Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal tersebut di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu : lingkungan, genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan. Apabila keempat faktor tersebut mengalami suatu ketidakseimbangan, maka individu berada dalam keadaan yang di sebut dengan sakit (Notoatmodjo, 2005). Sakit adalah suatu keadaan dimana seseorang merasakan ketidaknyamanan secara fisik, mental maupun sosial karena hadirnya penyakit sehingga menyebabkan kelemahan pada tubuh dan perubahan fungsi anggota tubuh (Joyomartono,2006). Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu Negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita adalah masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut berakibat negatif bagi pertumbuhan anak itu seumur hidupnya. Menurut Depkes 2000, Secara umum penyakit pada anak sangat banyak macamnya. Penyakit yang sering terjadi pada anak di anataranya batuk atau ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), diare, DHF (dengue Hemorage Fever), typoid, demam dan masih banyak lagi. Dari beberapa penyakit tersebut yang sering terjadi pada anak adalah diare. Permasalahan kesehatan yang sering di jumpai
29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

Feb 28, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam

kehidupan, hal tersebut di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu :

lingkungan, genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan. Apabila

keempat faktor tersebut mengalami suatu ketidakseimbangan,

maka individu berada dalam keadaan yang di sebut dengan sakit

(Notoatmodjo, 2005). Sakit adalah suatu keadaan dimana

seseorang merasakan ketidaknyamanan secara fisik, mental

maupun sosial karena hadirnya penyakit sehingga menyebabkan

kelemahan pada tubuh dan perubahan fungsi anggota tubuh

(Joyomartono,2006).

Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan

pembangunan di suatu Negara. Masa perkembangan tercepat dalam

kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita adalah

masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya

gangguan kesehatan pada masa tersebut berakibat negatif bagi

pertumbuhan anak itu seumur hidupnya. Menurut Depkes 2000,

Secara umum penyakit pada anak sangat banyak macamnya.

Penyakit yang sering terjadi pada anak di anataranya batuk

atau ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), diare, DHF

(dengue Hemorage Fever), typoid, demam dan masih banyak lagi.

Dari beberapa penyakit tersebut yang sering terjadi pada anak

adalah diare. Permasalahan kesehatan yang sering di jumpai

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

2

pada balita yaitu penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang

masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau

gastroenteritis (Widjaya, 2003).

Angka kejadian diare pada anak didunia mencapai 1 miliar

kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 5 juta jiwa.

Statistik di amerika mencatat tiap tahun terdapat 25 - 35

juta kasus diare dan 16,5 juta diantaranya adalah balita.

Angka kematian balita dinegara berkembang akibat diare ini

sekitar 3,2 juta tiap tahun. Sedangkan data statistik di

Indonesia menunjukan bahwa setiap tahun diare menyerang 50

juta penduduk di Indonesia, dua sepertiganya adalah anak

balita dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Depkes RI

2010).

Gastroenteritis merupakan penyakit menular yang mempunyai

mekanisme penularan tinja melalui mulut dan makanan dan air

sebagai pengantar untuk kebanyakan kejadian. Sehinga klien

gastroenteritis yang dirawat harus di tempatkan pada tempat

yang bersih, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan klien, sarung tangan bila menyentuh bahan yang

terinfeksi, klien dengan keluarganya harus dididik mengenai

cara perolehan enteropathogen dan cara mengurangi penularan

(Kamus Besar Dorland, 2002).

Penyakit ini mempunyai masalah utama yaitu diare dan

muntah, akibatnya klien akan kehilangan air dan elektrolit

terutama natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

3

metabolik. Disamping itu menyebabkan klien kekurangan cairan

atau dehidrasi, keadaan kekurangan cairan ini apabila tidak

segera diatasi akan menyebabkan shock hipovolemik, maka

akibatnya pada anak yang mengalami dehidrasi akan menyebabkan

kematian, dimana 80% bagian dari tubuh anak terdiri dari

cairan (Nelson, 2000).

