Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupakan usaha salimng melindungi dan
tolong menolong diamtara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah. Di Indonesia lembaga syariah sekarang berkembang
dengan sangat pesat baik asuransi ataupun perbankan dan
usaha lainnya yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Sebagai seorang mahasiswa kita harus bisa mengetahui
lebih jauh tentang asuransi syariah, baik perkembangan,
pengertian, manfaat, risikonya dan lain-lain.
B. Tujuan
Pembahasan ini bertujuan dalam memahami lebih detail
dan mendalam tentang asuransi dan reasuransi syariah baik
pengertian, manfaat, risikonya, dasar hukum dan lain-
lain. Supaya tidak terjadi kekeliruan dalam pelaksanaan
kegiatan asuransi syariah, dan mempermudah mahasiswa/i
dalam memahami asuransi dan reasuransi syariah itu
sendiri.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuransi syariah?
1
Page 2
2. Bagaimana dalil asuransi?
3. Bagaimana pendapat ulama mengenai asuransi?
4. Bagaimanakah prinsip-prinsip reasuransi syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASURANSI1. Pengertian Asuransi
Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min,
penanggung disebut mua’ammin, sedangkan tertanggung
disebut muamman lahu atau musta’min1. .Menurut pasal 246
wetboek wan koophandel (kitab UU perniagaan) bahwa yang
dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan di mana
pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang dijamin
untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti
kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin
karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan
terjadi.2
1 Jubran Ma’ud Ar-Raid, Mu’jam Lughway ‘Ashry, Beirut. Dar al-Islami Li Al Malatin,t,t jilid 1, hal 30
2 Masyfuk Zuhdi, Islam dan keluarga berencana di Indonesia, Bina Ilmu: Surabaya, 1986, hlm. 162.
2
Page 3
Mustafa Ahmad Az-Zarqa memaknai asuransi adalah sebgai
suatu cara untuk memelihara manusia dalam menghindarari
resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi
dalam kehidupannya.3
2. Pendapat ulama tentang Asuransi
Di kalangan ulama atau cendikiawan Muslim terdapat dua
pendapat tentang hokum asuransi, yaitu:
a. Mengaramkan asuransi dalam segala macam dan
bentuknya seperti sekarang ini, termasuk asuransi
jiwa. Kelompok ini antara lain sayyid sabiq yang
diungkap dalam kitabnya fiqh as-sunnah, Abdullah al-
Qalqili, Muhammad Yusuf Al-Qardhawi, dan Muhammad
Bakhir al-Muth’I, alasannya antara lain:
1) Asuransi sama hakikatnya dengan judi
2) Mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti
3) Mengandung unsur riba/rente
4) Mengandung unsur eksploitasi karena apabila
pemegnang polis tidak bisa melanjutkan pembayaran
preminya, bisa hilang atau dikurangi uang premi
yang telah dibayarkan. Premi adalah sesuatu yang
diberikan hadish, sumbangan, ata sesatu yang
dibayar sebagai tambahan (extra) perangsang.4
5) Premi-premi yang telah dibayar oleh para pemegang
polis diputar menjadi praktek riba (karena uang
3 Muhammad Syakir Sula, Asransi Syariah (life and general), konsep dan system operasional, cet 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm 29
4 Muhammad Syakir Sula, Asransi Syariah (life and general), konsep dan system operasional, cet 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm 26
3
Page 4
tersebut dikreditkan dan dibungakan). Polis adalah
bukti tertulis asuransi antara tertanggng dengan
penanggung dimana dengan menerima sejumlah premi
mengikatkan diri untuk mengganti kerugian yang
timbul atas objek yang dipertanggung jawabkan
sesuai yang tercantum dalam polis asuransi.5
6) Asuransi termasuk akad sharfi, artinya jual beli
atau tukar menukar mata uang tidak dengan uang
tunai.
7) Hidup dan matinya manusia dijadikan objek bisnis,
yang berarti mendahului takdir Tuhan yang Maha
Esa6
b. Membolehkan semua asuransi dalam prakteknya dewasa
ini.Pendapat ini kemukakan oleh Abdul wahab Khalaf,
Mustafa Ahmad Zarqa, hammad Yusuf Musa, dan alasan-
alasan yang dikemukannya adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada nash al-Qur’an maupun nash Al-Hadist
yang melarang asuransi;
2) Kedua pihak yang brejanji (asurador dan yang
mempertanggungkan) dengan penuh kerelaan menerima
operasi ini dilakukan dengan memikul tanggung
jawab masing-masing.
3) Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua
belah pihak dan bahkan asuransi menguntungan kedua
belah pihak5 Veithzal Rivai,Ferri N Idroes, dkk, Bank Syariah Financial
Institution Management Conventional & Syaria System, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 1025)
6 Masyfuk Zuhdi, Islam dan keluarga berencana di Indonesia, Bina Ilmu: Surabaya, 1986, hlm. 164-168
4
Page 5
4) Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-
premi yang terkumpul dapat
diinvestasikan( disalurkan kembali untuk jadi
modal) untuk proyek-proyek yang produktif dan
untuk pembangunan
5) Asuransi termasuk akad mudharabah
6) Asuransi termasuk syirkah ta’awuniyah
7) Dianalogika atau diqiyasan dengan system pension,
seperti taspen
8) Operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan
umum dan kepentingan bersama
9) Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan
harta benda, kekayaan, dan kepribadian.
Dengan alasan-alasan yang demikian, asuransi dianggap
membawa manfaat bagi persertanya dan perusahaan asuransi
secara bersamaan. Praktik atau tindakan yang dapat
mendatangkan kemaslahatan orang banyak dibenarkan oleh
agama.7
3. Dasar Hukum
Al-Maidah ayat 2
د ولا� ئ ل� ق� ل� دي� ولا ٱ� ه���� ل� ح����رٱم ولا ٱ� ل� هر ٱ� ل�ش����! ولا ٱ� هلل ر ٱ� ئ ع� وٱ ش�����! ل���� ح وٱ لا ت�� ن/���� ن3 ءٱم� ي�5 د/ ل����� ا ٱ� ه���� ي�9 أ ي���ادوٱ ط ص��� ا� م ف�/ لت� ل ٱ ح� د/ Fأ وٱ ي5/ و ض���/ م ور ه L9ي ن3 ر لا م� ض��/ ون3 ف�/ غ/�� ت� Tب Vح��رٱم ي� ل� ت� ٱ� ي� Tب ل� ن3 ٱ� ي� م� ءٱ�7Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,PT Raja Walipers, 2011, halaman 311
mengutip buku Fuad Mohammad Fachruddin, Riba dalam Bank, koperasi, perseroan dan asuransi. PT. Al-Ma’arif: Bandung, 1989, halaman 201
5
Page 6
لى وٱ ع� اون�/ ع��� دو وت�� عئ���� ن3 ت�� ح���رٱم ٱ ل� د ٱ� Lح مس��� ل� ٱ� ن3 م ع� وك� د ن3 ص���� وم ٱ ئ/ ان3 ق���� م ش����! ك ئ/ ���رم� Lح ٱولا ت��د ي�9 د ش������! هلل ن3 ٱ� Fٱ هلل وٱ ٱ� ق������ ت�9 وٱ� ن3 دو ع����� ل� م وٱ� ث�! Fلا لى ٱ� وٱ ع� اون�/ ع����� وي ولا ت�� ق������ ل�ت� ر وٱ� �����Lلئ ٱ�
Lاب ق� غ ل� ٢ٱ�Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka
bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
Al-Quran tidak menyebutkan secara tegas ayat yang
menjelaskan praktik asuransi seperti yang ada saat ini,
walaupun begitu al-qur’an masih mengakomodir ayat-ayat
yang mempunyai nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik
6
Page 7
asuransi, seperti nilai-nilai dasar tolong-menolong, atau
semangat untuk memproteksi diri terhadap peristiwa
kerugian (peril) dimasa mendatang.
Dan juga dalam surat
a. Al-Baqarah ayat 185
b. Al-Baqarah ayat 261
c. Al-Hasyr ayat18
Dan As-Sunnah:
“Barang siapa melepaskan dari seseorang muslim suatu
kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya
darinya pada hari kiamat, dan Allah akan senantiasa
menolong hambah-Nya selama ia (suka) menolong
saudaranya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang,
saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang
satu); jikalau satu bagian menderita sakit, maka bagian
lain akan turut menderita.” (HR. Muslim dari Nu’man bin
Basyir)
Kaidah fiqh :
“Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” “Segala mudharat
harus dihindarkan”
4. Fungsi dan Tujuan Asuransi Syariah
7
Page 8
Adapun yang menjadi tujuan dari pendirian asuransi
adalah8menjaga konsistensi pelaksanaan syariah di bidang
keuangan.
a. Antisipasi terhadap makin meningkatnya kemakmuran
bangsa
b. Turut meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat
c. Menumbuhkan kemampuan umat Islam di bidang
pengelolaan industri asuransi
Sedangkan fungsi dari asuransi syariah adalah:9
a. Fungsi dari segi pelaksanaan Syariat Islam
Fungsi yang pertama ini mengandung makna bahwa
asuransi syariah merupakan realisasi dari ketentuan-
ketentuan yang ada dalam syariat Islam itu sendiri,
yang bahwa prinsip operasional asuransi syariah ini
mengacu kepada al-Quran dan al-Sunnah serta pendapat
para fuqaha. Di dalam syariat Islam terkandung
substansi anjuran tentan sikap saling melindungi antar
sesama manusia, sikap saling tolong menolong, berlomba-
lomba dalam kebajikan dan hidup bekerjasama. Kehadiran
Asuransi Syariah ini merupakan sebuah media untuk
terjelmahnya kemaslahatan umat. sedangkan kemaslahatan
umat itu sendiri merupakan tujuan utama dari syariat
Islam. Hal ini berarti bahwa kehadiran asuransi syariah
seiring dengan tujuan yang dikehendaki disyariatkannya8 Yadi, J. Asuransi Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. . 2005
halaman 139 Yadi, J. Asuransi Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. . 2005
halaman 16
8
Page 9
ajaran Islam kepada umat manusia, yakni kemaslahatan
manusia itu sendiri.
b. Fungsi dari segi pembangunan nasional
Sedangkan jika dilihat dari segi pembangunan
nasional adalah bagaimana bisa mensejahterakan dan
mententramkan kehidupan rakyat. Kehadiran asuransi
syariah memiliki fungsi untuk mensejaterahkan dan
mententramkan rakyat ketika tertimpa musibah atau
bencana.
c. Fungsi dari segi pengelolaan dan pendayagunaan
ekonomi umat
Kehadiran asuransi syariah sebagai sebuah lembaga
keuangan syariah tampaknya bisa lebih mengelola dan
mendayagunakan potensi ekonomi umat Islam secara
maksimal Keterlibatan masyarakat menjadi peserta
asuaransi dengan membayar sejumlah premi akan
mengakibatkan terkumpulnya sejumlah dana yang bisa
dijadikan sebagai modal usaha. Bila modal itu
diinvestasikan kepada bank syariah, maka akan
memperkokoh permodalan yang dimiliki oleh perbankan
syariah.
5. Asuransi dalam Sistem Islam
Dijelaskan oleh Muhamad Netajullah Shiddiqi bahwa
asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia
karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya memerlukan
9
Page 10
satuan. Asuransi merupakan organisasi penyantun masalah-
masalah yang universal, seperti kematian mendadak,
cacat , penyakit pengangguran, kebakaran, banjir ,badai,
dan kecelakaan-kecelakaan yang bersangkutan dengan
transportasi serta kerugian finansial yang disebabkannya.
Rancangan asuransi yang dipandang sejalan dengan nila-
nilai islam ang diajukan oleh Muhammad Netajullah
Shiddiqi adalah sebagai berikut.
a. Semua asuransi yang menyangkut bahya pada jiwa
manusia, baik mengenai anggota badan maupun
kesehatan harus ditangani secara ekslusif dibawah
pengawasan Negara. Jika nyawa anggota badan atau
kesehatan manusia tertimpa akibat kecelakaan pada
industry atau ketika sedang melaksanakan tugas yang
diperintahkan oleh majikannya. Beban pertolongan
dang anti rugi dibebankan kepada setelah
mengakibatkan mengangurnya orang yang bersangkutan.
Bersamaa dengan ini haruslah individu diberi
kebebasan mengambil asuransi guna menanggulangi
kerugian yang terjadi pada kepentingan dirinya dan
keluarganya oleh berbagai kecelakaan sehingga dapat
memelihara oleh berbagai kecelakaan sehingga ia
dapat memelihara produktivitas ekonomi serta
kelanjutan bisnisnya.
Asuransi seperti diatas harus menjadi kepentingan
Negara dengan membawa semua asuransi ke bawah
wewenagn dilaksanakan oleh Negara. Negara harus
10
Page 11
mengambil langkah-langkah untuk melindungi kekayaan
dan harta milik orang banyak dari kebakaran,
banjir , kerusakan gempa buymi, badai, dan
pencurian. Kesempatan harus diberikan kepada setiap
individu untuk mengambil asuransi terhadap kerusakan
finansial yang terjadi. Uang ganti rugi hendaklah
ditetapkan dalam setiap kasus menurut persetujuan
kontrak sebelumnya yang menjadi dasar pembayaran
premi oleh pemilik kekayaan. Dalam hal seseorang
jatuh miskin disebabkan oleh suatu musibah, orang
tersebut harus ditolong dari kemiskinannya dengan
system jaminan social. Jaminan ini mesti dapat
diperoleh tanpa pembayaran premi apapun. Akan cocok
kiranya jika perusahaan-perusahaan besar seprti
industry pesawat terbang wajib untuk diasuransikan,
rumah tempat tinggal juga dapat dipertimbangkan
menurut jalur-jalur ini, badan swasta yang melakukan
usaha asuransi bagi barang-barang kekayaan juga dpat
diizinkan
b. Hendaklah sebagian besar bentuk asuransi yang
berkaitan dengan jiwa, pertdagangan laut, kebakaran,
dan kecelakaan dimasukkan dalam sector Negara.
Beberapa diantaranya yang berurusan dengan
kecelakaan-kecelakaan tertentu, hak-hak, dan
kepentingan-kepentingan serta kontrak-kontrak yang
biasa diserahkan kepada sector swasta. 10
10 Muh. Netajullah Shiddiqi, Asuransi Dalam Islam, (pustaka: Bandung, 1987, hlm 52-54
11
Page 12
6. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
No Uraian Asuransi Syariah Asuransi
Konvensional1 Konsep Sekumpulan orang yang saling
bantu-membantu, saling
menjamin dan bekerjasama
antara satu dengan yang
lain. Dengan cara masing-
masing mengeluarkan dana
tabarru’( bagian dari
pembayaran premi)
Perjanjian
antara dua
pihak atau
lebih, dengan
nama pihak
penanggung
mengikatkan
diri pada
tertanggung
dengan
menerima
penggantian
kepada
tertanggung2 Akad yang
digunakan
Akad Tabarru’ dan Tijarah
(mudharabah, musyarakah,
wakalah, dll)
Akad jual
beli
(Tabadduli)3 Sumber
hukum
Al-Qur’an, Hadist, dan
sumber-sumber hokum islam
lainnya
Bersumber
dari pikiran
manusia dan
kebudayaan,
berdasarkan
hokum postif,
dan lainnya
12
Page 13
4 Ciri/
karakterist
ik
Bersih dari praktek gharar,
masyir, riba
Tidak selaras
dengan
syariat islam
karena
gharar,
masyir dan
riba5 Dewan
pengawas
syariah
Ada, bersungsi melakukan
pengawasan terkait kepatuhan
terhadap syriah
Tidak ada
6 Pengelolaan
resiko
Sharing of Risk, dimana
terjadi proses menanggung
antara satu peserta dengan
peserta lainnya
Transer of
Risk,
pengalihan
resiko darai
peserta ke
perusahaan
asuransi7 Kepemilikan
dana
Premi yang diterima
dipisahkan antara dana
tabarru’. Dana peserta dan
dana perusahaan asuransi
Tidak ada
pemisahan
dana atau
premi yang
diterima
menjadi hak
perusahaan
asuransi8 Investasi. Dapat dilakukan investasi
sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan sepanjang
Bebas
melakukan
investasi
13
Page 14
tidak bertentangan dengan
syariah. Bebas dari riba dan
jenis investasi terlarang
lainnya.
dengan batas-
batas
ketentuan
perundang-
undangan dan
tidak
terbatasi
pada halal
haramnya
objek atau
system
investasi
yang
digunakan9 Pengelolsaa
n biaya
asuransi
Biaya yang dikenakan atas
pengelolaan asuransi harus
transparan dan dijelaskan di
polis
Biaya
asuransi
tidak
dijelaskan di
dalam polis10 Sumber
pembayaran
klaim
Pembayaran kliam bersumber
dari rekening dana tabarru’
Pembayaran
klaim
bersumber
dari dana
perusahaan
asuransi11 keuntungan Keuntungan yang diperoleh
dari surplus underwriting,
komisi asuransi dan
Keuntungan
yang
diperoleh
14
Page 15
reasuransi dan hasil
investasi bukan seluruhnya
menjadi milik perusahaan
tetapi dilakukan bagi hasil
atau free (tergantung akad)
dari surplus
underwriting,
komisi
reasuransi
dan hasil
investasi
seluruhnya
menjadi milik
perusahaan12 Loading
(kontribusi
biaya)
Pembebanan biaya operasional
ditanggung pemegang polis,
terbatas pada 30% dari
premi, sehingga pembentukan
p[ada nilai tunai cepat
terbentuk ditahun pertama
dengan tanpa loading
Pembebanan
biaya
operasional
ditanggung
seluruhnya
oleh pemegang
plis,
sehingga
pembentukan
nilai tunai
menjadi
lambat
ditahun-tahun
pertama.11(sumber: Agung Jatmika, 2007)
B. REASURANSI
11 Agung jatmika, asuransi syariah. Materi seminar insurance goes to campus di FE UNAIR Surabaya
15
Page 16
Reasuransi adalah suatu persetujuan yang dilakukan
antara dua pihak, yang masing-masing disebut pemberi sesi
dan penanggung ulang dengan jalan pemberi sesi menyetujui
menyerahkan penanggung ulang menyetujui menerima suatu
resiko yang telah di tentukan dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam perjanjian.
1. Prinsip Reasuransi
Prinsip reasuransi adalah bila penanggung setelah
menandatangani polis merasa takut bahwa resiko yang
dipertanggungkan terlalu berat atau tidak sesuai dengan
usahanya, mereasuransikan resiko itu kepada penaggung
lain.
a. Loss Unexpected
Resiko harus berkaitan dengan kemungkinan dan tidak
dapat diperkirakan.
b. Reasonable
Resiko merupakan benda yang memiliki nilai, baik
daari pihak penanggung maupun tertanggng.
c. Catastrophic
Resiko tersebut haruslah tidak akan menimbulkan
suatu kemungkinan rugi yang sangat besar.
d. Homogeneous
Berarti sama atau serupa dalam bentuk atau sifat.
Barang atau benda yang akan di pertanggungkan
16
Page 17
haruslah homogeny, yaitu banyak barang yang serupa
atau sejenis.12
2. Reasuransi dan Retafakul
Reasuransi syariah (retafakul) adalah suatu proses
saling menanggng antara pemberi sesi dengan penanggung
ulang, di mana ada proses suka sama suka (saling
menyepakati) resiko dan persyaratannya yang ditetapkan
dalam akad.
Tujuan asuransi (retafakul) adalah mengurangi atau
memperkecil beban resiko yang diterimanya dengan
mengalihkan seluruh atau sebagian resiko itu kepada pihak
penanggung lain.
a. Reasuransi memberi jaminan atas perlingdungan kepada
penanggung dari kerugian-kerugian underwriting
(underwriting losses) yang dapat sewaktu-waktu
membahayakan likuiditas,, solvabilitas dan
kelestarian kegiatan usaha mereka.
b. Reasuransi menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan
atas resiko-resiko melampaui batas kemampuannya
karena kelebihan tanggung-gugat yang tidak bisa
mereka tamping sendiri akan dijamin oleh penanggung
ulang yang telah bersedia menampung.
12 Veithzal Rivai,Ferri N Idroes, dkk, Bank Syariah Financial Institution Management Conventional & Syaria System, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 1054-1055
17
Page 18
c. Reasuransi adalah alat penyebaran resiko, baik
dipasaran reasuransi dalam negeri maupun pasaran
luar negeri.
d. Bila kerja sama atas reasuransi atas sebagian resiko
dilakukan antarsesama perusahaan asuransi, akan
terdapat dua fungsi didalamnya, yaitu sebagai
penyebaran resiko dan sebagai sarana pertukaran
bisnis yang mampu, meningkatkan pendapatan premi
yang ditahan karena disamping adanya pengeluaran
terdapat pula pemasukan premi.
Reasuransi mendukung atau meningkatkan kestabilan
underwriting dan keadaan keuangan perusahaan
asuransi, termasuk menjaga stabilitas pendapatnya.
Dalam hal ini, reasuransi seolah-olah berfungsi
menyediakan fasilitas bankkepada perusahaan
asuransi.
Reasuransi meningkatkan dan memperbesar kelelusaan
dalam melakukan pemasaran berbagai produk asuransi,
baik yang konvensional maupun yang baru dengan
segala macam tingkat besar kecilnya resiko.
Secara tidak langsung reasuransi dapat berfungsi
membantu membiayai kegiatan usaha perusahaan
asuransi, khususnya disesikan berdasarkan kontrak
reasuransi, karena pembayaran sesi premi baaru
dilaksanakan setelah setiap triwulan berakhir
berdasarkan account statement triwulan. Bahkan,
adakalanya setiap setelah enam bulan terakhir
berdasarkan account statement semesteran. Lebih-
18
Page 19
lebih bila berdasarkan persyaratan atau ketentuan
treaty perusahaan diperkenalkan menahan sebagian
premi yang dicanangkan untuk menghadapi resiko yang
masih berjalan dan baru akan dibebaskan satu tahun
kemudian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
asuransi adalah sebgai suatu cara untuk memelihara
manusia dalam menghindarari resiko (ancaman) bahaya yang
beragam yang akan terjadi dalam kehidupannya.dalil yang
menyatakan kebolehan asuransi syariah dalah hadist nabi
SAW, Beliau bersabda
19
Page 20
“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling
mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu);
jikalau satu bagian menderita sakit, maka bagian lain
akan turut menderita.” (HR. Muslim dari Nu’man bin
Basyir)
Di kalangan ulama atau cendikiawan Muslim terdapat dua
pendapat tentang hokum asuransi, yaitu: Mengaramkan
asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti
sekarang ini, Membolehkan semua asuransi dalam prakteknya
dewasa ini.
Prinsip reasuransi adalah bila penanggung setelah
menandatangani polis merasa takut bahwa resiko yang
dipertanggungkan terlalu berat atau tidak sesuai dengan
usahanya, mereasuransikan resiko itu kepada penaggung
lain.
a. Loss Unexpected
Resiko harus berkaitan dengan kemungkinan dan tidak
dapat diperkirakan.
b. Reasonable
Resiko merupakan benda yang memiliki nilai, baik daari
pihak penanggung maupun tertanggng.
c. Catastrophic
Resiko tersebut haruslah tidak akan menimbulkan suatu
kemungkinan rugi yang sangat besar.
d. Homogeneous
Berarti sama atau serupa dalam bentuk atau sifat.
Barang atau benda yang akan di pertanggungkan haruslah
homogeny, yaitu banyak barang yang serupa atau sejenis
20
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Jubran Ma’ud Ar-Raid, Mu’jam Lughway ‘Ashry, Beirut.
Dar al-Islami Li Al Malatin,t,t jilid 1
Masyfuk Zuhdi, Islam dan keluarga berencana di
Indonesia, Bina Ilmu: Surabaya, 1986
Muhammad Syakir Sula, Asransi Syariah (life and
general), konsep dan system operasional, cet 1
(Jakarta: Gema Insani Press), 2004
Veithzal Rivai,Ferri N Idroes, dkk, Bank Syariah
Financial Institution Management Conventional & Syaria
System, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,PT Raja Walipers, 2011
Yadi, J. Asuransi Syariah. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy. . 2005
Muh. Netajullah Shiddiqi, Asuransi Dalam Islam,
(pustaka: Bandung, 1987
Agung jatmika, asuransi syariah. Materi seminar
insurance goes to campus di FE UNAIR Surabaya
21