Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN PRE OPERASI (ECEC) EXTRA CAPSULAR CATARACT EXTRACTION DISERTAI DM DI RUANG TERATAI RSUD AMBARAWA DI SUSUN OLEH : 1. Arifah Wahyu Nur 2. Budi Sutaryanto 3. Eka Nur Ferdiani 4. Hilda Nur Hidayah 5. Wina Setyaningsih AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA SEMARANG 2014 1
81

ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Jul 18, 2016

Download

Documents

Budi Sutaryanto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S

DENGAN PRE OPERASI (ECEC) EXTRA CAPSULAR

CATARACT EXTRACTION DISERTAI DM

DI RUANG TERATAI RSUD AMBARAWA

DI SUSUN OLEH :

1. Arifah Wahyu Nur

2. Budi Sutaryanto

3. Eka Nur Ferdiani

4. Hilda Nur Hidayah

5. Wina Setyaningsih

AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA

SEMARANG

2014

1

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMata merupakan bagian panca indra yang sangat penting, para ahli mengatakan

jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering juga disebut sebagai

jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan, fatalnya banyak hal yang dapat

menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan atau gangguan

penglihatan. Buta berdasarkan bahasa sehari-hari adalah kondisi tidak bisa melihat

susuatu apapun yang ada dihadapinya, penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak.

Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-

duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta

Kedokteran,2001).

Suzanne & Brenda, tahun 2002  berpendapat bahwa katarak adalah perubahan

lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak

menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh

cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.

Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia, Word Healt Organization (WHO)

saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah

dan 45 juta orang menderita katarak. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya penyebaran

prevalensinya dinegara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara.

Di Indonesia jumlah penderita katarak tiap tahun meningkat, bertambah 210.000

orang pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka kejadian katarak

dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Sebagian besar

katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak

kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90%

orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85

tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.

2

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila

tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan

sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis.

Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara definitif

memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien mungkin telah

mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio retina, perdarahan

corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke arah kamera interior)

yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraocular dan lensa kontak kornea

menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih mudah, dibandingkan

pemakaian kacamata katarak yang tebal.

Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-

perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap

sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang

kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam

munculnya katarak senilis.

Peran perawat pada kasus katarak meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan

langsung kepada klien yang mengalami pembedahan katarak, sebagai pendidik

memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi ktarak, serta sebagai

peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien

dengan operasi katarak melalui metode ilmiah.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut

dan bagaimana asuhan keperawatan pada Klien dengan diagnosa Medis Pre Operasi

Katarak.

1.2 Tujuan penulisan1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata tentang asuhan ke-perawatan dengan

klien dengan diagnosa Medis Katarak dan sebagai pemahaman tentang penangan

pasien katarak, perawatan pasca operasi serta mengetahui komplikasi yang

mungkin muncul pada pasien  katarak dan pencegahan terhadap komplikasi.

3

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

1.2.2 Tujuan KhususSetelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan klien

dengan diagnosa Medis Post Operasi Katarak hari ke 1 diharapkan, Penulis

mampu:

a. Untuk mengetahui dan memahami tanda gejala dan penatalaksanaan pada

pasien pre operasi Katarak dan pemulihan penglihatan agar dapat beraktifitas

sesuai fungsinya semula.

b. Untuk memahami perawatan pasien pre operasi Katarak untuk mencegah

terjadinya komplikasi yang meliputi kebutaan, retinoblastoma, gluokoma dll.

c. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien

dengan diagnosa medis Ppre Operasi Katarak .

d. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre

Operasi Katarak.

e. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre

Operasi Katarak.

f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre

Operasi Katarak

g. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre

Operasi Katarak.

h. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian

masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan kepe-rawatan pada pasien

dengan diagnosa medis re Operasi Katarak.

1.3 Manfaat Penulisan1.3.1 Bagi Perawat

Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan dalam

melaksanakan penerapan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi secara sistematis khususnya pada

pasien dengan Katarak.

4

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

1.3.2 Bagi Institusi PendidikanSebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan agar penulisan ini dapat

dilakukan dengan melihat permasalahan lain yang berkaitan dengan kasus yang

telah penulis selesaikan.

1.3.3 Bagi Rumah SakitSebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi semua lapisan tim kesehatan

atau pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya dibidang keperawatan maupun

tim kesehatan lain tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Katarak post

operasi

5

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

BAB IIKONSEP DASAR

2.1 DefinisiKatarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan

merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa.  Pada stadium dini

pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami

denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah keruh

menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya

transparan (Sjamsuhidayat. 2004).

Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat

mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara mengangkat

lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan sebagaian besar daya

biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya penuh didepan mata,

atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat lensa dikeluarkan

(Soeparman, dkk. 2001).

Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-

duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Mansjoer Arif, dkk.

2001: 204)

Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.

(Suzanne & Brenda, 2002:227)

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus

cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan

jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan

menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada

setiap lensa mata dapat bervariasi (Underwood, J. C. E. 2000).

Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya

menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan. Katarak adalah sejenis

kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata

menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya. Keadaan ini memperburuk

penglihatan seseorang dan akan menjadi buta jika lewat, atau tidak dirawat.

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa

dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa

(Sidarta Ilyas, 2005).

6

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2.2 EtiologiSebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-

perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap

sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang

kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam

munculnya katarak senilis.

Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata,

atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella dapat

mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami katarak,

yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan

penanganan dan metabolisme glukosa.

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya

usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan

bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550%

orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya

usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan

tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat

hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :

a. Faktor keturunan.

b. Cacat bawaan sejak lahir.

c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.

e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).

f. Gangguan pertumbuhan.

g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

h. Rokok dan Alkohol.

i. Operasi mata sebelumnya dan trauma (kecelakaan) pada mata.

j. Ketuaan (Katarak Senilis).

k. Trauma.

l. Penyakit mata lain (Uveitis).

m. Penyakit sistemik (DM).

n. Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus

prenatal, seperti German Measles).

7

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

o. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

2.3 PatofisiologiLensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih, transparan,

berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa

mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada

korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan

bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di

sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas

pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti

kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke

sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori

lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.

Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes melitus, namun

merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak

berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ke tujuh.

Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak

terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,

berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung

tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan

yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia,

nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas

terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul

posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti kristal salju

pada jendela.

8

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,

perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke

sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori

lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun

mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun

sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan

yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang

memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi

awal, karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan

penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak

meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan

vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

9

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2.4 Pathways

10

Usia lanjut dan proses penuaan

cedera mata Penyakit metabolik (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier

kesekitar daerah lensa)

Hilangnya tranparansi lensa

Perubahan kimia dlm protein lensa

koagulasi

mengabutkan pandangan

Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa

Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pd lensa

KATARAK

Gangguan penerimaan

sensori/status organ indera

Menurunnya ketajaman

penglihatan

Gangguan persepsi sensori-

perseptual penglihatan

Kurang pengetahuan

Tidak mengenal

sumber informasi

Kurang terpapar

terhadap

informasi tentang

prosedur tindakan

pembedahan

CEMAS

prosedur invasive pengangkatan

katarak

Resiko tinggi terhadap infeksi

Post op Nyeri

Resiko Cedera

Congenital atau

bisa diturunkan.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2.5 Manifestasi KlinisSecara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:

a) Katarak congenital:

Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi akibat

gangguan perkembangan embrio intrauterin.

b) Katarak Traumatik :

Merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat trauma

tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior.

c) Katarak Sekunder

Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan

kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh

penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.

d) Katarak yang berkaitan dengan usia:

Merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3

jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular.

Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi

keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada

pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih

baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna

birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat

menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior

subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini

menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta

pandangan baca menurun.

Pada keadaan umum tanpa memperhatiak causa keluhan yang sering

ditemukan pada pasien dengan gangguan katarak adalah sebagai berikut:

a. Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai

derajat tertentu.

b. Pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga retina tidak akan

tampak dengan oftalmoskop.

11

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

c. Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah

melihat di malam hari.

d. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.

e. Gatal – gatal pada mata dan air mata mudah keluar.

f. Pada malam hari penglihatan terganggu dan pandangan kabur yang tidak dapat

dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang sering berubah.

g. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari dan dapat melihat dobel

pada satu mata.

h. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap.

i. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat,

akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.

2.6 Diagnostik PenunjangSelain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan

oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat

berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan

pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat

yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi Intra Okuler.

a. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau

vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan

keretina atau jalan optik.

b. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro

vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri

serebral, gloukoma.

c. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (Tekanan Intra Okuler)

normalnya 12-25 mmHg.

d. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi

lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi

dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.

e. Darah lengkap, laju sedimentasi (Laju Endap Darah), menunjukkan anemia

sistemik atau infeksi.

f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan

aterosklerosis.

12

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

g. Tes toleransi glukosa, menunjukkan adanya atau kontrol diabetes (Marilyn E.

Doenges,2000).

h. Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan

oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel

sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan

dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini

merupakan kandidat untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi inta

okuler (Brunner & Suddarth, 2002)

2.7 Penatalaksanaan MedisPembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian

rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan

penyulit, seperti glaucoma dan uveitis.

a. Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau

fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen

dan penggantian lensa.

b. Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja atau keamanan.

Macam-macam pembedahan yang dapat dilakukan antara lain:

a. Ekstraksi katarak intrakapsuler :

Merupakan pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula

dipisahkan, lensa di angkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung

pada kapsula lentis.

b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler :

Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan

katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat mata selama pembedahan.

c. Fakoemulsifikasi

Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler cara ini

memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan

menggunakan alat ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks

lensa menjadi partikel kecil yang lebih pendek dan penurunan insidensi

astigmatisme pasca operasi.

d. Pengangkatan lensa

13

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus

mata, maka bila lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi ini

dapat dilakukan dengan salah satu metode dari 3 metode yaitu:

1. Kaca mata apakia : mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun

pembesaran 25% sampai 30% menyebabkan penurunan dan distorsi

pandangan perifer spasial, membuat benda-benda tampakak jauh lebih dekat

dari yang sebenarnya.

2. Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, tidak terjadi

pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tidak terdapat aberasi sferis,

tidak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan orientasi spasial.

3. Implan lensa Intraokuler : memberikan alternative bagi lensa apakia yang tebal

dan berat, untuk mengobati penglihatan pasca operasi.

2.8 Komplikasi Endoftalmitis

Edema kornea

Distorsi atau terbukanya luka operasi

Bilik mata depan dangkal

Glaucoma

Uveitis

Dislokasi lensa intraokuler

Perdarahan segmen anterior atau posterior

Ablasio retina

Sisa massa lensa

Robek kapsul posterior

Prolaps vitreous

14

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis1. Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan hasil

dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari

pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam,

2001).

a. Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Neurosensori: Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan

kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan

dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran

cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak

memperbaiki penglihatan, fotofobia (glukoma akut). Tanda: Tampak

kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan

merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air

mata.

c. Nyeri/Kenyamanan: Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau

tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala.

d. Pola aktivitas/istirahat: Perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan.

e. Pola nutrisi: Mual/muntah (glaukoma akut)

f. Pola neurosensoryGejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan

silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan

kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap.

15

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

g. Pola penyuluhan/pembelajaranGejala: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,

riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,

steroid/toksisitas fenotiazin.

2.10 Diagnosa Keperawatan1. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau

kurang pengetahuan.

2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi.

3. Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman

mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur

invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi dan keterbatasan

kognitif.

2.11 Intervensi Keperawatan1) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan lapang pandang.

Tujuan :Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan

cedera.

Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor

resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.

Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Intervensi :1. Kaji kemampuan lapang pandang klien dan resiko terhadap cedera serta

kemampuan klien dalam beraktivitas.

Rasional : Untuk mengetahui kemampuan lapang pandang klien dan

kemampuan pasien dalam beraktivitas.

2. Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi pasca operasi, nyeri, pembatasan

aktifitas, penampilan, balutan mata.

16

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Rasional : mamberikan kesempatan klien untuk memahami tentang kondisi

fisiknya pasca operasi.

3. Berikan posisi yang nyaman pada passion misalnya: posisi bersandar, kepala

tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

Rasional : posisi yang nyaman akan membuat pasien merasa aman dan tenang.

4. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,

membongkok.

Rasional : untuk mencegah terjadinya resiko cedera

5. Ambulasi dengan bantuan dengan cara anjurkan pada keluarga untuk

membantu dalam pemenuhan activity daily living klien seperti ke kamar

mandi, duduk, makan dll.

Rasional : untuk membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya

6. Berikan tempat tidur yang nyaman pada pasien dan pasang pengaman pada

tempat tidur seperti guling disisi kanan dan kiri klien atau pagar pembatas bed.

Rasional : agar klien bisa beristirahat dengan nyaman

2) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi.

Tujuan :Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal

gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Kriteria Hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi :1. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.

R : Kebutuhan tiap individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab

kehilanganpenglihatan terjadi lambatdan progresif.

2. Orientasikan klien tehadap lingkungan.

R : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas

dan disorientasi.

3.  Observasi tanda-tanda disorientasi.

17

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

R : Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan

penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua.

4. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.

R : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.

5. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar

kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang.

R : Perubahan ketajaman dankedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung

penglihatan dan meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk

mengkompensasi.

6. Letakkan barang yang di butuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi

yang sehat.

R : Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan

untuk pertolongan bila diperlukan.

3) Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman

mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.

Tujuan:Klien pasca operasi tidak mengalami kecemasan akan penyakitnya setelah dilakukan

tindakan keperawatan

Kriteria hasil: Menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi

Penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.

Intervensi: 1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan

catat adanya tanda- tanda verbal dan

nonverbal.

2. Beri kesempatan pasien untuk

mengungkapkan isi pikiran dan

perasaan takutnya.

3. Observasi tanda vital dan peningkatan

respon fisik pasien.

4. Beri penjelasan pasien tentang

1. Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana

informasi tersebut diterima oleh individu.

2. Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana

rasa takut dapat ditujukan.

3. Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan

akibat kecemasan.

4. Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka

mengurangi kecemasan dan kooperatif.

5. Mengurangi kecemasan dan meningkatkan

18

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

prosedur tindakan operasi, harapan

dan akibatnya.

5. Lakukan orientasi dan perkenalan

pasien terhadap ruangan,petugas, dan

peralatan yang akan digunakan.

6. Beri penjelasan dansuport pada pasien

padasetiap melakukan

prosedurtindakan.

pengetahuan.

6. Mengurangi perasaan takutdan cemas.

19

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

BAB IIITINJAUAN KASUS

Dalam bab ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

dengan Diagnosa Medis Katarak Pre Operasi di ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Umum

Daerah Ambarawa yang meliputi pokok bahasan: pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.

3.1  PengkajianPengkajian Asuhan Keperawatan pada Ny. s dengan Diagnosa Medis Katarak

Pre Operasi di Ruang Rawat Inap teratai RSUD AMBARAWA, pada tanggal 20 maret

2014. Jam 08.00 WIB

A. Biodata

1. Identitas Pasien

Nama                        : Ny. S

Jenis Kelamin               : Perempuan.

Agama                          : Islam

Umur                           : 68 Tahun.

Pendidikan                    : SD.

Pekerjaan                     : Tani

Alamat                           : Banyu Biru Rt 04/Rw 01, Kab. Semarang.

No Register                  : 059034

Tanggal Masuk            : 19 Maret 2014.

Diagnosa Medis           : Katarak + DM

2. Penanggung Jawab

Nama              : Tn. H.

Hub dengan pasien        : Suami Pasien.

Pekerjaan                  : Tani

Alamat                         : Banyu Biru Rt 04/Rw 01, Kab. Semarang

20

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

A. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Klien mengatakan pandangan mata kabur sejak 3 bulan yang lalu.

2. Riwayat penyakit sekarang

           Keluarga klien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu klien sering mengeluhkan

pandangan mata kabur dan tidak jelas, mata klien tampak keruh kemudian klien

memeriksakanya pada petugas kesehatan setempat dan dinyatakan klien menderita

katarak. Klien sudah diberikan obat tetes mata namun tidak kunjung sembuh,

Semakin lama pandangan mata klien semakin kabur dan tidak jelas dan semakin

keruh. Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter dan oleh dokter dianjurkan

untuk operasi, kemudian oleh keluarga dibawa ke RSUD Ambarawa pada tanggal 19

Maret 2014. Dengan kondisi Wajah klien tampak gelisah, Klien terlihat tegang, Klien

terlihat memfokuskan pada diri sendiri, Klien tampak cemas, Klien terlihat takut,

klien tampak kesulitan beraktivitas.

3. Riwayat perawatan dan kesehatan Dahulu

Klien mengatakan menderita Katarak sejak 3 tahun yang lalu, selain itu klien juga

klien sering menderita batuk dan pilek dan untuk mengobatinya klien membeli obat

diwarung dan periksa ke petugas kesehatan setempat. Klien mengatakan sebelumnya

belum pernah dirawat dan belum pernah menjalani operasi terutama dengan penyakit

yang sama (katarak). Klien juga mengatakan sebelumnya klien pernah juga menderita

penyakit degenerative seperti hipertensi, diabetes mellitus dan tidak ada riwayat alergi

terhadap makanan dan obat-obatan.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya ada yang mengalami riwayat penyakit

yang sama yang diderita klien saat ini yaitu katarak. Keluarga klien tidak ada yang

mengalami penyakit menular seperti hepatitis dan alergi terhadap makanan apapun.

Tetapi menurut klien kakek klien dahulu juga pernah menderita katarak tapi tidak

dioperasi karena keterbatasan fasilitas pada saat itu. Dan ada juga yang mempunyai

penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, stroke dan hipertensi.

21

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

B. Pola Kesehatan Funsional

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Klien mengatakan bahwa sehat tidak mengalami sakit dan terbebas dari

penyakit jasmani maupun rohani

- Klien mengatakan bahwa dia belum mengerti tentang penyakit yang

dideritanya saat ini. Klien mengatakan tidak mengerti kenapa sampai

mengalami katarak. Klien mengatakan takut akan kondisinya dan takut

denagan prosedur operasi yang akan dijalani. Klien mengatakan tidak tahu

sama sekali tentang penyakitnya.

- Klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah

sembuh/tidak

- Klien menyatakan untuk mengontrol dan mempertahankan kesehatan anaknya

ia menjaga pola makan anaknya baik sebelum dan saat iya sakit.

- Klien selalu bertanya- Tanya tentang penyakitnya dan tentang tindakan

operasinya.

2. Pola nutrisi dan metabolic

Makan:

- Sebelum sakit :

Klien mengatakan dirumah biasa makan 3x sehari porsi 1 piring kadang lebih,

dengan jenis menu nasi putih, sayur-sayuran dan laku. Klien mengatakan tidak

ada makanan yang di hindarinya/tidak di sukainya, dan tidak ada riwayat

alergi terhadap makanan.

- Saat sakit :

Klien mengatakan makan 3x sehari hanya menghabiskan seperempat porsi diet

dari rumah sakit, menu hanya makanan lunak atau bubur yang dianjurkan diet

rumah sakit dengan diet bubur tinggi kalori tinggi protein,

Minum:

- Sebelum sakit : klien mengatakan minum air putih 8 gelas/hari

- Saat sakit : klien mengatakan haya minum air putih + 5 gelas/hari.

22

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

3. Pola eliminasi

- Pola BAB

o Sebelum sakit :

Klien mengatakan dirumah BAB 1x sehari. Kadang-kadang 2x dalam

sehari. Konsistensi lunak, warna coklat, bau khas feaces dan tidak ada

masalah dalam BAB.

o Saat sakit :

Klien selama 3 hari ini klien belum BAB, klien belum BAB karena

kurang gerak dan kurang makanan berserat selain itu juga karena klien

merasa takut mengejan saat BAB karena nyeri semakin terasa saat

mengejan hingga klien belum BAB.

- Pola BAK

o Sebelum sakit :

Klien mengatakan sebelum mondok dirumah sakit dalam

sehari  kencing 5 – 6x, warna urin kuning jernih, bau khas urin dan

tidak masalah dalam kebiasaan eliminasi pasien

o Saat sakit :

Klien mengatakan sebelum mondok dirumah sakit dalam

sehari  kencing 5 – 6x, warna urin kuning jernih, bau khas urin. Klien

selama dirumah sakit BAK dengan menggunakan pispot dibantu oleh

keluarga klien

4. Pola aktivitas dan mobilisasi

- Sebelum sakit :

Sebelum sakit klien biasa beraktivitas sebagai petani dan tidak terdapat

masalah dalam pemenuhan kebutuhan activity daily living klien seperti makan,

mandi dan yang lainnya.

- Saat sakit :

Keluarga klien mengatakan klien tidak bisa beraktivitas sendiri. Klien takut

bergerak dan melakakukan aktivitas karena mata kabur dan cemas. Untuk

pemenuhanActivity daily living seperti makan, minum kebersihan dan alih

23

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

posisi klien dibantu oleh keluarga dan perawat, pasien hanya bisa terbaring di

tempat tidur.

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

Ket : 0 : mandiri, 1 : dibantu alat, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu

orang lain dan alat, 4 : tergantung total.

5. Pola Tidur dan Istirahat

- Sebelum sakit :

Klien mengatakan dirumah dalam sehari tidur + 8 jam siang + 2 jam dan 6

jam, klien lebih banyak tidur pada malam hari. Dan tidak ada masalah dalam

pola tidur klien dirumah.

- Saat sakit :

Selama sakit klien mengatakan kurang bisa tidur, sering terbangun terutama

pada malam hari. Tidur hanya + 6 jam/hari

6. Pola persepsi dan sensori

24

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

- Klien mengatakan kurang paham terhadap penyakitnya dan yang

menyebabkan terjadinya dan kurang paham dengan opersi yang akan

dijalaninya.

- Klien tidak dapat melihat dengan jelas, pandangannya kabur, dan kadang-

kadang melihat satu objek menjadi 2 bayangan.

- Pasien merasa cemas dengan penyakit yang diderita saat ini.

- Klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata.

7. Pola hubungan dan peran

- Hubungan dengan keluarga

Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya hubungan keluarga klien

terjalin baik dan saling memperhatikan satu sama lainnya termasuk apabila

ada anggota keluarga yang sakit keluarga yang lain ikut mendukung untuk

mendapatkan kesembuhan dengan berobat.

- Peran

Klien mengatakan bahwa ia adalah bahwa dia adalah seorang yang berusia 68

tahun berperan sebagai istri dari seorang suami dengan dua orang anaknya dan

3 orang cucu dari anak pertamanya.

8. Pola Reproduksi dan seksual

- Pasien adalah seorang ibu dengan tiga orang anak dan nenek dari dua orang

cucu.

9. Persepsi diri dan konsep diri

- Body Image

Klien mengatakan cemas kondisi sakitnya namun, klien mengatakan bahwa

klien menerima kondisi sakitnya dengan sabar dan keluarga menganggap ini

adalah ujian dan ia bersabar dalam menghadapi masalah ini.

- Ideal Diri

Klien berharap agar cepat sembuh dan segera pulang dan beraktivitas kembali

sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah untuk keluarga dan

istrinya.

- Harga Diri

25

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Klien menganggap bahwa kondisi sakitnya saat ini adalah cobaan bagi klien

dan klien tidak merasa minder dengan kondisinya saat ini karena

keluarga  klien selalu mensuport klien, dan klien pasti dapat sembuh kembali

dan sehat seperti sebelum sakit.

- Peran

Klien mengatakan bahwa ia adalah bahwa dia adalah seorang yang berusia 68

tahun berperan sebagai istri dari seorang istri dengan dua orang anaknya dan 3

orang cucu dari anak pertamanya.

- Identitas Diri

Klien mengatakan bahwa ia sebagai seorang istri yang bekerja sebagai petani

yang sehari-hari menanam sayuran, padi dan menjadi buruh disekitar

rumahnya.

10. Pola mekanisme koping

- Sebelum sakit pasien mengatakan jika ada masalah selalalu bercerita ke

keluarganya, dan keluarga mendukung ps untuk menyelesaikan masalah.

- Saat sakit pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya.

11. Pola nilai dan kepercayaan

- Pasien mengatakan beragama islam tidak ada larangan pada ps untuk tetap

beribadah selama sakit, dan ps selalu berdoa untuk kesembuhannya.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Pasien tampak lemas

2. Kesadaran : Compesmentis

3. Tanda-tanda vital :

- TD : 180/100 mmHg

- Nadi : 86x/menit

- S : 36o C

- RR : 24x/menit

4. Pemerikasaan fisik head to toe26

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Mata : Mata kiri isokor, konjungtiva mata ananemis dan sclera mata anikhterik

sedangkan mata kanan terdapat oedem palpebral, terdapat selaput putih

pada kelopak mata, Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope

bagian kornea ada selaput putih.

Telingga : Letak simetris, tidak ada serumen, dapat berfungsi dengan baik dan

tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Hidung : Simetris, tidak ada polip hidung, fungsi pernafasan baik, tidak terjadi

sesak nafas, tidak tampak tumpukan sekret dan tidak terdapat masalah

dalam pola nafas.

Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis. Jumlah gigi kurang lengkap

30 buah, warna agak kuning, nafas agak bau, lidah agak kotor, warna

merah muda.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada peningkatan

Jugularis Vena Perifer dan teraba nadi karotis 84 x/menit.

- Thorak : Bentuk simetris pergerakan dada kanan dan kiri

simetris, tidak lesi pada kulit dan tidak ada pembengkakan dada.

Paru-Paru/Pulmo

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

Permukaan dada simetris, permukaan dada kiri/sinistra sama

dengan permukaan dada kanan/dextra, Pernafasan normal

frekuensi 24x/menit.

Fokal fremitus kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra, fokal

resonan kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra.

Suara paru sonor.

Bunyi nafas vesikuler dan tidak terdengar suara nafas

tambahan seperti wheezing, ronkhi, krekels dan ralles

b)     Jantung/Cardio

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

: tidak Terlihat  ictus cordis berdenyut halus di intercosta 6

: Teraba ictus cordis di intercosta ke 4-5-6 sebelah kiri.

: Batas jantung jelas, kesan tidak ada pembesaran jantung

: Terdengar bunyi jantung suara 1 (lub) tunggal dan bunyi jantung

27

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

suara 2 (dub) tunggal dan tidak terdengan mur-mur pada semua

lapang dada sebelah kiri. 

5. Abdomen

Inspeksi

Auakultasi

Perkusi

Palpasi

: Permukaan abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada ascitas

dan tidak, terdapat lesi pada abdomen

: Bising usus kurang lebih 12x / menit.

: Suara Tympani.

: : Tidak terdapat nyeri tekan pada semua lapang abdomen dan tidak

terdapat pembesaran pada hepar dan ginjal.

28

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

6. Ekstremitas

Ekstremitas atas

Fungsi ekstremitas atas normal dan dapat berfungsi dengan baik dan tidak menggunakan

alat bantu dan ekstremitas sebelah kanan terpasang Infus RL dengan infuset makro,

12 tetes/menit keadaan infus baik tidak terdapat oedem pada area yang terpasang infus

dan tidak ada nyari infus terpasang hari ke 2. 

Ekstremitas bawah

Ekstremitas bawah tidak terdapat kelainan dan dapat berfungsi dengan baik hanya saja

klien tidak mau banyak bergerak karena terasa nyeri pada luka operasi semakin meningkat

ketika bergerak.   

c)      Skala kekuatan otot

R

5

L

5

: Skala kekuatan otot pada kedua kaki dan kedua tangan nilai 5

yaitu dapat bergerak dengan baik dan mampu menahan gravitasi.

5 5

D. Pemeriksaan Penunjang29

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Maret 2014 didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 3.2. Pemeriksaan penunjang laboratorium

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1 Hemoglobin 10,8 gr/dl 12 – 14 gram/dl

2 Leukosit  11.400/ul 5.000 – 10.000/ul

3 Hemetokrit 39% 37 – 43 %

4 Laju endap darah 25 mm/jam 0 – 15 mm/jam

5 Blooding time (BT)  2 menit 1 – 3 menit

6 Clothing time (CT) 4 menit 2 – 6 menit

7 GDS 438 70 – 110

Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih

E. Program Therapy/pengobatan pada tanggal 19 Maret 2014 yang didapatkan klien

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Pemeriksaan penunjang laboratorium

No Therapy Dosis Rute Efek

1 CendoCytrol Tetes maata 2 tetes/6Jam Topical Antibiotic

2 Asamefenamat Tablet 500mg/8Jam Oral Analgetik

3 Ciprofloxacine Tablet 500mg/12Jam Oral Antibiotic

30

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

- Mengatakan penglihatan kabur seperti

berawan, padahal Ny. S sudah

menggunakan kaca mata plus 1 dan

minus 2.5 pada orbita dextra dan

sinistra.

- Klien mengatakan kesulitan untuk

beraktivitas.

- Klien mengatakan penglihatannya

tidak jelas.

- Klien mengatakan jika terkena

sinar/paparan matahari menyilaukan

mata.

- Klien mengatakan jika melihat sesuatu

berbayang-bayang/menjadi dua

bayangan.

- Klien mengatakan cemas dengan

penyakit yang dideritanya.

- Klien mengatakan tidak mengerti

kenapa sampai mengalami katarak.

- Klien mengatakan takut dengan

tindakan operasi.

- Klien mengatakan tidak tahu sama

sekali tentang penyakitnya.

- Klien mengatakan cemas terhadap

penyakit yang dideritanya apakah

sembuh/tidak

1.      Hasil pemeriksaan fisik dengan

opthalmoscope bagian kornea ada

selaput putih

2.      Vital sign :

a)      TD    : 180/100 mmHg

b)      N : 89x/menit

c)      T       :37,4 0c

d)     RR : 24x/menit

3.      Hasil pemeriksaan :  BB : 78 kg dan

GDS terakhir 438

Wajah klien tampak gelisah.

Klien terlihat tegang.

Klien terlihat memfokuskan pada diri

sendiri.

Klien tampak cemas.

Klien terlihat takut

wajah tampak gelisah.

klien terlihat terus bertanya-tanya dengan

pertanyaan yang sama yaitu penyakitnya

dan tindakan operasinya.

klien terlihat bingung.

Aktivitas klien tampak dibantu

Klien tampak terbating di tempat tidur

5.      

31

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

ANALISA DATA

No. Tanggal

Ditemukan

Data Fokus Problem Etiologi Paraf

PRE OPERASI

1 DS :

- Mengatakan

penglihatan kabur

seperti berawan.

- Klien mengatakan

kesulitan untuk

beraktivitas.

- Klien mengatakan

jika terkena

sinar/paparan

matahari

menyilaukan mata.

- Klien mengatakan

jika melihat

sesuatu

berbayang-

bayang/menjadi

dua bayangan

DO:

- Hasil pemeriksaan

fisik dengan

opthalmoscope

bagian kornea ada

selaput putih.

- Klien terlihat sulit

untuk beraktivitas.

- GDS terakhir 438

TTV :

Gangguan

persepsi

sensori-

perseptual

penglihatan.

Berkurangnya

penerimaan

sensori/status

organ indera

penglihatan.

32

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

TD :

180/100mmHg

N: 89x/menit

T     :37,4 0c

RR: 24x/menit

5.    

2 DS :

- Klien mengatakan

kesulitan untuk

beraktivitas.

DO:

- Aktivitas harian

klien tampak

dibantu.

-

- Pasien tampak

terbaring di tempat

tidur.

- TTV

TD : 180/100

mmHg

N: 89x/menit

T     :37,4 0c

RR: 24x/menit

Resiko Cidera Gangguan persepsi

sensori

3 DS:

- Klien mengatakan

cemas terhadap

penyakit yang

dideritanya, apakah

sembuh atau tidak,

- Klien mengatakan

Ansietas. Perubahan pada

status kesehatan

dan kurang

pengetahuan.

33

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

takut denga operasi

yang akan dijalani

DO:

- Wajah klien tampa

k gelisah.

- Klien terlihat

tegang.

- Klien terlihat

memfokuskan pada

diri sendiri.

- Klien tampak

cemas.

- Klien terlihat takut

- Vital sign :

- TD    : 180/90

mmH

- N: 84x/menit

- T     :37,4 0c

- RR: 24x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan TTD

1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.dGangguan

penerimaan sensori/status organ indera penglihatan.

2. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan persepsi sensori

penglihatan

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang

pengetahuan tentang penyakit.

34

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan &

Kriteria hasil

Intervensi Rasional

1. Gangguan

persepsi

sensori-

perseptual

penglihatan b.d

Gangguan

penerimaan

sensori/status

organ indera 

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam diharapkan

masalah presepsi

sensori penglihatan

teratasi dengan

Kriteria Hasil :

- Mengenal

gangguan sensori

dan ber

kompensasi

terhadap

perubahan.

- Mengidentifikasi

/memperbaiki

potensial bahaya

dalam

lingkungan.

1. Orientasikan

klien tehadap

lingkungan.

2. Observasi tanda-

tanda

disorientasi.

3. Lakukan

komusikasi

dengan

memberiakan

stimulus.

4. Letakkan barang

yang di

butuhkan/posisi

bel pemanggil

dalam

jangkauan/posisi

yang sehat.

5. Anjurkan pasien

untuk

menghindari

gerak yang

berlebih

1. Memberikan

peningkatan

kenyamanan dan

kekeluargaan,

menurunkan cemas

dan disorientasi pasca

operasi.

2. Terbangun dalam

lingkungan yang tidak

dikenal dan

mengalami

keterbatasan

penglihatan dapat

mengakibatkan

kebingungan

lingkungan

3. Memberikan rangsang

sensori tepat terhadap

isolasi dan

menurunkan

kebingungan pasien.

4. Memungkinkan pasien

melihat objek lebih

mudah dan

memudahkan

panggilan untuk

pertolongan bila

diperlukan.

5.   Perubahan ketajaman

dankedalaman persepsi

dapat menyebabkan 35

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

bingung penglihatan

dan meningkatkan

resiko cedera sampai

pasien belajar untuk

mengkompensasi.

2 Resiko cedera

berhubungan

dengan

gangguan

persepsi sensori

penglihatan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam diharapkan

Klien dapat

melakukan

mobilisasi dengan

mandiri.

Kriteria Hasil :

- Klien dapat

melakukan

mobilitas fisik

tanpa dibantu.

- Klien dapat

melakukan

aktivitas harian

sendiri.

- Klien tak

nampak gelisah.

- Tanda-tanda vital

dalam batas

normal:

TD : 120/80mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36o C

1. Pantau keadaan

pasien setiap jam

dan berikan

penghalang

tempat tidur.

2. Pantau tanda-

tanda vital.

3. Bantu pasien

dalam

pergerakan/aktivit

as ke toilet.

4. Letakkan barang

yang di

butuhkan/posisi

bel pemanggil

dalam

jangkauan/posisi

yang sehat.

5. Berikan

pendidikan

kesehatan tentang

pencegahan injuri

di rumah

1. Pencegahan primer

terhadap resiko cedera.

2. Mengetahui tanda-

tanda vital dan

keadaan umum pasien.

3. Mencegah terjadinya

kecelakaan.

4. Memungkinkan pasien

melihat objek lebih

mudah dan

memudahkan

panggilan untuk

pertolongan bila

diperlukan.

5. Untuk mencegah

terjadinya injuri di

rumah.

36

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

3 Ansietas b.d

Perubahan pada

status

kesehatan.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam diharapkan

tidak terjadi

kecemasan pada

klien.

Kriteria Hasil :

Pasien

mengungkapkan

dan mendiskusikan

rasa

cemas/takutnya.

Pasien tampak

rileks tidak

tegangdan

melaporkan

kecemasannya

berkurang sampai

pada tingkat dapat

diatasi.

Tanda-tanda vital

dalam batas

normal:

TD : 120/80mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36o C

1. Kaji tingkat

kecemasan

pasien dan catat

adanya tanda-

tanda verbal dan

nonverbal.

2. Beri kesempatan

pasien untuk

mengungkapkan

isi pikiran dan

perasaan

takutnya.

3. Observasi tanda

vital dan

peningkatan

respon fisik

pasien.

4. Beri penjelasan

pasien tentang

prosedur

tindakan operasi,

harapan dan

akibatnya.

5. Lakukan

orientasi dan

perkenalan

pasien terhadap

ruangan,petugas,

dan peralatan

yang akan

digunakan.

6. Beri penjelasan

1. Derajat kecemasan

akan dipengaruhi

bagaimana informasi

tersebut diterima oleh

individu.

2. Mengungkapkan rasa

takut secara terbuka

dimana rasa takut

dapat ditujukan.

3. Mengetahui respon

fisiologis yang

ditimbulkan akibat

kecemasan.

4. Meningkatkan

pengetahuan pasien

dalam rangka

mengurangi

kecemasan dan

kooperatif.

5. Mengurangi

kecemasan dan

meningkatkan

pengetahuan.

6. Mengurangi perasaan

takutdan cemas.

37

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

dansuport pada

pasien padasetiap

melakukan

prosedurtindakan

.

CATATAN KEPERAWATAN

No. DP TGL/JAM Implementasi Respon TTD

38

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

1,2,3

1

1,2,3

3

3

20/3/2014Jam 08.00

08.00

08.45

08.50

09.00

Mengobservasi TTV

Melakukan komunikasi dengan cara memberikan rangsang sentuhan ke pasien

Mengorientasikan klien tehadap lingkungan.

Mengkaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal

Mengajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan kecemasan.

DS: - Pasien mengatakan

pandangan mata kabur

DO:- TD    : 180/100 mmHg

- N : 89x/menit

- T      :37,4 0c

- RR : 24x/menit

DS :- Pasien mengatakan

bisa mendengarkan dan merasakan sentuhan dengan baik

DO :- Klien tampak bisa

berkomunikasi dengan baik.

DS :- Klien mengatakan

tidakpaham dengan kondisi lingkungan saat ini

DO :- Klien tampak belum

bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan peyakitnya.

DS :- Klien mengatakan

cemas dengan penyakitnya

DO :- Klien tampak gelisah

DS :- Klien mengatakan

merasa lebih nyamanDO :

39

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

3

2

2

2

1,2,3

09.00

09.10

09.30

15.00

16.00

Memberikan informasi tentang penyakit ke pasien dan keluarga

Memberikan pengaturan posisi supine

Memasang penghalang tempat tidur untuk pengaamanan pasien.

Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas dan perawatan diri

Memberikan terapi obat CendoCytrol Tetes mata sesuai advise dokter

- Klien terlihat tenang

DS :- Klien mengatakan

belum paham dengan penyakitnya

DO :- Klien bertanya

tentang penyakitnya

DS : - Klien mengatakan

nyaman dengan posisinya.

D0 :- Pasien tampak

beristirahat dengan tenang.

DS : - pasien mengatakan

bersedia di pasan penghalang tempat tidur.

DO : - Penghalang terpasang

DS : - Pasien mengatakan

tidak bisa melakukan aktivitas sendiri.

DO :- Aktivitas pasien

tampak dibantu

DS :

40

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

- Pasien mengatakan bersedia diberikan obat tetes mata

DO :- Obat diteteskan dan

tidak ada tanda inflamasi

1,2,3

1,2

1,2

2

21/3/2014Jam 08.00

08.30

08.45

10.00

Mengobservasi TTV

meganjurkan pasien untuk tidak melakukan pergerakan yang berlebihan

Menganjurkan keluarga untuk meletakkan barang yang di butuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang sehat

Melakukan pengkajian terhadap adanya kerusakan integritas kulit.

DS: - Pasien mengatakan

pandangan mata kabur

DO:- TD    : 140/90 mmHg

- N : 84x/menit

- T      :36 0c

- RR : 22x/menit

DS : - Pasien mengatakan

bersedia mengikuti anjuran perawat.

DO :- Pasien tampak hanya

terbaring di tempat tidur.

DS :- Pasien mengatakan

terbantu

DO :- Pasien tampak

terbantu

DS :- Pasien mengatakan

tidak ada kerusakan kulit.

DO :

41

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2

3

3

2

1,2,3

08.50

09.00

13.00

15.00

16.00

Mengkaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal

Memberikan informasi tentang penyakit ke pasien dan keluarga

Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk klien

Membrikan motivasi ke pasien untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi secara mandiri sesuai kemampuan

Memberikan terapi obat CendoCytrol Tetes mata sesuai advise dokter

- Tidak terlihat adanya tanda kerusakan integritas kulit.

DS :- Klien mengatakan

cemas berkurangDO :- Klien tampak lebih

rilek dan tenang

DS :- Klien mengatakan

masih kurang paham dengan penyakitnya

DO :- Klien bertanya

tentang penyakitnya

DS : - Klien mangatakan

nyamanDO : - klien tampak

beristirahat dengan nyaman

DS : - Pasien mengatakan

masih kesulitan melakukan mobilisasi dan aktivitas sehari-hari.

DO :- Pasien tampak

berbaring di tempat tidur.

DS :- Pasien mengatakan

bersedia diberikan obat tetes mata

DO :- Obat diteteskan dan

tidak ada tanda

42

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

inflamasi

1,2,3

1

3

3

2

22/3/2013Jam 08.00

08.00

08.30

09.00

12.00

Mengobservasi TTV

.Menganjurkan keluarga untuk meletakkan barang yang di butuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang sehat

Memberi kesempatan pasien

untuk mengungkapkan isi pikiran

dan perasaan takutnya.

Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.

Memberikan motivasi ke pasien untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi secara mandiri

DS: - Pasien mengatakan

pandangan mata kabur berkurang.

DO:- TD    : 130/90 mmHg

- N : 84x/menit

- T     :36 0c

- RR: 24x/menit

DS :- Pasien mengatakan

terbantu

DO :- Pasien tampak

terbantu

DS :- Klien mengatakan

cemas sudah hilangDO :- Klien tampak tenang

dan rileks

DS :- Klien mengatakan

sudah paham dengan prosedur tindakan operasi

DO :- Klien mampu untuk

menjelaskan tentang prosedur tindakan operasi

DS : - Pasien mengatakan

mengatakan sudah bisa melakukan

43

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2

2

1,2,3

13.00

14.00

16.00

Memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan injuri di rumah.

Memberikan alat bantu kepasien untuk beraktivitas

Memberikan terapi obat CendoCytrol Tetes mata sesuai advise dokter

aktivitas perawatan diri, tapi masih kesulitan untuk melakukan mobilisasi.

DO :- Pasien tampak

berbaring di tempat tidur.

DS :- Pasien mengatakan

mengerti.

DO :- Pasien mampu

menjelaskan kembali tentang pencegahan cedera

DS : pasien mengatakan terbantu.DO : pasien tampak menggunakan alat dengan benar

DS :- Pasien mengatakan

bersedia diberikan obat tetes mata

DO :- Obat diteteskan dan

tidak ada tanda inflamasi

CATATAN PERKEMBANGANNO.

DPTGL/JAM

EVALUASI

(SOAP)TTD

44

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

1

2

21/3/2014

Jam 07.00

Jam 07.00

S:

- Mengatakan penglihatan kabur seperti

berawan..

- Pasien mengatakan belum paham dengan

lingungan saat ini

O:

- Hasil pemeriksaan fisik bagian kornea ada

selaput putih.

- Pasien tampak belum bisa menyesuaikan diri

dengan linkungan.

- GDS terakhir 438

TTV :

TD    : 180/100 mmHg

N: 89x/menit

T     :37,4 0c

RR: 24x/menit

A : Masalah ganguan persepsi sensori belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji tanda-tanda vital klien sesuai program

dan keadaan klien.

2. Orientasikan klien tehadap lingkungan yang

mudah dikenal dengan tujuan

mempermudah klien belajar beraktivitas.

3. Observasi tanda-tanda disorientasi seperti

mata kabur dll.

4. Anjurkan pada keeluarga untuk membantu

klien dalam beraktivitas.

S :

- Klien mengatakan tidak bisa melakukan

aktivitas harian dan perawatan diri secara

45

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

3 Jam 07.00

mandiri

O:

- Klien tampak tidak bisa melakukan mobilitas

fisik aktivitas harian sendiri dan perawatan diri

sendiri.

- Terpasang penghalang bed pasien.

- Tanda-tanda vital

TD : 180/100mmHg

N : 89 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 37,4o C

A : Masalah resiko cedera teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi

1. Ajarkan pasien untuk melakukan ROM aktif

dan pasif.

2. Berikan pengaturan posisi tirah baring.

3. Berikan alat bantu jika pasien

membutuhkan.

4. Berikan motivasi ke pasien untuk

melakukan aktifitas secara mandiri sesuai

kemampuan.

5. Letakkan barang yang di butuhkan/posisi

bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang

sehat.

S :

- Klien mengatakan cemas terhadap penyakit

yang dideritanya, apakah sembuh atau tidak,

- Klien mengatakan takut denga operasi yang

akan dijalani.

- Pasien mengatakan tidak paham dengan

lingkungan saat ini.

O :

46

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

- Wajah klien tampak gelisah.

- Klien terlihat tegang.

- Klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri.

- Klien tampak cemas.

- Klien terlihat takut

- Vital sign :

- TD    : 180/100 mmHg

- N : 89x/menit

- T      :37,4 0c

- RR : 24x/menit

A : masalah Anxietas/cemas belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat

adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.

2. Beri kesempatan pasien untuk

mengungkapkan isi pikiran dan perasaan

takutnya.

3. Observasi tanda vital dan peningkatan

respon fisik pasien.

4. Beri penjelasan pasien tentang prosedur

tindakan operasi, harapan dan akibatnya.

5. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien

terhadap ruangan,petugas, dan peralatan

yang akan digunakan.

6. Beri penjelasan dan suport pada pasien

padasetiap melakukan prosedurtindakan

1 22/3/2014Jam 07.00

S:

- Mengatakan penglihatan kabur seperti berawan.

- Pasien mengatakan sudah paham dengan

lingkungannya

47

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2 Jam 07.00

O:

- Hasil pemeriksaan fisik bagian kornea ada

selaput putih.

- Pasien tampak bisa berinteraksi dengan keluarga

- Klien kesuliatan untuk beraktivitas

- GDS

- TTV :

TD    : 140/90 mmHg

N : 84x/menit

T      :36 0c

RR : 22x/menit

A : Masalah ganguan persepsi sensori teratasi

sebagian

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji tanda-tanda vital klien sesuai program

dan keadaan klien.

2. Berikan stimulus komunikasi dengan

menggunakan suara dan sentuhan.

3. Persiapkan pasien untuk menjalani operasi

S :

- Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas

harian dan perawatan diri secara mandiri untuk

berpakaian, mandi, toileting dibantu. Pasien

mengatakan aman di tempat tidur.

O:

- Klien tampak kesulitan melakukan mobilitas

fisik aktivitas harian sendiri.

- Pasien bisa berpakaian sendiri.

- Terpasang penghalang bed pasien.

- Tanda-tanda vital

48

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

3 Jam 07.00

TD : 140/90mmHg

N : 84x/menit

RR : 22 x/menit

S : 36o C

A : Masalah resiko cedera teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi

1. Ajarkan pasien untuk melakukan ROM

aktif dan pasif.

2. Berikan pengaturan posisi tirah baring.

3. Berikan alat bantu jika pasien

membutuhkan.

4. Berikan motivasi ke pasien untuk

melakukan aktifitas secara mandiri sesuai

kemampuan.

5. Letakkan barang yang di butuhkan/posisi

bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang

sehat.

S :

- Klien mengatakan cemasnya berkurang Klien

mengatakan takut denga operasi yang akan

dijalani

O :

- Wajah klien tampak gelisah.

- Klien terlihat tegang.

- Klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri.

- Klien tampak cemas.

- Klien terlihat takut

- TTV:

TD    : 140/90 mmHg

N: 84x/menit

49

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

T     :36 0c

RR: 22x/menit

A : masalah Anxietas/cemas teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

1. Observasi tanda vital dan peningkatan

respon fisik pasien.

2. Beri penjelasan pasien tentang prosedur

tindakan operasi, harapan dan akibatnya.

3. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien

terhadap ruangan,petugas, dan peralatan

yang akan digunakan.

4. Beri penjelasan dan suport pada pasien

padasetiap melakukan prosedur tindakan

50

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

1 23/3/2014Jam 07.00

S:

- Mengatakan penglihatan berkurang

kekaburanya.

- Klien mengatakan bisa membiasakan diri

dengan kondisi gangguan penglihatannya

O:

- Hasil pemeriksaan fisik bagian kornea ada

selaput putih.

- Klien kesuliatan untuk beraktivitas

- Klien tampak tenang

- TTV :

TD    : 130/90 mmHg

N : 82x/menit

T      :36 0c

RR : 22x/menit

A : Masalah ganguan persepsi sensori teratasi

sebagian

51

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

2 Jam 07.00

P : Lanjutkan intervensi ( Delgasikan ke perawat

ruangan untuk tindatak) :

1. Kaji tanda-tanda vital klien sesuai

program dan keadaan klien.

2. Observasi  ketajaman penglihatan, dan

kajia danya masalah dalam penglihatan

klien.

3. Anjurkan pada keeluarga untuk

membantu klien dalam beraktivitas.

4. Persiapkan pasien untuk menjalani

operasi

S :

- Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas

harian dan perawatan diri secara mandiri untuk

berpakaian, mandi, toileting dibantu. Pasien

mengatakan aman di tempat tidur.

O:

- Klien tampak kesulitan melakukan mobilitas

fisik aktivitas harian sendiri.

- Pasien bisa berpakaian sendiri.

- Terpasang penghalang bed pasien.

- Tanda-tanda vital

TD : 130/90mmHg

N : 84x/menit

RR : 22 x/menit

S : 36o C

A : Masalah resiko cedera teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi

1. Berikan pengaturan posisi tirah baring.

2. Berikan alat bantu jika pasien

membutuhkan.

3. Berikan motivasi ke pasien untuk

melakukan aktifitas secara mandiri sesuai

52

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

3 Jam 07.00

kemampuan.

4. Letakkan barang yang di butuhkan/posisi

bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang

sehat.

S :

- Klien mengatakan cemasnya hilang

- Klien mengatakan tenang menghadapi

operasi yang akan dijalani

O :

a. Wajah klien tampak tenang.

b. Klien terlihat rilek.

c. Klien terlihat berintaraksi dengan keluarga.

d. TTV:

TD    : 130/90 mmHg

N: 82x/menit

T     :36 0c

RR: 22x/menit

A : masalah Anxietas/cemas teratasi

P : pertahankatan intervensi :

1. Beri penjelasan pasien tentang prosedur

tindakan operasi, harapan dan akibatnya.

2. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien

terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang

akan digunakan.

3. Beri penjelasan dan suport pada pasien

padasetiap melakukan prosedur tindakan

53

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

  

BAB IV

PEMBAHASAN

54

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan kasus pada Ny. S dengan

diagnose medis katarak + DM di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

yang dilakukan mulai tanggal 20 sampai 22 Maret 2014.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnose yang muncul menurut diagnose NANDA (2011) dan yang penulis

temukan pada kasus adalah:

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan (nanda, 1978,1980, 1998,2011))

Definisi :Perubahan pada jumlah atau pola stiimulus yang di terima, yang diisertai respon

terhadap stiimulus tersebut yang diihilangkan, dilebihkan, disimpangkan, atau dirusakan.

Batasan Karakteristik: 1. Subjekktif : Distorsi sensori, 2. Objektiif, Peurbahan pola

perilaku, Perubahan kemampuan penyelesaiann masalah, Perubaan ketajaman sensori,

Perubahan respon yang biasanya terhadap stimulus, Disorientasi, Halusinasi, Hambatan

komunikasi, Iriitabillitas, Konsentrasi buruk, Gelisah. Batasan karakteristik lain (non-

nanda) internasional : Perubahan postur tubuh, Perubahan abstraksi, Ansietas , Apatis,

Perubahan ketegangan otot, Respon yang tidak sesuai, Indikasi perubahan citra tubuh.

Data yang penulis dapatkan dari pengkajian yang dilakukan pada klien dengan kasus

diagnose medis katarak + DM adalah sebagai berikut : DS : Mengatakan penglihatan

kabur seperti berawan, Klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas, Klien mengatakan

jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata, Klien mengatakan jika melihat

sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan. DO: Hasil pemeriksaan fisik dengan,

opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih, Klien terlihat sulit untuk beraktivitas,

GDS terakhir tanggal 18 maret 2014 adalah 438, TTV : TD 180/100 mmhg, N 89x/menit,

S 37,4 ,RR : 24x/menit.

Gangguan persepsi penglihatan penulis ambil sebagai prioritas diagnose pertama karena

melihat merupakan salah satu kebutuhan dasar fisiologis manusia, dimana kalau

penglihatan mata tergangu akan bisa mempengaruhi pemenuhan dasar yang lain misal :

55

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

sesorang akan terganggu untuk melukan aktifitas mobilisasi fisik, sehingga individu akan

merasa ketidaksesuaian pada dirinya sendiri.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam mulai tanggal 20 sampai 22

evaluasi yang penulis dapat adalah sebagai berikut : S: Mengatakan penglihatan

berkurang kekaburanya, Klien mengatakan bisa membiasakan diri dengan kondisi

gangguan penglihatannya. O: Hasil pemeriksaan fisik bagian kornea ada selaput putih,

Klien kesuliatan untuk beraktivitas, Klien tampak tenang, TTV : TD    : 130/90 mmHg, N

: 82x/menit, T      :36 0c, RR : 22x/menit, A : Masalah ganguan persepsi sensori

teratasi sebagian, P : Lanjutkan intervensi ( Delgasikan ke perawat ruangan untuk

tindatak) :1. Kaji tanda-tanda vital klien sesuai program dan keadaan klien, 2.

Observasi  ketajaman penglihatan, dan kajia danya masalah dalam penglihatan klien, 3.

Anjurkan pada keeluarga untuk membantu klien dalam beraktivitas, 5. Persiapkan pasien

untuk menjalani operasi

2. Resiko Cedera

Definisi : beresiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang

berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu. Kemungkinan

berhubungan dengan : Kurangnya informasi tentang keamanan, kelemahan, gangguan

kesadaran, kurangnya koordinasi otot, epilepsi, episode kejang, vertigo, gangguan

persepsi. Kemungkinan data yang di temukan: Perlukaan dan injuri. Kondisi klinis

kemungkinan terjadi pada : AIDS, dimensia, pengobatan barbiturat, halosinogen, dan

benzo diazepin, epilepsi, penyakit pendarahan.

Data yang penulis dapat dari pengkajian adalah sebagai berikut : DS : Klien mengatakan

kesulitan untuk beraktivitas.DO: Aktivitas harian klien tampak dibantu, Pasien tampak

terbaring di tempat tidur, TTV : TD : 180/100 mmHg, N: 89x/menit, T     :37,4 0C, RR:

24x/menit

Resiko cedera penulis ambil sebagai prioritas kedua karena dalam kasus pasien dengan

pre operasi ECEC masalah utama yaitu gangguan persepsi sensori akan membuat pasien

56

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

kehilangan lapangan pandang sehingga pasien akan mengalami kesulitan untuk

beraktivitas aktivitas, dan perawatan diri oleh karena itu harus dilakukuan intervensi

keperawatan dan pendampingan dari keluarga untuk membantu pasien memenuhi

kebutuhannya dan untuk mencegah terjadinya resiko cedera.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam mulai tanggal 20 sampai 22

evaluasi yang penulis dapat adalah sebagai berikut: S : Klien mengatakan bisa

melakukan aktivitas harian dan perawatan diri secara mandiri untuk berpakaian, mandi,

toileting dibantu. Pasien mengatakan aman di tempat tidur. O: Klien tampak kesulitan

melakukan mobilitas fisik aktivitas harian sendiri, Pasien bisa berpakaian sendiri.,

Terpasang penghalang bed pasien, Tanda-tanda vital : TD : 130/90mmHg, N :

84x/menit, RR : 22 x/menit, S : 36o C, A : Masalah resiko cedera teratasi sebagian, P :

pertahankan intervensi : 1. Berikan pengaturan posisi tirah baring, 2. Berikan alat bantu

jika pasien membutuhkan, 3. Berikan motivasi ke pasien untuk melakukan aktifitas secara

mandiri sesuai kemampuan, 4. Letakkan barang yang di butuhkan/posisi bel pemanggil

dalam jangkauan/posisi yang sehat.

3. Ansietas

Definisi ; Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiraan yang samar di sertai respons

autonom (sumber seringkali tidak spesifik) perasaan takut yang di sebabkan oleh

antisipassi terhadap bahaya. Perasaan ini merpakan isyarat kewaspadaan yang

memperingatkan bahaya yang akan trjaadi dan memampukan individu untuk melakukan

tindakan untuk mengahadapi ancaman. Batasan Karakteristik :Perilaku, Penurunan

produktifitas, Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup,

Gerakka yang tidak relevan (mis; mengeret kaki, gerakan lengan ), Gelisah,Memandag

sekilas, Inomnia,Kontak mata buruk, Resah, Menyelidik dan tidak waspada. Afektif :

Gelisah, Kesedihan yangg mendaalam, Depresi, Ketakutan, Perrasaan tidak adekuat,

Fokus pada diri sendiri, Peningkatan kekhawatiran, Iritabilitas, Gugup, Gembira

berlebihhan, Nyeri dan peningkatan ketidak berdayaan yang persisten, Marah menyesal,

Perasaan takut.

Fiisiologis : Wajah tegang, Insomnia (non-NANDA), Peningkatan keringat, Peningkatan

ketegangan, Terguncang, Gemetar/tremor ditangan suara, Bergetar, Parasimpatis, Nyeri

abdomen, Peurunan tekanan darah, Penurunan nadi, Diare, Pingsan, Keletihan, Mual,

Gangguan tidur, Kesemutan pada ekstermitas, Sering berkemih, Berkemih tidak lampias, 57

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Urgensi berkemih. Simpatis : Anoreksia, Eksitasi kardiovaskular, Diare, Mulut kering,

Wajah kemerahan, Jantung berdebar-debar, Peningkatan tekanan darh, Peningkatan nadi,

Peningatan reflex, Perningkatan pernafasan, Dilatasi pupil, Kesulitan bernafas,

Fasokonstrisi, Superfisial, Kedutan otot, Kelemahan. Koognitif : Kesadaran terhadap

gejala-gejala fisilogis, Blooking fikiran, Konfusi, Penurunan lapang pandang, Kesulitan

untuk berkonsentasi, Keterbatasan kemampuan untu menyelesaikan masalah,

Keterbatasan untuk belajar, Takut terhadap konsekuensi yang tdak spesifiik, Mudah lupa,

Gangguan perhatian, Tenggelam dalam dunia sendiri, Melamun.

Alasan penulis mengambil diagnose ansietas karena pada kasus ini pasien akan menjalani

operasi ECEC, dimana pada tahap pre operasi apsien akan merasakan cemas, takut

terhadap penyakit, takut terhadap prosedur pembedahan, dan takut dengan operasinya

akan berhasil atau tidak. Sehingga ansietas termasuk kedalam prioritas diagnose pada

kasus ini. Pada pasien dengan ansietas biasanya akan membutuhkan pendampingan

keluarga dan membutuhkan informasi yang banyak tentang penyakit sehingga akan

membuat pasien merasa tanang dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L, Juall. (2001) Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan) EGC. Jakarta.

58

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAn katarak

Doengoes, M. E. Moorhouse, Mf. Geissler. A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan

Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian perawatan

Pasien (terjemahan) Edisi 3, EGC. Jakarta.

Gaffar. L. Oj. (1999) Pengantar Keperawatan Profesional. EGC. Jakarta

Mansjoer Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid III. EGC. Jakarta

Oeswari E. (2000) Bedah dan Perawatannya. FKUI. Jakarta

Pearce. C. Evelyn. (1999), Anatomi dan Fisioloogi untuk Paramedis (terjemahan). Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Sjamsuhidajat, R. Jong. Wd. (2005) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2

(terjemahan) EGC. Jakarta.

Smeltzer S. C. B. G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and

Suddarth(terjemahan) Vol 3. EGC. Jakarta.

59