ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS ANATOMI TULANG (muskuloskeletal ) Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari tulang (rangka) dan struktur yang membangun hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut. Secara umum fungsi dari sistem skeletal adalah: 1. Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh, 2. Sebagai alat gerak pasif, 3. Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik, 4. Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone marrow), 5. Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan 6. Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS
ANATOMI TULANG (muskuloskeletal )Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari tulang (rangka) dan struktur yang membangun
hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut. Secara umum fungsi dari sistem skeletal
adalah:
1. Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh,
2. Sebagai alat gerak pasif,
3. Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik,
4. Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone marrow),
5. Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan
6. Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
Pada manusia, rangka dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu rangka aksial
(membentuk sumbu tubuh, meliputi tengkorak, kolumna vertebra, dan toraks) dan rangka
apendikular (meliputi ekstremitas superior dan inferior).
Berdasarkan bentuknya dan ukurannya, tulang dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan:
1. Tulang panjang, yaitu tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai, dan kaki
(kecuali tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki). Badan tulang ini disebut diafisis,
sedangkan ujungnya disebut epifisis.
2. Tulang pendek, yaitu tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki.
3. Tulang pipih, yaitu tulang iga, bahu, pinggul, dan kranial.
4. Tulang tidak beraturan, yaitu tulang vertebra dan tulang wajah
5. Tulang sesamoid, antara lain tulang patella dan tulang yang terdapat di metakarpal 1-2
dan metatarsal 1.
Anatomi tulang panggul
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa dapat
dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu dengan lainnya
berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.
Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os
ilium.Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl
panggul)dan os koksigis(tl.tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit,
tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar,misalnya
ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran
kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional,
panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor:
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false
pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada
ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor
merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh.
pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus
dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus
levator ani dan muskulus koksigeus.
PEMBAHASAN OSTEOPOROSIS
A. DEFINISI
osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan
adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan hanya berkurangnya
kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang
lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga
dengan keropos tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu : tulang ruas
tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah. (WHO)
Osteoporosis merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandaipengurangan massa
tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitastulang yang meningkat, sehingga resiko
fraktur menjadi lebih besar. Insidenosteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya
populasi usia lanjut (Adam,2002; Kaniawati, 2003; Hammett, 2004; Sennang, 2006).
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa
tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan resiko terjadinya patah tulang meningkat. Dalam
keadaan Fisiologis/normal, tulang kita juga mengalami pengeroposan yang diikuti dengan
pembentukan sel-sel tulang baru di bagian tulang yang keropos, sedangkan pada penyakit tulang
osteoporosis, pengeroposan tulang terjadi berlebihan dan tidak diikuti proses pembentukan yang
cukup sehingga tulang jadi lebih tipis dan rapuh. (artikel kesehatan)
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang
dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang. (Wikipedia)
Osteoporosis pada tulang belakang dapat menyebabkan
masalah serius bagi perempuan. Sebuah fraktur di daerah
ini terjadi dari hari-hari kegiatan seperti naik tangga,
mengangkat benda, atau membungkuk ke depan
Miring bahu
Kurva di bagian belakang
Tinggi badan
Nyeri punggung
Postur membungkuk
Perut buncit
Osteoporosis dapat terjadi pada setiap tulang Anda, tetapi yang paling umum di pergelangan
tangan, pinggul, dan tulang belakang, juga disebut tulang belakang Anda. Vertebra penting
karena tulang menopang tubuh Anda untuk berdiri dan duduk tegak.
GAMBARAN BENTUK TULANG NORMAL DAN ABNORMAL
B. KLASIFIKASI
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria usia
lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
Osteoporosis postmenopause merupakan osteoporosis tipe I pada wanita usia 51-65
tahun. Secara patogenesis terjadi ketidakseimbangan prosesremodeling tulang antara resorpsi
yang meningkat dengan cepat dan formasitulang berjalan relatif lebih lambat. (Lindsay, 2001;
Djokomoeljanto 2003; Raisz,2005; Adnan, 2008)
2. Osteoporosis sekunder
osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
Cushing's disease
Hyperthyroidism
Hyperparathyroidism
Hypogonadism
Kelainan hepar
Kegagalan ginjal kronis
Kurang gerak
Kebiasaan minum alcohol
Pemakai obat-obatan/corticosteroid
Kelebihan kafein
Merokok
3. Osteoporosis anak
Osteoporosis pada anak disebut juvenile idiopathic osteoporosis.
C. ETIOLOGI
a) Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita),
yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala
timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita
penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
b) Osteoporosis senilis terjadi karena kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi
pada usia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita
osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh
gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-
obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
c) Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya
tulang.
D. FAKTOR RESIKO
Menurut WHO, Faktor resiko yang memudahkan Osteoporosis:
a) Asupan zat gizi yang tidak seimbang khususnya kurang kalsium dan vitamin D
b) Proses penuaan
c) Faktor keturunan
Menurut artikel kesehatan, factor resiko osteoporosis,yaitu:
a) Wanita. Resiko osteoporosis pada wanita lebih tinggi daripada pria karena, umumnya massa
tulangnya lebih kecil dan proses menopause pada Wanita.
b) Usia. Resiko osteoporosis meningkat 1-2 kali setiap bertambah usia 10 tahun
c) Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol
d) Ras Asia dan Kaukasia beresiko tinggi untuk mengalami osteoporosis daripada ras Afrika.
e) Genetik. Riwayat osteoporosis atau patah tulang di usia lebih dari;50 tahun pada keluarga juga
merupakan faktor resiko osteoporosis.
f) Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit hati, ginjal,dapat meningkatkan resiko osteoporosis.
g) Asupan kalsium dan vitamin D yang kurang adalah faktor resiko penting dalam osteoporosis
h) Penggunaan obat-obatan seperti steroid, obat anti kejang (Phenobarbital dan; Phenytoin),
antasida yang mengandung aluminium, metotreksat, siklosporin A merupakan faktor resiko
osteoporosis karena menyebabkan pengeluaran kalsium dari tulang dalam jumlah banyak.
E. MENIFESTASI KLINIS
Adapun gejala-gejala dari osteoporosis (WHO),yaitu:
a) Sakit punggung (semakin parah jika telah terjadi patah tulang)
b) Nyeri tulang (atau biasa orang awam kenal dengan sensasi ngilu)
c) Fraktur
Fraktur umumnya terjadi ketika penyakit ini sudah dalam tahap lanjut, di mana penipisan tulang
yang parah dan kerusakan sudah terjadi.
d) Tinggi berkurang (akibat pembungkukan tulang), Postur bungkuk (kifosis)
e) Sakit leher (semakin parah jika terjadi patah tulang belakang)
Gejala-gejala osteoporosis menurut para tim medis lain,yaitu:
a) Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau tanpa
fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
b) Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
c) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas
d) Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis
angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
e) Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri
tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah
tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung
akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.
f) Kecenderungan penurunan tinggi badan
g) Postur tubuh kelihatan memendek
F. PATOFISIOLIGI
Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan
factor lingkungan.
Factor genetic meliputi:
- usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.
Factor lingkungan meliputi:
- merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa
dan pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah
ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang
maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan
tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang
total yang disebut osteoporosis.
Di samping penuaan dan menopause, penipisan tulang diakibatkan oleh pemberian
steroid sehingga mengakibatkan penurunan pembentukan tulang (bone formation) dan
Pemeriksaan ini untuk menilai kecepatan bone turnover.
Penilaian bone turnover rate dilakukan dengan membandingkan aktivitas formasi tulang
dengan aktivitas resorpsi tulang. Apabila aktivitas pembentukan/formasi tulang lebih kecil
dibandingkan dengan aktivitas resorpsi tulang maka pasien ini memiliki risiko tinggi terhadap
osteoporosis. Evaluasi biokimia ini dilakukan melalui pemeriksaan darah dan urine pagi hari.
1) Petanda untuk menilai aktivitas pembentukan tulang (bone formation)
Osteocalcin yaitu protein yang dihasilkan oleh osteoblas dyang berfungsi membantu proses
mineralisasi tulang.
Alkali fosfatase tulang yaitu enzim yang dihasilkan osteoblas yang berfungsi sebagai katalisator
proses mineralisasi tulang.
2) Petanda untuk menilai aktivitas resorpsi tulang (bone resorption)
Deoxypyridinolin/ β-Crosslink yaitu protein penguat mekanik tulang yang dilepaskan ke dalam
peredaran darah dan dikeluarkan melalui urin jika terjadi proses resorpsi/ penyerapan tulang.
CTx (C-Telopeptide) yaitu hasil pemecahan protein kolagen tipe 1 yang spesifik untuk tulang.
Selain itu, pemeriksaan kadar CTx dan deoxypyridinolin dapat digunakan untuk
menilai/pemantauan keberhasilan terapi (sebelum pemeriksaan densitas mineral tulang
berikutnya).
Radiologi
Pemeriksaan radiologi vertebra torakalis dan lumbalis AP dan lateral dilakukan untuk
mencari adanya fraktur. Nilai diagnostik pemeriksaan radiologi biasa untuk mendeteksi
osteoporosis secara dini kurang memuaskan karena pemeriksaan ini baru dapat mendeteksi
osteoporosis setelah terjadi penurunan densitas massa tulang lebih dari 30%.