Berdasarkan pembahasan diatas penanganan anak pada

gastroenteritis perlu mendapatkan perhatian secara tepat. Agar

tidak terjadi komplikasi pada anak dengan diare misalnya

dehidrasi, syok hipovolemik, bahkan sampai kematian. Oleh

karena itu, penulis menyusun makalah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Pencernaan :

Gastroenteritis “. Dengan harapan sebagai perawat kita mampu

memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan gangguan

sistem pencernaan, khususnya gastroenteritis atau diare,

sehingga kita pun mampu memberi asuhan keperawatan yang tepat

dan kontrahensif, yang meliputi pengenalan konsep anatomi

fisiologi, dan patofisiologi sistem pencernaan, pengkajian

untuk menegakkan masalah keperawatan, perencanaan dan tindakan

keperawatan, sampai mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada

masalah sistem pencernaan. Dalam hal ini khususnya masalah

pencernaan yang dialami pada anak.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

4

B. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai :

1. Tujuan umum

Diharapkan agar Mahasiswa/i Keperawatan, sebagai calon

perawat mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan

pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan,

terlebih pada anak.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar

Gastroenteritis

b. Mahasiswa dapat memahami tentang anatomi dan fisiologi

sistem pencernaan.

c. mahasiswa dapat memaparkan pengkajian selama memberikan

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada

sistem pencernaan.

d. mahasiswa dapat menjelaskan diagnosa keperawatan selama

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan pada sistem pencernaan.

e. mahasiswa dapat menguraikan rencana tindakan selama

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan pada sistem pencernaan.

f. mahasiswa dapat menguraikan implementasi keperawatan

pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

5

g. Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan, khususnya dalam hal ini pada anak.

C. METODE PENELITIAN

Dalam menyusun makalah ini, penulis mengunakan metode

deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil

dari sumber buku perpustakaan, browsing ke internet, serta

konsultasi dengan dosen pembimbing.

D. SISTEMATIKA PENELITIAN

Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi dalam

tiga bab, yaitu BAB I Pendahuluan yang berisi: latar

belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan,

sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis yang

berisi : konsep dasar lansia, konsep dasar penyakit

gastroenteritis, meliputi ; anatomi fisiologi sistem

muskuloskeletal, konsep gangguan pada muskoluskeletal, dan

konsep asuhan keperawatan pada klien dengan rheumatoid

arthritis. BAB III Penutup berisi: kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinnja yang

tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan

peningkaan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

6

dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa

lendir darah (Hidayat,2006).

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih

dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,

konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula

bercampur lendir atau darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).

Gastoenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan

oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong, 2003).

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi

pada lambung dan usus yang ditandai dengan frekuensi buang air

besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan pada anak 3 kali

sehari dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa lendir

dan darah.

B. Anatomi Fisiologi Gastrointestinal

Gbr.1.Usus Halus

1. Usus Halus/ Intestinum minor

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

7

Intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan

makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum

panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat

proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Lapisan usus

halus : lapisan mucosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar

(M.Sirkuler), Lapisan otot memanjang (M.Longitudinal) dan

lapisan serosa (sebelah Luar).

Bagian-bagian dari usus halus :

a. Duodenum

Disebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm beerbentuk

sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat

pancreas, dan pada bagian kanan terdapat selaput lendir yang

membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini

bermuara saluran empdu (ductus coleductus) dan saluran

pancreas (ductus wirsungi, ductus pankreatikus) empedu

dibuat dihati untuk dikeluarkan kedoedenum melalui duktus

koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan

lipase.

Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi

mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang

berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin

dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai lapuisan

mucosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut

kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah

intestinum

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

8

b. Yeyenum dan ileum

Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m 2/5

bagian atas adalah yeyenum dengan panjang 23 m dan ileum

dengan panjang 4-5 m. Lekukan yeyunum dan ileum melekat

pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan

peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai

mesenterium.

Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-

cabang arteri dan vena mesentrika superior. Pembuluh limfe

dan saraf keruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk

mesentrium. Sambungan antara yeyunum dan ileum tidak

memiliki batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan

dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama

orifisium ileoseikal. Orifisium ini diperkuat oleh sfinter

ileoseikalis san pada bagian ini terdapat katub valvula

baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam colon

asenden tidak masuk kembali kedalam ileum

c. Mucosa dan usus halus

Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mucosa

dan kicrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi, lipatan

ini dibentuk oleh mucosa dan submucosa yang dapat

memperbesar parmukaan usus halus. Pada penampang melintang

vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan

bermacam-macam peranan aktif dalam pencernaan.

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

9

Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya

berlangsung didalam usus halus melalui 2 saluran yaitu

pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe disebelah

dalam permukaan vili usus. Sebuah vilus berisis lacteal,

pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat

bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran

dasar dan ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari

dinding usus maka bersentuhan dengan makan cair dan lemak

yang diabsorbsi kedalam lacteal kemudian berjalan melalui

pembuluh limfe masuk kedalam pembuluh kapiler darah vili dan

vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa

perubahan.

Ringkasan Absorbsi

Sumber

Makanan

Hasil Akhir

CernaanOrgan Absorbsi

Protein Asam amino

Dari epitelium

masuk ke pembuluh

dan aliran darah

LemakGliserin dan

asam lemak

Dari epitelium

vili masuk lacteal

dan aliran limfe

Hidrat

Carbon

Mono sacarida

:

-Glukosa

Dari epitelium

vili dan dinding

pembuluh dara

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

10

-Leavilosa

-Galaktosamasuk aliran darah

Fungsi usus halus :

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap

melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino

3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacarida

Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghsilkan getah

usus yang menyempurnakan pencernaan makanan :

1) Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik

2) Eripsin, menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam

amino

3) Laktase mengubah lactase menjadi monosakarida

4) Maltosa mengubah maltosa menjadi monosacarida

5) Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosacarida

2. Usus Besar/Intestinum Mayor

Panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 m. Lapisan-lapisan usus

besar dari dalam keluar :

a. Selaput lendir

b. Lapisan Otot melingkar

c. Lapisan otot memanjang

d. Jaringan Ikat

Fungsi Usus besar terdiri dari :

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

11

a. Menyerap air dari makanan

b. Tempat tinggal bakteri coli

c. Tempat feces

Bagian-bagian dari usus besar :

a. Seikum

Dibawah seikum terdapat appendiks vermitoris yang berbentuk

seperti cacing sehingga disebut juga umbal cacing, panjangnya

6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak

walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapoat diraba melalui

dinding abdomen pada orang yang masih hidup

b. Colon Asenden

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan

membujur keatas dari ileum kebawa hati, dibawah hati

melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica,

dilanjutkan sebagai colon tranversum.

Gbr.2.Usus besar

c. Appendiks (usus Buntu)

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

12

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari

akhir seikum, mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masi

memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isis usus.

Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk

kedalam rongga pelvis minor terletak horizontal dibelakang

seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi

kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang

bias menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen

d. Colon Tranversum

Panjangnya 38 cm, membujur dari colon asenden sampai

colon desenden berada dibawah abdomen, sebelah kanan

terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapatr

fleksura lienalis.

e. Colon desenden

Panjangnya 25 cm, terletak diwah abdomen bagian kiri

membujur dari atas kebawah dari fleksura lienalis sampai

kedepan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.

f. Colon Sigmoid

Merupakan lanjutan dari colon desenden, terletak

miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya

menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum

g. Rectum

Terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalm rongga pelvis

didepan os sacrum dan os coksigis

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

13

h. Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar).

Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3

sfingter:

Sfingter ani internus (sebelah atas) bekerja

tidak menurut kehendak

Sfingter levator ani, bekerja juga tidak

menurut kehendak

Sfingter ani eksternus (sebelah bawah),

bekerja menurut kehendak

Fisiologi usus besar

Defekasi (Buang air Besar)

Didahului oleh transport feses kedalam rectum yang

mengakibatkan ketegangan dinding rectum mengakibatkan

rangsangan untuk refleks defekasi sedangkan otot usus lainnya

berkontraksi, musculus levator ani relaksasi secara volunteer

dan terkena ditimbulkan oleh otot-otot abdomen.

C. Etiologi

Faktor penyebab diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu :

a. Factor infeksi

Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak. Meliputi

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

14

infeksi enteral sebagai berikut : infeksi bekteri, seperti

vibrio, E.coli, salmonella, shigella campylobacter, aeromonas

dan sebagainya; infeksi virus yaitu enterovirus (virus

ECHO,coxsackie, poliomyelitis, adeno-virus,rotavirus, dan

lain-lain); infeksi parasit cacing (ascaris, trichuris,

oxyuris), protozoa (entamoeba histolytica) dan jamur (candida

albicans).

b. Factor parenteral

Infeksi parenteral adalah infeksi diluar pencernaan makanan

seperti otitis media akut (OMA),

tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis dan

sebaginya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

yang berumur dibawah 2 tahun.

c. Factor malabsorpsi

Malabsorpsi karbohidrat, misalnya disakarida (intoleransi

laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi

glukosa, fruktosa dan galktosa); malabsorpsi lemak dan

malabsorpsi protein.

d. Factor makanan

Seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

e. Factor psikologis

Seperti rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi

pada anak yang lebih besar).

D. Manifestasi klinik

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

15

Klien yang menderita gastroenteritis, mula-mula klien

cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada kemungkinan timbul diare. Tinja cair

mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin

lama makin berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena

sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat

makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidaak di

absorpsi oleh usus selam diare.

Gejala muntah dapat timbul setelah atau sebelum diare dan

dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila klien telah

banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai

tampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan

ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir

dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 2005).

Frekuensi BAB (Buang Air Besar) pada bayi lebi dari 3 kali

sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari, bentuk cair

padaa buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan darah,

nafsu makan menurun, warnanya lama kelamaan menjadi kehijauan

karena bercampur empedu, munah, rasa haus, malaise, adanya lecet

pada daerah sekitar anus, feses bersifat asam laktat yang berasal

dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus, adanya tanda

dehidrasi, kemudian dapat terjadi dieresis yang berkurang atau

sampai dengan terjadi asidosis metabolic seperti tampak pucat

dengan pernafasa kumaul (Hidayat, 2006).

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

16

E. Patofisiologi

Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi

tinja. Gastroenteritis dapat terjadi akibat adanya zat terlarut

yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebt diare osmotic,

atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi

adalah infeki virus atau bakteri di usus halus distal atau usus

besar. Gastroenteritis dapat ditularan melalui rute rectal oral

dari orang ke orang beberapa fasilitas keperawatan harian juga

meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat rangsang toksin

bakteri terhadap elektrolit kedaam usus halus, sel mukosa

intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan

elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa

intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal.

Iritasi usus oleh suatu petogen mempengaruhi lapisan mukosa

usus, sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik,

termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan

otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan

motillitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena

waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon

berkurang. Seseorang yang mengalami diare berat dapat meninggal

akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera

yang ditularkan melalui bakteri colera adalah contoh dari bahan

yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat

menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus besar

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

17

sehingga unsure-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam

jumlah yang besar.

Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan

peradangan dan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi

cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi karena sindrom malbsorpsi

meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas

dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari

absorpsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan

sodium potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga

ekstraseluler kedalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi,

kekurangan elektrolit dapat mengakibatkan asidosis metabolic.

Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare

terkait kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbilkan

dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Penyebab utama diare adalah virus (adenovirus enteric dan

robavirus) serta parasit (biada lambiachristopodium) pathogen ini

menimbilkan penyakit dengan mengnfeksi sel-sel menghasilkan

enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinsing usus.

Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami

gastroenteritis akut adalah usus halus (Corwin, 2000).

F. Komplikasi

Kehilangan cairan dan elektrolit merupakan komplikasi utama

terutama pada anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan

cairan secara mendadak sehingga terjadi syok hipovolemik yang

cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

18

hipokalemia dan asidosis metabolic (Ciesla et al, 2003). Pada

kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga

syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatas lagi maka

dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya

terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila

penanganan pemberian cairan yang tidak adekuat sehingga tidak

tercapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001)

Arthritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu

setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella,

Salmonella. Bisa juga terjadi malnutrisi pada anak, disebabkan

karena muntah dan diare yang dialami oleh anak.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakan diagnose

yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.

Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan menurut Mansjoer (2000)

adalah :

1) Pemeriksaan feses

Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan

kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap

natibiotik serta untuk mengetahui Ph dan kadar gula jika

diduga intoleransi glukosa

2) Pemeriksaan darah

darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit

(terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

19

kejang), anemia (hipokronik) dan dapat terjadi karena

malnutrisi/malabsorpsi tekanan fungsi sum-sum tulang.

3) Pemeriksaan elektrolit tubuh

Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, dan

bikarbonat.

4) Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuentitatif dan

kualitatif terutama diare kronik.

H. Penatalaksanaan medis

Dasar pengobatan diare adalah

1) Pemberian cairan (rehidrasi)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rehidrasi adalah jenis

cairan, cara memberikan cairan dan jumlah pemberiannya. Cara

memberikan cairan dalam terapi rehidrasi adalah jikaa belum

ada dehidrasi : anjurkan anak untuk minum (ad libitum) atau 1

gelas tiap defekasi, dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50

ml/kg BB peroral (intragastrik), Selanjutnya 125 ml/kg BB/

hari ad libitium. Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100

ml/kg BB per oral/intragastrik (sonde), selanjutnya 125 ml/kg

BB/ hari ad libitum.

2) Dietetic (cara pemberian makanan)

Tujuan diit pada klien gastroenteritis adalahmemberikan

makanan secukupnya untuk memberikan makanan yang secukupnya

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan kerja

usus, mencegah dan mengurangi resiko dehidrasi, mengupayakan

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

20

agar anak segera mendapatkan makanan sesuai dengan umur dan

berat badannya. Syarat diit pada klien gastroenteritis adalah

klien tidak dipuasakan setelah terjadi rehidrasi, diberi

makanan peroral dalam dalam 24 jam pertama, pemberian ASI

diutamakan, makanan cukup energy dan protein, makanan tidak

merangsang saluran pencernaan yaitu tidak mengandung bumbu

tajam, tidak menimbulkan gas, makanan diberikan bertahap dari

makanan ringan dalam bentuk yang sesuai menurut umur dan

keadaan penyakit, makanan diberikan dalam porsi kecil denga

frekuensi sering.

3) Obat-obatan

obat anti sekresi, obat spasmolik, obat antibiotic juga dapat

diberikan bila terjadi penyakit seperti OMA, faringitis,

bronchitis atau bronkopneumonia (Ngastiyah, 2005).

I. Pathways

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

21

J. Pengkajian focus

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

22

Pengkajian meruakan dasar pertama atau langkah awal dari

proses keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses

yang sistematis dan pengumpulan daa dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.

1) Riwayat keperawatan

Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, jenis

kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama dan nama orangtua.

Keluhan utama klien biasanya mengeluh BAB encer dengan atau

tanpalendir dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari,

berwarna kehijau- hijauan dan berbau amis, biasanya disertai

muntah, tidak nafsu makan dan diserai dengan demam ringan atau

demam tinggi pada anak yang menderita infeksi usus.

Riwayat penyakit sekarang meliputi lamanya keluhan : masing-

masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau

gizi, keadaan sosial, ekonomi,, hygiene dan sanitasi. Akibat

timbil keluhan : anka menjadi rewl dan gelisah, badan menjadi

emah dan aktivitas bermain kurang. Factor yang memperberat

adalah ibu menghentikan pemberian makanan, anak tidak mau

makan dan minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan

oralit atau larutan gula garam).

Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat

penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga.

Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit

keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus

dirawat dirumah sakit.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

23

Riwayat kehamilan dan kelahiran yang ditanyakan meliputi

keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilian dan obat-obatan.

Hal tersebut juga mencakup kesehatan anak sebelum ampai

sesudah lahir. Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan

adalah hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang.

Imunisasi yang ditanyakna kepada orangtua adalah apakah anak

mendapatkan imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan

jadwal pemberian serta efek samping dari pemberian imunisasi

seperti panas alergi dan sebagainya.

Psikososial yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan

sosial anak, kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme

koping yang digunakan oleh anak dan keluarga. Respon emosional

keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stres mencakup juga

harapan-harapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.

Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi

makanan, jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak

disukai dan keinginan untuk makan dan minum. Pola aktivitas

juga ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola hygiene

tubuh seperti mandim keramas dan gaji baju. Kesehatan mental

meliputi pola interaksi anak, pola kognitif anak, pola emosi

anak saat dirawat, pola psikologi keluarga serta kopingnya

dan pengetahuan keluarga dalam mengenali penyakit anak.

2) Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum klien

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

24

Pada anak terdapat keluhan dan kelainan-kelainan yang perlu

mendukung perlu dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperti

mata cekung, ubun-ubun besar cekung, mukosa bibir kering dan

turgor kulit berkuran, keelastisannya, kemudian ditanyakan

frekuensi BAB, adanya nyeri atau disentri abdomen, demam dan

terjadinya penurunan berat badan (Gunawan, 2009).

b. Pola fungsional kesehatan

Pola fungsional kesehatan dapat dikaji melalui pola Gordon

dimana pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan

data secara sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi

kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah

khusus.

Model konsep & tipologi pola kesehatan fungsional menurut

Gordon.

1. Pola persepsi-managemen kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharan dan penanganan

kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan

penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan,

pengetahuan tentang praktek kesehatan.

2. Pola nutrisi dan metabolic

Menggambarkan masukan nutrisi, cairan dan elektrolit. Nafsu

makan, pola makan diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,

kesulitan menelan, mual/muntah, keutuhan jumlah zat gizi,

masalah/penyembuhan kulit, makanan kesukaan.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

25

3. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit

kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.

4. Pola Latihan – aktivitas

Menggaambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan

dan sirkulasi

5. Pola kognitif perceptual

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi

sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran,

perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.

6. Pola istirahat tidur

Menggambarkan ola tidur, istirahat dan persepsi tentang

energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah

selama tidur.

7. Pola konsep diri-persepsi diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan peprsepsi

terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain

gambaran diri, harga diri, harga diri, peran, identitas dan

ide diri sndiri. (Winugroho, 2008)

K. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual muntah dan intake inadekuat

3. Hipertermi berhungan dengan dehidrasi

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

26

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rekctal

karena diare

5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan

lingkungan terhadap pathogen

6. Deficit pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatanya

berhubungan dengan kurang paparan informasi

7. Ansites berhubungan dengan hospitalisasi dan stress

(Wilkinson, 2007)

L. Intervensi keperawatan

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan

kekurangan volume cairan akan teratasi dan keseimbangan

elektrolit dan asam basa dapat tercapai.

Kriteria hasil : hidrasi dan status nutrisi adekuat, frekuensi

irama dan nadi dalam rentangyang diharapkan.

Intervensi :

a) Beri larutan rehidrasi oral (LRO) sedikit tapi sering

khususnya bila anak muntah

R : LRO untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan

melalui feses

b) Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan.

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

27

R : untuk mengobati patogen khusus yang menyebabkan kehilangan

cairan yang berlebihan.

c) Berikan diet regular pada anak sesuai toleransi.

R : karena pemberian diet normal secar dini bersifat

menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan

berat badan serta pemendekan durasi penyakit

d) Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI,

formulasi bebas laktosa atau formula yang mengandung setengah

laktosa.

R : untuk mempertahankan terapi cairan

e) Pantau intake dan output (urin,feses dan emesis)

R : untuk mengevaluasi keefektifan intervensi

f) Pantau berat jenis urin setiap 8 jam atau sesuai indikasi

R : untuk mengkaji hidrasi

g) Timbang berat badan anak

R : untuk mengkaji hidrasi

h) Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membrane mukosa dan

status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi

R : untuk mengkaji hidrasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah dan intake inadekuat (Wilkinson, 2007 :

319).

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan

kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

28

Kriteria hasil : asupan makanan dan cairan adekuat, asupan

cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik, mencapai

berat badan yang ideal.

Intervensi :

a) Instruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan pemberian ASI

R : hal ini penting untuk mengurangi kehebatan dan durasi

penyakit.

b) Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan

R : untuk mengkaji toleransi pemberian makanan

c) Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering

R : pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan

menekan gastric sehingga mengurangi perasaan mual dan

muntah.

d) Timbang berat badan anak

R : untuk mengetahui perkembangan nutrisi setiap hari

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (ROSALIA)

29