Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS MAKALAH OSTEOPOROSIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 ) Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4% tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan lebih/obesitas dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ). 1.2 . Rumusan Masalah
31

Asuhan Keperawatan Osteoporosis

Oct 27, 2015

Download

Documents

ppt
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

MAKALAHOSTEOPOROSIS

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar BelakangDengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik,

termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan perhatian

khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah

penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey

tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur

diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 )

Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai pada usia

30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4% tahun.

Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis

yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor

proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan lebih/obesitas dan latihan

yang teratur ( Sudoyo, 2009 ).

1.2 .     Rumusan Masalah

Agar penulisan makalah tidak menyimpang dari tujuan semula, maka penulis merumuskan

masalah pada:

1.      Apa yang dimaksud dengan Osteoporosis?

2.      Apa etiologi dari Osteoporosis?

3.      Bagaimana manifestasi klinis Osteoporosis?

4.      Bagaimana penatalaksanaan Osteoporosis secara medis dan keperawatan?

5.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Osteoporosis ?          

1.3    Tujuan Penulisan

Page 2: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

   Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa dalam

memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi, manifestasi

klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan keperawatan dari

Osteoporosis.

.

1.4   Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan tugas makalah ini adalah mencari dari berbagai

sumber dan diskusi bersama kelompok1.5 Sistematika Penulisan       Penulisan makalah ini disusun dalam tiga BAB dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUANYang menguraikan :

1.1.Latar Belakang Masalah1.2.Tujuan Penulisan1.3.Metode Penulisan1.4.Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI2.1.Model Promosi Kesehatan2.2 Asumsi dari model promosi kesehatan2.3 Proposisi model promosi kesehatan2.4 Revisi model promosi kesehatan

BAB III PEMBAHASAN            3.1 Definisi promosi kesehatan            3.2 Teori pemahaman promosi kesehatan            3.3 Model teori promosi kesehatan menurut Nola J. Pender            3.4 Komponen teori promosi kesehatan            3.5 Analisis teori promosi kesehatan

BAB IV PENUTUPYang menguraikan tantang :3.1.Kesimpulan3.2.Saran

BAB IITINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN  

Page 3: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti

berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan

mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992

Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai

perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya

menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang

(Suryati, 2006).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,

ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko

patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas

tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur

tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001,  National Institute of

Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang

ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah  ( Sudoyo, 2009 ).

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

a.       Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan

peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra

dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria

dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

b.      Osteoporosis Sekunder

      Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang

Page 4: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

B. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

1.      Determinan Massa Tulang

a.       Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang

mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada

umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii

seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap

fraktur karena osteoporosis.

b.      Faktor mekanis

      Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya

beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya

massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik

yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai

contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot

maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot

maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu

yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum

diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk

meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.

c.       Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan

mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang

bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan

maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang

melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan

genetiknya.

2.      Determinan penurunan Massa Tulang

a.       Faktor genetik

Page 5: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

      Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada

seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat

dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai

dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan

tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan

dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari

pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.

b.      Faktor mekanis

      Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang

schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi

panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi  hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis

akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban

mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya   usia.

c.       Kalsium

        Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang

sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium,

merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan

masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan

kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya

juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada

wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan

kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan

terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah.

Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran

keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

d.      Protein

      Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.

Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat

melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan

secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor,

maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut

Page 6: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung

protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium

yang negative.

e.       Estrogen.

      Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium

dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

f.       Rokok dan kopi

      Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan

massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh

merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat

memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

g.      Alkohol

      Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu  dengan

alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat

urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

            Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:

      1.      Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama

pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala

timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau

lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus 

berlangsung 3-4 tahun setelah meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak

1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.

      2.      Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang

berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas)

dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada

usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali

lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

      3.      Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang

disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal

ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan

Page 7: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

(mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian

alkohol yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.

      4.      Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak

diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi

hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari

rapuhnya tulang.

C.       Patofisiologi PPOM

Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra selular,

5 % sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas sehingga tidak menimbulkan nyeri

pada saat pergerakan sendi.

Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk

memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan

bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan

tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah

Pathway Osteoporosis ( Klik Disini )

D. Manifestasi Klinis

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1.      Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

2.      Nyeri timbul mendadak.

3.      Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

4.      Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

5.      Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.

6.      Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan

E. KOMPLIKASI

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.

Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan

lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada

Page 8: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

pergelangan. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda

vertebra mengakibatkan deformitas skelet tangan

F. PENATALAKSANAAN

1.      Penatalaksanaan Medis

A.    Pengobatan

1.      Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan

adalah Na-fluorida dan steroid anabolik

2.      Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah

kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

B.     Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

1.      Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

2.      Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

a.       Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

b.      Latihan teratur setiap hari

c.       Hindari :

1.      Makanan tinggi protein

2.      Minum alkohol

3.      Merokok

4.      Minum kopi

5.      Minum antasida yang mengandung aluminium

2.      Penatalaksanaan keperawatan

a.       Membantu klien mengatasi nyeri.

Page 9: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

b.      Membantu klien dalam mobilitas.

c.       Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.

d.      Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

a.       Pemeriksaan radiologik

Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik

yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal

ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

b.      Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa

tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density )

berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)

bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:

1.      Single-Photon Absortiometry (SPA)

Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna

menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang yang

mempunyai jaringan lunak yang tidak tebalseperti distal radius dan kalkaneus.

2.      Dual-Photon Absorptiometry (DPA)

Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang

mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan

lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang

yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.

3.      Quantitative Computer Tomography (QCT)

Page 10: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.

c.       Sonodensitometri

Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang

suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

d.      Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum

tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang

kedua untuk menilai arsitektur trabekula.

e.       Biopsi tulang dan Histomorfometri

Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.

f.       Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat

pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling

berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering

ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari

nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

g.      CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam

diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan

fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada

hampir semua klien yang mengalami fraktur.

h.      Pemeriksaan Laboratorium

1.      Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

2.      Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen

merangsang pembentukkan Ct)

3.      Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

4.      Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya

Contoh rontgen ( Klik Disini )

Page 11: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

 BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

A.    Pengkajian

1.      Assesment

a)      Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis.

Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu

diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi

lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan

kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol dan

merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah

ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia

menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita

osteoporosis juga perlu dipertanyakan.

b)      Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada

klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang

tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan

seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus.

Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas

dan takut pada pasien.

c)      Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga,

pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan

yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility,

stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan

motorik halus) menurun.

Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah :

Page 12: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

  Data subyektif :

        Klien mengeluh nyeri tulang belakang

        Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun

       Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan keterbatasan

gerak

        Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun\

        Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh

        Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya

        Klien mengatakan buang air besar susah dan keras

  Data obyektif ;

        tulang belakang bungkuk

        terdapat penurunan tinggi badan

        klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)

        terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular

        klien tampak gelisah

        klien tampak meringis

2.      Pemeriksaan fisik

a)  Sistem pernafasan

Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada fungsional paru.

     b)  Sistem kardiovaskuler

     c)   Sistem persyarafan

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan

indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi vertebral.

     d)  Sistem perkemihan

     e)   Sistem Pencernaan

Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi, abdominal

distance.

Page 13: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

     f)    Sistem musklooskletal

Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan osteoporosis seirng

menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat

badan. Adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal.

Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.

3.      Pemeriksaan diagnostic

        Radiology

        CT scan

        Pemeriksaan laboratoriu

4.      Diagnosa Yang Mungkin Muncul Pada Osteoporosis

1)      Nyeri sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae

2)   Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal

(kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.

3)  Risiko injury (cedera)  berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan

ketidakseimbangan tubuh

4)     Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan

klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan

badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan

menyebabkan kifosis angular.

5)     Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta

psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan

membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi dan

menyatakan penerimaan pada situasi diri dengan criteria hasil klien mengenali dan menyatu

dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan

mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif

6)      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan

kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang

penyakitnya, klien tampak gelisah

Page 14: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

7)      Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik

ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras

5.      Intervensi

1.      Nyeri sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae

Tujuan ; Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

Kriteria :

-       Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya

-       Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup

-       Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana

INTERVENSI RASIONAL

-          Pantau tingkat nyeri pada

punggung, terlokalisisr atau nyeri

menyebar pada abdomen atau pinggang

-          Ajarkan pada klien tentang

alternatif lain untuk mengatasi dan

mengurangi rasa nyerinya.

-          Kaji obat-obatan untuk mengatasi

nyeri

-          Rencanakan pada klien tentang

periode istirahat adequat dengan

berbaring dengan posisi terlentang

selam kurang lebih 15 menit

-          Tulang dalam peningkatan

jumlah trabekuler, pembatasan

gerak spinal.

-          Laternatif lain untuk mengatasi

nyeri pengaturan posisi, kompres

hangat dan sebagainya.

-          Keyakinan klien tidak dapat

mentolelir akanb obat yang

adequaty atau tidak adequat untuk

mengatasi nyerinya.

-          Kelelahan dan keletihan dapat

menurunkan minat untuk aktivitas

sehari-hari.

2.      Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal

(kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.

Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik.

Kriteria :

Page 15: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

-Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik

-Klien mampu melakukan ADL secara independent

INTERVENSI RASIONAL

-          Kaji tingkat kemampuan klien yang

masih ada

-          Rencanakan tentang pemberian

program latihan :

¤     bantu klien jika diperlukan latihan

¤     ajarkan klien tentang ADL yang bisa

dikerjakan,

¤     ajarkan pentingnya latihan

-          Bantu kebutuhan untuk beradaptasi

dan melakukan ADL, rencana okupasi

-          Peningkatan latihan fisik secara

adequat :

¤     Dorong latihan dan hindari tekanan

pada tulang seperti berjalan

¤     Instruksikan klien latihan selama

kurang lebi 30 menit dan selingi dengan

isitirahat dengan berbaring selam 15

menit

¤     Hindari latihan fleksi, membungkuk

dengan tiba-tiba danmengangkat beban

berat

-          Dasar untuk memberikan alternatif

dan latihan gerak yang sesuai dengan

kemampuannya.

-          Latihan akan meningkatkan

pergrakan otot dan stimulasi sirkulasi

darah.

-          ADL secara independent

-          Dengan latihan fisik :

¤     Massa otot lebih besar sehingga

memberikan perlindungan pada

osteoporosis

¤     Program latihan merangsang

pembentukan tulang

¤     Gerakan menibulkan kompresi

vertikal dan risiko fraktur vertebrae

3.      Risiko injury (cedera)  berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan

ketidakseimbangan tubuh

Tujuan : Injury (cedera) tidak terjadi

Kriteria :

-       Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi

Page 16: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

-       Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

INTERVENSI RASIONAL-          Ciptakan lingkungan  yang  bebas dari bahaya :¤     Tempatkan klien pada tetmpat tidur rendah¤     Amati lantai yang membahayakan klien¤     Berikanpenerangan yang cukup¤     Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi¤     Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan-          Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan :¤     Kaji kebutuhan untuk berjalan¤     Konsultasi dengan ahli terapis¤     Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan¤     Ajarkan klien waktu berjalan dan keluarg ruangan-          Bantu klien untuk melakukan ADL secara hati-hati-          Ajarkan pad aklien untuk berhenti secara pelan-pelan, tidak naik tangga dan mengangkat beban berat-          Ajarkan pentingnya diit untuk mencegah osteoporosis :¤     Rujuk klien pada ahli gizi¤     Ajarkan diit yang mengandung banyak kalsium¤     Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi-          Ajarkan efek dari rokok terhadap pemulihan tulang-          Observasi efek samping dari obat-obtan yang digunakan

-          Menciptkan lingkungan yang aman danmengurangi resiko terjadinya kecelakaan.

-          Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.

-          Penarikan yang terlaluk keras akanmenyebakan terjadinya fraktur.-          Pergerakan yang cepat akan lebih mudah terjadinya fraktur kompresi vertebrae pada klien dengan osteoporosis.-          Diit calsium dibutuhkan untuk mempertahnkan kalsium dalm serum, mencegah bertambahnya akehilangan tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan kehilangan kalsium dalam urine. Alkohorl akan meningkatkan asioddosis yang meningkatkan resorpsi tulang.

-          Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis

-          Obat-obatan seperti deuritik, phenotiazin dapat menyebabkan

Page 17: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

dizzines, drowsiness dan weaknes yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.

4.      Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan

klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan

badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan

menyebabkan kifosis angular

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri klien terpenuhi

dengan criteria hasil klien mampu mengungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang

kebersihan diri, mampu mendemonstrasikan kebersihan optimal dalam perawatan yang diberikan

Intrvensi Rasional

Kaji kemampuan untuk

berpartisipasi dalam setiap aktifitas

perawatan

untuk mengetahui sampai sejauh

mana klien mampu melakukan

perawatan diri secara mandiri

Beri perlengkapan adaptif jika

dibutuhkan misalnya kursi dibawah

pancuran, tempat pegangan pada

dinding kamar mandi, alas kaki atau

keset yang tidak licin, alat pencukur,

semprotan pancuran dengan tangkai

pemegang

peralatan adaptif ini berfungsi untuk

membantu klien sehingga dapat

melakukan perawatan diri secara

mandiri dan optimal sesuai

kemampuannya

Rencanakan individu untuk belajar

dan mendemonstrasikan satu bagian

aktivitas sebelum beralih ke

tingkatan lebih lanjut

bagi klien lansia, satu bagian

aktivitas bisa sangat melelahkan

sehingga perlu waktu yang cukup

untuk mendemonstrasikan satu

bagian dari perawatan diri

Page 18: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

5.      Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta

psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan

membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi

dan menyatakan penerimaan pada situasi diri dengan criteria hasil klien mengenali dan menyatu

dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan

mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif

Intervenai Rasional

Dorong klien mengekspresikan

perasaannya khususnya mengenai

bagaimana klien merasakan,

memikirkan dan memandang dirinya

ekspresi emosi membantu klien

mulai meneerima kenyataan

Hindari kritik negative kritik negative akan membuat klien

merasa semakin rendah diri

Kaji derajat dukungan yang ada

untuk klien

dukungan yang cukup dari orang

terdekat dan teman dapat membantu

proses adaptasi

6.      Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik

ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras

Page 19: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan eleminasi klien tidak terganggu dengan

criteria hasil klien mampu menyebutkan teknik eleminasi feses, klien dapat mengeluarkan feses

lunak dan berbentuk setiap hari atau 3 hari

Intervensi Rasional

Auskultasi bising usus hilangnya bising usus menandakan

adanya paralitik ileus

Observasi adanya distensi abdomen jika

bising usus tidak ada atau berkurang

Hilangnya peristaltic(karena gangguan

saraf) melumpuhkan usus, membuat

distensi ileus dan usus

Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah

feses

mengidentifikasi derajat

gangguan/disfungsi dan kemungkinan

bantuan yang diperlukan

Lakukan latihan defekasi secara teratur program ini diperlukan untuk

mengeluarkan feses secara rutin

Anjurrkan klien untuk mengkonsumsi

makanan berserat dan pemasukan cairan

yang lebih banyak termasuk jus/sari buah

meningkatkan konsistensi feses untuk

dapat melewati usus dengan mudah

7.      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan

kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang

penyakitnya, klien tampak gelisah

Tujuan : setelsh diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit

osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang

penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang

Intervensi Rasional

Kaji ulang proses penyakit dan

harapan yang akan datang

memberikan dasar pengetahuan

dimana klien dapat membuat pilihan

Page 20: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

berdasarkan informasi

Ajarkan pada klien tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi

terjadinya osteoporosis

Informasi yang diberikan akan

membuat klien lebih memahami

tentang penyakitnya

Berikan pendidikan kepada klien

mengenai efek samping penggunaan

obat

suplemen kalsium ssering

mengakibatkan nyeri lambung dan

distensi abdomen maka klien

sebaiknya mengkonsumsi kalsium

bersama makanan untuk mengurangi

terjadinya efek samping tersebut dan

memperhatikan asupan cairan yang

memadai untuk menurunkan resiko

pembentukan batu ginjal.

Page 21: Asuhan Keperawatan Osteoporosis

BAB IVPENUTUP

A.KESIMPULAN

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur

tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1.      Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan

proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles.

Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan

perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

2.   Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang

B.SARAN

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1.         Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien

serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.

2.         Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.