ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN IMMOBILITASA. KONSEP LANSIA1.
Proses Menua Pada Lansia
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu
hati-hati daalm mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami
penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka tua
dalam keadaan sehat(healty aging). Penuaan itu sesuai dengan
kronologis usia( penuaan primer), dipengaruhi oleh factor endogen,
perubahan dimulai dari sel jaringan organ system pada tubuh.
Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi
tulang keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon,
keterbatasan gerak, penipisan discus intervertebralis, dan
kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.Bila penuaan banyak
dipengaruhi oleh factor eksogen, yaitu lingkungan, social budaya,
gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuaidengan
kronologis usia dan patologis. Factor eksogen juga dapat
mempengaruhi factor endogen sehingga dikenal dengan factor risiko.
Factor risiko tersebut dapat menyebabkan terjadinya penuaan
patologis(pathological aging). Pada lansia, struktur kolagen kurang
mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi
didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa
otot dan kekuatannya juga berkurang.
2. Pengertian lansiaUsia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat,1999).
Sedangkan menurut pasal 1 ayat(2), (3), (4) UU no.13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
3. Klasifikasi lansiaLima klasifikasi lansia
a) Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI,2003)
d) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang /jasa(Depkes RI,2003).
e) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,2003).
4. Karakteristik lansiaMenurut Budi Anna Keliat (1999), lansia
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat(2),
(3), (4) UU no.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan).
b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit , dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive.
c) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
5. Tipe lansiaBeberapa tipe lansiabbergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental social, dan
ekonominya (Nugroho,2000).
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik, dan banyak menuntut.
d) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja
e) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
B. KONSEP PENYAKIT1. DEFINISIMobilitas Fungsional adalah
pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi
seseorang.Imobilisasi adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik
pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas(
nanda, 2005:131)Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk menggerakkan tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai
faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di rumah
sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu
penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya
mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi
kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh.
Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah
perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk
mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada
menurunnya asupan oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)
2. PENYEBABBerbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya
imobilisasi, sebagai contoh:a) Gangguan sendi dan tulang:Penyakit
rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang tentu akan
menghambat pergerakan (mobilisasi)
b) Penyakit saraf:Adanya stroke, penyakit Parkinson, dan
gangguan sarapc) Penyakit jantung atau pernafasand) Gangguan
penglihatane) Masa penyembuhanf) Fraktur
3. BATASAN KARAKTERISTIKKetidakmampuan untuk bergerak dengan
tujuan di dalam lingkungan, termasuk mobilitas di tempat tidur,
berpindah dan ambulasi
a) Keengganan untuk melakukan pergerakan
b) Keterbatasan rentang gerak
c) Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
d) Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol
mekanis dan medis
e) Gangguan koordinasi
f) Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas
rutin
g) Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik kasar
h) Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik halus.4.
IMOBILITAS YANG TERJADI PADA TULANG LANSIASistem atau organ
Perubahan morfologikPerubahan fungsionalKeadaan patologis
TulangOsteoporosis :penipisan trabekulae dan melebarnya rongga
tulangAsimtomatik atau nyeri punggung ringan, kifosis, bungkuk dan
tinggi badan menurunOsteoporosis :meningkat, nyeri punggung berat,
kifosis dan fraktur(densitas tulang tak cukup).
Osteomalasia: kurangnya penulangan pada matriks tulang normal,
nyeri tulang, miopati, fraktur penyakit paget( osteitis deformans),
tonjolan tulang jari kaki, sub-luksasi sendi tangan atau kaki,
telapak kaki nyeri dan masalah kaki lain
5. KLASIFIKASI KERUSAKAN MOBILITAS FISIK PADA LANSIAa)
Osteoporosis
b) Osteomalasia
c) Penyakit paget tulang
d) Penyakit keganasan tulang
e) Osteomielitis akutf) Fraktur( fraktur leher femur, fraktur
colles, fraktur columna fertebralis)g) Arthritis rheumatoid.6.
MANIFESTSI KLINISDampak fisiologis dari imobilitas dan ketidak
efektifanEfekHasil
Penurunan konsumsi oksigen maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri
Penurunan volume sekuncup
Perlambatan fungsi usus
Pengurangan miksi
Gangguan tidur Intoleransi ortostatik
Peningkatan denyut jantung, sinkop
Penurunan kapasitas kebugaran
Konstipasi
Penurunan evakuasi kandung kemih
Bermimpi pada siang hari, halusinasi
7. KOMPLIKASI IMOBILISASIImobilisasi dapat menimbulkan berbagai
masalah sebagai berikut:
a) Infeksi saluran kemih
b) Sembelit
c) Infeksi paru
d) Gangguan aliran darah
e) Luka tekansendi kaku
f) Intoleransi aktivitas
g) Penurunan kekuatan dan ketahanan
h) Nyeri dan rasa tidak nyaman
i) Gangguan persepsi atau kognitif
j) Gangguan neuromuskuler
k) Depresi
l) Ansietas berat.
Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dn
psikologis dari imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia
disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia
untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara fisiologis, tubuh
bereaksi terjhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang
hamper sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek
ini.8. PATOFISIOLOGIMobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem
neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament,
tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang
karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot:
isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan
tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak
ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan
klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik
tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah)
karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada
klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan
suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok
otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot
adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian
melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional
tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem
skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan
sel darah merah.Sendi adalah hubungan di antara tulang,
diklasifikasikan menjadi:a) Sendi sinostotik mengikat tulang dengan
tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada pergerakan pada
tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.b) Sendi
kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi
elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang
konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.c)
Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan
tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya
fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang
terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan
fibula) .d) Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi
yang dapat digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang
berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh
ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi
pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada
jari.e) Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,
mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan
menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan
membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.
Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan
ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang)
saat punggung bergerak.f) Tendon adalah jaringan ikat fibrosa
berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang.
Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai
panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon
akhiles/kalkaneus.g) Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung
yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada disendi dan toraks,
trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar
kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi
kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.h)
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik
volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus
prasentral atau jalur motorik.i) Propriosepsi adalah sensasi yang
dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas
otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh
secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki
berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau
berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara
terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan
informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.9.
PEMERIKSAAN PENUNJANG1) Sinar X tulang menggambarkan kepadatan
tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.2) CT scan (Computed
Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena
dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya
patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3) MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik
pencitraankhusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet,
gelombangradio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas
(mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang.
Dll.
4) Pemeriksaan Laboratorium:
Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ,
kreatinin dan SGOT pada kerusakan otot.
10. PENATALAKSANAANa) Pencegahan primerPencegahan primer
merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic.
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan,
moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi system
musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan
masalah-masalah yang dapat tmbul akibat imoblitas atau ketidak
aktifan1. Hambatan terhadap latihanBerbagai hambatan mempengaruhi
partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya
interpersonal termasuk isolasi social yang terjadi ketika
teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup
tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi
gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan.
Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk
latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung2. Pengembangan
program latihanProgram latihan yang sukses sangat individual,
diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun
untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu
kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi
santai yang dapat memberikan efek latihan.3. Ketika klien telah
memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang
factor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan
keterikatan dan meningkatkan pengalaman;
4. KeamananKetika program latihan spesifik telah diformulasikan
dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus
dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda
intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan
memilih aktivitas yang tepat.b) Pencegahan sekunderSpiral menurun
yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan
intervensi berasal diri suatu pengertian tentang berbagai faktor
yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi
dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan
poencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik
c) Pencegahan tersierUpaya-upaya rehabilitasi untuk
memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin
yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi
okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta
teman-teman11. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIKPengobatan terapeutik
ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan
atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitas dan penanganan
konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas. Contoh-contoh
pendekatan terhadap penanganan imobilitas meliputi terapi fisik
untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi
pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik
intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran
darah vena dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk
hiperinflasi alveoli, dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi.C.
KONSEP KEPEAWATAN 1. PENGKAJIANTanggal pengkajian : jam:a) Data
biografiTerdapat : Nama, Tempat &tanggal lahir , Pendidikan
terakhir , Agama, Status, TB/BB, Penmpilan, Ciri-ciri tubuh,
Alamat, Orang yang dekat dihubungi, Hubungan dengan usila,
Alamat.
b) Riwayat keluargad) Genogram :Keterangan :
e) Riwayat Pekerjaan :Terdapat Pekerjaan saat ini, Alamat
pekerjan, Jarak dari rumah, Alat transportasi, Pekerjaan
sebelumnya, Berapa jarak dari rumah, Sumber sumber pendapatan dan
kecukupan terhadap kebutuhan.
f) Riwayat Lingkungan HidupTipe tempat tinggal, Jumlah kamar,
Kondisi tempat tinggal, Jumlah orang yang tinggal dirumah, Derajat
privasi, Tetangga terdekat, Alamat / telpon.g) Riwayat rekreasi
Hobby/minat, Keanggotaan organisasi, Liburan perjalanan.
h) Sistem pendukung
Perawat /bidan/dokter/fisioterapi, jarak dari rumah, pelayanan
kesehatan dirumah, makanan yang dihantarkan, perawatan sehari-hari
yang dilakukan keluarga, dll.
i) Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual, dll.
j) Status KesehatanStatus kesehatan umum selama setahun yang
lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan utama
(provocative/palliative, quality/quantity, region, severity scale,
timming. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan.k) Keluhan
UtamaKeluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian.l)
Penatalaksanaan masalah kesehatan :Tindakan yang dilakukan klien
saat sakit.Obat-obat yang pernah di terima klien menurut catatan di
pelayanan kesehatan.
m) Pola persepsi pemeliharaan kesehatanSelama ini klien tidak
pernah melakukan hal-hal yang merugikan kesehatan seperti merokok
atau minum-minuman keras.n) Alergi : klien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan atau obat-obatan , serta cuaca yang
extrim.
o) Penyakit yang diderita : penyakit keturunan seperti
Hipertensi, dan mempunyai riwayat penyakit stroke
p) Pola aktifitas Hidup sehari hari
Kemampuan Perawatan DiriIndependenBantuan AlatBantuan orang
lainBantun orang lain & peralatanDependent
1. makan /minum
2. mandi
3. Berpakaian
4. Ke WC
5. Transfering/pindah
6. Ambulasi
q) Kategori tingkat kemampuan aktivitasTINGKAT
AKTIVITAS/MOBILITASKATEGORI
0Mampu merawat sendiri secara penuh
1Memerlukan penggunaan alat
2Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
4Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
r) Rentang gerak (range of motion-ROM)GERAK SENDIDERAJAT RENTANG
NORMAL
BahuAdduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke
atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling
jauh.180
SikuFleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas
menuju bahu.150
Pergelangan tanganFleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian
dalam lengan bawah.80-90
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi
fleksi80-90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh
mungkin70-90
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika
telapak tangan menghadap ke atas.0-20
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking telapak
tangan menghadap ke atas.30-50
Tangan dan jari
Tangan dan jariFleksi: buat kepalan tangan90
Ekstensi: luruskan jari90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh
mungkin30
Abduksi: kembangkan jari tangan20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi20
Fleksi: buat kepalan tangan90
Ekstensi: luruskan jari90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh
mungkin30
Abduksi: kembangkan jari tangan20
s) Derajat kekuatan ototSKALAPERSENTASE KEKUATAN NORMAL
(%)KARAKTERISTIK
00Paralisis sempurna
110Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau
dilihat
225Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
350Gerakan yang normal melawan gravitasi
475Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5100Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
dan tahanan penuh
t) KATZ INDEXAKTIVITAS
KEMANDIRIAN(1 poin)TIDAK ADA pemantauan, perintah ataupun
didampingiKETERGANTUNGAN(0 poin)Denganpemantauan, perintah,
pendampingan personal atau perawatan total
MANDI
(1 poin)Sanggup mandi sendiri tanpa bantuan, atau hanya
memerlukan bantuan pada bagian tubuh tertentu (punggung, genital,
atau ekstermitas lumpuh)(0 poin)Mandi dengan bantuan lebih dari
satu bagian tuguh, masuk dan keluar kamar mandi. Dimandikan dengan
bantuan total
BERPAKAIAN
(1 poin)Berpakaian lengkap mandiri. Bisa jadi membutuhkan
bantuan unutk memakai sepatu(0 poin)Membutuhkan bantuan dalam
berpakaian, atau dipakaikan baju secara keseluruhan
TOILETING
(1 poin)Mampu ke kamar kecil (toilet), mengganti pakaian,
membersihkan genital tanpa bantuan(0 poin)Butuh bantuan menuju dan
keluar toilet, membersihkan sendiri atau menggunakan telepon
PINDAH POSISI
(1 poin)Masuk dan bangun dari tempat tidur / kursi tanpa
bantuan. Alat bantu berpindah posisi bisa diterima(0 poin)Butuh
bantuan dalam berpindah dari tempat tidur ke kursi, atau dibantu
total
KONTINENSIA
(1 poin)Mampu mengontrol secara baik perkemihan dan buang air
besar(0 poin)Sebagian atau total inkontinensia bowel dan
bladder
MAKAN
(1 poin)Mampu memasukkan makanan ke mulut tanpa bantuan.
Persiapan makan bisa jadi dilakukan oleh orang lain.(0
poin)Membutuhkan bantuan sebagian atau total dalam makan, atau
memerlukan makanan parenteral
AKTIVITAS
KEMANDIRIAN(1 poin)TIDAK ADA pemantauan, perintah ataupun
didampingiKETERGANTUNGAN(0 poin)Denganpemantauan, perintah,
pendampingan personal atau perawatan total
Total Poin :6 =Tinggi (Mandiri);4 = Sedang;