TINJAUAN TEORI 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Limfatik 2.1.1 Anatomi Sistem Limfatik Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Selain sistem peredaran darah, manusia juga mempunyai sistem peredaran getah bening (limfa) yang keduanya berperan dalam sistem transportasi. Sistem limfatik berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem limfatik terdiri dari organ-organ limfatik, yaitu sumsum tulang, tonsil, thymus, limpa (spleen), dan nodus limfa yang dihubungkan oleh pembuluh limfa. Dalam organ dan pembuluh limfa tersebut terdapat cairan limfa (getah bening). Dalam cairan limfa terdapat sel-sel imun seperti sel darah putih dan limfosit yang melawan patogen dan sel kanker (Azlina, 2004). (1) Pembuluh limfatik Struktur pembuluh limfa serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfa tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih. Pembuluh limfa yang terkecil atau kapiler limfa lebih besar dari kapiler darah dan terdiri atas selapis endotelium. Pembuluh limfa bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfa di dalam
Limfoma maligna merupakan penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun dapat menyebar secara sistemik (Handayani & Haribowo, 2008).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Limfatik
2.1.1 Anatomi Sistem Limfatik
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Selain sistem peredaran
darah, manusia juga mempunyai sistem peredaran getah bening (limfa) yang
keduanya berperan dalam sistem transportasi. Sistem limfatik berkaitan erat
dengan sistem peredaran darah. Sistem limfatik terdiri dari organ-organ
limfatik, yaitu sumsum tulang, tonsil, thymus, limpa (spleen), dan nodus limfa
yang dihubungkan oleh pembuluh limfa. Dalam organ dan pembuluh limfa
tersebut terdapat cairan limfa (getah bening). Dalam cairan limfa terdapat sel-
sel imun seperti sel darah putih dan limfosit yang melawan patogen dan sel
kanker (Azlina, 2004).
(1) Pembuluh limfatik
Struktur pembuluh limfa serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki
lebih banyak katup sehingga pembuluh limfa tampaknya seperti rangkaian
petasan atau tasbih. Pembuluh limfa yang terkecil atau kapiler limfa lebih
besar dari kapiler darah dan terdiri atas selapis endotelium. Pembuluh
limfa bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai
rongga-rongga limfa di dalam jaringan berbagai organ. Pembuluh limfa
khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak
(kilomikron) disebut lacteal villi (Yanwirasti, 2010).
Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan untuk kembali
ke peredaran darah. Limfa sebenarnya merupakan cairan plasma darah
yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem peredaran darah
dan kemudian menjadi cairan intersisial ruang antarsel pada jaringan.
Pembuluh limfa dibedakan menjadi dua (Pearce, 2000), yaitu:
a. Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster)
Pembuluh limfa kanan terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari
daerah kepala dan leher bagian kanan, dada kanan, lengan kanan,
jantung, dan paru-paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa.
Pembuluh limfa kanan bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah
selangka kanan.
b. Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus toraksikus)
Pembuluh limfa kiri disebut juga pembuluh dada. Pembuluh limfa kiri
terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari kepala dan leher bagian
kiri dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah. Pembuluh
limfa ini bermuara di vena bagian bawah selangka kiri.
Gambar 2.1 Pembuluh limfa
Peredaran limfa merupakan peredaran yang terbuka. Peredaran ini
dimulai dari jaringan tubuh dalam bentuk cairan jaringan. Cairan jaringan
ini selanjutnya akan masuk ke dalam kapiler limfa. Kemudian kapiler
limfa akan bergabung dengan kapiler limfa yang membentuk pembuluh
limfa yang lebih besar dan akhirnya bergabung menjadi pembuluh limfa
besar yaitu pembuluh limfa kanan dan kiri. Kurang lebih 100 ml cairan
limfa akan dialirkan oleh pembuluh limfa menuju vena dan dikembalikan
ke dalam darah.
(2) Organ limfatik
Organ limfatik dibedakan menjadi dua, yaitu organ limfatik primer
dan sekunder.
a. Organ limfatik primer
a) Sumsum tulang merah
Sumsum tulang merah merupakan jaringan penghasil limfosit. Sel-
sel limfosit yang dihasilkan tersebut akan mengalami
perkembangan. Limfosit yang berkembang di dalam sumsum
tulang akan menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang
berkembang di dalam kelenjar timus akan menjadi limfosit T.
Limfosit-limfosit ini berperan penting untuk melawan penyakit.
b) Kelenjar thymus
Kelenjar thymus memiliki fungsi spesifik, yaitu tempat
perkembangan limfosit yang dihasilkan dari sumsum merah untuk
menjadi limfosit T. Timus tidak berperan dalam memerangi
antigen secara langsung seperti pada organ-organ limfoid yang
lain. Untuk memberikan kekebalan pada limfosit T ini, maka timus
mensekresikan hormon tipopoietin.
b. Organ limfatik sekunder
a) Nodus limfa
Berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfa. Nodus limfa terbagi menjadi ruangan
yang lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi
ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di dalam sinus
terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa adalah untuk
menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompok-
kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen,
dan lipatan paha.
b) Limpa
Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang
dihasilkan dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di
belakang lambung. Fungsi limpa antara lain membunuh kuman
penyakit, membentuk sel darah putih (leukosit) dan antibodi, serta
menghancurkan sel darah merah yang sudah tua.
c) Nodulus Limfatikus
Sekumpulan jaringan limfatik yang tersebar di sepanjang jaringan
ikat yang terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding
saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urin, dan saluran
respirasi. Beberapa bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil dan
folikel limfatik. Tonsil terdapat di tenggorokan. Folikel limfatik
terdapat di permukaan dinding usus halus. Letak nodulus
limfatikus sangat strategis untuk berperan dalam respon imun
melawan zat asing yang masuk dalam tubuh melalui pencernaan
atau pernafasan.
Gambar 2.2 Lokasi dan penyebaran pembuluh limfatik dan organ limfatik
dalam tubuh
2.1.2 Fisiologi Sistem Limfatik
Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai fungsi (Gibson, 2008):
1. Aliran cairan interstisial
Cairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang
diambil oleh kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir
melalui sistempembuluh yang akhirnya kembali ke sistem sirkulasi. Ini dimulai
pada ekstremitas dari sistem kapiler limfatik yang dirancang untuk menyerap
cairan dalam jaringan yang kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang
bergerak dari kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke
kelenjar getah bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari
limfatik eferen. Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke
dalam saluran limfatik. Pada titik ini getah bening dilewatkan kembali ke dalam
aliran darah dimana perjalanan ini dimulai lagi.
2. Produksi limfosit
Limfosit diproduksi dalam limfonodi dan mengalir sepanjang pembuluh
limfe ke dalam ductus thoracicus ke dalam darah.
3. Mencegah Infeksi
Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka
juga mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah
bening sampai mereka mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang
untuk menghancurkan virus dan bakteri dengan menggunakan berbagai metode.
Pertama sel makrofag menelan bakteri, ini dikenal sebagai fagositosis. Kedua sel
limfosit menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh.
Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan
melalui getah bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana.
Beberapa sel Limfosit akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening
dan memasuki darah ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan
untuk menangani infeksi pada jaringan lain.
Ini bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan berlangsung, limpa juga
menyaring darah dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring
getah bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah dan
Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis sel T yang menakjubkan, itu
adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah memasuki tubuh
sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T lainnya
disebut helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel
makrofag limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh
fagositosis. Ada nodul limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi
bakteri yang mana ini menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel
yang diproduksi di sumsum tulang merah. Setelah sel-sel ini matang, sel – sel ini
kemudian bermigrasi ke jaringan limfatik seperti amandel yang mana kemudian
berkumpul pada suatu wilayah dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah
memproduksi sel B dan sel T yang bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah
bening untuk membantu dalam respon kekebalan.
4. Pengangkutan Lipid
Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang
larut lemak A, D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening
berubah warna menjadi krem. Lipid dan vitamin yang diserap dalam saluran
pencernaan dari makanan dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat
ini dikirimkan ke darah. Tanpa sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan,
memiliki masalah dengan banyak penyakit. Jaringan tubuh akan menjadi macet
dengan cairan dan sisa -sisa yang membuat kita menjadi bengkak. Kita juga akan
kehilangan vitamin yang diperlukan.
2.2 Definisi
Limfoma adalah neoplasma padat yang mengandung sel-sel asal
limforetiklar. Tumor-tumor ini mencakup tumor sistem imun, karena prinsip
komponen selulernya adalah limfosit. Organ limfofortikuler mencakup
limfonodus, limpa, sumsum tulang, hati dan submukosa saluran gastrointestinal
dan saluran pernapasan (Tambayong, 2010).
Limfoma Maligna merupakan beragam kelompok kanker klinis maupun
patologis dengan pembesaran yang tidak diketahui penyebabnya dan ditandai
dengan peningkatan limfosit, histosit, prekusornya (Daniels & Nicoll, 2012;
Mead, 2003). Perjalanan penyakit bermula dari nodus limfa namun dapat
mengenai jaringan limfoid di splen, saluran pencernaan, hati atau sumsum tulang.
Penyakit ini digolongkan berdasarkan derajat diferensiasi sel dan asal sel maligna
predominannya (Smeltzer et al, 2010).
Limfoma maligna merupakan penyakit keganasan primer dari jaringan
limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun dapat menyebar secara sistemik
(Handayani & Haribowo, 2008).
Ada dua jenis Limfona Maligna, yakni HodgKin’s Disease (HD) dan Non
Hodgkin’s Lymphoma (NHL). HD dapat diketahui dari limfosit B yang
mengalami pembesaran abnormal, dan setelah dibiopsi terdapat sel Reed-Stenberg
(sel Hodgkin) (White, Duncan & Baumle, 2013). Sedangkan NHL termasuk dari
semua limfoma maligna yang tidak memiliki sel Reed-Stenberg, dan memiliki
lebih dari 12 subtipe (Winkleman, Workman, & Hausman, 2010).
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi pasti dari kedua jenis limfoma tidak diketahui secara pasti
(Winkleman, Workman, & Hausman, 2010). Menurut Tambayong (2000)
etiologi dari limfoma maligna mencakup hereditas, pemajanan terhadap
karsinogen lingkungan, imunosupresi, dan pemajanan virus dan onkogenik.
Faktor resiko dari HD di antaranya penurunan imunitas tubuh dan infeksi dengan
implikasi dari penyakit yang disebabkan virus tertentu, yang paling banyak