BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia hal ini dilator belakangi oleh meningkatnya usia harapan hidup. Keadaan ini menyebabkan peningkatan penyakit menua yang menyertainya diantaranya osteoporosis.Masalah osteoporosis di Indonesia dihubungkan dengan masalah hormonal pada menopause. Menopause lebih cepat dicapai wanita Indonesia pada usia 48 tahun dibandingkan wanita barat usia 60 tahun. Mulai berkurangnya paparan terhadap sinar matahari, kurangnya asupan kalsium, perubahan gaya hidup seperti merokok, alcohol dan berkurangnya latihan fisik,penggunaan obat steroid jangka panjang serta risiko osteoporosis tanpa gejala klinis. Osteoporosis atau dikenal sebagai tulang keropos. Pada osteoporosis massa yang membentuk tulang sudah berkurang, sehingga tulang dapat dikatakan keropos. Struktur pengisi tulang antara lain berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium, berfungsi bagaikan semen cor-an nya tulang. Ketika massa ini menjadi berkurang maka tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat menahan benturan ringan sekalipun yang mengenainya, resikonya patah tulang gampang terjadi.Di luar dari mudahnya tulang yang keropos itu mengalami fraktur, tulang yang keropos hampir tak bergejala sama sekali, silent
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia hal ini dilator
belakangi oleh meningkatnya usia harapan hidup. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
penyakit menua yang menyertainya diantaranya osteoporosis.Masalah osteoporosis di
Indonesia dihubungkan dengan masalah hormonal pada menopause. Menopause lebih cepat
dicapai wanita Indonesia pada usia 48 tahun dibandingkan wanita barat usia 60 tahun. Mulai
berkurangnya paparan terhadap sinar matahari, kurangnya asupan kalsium, perubahan gaya
hidup seperti merokok, alcohol dan berkurangnya latihan fisik,penggunaan obat steroid
jangka panjang serta risiko osteoporosis tanpa gejala klinis.
Osteoporosis atau dikenal sebagai tulang keropos. Pada osteoporosis massa yang
membentuk tulang sudah berkurang, sehingga tulang dapat dikatakan keropos. Struktur
pengisi tulang antara lain berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium,
berfungsi bagaikan semen cor-an nya tulang. Ketika massa ini menjadi berkurang maka
tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat menahan benturan ringan sekalipun yang
mengenainya, resikonya patah tulang gampang terjadi.Di luar dari mudahnya tulang yang
keropos itu mengalami fraktur, tulang yang keropos hampir tak bergejala sama sekali, silent
disease. Jadi Keduanya memang dekat dengan wanita usia post menopause dikarenakan
proses metabolisme di tulang memang membutuhkan pengaruh dari hormone estrogen yang
lazimnya menurun saat wanita post menopause.
Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai
pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4%
tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko
osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah,
sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan
lebih/obesitas dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ).
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko
terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria
juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414
persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000
diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar
penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di
Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita
sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%,
pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan
terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di
Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia
memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien
osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis
terbesar ke 2 setelah Negara Cina.
Meilani (2007) dan Ashar (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
pengetahuan dan upaya lansia terhadap osteoporosis menyatakan bahwa terdapat hubungan
substansial antara pengetahuan dan upaya pencegahan dini osteoporosis. Lansia yang kurang
pengetahuannya mengenai osteoporosis dan upaya yang kurang tepat mempunyai resiko
lebih tinggi untuk meningkatnya derajat osteoporosis, dengan meningkatkan pengetahuan
lansia tentang osteoporosis dapat mencegah meningkatnya osteoporosis (Ashar, 2008).
Osteoporosis sebenarnya dapat dicegah sejak dini atau paling sedikit ditunda
kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsure kaya serat,
rendah lemak dan kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari), berolahraga secara teratur,
tidak merokok,dan tidak mengkonsumsi alkohol karena rokok dan alcohol meningkatkan
risiko osteoporosis dua kali lipat, namun kurangnya pengetahuan masyarakat yang
memadaitentang osteoporosis dan pencegahannya sejak dini cenderung meningkat angka
kejadian osteoporosis (Depkes, 2004).
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa definisi Osteoporosis?
1.2.2 Apa klasifikasi Osteoporosis?
1.2.3 Apa etiologi Osteoporosis?
1.2.4 Apa manifestasi klinis Osteoporosis?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi Osteoporosis?
1.2.6 Bagaimana pathway Osteoporosis?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan Osteoporosis?
1.2.8 Apa saja pemeriksaan diagnostic Osteoporosis?
1.2.9 Bagaimana pencegahanOsteoporosis?
1.2.10 Apa komplikasi Osteoporosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Muskuluskeletal II serta mempresentasikannya, pada program S1-
Keperawatan di STIKES Muhammadiyah Lamongan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi osteoporosis.
2. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi osteoporosis.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi osteoporosis.
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis osteoporosis.
5. Untuk mengatahui dan memahami patofisiologi osteoporosis.
6. Untuk mengetahui dan memahami pathway osteoporosis.
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan osteoporosis.
8. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis
9. Untuk mengetahui dan memahami pencegahanosteoporosis.
10.Untuk mengetahui dan memahami komplikasi osteoporosis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan
kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh
meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari
dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun
2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai
penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang
mudah patah (Sudoyo, 2009).
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,
dan porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Osteoporosis (pengeroposan tulang) merupakan gangguan metabolik tulang dengan
meningkatkan kecepatan resorpsi tulang tetapi kecepatan pembentukannya berjalan lambat
sehingga terjadi kehilangan massa tulang. Tulang yang terkena gangguan ini akan
kehilangan garam-garan kalsium serta fosfat dan menjadi porous, rapuh serta secara
abnormal rentan terhadap fraktur (Kowalak, 2011).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah
penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan
mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan
meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana
terjadi penurunan massa tulang total (Lukman dan Nurna Ningsih, 2012).
2.2 KlasifikasiOsteoporosis
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan
peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur
vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena
dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun. Osteoporosis
primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan,
sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat
hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan
pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang.
Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk
kelainan endokrin, efek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder,
terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik
akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal