Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERSYARAFAN KELOMPOK IV Maria Kristiani S. (201211071) Montania D.F (201211077) Nuliti ( ) Putri Istiqomah (201211090) Ria Enes A. (201211096) Riska Anggraini (201211102) Sara Kurniasari (201211108) Srisutarmini Mali G.W (201211114) Winda Kusumawati (201211120)
86

Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Feb 12, 2016

Download

Documents

winda k

pemasangan infuse
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERSYARAFAN

KELOMPOK IV

Maria Kristiani S. (201211071)

Montania D.F (201211077)

Nuliti ( )

Putri Istiqomah (201211090)

Ria Enes A. (201211096)

Riska Anggraini (201211102)

Sara Kurniasari (201211108)

Srisutarmini Mali G.W (201211114)

Winda Kusumawati (201211120)

Yohana Rambu P.J (201211126)

Yuliani (201211132)

STIKES ST. ELISABETH SEMARANG

2013/2014

Page 2: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf pusat bukan hanya bertanggung jawab terhadap pengaturan

sistem-sistem tubuh,kapasitas adaptif, tetapi juga berkenaan dengan aspek

kesadaran diri .Untuk dapat menerapkan proses keperawatan pada pasien dengan

gangguan neurologi membutuhkan pengetahuan tentang struktur dan fungsi dari

sistem persyarafan. Sistem persyarafan bekerja sebagai sistem elektrik dan

konduksi yang berkerja mengatur dan mengendalikan semua kegiatan tubuh.

Sebagai mahasiswa keperawatan penting untuk mempelajari asuhan keperawatan

pada pasien dengan keterbatasan fungsi persarafan untuk membantu

membangkitkan respon adaptifnya,intervensi keperawatan dilakukan untuk

melindungi dan membantu pasien yang dalam keadaan keterbatasan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk :

1. Pemenuhan tugas mata kuliah sistem persarafan

2. Mengetahui mengenai patofisiologi dan gangguan sistem persarafan

3. Pembelajaran asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien

dengan gangguan persarafan.

1.3 Manfaat

2. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menangani pasien

dengan gangguan persarafan.

3. Mendalami pemahaman mengenai patofisiologi dan gangguan sistem

persarafan

4. Mendalami pemahaman mengenai asuhan keperawatan yang akan

diberikan pada pasien dengan gangguan persarafan.

5. Mampu mengkolaborasikan pelayanan keperawatan pada pasien

dengan gangguan persarafan.

Page 3: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

BAB II

ISI

2.1 Pengkajian secara umum

1. Identitas Klien

Identitas klien meliputi : nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis

kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, MRS, nomer rekam medis, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama

Keluhan utama klien biasanya akan segera terlihat bila sudah terjadi disfungsi

neurologis. Keluhan  yang sering muncul adalah : kelemahan ekstremitas sebelah

badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, kejang (konvusi), sakit kepala

hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS

kurang dari 15) akral dingin, dan ekspresi takut.

3. Riwayat Penyakit dahulu

Ketahui riwayat penyakit masa lalu klien. Beberapa pertanyaan yang megarah

pada riwayat penyakit dahulu dalam pengkajian neurologis adalah

Apakah klien menggunakan obat-obat seperti : analgesik, sedatif, hipnotis,

antipsikotik,antidepresi, atau perangsang sistem syaraf.

Apakah klien pernah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang, tremor,

pusing, vertigo, kebasatau kesemutan pada bagian tubuh, kelemahan,

nyeri, atau perubahan dalam bicara di masa  lalu.

Bila klien telah mengalami gejala dia tas, gali lebih detail. Contoh bila

klien mengalami kejang tentukan rangkaian peristiwa (aura, jatuh ke tanah,

menangis, aktivitas motorik, fase transisi, hilangnya kesadaran,

inkontinensia, lamanya kejang). Pada kasus vertigo atau pusing, tentukan

serangan, sensasi, dan gejala yang berhubungan.

Perawat sebaiknya bertanya tentang riwayat perubahan penglihatan,

pendengaran, penghidu,pengecapan, dan perabaan.

Riwayat trauma kepala atau batang spinal, meningitis, kelainan konginetal,

penyakit neurologis, atau konseling psikiatri

Page 4: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Riwayat peningkatan kadar gula dan tekanan darah tinggi

Riwayat tumor pada sistem persarafan dan akibat yang diderita sekarang.

4.Riwayat Penyakit Sekarang

Pada gangguan neurologis, riwayat penyakit sekarang yang mungkin muncul

adalah adanya riwayat  trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh saat

klien melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal seperti mual, muntah

bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan  separuh badan,

gelisah, letargis, lelah apatis, perubahan pupil, dll.

5.Riwayat penyakit keluarga

Kaji riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan sistem persarapan.

6.Pengkajian Psikososial

Pengkajian ini meliputi : status emosi, kognitif, dan perilaku klien.

7.Kemampuan Koping normal

Pengkajian ini untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya dan perubahan  peran klien dalam keluarga serta masyarakat dan

respon serta pengaruhnya pada kehidupan sehari-hari.  Amati apakah ada dampak

seperti : ketakutan, kecemasan, ketidakmampuan, kecacatan, gangguan citra  diri.

8.Pengkajian Sosioekonomispiritual

Kaji status ekonomi karena klien rawat inap atau pengobatan jalan yang mahal.

Lakukan fungsi advokasi bila ada permasalahan. Perspektif keperawatan mengkaji

dua hal, keterbatasan yang diakibatkan  oleh defisit neurologis dalam hubungan

dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan  mendukung adaptasi

pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu.

Page 5: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Pemeriksaan Fisik Neurologis

Secara umum, pemeriksaan fisik pada sistem persarafan ditujukan terhadap area

fungsi utama, sebagai berikut :

1. Pengkajian Tingkat Kesadaran

2. Pengkajian Fungsi Serebral

3. Pengkajian Saraf Kranial

4. Pengkajian Sistem Motorik

5. Pengkajian respon reflek

6. Pengkajian Sistem Sensorik

Pengkajian Tingkat Kesadaran

Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan

pengintegrasian impuls eferen dan aferen. Semua impuls aferen disebut input

susunan saraf pusat dan semua impuls eferen disebut output susunan saraf pusat

(Priguna Sidaria, 1985).

Kewaspadaan adalah kesadaran yang sehat dan adekuat, yaitu aksi dan

reaksi terhadap apa yang diserap  (dilihat, dicium, didengar, dihidu,

dikecap, dll) bersifat sesuai dan tepat.

Koma adalah keadaan saat suatu aksi sama sekali tidak dibalas dengan

reaksi.

Koma kortikal bihemisferik adalah gangguan sehingga tingkat kesadaran

menurun sampai tingkat  terendah akibatneuron pengemban kewaspadaan

sama sekali tidak berfungsi.

Koma diensefalik adalah gangguan sehingga tingkat kesadaran menurun

sampai tingkat terendah akibat neuron pembangkit kewasapadaan tidak

berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaanKoma

keduanya bisa bersifat supratentorial atau infratentorial.

Kualitas kesadaran adalah parameter paling mendasar dan penting yang

membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap

Page 6: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem

persarafan.

Pengkajian Fungsi Serebral

Pemeriksaan fungsi serebral secara ringkas terdiri dari pemeriksaan status mental,

fungsi intelek tual, daya pikir, status emosional, dan kemampuan bahasa.

Status Mental

Yang dilakukan adalah

1. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, dengan melihat cara

berpakaian klien, kerapian, dan kebersihan diri

2. Observasi postur, sikap, gerak-gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan aktivitas

motorik

3. Observasi gaya bicara klien dan tingkat kesadaran

4. Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal?

5. Apakah klien sadar dan berespon atau mengantuk dan stupor?

Fungsi Intelektual

Pengkajian ini mencakup kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan

mamanfaatkan pengalaman. Lesi serebral yang bersifat bilateral dan difusi sangat

menentukan pelaksanaan intelektual umum. Sedangkan Lesi yang bersifat lokal

dapat menimbulkan aktivitas intelektual yang khusus. Klien yang mengalami

kerusakan otak tidak mampu untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang

kecil (rumit/kompleks) dan mengalami kesulitan menangkap makna suatu

stimulus.

Pengkajian yang dilakukan adalah

1. Mengingat atau memori

2. Pengetahuan umum

3. Menghitung atau kalkulasi

4. Mengenal persamaan dan perbedaan

5. Mempertimbangkan

Page 7: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Daya Pikir

Priguna Sudharta (1985) dalam Muttqin (2008) menjelaskan alam pikiran atau

jalan pikiran hanya dapat dinilai dari ucapan-ucapannya. Pengkajiannya adalah

Apakah klien bersifat spontan, alamiah, jernih, relevan, dan masuk akal?

Apakah klien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan, dan keasyikan

sendiri?

Apa yang menjadi pikiran klien?

Status Emosional

Pengkajian emosional bisa dilihat dari :

1. Apakah tingkah laku klien alamiah, datar, peka, pemarah, cemas, apatis,

atau euforia..?

2. Apakah alam perasaan klien berubah-ubah secara normal atau iramanya

tidak dapat di duga dari gembira menjadi sedih selama wawancara?

3. Apakah tingkah laku klien sesuai dengan kata-kata atau isi dari

pikirannya?

4. Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan tampilan komunikasi

nonverbal?

Penilaian harus dilakukan secara pengertian melihat latar belakang klien

seperti pendidikan, agama, dan faktor lain. Kecemasan dan ketegangan dapat

terlihat dari sikap dan tingkah laku klien. Mata yang tidak tenang, warna wajah

kemerahan, berkeringat, serta gemetar bisa mengungkapkan kecemasan dan

ketegangan.

Kemampuan Bahasa

Pada pengkajian ini mungkin perawat menemukan

1. Disfasia/afasia

Yaitu defisiensi fungsi bahasa akibat lesi atau kelainan korteks serebri.

macam-macam

Disfasia reseptif (posterior) : klien tidak bisa memahami bahasa lisan /

tertulis. Bila klien tidak dapat memahami setiap perintah atau pertanyaan

yang diajukan. Biasanya lancar tapi tidak teratur. Terjadi karena adanya

Page 8: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

lesi (infark, pendarahan, tumor) pada hemisfer yang dominan pada bagian

posterior girus temporalis superior.

Disfasia Ekspresif (anterior) : klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat

menjawab dengan tepat. Bicaranya tidak lancar. Dikarenakan karena ada

lesi pada bagian posterior girus frontalis inferior.

Disfasia nominal : klien tidak mampu menyebutkan benda tetapi aspek-

aspek lain dari fungsi bicara klien normal. Disebabkan oleh lesi pada

daerah temporoparietal posterior kiri.

Disfasia konduktif : Klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan

sulit menyebutkan nama benda, tetapi dapat mengiuti perintah. disebabkan

oleh lesi pada fasikulus arkuatus.

2. Disartia yaitu kesulitan artikulasi. Penyebab tersering adalah intoksikasi

alkohol, penyekit serebelum kehilangan koordinasi (bicara pelo)

3. Disfonia yaitu kualitas suara berubah (parau) dengan volume kecil akibat

penyakit pada pita suara.

Penatalaksanaan Medis

a) Kraneotomi Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan tumor,

mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah dan mengontrol

hemoragi

b) Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke

secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik

oklusi/ ruptur.

c) Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya

ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia

Attack) atau serangan iskemia otak  sepintas. Tekanan meningkat

dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya

hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar

protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan

adanya proses inflamasi.

d)  Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.

e) EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit

didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan

daerah lesi yang spesifik.

Page 9: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

f)  Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi

karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.

g) MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang

mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena

h) CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan

adanya infark

Penatalaksanaan Farmakologi

Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime)

Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau

Ceftriaxone.

Diuretic untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat

maksimum 3 sampai 5 setelah infark serebral

Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari

tempat lain dalam system kardiovaskuler

Anti trombosit karena trombosit memainkan peran sangat dalam

pembentukan thrombus dan embolisasi

Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan

ketika kekurangan dopamin.

Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan

karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa

di dalam darah dan memperbaiki otak.

Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di

dalam otak.

Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.

Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk

menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.

Antihistamin, yang memiliki efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan,

dan dapat membantu menghilangkan tremor. (Brunner & suddarth, 2001 )

Terapi antikolinergik, agens-agens antikolinergik ( triheksifenidil,

prosiklidin, dan benztropin mesilat )efektif untuk mengontrol tremor dan

kekakuan parkinson. Obat – obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi

dengan levodopa. Agens ini meniadakan aksi asetikolin pada sistem saraf

pusat.

Page 10: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

BAB III

ASKEP

3.1 KASUS 1Kasus 1Tn. Fauzi (43 th) dirawat di RS karena mengalami stroke in ivolution,

kesadaran somnolen, mata membuka jika dipanggil dan langsung tidur

kembali ,mulut tidak simetris miring kearah kiri, afasia

motorik,mengalami hemiparase sinistra. Mengalami anosmia, disfagia,

parastesia facial. Klien lupa alamat rumahnya. Klien memiliki hipertensi

tak terkontrol, senang mengkonsumsi alcohol dan mudah stress. Klien

direncanakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Saat ini

posisi pasien adalah head up 30o ,babinski positif pada kaki

kanan ,kekuatan otot ektremitas atas dan bawah kiri 3.wkstremitas bawah

kanan 5. Hasil CT scan terdapat iskemik/infrak hemisfer kanan.

3.1.1 Pengkajian Format Pengkajian Klinik

Nama perawat yang mengkaji:

Unit :

Kamar/ruang :

Tgl/waktu masuk RS :

Tgl/waktu pengkajian :

Cara pengkajian :

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. Fauzi

Jenis Kelamin : laki - laki

Umur : 43th

Page 11: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

TTL :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status Perkawinan :

Agama :

Suku :

Alamat :

II. Identitas Penanggungjawab

Nama :

Alamat :

Hub.dengan pasien :

III. Riwayat Keperwatan Masa Lalu

• Riwayat klien yang diderita

- Hipertensi yang tak terkontrol

• Riwayat imunisasi

• Kebiasaan buruk

- merokok, minum alkohol

• Riwayat penyakit keturunan

• Riwayat alergi

IV. Riwayat Keperawatan saat ini

1. Alasan masuk RS

• Pre :

• Post :

• Keluhan Penyerta :

2. Tindakan/ terapi yang sudah diterima

Page 12: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

V. Kebutuhan

a. Oksigen

sebelum sakit : sesudah sakit :

b. Cairan

sebelum sakit : sesudah sakit :

c. Nutrisi

sebelum sakit : sesudah sakit :

d. Eliminasi Fekal

sebelum sakit : sesudah sakit :

e. Eliminasi urine

sebelum sakit : sesudah sakit :

f. Aktifitas

sebelum sakit : sesudah sakit :

g. Tidur

sebelum sakit : sesudah sakit :

h. Seksualitas

sebelum sakit : sesudah sakit :

i. Privasi dan interaksi social

sebelum sakit : sesudah sakit :

j. Pencegahan Masalah kesehatan

sebelum sakit :

Page 13: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

sesudah sakit :

k. Promosi kesehatan

sebelum sakit : sesudah sakit :

VI. PF ( Pemeriksaan Fisik )

• TTV

- TD :

- SUHU :-

- RR :

- HR :

- SATURASI :

• Kesadaran umum : Somnolen

• Head To Toe

a) Kepala :

• Inspeksi :

- Kepala :

- Rambut :

- Kulit kepala :

b) Wajah

• Inspeksi :

• Palpasi :

c) Mata

• Inspeksi :

• Palpasi :

d) Hidung

• Ispeksi :

Page 14: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

• Palpasi :

e) Mulut

• Ispeksi : mulut tidak simetris miring kearah kiri.

f) Telinga

• Inspeksi :

g) Leher

• Inspeksi :

• Palpasi :

h) Dada

• Inspeksi :

• Palpasi :

i) Paru-paru

• Palpasi :

• Perkusi :

• Auskultasi :

j) Jantung

• Inspeksi :

• Palpasi :

• Perkusi :

k) Abdomen

• Inspeksi :

• Auskultasi :

• Palpasi :

• Perkusi :

VII. Pemeriksaan Diagnostik

- Foto thorak

- EEG ( Elektro Encephalografi)

- Myelografi

Page 15: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

- Lumbal Pungsi

- CT Scan

- MRI ( Magnetic Resonance Imaging)

VIII. Terapi

- Infuse

- obat

3.1.2 Asuhan Keperawatan

ANALISA DATA MASALAH KEPERAWATAN

ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN

DO :

-kesadaran somnolen

-pendengaran klien berkurang

-Hasil CT Scan terdapat

iskemik atau infark hemisfer

kanan.

-mulut tidak simetris miring ke

arah kiri

-afasia motorik

-mengalami hemiparese

sinistra

-Mengalami anosmia

-Disfagia

-parastesia fasial

-babinski positif pada kaki

kanan

-kekuatan otot ekstremitas

atas dan bawah kiri 3

-ektremitas atas bawah

kanan 5

Ketidakaktifan perfusi jaringan perifer (serebral,perifer)

hipertensi Ketidakaktifan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan

hipertensi ditandai dengan

kesadaran somnolen

pendengaran klien

berkurang Hasil CT Scan

terdapat iskemik atau infark

hemisfer kanan ,mulut tidak

simetris miring ke arah

kiri,afasia motorik,

mengalami hemiparese

sinistra,Mengalami

anosmia,

Disfagia ,parastesia fasial

,babinski positif pada

kaki kanan,kekuatan otot

ekstremitas atas dan

bawah kiri 3,ektremitas

atas bawah kanan 5

Page 16: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

INTERVENSI

NO Dp Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1 Ketidakefektifan perfusi jaringan dapat teratasi setelah dilakukan tindakan selama 7 x24 jam dengan kriteria hasil:

1. Kesadara membaik (composmetis)

2. Tidak ada gangguan bicara,

3. Tidak ada anosmia

4. Tidak ada disfagia

5. Tidak ada parastesia facial

6. GCS menunjukan kebaikan ekstremitas kiri menjadi 5, kanan menjadi 7

1.monitor TTV

(TD,HR,RR,S)

2.monitor AGD, PCO2.

3.Pantau adanya tanda-

tanda penurunan

perfusi serebral :GCS,

memori,

4. Pertahankan kepala

tempat tidur 30-450

dengan posisi leher

tidak menekuk

5. Kolaborasi

pemeriksaan diagnostik

untuk diagnosa dan

monitoring

6. Ubah posisi klien

tiap 2 jam (alih baring)

7. Evaluasi keadaan

motorik dan sensori

pasien

1. Adanya perubahan tanda vital respirasi menunjukkan kerusakan pada batang otak.

2. Karbondioksida menimbulkan vasodilatasi, adekuatnya oksigen sangat penting dalam mempertahankan metabolisme otak.

3. Tingkat kesadaran merupakan indikator terbaik adanya perubahan neurologi.

4. Memfasilitasi drainasi vena dari otak

5. Pasien stroke perlu pemeriksaan lanjutan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.

6. Dengan dilakukannya alih baring selama 2jam sekali untuk menghindari decubitus.

7. Gangguan motorik dan sensori dapat terjadi akibat edema otak.

3.1.3 PENATALAKSANAAN MEDIS

Page 17: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

1. Penatalaksaan Umuma. Pada fase akut- Pertahankan jalan nafas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator.- Monitor peningkatan tekanan intrakranial- Monitor fungsi pernafasan: Analisa Gas Darah- Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG.- Evaluasi status cairan dan elektrolit- Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikolvusan, dan cegah

resiko injuri- Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan

pemberian makanan- Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan- Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan

pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks

b. Pada fase rehabilitasi- Pertahankan nutrisi yang adekuat- Program managemen bladder dan bowel- Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi

(ROM)- Pertahankan integritas kulit- Pertahankan komunikasi yang efektif- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari- Persiapan pasien pulang

2. PembedahanDilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut.

3. Terapi obat-obatana. Stroke Iskemika- Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-

plasminogen)- Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung

atau alfa beta, kapatopril, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi.

3.2 KASUS 2

Page 18: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

kasus 2

Ny. Kayla (35 tahun) mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil.

kepala pasien membentur setir dan mengalami cedera kepala. pada saat

datang kesadaran klien menurun, muntah dan mengalami insomnia, ketika

diberi rangsangan nyeri klien menggumam , mata terbuka dan tangan klien

berusaha untuk menepis tangan pemeriksa. Hasil CT scan klien mengalami

epidural hematoma. Pasien saat ini post kraniotomi hari 1, GCS = 9, klien

terpasang NGT , kateter , oksigen 2 liter / nasal kanul, klien berusaha

melepaskan selang NGT.

3.2.1 PENGKAJIAN KLINIK PADA PASIEN EPIDURAL HEMATOMA

Nama perawat yang mengkaji :

Unit :-

Kamar/ ruang :-

Tanggal/ waktu masuk RS :-

Tanggal/ waktu pengkajian :-

Cara pengkajian :-

I. Identitas Klien

Nama : Ny. Kayla

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur :35 th

Tempat/tgl lahir :-

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Status Perkawinan :-

Agama :-

Suku :-

Alamat :-

Dx : Epidural Hematoma

II. Identitas penanggung jawab

Page 19: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Nama :

Alamat :-

Hubungan dengan klien :-

-

III. Alasan masuk rumah sakit : mengalami kecelakaan saat

mengendarai mobil kepala pasien membentur setir dan mengalami

cedera kepala.

IV. Keluhan Utama : kesadaran menurun dan muntah

V. Kebutuhan

a. Oksigen

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : terpasang oksigen 2 L/nasal kanul

b. Cairan

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : cairan dalam tubuh kurang karena klien

mengalami muntah

c. Nutrisi

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : nutrisi kurang, karena pasien muntah

d. Eliminasi Fekal

Sebelum Sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

e. Eliminasi Urin

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat sakit : tidak terkaji

f. Aktivitas

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : aktivitas terganggu

g. Tidur

Sebelum sakit : tidak terkaji

Page 20: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Saat Sakit : tidak terkaji

h. Sexualitas

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat sakit : tidak terkaji

i. Privasi dan Interaksi Sosial

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

j. Pencegahan masalah kesehatan

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

k. Promosi Kesehatan

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

VI. Pemeriksaan Fisik

A. keadaan sakit

pasien tampak sakit sedang

alasan : pasien mengalami cidera kepala hasil CT scan mengalami

epidural hematoma, klien muntah , kesadaran menurun dan insomnia.

GCS = 9, terpasang NGT dan kateter

B. Tanda-tanda Vital

tidak terkaji

C. Permeriksaan Sistematik

1) kesadaran menurun

2) diberi rangsangan nyeri klien mengumam, mata terbuka dan

beusaha untuk menepis tangan pemeriksa

3) GCS=9 ( cidera kepala sedang)

VII. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil Pemeriksaan LAB

(tidak terkaji)

Pemeriksaan penunjang

Page 21: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Terdapat epidural hematoma

VIII. Terapi

( tidak terkaji)

PENGKAJIAN UNTUK PASIEN EPIDURAL HEMATOMA

1. Data biografi

identitas pasien seperti nama, umur , jenis kelamin, alamat, agama,

penanggung jawab, status perkawinan.

2. Riwayat Keperawatan

- Riwayat medis dan kejadian yang lalu

- riwayat kejadian cedera kepala

- penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang

3. Pemeriksaan Fisik

- frakur tengkorang : jenis fraktur, luka terbuka, pendarahan

konjungtiva, rihinorrea, otorhea, ekhimosis periorbital, gangguan

pendengaran

- tingkat kesadaran : adanya perubahan mental seperti lebih sensitif,

gelisah, stupor, koma

- saraf kranial : adanya anosmia, agnosia, kelemahan gerakan otot mata,

vertigo

- kognitif : amnesia postrauma, disorientasi, amnesia retrograt,

gangguan bahasa dan kemampuan matematika

- rangsangan meningeal : kaku kuduk, kernig, brudzinskhi

- jantung : disritmia jantung

- respirasi : roles, rhonki, nafas cepat dan pendek, takhipnea, gangguan

pola nafas.

- fungsi sensori : lapang pandang, dipiopia, gangguan persepsi,

gangguan pendengaran, gangguan sensasi raba.

Page 22: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

4. Test Diagnostik

- Radiologi : CT scan, MRI ditemukan adanya edema serebri, hematoma

serebral, herniasi otak.

- Pemeriksaan darah : Hb, Ht, trombosit dan elektrolit

- Pemeriksaan urine : Penggunaan obat-obatan .

3.2.2 Asuhan Keperawatan

Analisa data 1 :

Tgl/Jam Data Etiologi Masalah kep.

DS: mengalami

kecelakaan saat

mengendarai mobil.

kepala pasien

membentur setir dan

mengalami cedera

kepala.

DO: datang kesadaran

klien menurun, muntah,

Hasil CT scan klien

mengalami epidural

hematoma, GCS = 9

Trauma kepala Risiko

ketidakefektifan

perfusi jaringan

otak

Diagnosa keperawatan:

Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Trauma

Page 23: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Intervensi 1:

Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisai

Ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral tidak

terjadi setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24jam dengan

kriteria hasil :

- tingkat kesadaran

compos mentis

- tidak muntah

- tidak terjadi

epidural

hematoma

- hasil GCS

- evaluasi hasil

GCS

- monitor TTV tiap

4 jam sekali

- pertahankan

kepala tempat

tidur 30-45

derajat dengan

posisi leher tidak

menekuk (posisi

head up 30

derajat)

- anjurkan pasien

untuk tidak batuk/

bersin terlalu

keras dan

mengejan saat

BAB

- lakukan aktivitas

- dengan

mengevaluasi

GCS dapat

melihat

perkembangan

penyakit pasien

- adanya perubahan

tanda vital seperti

pernafasan yang

lemah

menunjukkan

kerusakan pada

batang otak

- dengan diberikan

posisi tidur 30-45

derajat dapat

memfasilitasi

drainasi vena dari

otak

- dengan

batuk/bersin keras

dan mengejan saat

BAB dapat

meningkatkan

tekanan

intrakranial

- Dengan

Page 24: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

keperawatan dan

aktivitas pasien

seminimal

mungkin

- kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian obat

manitol

- kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian cairan

kristaloid

mengurangi

aktivitas perawat

atau pasien dapat

mengurangi

stimulus yang

akan menurunkan

TIK

- dengan diberikan

obat manitol akan

menurunkan TIK

dan memperbaiki

sirkulasi darah ke

otak.

- dengan diberikan

cairan kristaloid

dapat

mempertahankan

tekanan darah

sistolik tidak

kurang dari 90

mmHg

Analisa Data 2 :

Tgl/ Jam Data Etiologi Masalah kep.

DS: -

DO:

post kraniotomi

hari 1, klien

terpasang NGT

dan kateter

Kerusakan

integritas kulit

(pemasangan

kateter), Trauma

Jaringan

Resiko Infeksi

Page 25: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Diagnosa Keperawatan :

Resiko Infeksi b.d Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter), Trauma

Jaringan

Intervensi 2 :

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Infeksi tidak terjadi

setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam dengan

kriteria hasil :

- tidak ada tanda-

tanda infeksi

- monitor TTV tiap

2 jam sekali

- pantau tanda-

tanda infeksi

- lakukan rawat

luka bersih

dengan teknik

septik dan

antiseptik sesuai

dengan program

- lakukan rawat

kateter dengan

- dengan suhu

tubuh yang tinggi

dapat

menandakan

terjadinya infeksi

- karena pasien

menjalani post

kraniotomi hari

pertama maka

akan

mengakibatkan

pasien beresiko

untuk terkena

infeksi karena

luka belum

tertutup sempurna

- karena pasien

menjalani post

kraniotomi hari

pertama maka

perlu dilakukan

rawat luka supaya

mengurangi

resiko infeksi

- karena pasien

terpasang kateter

Page 26: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

teknik septik dan

antiseptik sesuai

dengan program

- lakukan

perawatan post op

kraniotomi

- kolaborasi dengan

dokter pemberian

obat antibiotik

- kolaborasi dengan

ahli gizi

pemberiam

makanan TKTP

maka perlu

dilakukan rawat

keteter untuk

mengurangi

resiko infeksi

- pasien post

kraniotomi hari 1

masih beresiko

terkena infeksi

pada lukanya

karna luka masih

belum menutup

sempurna

sehingga perlu

dirawat

- dengan

memberikan

antibiotik dapat

mencegah

terjadinya infeksi

- protein yang

tinggi dapat

membantu

mempercepat

proses

penyembuhan

luka

Page 27: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

- berikan Penkes

tentang cara

perawatan cidera

keapala saat

dirumah

- dengan

memberikan

penkes tentang

cara

penyembuhan

luka kepada

pasien dapat

membantu

mengurangi

resiko infeksi

3.2.3 Penatalaksanaan Epidural hematoma

1. medisa.       CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,

menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.

b.      Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti

pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.

c.       X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan

struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.

d.      Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan

(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

e.       Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat

peningkatan tekanan intrakranial.

2. farmakologiGunakan Etonamid sebagai sedasi untuk induksi cepat, untuk

mempertahankan tekanan darah sistolik, dan menurunkan tekanan intrakranial dan metabolisme otak. Pemakaian tiophental tidak dianjurkan, karena dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Manitol dapat digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan memperbaiki sirkulasi darah. Phenitoin digunakan sebagai obat propilaksis untuk kejang – kejang pada awal post trauma. Pada beberapa pasien diperlukan terapi cairan yang cukup adekuat yaitu pada keadaan tekanan vena sentral (CVP) > 6 cmH2O, dapat digunakan norephinephrin untuk mempertahankan tekanan darah sistoliknya diatas 90 mmHg. Berikut adalah obat – obatan yang digunakan untuk terapi pada epidural hematom:

Page 28: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

a. Diuretik Osmotik

Misalnya Manitol : Dosis 0,25 – 1 gr/ kg BB iv.

Kontraindikasi pada penderita yang hipersensitiv, anuria, kongesti paru, dehidrasi, perdarahan intrakranial yang progreasiv dan gagal jantung yang progresiv.

Fungsi : Untuk mengurangi edema pada otak, peningkatan tekanan intrakranial,

dan mengurangi viskositas darah, memperbaiki sirkulasi darah otak dan kebutuhan oksigen.

b. Antiepilepsi

Misalnya Phenitoin : Dosis 17 mg/ kgBB iv, tetesan tidak boleh lebihn dari 50 (Dilantin) mg/menit.

Kontraindikasi: pada penderita hipersensitiv, pada penyakit dengan blok sinoatrial,

sinus bradikardi, dan sindrom Adam-Stokes.

Fungsi : Untuk mencegah terjadinya kejang pada awal post trauma.

Page 29: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

3.3 Kasus 3

An. Christine ( 5 bulan ) di rawat dengan diagnose medik meningitis

hidrochepalus dengan alasan masuk kejang dan sudah 5 hari panas tinggi di

rumah. Pasien riwayat kejang tonik, dari pemeriksaan fisik Bruzinki (+) tanda

kernig (+), photopobia dan macrocepall, ubun-ubun cembung, sunset eye, muntah,

malas minum, lethargy, peningkatan diameter pupil (dilatasi). Hasil lab.

didapatkan LED meningkat dan leukositosis.

3.3.1 Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan

FORMAT PENGKAJIAN KLINIK

Nama perawat yang mengkaji : Montania Dearumantik, Riska Anggraini

Unit : -

Kamar/ ruang : -

Tanggal/ waktu masuk RS : -

Tanggal/ waktu pengkajian : -

Cara pengkajian : Alloanamnesa, Autoanamnesa

I. Identitas Klien

Nama : An. C

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 5 bulan

Tempat/tgl lahir : -

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Status Perkawinan : -

Agama : -

Page 30: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Suku : -

Alamat : -

II. Identitas penanggung jawab

Nama : -

Alamat : -

Hubungan dengan klien : -

III. Diagnosa Medis : Meningitis Hidrochepalus

IV. Alasan masuk rumah sakit : Kejang dan sudah 5 hari panas tinggi di

rumah.

V. Keluhan Utama : Muntah

VI. Kebutuhan

a. Oksigen

Sebelum sakit :

Saat sakit :

b. Cairan

Sebelum sakit :

Saatsakit : Malas minum

c. Nutrisi

Sebelum sakit :

Saat sakit : Muntah

d. Eliminasi Fekal

Sebelum Sakit :

Saat sakit :

Page 31: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

e. Eliminasi Urin

Sebelum sakit :

Saat sakit :

f. Aktivitas

Sebelum sakit :

Saat sakit :

g. Tidur

Sebelum sakit :

Saat sakit :

Page 32: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

h. Seksualitas

Sebelum sakit :

Saat sakit :

i. Privasi dan Interaksi Sosial

Sebelum sakit :

Saat sakit :

j. Pencegahan masalah kesehatan

Sebelum sakit :

Saat sakit :

k. Promosi Kesehatan

Sebelum sakit :

Saat sakit :

VII. Pemeriksaan Fisik

Bruzinki (+), tanda kernig (+), photophobia dan macrocepall Sunst eye, peningkatan diameter pupil (dilatasi) Lethargy Kaji adanya pembesaran kepala pada bayi , vena kulit kepala

terlihat jelas, bunyi cracked – pot pada perkusi , tanda setting – sun , penurunan kesadaran, ophistotonus , dan spastic pada ekstrimitas bawah , tanda peningkatan TIK.

Kaji lingkar kepala Kaji ukuran ubun-ubun , bila menangis ubun-ubun menonjol Kaji perubahan tanda vital khususnya pernafasan Kaji perilaku , pola tidur dan interaksi

VIII. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Lab. LED dan Leukosit Pengukuran lingkar kepala pada bayi CT scan dan MRL : menunjukkan pembesaran ventrikel ,

membantu membedakan antara hidrosefalus dan lesi intrakranial lainnya.

Transiluminasi tengkorak bayi menunjukkan pengumpulan cairan yang abnormal

Page 33: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Perkusi tengkorak dapat menghasilkan bunyi cracked-pot yang khusus ( mace wen sign )

IX. Terapi : -

3.3.2 ASUHAN KEPERAWATAN

Analisa Data 1

Data Masalah

Keperawatan

Etiologi Diagnosa

Keperawatan

Ds : -

Do :

Pasien riwayat

kejang tonik, dari

pemeriksaan fisik

Bruzinki (+) tanda

kernig (+),

photopobia dan

macrocepall,

ubun-ubun

cembung, sunset

eye, lethargy,

peningkatan

diameter pupil

(dilatasi). Hasil

lab. didapatkan

LED meningkat

dan leukositosis.

Penurunan

kapasitas adaptif

intrakranial

Peningkatan TIK

secara continue

10-15 mmHg

Penurunan

kapasitas adaptif

intrakranial

berhubungan

dengan

Peningkatan TIK

secara continue

10-15 mmHg

ditandai pasien

riwayat kejang

tonik, dari

pemeriksaan fisik

Bruzinki (+) tanda

kernig (+),

photopobia dan

macrocepall,

ubun-ubun

cembung, sunset

eye, lethargy,

peningkatan

diameter pupil

(dilatasi). Hasil

lab. didapatkan

LED meningkat

dan leukositosis.

Page 34: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Perencanaan Keperawatan 1

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

Penurunan kapasitas

adaptif intrakranial dapat

teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 6x24 jam dengan

kriteria hasil :

1. Tekanan

intrakranial

terkontrol ,

2. Tanda peningkatan

tekanan berkurang

1. Monitor TTV tiap

4 jam.

2. Monitor diameter

pupil.

3. Monitor

peningkatan TIK

4. Monitor hasil

Lab. (LED dan

Leukositosis).

5. Pertahankan

kepala atau leher

pada posisi yang

netral, usahakan

dengan sedikit

bantal.

6. Berikan periode

istirahat yang

cukup.

7. Kolaborasi dalam

pemberian obat

dioretik osmotik.

8. Berikan penkes

kepada keluarga

tentang penyakit

1. Suatu keadaan

normal bila

sirkulasi cerebri

terpelihara dengan

baik atau fluktuasi

ditandai dengan

tekanan darah

iskemik,

penurunan dari

auto regulator

kebanyakan

merupakan tanda

penurunan difusi

lokal faskularisasi

darah cerebri.

2. Cairan yang

meningkat

mempengaruhi

besar pupil

sehingga perlu

dipantau

3. Terjadinya

peningkatan TIK

perlu dipantau

perubahannya

4. Mebantu

memberikan

informasi tentang

Page 35: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

meningitis

hidrosefalus dan

perawatannya.

efektifitas

pemberian obat.

5. Perubahan kepala

pada suatu sisi

dapat

menimbulkan

penekanan pada

vena jugularis dan

menghambat

aliran darah ke

otak untuk itu

dapat

meningkatkan

TIK.

6. Tindakan yang

terus menerus

dapat

meningkatkan

TIK oleh reflek

rangsangan

humulatif.

7. Diodetik

digunakan pada

fase akut untuk

mengalirkan air

dari kerusakan sel

dan mengurangi

edema serebri dan

TIK.

8. Keluarga dapat

melakukan

Page 36: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

perawatan

mandiri kepada

anak yang baik

dan benar yang

mengalami

meningitis

hidrosefalus.

Analisa Data 2

Data Masalah

Keperawatan

Etiologi Diagnosa

Keperawatan

Ds : -

Do : klien mual

muntah dan malas

minum

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh.

Mual muntah Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan Mual

muntah ditandai

dengan.

klien mual muntah

dan malas minum.

Perencanaan Keperawatan 2

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasionalisasi

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dapat

teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama kurang lebih

2x24 jam dengan kriteria

hasil :

1. Pasien tidak

1. Monitor TTV.

2. Timbang Berat

badan klien

3. Jaga kebersihan

mulut.

1. Memonitor status

hemodinamik klien

yang fluktuatif.

2. Untuk memantau

berkurang/bertamba

hnya BB karena

pasien mengeluh

Page 37: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

merasa mual dan

muntah lagi.

