Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia hal ini dilator belakangi oleh meningkatnya usia harapan hidup. Keadaan ini menyebabkan peningkatan penyakit menua yang menyertainya diantaranya osteoporosis.Masalah osteoporosis di Indonesia dihubungkan dengan masalah hormonal pada menopause. Menopause lebih cepat dicapai wanita Indonesia pada usia 48 tahun dibandingkan wanita barat usia 60 tahun. Mulai berkurangnya paparan terhadap sinar matahari, kurangnya asupan kalsium, perubahan gaya hidup seperti merokok, alcohol dan berkurangnya latihan fisik,penggunaan obat steroid jangka panjang serta risiko osteoporosis tanpa gejala klinis. Osteoporosis atau dikenal sebagai tulang keropos. Pada osteoporosis massa yang membentuk tulang sudah berkurang, sehingga tulang dapat dikatakan keropos. Struktur pengisi tulang antara lain berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium, berfungsi bagaikan semen cor-an nya tulang. Ketika massa ini menjadi berkurang maka tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat menahan benturan ringan sekalipun yang mengenainya, resikonya patah tulang gampang terjadi.Di luar dari mudahnya tulang yang keropos itu mengalami fraktur, tulang yang keropos hampir tak bergejala sama sekali, silent
40

Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Dec 21, 2015

Download

Documents

Yayuk I. L.

Irama Sirkardian
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia hal ini dilator

belakangi oleh meningkatnya usia harapan hidup. Keadaan ini menyebabkan peningkatan

penyakit menua yang menyertainya diantaranya osteoporosis.Masalah osteoporosis di

Indonesia dihubungkan dengan masalah hormonal pada menopause. Menopause lebih cepat

dicapai wanita Indonesia pada usia 48 tahun dibandingkan wanita barat usia 60 tahun. Mulai

berkurangnya paparan terhadap sinar matahari, kurangnya asupan kalsium, perubahan gaya

hidup seperti merokok, alcohol dan berkurangnya latihan fisik,penggunaan obat steroid

jangka panjang serta risiko osteoporosis tanpa gejala klinis.

Osteoporosis atau dikenal sebagai tulang keropos. Pada osteoporosis massa yang

membentuk tulang sudah berkurang, sehingga tulang dapat dikatakan keropos. Struktur

pengisi tulang antara lain berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium,

berfungsi bagaikan semen cor-an nya tulang. Ketika massa ini menjadi berkurang maka

tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat menahan benturan ringan sekalipun yang

mengenainya, resikonya patah tulang gampang terjadi.Di luar dari mudahnya tulang yang

keropos itu mengalami fraktur, tulang yang keropos hampir tak bergejala sama sekali, silent

disease. Jadi Keduanya memang dekat dengan wanita usia post menopause dikarenakan

proses metabolisme di tulang memang membutuhkan pengaruh dari hormone estrogen yang

lazimnya menurun saat wanita post menopause.

Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai

pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4%

tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko

osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah,

sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan

lebih/obesitas dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ).

Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko

terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria

juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga

Page 2: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414

persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000

diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar

penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di

Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita

sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%,

pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan

terjadi di Asia pada 2050.  Mereka. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di

Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia

memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien

osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis

terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

Meilani (2007) dan Ashar (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh

pengetahuan dan upaya lansia terhadap osteoporosis menyatakan bahwa terdapat hubungan

substansial antara pengetahuan dan upaya pencegahan dini osteoporosis. Lansia yang kurang

pengetahuannya mengenai osteoporosis dan upaya yang kurang tepat mempunyai resiko

lebih tinggi untuk meningkatnya derajat osteoporosis, dengan meningkatkan pengetahuan

lansia tentang osteoporosis dapat mencegah meningkatnya osteoporosis (Ashar, 2008).

Osteoporosis sebenarnya dapat dicegah sejak dini atau paling sedikit ditunda

kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi

makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsure kaya serat,

rendah lemak dan kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari), berolahraga secara teratur,

tidak merokok,dan tidak mengkonsumsi alkohol karena rokok dan alcohol meningkatkan

risiko osteoporosis dua kali lipat, namun kurangnya pengetahuan masyarakat yang

memadaitentang osteoporosis dan pencegahannya sejak dini cenderung meningkat angka

kejadian osteoporosis (Depkes, 2004).

