan kembali pemberian informasi dan konseling terhadap pasien
pulang mengenai obat-obatan dan motivasi KB, dan memastikan ibu benar-benar
pahan apa yang telah diberikan rumah sakit sehingga ibu mengetahui apa yang
harus dia perhatikan selama kembali ke rumah.
44
DAFTAR PUSTAKA
Al-Safi Z, dkk. 2011. Delayed postpartum preeclampsia and eclampsia:
demographics, clinical course, and complications. ________.________
Arinda Anggara. 2010. Pengaruh Preeklamsia Berat Pada KehamilanTerhadap Keluaran
Maternal Dan Perinatal Di Rsup Dr Kariadi Semarang Tahun. www.eprints.undip.ac.id. 22
November 2012. 19.56
Cunningham F G., et al. 2010. Williams Obstetrics 23rd Ed. McGraw-Hill, Medical
Publishing Division
Goodwin, T. Murphy, et al. 2010. Management of Common Problems in Obstetrics and
Gynecology.Blackwell Publishing Ltd
Lia Yuliani. 2012. Pre-Eklampsia Berat Di Rsud Bayu Asih Purwakarta.
www.jurnalkesmas.org. 22 November 2012. 19.54
Saifudin A B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Silasi, Michelle. 2010. An Issue of Obstetrics and Gynecology Clinics. Elsevier Inc.
T.W. Kusuma. 2009. Manajemen Risiko Dalam Pelayanan Pasien Preeklampsia
Berat/Eklampsia Di Instalasi Gawat Darurat Rsupncm. www.isjd.pdii.lipi.go.id. 19.36
Wahyuny Langelo. 2012. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Di Rskd. Ibu Dan Anak
Siti Fatimah Makassar www.pasca.unhas.ac.id. 8 November 2012. 16.15
Wiknjosastro H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.