2. Pasien mau

minum.

4. Hitung intake

makanan.

5. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian obat

vitamin anti

emetik.

6. Kolaborasi dengan

keluarga untuk

distraksi.

7. Berikan lingkungan

yang nyaman bagi

pasien.

8. Berikan penkes

pada ibu pasien

tentang pemberian

ASI.

tidak nafsu

makansehinggaasupa

n nutrisi di dalam

tubuhtentu akan

berkurang.

3. Mulut yang bersih

meningkatkan nafsu

makan.

4. Pola makan dan

minum yang

berkurang akan

mengganggu

perkembangan

nutrisi dalam tubuh.

5. Untuk mengurangi

mual dan membantu

dalam proses

penyembuhan.

6. Keluarga dapat

membantu pasien

mengalihkan rasa

mual.

7. Lingkungan yang

nyaman dapat

meningkatkan rasa

nyaman si pasien

dan dapat

mengalihkan rasa

mual.

Page 38: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

8. Meningkatkan

pengetahuan pada

ibu tentang

pemberian ASI

untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

pada anak.

3.3.3 Penatalaksanaan medik

1. Isolasi :

Anak ditempatkan dalam ruang isolasi sedikitnya selama 24-48 jam setelah

mendapatkan antibiotik IV yang sensitif terhadap organisme penyebab.

2. Terapi antimikroba

Terapi anti mikroba pada meningitis bakteri terdiri dari ampisilin dan

sefotaksim atau ampisilin dan gentamisin. antibiotik yang diberikan

didasarkan pada hasil kultur dan diberikan dengan dosis tinggi.

3.  Mempertahankan hidrasi optimum

Mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat

menyebabkan edema serebral (pembengkakan otak). Pemberian plasma

perinfus mungkin diperlukan untuk rejatan dan untuk memperbaiki hidrasinya

(short,J Rendle,1994)

4.  Mencegah dan mengobati komplikasi.

 Aspirasi efusi subdural dan terapi heparin

5.  Mengontrol kejang

Pemberian anti epilepsy atau anti konvulsan untuk anak yang kejang-kejang.

Diazepam = 0,5 mg/kg BB/ iv

Fenobarbital = 5-6 mg/kg BB/hari secara oral

Difenilhidantoin = 5-9 mg/kgBB/hari secara oral

Penatalaksanaan Farmakologis:

Page 39: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Acetazolamide (ACZ) dan furosemid (FUR) mengobati hidrosefalus

posthemorrhagic pada neonatus. Keduanya adalah diuretik untuk mengurangi

sekresi dari CSF pada tingkat koroid pleksus. ACZ dapat digunakan sendiri atau

bersama dengan FUR. Kombinasi ini meningkatkan efektivitas ACZ dalam

menurunkan sekresi CSF oleh koroid pleksus.

Jika ACZ digunakan sendiri, tampaknya menurunkan risiko nefrokalsinosis secara

signifikan. Obat untuk pengobatan hidrosefalus adalah kontroversial. Terapi

tersebut harus digunakan hanya sebagai tindakan sementara untuk hidrosefalus

posthemorrhagic pada neonatus.

Karbonat anhidrase inhibitor

Obat ini untuk menghambat enzim yang ditemukan dalam banyak jaringan

tubuh yang mengkatalisis reaksi reversibel di mana karbon dioksida menjadi

terhidrasi dan asam karbonat dehidrasi. Perubahan ini dapat mengakibatkan

penurunan produksi CSF oleh koroid pleksus.

Acetazolamide (Diamox) Kompetitif reversibel penghambat karbonat anhidrase

enzim, yang mengkatalisis reaksi antara air dan karbon dioksida, sehingga proton

dan karbonat. Hal ini memberikan kontribusi untuk penurunan sekresi CSF oleh

koroid pleksus. Mengurangi volume cairan serebrospinalis: Acetazolamide 25

mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan 25 mg/KgBB/hari

(Maksimal 100 mg/KgBB/hari)

Diuretik loop

Obat ini untuk meningkatkan ekskresi air dengan mengganggu sistem

cotransport klorida-mengikat, yang hasil dari penghambatan reabsorpsi natrium

dan klorida di ascending loop dari Henle tubulus ginjal dan distal.

Furosemide (Lasix) Mekanisme yang diusulkan untuk menurunkan ICP meliputi

turunnya penyerapan natrium otak, mempengaruhi transportasi air ke dalam sel

astroglial oleh pompa menghambat selular kation-klorida membran, dan

penurunan produksi CSF oleh anhydrase karbonat menghambat. Digunakan

sebagai terapi tambahan dengan ACZ dalam pengobatan hidrosefalus sementara

posthemorrhagic pada neonatus. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-

4 dosis Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk mencegah

Page 40: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

terjadinya efek samping. Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai

kuman penyebab.

Penatalaksanaan Gizi :

Jenis Diet Makanan

Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa pada dasarnya tidak ada diet khusus

untuk pasien meningitis namun umumnya diit TKTP untuk memenuhi kebuthan

kalori dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh merupakan diit yang

tepat terutama pada kasus- kasus penyakit infeksi akut termasuk meningitis.

Nutrisi parentral merupakan alternatif terakhir bila dinilai dari makanan cair tidak

mampu kebutuhan nutrisi enteral pasien.

Tabel 2.9 Bahan Makanan yang Boleh Diberikan

Sumber

Energi

Sumber Zat

Pembangun

Sumber Zat

Pengatur

Maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung sagu, hunkwe,

tepung kanji, gula, margarin, minyak kelapa, dan minyak

kacang.

Susu sapi, sari dele, telur dicampur dalam makanan, bubur

kacang hijau saring.

Sari buah dari jeruk, tomat, pepaya, sirsak, apel, sari sayur dari

bayam, labu kuning, dan wortel.

Cara memesan makanan : Makanan cair (MC) dengan atau tanpa susu

….. kkal…. X …. ml/hari

Tabel 2.10 Bahan Makanan yang Diberikan Sehari : Makanan Cair Tanpa Susu

Kkal

Bahan makanan

1000 2000

Page 41: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

urt g urt g

tepung beras

telur

kacang hijau

wortel

air jeruk

gula pasir

minyak kacang

11/2 sdm 10

1 btr 60

10 sdm 100

1/2 gls 50

1/4 gls 50

10 sdm 100

1 sdm 10

3 sdm 20

2 btr 120

20 sdm 200

1 gls 100

1/2 gls 100

20 sdm 200

2 sdm 20

Jumlah isi 5 gls 1000 ml 10 gls 2000 ml

Nilai Gizi

Energi (kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Hidrat arang (g)

Kalsium (g)

Besi (mg)

Vitamin A (SI)

Vitamin B (mg)

Vitamin C (mg)

Natrium (mg)

Kalium (mg)

1000

32

18

172

1.9

9

6777

0.9

34

137

1441

2000

63

37

344

3.9

19

13555

1.8

67

274

2883

Page 42: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

3.4 KASUS 4

KASUS 5

Page 43: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Tn. Boy (66 tahun) dirawat di rumah sakit dengan diagnosa medis

Parkinson. Dari hasil pengkajian didapatkan data Tn. Boy sering kaku otot

dan gemetar pada wajah, ekstermitas, sulit menelan, keluar air liur pada

mulut, keseimbangan tubuh berkurang, bisa bangun tapi sempoyongan. Tn.

Boy mengeluh mual, sulit makan, sudah 3 hari belum BAB, mulutnya

tampak kering. TTV: T 370 C, N 82 x/menit, TD 120/80 mmHg, RR 16

x/menit. Tn. Boy mendapat terapi levodopa, benztropin, dulcolac supp, diit

lunak.

FORMAT PENGKAJIAN KLINIK

Nama perawat yang mengkaji : Putri Istiqomah

Nuliti

Unit : Rawat Inap

I. Identitas Klien

Nama : Tn. B

Jenis Kelamin : L

Umur : 66th

Dx. Medic : Parkinson

II. Alasan masuk rumah sakit :

III. Keluhan Utama :

Klien mengeluh mual, sulit makan, sudah 3hari belum BAB

IV. Kebutuhan

a. kebutuhan Oksigen

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak menggunakan oksigen

Page 44: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

b. kebutuhan Cairan

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

c. kebutuhan Nutrisi

Sebelum sakit : ABCD tidak terkaji

Saat Sakit : A : tidak terkaji

B : tidak terkaji

C : Mulut klien tampak kering, sering kaku otot dan gemeteran

pada wajah, ekstremitas, sulit menelan, keluar air liur pada mulut,

keseimbangan tubuh berkurang, bias bangun tetapi sempoyongan.

D : diit lunak

d. kebutuhan Eliminasi Fekal

Sebelum Sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : sudah 3 hari belum BAB

e. kebutuhan Eliminasi Urin

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat sakit : tidak terkaji

f. Aktivitas

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : dibantu sebagian

g. kebutuhan Tidur

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

h. kebutuhan Sexualitas

Sebelum sakit : tidak terkaji

Page 45: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Saat sakit : tidak terkaji

i. Privasi dan Interaksi Sosial

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

j. Pencegahan masalah kesehatan

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

k. Promosi Kesehatan

Sebelum sakit : tidak terkaji

Saat Sakit : tidak terkaji

V. Pemeriksaan Fisik

TTV : TD :120/80 mmHg, N 82 x/menit, RR 16 x/menit, T 370 C

Mulut klien tampak kering, sering kaku otot dan gemeteran pada wajah,

ekstremitas, sulit menelan, keluar air liur pada mulut, keseimbangan tubuh

berkurang, bias bangun tetapi sempoyongan.

VI. Terapi

Pemberian obat Levodopa, Benztropin, Dulcolax sup, dan Diit lunak

VII. Pemeriksaan Diagnostik

Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk

mengetahui gangguan.

Tes kemampuan sensorik motorik (menggambar lingkaran)

Pemeriksaan lab urin dan darah ada/ tdknya pengaruh obat

MRI

Analisa Data

Page 46: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Data Problem Etiologi

Ds: -

Do: - pasien sering kaku

otot dan gemeteran

pada wajah dan

ekstermitas

- Pasien mengalami

sulita menelan

- Keluar air liur pada

mulut

- Keseimbangan

tubuh berkurang

- Bisa bangun tapi

sempoyongan

Ketidakefektifan

perfusi jaringan

serebral

Aliran arteri

terhambat

Data Problem Etiologi

Ds: - pasien

mengeluh

mual, sulit

makan,

mulut

tampak

kering.

Do: - pasien

mengalami

kesulitan

menelan

- keluar air

liur pada

mulut

Resiko

ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

- Ketidakmampuan

untuk mencerna

makanan

- Kesulitan menelan

Page 47: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Data Problem Etilogi

Ds: - pasien

mengeluh sudah

3 hari tidak

BAB

Do: -

Konstipasi - Kelemahan otot

abdomen

- Asupan serat tidak

cukup

Diagnosa Kperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan Aliran

arteri terhambat yang ditandai dengan pasien sering kaku otot dan

gemeteran pada wajah dan ekstermitas Pasien mengalami sulita menelan,

keluar air liur pada mulut, keseimbangan tubuh berkurang, bisa bangun

tapi sempoyongan.

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhungan

dengan Ketidakmampuan untuk mencerna makanan dan Kesulitan

menelan yang ditandai dengan pasien mengeluh mual, sulit makan, mulut

tampak kering, pasien mengalami kesulitan menelan, keluar air liur pada

mulut.

3. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen dan asupan

serat tidaj cukup yang ditandai dengan pasien mengeluh sudah 3 hari tidak

BAB.

Page 48: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Intervensi

Tgl/jam No. Tujuan dan criteria

hasil

Intervensi Rasional

10-12-

2012

08.00

1. Ketidakefektifan

perfusi jaringan dapat

teratasi setelah

dilakukan perawatan

selama 4x24 jam,

dengan criteria hasil:

1. Gemetar pada

ekstermitas dan

wajah berkurang

sampai hilang

2. Pasien tidak

mengalami sulit

menelan

3. Tidak Keluar

sampai berkurang

air liur yang keluar

pada mulut

4. Keseimbangan

tubuh meningkat

5. Bisa bangun dan

tidak sempoyongan

1. Monitor TTV

pasien (TD

dan Nadi)

2. Pantau

kesadaran

pasien

3. Pantau

kemampuan

mobilitas

pasien

4. Pasang

bedrail

1. Nilai TD dan

Nadi dapat

menunjukkan

aliran darah

pasien lancer

atau tidak

2. Kesadaran

pasien dapat

menurun

akibat

berkurangnya

suplai darah,

O2 dan nutrisi

ke otak

3. Pasien dapat

mengalami

penurunan

kemampuan

mobilitas

akibat

kekuatan otot

pasien

menurun

4. Bedrail dapat

mencegah

pasien dari

Page 49: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

5. Bantu ADL

pasien

6. Lakukan

terapi

modalitas

7. Beri penkes

kepada

keluarga

mengenai

perawatan

pasien di

rumah

resiko cidera

akibat

terjatuh

5. Karena

pasien

mengalami

penurunan

fungsi

persyarafan

yang

mengakibatk

an

kemampuan

mobilitas

pasien juga

menurun

sehingga

perlu di

bantu.

6. Terapi

madalitas

adalah

7. Dengan

memberi

penkes pada

keluarga

mengenai

perawatan

pasien,

keluarga

dapat

Page 50: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

8. Lanjutkan

terapi

levodopa,

benztropin

membantu

pasien dalam

memenuhi

perawatan

diri pasien

8. Terapi

levodopa dan

benztropin

dapat

2. Ketidakseimbangan

nutrisi: kuarang dari

kebutuhan tubuh dapat

teratasi setelah

dilakukan perawatan

selama 3x24 jam,

dengan criteria hasil:

1. Pasien tidak mual,

2. Tidak mengalami

kesulitan makan

3. mulut tampak

lembap

4. kesulitan menelan

berkurang sampai

dapat menelan

5. tidak keluar air liur

pada mulut

1. Pantau

kemampuan

makan pasien

2. Pantau

keluhan mual

pasien

3. Pantau

apakah

pasien

muntah atau

tidak

1. Pasien

dengan

gangguan

persyarafan

dapat

mengalami

kemampuan

makan atau

menelan

pasien

2. Dari

gangguan

menelan,

psien juga

dapat

mengalami

mual

3. Mual dapat

mengakibatk

an pasien

muntah saat

makan

Page 51: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

4. Panatau pola

makan pasien

5. Kolaborasi

dengan

dokter untuk

pemasangan

NGT

6. Hitung BC

pasien

7. Lakukan

4. Pola makan

yang tepat

dapat

membantu

pasien dalam

memenuhi

nutrisi pasien

5. Karena

pasien

mengalami

kesulitan

menelan,

sehingga

perlu

dipasang

NGT agar

nutrisi tetap

bias masuk

ke tubuh

pasien

6. Dengan

menghitung

BC pasien,

kita dapat

mngetahui

apakah cairan

dan nutrisi

pasien sudah

normal atau

belum

7. Perawatan

Page 52: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

perawatan

NGT

8. Kolaborasi

dengan ahli

gizi untuk

pemberian

diit lunak

NGT dapat

menghindari

pasien dari

infeksi pada

lambung

8. Diit lunak

dapat

membantu

pasien tetap

memperoleh

nutrisi yang

baik lewat

NGT

3. Konstipasi dapat

teratasi setelah

dilakukan perawatan

selama 2x24 jam,

dengan criteria hasil:

1. Pasien dapat BAB

secara rutin (1

kali sehari)

1. Pantau pola

eliminasi

pasien

2. Pantau

adanya

skibala

3. Pantau bising

usus pasien

1. Pola eliminasi

yang teratur

menandakan

tidak adanya

konstipasi

2. Skibala

menandakan

adanya

penumpuka

feses pada

colon pasien

3. Bising usus

yang tidak

normal dapat

menjadi salah

satu penyebab

konstipasi

Page 53: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

4. Lanjutkan

terapi

dulcolac supp

5. Berikan obat

pencahar

6. Kolborasi

dengan ahli

gizi untuk

pemberian

diit tinggi

serat

4. Dulcolac dapat

membantu

melunakkan

feses

5. Obat pencahar

dapat

melunakkan

feses, obat ini

di masukkan

lewat rectum

6. Makanan

tiinggi serat

dapat

menambah

cairan pada

colon sehingga

feeses dapat

menjadi lunak.

Penatalaksanaan Medis Parkinson

Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada

terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat

mengatasi gejala yang timbul.Pengobatan penyakit parkinson bersifat

individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk

pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan

memperbaiki tremor, rigiditas, dan slawness.Perawatan pada penderita

penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat

perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan

pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara

dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.

Page 54: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

1. Deep Brain Stimulation (DBS)

Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara

memasukkan elektroda yang memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi

terus-menerus ke dalam otak. Terapi ini disebut deep brain stimulation

(DBS). DBS adalah tindakan minimal invasif yang dioperasikan melalui

panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk

mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk

menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target di dalam otak yang

terlibat dalam pengendalian gerakan.

Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus.

Stimulasi ini digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor.

Terapi ini memberikan kemungkinan penekanan pada semua gejala dan

efek samping, dokter menargetkan wilayah subthalamic nucleus (STN)

dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi elektris. Pilihan

wilayah target tergantung pada penilaian klinis.

DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik

dengan kemajuan pembedahan terkini kepada para pasien dengan

penyakit parkinson. DBS direkomendasikan bagi pasien dengan penyakit

parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau 4) yang masih memberikan respon

terhadap levodopa.

Pengendalian parkinson dengan terapi DBS menunjukkan

keberhasilan 90%. Berdasarkan penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10

orang yang menggunakan terapi DBS mencapai peningkatan kemampuan

untuk melakukan akltivitas normal sehari-hari.

Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus

benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan

penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi

kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan

membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya

aktivitas, cairan dan beberapa obat.

Page 55: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

2. Terapi Fisik

Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari

terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di

rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi

fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program

jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau

perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan

hambatan lainnya.

Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari

dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas,

fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu

dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan

memindahkan makanan di dalam mulut.

Page 56: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

kasus 6

Tn. Michael (68 tahun) dirawat di Rumah sakit dengan diagnosa medis Cidera Medula Spinalis. Dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa Tn.Michael riwayat jatuh dari kamar mandi dan terduduk di kamar mandi. Saat ini klien di rencanakan untuk melakukan foto rontgen. Klien mengeluh nyeri dengan skala 6 menjalar sampai kedua lengan teraba distensi pada kandung kencing. TD 120/80mmHg, nadi 84x/mmenit, RR 12x/menit, sPo2 96%.

Pengkajian

Tanggal/ waktu pengkajian :

Tanggal/ waktu masuk RS :

Nama perawat yang mengkaji :

I. Identitas Klien

Nama : Tn. Michael

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 68 tahun

Tempat/tgl lahir :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status Perkawinan :

Agama :

Suku :

Alamat :

II. Identitas penanggung jawab

Nama :

Alamat :

Hubungan dengan klien :

Page 57: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

III. Alasan masuk rumah sakit : Cidera Medula spinalis

IV. Keluhan Utama : Nyeri

V. Kebutuhan

a. Oksigen

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

b. Cairan

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

c. Nutrisi

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

d. Eliminasi Fekal

Sebelum Sakit :

Saat Sakit :

e. Eliminasi Urin

Sebelum sakit : pola berkemih

Saat sakit : pola berkemih?

f. Aktivitas

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

g. Tidur

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

h. Sexualitas

Sebelum sakit :

Saat sakit :

Page 58: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

i. Privasi dan Interaksi Sosial

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

j. Pencegahan masalah kesehatan

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

k. Promosi Kesehatan

Sebelum sakit :

Saat Sakit :

VI. Pemeriksaan Fisik :

TTV :

- TD : 120/80 mmHg

- T :

- HR : 84 X/menit

- RR : 12 X/menit

- Spo2 : 96%

Kepala dan leher :

Dada :

Abdomen :

- Inspeksi :

- Auskultai : -

- Palpasi : kandung kemih teraba distensi

- Perkusi : -

VII. Pemeriksaan Diagnostik : -

VIII. Terapi Farmakologi :-

IX. Masalah Keperawatan :

Nyeri Akut

Page 59: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

Analisa Data

Data Masalah keperawatan

Etiologi Diagnosa keperawatan

P : - Q : -R : -S : skala 6 menjalar sampai di kedua lenganT : -

DO : -

Nyeri akut Agens cidera fisik Nyerin akut berhubungan dengan agens cidera fisik ditandai dengan skala 6 menjalar sampai kedua lengan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi Rasional

Nyeri akut dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil : 1. nyeri klien berkurang menjadi skala 3-1

1. monitor TTV (TD, HR, RR, T)

2. monitor keadaan umum

1. nyeri akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu dikarenakan nyeri akan merangsang mediator kimia yang menyebabkan adanya panas, dan nyeri

2. nyeri akan mempengaruhi kenyamanan pasien, dengan ekpresi wajah yang merintih

Page 60: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

3. anjurkan pasien untuk

tidak melakukan aktivitas yang berat

4. ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

5. anjurkan pasien untuk melakukan hobby atau kesenangan pasien

6. berikan posisi yang nyaman senyaman pasien

7. ciptakan lingkungan yang tenang

8. kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik

kesakitan akan memberitahukan keadaan pasien yang kesakitan

3. aktivitas yang berat akan menambah rasa nyeri pasien

4. teknik relakssasi akan mengalihkan pikiran pasien dan akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

5. dengan melakukan hobby pasien maka akan mebantu pasien mengalihkan rasa nyeri

6. posisi yang nyaman akan membantu mengurangi rasa nyeri pasien

7. lingkungan yang tenang akan memberi rasa nyaman pasien sehinggan akan membantu mengalihkan rasa nyeri pasien

8. analgetik akan membantu mengurangi rasa nyeri pasien

Page 61: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

PENUTUP

KESIMPULAN

Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa

penghantaran impul syaraf ke susunan syaraf pusat, pemrosesan impul syaraf dan

perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja

sistem syaraf adalah sel syaraf atau neuron. Berdasarkan peranannya, sistem

syaraf manusia dibedakan menjadi 2, yaitu, sistem syaraf sadar dan sistem syaraf

tak sadar. Sistem syaraf sadar berfungsi, mengatur semua aktivitas tubuh yang

Page 62: Asuhan keperawatan sistem persyarafan

kita sadari. sedangkan, sistem syaraf tak sadar berfungsi, mengatur semua

aktiivitas tubuh yang tidak kita sadari.

SARAN

Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-

materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus

dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar

lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/75989112/Susunan-Saraf-Tepi

http://kamuskesehatan.com/arti/sistem-saraf-perifer/

http://www.scribd.com/doc/6578595/Sistem-Saraf

http://www.slideshare.net/irwanto/sistem-sara1-f-presentation