Page 3: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa definisi Osteoporosis?

1.2.2 Apa klasifikasi Osteoporosis?

1.2.3 Apa etiologi Osteoporosis?

1.2.4 Apa manifestasi klinis Osteoporosis?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi Osteoporosis?

1.2.6 Bagaimana pathway Osteoporosis?

1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan Osteoporosis?

1.2.8 Apa saja pemeriksaan diagnostic Osteoporosis?

1.2.9 Bagaimana pencegahanOsteoporosis?

1.2.10 Apa komplikasi Osteoporosis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah Sistem Muskuluskeletal II serta mempresentasikannya, pada program S1-

Keperawatan di STIKES Muhammadiyah Lamongan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi osteoporosis.

2. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi osteoporosis.

3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi osteoporosis.

4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis osteoporosis.

5. Untuk mengatahui dan memahami patofisiologi osteoporosis.

6. Untuk mengetahui dan memahami pathway osteoporosis.

7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan osteoporosis.

8. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis

9. Untuk mengetahui dan memahami pencegahanosteoporosis.

10.Untuk mengetahui dan memahami komplikasi osteoporosis.

Page 4: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan

kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh

meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari

dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan

mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun

2001,  National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai

penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang

mudah patah (Sudoyo, 2009).

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,

dan porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang

keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau

berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang

yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Osteoporosis (pengeroposan tulang) merupakan gangguan metabolik tulang dengan

meningkatkan kecepatan resorpsi tulang tetapi kecepatan pembentukannya berjalan lambat

sehingga terjadi kehilangan massa tulang. Tulang yang terkena gangguan ini akan

kehilangan garam-garan kalsium serta fosfat dan menjadi porous, rapuh serta secara

abnormal rentan terhadap fraktur (Kowalak, 2011).

Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah

penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan

mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan

meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana

terjadi penurunan massa tulang total (Lukman dan Nurna Ningsih, 2012).

Page 5: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

2.2 KlasifikasiOsteoporosis

1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan

peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur

vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena

dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun. Osteoporosis

primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan,

sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat

hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama

karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan

pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.

2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang.

Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk

kelainan endokrin, efek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder,

terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik

akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal

kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme,

varian status hipogonade, dan lain-lain.

2.3 Etiologi

Menurut Farida Mulyaningsih (2008), osteoporosis diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Osteoporosis Postmenopausal

Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu

mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul

pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat

ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita

osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita

penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis Senilis

Page 6: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan

ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang

baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini

biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

3. Osteoporosis Sekunder

Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis

lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal

kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan

(misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan

osteoporosis.

4. Osteoporosis Juvenil Idiopatik

Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya belum diketahui. Hal ini terjadi pada

anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar

vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

(Mulyaningsih, 2008).

Faktor Resiko Terjadinya Osteoporosis :

1. Wanita

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon

estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu,

wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.

2. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85

tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami

kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan

fungsi hormon paratiroid meningkat.

3. Ras/Suku

Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki

risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah.

Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk

Page 7: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan

meskipun rendah.

4. Keturunan Penderita Osteoporosis

Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah.

Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti

kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti

punya struktur genetik tulang yang sama.

5. Gaya Hidup Kurang Baik

a. Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya mengandung

fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan

kalsium dari dalam darah.

b. Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol

juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh

Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis

Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman

berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum

kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses

pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang

menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).

c. Malas Olahraga Mereka yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses

osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa

tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan

memacu tulang untuk membentuk massa.

d. Merokok

Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat

rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat

penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan

aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel

tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Disamping itu, rokok juga

membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan

tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka

Page 8: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan

osteoporosis baik secara langsung tidak langsung. Saat masih berusia muda, efek

nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang

masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan

mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.

e. Kurang Kalsium

Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang

akanmengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.

6. Mengkonsumsi Obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit

asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering

dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid

menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan anti kejang juga

menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi

obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.

Tulang adalah jaringan dinamis yang diatur oleh faktor endokrin, nutrisi, dan

aktivitas fisik. Biasanya penanganan gangguan tulang terutama osteoporosis hanya

fokus pada masalah hormon dan kalsium, jarang dikaitkan dengan olahraga. Padahal,

Wolff sejak 1892 menyarankan bahwa olahraga sangatlah penting.

Osteoporosis (kekeroposan tulang) adalah proses degenerasi pada tulang. Mereka

yang sudah terkena perlu berolahraga atau beraktivitas fisik sebagai bagian dari

pengobatan. Olahraga teratur dan cukup takarannya tidak hanya membentuk otot,

melainkan juga memelihara dan meningkatkan kekuatan tulang. Dengan demikian,

latihan olahraga dapat mengurangi risiko jatuh yang dapat memicu fraktur (patah

tulang) (Mulyaningsih, 2008).

2.4 Manifestasi Klinis

1. Patah tulang.

2. Punggung yang semakin membungkuk.

3. Penurunan tinggi badan.

4. Postur tubuh kelihatan memendek akibat dari Deformitas vertebra thorakalis.

Page 9: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

5. Nyeri punggung.

6. Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau

tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.

7. Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur.

8. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas.

9. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis

angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.

10. Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya dating

dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran

klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung

terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada

pergelangan tangan setelah jatuh

2.5 Patofisiologi

Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic dan

faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh,

tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi

vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.

Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari

darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya massa

tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya

menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga

terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi suatu

proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu proses resorbsi

dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan dalam keseimbangan ini,

misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka

akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang kita jumpai pada

osteoporosis.

Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis, pertumbuhan

tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride konsolidasi. Pada periode ini

Page 10: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau penurunan porositas tulang pada bagian

korteks. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-

45 tahun untuk tulang bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini

pada tulang bagian trabekula.

Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria akan

mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap tahun, sedangkan

tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia lebih muda. Pada wanita,

proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada

wanita sesudah menopause, proses ini akan berlangsung lebih cepat. Pada pria seusia wanita

menopause massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita

penurunan massa tulang berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai

bagian tubuh ternyata tidak sama.

Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan massa tulang

tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut: metacarpal, kolum

femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang lain, misalnya : tulang paha

bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses tersebut secara lambat.

Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti pola

yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta pelebaran lumen,

sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis proses ini akan tercapai

apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang

bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya

fraktur. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah

vertebra, paha bagian prosimal dan radius bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh

karena berbagai sebab, akan tetapi yang paling sering dan paling banyak dijumpai adalah

osteoporosis oleh karena bertambahnya usia.

Page 11: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

2.6 Pathway

Fraktur Vertebrae

OSTEOPOROSIS

Penurunan Massa Tulang Total

Penyerapan Tulang Lebih Banyak dari pada Pembentukan Tulang Baru

Ekskresi Kalsium Bersama Urin

Daya Serap Sel Terhadap Kalsium Melemah

Masukan Kalsium Rendah

Faktor Genetik :Usia, Jenis Kelamin, Ras Keluarga, Bentuk Tubuh

Faktor Mekanis :Gaya Hidup, Merokok, Alkohol,

Defisiensi vitamin dan gizi, Obat-obatan

MK : Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri)

Reabsorbsi Tulang

Primer

Post Menopous Sinile Osteoporosis

Sekunder

MK :Kurang Pengetahuan

Kekurangan KalsiumOsteoblas Teraganggu

Pemberian Obat-obatan

Reabsorbsi Tulang

Tulang Mudah Rapuh dan Patah

MK : Resiko Cidera

MK :Mobilisasi

Page 12: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara medis

Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan

tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolik.

Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang

adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

Terapi Hormon :

- Hormon Estrogen

Estrogen merupakan hormon yang bertanggung jawab terhadap proses pembentukan

tulang karena sifatnya yang merangsang pembentukan tulang atau osteoblastik.

Sehingga, wanita yang mengalami masa menopause akan mengalami penurunan

kadar estrogen dan menurun pula daya perlindungan terhadap tulangnya dan berisiko

terhadap osteoporosis. Penelitian menemukan bahwa dengan terapi hormon estrogen

atau yang dikenal dengan SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator) dapat

meningkatlkan kadar kalsium dalam tulang. Terapi hormon estrogen diperlukan oleh

wanita agar terhindar dari osteoporosis, sehingga Anda dapat menikmati masa tua

yang sehat dan bahagia. Anda juga dapat meningkatkan kadar hormon estrogen

dalam tubuh secara alami yaitu dengan mengonsumsi sayuran seperti kedelai,

brokoli, kemangi dan buah alpukat.

- HormonTestosteron

Fungsi biologis hormon testosteron pada pria juga sama dengan fungsi hormon

estrogen terhadap tulang. Tetapi penurunan estrogen lebih drastis dibandingkan

dengan penurunan testosteron pada pria. Proses penurunan testosteron alami pada

pria berjalan dengan lambat, yaitu dimulai usia 35 tahun dengan penurunan sebanyak

1 persen setiap tahunnya. Sehingga pria usia 70 tahun pun masih mempunyai kadar

testosteron hingga 25-30 persen yang membuat risiko osteoporosis pada pria lebih

sedikit dibanding wanita.Pada kondisi tertentu, pria dapat mengalami penurunan

testosteron yang lebih cepat misalnya pada kondisi hipogonadisme primer maupun

sekunder. Pencegahan dapat dilakukan dengan terapi hormon testosteron pada pria

yang diketahui mempunyai faktor resiko terhadap osteoporosis karena kondisi

hipogonadismenya.

Page 13: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

- DHEA (dehidroepiandrosterone)

DHEA adalah jenis hormon androgen yang diproduksi terutama oleh kelenjar korteks

adrenal baik pada pria maupun wanita. Penurunan DHEA dapat memicu masalah

kesehatan seperti penyakit jantung, kolesterol tinggi, depressi, inflammasi, gangguan

sistem imun, schizophrenia, Alzheimer, diabetes, HIV, dan osteoporosis.Seperti pada

testosteron dan estrogen, penurunan DHEA juga terjadi setelah melewati usia 35

tahun. Penurunan DHEA pada wanita lebih besar dibanding penurunan DHEA pada

pria di usia yang sama.Kadar hormon DHEA pada penderita osteoporosis lebih

rendah dibanding pada orang non osteoporosis. Terapi pemberian DHEA terbukti

dapat mengatasi osteoporosis melalui proses perubahan menjadi estrogen maupun

testosteron yang akan meningkatkan densitas tulang. Selain itu, terapi hormon DHEA

juga dapat mencegah terjadinya proses inflamasi yang dapat mengakibatkan resorpsi

tulang.

- Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

Horrmon pertumbuhan diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior. Hormon

pertumbuhan terlibat dalam pengaturan metabolisme tubuh, mempengaruhi

seksualitas dan juga osteoporosis. Ketika dewasa, jumlah hormon pertumbuhan akan

mengalami penurunan yang dikenal dengan defisiensi GH (Growth Hormone).

Penderita defisiensi GH akan mengalami penurunan proses mineralisasi tulang dan

membuat tulang mudah patah. Terapi pemberian GH pada kasus defisiensi GH

terbukti dapat mencegah terjadinya osteoporosis. GH dapat ditingkatkan secara alami

dengan tidur yang baik dan berkualitas.

Penatalaksanaan secara keperawatan :

1.    Membantu klien mengatasi nyeri.

2.    Membantu klien dalam mobilitas.

3.    Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.

4.    Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologik

Page 14: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran

radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler

yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan

gambaran picture-frame vertebra.

b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas

massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone

Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai

menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal

apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:

1. Single-Photon Absortiometry (SPA)

Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna

menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian

tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak tebalseperti distal radius dan

kalkaneus.

2. Dual-Photon Absorptiometry (DPA)

Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber

energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi

tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi

bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai struktur geometri komplek seperti

pada daerah leher femur dan vetrebrata.

3. Quantitative Computer Tomography (QCT)

Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara

volimetrik.

4. Sonodensitometri

Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan

gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Page 15: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2

sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang

trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.

6. Biopsi tulang dan Histomorfometri

Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme

tulang.

7. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang

dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya

merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula

transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra

menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang

intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

8. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai

penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3

baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral

vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

9. Pemeriksaan Laboratorium

Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi

ekstrogen merangsang pembentukkan Ct).

Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

2.9 Pencegahan

Pencegahan osteoporosis meliputi :

1. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium

yang cukup.

2. Melakukan olahraga dengan beban.

3. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

Page 16: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

1.   Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal

2.   Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

a.    Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

b.    Latihan teratur setiap hari

c.    Hindari :

Makanan tinggi protein.

Minum alkohol.

Merokok.

Minum kopi.

Minum antasida yang mengandung aluminium

2.10Komplikasi

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan

mudah patah.Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi

vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan

fraktur colles pada pergelangan tangan .Penurunan fungsi, dan Nyeri dengan atau tanpa

fraktur yang nyata.

BAB III

Page 17: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien

Nama, alamat, jenis kelamin : biasanya lebih sering terjadi pada perempuan yang

sudah menopouse, Umur : biasanya sekitar 50-60 tahun , pendidikan, pekerjaan, dll.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama :

Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang

Riwayat Penyakit sekarang :

Nyeri yang timbul secara mendadak, sakitnya hebat dan terlokalisasi pada daerah

vertebrae yang terserang, mobilitas berkurang, badan membungkuk.

Riwayat penyakit dahulu

Biasanya penyakit osteoporosis ini terjadi pada klien yang mengalami kekurangan

kalsium, klien yang kurang mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium dan kurang

vitamin D, pemberian obat kortikosteroid jangka panjang serta kebiasaan merokok

dan alkohol.

Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit sama seperti yang

dialami klien.

Riwayat psikososial

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut

melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-

masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang

menyertainya.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

Pemeriksaan ROS

B1 (Breathing) :

Page 18: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.

Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.

Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.

B2 (Blood) :

Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing.

Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau

edema yang berkaitan dengan efekobat.

B3 (Brain) :

Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat

mengeluh pusing dan gelisah. Nyeri punggung yang disertai pembatasan

pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur

atau lebih, fraktur kompresi vertebra

B4 (Bladder) :

Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem

perkemihan.

B5 (Bowel) :

Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji

frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses

B6 (Bone) :

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering

menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan

dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length

inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara

vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

Pola kebiasaan sehari-hari

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit

- Kebiasaan minum alkohol, kafein

- Riwayat keluarga dengan osteoporosis

- Riwayat anoreksia nervosa, bulimia

Page 19: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

- Penggunaan steroid

Pola nutrisi metabolik

- Inadekuat intake kalsium

Pola aktivitas dan latihan

- Fraktur

- Badan bungkuk

- Jarang berolah raga

Pola tidur dan istirahat

- Tidur terganggu karena nyeri

Pola persepsi kognitif

- Nyeri punggung

Pola reproduksi seksualitas

- Menopause

Pola mekanisme koping terhadap stres

- Stres, cemas karena penyakitnya

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra, deformitas tulang.

2. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan program terapi

3.3 Rencana Keperawatan

No. DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

diharapkan nyeri berkurang

kulit dengan KH:

Klien akanmengekspresikan

nyerinya.

1. Kaji lokasi nyeri, tingkat

nyeri, durasi, frekuensi

dan intensitas nyeri.

2. Anjurkan klien istirahat

ditempat tidur dan

anjurkan klien untuk

1. Menentukan

intervensi

keperawatan yang

tepat untuk klien.

2. Peredaaan nyeri

punggung dapat

Page 20: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Klien dapat tenang dan

istirahat yang cukup,

Klien dapat mandiri dalam

perawatan dan

penanganannya secara

sederhana.

mengambil posisi

terlentang atau miring

yang nyaman bagi

kalien.

3. Beri kasur  padat dan

tidak lentur.

4. Ajarkan klien tehknik

relaksasi dengan

melakukan fleksi lutut.

5. Berikan kompres

hangat  intermiten dan

pijatan punggung.

6. Ajarkan dan anjurkan

klien untuk

menggerakkan batang

tubuh sebagai satu unit

dan hindari gerakan

memuntir.

dilakukan dengan

istirahat di tempat

tidur dengan posisi

telentang atau

miring ke samping

selama beberapa

hari.

3. Memberikan rasa

nyaman bagi klien.

4. Fleksi lutut dapat

meningkatkan rasa

nyaman dengan

merelaksasi otot.

5. Kompres hangan

dan pijat pada

punggung

memperbaiki

relaksasi otot.

6. Gerakan  tubuh

memuntir dapat

meningkatkan risiko

cedera.

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

diharapkantidak terjadi resiko

cidera, dengan KH:

Klien tidak jatuh dan

fraktur tidak terjadi,

Klien dapat menghindari

aktivitas

yangmengakibatkan fraktur.

1. Ciptakan lingkungan

yang aman dan bebas

bahaya bagi klien.

2. Beri support untuk

kebutuhan ambulansi;

mengunakan alat bantu

jalan atau tongkat.

3. Bantu klien penuhi ADL

(activities daily living)

1. lingkungan yang

bebas bahaya

mengurangi risiko

untuk jatuh dan

mengakibatkan

fraktur.

2. Memberi support

ketika berjalan

mencegah tidak

Page 21: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

dan cegah klien dari

pukulan yang tidak

sengaja atau kebetulan.

4. Ajarkan klien tentang

pentingnya diet (tinggi

kalsium, vitamin D)

dalam mencegah

osteoporosis lebih

lanjut.

5. Anjurkan klien untuk

menguragi kafein dan

alkohol.

jatuh pada lansia.

3. Benturan yang

keras

menyebabkan

fraktur tulang,

karena tulang

sudah rapuh,

porus dan

kehilangan

kalsium.

4. Diet kalsium

memelihara

tingkat kalsium

dalam serum,

mencegah

kehilangan

kalsium ekstra

dalam tulang.

5. Kafein berlebihan

meningkatkan

pengeluaran

kalsium berlebihan

dalam urine;

alkohol

berlebihan

meningkatkan

asidosis,

meningkatkan

reabsorpsi tulang.

3 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

1. Kaji ulang proses

penyakit dan harapan

1. Memberikan dasar

pengetahuan

Page 22: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

diharapkanklien memahami

tentang penyakit osteoporosis

dan programterapi.

dengan KH:

Klien mampu menjelaskan

tentang penyakitnya,

mampumenyebutkan

program terapi yang

diberikan,

Klien tampak tenang.

yang akan datang.

2. Timbang Berat badan

secara teratur dan

modifikasi gaya hidup

seperti Pengurangan

kafein, rokok dan

alkohol.

3. Ajarkan pada klien

tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi

terjadinya osteoporosis

4. Anjurkan pada lansia

untuk tetap

membutuhkan kalsium,

vitamin D, sinar

matahari.

5. Berikan pendidikan

kepada klien mengenai

efek samping

penggunaan obat

dimana klien dapat

membuat pilihan

berdasarkan

informasi.

2. Hal ini dapat

membantu

mempertahankan

massa tulang.

3. Informasi yang

diberikan akan

membuat klien

lebih memahami

tentang

penyakitnya.

4. Kebutuhan

kalsium, vitamin

D, terpapar sinar

matahari pagi yang

memadai

dapat  meminimal

kan efek

oesteoporosis.

5. Suplemen kalsium

sering

mengakibatkan

nyeri lambung dan

distensi abdomen

maka klien

sebaiknya

mengkonsumsi

kalsium bersama

Page 23: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

makanan untuk

mengurangi

terjadinya efek

samping tersebut.

Page 24: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan

metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan

perhatian khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990,

ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50%

dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai

akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 ).

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti

berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu

penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai

gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat

menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

1.      Determinan Massa Tulang

2.      Determinan penurunan Massa Tulang

Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic dan

faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh,

tidak pernah melahirkan. Faktor lingkungan meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi

vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.

Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari

darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa

tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya

menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga

terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

Manifestasi osteoporosis :

1.      Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata

2.      Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak

3.      Nyeri timbul mendadak

Page 25: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

Pemeriksaan Diagnostik

1.      Radiologis

2.      CT-Scan

Penatalaksanaannya dengan Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan

seimbang sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur

pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin

D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli

kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium

yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium(kalsium karbonat).

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah

patah.Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur.Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra

torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur

colles pada pergelangan tangan.

4.2 Saran

Bagi orang yang mengalami osteoporosis sebaiknya melakukan diet kaya kalsium dan

vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan

kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi

skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang

tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari.

Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium

(kalsium karbonat), sering berolahraga dan pola hidup sehat.

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang

kelompok buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Page 26: Asuhan Keperawatan Osteoartritis

DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, I, 2007.Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua : Penerbit PT

Bhuana Ilmu Populer.

Kowalak, Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

Lukman & Nurna Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Muskolokeletal.Jakarta : Salemba Medika.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5.Jakarta : InternalPublishing.

Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal,

Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama