BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.
Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai
generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua
yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya
mengalami kejang demam.Epilepsi merupakan kelainan neurologis akut
yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi
karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak
adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi
saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2002; 229).Insiden terjadinya
kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada
laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada
wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan
laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)Bangkitan kejang berulang atau
kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang
menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara
fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2001 : 858) .Epilepsi
merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan
untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis
dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut
serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan
penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang
klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara
bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada
Epilepsi adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas,
meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada
keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).
1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan UmumUntuk menegetahui Asuhan
Keperawatan pada kasus Epilepsi di Ruang Anak RSUD Jend. A.Yani
Metro.1.2.2. Tujuan Khususa. Mampu melakukan pengkajian yaitu
mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada pasien dengan
Epilepsi.b. Mampu menganalisa data yang diperolehc. Mampu
merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Epilepsid. Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan.e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
1.3. Manfaat Penulisan
a. Hasil analisis ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi
dan pengetahuan khususnya untuk pasien Epilepsi dan keluarganya
sehingga diharapkan agar keluarga dapat lebih meningkatkan
kewaspadaan terhadap tanda dan gejala yang terjadi.b. Hasil
analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan, acuan dan
pertimbangan bagi profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan
edukasi dalam menangani pasien Epilepsi pada saat memberikan
pengobatan.
1.4. Sumber Data1.4.1. Data primerDidapatkan melalui wawancara
dan observasi terhadap pasien dan keluarga1.4.2. Data sekunderData
sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan perawatan,
Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga kesehatan lain
yang terkait.
BAB IITINJAUAN TEORI
2.1. PengertianEpilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan
karekteristik kejang berulang akibatlepasnya muatan listrik otak
yang berlebihan dan bersivat reversibel.Epilepsi adalah gangguan
kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam
serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan
listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel
dengan berbagai etiologi .Epilepsi adalah sindroma otak kronis
dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan
paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron
otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik.Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para
orang tua bahkan bayi yang baru lahir (Utopias,2008).
2.2. Etiologi Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum
diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada:1.Trauma lahir, Asphyxia
neonatorum2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf3.Keracunan CO,
intoksikasi obat/alkohol4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia,
hipokalsemia, hiponatremia)5.Tumor Otak6. Kelainan pembuluh
darah
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis.
Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic
epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada
anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau
antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi
menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut
terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing
dengan prognosis yang baik dan yang buruk..
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak
yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging
(MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi
oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik
yang jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya
bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik dalam kaitannya
dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik
maka dalam waktu 12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami
bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi pada saat
pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada
12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu,
bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut
akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan
pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko
untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar
kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan
pertama.(Tarwoto,2007)2.3. Klasifikasi Epilepsi1. Epilepsi Grand
MalEpilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan
listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks,
di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus.
Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.2. Epilepsi
Petit MalEpilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan
tidak sadar atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di
mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa
kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah
kepala, terutama pengedipan mata.3. Epilepsi Fokal Epilepsi fokal
dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi setempat
pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada
serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi
organik setempat atau adanya kelainan fungsional.
(Tarwoto,2007)
2.4. Patofisiologi
Durasi pendek< 15 menitDurasi pendek< 15 menit
Denyut jantung meningkatHipoksemiaHiperkapni
Kerusakan Neuron otakDemam Meningkat
TakikardiGangguan saraf otonomDx : tidak efektif termoregulasi
peningkatan suhu
Dx : jalan nafas tidak efektif
Kebutuhan O2 MeningkatO2 MenurunDispnea
Gangguan keseimbangan membran sel neuron
Disfusi Na+& K+ BerlebilahanKesadaran menurun
Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun
membran sel disekitarnya dengan bantuan neorotransiterDx : gangguan
perfusi jaringan
Dx : Resiko Cidera
Kejang
ParsialUmum
KomplektonikklonikSederhanaAtonikMioklonik
Tonik-klonikOtak merupakan pusat penerima pesan (impuls
sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls
motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya
tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf
yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.Dalam sinaps
terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain
yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap
penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan
epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saraf di otak
yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik
akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di
sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan
hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih
(depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang
mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota
gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya
kesadaran.Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi,
aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti
pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke
belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat
manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
(Hidayat,2009)
2. 5 Manifestasi klinik1. Klinik dapat berupa kejang-kejang,
gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan.2. Kelainan gambaran
EEG3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen4. Dapat
mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium
bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu,
sakit kepala dan sebagainya) (Hidayat,2009)2. 6
PenatalaksanaanTujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan
tanpa mengganggu kapasitas dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi
meliputi pengobatan medikamentosa dan pengobatan psikososial.1)
Pengobatan medikamentosaPada epilepsi yang simtomatis di mana sawan
yang timbul adalah manifestasi penyebabnya seperti tumor otak,
radang otak, gangguan metabolic, mka di samping pemberian obat
anti-epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar
yang perlu dipertimbangkan:a. Pada sawan yang sangat jarang dan
dapat dihilangkan factor pencetusnya, pemberian obat harus
dipertimbangkan.b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis
ditegakkan; ini berarti pasien mengalami lebih dari dua kali sawan
yang sama.c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.d.
Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas
akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi
obat.e. Dosis obat disesuaikan secara individual.f. Evaluasi
hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya: Salah
etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi,
adanya penyakit degenerates susunan saraf pusat. Pemberian obat
antiepilepsi yang tepat. Kurang penerangan: menelan obat tidak
teratur. Faktor emosional sebagai pencetus. Termasukintractable
epilepsi.g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama
minimal 2 3 tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan
menurunkan dosisnya.h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
Phenobarbital (luminal). Paling seringdipergunakan, murahharganya,
toksisitasrendah. Primidone (mysolin)Di hepar primidone di ubah
menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).Dari kelompok
senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah PH. Berhasiat
terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis,
takberhasiatterhadap petit mal, efek samping yang dijumpai ialah
nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah. Carbamazine
(tegretol).
Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrolanbangkitanepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinememangmempunyaiefekpsikotropik.Sifat
ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering
disertai gangguan tingkahlaku.Efek samping yang mungkin terlihat
ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang
dan gangguanfungsi hati.- Diazepam.Biasanya dipergunakan pada
kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).Pemberian i.m.
hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat.
Sebaiknyadiberikani.v.atau intra rektal. Nitrazepam
(inogadon).Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
Ethosuximide (zarontine).Merupakanobatpilihanpertamauntukepilepsi
petit mal - Na-valproat (dopakene) obat pilihan kedua pada petit
mal Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai. obat ini dapat
meninggikan kadar GABA di dalam otak.- Acetazolamide
(diamox).Kadang-kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat
ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun,
influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan
hiperpolarisasi. ACTHSering kali memberikan perbaikan yang dramatis
pada spasme infantil.(Hidayat,2009)
2)Pengobatan Psikososial.Pasien diberikan penerangan bahwa
dengan pengobatan yang optimal sebagian besar akan terbebas dari
sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya sehingga
dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat
secara normal.3)Penatalaksanaan status epileptikusa)Lima menit
pertama Pastikan diagnosis dengan observasi aktivitas serangan atau
satu serangan berikutnya. Beri oksigen lewat kanul nasal atau
masker, atur posisi kepala dan jalan nafas, intubasi bila perlu
bantuan bentilasi. Tanda-tanda vital dan EKG, koreksi bila ada
kelaianan. Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula
darah, kimia darah, hematology dan kadar OAE (bila ada fasilitas
dan biaya).b)Menit ke-6 hingga ke-9Jika hipoglikemia/gula darah
tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50% bolas intravena (pada
anak: 2 ml/kgBB/glukosa 25%) disertai 100 mg tiamin
intravena.c)Menit ke-10 hingga ke-20Pada dewasa: berikan 0,2
mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5 mg/menit sampai maksimum 20 mg.
Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat diulangi lagi.
Diazepam harus diikuti dengan dosis rumat fenitoin.d)Menit ke 20
hingga ke-60Berikan fenitoin 20 mg/kgBB dengan kecepatan