Pemeriksaan bone densitometri (DEXA)
Pemeriksaan densitometri tulang dilakukan menggunakan alat DEXA. Biasanya
digunakan untuk mengukur densitas massa tulang pada daerah lumbal, femur proksimal, lengan
bawah distal dan seluruh tubuh. Secara rutin, untuk diagnosis osteoporosis cukup diperiksa
densitometri pada vertebra lumbal dan pangkal paha (femur proksimal). Bila terdapat
keterbatasan biaya, dapat dipertimbangkan pemeriksaan hanya pada 1 daerah, yaitu pada daerah
lumbal untuk wanita yang berumur kurang dari 60 tahun, atau daerah pangkal paha (femur
proksimal) pada wanita yang berumur lebih dari 60 tahun dan pada pria.
Alat pemeriksaan Densitometri
mendiagnosis osteoporosis, digunakan
T-score. T score yang kurang dari 1 SD
dibawah nilai rata-rata BMD normal
memiliki risiko fraktur dua kali lipat. Untuk osteoporosis sekunder, nilai Z-score < [-] 2 sangat
penting dalam penegakkan diagnosis.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
a) Anamnesis
Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis.
Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu
diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi
lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan
kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol dan
merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah
ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia
menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita
osteoporosis juga perlu dipertanyakan.
Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada klien
dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak
atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan seksual
dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis
menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada
pasien.
Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga,
pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan
yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility,
stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan
motorik halus) menurun.
Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah :
Data subyektif :
- Klien mengeluh nyeri tulang belakang
- Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun
- Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan keterbatasan
gerak
- Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun
- Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh
- Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya
- Klien mengatakan buang air besar susah dan keras
Data obyektif ;
- tulang belakang bungkuk
- terdapat penurunan tinggi badan
- klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
- klien tampak gelisah
- klien tampak meringis
a) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder,
bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah
pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang
disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan,
serta adakah deformitas tulang
b) Pemeriksaan diagnostic
- Radiology
- CT scan
- Pemeriksaan laboratorium
B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan
klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat
fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan
gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat
penurunan tinggi badan.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,
tulang belakang terlihat bungkuk.
4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai
dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien
mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada
vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan
membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).
6. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik
ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras.
7. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan
dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti
tentang penyakitnya, klien tampak gelisah.
C. INTERVENSI
Diagnose Tujuan dan
criteria hasil
Intervensi Rasional
1. Nyeri akut yang
berhubungan
dengan dampak
sekunder dari
fraktur vertebra
ditandai dengan
klien mengeluh
nyeri tulang
belakang,
mengeluh bengkak
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan nyeri
berkurang dengan
criteria hasil:
- klien dapat
mengekspresikan
perasaan
nyerinya,
• Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyamanan,
perhatikan lokasi dan
karakteristik termasuk
intensitas (skala 1-10).
Perhatikan petunjuk
nyeri nonverbal
(perubahan pada tanda
vital dan
emosi/prilaku).
Mempengaruhi
pilihan/pengawasan
keefektifan
intervensi.
pada pergelangan
tangan, terdapat
fraktur traumatic
pada vertebra, klien
tampak meringis
- klien dapat
tenang dan
istirahat,
- klien dapat
mandiri dalam
penanganan dan
perawatannya
secara sederhana.
• Ajarkan klien tentang
alternative lain untuk
mengatasi dan
mengurangi rasa
nyerinya
• Dorong menggunakan
teknik manajemen
stress contoh relaksasi
progresif, latihan nafasa
dalam, imajinasi
visualisasi, sentuhan
teraupetik.
• Kolaborasi dalam
pemberian obat sesuai
indikasi.
alternative lain
untuk mengatasi
nyeri misalnya
kompres hangat,
mengatur posisi
untuk mencegah
kesalahan posisi
pada
tulang/jaringan
yang cedera.
Memfokuskan
kembali perhatian,
meningkatkan rasa
control dan dapat
meningkatkan
kemampuan koping
dalam manajemen
nyeri yang
mungkin menetap
untuk periode lebih
lama.
diberikan untuk
menurunkan nyeri
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan meliputi :
Nyeri berkurang
Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
Tidak terjadi cedera
Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri
Status psikologis yang seimbang
Menunjukkan pengosongan usus yang normal
Terpeneuhinya kebutuhan pengetahuan dan informasi
Tinjauan Kasus
Ny D (58 thn) datang ke RS dengan keluhan nyeri panggul sejak 1 bulan terakhir, namun saat ini
nyeri mulai berkurang. Setelah dilakukan anamnesa oleh perawat ternyata Ny D sejak muda
tidak suka minum susu. Hasil rontgen menunjukkan adanya kerapuhan tulang. Ny D kemudian
menjalani pemeriksaan kalsium total, alkali fosfatase tulang. Dokter kemudian memberikan
terapi kalsium dan vitamin D.
Proses keperawatan
1. Pengkajian
a) Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.D
Umur : 58 Tahun.
Agama : Islam.
Suku Bangsa : Jawa Indonesia.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama.
Nyeri panggul
2. Riwayat penyakit sekarang.
Nyeri berkurang setelah diberikan perawatan.
3. Riwayat penyakit dahulu : -
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat psikososial : -
b) Pemeriksaan fisik (HEAD TO TOE)
1) Keadaan umum : ComposMentis (CM)
2) Kesadaran : -
3) Vital Sign:
a. RR : - x/Menit.
b. Nadi: - x/Menit.
c. Suhu: - C.
d. TD: - mmHg.
4) BB/TB : BB- Kg,TB - cm
5) Kepala :
a. Mata : -
b. Telinga :-
c. Hidung :-
d. Mulut :-
e. Tenggorokan : -
6) Leher :-
7) Dada/Thorax :
a. Simetris :-
b. Retraksi dada :-
c. Ketinggalan gerak:-
8) Paru-paru :-
a. Suara dasar :-
b. Suara tambahan :-
c. Suara nafas :-
d. Bunyi nafas :-
e. Respirasi spontan :-
9) Jantung :
a. Bunyi jantung 1-2 murni :-
b. Bunyi jantung tambahan :-
c. Batas jantung kanan ;-
10) Abdomen :
a. Bentuk :
b. Bising usus :-
c. Peristaltik :-
d. Nyeri Tekan :-
11) Genitalia :-
12) Extremitas :-
Kanan
Kiri
Gerak - -
Tonus - -
Trofi - -
Reflek fisiologis - -
Reflek patologis - -
Meningeal sign - -
ANALIA DATA
NOSYMP
TOM
ETIOL
OGI
MASA
LAH
1
2.
DS:
Klien
mengel
uh
nyeri
panggu
l
DO:
TD -
mmHg,
N -
x/m,
BB: -
Ds:
mengel
uh
kemam
puan
gerak
cepat
menuru
n
DO :
BB -
kg,
TB -
cm
Beberap
a tulang
belakan
g hancur
Terbent
uk
lengkun
gan
abnorm
al
ketegan
gan otot
Nyeri
akut
Kepedat
an
tulang
Nyeri
tulang
Nyeri
akut
C
edera
Pengero
posan
tulang
belakan
g
Kolaps
Cedera
ringan
2. Diagnose
Nyeri akut yang berhubungan dengan adanya lekungan yang abnormal
Risiko cedera yang berhubungan dengan adanya kolaps akibat pengeroposan tulang belakang.
3. Intervensi
Diagnose Tujuan dan criteria
hasil
Intervensi Rasional
Nyeri akut
yang b/d
adanya
lekungan
yang
abnormal
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
diharapkan nyeri
berkurang dengan
criteria hasil:
- klien dapat
mengekspresikan
perasaan nyerinya,
• Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyamanan,
perhatikan lokasi dan
karakteristik termasuk
intensitas (skala 1-10).
Perhatikan petunjuk
nyeri nonverbal
(perubahan pada tanda
Mempengaruhi
pilihan/pengawasan
keefektifan intervensi.
- klien dapat tenang
dan istirahat,
- klien dapat mandiri
dalam penanganan
dan perawatannya
secara sederhana.
vital dan
emosi/prilaku).
• Ajarkan klien tentang
alternative lain untuk
mengatasi dan
mengurangi rasa
nyerinya
• Dorong menggunakan
teknik manajemen
stress contoh relaksasi
progresif, latihan nafasa
dalam, imajinasi
visualisasi, sentuhan
teraupetik.
• Kolaborasi dalam
pemberian obat sesuai
indikasi.
alternative lain untuk
mengatasi nyeri
misalnya kompres
hangat, mengatur
posisi untuk
mencegah kesalahan
posisi pada
tulang/jaringan yang
cedera.
Memfokuskan
kembali perhatian,
meningkatkan rasa
control dan dapat
meningkatkan
kemampuan koping
dalam manajemen
nyeri yang mungkin
menetap untuk
periode lebih lama.
diberikan untuk
menurunkan nyeri
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan meliputi :
Nyeri berkurang
Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
Tidak terjadi cedera
Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri
Status psikologis yang seimbang
Menunjukkan pengosongan usus yang normal
Terpeneuhinya kebutuhan pengetahuan dan informasi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC,
2002.
Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta
Adib, M, pengetahuan praktis ragam penyakit memetikan yang paling sering menyerang kita,
Jogjakarta: bukubiru, 2011
http://www.klikdokter.com/osteoporosis/read/2010/07/05/114/osteoporosis-pada-wanitaDiposkan oleh Dwi Hardiyanti di 19.05 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook