i ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN.T DI RUANG INAYAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Disusun Oleh : LINA CANDRA DEWI A01201662 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERRAWATAN 2016
64
Embed
ASUHAN KEPERAWATAN OKSIGENASI PADA TN.T DI …elib.stikesmuhgombong.ac.id/162/1/LINA CANDRA DEWI NIM. A01201662.pdf · Pembahasan: Dari hasil pengkajian klien mengeluh sesak nafas,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA TN.T DI RUANG INAYAH RS PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif
Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Disusun Oleh :
LINA CANDRA DEWI
A01201662
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERRAWATAN
2016
iv
DIPLOMA III OF NURSING PROGRAMMUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONGNursing Care Report, April 2016
Lina Candra Dewi1, Bambang Utoyo2
ABSTRACT
NURSING CARE OF FULFILLING OXYGENATION NEED TO Mr. T ATINAYAH WARD, PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF GOMBONG
Background: chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a diseasemanifested by air current obstruction in airway of breath that is not completelyreversible. The patient with this case has repeated inflammation of respiratorytract, hypersensitivity resulting in airway obstruction, and acummulation ofsecrets. Therefore it is known that the patient has ineffective airway clearance.Objective: to provide an overview of nursing care of fulfilling oxygenation needto Mr. T at Inayah Ward, PKU Muhammadiyah Hospital of Gombong.Discussion: The nursing assessment showed that the patient complain ofshortness of breath, difficult to speak, and respiration rate (RR) 26 tpm. The mainnursing diagnosis based on data was ineffective airway clearance. Theinterventions and implementation given to solve this problem were auscultation ofbreath sounds, assessing dyspnea sign, giving semi-fowler position, givingbronchodilators, providing oxygen therapy, and checking vital signs every 8hours.Results: Evaluation done for three days showed that the patient said his shortnessof breath still exist, RR 22 tpm, patient can do an effective cough tehcnique, theproblem has been soved partly. Therefore it was needed to give the patientnebulizer with additional magnesium sulfate to improve pulmonal tissue andminimal side effect.
Keywords: nursing care, fulfilling oxygenation need, ineffective airway clearance
1. Student of Diploma III of Nursing Program Muhammadiyah HealthScience Institute of Gombong.
2. Lecturer of Diploma III of Nursing Program Muhammadiyah HealthScience Institute of Gombong.
iv
PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAHGOMBONGKTI, April 2016
Lina Candra Dewi1, Bambang Utoyo2
ABSTRAK
ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN.TDI RUANG INAYAH RSU PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
Latar Belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yangditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnyareversibel. Pada penderita PPOK ditandai dengan inflamasi jalan nafas yangberulang dan peningkatan hipersensitifitas yang menyababkan obstruksi jalannafas dan akumulasi sekret. Sehingga muncul masalah ketidakefektifan bersihanjalan nafas.Tujuan: Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pemenuhankebutuhan oksigenasi pada Tn.T di ruang Inayah PKU MuhammadiyahGombong.Pembahasan: Dari hasil pengkajian klien mengeluh sesak nafas, kesulitanberbicara dan RR: 26x/menit. Diagnosa utama berdasarkan data tersebut adalahketidakefektifan bersihan jalan nafas. Intervensi dan implementasi yang diberikanuntuk mengatasi masalah meliputi: auskultasi suara nafas, kaji tanda dispneu,memposisikan pasien semi-fowler, memberikan nebulezer, memberikan oksigendan mengkaji tanda-tanda vital per 8 jam.Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari klien mengatakanmasih sesak nafas, RR:22x/menit, klien mampu melakukan batuk efektif, masalahteratasi sebagian sehingga perlu dilakukan tindakan nebulezer denganpenambahan magnesium sulfat karena terdapat perbaikan pada paru dan efeksamping yang minimal.
Kata kunci: asuhan keperawatan, pemenuhan kebutuhan oksigenasi,ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
B. Analisa data ................................................................................................ 16
C. Intervensi, implementasi, dan Evaluasi ...................................................... 17
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 24
A. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukusdalam jumlah berlebih ..................................................................................... 24
4. Faktor yang berhubungan ....................................................................... 26
B. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan ketidakmampuan menelan makanan.................................................... 26
4. Faktor yang berhubungan ....................................................................... 29
D. Implementasi .............................................................................................. 30
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukusdalam jumlah berlebih ................................................................................. 30
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ......................... 32
3. Defisit perawatan diri total berhubungan dengan kelemahan ................. 34
E. Analisa tindakan ......................................................................................... 35
ix
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 39
A. Kesimpulan ................................................................................................ 39
B. Saran ........................................................................................................... 42
1. Bagi pasien dan keluarga ........................................................................ 42
2. Bagi rumah sakit ..................................................................................... 42
3. Bagi institusi ........................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai
dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya (Kemenkes,
2008). Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok
penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin
tingginya pajanan faktor risiko, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada
kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar
ruangan dan di tempat kerja (Kemenkes, 2008).
Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sering mengalami
peningkatan tahanan aliran udara, air trapping, dan hiperinflasi paru. Hiperinflasi
paru menyebabkan kerugian pada otot inspiratori secara mekanik, sehingga terjadi
peningkatan ketidakseimbangan antara mekanisme pernapasan, kekuatan dan
kemampuan usaha bernafas untuk memenuhi volume tidal (Smeltzer & Bare, 2005
dalam penelitian Aini, et al, 2008). Kondisi di atas dapat menyebabkan penurunan
fungsi ventilasi paru, dimana fungsi ventilasi paru adalah kemampuan dada dan paru
untuk menggerakkan udara masuk dan keluar alveoli. Fungsi ventilasi paru ini
dipengaruhi oleh latihan dan penyakit (faktor eksternal) serta usia, jenis kelamin, dan
tinggi badan (faktor internal).
Permasalahan PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), di Indonesia saat ini dan
mendatang diperkirakan akan berdampak besar, terutama pada mortalitas dan dampak
sosial ekonomi, karena berhubungan dengan masih tingginya perokok dan perkiraan
umur rata-rata yang meningkat (Hudoyo, 2015). Di Indonesia angka penderita PPOK
sangat tinggi. Bahkan di Indonesia penyakit PPOK menempati urutan ke-5 sebagai
2
penyakit yang mematikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun
2010 penyakit ini menempati urutan keempat sebagai penyebab kematian.
Diperkirakan pada dekade mendatang akan menempati urutan ketiga. Kondisi ini
sangat memprihatinkan, apalagi PPOK erat sekali hubungannya dengan mereka yang
memiliki kebiasaan merokok, selama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat,
padahal hampir 80% perokok dipastikan akan mengalami PPOK (Suradi, 2007 dalam
jurnal penelitian Nugraha, 2015).
Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut yaitu kebiasaan
merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %), pertambahan
penduduk, meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an
menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an, industrialisasi, dan polusi udara terutama di
kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan. Di negara dengan prevalensi TB
paru yang tinggi, terdapat sejumlah besar penderita yang sembuh setelah pengobatan
TB. Pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala sesak terutama pada aktiviti,
radiologik menunjukkan gambaran bekas TB (fibrotik, klasifikasi) yang minimal, dan
uji faal paru menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang tidak reversibel.
Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori penyakit Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis (SOPT) (Hudoyo, 2015).
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2010
diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan keempat sebagai penyebab
kematian. Prevalensi terjadinya kematian akibat rokok pada penyakit paru obstruksi
kronis pada tahun 2010 sebanyak 80-90 % (Kasanah, 2011). Data yang diperoleh di
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen pada bulan
Januari sampai Mei 2015 didapatkan data sebanyak 30 % pasien menderita penyakit
paru obstruksi kronis (RSUD Dr.Soedirman Kebumen, 2015). Puskesmas yang
melaporkan adanya kasus PPOK melalui format laporan bulanan tahun 2011. Data
Kasus PPOK Terbanyak Kabupaten Kebumen Bersumber Data Puskesmas Tahun
2011 yaitu Puskesmas Gombong I 124; Pejagoan 100; Buluspesantren 40; Ambal I
Laporan Program PTM Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2011.
Pada penderita PPOK dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas sangat di butuhkannya oksigen, karena oksigen adalah salah satu
kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Kekurangan oksigen kurang dari lima menit
akan menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Selain itu oksigen digunakan oleh sel
tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan
digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang
merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Oksigenasi
adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran
masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh.
Berdasarkan diagnosa keperawatan tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus ini dalam suatu asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn.T Di Ruang Inayah RS
PKU Muhammadiyah Gombong”. Alasan penulis tertarik untuk mengambil kasus ini
adalah karena penyakit ini memerlukan pengobatan dan perawatan yang optimal
sehingga perawat memerlukan ketelatenan untuk dapat memelihara, mengembalikan
fungsi paru dan kondisi pasien sebaik mungkin. Penyakit ini akan terus mengalami
perkembangan yang progresif dan belum ada penyembuhan secara total. Maka dari
itu, perawat terfokus untuk melakukan perawatan yang meliputi terapi obat,
perubahan gaya hidup, terapi pernafasan dan juga dukungan emosional bagi penderita
penyakit paru obstruksi kronis.
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Penulisan
Untuk memberikan gambaran aplikasi asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada Tn.T di Ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah
Gombong.
2. Tujuan Khusus Penulisan
a. Mampu memberikan gambaran pengkajian pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen.
b. Mampu memberikan gambaran diagnosa pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen.
c. Mampu memberikan gambaran rencana pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen.
d. Mampu memberikan gambaran implementasi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen.
e. Mampu memberikan gambaran evaluasi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan
oksigenasi serta cara mengatur pola hidup sehat di rumah.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Sebagai tambahan referensi tentang penerapan pasien dengan PPOK dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi menggunakan implementasi
nebulezer, agar dapat menjadi perbaikan di masa yang akan datang.
5
3. Manfaat bagi STIKES Muhammadiyah Gombong
Sebagai tambahan referensi tentang penerapan pasien dengan PPOK dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi menggunakan implementasi
nebulezer sebagai proses belajar mengajar untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, et al (2008). Pengaruh Breathing Retraining Terhadap Peningkatan FungsiVentilasi Paru Pada Asuhan Keperawatan Pasien PPOK. JurnalKeperawatan Indonesia,Vol 12, No 1, Maret 2008; hal 29-33.
Amin, H. Hardi (2013). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &NANDA, Jilid 1. Mediaction, Jakarta.
Era juniety dkk (2010). Perbandingan Efektivitas Pemberian TriamnisolonAsetonid Intramuskular 40 mg Dengan 80 mg pada pasien PPOK peresistensedang. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 60.
Herdman, H.T. (2012). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisidan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Hudoyo (2015). Penatalaksanaan Asma & PPOKPada Orang Dewasaberdasarkan Pedoman GINA (Global Initiative for Atsma) & GOLD(Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease). Artikel KesehatanDept Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI.
Kasanah (2011). Analisis Keakuratan Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif KronikEksaserbasi Akut Berdasarkan ICD 10 Pada Dokumen Rekam Medis PasienRawat Inap Di RSUD Sragen. Sragen : Jurnal Keperawatan.
Kemenkes (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor1022/Menkes/sk/XI/2008Tentang Pedoman PengendalianPenyakit ParuObstruktif Kronik Menteri Kesehatan Indonesia. Jakarta: KementerianKesehatan Republik Indonesia.
Kusyati, Eni dkk (2008). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium KeperawatanDasar. Jakarta : EGC.
Loraine M. Wilson(2016). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- proses Penyakit,Edisi 6 Vol2. Jakarta, EGC.
Masdiyanto & Muzzakir (2010). Efektfias Penambahan Magnesium Sulfatterhadap Nebulisasi Salbutamol dalam Penatalaksanaan Serangan PPOK.Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 60.
Megantra dkk (2010). Efikasi Pemberian Kombinasi Inhalasi Fluktikason DanSalmeterol Dosis 250/50ug Per-Hari Dibandingkan Inhalasi BudesonidDosis 800ug Per-Hari Pada PPOK Peresisten Sedang. Majalah KedokteranIndonesia, Vol 60.
NANDA (2012). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nuraif, A Huda dan Hardi Kusuma. (2013) . Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, Jilid 1. Mediaction Publishing,Jakarta.
Tim PDPI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Sagung Seto
PPOKPenyakit Paru Obstruktif
Kronik
Disusun Oleh:
LINA CANDRA DEWIA01201662
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG2016
STOP MEROKOK
JAUHKAN DARILINGKUNGAN YANGBERASAP ROKOK
BERIKAN VENTILASIMAKSIMAL
MENJAGA POLAHIDUP SEHAT
BERIKANLINGKUNGAN YANGNYAMAN
APABILA DI RUMAHSAKIT BATASIPENGUNJUNG UNTUKMEMAKSIMALKANVENTILASI YANG ADA
POSISIKAN SEMIFOWLER
TERIMA KASIH.....
VI. Pemeriksaan Laboratorium
a. Peningkatan HB(Emfisemaberat)
b. Peningkatan eosinofilasma
c. Penurunan alpha 1
d. Po2 menurun dan PcO2normal atau meningkat(Bronchitis kronis danEmfisema)
e. Chest X-ray dapatmenunjukan hiperinflasiparu-paru, diafragmamendatar
f. EKG, deviasi aksis kanan,gelombang P tinggi (padapasien asma beratdanatrial disritmia/bronchitis), gelombang Ppada Leads II, III, AVFpanjang dan tinggi(bronchitis danemfisema), dan aksis QRSventrikel (emfisema)
I. Pengertian PPOK?
PPOK adalah sekelompokpenyakit paru-paru yangberlangsung lama danditandai oleh peningkatanresistensi terhadap aliranudara.
II. Penyebab PPOK
1. Kebiasaan Merokok
2. Adanya Infeksi
3. Polusi oleh zat-zatpereduksi
4. Faktor Keturunan
5. Faktor Sosial-Ekonomi
III. Tanda dan Gejala PPOK
a. Kelemahan badan
b. Batuk
c. Sesak nafas
d. Sesak nafas saat aktifitas
e. Mengi atau wheezing
f. Ekspirasi yangmemanjang
g. Bentuk dada tong
h. Penggunaan otot bantupernafasan
i. Suara nafas melemah
j. Kadang ditemukanpernafasan paradoksal
k. Edema kaki, asites
IV. Komplikasi dari PPOK
a. Gagal pernafasan
b. Atelektasis
c. Pneumoni
d. Pneumothorax
V. Pengobatan PPOK
a. Bronkodilator
b. Kortikosteroid
c. Antibiotik
d. Terapi Oksigen
e. Ventilasi Mekanik
f. Fisioterapi dada
g. Berikan vitamin, mineralatau elektrolit sesuaiindikasi