ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN PRE OPERASI (ECEC) EXTRA CAPSULAR CATARACT EXTRACTION DISERTAI DM DI RUANG TERATAI RSUD AMBARAWA DI SUSUN OLEH : 1. Arifah Wahyu Nur 2. Budi Sutaryanto 3. Eka Nur Ferdiani 4. Hilda Nur Hidayah 5. Wina Setyaningsih AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA SEMARANG 2014 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN PRE OPERASI (ECEC) EXTRA CAPSULAR
CATARACT EXTRACTION DISERTAI DM
DI RUANG TERATAI RSUD AMBARAWA
DI SUSUN OLEH :
1. Arifah Wahyu Nur
2. Budi Sutaryanto
3. Eka Nur Ferdiani
4. Hilda Nur Hidayah
5. Wina Setyaningsih
AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2014
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMata merupakan bagian panca indra yang sangat penting, para ahli mengatakan
jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering juga disebut sebagai
jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan, fatalnya banyak hal yang dapat
menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan atau gangguan
penglihatan. Buta berdasarkan bahasa sehari-hari adalah kondisi tidak bisa melihat
susuatu apapun yang ada dihadapinya, penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak.
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-
duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta
Kedokteran,2001).
Suzanne & Brenda, tahun 2002 berpendapat bahwa katarak adalah perubahan
lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia, Word Healt Organization (WHO)
saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah
dan 45 juta orang menderita katarak. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya penyebaran
prevalensinya dinegara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara.
Di Indonesia jumlah penderita katarak tiap tahun meningkat, bertambah 210.000
orang pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka kejadian katarak
dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Sebagian besar
katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak
kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90%
orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85
tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
2
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila
tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis.
Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara definitif
memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien mungkin telah
mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio retina, perdarahan
corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke arah kamera interior)
yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraocular dan lensa kontak kornea
menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih mudah, dibandingkan
pemakaian kacamata katarak yang tebal.
Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap
sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam
munculnya katarak senilis.
Peran perawat pada kasus katarak meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
langsung kepada klien yang mengalami pembedahan katarak, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi ktarak, serta sebagai
peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien
dengan operasi katarak melalui metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
dan bagaimana asuhan keperawatan pada Klien dengan diagnosa Medis Pre Operasi
Katarak.
1.2 Tujuan penulisan1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata tentang asuhan ke-perawatan dengan
klien dengan diagnosa Medis Katarak dan sebagai pemahaman tentang penangan
pasien katarak, perawatan pasca operasi serta mengetahui komplikasi yang
mungkin muncul pada pasien katarak dan pencegahan terhadap komplikasi.
3
1.2.2 Tujuan KhususSetelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan klien
dengan diagnosa Medis Post Operasi Katarak hari ke 1 diharapkan, Penulis
mampu:
a. Untuk mengetahui dan memahami tanda gejala dan penatalaksanaan pada
pasien pre operasi Katarak dan pemulihan penglihatan agar dapat beraktifitas
sesuai fungsinya semula.
b. Untuk memahami perawatan pasien pre operasi Katarak untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang meliputi kebutaan, retinoblastoma, gluokoma dll.
c. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Ppre Operasi Katarak .
d. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak.
e. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak.
f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak
g. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak.
h. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian
masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan kepe-rawatan pada pasien
dengan diagnosa medis re Operasi Katarak.
1.3 Manfaat Penulisan1.3.1 Bagi Perawat
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan dalam
melaksanakan penerapan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi secara sistematis khususnya pada
pasien dengan Katarak.
4
1.3.2 Bagi Institusi PendidikanSebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan agar penulisan ini dapat
dilakukan dengan melihat permasalahan lain yang berkaitan dengan kasus yang
telah penulis selesaikan.
1.3.3 Bagi Rumah SakitSebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi semua lapisan tim kesehatan
atau pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya dibidang keperawatan maupun
tim kesehatan lain tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Katarak post
operasi
5
BAB IIKONSEP DASAR
2.1 DefinisiKatarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini
pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami
denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah keruh
menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya
transparan (Sjamsuhidayat. 2004).
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat
mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara mengangkat
lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan sebagaian besar daya
biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya penuh didepan mata,
atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat lensa dikeluarkan
(Soeparman, dkk. 2001).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-
duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Mansjoer Arif, dkk.
2001: 204)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
(Suzanne & Brenda, 2002:227)
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi (Underwood, J. C. E. 2000).
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan. Katarak adalah sejenis
kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata
menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya. Keadaan ini memperburuk
penglihatan seseorang dan akan menjadi buta jika lewat, atau tidak dirawat.
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa
(Sidarta Ilyas, 2005).
6
2.2 EtiologiSebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap
sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam
munculnya katarak senilis.
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata,
atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella dapat
mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami katarak,
yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan
penanganan dan metabolisme glukosa.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan
bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550%
orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
a. Faktor keturunan.
b. Cacat bawaan sejak lahir.
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).
f. Gangguan pertumbuhan.
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h. Rokok dan Alkohol.
i. Operasi mata sebelumnya dan trauma (kecelakaan) pada mata.
j. Ketuaan (Katarak Senilis).
k. Trauma.
l. Penyakit mata lain (Uveitis).
m. Penyakit sistemik (DM).
n. Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus
prenatal, seperti German Measles).
7
o. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
2.3 PatofisiologiLensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes melitus, namun
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti kristal salju
pada jendela.
8
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang
memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi
awal, karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
9
2.4 Pathways
10
Usia lanjut dan proses penuaan
cedera mata Penyakit metabolik (misalnya DM)
Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
kesekitar daerah lensa)
Hilangnya tranparansi lensa
Perubahan kimia dlm protein lensa
koagulasi
mengabutkan pandangan
Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa
Usia meningkat
Penurunan enzim menurun
Degenerasi pd lensa
KATARAK
Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
Menurunnya ketajaman
penglihatan
Gangguan persepsi sensori-
perseptual penglihatan
Kurang pengetahuan
Tidak mengenal
sumber informasi
Kurang terpapar
terhadap
informasi tentang
prosedur tindakan
pembedahan
CEMAS
prosedur invasive pengangkatan
katarak
Resiko tinggi terhadap infeksi
Post op Nyeri
Resiko Cedera
Congenital atau
bisa diturunkan.
2.5 Manifestasi KlinisSecara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
a) Katarak congenital:
Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi akibat
gangguan perkembangan embrio intrauterin.
b) Katarak Traumatik :
Merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat trauma
tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
c) Katarak Sekunder
Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan
kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh
penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
d) Katarak yang berkaitan dengan usia:
Merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3
jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular.
Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi
keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih
baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna
birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior
subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini
menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta
pandangan baca menurun.
Pada keadaan umum tanpa memperhatiak causa keluhan yang sering
ditemukan pada pasien dengan gangguan katarak adalah sebagai berikut:
a. Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai
derajat tertentu.
b. Pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga retina tidak akan
tampak dengan oftalmoskop.
11
c. Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari.
d. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
e. Gatal – gatal pada mata dan air mata mudah keluar.
f. Pada malam hari penglihatan terganggu dan pandangan kabur yang tidak dapat
dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang sering berubah.
g. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari dan dapat melihat dobel
pada satu mata.
h. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap.
i. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat,
akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
2.6 Diagnostik PenunjangSelain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat
berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat
yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi Intra Okuler.
a. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau
vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan
keretina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro
vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, gloukoma.
c. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (Tekanan Intra Okuler)
normalnya 12-25 mmHg.
d. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi
dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
e. Darah lengkap, laju sedimentasi (Laju Endap Darah), menunjukkan anemia
sistemik atau infeksi.
f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
12
g. Tes toleransi glukosa, menunjukkan adanya atau kontrol diabetes (Marilyn E.
Doenges,2000).
h. Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel
sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan
dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan kandidat untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi inta
okuler (Brunner & Suddarth, 2002)
2.7 Penatalaksanaan MedisPembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan
penyulit, seperti glaucoma dan uveitis.
a. Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau
fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen
dan penggantian lensa.
b. Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja atau keamanan.
Macam-macam pembedahan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Ekstraksi katarak intrakapsuler :
Merupakan pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan, lensa di angkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis.
b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler :
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat mata selama pembedahan.
c. Fakoemulsifikasi
Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks
lensa menjadi partikel kecil yang lebih pendek dan penurunan insidensi
astigmatisme pasca operasi.
d. Pengangkatan lensa
13
Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus
mata, maka bila lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi ini
dapat dilakukan dengan salah satu metode dari 3 metode yaitu:
1. Kaca mata apakia : mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25% sampai 30% menyebabkan penurunan dan distorsi
pandangan perifer spasial, membuat benda-benda tampakak jauh lebih dekat
dari yang sebenarnya.
2. Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, tidak terjadi
pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tidak terdapat aberasi sferis,
tidak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan orientasi spasial.
3. Implan lensa Intraokuler : memberikan alternative bagi lensa apakia yang tebal
dan berat, untuk mengobati penglihatan pasca operasi.
2.8 Komplikasi Endoftalmitis
Edema kornea
Distorsi atau terbukanya luka operasi
Bilik mata depan dangkal
Glaucoma
Uveitis
Dislokasi lensa intraokuler
Perdarahan segmen anterior atau posterior
Ablasio retina
Sisa massa lensa
Robek kapsul posterior
Prolaps vitreous
14
2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis1. Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan hasil
dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam,
2001).
a. Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Neurosensori: Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan