Top Banner
i ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY OF CARE/COC PADA NY “V” DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN “R” KECAMATAN “T” KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : Dwi Mika Endriana NIM.14.01.0264 AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA BONDOWOSO 2017
192

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

Feb 26, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

i

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

CONTINUITY OF CARE/COC

PADA NY “V” DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN “R” KECAMATAN “T” KABUPATEN BONDOWOSO

TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

Dwi Mika Endriana

NIM.14.01.0264

AKADEMI KEBIDANAN

DHARMA PRAJA BONDOWOSO

2017

Page 2: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

ii

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

CONTINUITY OF CARE/COC

PADA NY “V” DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN “R” KECAMATAN “T”

KABUPATEN BONDOWOSO

TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Akademi Kebidanan Dharma Praja

Oleh :

Dwi Mika Endriana

NIM.14.01.0264

AKADEMI KEBIDANAN

DHARMA PRAJA BONDOWOSO

2017

Page 3: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

iii

Page 4: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

iv

Page 5: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

v

Page 6: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

vi

Page 7: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

vii

RINGKASAN

Dwi Mika Endriana

Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/COC) pada Ny.”V” di BPM Bidan “R” Kecamatan “T” Kabupaten Bondowoso. Program studi D-III

Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso.

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Indonesia saat

ini. Berdasarkan hasil data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bondowoso

Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015 mencapai 19 orang atau

187,95/100.000/kelahiran hidup dan tahun 2016 sebanyak 20 orang atau 195,81

per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 yaitu

167 bayi atau 16,52/1000/kelahiran hidup dan tahun 2016 178 bayi atau 17,42 per

1.000 kelahiran hidup. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi AKI dan AKB

adalah menggunakan asuhan Contunuity of Care (CoC) dimana klien dan tenaga

kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara

berlanjut menuju pelayanan yang berkualitas, biaya perawatan yang efektif.

Metode yang dilakukan pada laporan tugas akhir ini adalah metode pendekatan

studi kasus dimana penulis mengumpulkan data dan mendeskripsikan proses

asuhan kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) pada

ibu hamil trimester III, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana (KB)

melalui pendekatan SOAP. Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada

Ny.”V” selama kehamilan tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, namun pada asuhan persalinan ditemukan kesenjangan antara teori dan

kasus, tetapi pada asuhan nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana semua

dalam batasan normal.

Page 8: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan Pendidikan Akademik dalam

menyelesaikan program D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Dharma Praja

Bondowoso.

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini

ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :

1. Bapak Mohammad Jupri, S.Kom selaku Direktur Akademi Kebidanan Dharma

Praja Bondowoso yang telah memberikan ijin menyusun Laporan Tugas Akhir

ini.

2. Ibu Novita Sari Eka Diantini, SST, M.Keb selaku Pembantu Direktur I

Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso yang telah memberikan

kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

3. Ibu Tri Yuni Kuswandari, SST, M.Kes selaku Ketua Penguji yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan penulisan

Laporan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Ratna Puspitasari, SST, M.PH selaku Pembimbing I dan Ibu Rubiah,

S.Tr.Keb selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta

petunjuk yang sangat berharga bagi penulis dari awal hingga akhir penulisan

Laporan Tugas Akhir ini.

5. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu hingga terselesainya Laporan Tugas Akhir ini.

Besar harapan kami semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi penulis

selanjutnya dan juga diharapkan mampu mencapai tujuan yaitu memberikan

konstribusi bagi kemajuan program kesehatan. Namun demikian penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan,

penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, untuk

menyempurnakannya.

Penulis

Page 9: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v

RINGKASAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

DAFTAR SINGKATAN, SIMBOL DAN ISTILAH.............................. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 3

1.3.1 Tujuan umum ............................................................. 3

1.3.2 Tujuan khusus ............................................................ 3

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................. 3

1.4.1 Manfaat teoritis .......................................................... 3

1.4.2 Manfaat praktis .......................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan .......................................................... 5

2.1.1 Pengertian ..................................................................... 5

2.1.2 Klasifikasi usia kehamilan............................................ 5

2.1.3 Etiologi pada masa kehamilan ...................................... 5

2.1.4 Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil ....... 6

Page 10: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

x

2.1.5 Perubahan psikologis pada ibu hamil ........................... 11

2.1.6 Kebutuhan ibu hamil .................................................... 11

2.1.7 Masalah dan Ketidaknyamanan .................................... 18

2.1.8 Tanda Bahaya/Komplikasi ibu dan janin ..................... 21

2.1.9 Pelayanan Antenatal ..................................................... 26

2.1.10 Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) ............................. 27

2.1.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan ......... 30

2.2 Konsep Dasar Persalinan........................................................... 39

2.2.1 Pengertian ..................................................................... 39

2.2.2 Etiologi ......................................................................... 39

2.2.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi persalinan ............. 41

2.2.4 Tanda–tanda persalinan ................................................ 42

2.2.5 Tahapan persalinan ....................................................... 43

2.2.6 Kebutuhan pada masa persalinan ................................. 47

2.2.7 Masalah dan Penanganan ............................................ 48

2.2.8 Komplikasi dan penanganan ....................................... 49

2.2.9 Asuhan persalinan normal ........................................... 55

2.2.10 Pendokumentasian ........................................................ 60

2.2.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada persalinan ......... 62

2.3 Konsep Dasar Nifas................................................................... 71

2.3.1 Pengertian ..................................................................... 71

2.3.2 Tahapan masa nifas ...................................................... 71

2.3.3 Tujuan masa nifas ......................................................... 72

2.3.4 Perubahan fisiologis masa nifas ................................... 72

2.3.5 Perubahan psikologi masa nifas ................................... 78

2.3.6 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas ......................... 79

2.3.7 Tanda- tanda bahaya pada masa nifas .......................... 81

2.3.8 Deteksi dini komplikasi pada masa nifas ..................... 81

2.3.9 Kunjungan pada masa nifas .......................................... 82

2.3.10 Proses laktasi dan menyusui ......................................... 83

2.3.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada masa nifas ........ 84

Page 11: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xi

2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir ................................................. 87

2.4.1 Pengertian ..................................................................... 87

2.4.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal .................................... 87

2.4.3 Kebutuhan pada bayi baru lahir ................................... 88

2.4.4 Pelayanan kesehatan neonatus ...................................... 90

2.4.5 Manejemen Terpadu Bayi Muda ................................. 91

2.4.6 Masalah, Komplikasi dan Penanganan ........................ 91

2.4.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada Neonatus .......... 95

2.5 Konsep Dasar KB ...................................................................... 99

2.5.1 Pengertian ..................................................................... 99

2.5.2 Tujuan program KB...................................................... 99

2.5.3 Manfaat KB .................................................................. 99

2.5.4 Kebutuhan pada calon akseptor KB ............................. 99

2.5.5 Penapisan klien ............................................................. 101

2.5.6 Metode kontrasepsi....................................................... 102

2.5.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada akseptor KB ..... 108

BAB 3 METODE PENDEKATAN STUDI KASUS

3.1 Jenis Pendekatan .................................................................... 110

3.2 Kerangka Operasional ............................................................ 111

3.3 Subjek Studi Kasus ................................................................ 112

3.4 Fokus Studi ............................................................................ 112

3.5 Definisi Operasional Fokus Studi .......................................... 112

3.6 Kriteria Subjek ....................................................................... 113

3.7 Instrumen Penelitian .............................................................. 113

3.8 Lokasi dan Waktu Studi Kasus .............................................. 113

3.9 Metode Pengumpulan Data .................................................... 114

3.10 Etika Studi Kasus ................................................................... 114

BAB 4 LAPORAN PELAKSANAAN

4.1 Asuhan kebidanan pada Kehamilan ....................................... 115

4.2 Asuhan kebidanan pada Persalinan ........................................ 128

Page 12: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xii

4.3 Asuhan kebidanan pada Masa Nifas ...................................... 136

4.4 Asuhan kebidanan pada Neonatus ......................................... 146

4.5 Asuhan kebidanan pada Akseptor KB ................................... 156

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Asuhan kebidanan pada Kehamilan Trimester III ................. 158

5.2 Asuhan kebidanan pada Persalinan ........................................ 161

5.3 Asuhan kebidanan pada Masa Nifas ...................................... 164

5.4 Asuhan kebidanan pada Neonatus ......................................... 166

5.5 Asuhan kebidanan pada Akseptor KB ................................... 168

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 169

6.2 Saran ...................................................................................... 170

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 171

LAMPIRAN ............................................................................................... 174

Page 13: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Menurut Perubahan per tiga jari ............. 7

Tabel 2.2 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)................................................ 17

Tabel 2.3 Masalah dan Ketidaknyamanan Hamil .................................... 18

Tabel 2.4 Asuhan Persalinan Normal ....................................................... 55

Tabel 2.5 Penapisan Persalinan ................................................................ 61

Tabel 2.6 Tinggi Fundus Uteri & Berat Uterus Menurut Masa Involusi . 72

Tabel 2.7 Kebutuhan Tidur Bayi .............................................................. 90

Tabel 2.8 Jadwal Imunisasi ...................................................................... 90

Tabel 2.9 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Non Operatif ................ 101

Page 14: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Operasional ........................................................ 111

Page 15: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jadwal penyusunan LTA ...................................................... 174

Lampiran 2 Curiculum vitae .................................................................... 175

Lampiran 3 Permohonan ijin studi kasus................................................ 176

Lampiran 4 Surat ijin dari Bakesbang .................................................... 177

Lampiran 5 Surat ijin dari Dinas Kesehatan ........................................... 178

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden............................ 179

Lampiran 7 Lembar Persetujuan (Informed Consent) ............................ 180

Lampiran 8 Pernyataan Kesediaan Pembimbing I.................................. 181

Lampiran 9 Pernyataan Kesediaan Pembimbing II ................................ 182

Lampiran 10 Identitas Ibu ......................................................................... 184

Lampiran 11 Rencana Persalinan ............................................................. 185

Lampiran 12 Lembar Kartu Skor Poedji Rochdjati (KSPR) .................... 186

Lampiran 13 Catatan Pemeriksaan Ibu Hamil .......................................... 188

Lampiran 14 Catatan Kesehatan Ibu Bersalin .......................................... 190

Lampiran 15 Lembar penapisan persalinan .............................................. 191

Lampiran 16 Lembar Partograf ................................................................ 192

Lampiran 17 SOP 58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) ........... 194

Lampiran 18 Catatan Kesehatan Ibu Nifas ............................................... 200

Lampiran 19 Pelayanan KB Ibu Nifas ...................................................... 201

Lampiran 20 Keterangan Lahir ................................................................. 202

Lampiran 21 Catatan Imunisasi ................................................................ 203

Lampiran 22 Catatan Kesehatan Bayi Baru Lahir .................................... 204

Lampiran 23 Lembar MTBM Bayi Usia 6 Jam ........................................ 205

Lampiran 24 Lembar MTBM Bayi Usia 4 Hari ....................................... 207

Lampiran 25 Lembar MTBM Bayi Usia 15 Hari ..................................... 209

Lampiran 26 Lembar Persetujuan Pelayanan Kontrasepsi ....................... 211

Lampiran 27 Dokumentasi foto ................................................................ 212

Lampiran 28 Lembar Konsultasi Pembimbing I ...................................... 218

Lampiran 29 Lembar Konsultasi Pembimbing II ..................................... 220

Page 16: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xvi

Lampiran 30 Lembar Revisi Penguji Utama ........................................... 221

Lampiran 31 Lembar Revisi Penguji I...................................................... 222

Lampiran 32 Lembar Revisi Penguji II .................................................... 223

Page 17: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xvii

DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

Daftar Singkatan

AIDS = Acqyuired Immuno Deficiency Syndrome

AKBa = Angka Kematian Balita

AKDR = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKB = Angka Kematian Bayi

AKI = Angka Kematian Ibu

APN = Asuhan Persalinan Normal

APGAR = Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration

ANC = Antenatal Care

ASI = Air Susu Ibu

ASKES = Asuransi Kesehatan

ATS = Anti Tetanus Serum

BAB = Buang Air Besar

BAK = Buang Air Kecil

BB = Berat Badan

BBL = Bayi Baru Lahir

BBLR = Berat Bayi Lahir Rendah

BTA = Bakteri Tahan Asam

BPM = Bidan Praktek Mandiri

BPJS = Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

COC = Continuity of Care

CO2 = Karbon Dioksida

CPD = Cephalopelvic Disproportion

Dinkes = Dinas Kesehatan

CVA = Cerebrovascular Accident

DHA = Decosa Heksanoid Acid

DJJ = Denyut Jantung Janin

DM = Diabetes Mellitus

DMPA = Depot Medroxy Progesterone Asetat

DTT = Desinfeksi Tingkat Tinggi

Page 18: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xviii

Gebrak = Gerakan Bersama Amankan Kehamilan

GGK = Gagal Ginjal Kronis

Hb = Hemoglobin

HCG = Human Chorionic Gonadotropin

HIV = Human Immunodeficiency

HPHT = Hari Pertama Haid Terakhir

HPP = Hemorrarghia Post Partum

ICU = Intensive Care Unit

IM = Intra Muskular

IMS = Infeksi Menular Seksual

ISK = Infeksi Saluran Kencing

IUFD = Intra Uterin Fetal Date

Kemenkes = Kementrian Kesehatan

KB = Keluarga Berencana

KIA = Kesehatan Ibu dan Anak

KIE = Komunikasi Informasi dan Edukasi

Kg = Kilogram

KN = Kunjungan

KPD = Ketuban Pecah Dini

KRR = Kehamilan Resiko Rendah

KRT = Kehamilan Resiko Tinggi

KRST = Kehamilan Resiko Sangat Tinggi

KSPR = Kartu Skor Poedji Rochjati

LILA = Lingkar Lengan Atas

MAL = Metode Alamiah Laktasi

MDGs = Millenium Development Goals

MgSO4 = Magnesium Sulfate

mmHg = mili meter Hidro gram

NET-EN = Norethindrone Enanthate

O2 = Oksigen

P4K = Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

PNC = Perinatal Care

Page 19: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

xix

PONED = Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

PONEK = Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

PTT = Penegangan Tali Pusat Terkendali

RR = Respiration rate

SDGs = Sustainable Development Goals

SPK = Standar Pelayanan Kebidanan

TB = Tinggi Badan

TBC = Tuberkulosis

TD = Tekanan darah

TFU = Tinggi Fundus Uteri

TT = Tetanus Toxoid

TTV = Tanda-tanda Vital

Daftar Arti Simbol

< = kurang Dari

> = lebih dari

× = kali

± = kurang Lebih

% = persen

/ = atau

Daftar Istilah

cf. = compare

e.g = for example

etc = and so forth

Page 20: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Indonesia saat ini.

Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) melalui upaya tindak lanjut transisi Millenium

Development Goals (MDGs) menuju Sustainable Development Goals (SDGs).

Hingga akhir tahun 2015, Indonesia belum berhasil mencapai target MDGs salah

satunya yaitu Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102/100.000

kelahiran hidup dan Penurunan Angka Kematian Balita (AKBa) sebesar 23/1000

kelahiran hidup dan SDGs dimulai pada tahun 2016-2030 dengan terget untuk

AKI Indonesia pada tahun 2030 sebesar 70/100.000 kelahiran hidup (SDGs,

2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2015 yaitu 305 per 100.000

kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab

utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi

(Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

tahun 2015, AKI di Provinsi Jawa Timur mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yang mencapai

93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tertinggi kematian ibu di Jawa

Timur tahun 2015 disebabkan oleh eklamsia yaitu sebesar 31% atau sebanyak 162

orang. Sedangkan penyebab paling kecil adalah infeksi sebesar 6% atau sebanyak

34 orang (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bondowoso mengalami

peningkatan dari tahun 2015 hingga tahun 2016. Angka Kematian Ibu (AKI)

tahun 2015 mencapai 19 orang atau 187,95 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun

2016 mencapai 20 orang atau 195,81 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab

tingginya kematian ibu di Kabupaten Bondowoso tahun 2016 disebabkan oleh pre

eklamsi/eklamsi, perdarahan, CVA, serosis, infeksi, abortus, GGK, syok

hipovolemik, TBC, epilepsi. Pada tahun 2015 puskesmas Tenggarang tidak

Page 21: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

2

mengalami kasus kematian ibu sedangkan tahun 2016 puskesmas Tenggarang

menyumbang satu kematian ibu yang disebabkan karena pre eklamsia, dengan

jumlah kasus komplikasi kebidanan yang menempati urutan tertinggi di

Kabupaten Bondowoso yaitu 182 kasus (148%) yang terdiri dari KPD 24,3%,

abortus 13,1%, serotinus 12,1%, kelainan letak 11,2%, partus lama 9,2%, pre

eklamsi 7,3% HPP 5,8%, IUFD 3,9%, prematur 3,4%, HIV (3 kasus), lain-lain

9,7%. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bondowoso pada

tahun 2015 sebesar 167 bayi atau 16,52 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2016

sebesar 178 bayi atau 17,42 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi

di Puskesmas Tenggarang pada tahun 2015 sebesar 13 kematian, mengalami

penurunan pada tahun 2016 yaitu sebesar 9 kematian (0-7 hari = 5 kematian, 1-12

bulan = 3 kematian) dan 1 kematian pada balita (Dinkes Kabupaten Bondowoso,

2016).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi AKI dan AKB adalah menggunakan

asuhan Contunuity of Care (CoC) dimana klien dan tenaga kesehatan yang

kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara berlanjut menuju

pelayanan yang berkualitas, biaya perawatan yang efektif serta telah dilakukan

upaya penurunan AKI dan AKB yaitu dengan penempatan bidan di desa,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan

Ibu dan Anak (Buku KIA), dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri

Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Perawatan dan Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit serta Gerakan

Bersama Amankan Kehamilan (GEBRAK) yang dilakukan di Provinsi Jawa

Timur pada tahun 2014.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat laporan tugas

akhir yang berisi Asuhan Kebidanan secara Continuity of Care pada ibu masa

hamil, bersalin, BBL, nifas, neonatus dan KB di BPM Ny. “R” agar proses

kehamilan sampai dengan proses ibu menggunakan kontrasepsi dapat terjadi

secara normal.

Page 22: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

3

1.2 Batasan Masalah

Dalam studi kasus ini, penulis membatasi pada ibu hamil trimester ketiga,

proses persalinan, nifas, bayi baru lahir, sampai pemakaian kontrasepsi setelah

masa nifas (42 hari) secara fisiologis di BPM Ny. “R” Kabupaten Bondowoso

dengan manajemen SOAP.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan, memdokumentasikan, dan

menganalisis Asuhan Kebidanan secara Continuity of Care pada ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan ibu KB, sesuai dengan manajemen

kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP di BPM Ny. “R” Kabupaten

Bondowoso.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan

manajemen Varney dan SOAP

2. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan manajemen

SOAP

3. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan manajemen

SOAP

4. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada neonatus dengan manajemen

SOAP

5. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada akseptor KB dengan

manajemen SOAP

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan dan mendapatkan pengalaman serta dapat

menerapkan teori yang telah diterima dan didapat dalam perkuliahan ke dalam

kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar dan

mutu secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) pada ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, neonatus dan Keluarga Berencana (KB).

Page 23: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

4

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi masyarakat

Manfaat bagi masyarakat khususnya klien dan keluarga, dapat

mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar pelayanan secara

komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) pada ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas, neonatus dan Keluarga Berencana (KB).

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

pendidikan dan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya, serta referensi di

perpustakaan serta sebagai bahan bimbingan mahasiswi dalam penatalaksanaan

asuhan kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC)

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, neonatus dan Keluarga Berencana

(KB).

3. Bagi Lahan Praktek

Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan

sesuai standar asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

neonates, dan KB.

Page 24: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

5

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Menurut Prawirohardjo (2010) kehamilan merupakan suatu proses yang

alamiah dan fisiologis. Kehamilan dimulai dari penyatuan spermatozoa dan ovum,

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari penyatuan

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester dimana trimester pertama berlangsung dalam

12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan

trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40).

2.1.2 Klasifikasi usia kehamilan

Menurut Asrinah (2010) dalam buku berjudul Asuhan Kebidanan Masa

Kehamilan mengemukakan bahwa klasifikasi usia kehamilan :

1. Trimester pertama

Trimester pertama adalah 0–12 minggu

2. Trimester kedua

Trimester kedua adalah 13–27 minggu

3. Trimester ketiga

Trimester ketiga adalah 28–40 minggu

2.1.3 Etiologi pada masa kehamilan

Menurut Asrinah (2010) etiologi pada masa kehamilan yaitu :

1. Fertilisasi

Peristiwa bertemunya sperma dan ovum umumnya terjadinya di ampula

tuba. Pada hari 11–14 dalam siklus menstruasi, perempuan mengalami ovulasi,

yaitu peristiwa matangnya sel telur sehingga siap dibuahi. Pada saat fertilisasi

terjadi, spermatozoa dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitellus.

Ovum yang tidak memiliki kekuatan daya penggerak, digerakkan oleh silia dan

peristaltic kontraksi otot tuba. Pada saat ini serviks dipengaruhi oleh estrogen

mensekresi aliran mucus asam yang menarik spermatozoa. Saat berhubungan,

Page 25: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

6

sekitar 300 juta sperma tersimpan pada forniks vagina. Sperma yang mencapai

mucus serviks akan bertahan hidup lalu mendorong diri sendiri maju ke tuba

uterin, sementara sisanya dihancurkan oleh media asam vagina. Hanya pada

perjalanan inilah sperma akhirnya matang dan mampu melepaskan enzim

hialuronidase yang memungkinkan terjadinya penetrasi terhadap zona pelusia

serta membrane sel di sekitar ovum. Sperma dan ovum masing–masing

menyumbangkan setengah dari kromosom untuk membuatnya berjumlah 46.

Sperma dan ovum yang dibuahi disebut zigot. Baik sperma maupun ovum tidak

dapat bertahan lebih dari 2 sampai 3 hari dan pembuahan terjadi bila hubungan

seksual dilakukan 48 jam sebelum atau 24 jam setelah masa ovulasi.

Selanjutnya konsepsi akan berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi

berikutnya.

2. Implantasi

Masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma (vitellus)

membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum, yang berada dalam

keadaan metaphase. Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44

dalam bentuk otosom sedangkan lainnya sebagai pembawa tanda seks.

Perempuan selalu resesip dengan tanda seks kromosom X. Laki – laki memiliki

dua bentuk kromosom seks, yaitu kromosom X dan kromosom Y. Bila

spermatozoa kromosom X bertemu, terjadi jenis kelamin perempuan,

sedangkan bila kromosom seks Y bertemu, terjadi jenis kelamin laki – laki.

Itulah sebabnya mengapa perempuan tidak dapat dipersalahkan dengan jenis

kelamin bayi yang lahir, karena yang menentukan jenis kelamin adalah suami.

2.1.4 Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil

Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil menurut Hutahaean (2013)

dalam bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu :

1. Sistem reproduksi

a. Uterus

1) Berat naik 20 x 50 gram

2) Volume 10 ml

3) Pembesaran uterus karena pengaruh estrogen adalah hyperplasia dan

hipertrofi jaringan otot uterus.

Page 26: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

7

4) Kontraksi Braxton hicks terjadi pada minggu ke–6 dengan

teregangnya uterus karena pengaruh estrogen dan progesterone.

5) Posisi uterus bergeser ke kanan dan teraba pada usia 12 minggu.

6) Pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus uteri ibu hamil dapat

ditafsirkan secara kasar.

Tabel 2.1 TFU Menurut Perubahan Per Tiga Jari

Umur

kehamilan

(minggu)

Tinggi Fundus Uteri (TFU)

12 3 jari diatas sympisis

16 Pertengahan sympisis–pusat

20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat–Prosesus Xiphoideus (PX)

36 3 jari di bawah Prosesus Xiphoideus (PX)

40 Pertengahan pusat–Prosesus Xiphoideus (PX)

Sumber : Amru Sofian, 2013

b. Serviks

a) Serviks terdapat tanda–tanda chadwick, goodell, dan mucus plug

b) Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi dan pelunakan (tanda

hegar).

c) Lendir serviks meningkat seperti gejala keputihan.

c. Ovarium

Fungsi ovarium diambil alih oleh placenta terutama fungsi produksi

progesterone dan estrogen pada usia kehamilan 16 minggu tidak terjadi

kematangan ovum selama kehamilan.

2. Payudara

a. Payudara menjadi lebih besar, kenyal dan terasa tegang.

b. Areolla mengalami hiperpigmentasi.

c. Glandula montgometri makin tampak.

d. Papila mamae makin membesar/menonjol.

e. Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolactin belum berfungsi.

3. Vulva

Vulva mengalami hipervaskularisasi karena pengaruh progesteron dan

estrogen berwarna kebiruan (tanda chadwick).

Page 27: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

8

4. Perubahan sistem musculoskeletal

Perubahan sistem musculoskeletal pada ibu hamil menurut Hutahaean

(2013) dalam bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu :

a. Pembesaran payudara dan rotasi anterior panggul memungkinkan untuk

terjadinya lordosis.

b. Ibu sering mengalami nyeri di bagian punggung dan pinggang karena

mempertahankan posisi stabil, beban meningkat pada otot punggung dan

kolumna vertebratae.

c. Adaptasi musculoskeletal

1) Pengaruh hormonal

a) Relaksasi persendian karena pengaruh hormone relaksin.

b) Mobilitas dan pliabilitas (pelunakan) meningkat pada sendi sacro

iliaca. Sacro iliaca dan pelvis untuk persiapan persalinan.

2) Pengaruh mekanik

a) Peningkatan berat badan karena pembesaran uterus

b) Perubahan postur

c) Diastasis recti

d) Sindrom carpal tunnel

e) Relaksasi dan hipermobilitas sendi pada masa hamil kembali stabil

dan ukuran sama dengan sebelum hamil kecuali pada kaki.

5. Sistem respirasi

Sistem respirasi pada ibu hamil menurut Hutahaean (2013) dalam

bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu kebutuhan oksigen 15–

20%. Diafragma terdorong keatas hiperventilasi, pernafasan dangkal (20–

24x/menit) mengakibatkan penurunan komplikasi dada, volume residu dan

kapasitas paru serta terjadi peningkatan volume tidal. Oleh karena itu, sistem

respirasi selama kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan inspirasi dan

ekspirasi dalam pernapasan yang secara langsung juga mempengaruhi suplai

oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) pada janin.

a. Jika inspirasi meningkat, maka jumlah kebutuhan oksigen (O2) akan

meningkat (oksigen di arteri meningkat), sehingga suplai oksigen yang

sampai ke fetus meningkat.

Page 28: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

9

b. Jika ekspirasi meningkat, maka output karbondioksida (CO2) meningkat,

sehingga karbondioksida dalam darah maternal menurun yang selanjutnya

akan memudahkan transfer karbondioksida dari fetus kepada maternal.

Kesadaran ibu hamil akan kebutuhan nafas meningkat, namun beberapa

ibu mengeluh mengalami dyspnea saat istirahat akibat penekanan

diafragma.

6. Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pada ibu hamil menurut Hutahaean (2013) dalam

bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu :

a. Tekanan darah

Tekanan darah arteri (arteri brakialis) dipengaruhi oleh usia, posisi ibu,

kecemasan ibu, dan ukuran manset saat pengukuran tekanan darah. Posisi

ibu mempengaruhi hasil karena posisi uterus menghambat aliran balik

darah vena, dengan demikian curah jantung dan tekanan darah menurun.

Selama pertengahan masa hamil, tekanan sistolik dan diastolic menurun 5–

10 mmHg, kemungkinan hal ini disebabkan vasodilatasi perifer akibat

perubahan hormonal.

b. Volume dan komposisi darah

Volume darah meningkat sekitar 1.500 ml (dengan penambahan berat

badan 8,5–9 kg). Peningkatan terdiri atas 1.000 ml plasma dan 450 ml sel

darah merah. Terjadi sekitar minggu ke-10 sampai dengan minggu ke-12.

Peningkatan volume darah ini merupakan mekanisme protektif yang

penting untuk :

1) Sistem vaskular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus.

2) Hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau

telentang.

3) Mengganti darah yang hilang selama proses melahirkan.

c. Curah jantung

Curah jantung meningkat 30–50% pada minggu ke-32 kehamilan,

kemudian menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40. Peningkatan

curah jantung ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume sekuncup

Page 29: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

10

(stroke volume) dan merupakan respons terhadap peningkatan kebutuhan

O2 jaringan (nilai 5–5,5 l/menit).

d. Waktu sirkulasi dan koagulasi

Waktu sirkulasi sedikit menurun pada minggu ke-32 kehamilan.

Kecenderungan koagulasi lebih besar selama masa hamil akibat

peningkatan berbagai faktor pembekuan. Aktivitas fibrinolisis

(pemecahan/pelarutan bekuan darah) mengalami depresi selama masa

hamil sehingga ibu hamil cenderung rentan terhadap thrombosis.

7. Sistem endokrin

Sistem endokrin pada ibu hamil menurut Asrinah (2010) dalam

bukunya yang berjudul Asuhan kebidanan masa kehamilan yaitu :

a. Hormon placenta

Sekresi hormon placenta dan HCG dari placenta janin mengubah

organ endokrin secara langsung. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan

produksi globulin meningkatan dan menekan produksi tiroksin,

kortikosteroid dan steroid, dan akibatnya plasma yang mengandung

hormon-hormon ini akan meningkat jumlahnya.

b. Kelenjar tyroid

Dalam kehamilan, normalnya ukuran kelenjar tyroid akan

mengalami pembesaran kira–kira 13% akibat adanya hiperflasi dari

jaringan glandula dan peningkatan vaskularitas. walau kadang–kadang

mungkin menuju hipertyroid, fungsi tyroid biasanya normal.

8. Sistem perkemihan

Ureter membesar, tonus otot–otot saluran kemih menurun akibat

pengaruh esterogen dan progesterone. Kencing lebih sering (poliuria), laju

filtrasi meningkat hingga 60%-150%. Dinding saluran kemih bisa tertekan

oleh pembesaran uterus, namun ini dianggap normal.

9. Sistem pencernaan

Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan muntah.

Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung,

konstipasi, lebih sering lapar/perasaan ingin makan terus (mengidam), juga

Page 30: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

11

akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologi tertentu, terjadi

muntah–muntah banyak sampai lebih dari 10 kali (hiperemesis gravidarum).

10. Sistem integument

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi

karena pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi terjadi pada striae

gravidarum lividae atau alba, areolla mamae, papilla mamae, linea nigra,

cloasma gravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.

11. Berat badan

Peningkatan berat badan ibu hamil menandakan adanya adaptasi ibu

terhadap pertumbuhan janin. Menurut Asrinah (2010), perkiraan peningkatan

berat badan :

a. 4 kg dalam kehamilan 20 minggu

b. 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir)

c. Totalnya sekitar 12,5 kg

2.1.5 Perubahan psikologis pada ibu hamil

Perubahan psikologis pada ibu hamil menurut Sulistyawati (2009) dalam

bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan yaitu :

1. Perubahan psikologis trimester I (periode penyesuaian)

a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya.

b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan, baik

kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

c. Ibu akan selalu mencari tanda–tanda apakah ia benar–benar hamil. Hal ini

dilakukan sekadar untuk meyakinkan dirinya.

d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian

dengan seksama.

e. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu

yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah

mungkin merahasiakannya.

f. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda–beda pada tiap wanita,

tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.

2. Perubahan psikologis trimester II (periode kesehatan yang baik)

a. Ibu merasa sehat,tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.

Page 31: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

12

b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

c. Merasakan gerakan anak.

d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

e. Libido meningkat.

f. Menuntut perhatian dan cinta.

g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.

h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang

lain yang baru menjadi ibu.

i. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan

persiapan untuk peran baru

3. Perubahan psikologis trimester III (periode penantian dengan penuh

kewaspadaan)

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak

menarik

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatannya

d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang

mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

f. Merasa kehilangan perhatian.

g. Perasaan mudah terluka atau sensitive.

h. Libido menurun.

2.1.6 Kebutuhan ibu hamil

Kebutuhan ibu hamil yaitu :

1. Kebutuhan energi atau nutrisi pada ibu hamil menurut Sulistyawati (2009)

yaitu :

a. Protein, ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak

68%, Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan untuk

menambah asupan protein menjadi 12% per hari atau 75–100 gram.

b. Zat besi, kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sebesar 300% (1.040

mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari

Page 32: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

13

asupan makanan ibu selama hamil melainkan perlu ditunjang dengan

suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi dapat diberikan sejak

minggu ke-12 kehamilan sebesar 30–60 gram setiap hari selama kehamilan

dan enam minggu setelah kelahiran untuk mencegah anemia postpartum.

Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan

pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat

mempengaruhi efektivitas penyerapan zat besi. Vitamin C dan protein

hewani merupakan elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat

besi, sedangkan kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat

(terkandung dalam kacang–kacangan) akan menghambat penyerapan zat

besi.

c. Asam folat, satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali

lipat selama hamil. Asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal

makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA,

pertumbuhan sel, dan pembentukan heme. Jika kekurangan asam folat

maka ibu dapat menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare,

depresi, lelah berat dan selalu mengantuk. Jenis makanan yang banyak

mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur berdaun hijau

(bayam, asparagus) dan kacang-kacangan (kacang kering, kacang kedelai).

Sumber lain adalah ikan, daging, buah jeruk, dan telur. Oleh karena asam

folat tidak stabil dalam pemanasan, maka dianjurkan untuk memakan

sayuran dalam keadaan mentah dengan dicuci sebelumnya agar sisa

pestisida dan cacing hilang.

d. Kalsium, metabolisme kalsium selama hamil mengalami perubahan yang

sangat berarti. Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic

sebanyak 5%. Oleh karena itu, asupan yang optimal perlu

dipertimbangkan. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahan,

udang, sarang burung, sarden dalam kaleng dan beberapa bahan makanan

nabati, seperti sayuran warna hijau tua dan lain-lain.

e. Air berfungsi untuk membantu sistem pencernaan makanan dan membantu

proses transfortasi. Selama hamil, terjadi perubahan nutrisi dan cairan pada

membran sel. Air menjaga keseimbangan sel, darah, getah bening, cairan

Page 33: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

14

vital tubuh lainnya. Air menjaga keseimbangan suhu tubuh, karena itu

dianjurkan untuk minum 6–8 gelas per hari.

2. Personal hygiene

Menurut Sulistyawati (2009), kebersihan tubuh harus dijaga selama

kehamilan. Perubahan anatomik pada perut, area genetalia/lipatan paha dan

payudara menyebabkan lipatan–lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah

terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung

pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub. Bagian tubuh lain

yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah vital, karena

saat hamil, biasanya terjadi pengeluaran secret vagina yang berlebih. Selain

mandi, mengganti celana dalam secara rutin minimal sehari dua kali sangat

dianjurkan.

3. Pakaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pakaian ibu hamil menurut

Sulistyawati (2009) dalam bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada

Masa Kehamilan yaitu :

a. Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat di daerah

perut.

b. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.

c. Pakailah bra yang menyokong payudara.

d. Memakai sepatu dengan hak rendah.

e. Pakaian dalam harus selalu bersih

4. Eliminasi

Menurut Sulistyawati (2009), keluhan yang sering muncul pada ibu

hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering BAK.

Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesterone yang

mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus Selain itu,

desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambanhnya

konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama

ketika lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika

perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu

Page 34: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

15

sudah mengalami dorongan, segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi

konstipasi.

Sering buang air kecil merupakan keluhan yang umum dirasakan oleh

ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi

fisiologis. Ini terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus

yang mendesak kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan

pada trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan

pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi

keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena ada penyebab dehidrasi.

5. Seksual

Menurut Sulistyawati (2009), hubungan seksual selama kehamilan tidak

dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut :

a. Sering abortus dan kelainan premature

b. Perdarahan pervaginam

c. Coitus harus dilakukan dengan hati–hati terutama pada minggu pertama

kehamilan.

d. Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan

infeksi janin intrauteri.

6. Sikap tubuh yang baik (bodi mekanik)

Sikap tubuh yang baik menurut Sulistyawati (2009) dalam bukunya

yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan yaitu :

a. Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah

lordosis, karena tumpuan tubuh bergeser lebih ke belakang dibandingkan

sikap tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering muncul dari

perubahan ini adalah rasa pegal di punggung dan kram kaki ketika tidur

malam. Untuk mencegah dan mengurangi keluhan ini, dibutuhkan sikap

tubuh yang baik.

b. Pakailah sepatu dengan hak yang rendah/tanpa hak dan jangan terlalu

sempit.

c. Posisi tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan tegak lurus dan

pastikan beban terfokus pada lengan.

d. Tidur dengan posisi kaki ditinggikan

Page 35: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

16

e. Duduk dengan posisi punggung tegak

f. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi secara bergantian

untuk mengurangi ketegangan otot).

7. Senam hamil

Senam hamil bukan merupakan keharusan. Namun, dengan melakukan

senam hamil akan banyak memberi manfaat dalam membantu kelancaran

proses persalinan, antara lain dapat melatih pernapasan, relaksasi, menguatkan

otot–otot panggul dan perut, serta melatih cara mengejan yang benar. Tujuan

senam hamil yaitu memberi dorongan serta melatih jasmani dan rohani ibu

secara bertahap, agar ibu mampu menghadapi persalinan dengan tenang,

sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan mudah.

Menurut Asrinah (2010), dalam bukunya yang berjudul Asuhan

Kebidanan Masa Kehamilan mengemukakan bahwa manfaat senam hamil

secara teratur dan terukur yaitu sebagai berikut :

a. Memperbaiki sirkulasi darah.

b. Mengurangi pembengkakan.

c. Memperbaiki keseimbangan otot.

d. Mengurangi resiko gangguan gastro intestinal termasuk sembelit.

e. Mengurangi kram/kejang kaki.

f. Menguatkan otot perut.

g. Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan.

Senam hamil pada kehamilan normal dilakukan atas nasihat dari

dokter/bidan, dan dapat dimulai pada kehamilan kurang dari 16-38 minggu.

8. Istirahat

Menurut Sulistyawati (2009), dengan adanya perubahan fisik pada ibu

hamil, salah satunya beban berat pada perut, terjadi perubahan sikap tubuh.

Tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan. Oleh karena itu istirahat dan tidur

sangat penting bagi ibu hamil. Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan

periode istirahat, terutama saat hamil tua. Posisi terbaring miring dianjurkan

untuk meningkatkan perfusi uterin dan oksigenasi pada janin. Selama periode

istirahat yang singkat, seorang perempuan bisa mengambil posisi telentang

Page 36: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

17

dengan kaki disandarkan pada dinding untuk meningkatkan aliran vena dari

kaki dan mengurangi edema kaki serta varises vena.

9. Imunisasi

Menurut Sulistyawati (2009), imunisasi selama kehamilan sangat

penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan kematian

ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT)

yang dapat mencegah penyakit tetanus. Imunisasi TT pada ibu hamil harus

terlebih dahulu ditentukan status kekebalan/imunisasinya.

Selama kehamilan, bila ibu berstatus T0, hendaknya ia mendapatkan

minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 2 minggu, dan bila

memungkinkan, untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya).

Tabel 2.2 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Status Jenis Suntikan

TT

Interval

Waktu

Lama

Perlindungan

T0

Belum pernah

mendapatkan

suntikan TT

T1 TT1

T2 TT2 4 minggu

setelah TT1 3 tahun

T3 TT3 6 bulan setelah

TT2 5 tahun

T4 TT4

Minimal 1

tahun setelah

TT3

10 tahun

T5 TT5 1 tahun setelah

TT4

Seumur hidup

(25 tahun)

Sumber : Pengurus Pusat IBI, 2016

10. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi

Menurut Asrinah (2010), beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk

persalinan adalah sebagai berikut :

a. Biaya

Pendanaan yang memadai perlu direncanakan jauh sebelum masa

persalianan tiba. Dana bisa didapatkan dengan cara menabung, dapat

melalui arisan, tabungan ibu bersalin (tabulin), atau menabung di bank.

b. Penentuan tempat serta penolong persalinan

c. Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil keputusan jika terjadi

Page 37: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

18

komplikasi yang membutuhkan rujukan.

d. Baju ibu dan bayi serta perlengkapan bersalin lainnya.

e. Surat-surat fasilitas kesehatan (misalnya ASKES, jaminan kesehatan dari

tempat kerja, kartu sehat, BPJS, dll)

f. Pembagian peran ketika ibu berada di RS

Selain beberapa hal diatas, yang tak kalah penting untuk dipersiapkan dari

ibu adalah pemahaman akan tanda – tanda pasti datangnya persalinan.

11. Kesejahteraan janin

Menurut Asrinah (2010), kesejahteraan janin dalam kandungan perlu

dipantau secara terus menerus agar bila ada gangguan kandungan akan bisa

segera terdeteksi dan ditangani. Gerakan janin dalam 24 jam minimal

sebanyak 10 kali. Gerakan janin dirasakan dan dihitung oleh ibu sendiri.

2.1.7 Masalah dan Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil

Masalah dan ketidaknyamanan pada ibu hamil sebagai berikut :

Tabel 2.3 Masalah dan Ketidaknyamanan

Ketidak-

nyamanan

(keluhan)

Muncul

pada

UK

Penyebab Cara meringankan /

Mencegah

Sering

Buang Air

Kecil

(BAK)

terutama

dimalam

hari

(nokturia)

TM 1

dan TM

3

1. Tekanan

uterus/rahim pada

kandung kemih

2. Kadar natrium

meningkat di dalam

tubuh

3. Air dan natrium

tertahan dikaki

selama siang hari,

Pada malam hari

terdapat aliran darah

balik vena sehingga

meningkatkan

jumlah urine.

1. Segera berkemih

jika terasa ingin

kencing

2. Perbanyak minum

air putih disiang

hari

3. Jangan kurangi

minum di malam

hari, kecuali jika

sudah menggangu

tidur dan

menyebabkan

keletihan.

Keputihan Selama

kehamil

an

1. Menebalnya selaput

lendir (mukosa)

vagina

2. Peningkatan

produksi lendir dan

kelenjar organ

kewanitaan

(endoservikal)

karena peningkatan

1. Tingkatkan

kebersihan dengan

mandi setiap hari

2. Cuci kemaluan

setiap selesai

berkemih dan

defekasi dengan air

yang bersih dari

atas kebawah

Page 38: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

19

hormon estrogen 3. Ganti celana

dalam setiap terasa

lembab atau basah

4. Kenakan celana

dalam yang

terbuat dari katun

Konstipasi TM 2

dan 3

1. Peningkatan kadar

progesteron yang

menyebabkan

peristaltik usus

mengembang

2. Peningkatan

aktivitas usus

kerena relaksasi

usus halus

3. Penyerapan air di

kolon meningkat

4. Tekanan dari uterus

yang membesar

pada usus

1. Tingkatkan

pemasukan cairan

dan serat didalam

diet

2. Banyak minum air

putih

3. Lakukan latihan

senam hamil

Bengkak

pada kaki

TM II

dan III

1. Peningkatan kadar

natrium

disebabkan oleh

pengaruh hormonal

2. Peningktan

sirkulasi darah

pada ekstremitas

bawah (kaki)

3. Tekanan dari

pembesaran uterus

pada vena pelviks

ketika duduk atau

vena kava inferior

ketika berbaring

1. Hindari posisi

berbaring telentang

2. Hindari posisi

berdiri untuk yang

lama

3. Ketika duduk

usahakan kaki

tidak menggantung

Susah

tidur

(insomnia)

TM 2

dan TM

3

1. Perubahan pola

tidur

2. Bangun tengah

malam akibat

ketidaknyamanan

pembesaran rahim,

berkemih di

malam hari, sesak

nafas, rasa panas

di perut, kram dan

cemas

1. Sebelum tidur

lakukan senam

hamil

2. Mandi air hangat,

minum–minuman

hangat (susu atau

teh)

3. Tidur dengan posisi

miring ke kiri

Jantung

berdebar

debar

Selama

kehamil

an

1. Peningkatan

pompa jantung

(curah jantung)

1. Hindari kelelahan

2. Segera beristirahat

duduk atau

Page 39: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

20

2. Gangguan sistem

saraf simpati

berbaring miring ke

kiri

Nyeri perut

bagian

bawah

TM 3 Tekanan bayi yang

berada di bawah

1. Tekuk lutut ke arah

abdomen

2. Mandi air hangat

3. Gunakan bantal

untuk menopang

rahim dan bantal

lainna letakkan di

antara lutut sewaktu

dalam posisi

berbaring miring

Hemoroid TM 2

dan TM

3

1. Pembuluh darah

vena di daerah anus

membesar

2. Tekanan kepala

terhadap vena di

rectum

1. Hindari konstipasi

2. Makan makanan

yang berserat dan

banyak minum

3. Gunakan kompres

es atau air hangat

4. Secara perlahan

masukkan kembali

anus setiap selesai

BAB

Napas sesak TM 2

dan TM

3

1. Tekanan bayi yang

berada di bawah

diafragma

menekan paru ibu

2. Akibat pembesaran

uterus yang

menghalangi

pengembangan

paru-paru secara

maksimal

1. Dorong agar secara

sengaja mengatur

laju dan dalamnya

pernapasan pada

kecepatan normal

yang terjadi

2. Merentangkan

tangan di atas

kepala serta

menarik napas

panjang

3. Mendorong postur

tubuh yang baik,

melakukan

pernapasan

interkostal

4. Anjurkan untuk

menarik nafas

dalam dan lama

Sumber : Asrinah dkk, 2010

Page 40: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

21

2.1.8 Tanda bahaya/komplikasi ibu dan janin pada kehamilan lanjut

Tanda bahaya/komplikasi ibu dan janin pada kehamilan lanjut yaitu :

1. Persalinan prematuritas

Persalinan prematuritas (prematur) adalah persalinan yang terjadi di

antara umur kehamilan 29-36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5

kg. Persalinan prematuritas merupakan masalah besar karena berat janin

kurang dari 2,5 kg dan umur kurang dari 36 minggu, dengan demikian alat-alat

vital belum sempurna.

Menurut Hutahaean (2013), hal-hal yang dapat menyebabkan persalinan

prematuritas adalah sebagai berikut :

a. Hamil dengan perdarahan atau kehamilan ganda.

b. Kehamilan disertai komplikasi (preeklamsia dan eklamsia).

c. Kehamilan dengan komplikasi penyakit ibu, seperti hipertensi, penyakit

ginjal, penyakit jantung, atau keadaan gizi yang rendah disertai kurang

darah, serta lapisan dalam lahir yang kurang subur karena jarak hamil terlalu

pendek.

2. Kehamilan dengan perdarahan

Menurut Hutahaean (2013), kehamilan dengan perdarahan antara lain :

a. Solusio placenta

Terlepasnya pasenta dari tempat implantasinya yang normal (uterus)

sebelum janin dilahirkan. Placenta dapat terlepas seluruhnya atau yang

disebut solusio placenta totalis atau terlepas sebagian yang disebut dengan

solusio placenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil di sisi

(pinggir) placenta yang disebut rupture sinus marginalis. pelepasan atau

sebagian placenta dapat menyebabkan perdarahan, baik ibu maupun janin.

Terlepasnya placenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah

antara placenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan

terhadap ibu maupun janin.

b. Placenta previa

Keadaan ketika placenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal,

yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh

ostium uteri internum. Implantasi yang normal ialah pada dinding depan

Page 41: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

22

atau belakang uterus di daerah fundus uteri. Klasifikasi placenta previa

didasarkan atas terabanya jaringan placenta melalui pembukaan jalan lahir

pada waktu tertentu.

c. Perdarahan karena pecahnya vasa previa

Menyilangnya pembuluh darah placenta yang dari insersio

velamentosa pada kanalis servikalis. Insersi velamentosa adalah insersi tali

pusat pada selaput janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan

ganda. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada saat ketuban pecah

(rupture amnion), vasa previa terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang

berasal dari janin. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah

dan karena perdarahan ini berasal dari bayi maka dengan cepat keadaan

jantung bayi menjadi buruk.

d. Pecahnya sinus marginalis

Merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui pada saat

persalinan. Perdarahan terjadi tanpa nyeri dan menjelang pembukaan

lengkap. Oleh karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekat

lengkap, maka bahaya untuk ibu dan janinnya tidak terlalu besar.

3. Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)

Menurut Hutahaean (2013), kehamilan dengan ketuban pecah dini yaitu

pecahnya selaput janin memberikan pertanda bahaya dan membuat peluang

terjadinya infeksi langsung pada janin. Selain itu, gerak janin makin terbatas,

sehingga pada kehamilan kecil kemungkinan terjadi deformitas.

4. Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim (IUFD)

Menurut Hutahaean (2013), penyebab kehamilan dengan kematian janin

dalam Rahim (IUFD) adalah :

a. Kehamilan di atas usia kehamilan 36 minggu pada ibu dengan diabetes

mellitus

b. Terjadinya lilitan tali pusat yang mematikan

c. Terjadi simpul tali pusat (menghambat suplai oksigen dan nutrisi pada janin

serta membatasi gerakan janin)

d. Gangguan nutrisi menjelang kehamilan cukup bulan

e. Kehamilan dengan perdarahan

Page 42: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

23

f. Kehamilan lewat waktu lebih dari 14 hari

5. Kehamilan lewat waktu persalinan (Serotinus)

Menurut Hutahaean (2013), beberapa kerugian dan bahaya kehamilan

lewat waktu, yaitu :

a. Janin tampak tua dan keriput. Merupakan tanda janin lewat waktu

persalinan karena janin kurang nutrisi dan oksigen akan mengalami

pengrusakan diri sendiri dengan metabolisme jaringan lemak bawah kuit.

b. Air ketuban makin kental, sehingga dapat menimbulkan gangguan

pernapasan saat kelahirannya karena lebih sulit dibersihkan.

c. Janin menjadi lebih besar karena placenta yang cukup baik tumbuh

kembangnya sehingga dapat memberikan nutrisi cukup pada janin.

d. Resiko tinggi untuk persalinan dengan seksio sesarea karena janin yang

semakin besar

6. Kehamilan dengan preeklampsia dan eklampsia

Menurut Hutahaean (2013), gejala klinis pre eklampsia ringan yaitu :

a. Tekanan darah sekitar 140/90 atau kenaikan tekanan darah 30 mmhg untuk

sistolik dan 15 mmhg untuk diastolic dengan interval pengukuran selam 6

jam.

b. Terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3g/liter atau kualitatif +1 atau +

2.

c. Edema (bengkak kaki, tangan atau lainnya)

d. Kelainan berat badan lebih dari 1 kg/minggu

Gejala klinis eklampsia ringan adalah :

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

b. Pengeluaran protein dalam urine lebih dari sekitar 5 g/24 jam

c. Terjadi penurunan produksi urine kurang dari 400 cc/24 jam

d. Terdapat edema paru dan sianosis dan terasa sesak napas

e. Terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri

dibagian daerah perut atas)

7. Kehamilan dengan anemia

Menurut Manuaba (2010), anemia pada kehamilan adalah anemia karena

kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative

Page 43: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

24

mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional

karena mencerminkan nilai kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat, dan

pengaruhya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia

kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensial

membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian

serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini

terdepan.

a. Bahaya yang dapat timbul

Menurut Saifuddin (2008), bahaya yang dapat timbul dari kehamilan

dengan anemia, yaitu :

1) Menurunkan daya tahan, ibu mudah terkena infeksi pada waktu nifas

2) Menghambat pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah (BBLR)

3) Persalinan prematur, pada kehamilan <37 minggu

4) Janin mati dalam kandungan pada anemia yang sangat berat

5) Persalinan macet karena kekuatan ibu dan kontraksi rahim lemah

6) Perdarahan pasca persalinan

b. Diagnosis anemia

Menurut Manuaba (2010), untuk menegakkan diagnosis anemia

kehamilan dapat dilakukan dengan anamnsa. Pada anamnesa akan

didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan

keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan

pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil

pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Hb 11g% tidak anemia

2) Hb 9–10g% anemia ringan

3) Hb 7–8g% anemia sedang

4) Hb <7g% anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu

pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian

besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe

sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

Page 44: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

25

8. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang hebat selama kehamilan, dan seringkali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang

menunjukkan adanya masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang

menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, dengan sakit kepala yang hebat

tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre

eklampsia.

9. Penglihatan kabur

Biasanya akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu berubah

selama kehamilan. Perubahan yang ringan adalah normal, tetapi apabila

masalah penglihatan ini terjadi secara mendadak ataupun tiba–tiba, misalnya

pandangan yang tiba–tiba menjadi kabur atau berbayang, perlu diwaspadai

karena bisa mengacu pada tanda bahaya kehamilan.

10. Bengkak di wajah dan jari–jari tangan

Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki, biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah

beristirahat atau meniggikan kaki. Bengkak biasanya menunjukkan adanya

masalah serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah

beristirahat, dan disertai keluhan fisik lain.

11. Gerakan janin tidak terasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa

ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya

akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu

berbaring atau beristirahat, dan bila ibu makan dan minum dengan baik.

12. Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal

adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah

yang mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap, dan

tidak hilang setelah beristirahat. Ini bisa berarti adanya appendiksitis,

kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm,

Page 45: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

26

gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi

saluran kemih atau infeksi lainnya.

2.1.9 Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan

standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan

(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik

(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta

intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).

Menurut Pengurus Pusat IBI (2016), standar pemeriksaan 10 T, meliputi :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan (T1)

2. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA) (T2)

3. Ukur tekanan darah (T3)

4. Ukur tinggi fundus uteri (T4)

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) (T5)

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

bila diperlukan (T6)

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan (T7)

8. Test laboratorium (rutin dan khusus) (T8)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal, meliputi :

a. Pemeriksaan golongan darah

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

c. Pemeriksaan protein dalam urine

d. Pemeriksaan kadar gula darah (yang dicurigai Diabetes Mellitus)

e. Pemeriksaan darah malaria (apabila ada indikasi)

f. Pemeriksaan HIV

g. Pemeriksaan BTA (yang dicurigai menderita tuberkulosis)

9. Tatalaksana kasus (T9)

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan (T10)

Page 46: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

27

Menurut Asrinah (2010), kunjungan ulang sebaiknya dilakukan secara

berkala dan teratur. Bila kehamilan berjalan normal, jumlah kunjungan cukup 4

kali yaitu :

1. 1 kali pada trimester I

2. 1 kali pada trimester II

3. 2 kali pada trimester III

2.1.10 Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dimana ibu hamil maupun janin

yang dikandungnya berada dalam risiko kematian. Angka kejadian kehamilan

risiko tinggi kurang lebih 20% dari semua kehamilan.

Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini ibu hamil risiko tinggi

dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) berupa kartu skor yang

digunakan sebagai alat skrining antenatal.

1. Manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)

Menurut Firaya, dkk (2012), manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)

yaitu :

a. Menemukan faktor risiko bumil

b. Menentukan kelompok risiko bumil

c. Alat pencatat kondisi bumil

Menurut Prawirohardjo (2008), fungsi Skor Poedji Rochjati (KSPR)

a. Melakukan skrining atau deteksi dini risiko tinggi ibu hamil

b. Pemberdayaan ibu hamil, suami dan keluarga :

1) Sarana KIE untuk mudah disampaikan dan diterima

2) Kebutuhan upaya untuk persalian aman

3) Pengambilan keputusan bersama

4) Alat peringatan dini bagi tenaga kesehatan seperti lampu lalu lintas

waspada

2. Cara pemberian skor

Menurut Prawirohardjo (2008), cara pemberian skor :

a. Skor 2

Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal

Page 47: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

28

b. Skor 4

1) Ibu hamil dengan penyakit anemia, malaria, tuberculosa paru, payah

jantung, penyakit menular seksual

2) Pre eklampsia ringan: bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah

tinggi

3) Hamil kembar/gemelli

4) Kembar air/hidramnion

5) Bayi mati dalam kandungan

6) Hamil lebih bulan (serotinus)

c. Skor 8

1) Bekas operasi sesar

2) Letak sungsang

3) Letak lintang

4) Perdarahan dalam kehamilan ini

5) Pre eklamsia berat dan atau eklamsia

3. Pengelompokan faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji Rochjati

Faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji Rochjati dikelompokkan

menjadi :

a. Kelompok faktor risiko I (ada potensi risiko)

1) Primi muda terlalu muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang

2) Primi tua primer

3) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih

4) Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih

5) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih

6) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun

7) Grande multi terlalu banyak punya anak 4 atau lebih

8) Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih

9) Terlalu pendek

10) Tinggi badan ≤145

11) Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah melahirkan normal

12) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu

13) Pernah melahirkan dengan :

Page 48: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

29

(a) Tarikan tang/vakum

(b) Uri dikeluarkan oleh penolong

(c) Pernah diinfus atau transfusi pada pendarahan post partum

14) Bekas operasi sesar

b. Kelompok faktor risiko II ( ada risiko )

1) Ibu hamil dengan penyakit :

a) Anemia : pucat, lemas badan lekas lelah

b) Malaria : panas Tinggi, Menggigil keluar keringat, sakit kepala

c) Tuberculosa paru

d) Payah jantung

e) Penyakit lain : HIV/AIDS, penyakit menular seksual

2) Pre eklampsia ringan : bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah

tinggi

3) Hamil kembar/gemelli

4) Kembar air/hidramnion

5) Bayi mati dalam kandungan

6) Hamil lebih bulan (serotinus)

7) Letak sungsang

8) Letak lintang

c. Kelompok faktor risiko III (ada gawat darurat), menurut Firaya, dkk (2012)

antara lain :

1) Perdarahan dalam kehamilan ini : Mengeluarkan darah pada waktu

hamil, sebelum kelahiran bayi

2) Pre eklamsia berat dan atau eklamsia

4. Klasifikasi Kelompok Resiko Berdasarkan Jumlah Skor Pada Tiap Kotak

Menurut Prawirohardjo (2008) kelompok resiko berdasarkan jumlah skor

pada tiap kotak, ada 3 kelompok resiko :

a. Kehamilan risiko rendah (KRR)

Jumlah skor 2 dengan kode warna hijau, selama hamil tanpa faktor resiko,

rencana bersalin boleh ditolong oleh bidan dan tempat persalinan di BPM

atau dipolindes

Page 49: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

30

b. Kehamilan resiko tinggi (KRT)

Jumlah skor 6-10 dengan kode warna kuning, selama hamil terdapat faktor

resiko terjadinya komplikasi pada persalinan lebih besar, rencana bersalin

boleh di tolong oleh bidan atau dokter dan tempat persalinan di polindes,

puskesmas, atau rumah sakit.

c. Kehamilan resiko sangat tinggi (KRST)

Jumlah skor sama dengan atau lebih 12 dengan kode warna merah, ibu

hamil dengan resiko ganda atau lebih yang dapat mengancam nyawa ibu

atau janin, rencana bersalin hanya boleh ditolong oleh dokter dan tempat

persalinan di Rumah Sakit.

2.1.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN TEORI

Pada Ny. “....” G... P...UK ...........Minggu dengan

kehamilan normal

Nama Pengkaji : ....................

Jam / Tanggal : ....................

Tempat : ......................

I. Pengkajian

A. Data subyektif

1. Identitas

a) Nama : untuk memudahkan, memanggil atau

menghindari kekeliruan

b) Umur : untuk mengetahui apakah ibu termasuk

berisiko tinggi atau tidak

c) Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu

d) Pendidikan : untuk memudahkan pemberian KIE

e) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

f) Alamat : untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan

rumah (Sondakh, 2013).

2. Alasan datang/Keluhan utama

Menurut Sulistyawati (2010), yaitu untuk mengetahui keluhan yang

dirasakan ibu serta lamanya mengalami keluhan pada TM III,

Page 50: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

31

misalnya sering merasakan nyeri pada pinggang, nyeri perut bagian

bawah, kram pada kaki, bengkak pada kaki, sering kencing dan

susah tidur semenjak usia kehamilannya bertambah besar.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang meliputi : penyakit jantung,

hipertensi, DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, hati, Malaria,

penyakit kelamin, HIV/AIDS.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Riwayat kesehatan sekarang meliputi : penyakit jantung,

hipertensi, DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, hati, Malaria,

penyakit kelamin, HIV/AIDS.

c. Riwayat penyakit keluar

Riwayat kesehatan sekarang meliputi : penyakit jantung,

hipertensi, DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, hati, Malaria,

penyakit kelamin, HIV/AIDS serta riwayat keturunan kembar.

4. Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi : HPHT, siklus haid, perdarahan

pervaginam, dan flur albus (keputihan)

5. Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetri (Gravida(G)... Para(P)... Abortus(Ab)... Anak

Hidup(Ah)..) meliputi : perdarahan pada kehamilan, persalinan dan

nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas

yang lalu, BB lahir bayi˂2500 gram atau >4000 gram serta masalah

selama kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.

6. Riwayat hamil ini

Riwayat kehamilan ini meliputi : Riwayat ANC, gerakan janin,

tanda-tanda bahaya/penyulit, keluhan utama, obat yang dikonsumsi,

termasuk jamu, kekawatiran ibu.

Page 51: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

32

7. Riwayat KB

Riwayat KB meliputi : jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga,

dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan atau alasan

berhenti.

8. Riwayat Perkawinan

Riwayat perkawinan terdiri atas status perkawinan, perkawinan ke,

usia ibu saat perkawinan, dan lama perkawinan.

9. Pola kebutuhan sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari meliputi : pola nitrisi (makan dan

minum), Eliminasi (BAB dan BAK), personal hygine, aktivitas dan

istirahat.

10. Riwayat Psikososial

Menurut Muslihatun, dkk (2009), riwayat psikososial meliputi :

pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi yang

dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, respon keluarga

terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan

dalam keluarga, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan

ibu.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran umum

Menurut Muslihatun, dkk (2009), kesadaran umum meliputi:

tingkat energi, keadaan emosi dan postur badan ibu selama

pemeriksaan, tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB).

b. Kesadaran

Menurut Uliyah, dkk (2008), kesadaran merupakan suatu

pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk memperoleh data dan

sebagai dasar dalam menegakkan diagnosa. Penilaiannya dapat

secara kualitatif (composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma,

delirium) dan kuantitatif (diukur menurut skala koma).

Page 52: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

33

c. Tanda-tanda Vital (TTV)

Tanda-tanda vital : tekanan darah (90/70-130/90 mmHg), suhu

badan (36,5-37,5oC), frekuensi denyut nadi (N: 60-100×/menit),

dan pernafasan (16-28x/menit)

2. Pemeriksaan fisik

Kepala dan

muka

: Meliputi oedema wajah, cloasma gravidarum

Mata : mata (kelopak mata pucat, warna sklera)

Hidung : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada

pembesaran polip pada hidung yang dapat

berpengaruh pada jalan nafas.

Telinga : Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan telinga

apakah terdapat serumen atau tidak karena bisa

berpengaruh pada pendengaran.

Gilut : Mulut (rahang pucat, kebersihan), keadaan gigi

(karies, karang, tonsil)

Leher : Pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe

Payudara : Meliputi bentuk dan ukuran, hiper pigmentasi

areola, keadaan puting susu, kolostrum atau

cairan lain, retraksi, massa dan pembesaran

kelenjar limfe

Abdomen : Adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra,

stiae gravidarum), tinggi fundus uteri (TFU)

dengan tangan jika usia kehamilan 12 minggu,

dan dengan pita ukuran jika usia kehamilan lebih

dari 22 minggu. Palpasi abdomen untuk

mengetahui letak, presentasi, posisi (usia

kehamilan lebih dari 36 minggu), DJJ janin

dengan fetoskop jika usia kehamilan lebih dari 18

minggu.

Menurut Amru (2013), mengukur TFU

normalnya adalah sebagai berikut :

Page 53: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

34

TM I : 12 minggu : 3 jari di atas di

shympisis.

TM II : 16 minggu : Pertengahan

shympisis-pusat

20 minggu : 3 jari dibawah

pusat

24 minggu : Setinggi pusat

TM III : 28 minggu : 3 jari diatas pusat

32 minggu : Pertengahan pusat-

prosesus

xiphoideus (PX)

36 minggu : 3 jari di bawah

prosesus

xiphoideus (PX)

40 minggu : Pertengahan pusat-

prosesus

xiphoideus (PX)

Leopold I : Menentukan TFU dan bagian

atas yang ada difundus.

Leopold II : Menentukan batas samping/

bagian kanan dan kiri rahim ibu

dan menentukan letak punggung

janin.

Leopold III : Menentukan bagian

terbawah janin

Leopold IV

: Menentukan bagian terbawah

janin dan seberapa masuknya.

TBJ

(Tafsiran

Berat Janin)

: Dilakukan untuk mengetahui

berat badan janin.

(TFU – 11) x 155

Page 54: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

35

Pemeriksaan

DJJ

: Dilakukan untuk mengetahui

bunyi jantung janin. Dalam

keadaan normal 120-160x/menit

Genetalia : Luka, varises, kondiloma, cairan (warna,

konsistensi, jumlah, bau), keadaan kelenjar

bartolini (pembekakan, cairan, kista), nyeri tekan.

Anus : Perlu dikaji adakah haemoroid atau tidak.

Ekstremitas

:

Oedema kaki dan tangan, pucat pada kuku jari,

varises, reflek patella

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan pada ibu

hamil, adalah pemeriksaan melalui sempel urin maupun sempel

darah.pemeriksaan urine pada ibu hamil antara lain untuk

keperluan pemeriksaan tes kehamilan (PP Tes), warna urine, bau,

kejernihan, protein dan glukosa urine.

Pemeriksaan darah ibu hamil, antara lain bertujuan untuk

pemeriksaan hemoglobin, golongan darah, hematokrit darah,

faktor resus, rubella dan HIV. Pemeriksaan HIV harus dilakukan

dengan persetujuan ibu hamil.

II. Identifikasi diagnosa atau masalah

Ds : Data subjektif merupakan data yang berhubungan dengan masalah

dari sudut pandang pasien atau anamnesa. Ekspresi pasien

mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan langsung

dengan diagnosis seperti keluhan yang dirasakan ibu serta lamanya

mengalami keluhan pada TM III, misalnya sering merasakan nyeri

pada pinggang, nyeri perut bagian bawah, kram pada kaki, bengkak

pada kaki, sering kencing dan susah tidur semenjak usia

kehamilannya bertambah besar (Muslihatun dkk, 2009).

Do : Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium

Page 55: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

36

atau pemeriksaan diagnostik lain seperti kesadaran umum,

kesadaran, tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.

Dx : Diagnosa merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Muslihatun dkk, 2009).

III. Merumuskan diagnosa/masalah potensial

Menurut Muslihatun, dkk (2009), pada langkah ini, bidan

mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial. Diagnosis atau masalah

potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah

teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman.

1. Potensial terjadi gangguan perkembangan janin dalam uterus (Intra-Uteri

Growth-Retardation-IUGR)

a. Data dasar subjektif:

1) Pasien mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

2) Tidak nafsu makan karena mual dan muntah

b. Data dasar objektif

1) Mengalami penurunan BB pada trimester I

2) LILA ˂ 22 cm

3) Hb 9 gram %

2. Potensial terjadi eklamsi

a. Data dasar subjektif :

1) Kehamilan yang pertama

2) Pasien mengeluh pusing dan pandangan mata berkunang-kunang

3) Pusing berat dan tidak hilang-hilang meskipun sudah beristirahat

4) Bengkak di kaki dan wajah

b. Data dasar objektif :

1) Primigarvida

2) Bengkak di wajah dan ekstremitas

3) Tekanan darah 170/110 mmHg

4) Protein urine ++

Page 56: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

37

3. Potensial atonia uteri

a. Data dasar subjektif

Pasien mengatakan usianya sudah 42 tahun dan ini adalah

kehamilannya yang keenam

b. Data dasar objektif

1) Multypara dengan usia resiko tinggi

2) Hb kurang dari normal

3) Keadaan umum lemah

IV. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan Segera

Menurut Muslihatun, dkk (2009), diperlukan untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

pasien. Langkah ini sebagai cerminan keseimbangan dari proses manajemen

kebidanan.

V. Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh

Menurut Muslihatun, dkk (2009), langkah ini ditentukan oleh hasil

pengkajian data pada langkah sebelumnya. Jika ada informasi atau data yang

tidak lengkap bisa di lengkapi. Juga bisa mencerminkan rasional yang benar

atau valid. Pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau suatu data

dasar yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan menghasilkan asuhan

pasien yang tidak cukup dan berbahaya.

Berikut ini contoh rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu

hamil trimester III, yaitu sebagai berikut :

1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

R/ persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan memudahkan

tindakan yang akan dilakukan sehingga ibu tenang.

2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan ynag dialami ibu seperti sering kencing,

nyeri perut bagian bawah, kram bawah, nyeri pinggang.

R/ agar ibu tidak cemas terhadap kondisi yang dialaminya saat ini

3. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga istirahat cukup

R/ pemenuhan kebutuhan istirahat ibu

Page 57: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

38

4. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

R/ deteksi dini terjadinya komplikasi ibu dan janin

5. Jelaskan kepada ibu tentang manfaat terapi tablet Fe dan cara

meminumnya

R/ untuk mencegah anemia pada ibu

6. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda mulainya persalinan

R/ ibu tau dan tidak cemas saat ada tanda-tanda persalinan

7. Anjurkan ibu untuk merencanakan persalinan di bidan demi kenyamanan

dan keamanan ibu dan bayi

R/ keselamatan ibu dan janin dapat terpantau dengan baik

8. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu lagi atau

apabila ibu terdapat keluhan, tanda-tanda bahaya kehamilan ataupun

terdapat tanda-tanda persalinan

R/ pemantauan kondisi ibu dan janin

VI. Pelaksanaan asuhan kebidanan

Menurut Muslihatun, dkk (2009), pada langkah ini bidan mengarahkan

atau melaksanakan rencana asuahan secara efektif dan aman.penatalaksanaan

asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klain sendir atau oleh

petugas kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan

sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar telaksanan).

Bila perlu berkalaborasi dengan dokter misalnya karena adanya

komplikasi menejemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya, serta

peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah

dilaksanakan.

VII. Evaluasi

Jam : ....................

Tanggal : ....................

S : data yang diperoleh dari pasien dan keluarga, seperti keluhan yang

dirasakan ibu serta lamanya mengalami keluhan pada TM III,

misalnya sering merasakan nyeri pada pinggang, nyeri perut bagian

bawah, kram pada kaki, bengkak pada kaki, sering kencing dan susah

Page 58: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

39

tidur semenjak usia kehamilannya bertambah besar.

O : hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostik dan penunjang atau

pendukung lain, serta catatan medik seperti kesadaran umum, kesadaran,

tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

A : kesimpulan dari data subjektif dan objektif

P : merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan evaluatif

(Sondakh, 2013).

2.2 Konsep Dasar Persalinan

2.2.1 Pengertian

Menurut Asrinah (2010), persalinan adalah proses membuka dan

menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan

(37-42 minggu). Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin.

Menurut Depkes, RI (2008), persalinan adalah proses dimana bayi,

placenta dan selaput ketuban keluar dari uterus. Pesalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak menipis dan

berakhirnya placenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks.

2.2.2 Etiologi

Teori kemungkinan terjadinya persalinan, antara lain :

1. Teori penurunan progesteron

Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1–2

minggu sebelum persalinan dimulai.

2. Teori keregangan

Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami penegangan akan

mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat

menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada

akhirnya mengalami degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan

Page 59: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

40

tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan

melebarkan saluran serviks

3. Teori oksitosin internal

Menurut Sondakh (2013), hipofisis posterior menghasilkan hormon

oksitosin. Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron

dapat mengubah sensitifitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya

kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesteron

karena kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktifitas oksitosin

meningkat.

4. Teori placenta menjadi tua

Menurut Sulistyawati (2010), seiring matangnya usia kehamilan villi

chorialis dalam mengalami beberapa perubahan hal ini menyebabkan turunnya

kadar estrogen dan progesteron yang megakibatkan tegangnya pembuluh darah

sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.

5. Teori distensi rahim

a. Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas tertentu.

b. Setelah melewati batas tersebut akhirnya terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai.

c. Contohnya pada kehamilan gemeli, seiring terjadi kontraksi karena uterus

teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang kehamilan gemeli

mengalami persalinan yang lebih dini.

6. Teori iritasi mekanis

Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser),

bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan

timbul kontraksi uterus.

7. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprenalis

a. Glandula suprenalis merupakan pemicu tejadinya persalinan.

b. Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering

terjadi kelambatan persalinan karena terbentuknya hipotalamus.

8. Teori prostagladin

Menurut Sulistyawati (2010), prostagladin yang dihasilkan oleh desidua

disangka sebagai salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan

Page 60: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

41

menunjukkan bahwa prostagladin F2 yang diberikan secara intravena

menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban

maupun darah periver pada ibu hamil sebelum melahikan atau selama proses

persalinan.

2.2.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir mengemukakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses persalinan adalah :

1. Penumpang (passanger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan placenta. Hal-hal yang

perlu di perhtikan mengenai janin adalah ukuran, presentasi, letak, sikap, dan

posisi janin sedangkan yang perlu di perhatikan pada placenta adalah letak,

besar dan luasnya.

2. Jalan lahir (passage)

Jalan lahir di bagi atas dua yaitu jalan lahir keras, dan jaln lahir lunak.

Hal-hal yang perlu di perhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan

bentuk tulang panggul sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir

lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang serviks, otot besar

panggul, vagina, introitus vagina.

3. Kekuatan (power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua yaitu :

a. Kekuatan primer (kontraksi involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke

uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan yang

menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan

intensitas kontraksi. Kekuatan primer mengakibatkan serviks menipis dan

berdilatasi sehinhgga janin turun.

b. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong

keluar isi ke jalan lahir sehingga mmenimbulkan tekanan intra abdomen.

Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam

Page 61: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

42

mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,

tetapi setelah diltasi serviks lengkap,kekuatan ini cukup penting dalam

usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.

4) Ibu (positioniting)

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan menghilangkan

rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak

(contoh posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok) memberi sejumlah

keuntungan, salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu

penurunan janin. Selain itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian

penekan tali pusat.

5) Respon psikologi (psychology response)

Respon psikologi ibu dapat di pengaruhi oleh :

a) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.

b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.

c) Saudara kandung bayi selama persalinan.

2.2.4 Tanda–tanda persalinan

Beberapa tanda–tanda persalinan sebagai berikut :

a) Terjadinya his persalinan

Sifat his persalinan adalah :

a. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.

c. Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.

b) Pengeluaran lendir dengan darah

Menurut Sondakh (2013), terjadinya his persalinan mengakibatkan

terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan :

a. Pendataran dan pembukaan.

b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.

c. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah

Page 62: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

43

c) Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian

besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah

ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.

2.2.5 Tahapan persalinan

Menurut Sondakh (2013), dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir mengemukakan tahapan persalinan terdiri atas

kala I (kala pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan

placenta), dan kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan).

1. Kala I (kala pembukaan)

Kala I di mulai saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

a. Fase laten

Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.

b. Fase aktif

Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm,

kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase :

1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

2) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan langsung sangat

cepat dari 4 cm menjai 9 cm.

3) Fase diselerasi pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada

multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida,

kala I berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida ±8 jam.

2. Kala II (kala pengeluaran janin)

Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala II adalah sebagai berikut :

a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik.

b. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak.

Page 63: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

44

c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.

d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga

terjadi :

1) Kepala membuka pintu

2) Subocciput bertindak sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut-

turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka serta kepala

seluruhnya

3) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu

penyesuaian kepala pada punggung

a) Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong

dengan cara :

(1) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian

ditarik dengan menggunakan curam kebawah untuk melahirkan

bahu dan keatas untuk melahirkan bahu belakang .

(2) Setelah kedua bahu lahir, ketik dikait untuk melahirkan sisa badan

bayi.

(3) Bayi lahir diikuti oleh air sisa ketuban.

Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1

jam

3. Kala III (pelepasan placenta)

Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala III dimulai segera setelah bayi lahir

sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses

lepasnya placenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda

dibawah ini :

a. Uterus menjadi bundar.

b. Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas kesegmen bawah rahim.

c. Tali pusat bertambanh panjang.

d. Terjadi semburan darah tiba-tiba.

Cara melahirkan placenta adalah menggunakan tekhnik dorso kranial.

Pengeluaran selaput ketuban. Selaput janin biasanya lahir dengan mudah,

Page 64: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

45

namun kadang-kadang masih ada bagian placenta yang tertinggal. Bagian

tertinggal tersebut dapat dikeluarkan dengan cara :

a. Menarik pelan-pelan

b. Memutar atau memilinnya seperti tali

c. Memutar pada klem

d. Manual atau digital

Placenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah

dilahirkan apakah setiap bagian placenta lengkap atau tidak lengkap. Bagian

placenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada normalnya

memiliki 6-20 kotiledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat tanda-tanda

placenta suksenturia. Jika placenta tidak lengkap, maka disebut ada sisa

placenta. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan infeksi.

Kala III terdiri dari dua fase yaitu :

a. Fase pelepasan plasenta

Menurut Sondakh (2013), beberapa pelepasan placenta antara lain :

1) Schultze

Proses lepasnya placenta seperti menutup payung. Cara ini

merupakan cara yang sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih

dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retro placenta hematoma yang

menolak placenta mula-mula bagian tengah. Menurut cara ini,

perdarahan biasanya tidak ada sebelum placenta lahir dan berjumlah

banyak setelah placenta lahir.

2) Duncan

Berbeda dengan sebelumnya pada cara ini lepasnya placenta

dimula dari pinggir (20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput

ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir placenta.

b. Fase pengeluaran plasenta

Menurut Sondakh (2013), perasat–perasat untuk mengetahui lepasnya

placenta, antara lain :

Page 65: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

46

1) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai diatas simfisis, tali pusat di

tegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau

maju berarti sudah lepas.

2) Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali

berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara ini tidak

dilakukan lagi).

3) Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar

berarti tali pusat belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-

tanda placenta sudah lepas adalah rahim menonjol ke atas simfisis, tali

pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras serta keluar darah

secara tiba-tiba.

4. Kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan)

Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala IV dimulai dari saat lahirnya

placenta sampai 2 jam post partum. Kala ini terutama bertujuan untuk

melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada

2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik–

baiknya kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada

saat pelepasan placenta dan robekan serviks dan perineum. Rata-rata

perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika

perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal, dengan

demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat : Jangan

meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan placenta lahir. Sebelum

pergi meningalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan

perhatikanlah 7 pokok penting :

a. Kontraksi rahim : baik atau tidaknya pemeriksaan palpasi jika perlu

dilakukan masase dan berikan uterotonika seperti meterghin, atau atau

emertrin dan oksitosin.

Page 66: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

47

b. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa

c. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih dan

kalau tidak bisa , lakukan kateter.

d. Luka-luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

e. Placenta dan selaput ketuban harus lengkap.

f. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah lain.

g. Bayi dalam keadaan baik.

2.2.6 Kebutuhan pada masa persalinan

Kebutuhan pada masa persalinan yaitu :

1. Makan dan minuman peroral

Jika pasien dalam situasi yang memungkinkan untuk makan, biasanya

pasien akan makan sesuai dengan keinginannya, namun ketika masuk dalam

persalinan masa aktif biasanya ibu hanya menginginkan cairan.

2. Akses intravena

Akses Intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien,

kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, atau

darah untuk mempertahankan keselamatan jika sewaktu–waktu terjadi keadaan

darurat dan untuk mempertahan suplemen cairan pada pasien.

3. Posisi dan ambulasi

Menurut Sulistyawati (2010), posisi yang nyaman saat persalinan sangat

diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi

tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga

persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontraindikasi dari

keadaan pasien). Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain recumbent

lateral (miring), lutut–dada, tangan–lutut duduk, berdiri, jalan, dan jongkok.

4. Eliminasi

a. Buang air kecil (BAK)

Selama proses persalinan pasien mengalami poliuri sehingga

penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi.

Page 67: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

48

b. Buang air besar (BAB)

Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan

dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari

pada perasaan tidak nyaman.

5. Kebersihan tubuh

Sebagian pasien yang akan menjalani proses peralinan tidak begitu

menganggap kebersihan tubuh sebagai suatu kebutuhan, karena ibu lebih

terfokus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara.

6. Istirahat

Istrahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks.

Jika pasien benar–benar tidak dapat tidur terlelap karena karena sudah mulai

merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi

miring ke kiri untuk beberapa waktu.

7. Kehadiran pendamping

Kehadiran seorang yang sangat penting dan dapat dipercaya sangat

dibutuhkan oleh ibu yang akan menjalani proses bersalin.

2.2.7 Masalah dan penanganan

Menurut Andarmoyo (2013), masalah dan penanganan saat persalinan,

antara lain :

1. Nyeri Persalinan

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada

pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan

adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan serviks

inilah akan terjadi persalinan, rasa nyeri yang di alami selama persalinan

bersifat unik pada setiap ibu yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain; budaya, takut, cemas, atau ketakutan, pengalaman persalinan

sebelumnya dan dukungan.

Berikan penjelasan pada ibu tentang penyebab nyeri :

a. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi dan distraksi.

b. Berikan sentuhan dan massase dengan menggosok-gosok punggung ibu dan

minta pendamping ibu untuk memperagakannya.

Page 68: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

49

c. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan ibu istirahat jika his sudah

mereda.

2. Cemas dalam menghadapi proses persalinan

a. Berikan informasi pada klien tentang proses persalinan.

b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental dan spiritual

c. Jelaskan pada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan

d. Beri kesempatan pada ibu untuk memilih posisi nyaman

3. Ketidaktahuan ibu tentang cara meneran yang benar

a. Ajari ibu cara meneran yang benar dengan mengangkat kepala, tempelkan

dagu di dada, tekanan dirasakan di perut dan jalan lahir.

b. Motivasi ibu meneran jika ada dorongan

2.2.8 Komplikasi dan penanganan

Komplikasi dan penanganan pada :

1. Kala I dan Kala II

a. Persalinan lama

Masalah : Fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung

selama 12 jam/lebih tanpa kelahiran bayi. Dilatasi serviks di kanan garis

waspada pada partograf. Disebabkan beberapa faktor :

1) Kecemasan dan ketakutan.

2) Pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalalu

cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.

3) Abnormalitas pada tenaga ekspulsi.

4) Abnormalitas pada panggul.

5) Kelainan pada letak dan bentuk janin.

Penanganan umum :

1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda

vital dan tingkat hidrasinya) dan perbaiki keadaan umum.

2) Dukungan, perubahan posisi (sesuai dengan penanganan persalinan

normal).

3) Periksa kandung kemih, upayakan kencing.

4) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan.

5) Nilai frekuensi dan lamanya His.

Page 69: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

50

b. Persalinan palsu/belum in partu (false labor)

Periksa apakah ada ISK (infeksi saluran kencing) atau ketuban pecah,

jika didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien

boleh rawat jalan.

1) Fase laten memanjang (prolonged latent phase)

Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his

berhenti. Pasien disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin

teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk

dalam fase laten.

a) Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda

kemajuan lekukan penilaian ulang terhadap servik.

b) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan

tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.

c) Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks lakukan

amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin.

d) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.

e) Lakukan rujukan.

2) Fase aktif memanjang

Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih

utuh, pecahkan ketuban.

a) Nilai His jika his tidak adekuat (jika his adekuat >3 kali dalam 10

menit dan lamanya >40 detik) pertimbangkan disproporsi, obstruksi,

malposisi/mal presentasi.

b) Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan

mempercepat kemajuan persalinan (posisi).

c) Apabila tidak ada perkembangan lakukan rujukan.

c. Partus presipitatus

Partus presipitatus adalah kejadian dimana ekspulsi janin berlangsung

kurang dari 3 jam setelah awal persalinan. Partus presipitatus sering

berkaitan dengan solusio placenta (20%) Aspirasi mekonium, Perdarahan

post partum, komplikasi maternal. Bila servik panjang dan jalan lahir kaku,

Page 70: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

51

akan terjadi robekan serviks dan jalan lahir yang luas, emboli air ketuban

(jarang), atonia uteri dengan akibat HPP.

Terjadi karena kontraksi uterus yang terlalu kuat akan menyebabkan

asfiksia intrauterine, trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir.

Kejadian ini biasanya berulang, sehingga perlu informasi dan pengawasan

yang baik pada kehamilan yang sedang berlangsung. Hentikan

pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.

2. Kala III dan kala IV

a. Perdarahan pada kala III

Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan terpotongnya

pembuluh-pembuluh darah dari dinding rahim bekas implantasi

plasenta/karena sinus-sinus maternalis ditempat insersinya. Pada dinding

uterus terbuka, biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab kontraksi dan

retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh- pembuluh darah yang

terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat

oleh bekuan darah. Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari

500 cc atau setara dengan 2,5 gelas belimbing. Apabila setelah lahirnya

bayi darah yang keluar melebihi 500 cc maka dapat dikategorikan

mengalami perdarahan pasca persalinan primer.

Menurut Sulistyawati (2010), Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta

selama 1–2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan

pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi

dilakukan yaitu :

1) Tingkat kesadaran pasien

2) Pemeriksaan tanda–tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan

3) Kontraksi uterus

4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila

jumlahnya tidak melebihi 400–500 cc

Menurut Prawirohardjo (2011), perdarahan primer terjadi dalam 24

jam pertama dan sekunder sesudah itu. Hal-hal yang menyebabkan

perdarahan post partum adalah :

Page 71: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

52

1) Atonia uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi uterus

yang tidak mampu menutup perdarahan dari tempat implantasi placenta

setelah bayi dan placenta lahir.

Faktor Predisposisi dari atonia uteri adalah :

a) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,

polihidramnion, anak terlalu besar.

b) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.

c) Kehamilan grande-multipara.

d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita

penyakit menahun.

e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.

f) Infeksi intra uterin (karioamnionitis).

g) Riwayat atonia uteri

Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan placenta lahir ternyata

perdarahan massih aktif dan banyak, bergumpal dan bila di palpasi di

dapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi

yang lembek. Perlu diperhatikan pada saat atonia uteri di diagnosis, maka

pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah

keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan

harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti. Gejala

atonia uteri :

a) Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat

b) Tekanan darah menurun

c) Syok karena perdarahan

d) Kala III : perdarahan baru liang senggama 500-1000 cc.

Terapi terbaik adalah pencegahan :

a) Melakukan secara rutin menejemen aktif kala III pada semua wanita

yang bersalin karena dapat menurunkan insidens perdarahan pasca

persalinan akibat dari atonia uteri.

b) Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 µg) segera setelah

bayi lahir.

Page 72: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

53

2) Retensio plasenta

Menurut Prawirohardjo (2011), retensio plasenta adalah placenta

tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir. Placenta

yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III yang bisa di

sebabkan adesi yang kuat antara placenta dan uterus. Disebut placenta

akreta bila implantasi menembus desidua basalis disebut sebagai

placenta inkreta bila placenta menembus miometrium dan disebut

plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.

a) Faktor predisposisi retensio placenta adalah :

(1) Placenta previa

(2) Bekas seksio sesarea

(3) Pernah kuret berulang

(4) Multiparitas

b) Diagnosa retensio placenta, yaitu :

(1) Pada pemeriksaan luar fundus/korpus ikut tertarik apabila tali pusat

ditarik.

(2) Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi placenta karena

implantasi yang dalam.

c) Penanganan retensio placenta

Apabila sudah dilakukan penanganan PTT dengan baik, 15 menit

pertama diberikan oksitosin 10 unit secara IM. Lakukan PTT kembali,

tetapi placenta belum lahir setelah 15 menit kemudian, perhatikan

apakah ada darah yang keluar, apabila ada lakukan placenta manual.

Apabila tidak ada lakukan rujukan perbaiki keadaan umum ibu.

3) Inversio uteri

Menurut Prawirohardjo (2011), inversio uteri adalah keadaan

dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat

ostium uteri eksternum, yang bersifat inkomplit sampai komplit

a) Faktor presdiposisi inversio uteri adalah :

(1) Adanya atonia uteri.

(2) Serviks yang masih terbuka lebar.

Page 73: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

54

(3) Adanya kekuatan menarik fundus ke bawah (misalnya karena

placenta akreta, inkreta, perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras

ke bawah).

(4) Ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver crede) atau

tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk

dan bersin).

b) Tanda-tanda inversio uteri :

(1) Syok karena kesakitan

(2) Perdarahan banyak bergumpal

(3) Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa placenta

yang masih melekat

(4) Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila

terjadinya cukup lama, maka jepitan seviks yang mengecil akan

membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.

c) Penanganan :

(1) Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan atau

darah pengganti dan pemberian obat.

(2) Berikan MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum

dilakukan reposisi manual yaitu mendorong miometrium ke atas

masuk kedalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan

masuk kedalam uterus pada posisi normanya.

(3) Di dalam uterus dilepaskan secara manual bila berhasil dikeluarkan

dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau IM

tangan tetap di pertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal

dan tangan operator baru di lepaskan.

(4) Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan

keperluannya.

(5) Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras

menyebabkan manuver di atas tidak bisa dikerjakan, maka

dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan

histerektomi bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis.

Page 74: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

55

2.2.9 Asuhan persalinan normal

Tabel 2.4 Prosedur Pelakasanaan Asuhan Persalinan Normal

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II

1 Melihat adanya tanda persalinan kala II

a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum

c. Perineum tampak menonjol

d. Vulva dan spingter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2 Pastikan kelengkapan persalinan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan tata laksana komplikasi ibu dan bayi

baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1

handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm

dari tubuh bayi.

a. Letakkan kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal

bahu bayi

b. Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di

dalam partus set

3 Pakai celemek plastik

4 Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan tangan

dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5 Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam

6 Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril) pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN

JANIN BAIK

7 Bersihkan vulva dan perenium dengan hati-hati (jari tidak menyentuh

vulva dan perenium) dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT

a. Jika introitus vagina, perineum atau arus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang

b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah

yang tersedia

c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lpaskan

dan rendam dalam larutan klorin 0,5% → langkah #9)

8 Lakukan periksa dlaam untuk memastikan peralatan lengkap.

a. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap

maka lakukan amniotomi

9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit, cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan

10 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi

uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120–160x/

Page 75: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

56

menit)

b. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

c. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU

PROSES BIMBINGAN MENERAN

11 Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik

dan bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai

dengan keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan

kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan

yang ada

b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka

untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk

meneran secara benar

12 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa

ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu

merasa nyaman)

13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran:

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai

c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

f. Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)

g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus kontraksi

h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

120 menit (2 jam ) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam)

meneran (multigravida)

14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16 Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu

17 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan

18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

Lahirnya kepala

19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi dengan kain

Page 76: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

57

bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu

untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal

20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong diantara dua klem tersebut

21 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahinya bahu

22 Setelah bayi melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang

Lahirnya bahu dan tungkai

23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memengang lengan dan siku sebelah

atas.

24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penulusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

25 Lakukan penilaian (selintas)

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas kesulitan ?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan

langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru

lahir)

26 Keringkan tubuh bayi

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk

basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas

perut ibu

27 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus (hamil tunggal)

28 Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi

baik

29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukkan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin)

30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama

Page 77: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

58

31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara klem

tersebut.

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya

c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah di

sediakan

32 Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga

bayi menempel di dada atau di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada

di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara

ibu.

33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala

bayi.

VII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA III

34 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35 Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisi,

untuk mendeteksi. Tangan lain menengangkan tali pusat

36 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-

kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta

tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas

a. Jika uetrus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

Mengeluarkan plasenta

37 Lakukan penegangan dan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar

lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorso-kranial)

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau

bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual

38 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

disediakan.

a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril

untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-

jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian

Page 78: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

59

selaput yang tertinggal

Rangsangan taktil (masase) uterus

39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

teraba keras)

a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi

setelah 15 detik masase

IX. MENILAI PERDARAHAN

40 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam

kantung plastik atau tempat khusus.

41 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan

yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

42 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43 Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam.

a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu

dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya

berlansung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu satu

payudara

b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu

44 Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes

mata atibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha

kiri anterolateral

45 Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral.

a. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa di

susukan

b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil

menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu.

Evaluasi

46 Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

d. Jika uterus tidak berkontaksi dengan baik, melakukan asuhan

yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri

47 Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi

48 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49 Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

Page 79: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

60

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit jam kedua

pasca persalinan

a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam

pertama pasca persalinan

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

50 Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

(40-60x/menit) serta tubuh normal (36,5-37,50C)

Kebersihan dan Keamanan

51 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam laruta klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi

52 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai

53 Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

54 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu makanan dan minuman yang diinginkan

55 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

56 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikkan

bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit

57 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

Dokumentasi

58 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital

dan asuhan kala IV

Sumber : Depkes RI, 2008

2.2.10 Pendokumentasian

1. Partograf

Menurut Depkes, RI (2007), partograf adalah alat bantu untuk memantau

kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong

persalinan untuk :

a. Mencatat kemajuan persalinan

b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan

e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik

yang sesuai dan tepat waktu.

Page 80: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

61

Partograf harus digunakan pada semua ibu bersalin fase aktif kala I, semua

tempat bersalin dan semua penolong persalinan. Pencatatan selama fase aktif

persalinan yaitu informasi ibu (nama, umur, gravid, para, abortus, tanggal dan

waktu dirawat serta pecahnya selaput ketuban), kondisi janin (DJJ, warna dan

adanya air ketuban serta penyusupan kepala janin), kemajuan persalinan

(pembukaan serviks, penurunan bagian kepala dan presentasi janin, garis

waspada dan garis bertindak), jam dan waktu (waktu mulainya fase aktif),

kontraksi (frekuensi dalam 10 menit dan lamanya), obat dan cairan yang

diberikan (oksitosin dan obat lain serta cairan IV yang diberikan), kondisi ibu

(nadi, tekanan darah, suhu, dan produksi urine.

Pencatatan pada lembar belakang partograf digunakan untuk mencatat hal-

hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-

tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi

baru lahir). Bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Lakukan penilaian

dan catat asuhan yang diberikan selama masa nifas terutama pada kala IV

untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya komplikasi

dan membuat keputusan klinik yang sesuai.

2. Lembar penapisan persalinan

Menurut Depkes, RI (2010), pada saat memberikan asuhan bagi ibu

bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya

masalah atau penyulit. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetap waspada

pada indikasi yang tertera pada lembar penapisan.

Tabel 2.5 Penapisan Persalinan

Rujuk ibu :

Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :

1. Riwayat bedah sesar

2. Perdarahan per vaginam

3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

4. Ketuban pecah disertai mekonium yang kental

5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang

dari 37 minggu)

7. Ikhterus

8. Anemia berat

9. Tanda/gejala infeksi

10. Pre-eklampsi/hipertensi dalam kehamilan

Page 81: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

62

11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih

12. Gawat janin

13. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5

14. Presentasi bukan belakang kepala

15. Presentasi ganda (majemuk)

16. Kehamilan ganda atau gemeli

17. Tali pusat menumbung

18. Syok

Sumber : Depkes RI, 2010

3. Lembar observasi

Menurut Depkes, RI (2010), jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm,

berarti ibu berada dalam fase laten dan semua asuhan, pengamatan dan

pemeriksaan harus dicatat di lembar observasi, yaitu Denyut Jantung Janin

(DJJ), kontraksi, nadi setiap 30 menit dan pembukaan serviks, penurunan

kepala, tekanan darah, suhu dan produksi urine setiap 4 jam. Rujuk segera ke

fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih 8 jam.

2.2.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada persalinan

Catatan perkembangan INC

Jam : .....................

Tanggal : .....................

S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian

data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau

anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang berhubungan langsung dengan diagnosis misalnya

mengeluarkan darah dari kemaluannya, kenceng-kenceng yang

semakin sering (Muslihatun dkk, 2009).

O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian

data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostik lain seperti kesadaran umum, kesadaran, tanda-tanda

vital (TTV), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Page 82: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

63

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik/cukup

Kesadaran : composmentis, apatis, samnolen,

spoor, delirium, koma.

TTV

TD : 90/60 – 120/90 mmHg

N : 76-92x/menit

S : 36,5oC-37,5

oC

RR : 16-24x/menit

b. Pemeriksaan fisik

Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva

merah muda, palpepra tidak oedema

Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar

limfe, kelenjar tyroid, dan vena

jugularis

Dada/payudara : Simetris/tidak, ada/tidak retraksi

dinding dada, puting susu

menonjol/tidak, hiperpigmentasi

areola ada/tidak, ada/tidak ada

benjolan

Abdomen : Ada/tidak hiperpigmentasi (linea

nigra, striae gravidarum), tinggi

fundus uteri (TFU), DJJ janin dengan

fetoskop, ada/tidak bekas operasi,

ada/tidak benjolan abnormal,

ada/tidak nyeri tekan, keadaan bising

usus

Leopold I : Menentukan TFU dan bagian atas

yang ada difundus.

Leopold II : Menentukan batas samping/ bagian

kanan dan kiri rahim ibu dan

Page 83: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

64

menentukan letak punggung janin.

Leopold III : Menentukan bagian terbawah

janin

Leopold IV

: Menentukan bagian terbawah janin

dan seberapa masuknya.

TBJ

(Tafsiran Berat

Janin)

: Dilakukan untuk mengetahui berat

badan janin.

(TFU – 11) x 155

Pemeriksaan

DJJ

: Dilakukan untuk mengetahui bunyi

jantung janin. Dalam keadaan normal

120-160x/menit

Genetalia : Ada luka/tidak, ada varises/tidak,

oedema/tidak, ada bloodshow/tidak

VT :

1. Portio

2. Effacement

3. Pembukaan

4. Ketuban

5. Letak

6. Denominator

7. Molage

8. Bidang Hogde

9. Bagian kecil

yang

menumbung

:

:

:

:

:

:

:

:

:

teraba lunak/kaku

penipisan serviks / 25% / 50% /

75% / 100%

1-10 cm

utuh/tidak, warna

kepala/bokong/bagian kecil janin

UUK jam …..

Penyusupan kepala janin nilainya

0, 1, 2, 3

Seberapa besar bagian kepala yang

turun di pintu bawah panggul

Ada/tidak

Anus : Perlu dikaji adakah haemoroid atau

tidak

Ekstremitas : Oedema kaki dan tangan, pucat pada

kuku jari, varises, reflek patella

Page 84: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

65

A : Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif (Muslihatun dkk, 2009).

G…P….minggu T/H inpartu kala… fase…dengan keadaan janin

dan ibu baik

P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi

berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus

ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).

1. Melakukan pendekatan dengan keluarga, tercipta kerjasama

yang baik antara bidan dengan klien. Ibu dan keluarga dapat

mengerti dan dapat diajak kerjasama.

2. Melakukan inform concent kepada ibu sebagai bukti legalitas

tindakan yang akan diberikan kepada ibu. Inform consent telah

diisi ibu.

3. Menganjurkan pada ibu untuk BAK terlebih dahulu sehingga

kandung kencing ibu tidak penuh dan tidak mengganggu

proses penurunan kepala janin. Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

4. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan dan

rasa nyaman pada ibu, agar persalinan berjalan lancer.

Keluarga mengerti dan dapat mengikuti anjuran bidan.

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan

memberikan makan dan minum saat tidak ada kontraksi. Agar

memiliki tenaga untuk mengejan saat persalinan. Ibu mengerti

dan mau melaksanakan anjuran bidan.

6. Melakukan meriksaan tanda-tanda vital. Menginformasikan

kepada keluarga tentang hasil dari pemeriksaan. Keluarga

mengerti dan paham.

7. Menganjurkan pada ibu miring kiri, agar tidak menekan vena

kava inferior sehingga oksigen janin terpenuhi dan

Page 85: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

66

mempercepat penurunan kepala janin, ibu mengerti dan akan

melakukan anjuran bidan.

8. Mengobservasi keadaan umum, TTV, dan perkembangan

kemajuan persalinan dan partograf. Memeriksa tanda dan

gejala kala II, jika ada tanda dan gejala kala II yaitu dorongan

meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan

sfigter ani membuka, maka dilakukan persiapan pertolongan

persalinan 58 langkah APN

Jika pembukaan sudah lengkap. Lakukan asuhan persalinan normal 58

langkah sesuai asuhan persalinan normal

1) Mendengar dan melihat adanya tanda gejala kala dua. (Ibu merasa ada

dorongan kuat dan meneran, tekanan yang semakin meningkat pada

rectum dan vagina, perenium tampak menonjol, vulva dan spingter ani

membuka).

2) Memastikan kelengkapan alat, bahan dan obat–obatan esensial

pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin &

memasukan alat suntik ke dalam partus set.

3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan

sabun & air mengalir.

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Memasukkan oksitoksin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah

dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam–pastikan pembukaan sudah lengkap dan

selaput ketuban sudah pecah, jika belum pecah di lakukan amniotomi.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

Page 86: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

67

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai–

pastikan DJJ dalam batas normal (120–160 x/menit).

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin

meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan

merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5–6 cm.

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin tampak pada vulva dengan diameter 5–6 cm,

maka lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu

untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

20) Cek apakah ada lilitan tali pusat atau tidak.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan

distal untuk melahirkan bahu belakang.

Page 87: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

68

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan

atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah

bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah

(selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).

25) Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa

kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak aktif ?

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas

perut ibu (Depkes RI, 2008).

Catatan Perkembangan kala III

Jam : ................

Tanggal : ................

S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data),

terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien atau anamnesa. Ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan langsung

dengan diagnosis.

O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), yang

diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan pasien

atau pemeriksaan diagnostik lain seperti keadaan umum pasien,

kesadaran, tanda-tanda vital (TTV), jumlah perdarahan dan

kontraksi uterus

A : Analysis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil

Page 88: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

69

analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif.

P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan menurut

Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi berisi analisis

hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai

tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).

27) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan di berikan

28) Menyuntikan oxytosin 10 IU secara IM agar uterus berkontraksi dengan

baik

29) Penegangan tali pusat terkendali

30) Melahirkan plasenta pukul ….WIB. Kemudian cek kelengkapan

plasenta

31) Massase fundus uterus selama 15 detik (Depkes RI, 2008).

Catatan perkembangan kala IV

Jam : ................

Tanggal : ...............

S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data),

terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien atau anamnesa. Ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan langsung

dengan diagnosis (Muslihatun dkk, 2009).

O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), yang

diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain

(Muslihatun dkk, 2009).

A : Analysis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif (Muslihatun dkk, 2009).

Page 89: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

70

P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan menurut

Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi berisi analisis

hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai

tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).

32) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

33) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

34) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

35) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha

kiri anterolateral.

36) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

37) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

38) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

39) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

40) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam

kedua pasca persalinan.

41) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

42) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

43) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

Page 90: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

71

44) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian

bersih dan kering.

45) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu

apabila ibu ingin minum.

46) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

47) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5%.

48) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

49) Melengkapi partograf (Depkes RI, 2008).

2.3 Konsep Dasar Masa Nifas

2.3.1 Pengertian

Menurut Retno (2011), masa nifas (puerperium) adalah masa setelah

keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan

secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu.

Menurut Suherni (2009), masa nifas disebut masa post partum atau

puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.

2.3.2 Tahapan masa nifas

Menurut Nugroho (2014), nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :

1. Puerperium dini

Suatu masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-

jalan.

2. Puerperium intermedial

Suatu masa pemulihan dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama

kurang lebih 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Page 91: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

72

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama

selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk

mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, dan

bahkan tahunan.

2.3.3 Tujuan masa nifas

Menurut Suherni (2009), asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan

untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang gizi, menyusui, pemberian

imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat dan KB.

2.3.4 Perubahan fisiologis masa nifas

Menurut Nugroho (2014), perubahan fisiologis pada masa nifas :

1. Perubahan sistem reproduksi

c. Involusi uterus

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.6 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat sympisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas sympisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber: Nugroho, 2014

d. Involusi tempat placenta

Uterus pada bekas implantasi placenta merupakan luka yang kasar ke

dalam kavum uteri. Segera setelah placenta lahir, dengan cepat luka

Page 92: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

73

mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir

masa nifas 1-2 cm.

e. Perubahan ligament

Setelah bayi lahir ligament dan diagfragma pelvis fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia

kala. Perubahan ligament yang dapat terjadi pasca melahirkan, yaitu

ligament rotundum menjadi kendor yang menyebabkan letak uterus menjadi

retrofleksi, ligament fasia jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak

kendor.

f. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan

serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali

dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen

tampak sebagai tonjolan kecil. Ukuran vagina akan selalu lebih besar

dibandingkan keadaan sehat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada

perineum paca persalinan terjadi pada saat perineum mengalami robekan.

Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan

episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot

perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan

vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir

puerperium dengan latihan harian.

g. Lochea

Menurut Nugroho (2014), lochea adalah cairan sekret yang berasal

dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas :

1) Lochea rubra berisi darah segar dan sisa–sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca

persalinan.

2) Lochea sanguinolenta berwarna kecoklatan, berisi darah dan lendir pada

hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-

14 pasca persalinan.

4) Lochea alba cairan putih, setelah 2 minggu.

Page 93: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

74

5) Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

6) Lochea statis lochea tidak lancar keluarnya

h. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong,

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukkan

ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari

hanya dapat dilalui 1 jari.

i. Tanda-tanda Vital

1) Suhu

Selama 24 jam pertama suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC

sebagai akibat meningkatnya kerja otot/ penegangan otot panggul,

dehidrasi dan perubahan hormonal. Jika terjadi peningkatan suhu 38ºC

yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan maka perlu dipikirkan

adanya infeksi, seperti sepsis puerpurale (infeksi selama pasca partum),

infeksi saluran urinaria, endometritis (peradangan pasca partum), mastitis

(pembengkakan payudara), infeksi saluran kencing atau infeksi lainnya.

2) Nadi

Dalam periode 6-7 jam sesudah melahirkan, sering adanya

bradikardi (normal kurang dari 80-100x/ menit) karena pengosongan

rongga panggul dan kelelahan serta pengeluaran darah saat melahirkan.

Dengan kata lain, nadi biasanya meningkat pada 24 jam pertama. Nadi

akan kembali normal dalam waktu kurang lebih 2 bulan. Bila terdapat

takikardi (denyut nadi > 100x/ menit) sedangkan badan tidak panas,

mungkin ada perdarahan lebih. Denyut nadi antara 50-70x/ menit.

3) Pernafasan

Pernafasan ibu pasca partum akan mendekati ukuran normal seperti

sebelum melahirkan.

4) Tekanan darah

Terjadi hipotensi orthostatic (penurunan 20 mmHg) yang ditandai

dengan adanya pusing segera setelah berdiri, terjadi 46 jam pertama.

Page 94: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

75

Penurunan tekanan darah merefleksikan adanya hipofolemia sekunder

terhadap hemoragi. Peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan

penambahan diastolik 15 mmHg disertai sakit kepala dan gangguan

penglihatan, mungkin pre eklampsia. Jika ibu mengeluh sakit kepala,

sebelum diberikan analgetik perlu di ukur tekanan darah karena

peningkatan tekanan darah sering terjadi pada periode pasca partum.

Dengan kata lain, tekanan darah tidak berindikasi perdarahan intra uteri.

j. Perubahan sistem pencernaan

Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan

untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu

3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone

menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari.

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini

disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal

masa pasca partum, diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi,

hemoroid ataupu laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas

membutuhkan waktu untuk kembali normal.

k. Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk

buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab keadaan ini

adalah terdapat spasmesfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah

bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang

pubis selama persalinan berlangsung.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam

postpartum. Kadar hormon yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Uretra yang

berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,

kadang-kadang odemtrigonum yang menumbulkan alostaksi dari uretra

sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi

kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih

Page 95: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

76

tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini sisa

urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan yang dapat

menyebabkan infeksi.

l. Perubahan sistem musculoskeletal (diastasis rectie abdominalis)

Menurut Sulistyawati (2009), perubahan sistem musculoskeletal :

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah placenta

dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada

waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali

sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena

ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh

“kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan

penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna tejadi

pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding

abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk

memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-

otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-

latihan tertentu. Pada 2 hari postpartum, sudah dapat fisioterapi.

m. Perubahan sistem kardiovaskuler

Menurut Sulistyawati (2009), selama kehamilan volume darah normal

digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan

oleh placenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali esterogen

menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi

volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4

jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan

banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi

retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan

tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan.

Page 96: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

77

Pada persalinan vagina mengeluarkan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan

pada persalinan dengan SC, pengeluaran darah dua kali lipatnya. Perubahan

terdiri dari volume darah dan kadar haematokrit.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah

ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada

jantung dan akan menimbulkan decompensationcordis pada pasien

vitumcordio. Keadaan ini dapat di atasi dengan mekanisme kompensasi

dengan tumbuhnya haemokonsetrasi sehingga volume darah akan kembali

seperti sediakala. Umumnya ini terjadi 3-5 hari postpartum.

n. Perubahan sistem hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari

pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun,

tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan

darah. Leokositosi yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat

mencapai 15.000 selam proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa

hari postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai

25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut

mengalami persalinan yang lama.

Jumlah Hb, HMT, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal

masa postpartum sebagai akibat volume darah, placenta, dan tingkat volume

darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status

gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan postpartum, terjadi

kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan tersebut dan peningkatan

sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb

pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, yang akan kembali normal

dalam 4-5 minggu postpartum.

o. Perubahan komponen darah

Menurut Sulistyawati (2009), pada masa nifas terjadi perubahan

komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak.

Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu

pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan semula.

Page 97: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

78

Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetap

tinggi pada awal nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan

normal

2.3.5 Perubahan Psikologi Masa Nifas

Menurut Suherni (2009) adaptasi psikososial ibu nifas dibagi menjadi 3

fase, yaitu :

1. Taking in

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang

berfokus terutama pada dirinya sendiri. perhatian tertuju pada kekhawatiran

akan tubuhnya, kemungkinan akan mengulang-ulang waktu dan pengalaman

melahirkan. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti

mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur, rasa bersalah karena belum bisa

menyusui bayinya, kekecewaan karena mendapatkan apa yang tidak diinginkan

tentang bayinya misal jenis kelamin dan kelelahan merupakan suatu yang tidak

dapat dihindari. Petugas kesehatan dapat menganjurkan suami dan keluarga

untuk memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk

mendengarkan semua hal yang disampaikan agar ibu dapat melewati fase ini

dengan lancar.

2. Taking hold

Periode ini berlangsung selama 3-10 hari postpartum. Pada fase ini ibu

timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung dan gampang marah. Dukungan moril sangat dipelukan untuk

menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan fase ini

merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan

pendidikan kesehatan yaitu cara merawat bayinya, cara menyusui yang benar,

mengganti popok, cara merawat luka jahitan,dan senam nifas.

3. Letting go

Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini

berlangsung 10 hari setelah melahirkan, ibu sudah mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya, dukungan suami dan keluarga masih terus

Page 98: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

79

diperlukan ibu. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan

kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.

2.3.6 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas

Menurut Suherni, dkk (2009), kebutuhan dasar ibu pada masa nifas, yaitu :

1. Kebutuhan gizi ibu menyusui

Kualitas dan jumlah yang dikonsumsi sangat mempengaruhi produksi

ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan sebesar 800

kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu sendiri.

Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi.

Dengan ASI, bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat

lemah-lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan karena ASI

mengandung asam dekosaheksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara

bermakna mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang

hanya diberi susu formula atau susu bubuk.

2. Ambulasi dini

Menurut Nugroho (2014), setelah persalinan ibu akan merasa lelah. Oleh

karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early

ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan

membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum

diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan.

Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk

kemudian berjalan.

3. Eliminasi (buang air kecil dan besar)

Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air

kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat

mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Biasanya,

pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan

lahir. Bidan harus dapat menyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera

mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi post partum.

Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit

Page 99: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

80

pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil

berjuang melahirkan bayinya.

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar

karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan sulit baginya untuk

buang air besar secara lancar. Feses yang tertahan lama dalam usus akan

mengeras karena cairan yang tergantung dalam feses akan selalu terserap oleh

usus. Bidan harus dapat menyakinkan pasien untuk tidak takut saat mau buang

air besar karena buang air besar tidak akan menambah parah luka jalan lahir.

Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat

dan banyak minum air putih.

4. Kebersihan diri dan perineum

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan

rasa nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur

maupun lingkungan. yang dapat dilakukan ibu untuk menjaga kebersihan

dirinya, yaitu mandi teratur miniml 2x sehari, mengganti pakain dan alas

tempat tidur, menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal, melakukan perawatan

perineum.

5. Latihan senam nifas

Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekita 6 minggu.

Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencankan bentuk

tutbuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas.

Manfaat dilakukan senam nifas antara lain :

a. Mengurangi rasa sakit pada otot.

b. Memperbaiki peredaran darah.

c. Mengencangkan otot-otot panggul, perut dan perineum.

d. Melancarkan pengeluaran lochea.

e. Mempercepat involusi.

f. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas.

6. Hubungan suami istri

Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian

hubungan seksual dilakukan tergantung dengan suami istri tersebut. Selama

periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang menyebabkan

Page 100: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

81

pola seksual selama nifas berkurang yaitu gangguan rasa ketidaknyaman fisik,

kelelahan, ketidakseimbangan hormon, kecemasan berlebih.

7. Program KB

Menurut Nugroho (2014) program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah

nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), denga tujuan menjaga kesehatan ibu.

Pada dasarnya ibu menyusui ekslusif tidak mengalami ovulasi atau penuh enam

bulan dan ibu belum mendapat haid. Untuk mencegah kehamilan yang tidak

direncanakan, nasehatkan pasangan untuk menggunakan kontrasepsi ketika

mulai aktifitas seksual, meskipun siklus ibu belum kembali.

2.3.7 Tanda- tanda bahaya pada masa nifas

Menurut Depkes RI (2016), beberapa tanda bahaya masa nifas, yaitu:

1. Perdarahan lewat jalan lahir

2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir

3. Bengkak di muka, tangan, atau kaki, disertai sakit kepala dan kejang-kejang

4. Demam lebih dari 2 hari

5. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

6. Ibu terlihat sedih, murung, dan menangis tanpa sebab (depresi)

2.3.8 Deteksi dini komplikasi pada masa nifas

Menurut Suherni (2009), kompikasi pada masa nifas biasanya jarang

ditemukan selama pasien mendapatkan asuhan yang berkualitas, mulai dari masa

kehamilan sampai dengan persalinannya. Beberapa kemungkinan komplikasi

masa nifas yang dapat bidan deteksi secara dini, yaitu:

1. Perdarahan Pervaginam/perdarahan post partum/post partum hemorrargia,

adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia

setelah melahirkan. Perdarahan ada 2 yaitu perdarahan post partum primer

(perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan), dan

perdarahan post partum sekunder (perdarahan yang terjadi antara 24 jam

setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum).

2. Kelainan payudara yang terdiri dari, bendungan ASI (sering menyebabkan rasa

nyeri yang cukup hebat dan bias disertai dengan kenaikan suhu), mastitis

(payudara menjadi keras, kemerahan, terjadinya kenaikan suhu, peningkatan

frekuensi denyut nadi, pasien mengeluhkan rasa nyeri).

Page 101: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

82

3. Infeksi masa nifas

Menurut Suherni (2009), adapun infeksi masa nifas yang dapat terjadi

adalah :

a. Vulvitis

b. Vaginitis

c. Servisitis

d. Endrometritis

e. Seftikemia dan Pymia

2.3.9 Kunjungan pada masa nifas

Menurut Depkes RI (2010), adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan

kunjungan masa nifas adalah :

1. Kunjungan pertama, pada 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan.

Tujuan :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal

e. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2. Kunjungan ke dua, pada hari ke-4 sampai hari ke-14 setelah persalinan,

Tujuan :

a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal

b. Evaluasi adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda adanya

penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal yang berkaitan dengan

asuhan pada bayi.

3. Kunjungan ketiga, pada hari ke-15 sampai hari ke-28 setelah persalinan,

Tujuan :

a. Evaluasi adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

Page 102: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

83

b. Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.

c. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda adanya

penyulit.

d. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal yang berkaitan dengan

asuhan pada bayi.

4. Kunjungan ke empat, pada hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan

Tujuan :

a. Menanyakan penyulit yang ada

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.3.10 Proses laktasi dan menyusui

Menurut Retno (2011), menyusui adalah keseluruhan proses menyusui

mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai ASI di produksi sampai proses

bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan

pemberian ASI Eksklusif dan meneruskan pemberian ASI Eksklusif dan

meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta

mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. ASI merupakan nutrisi alamiah

terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang di butuhkan

selama 6 bulan pertama.

Menurut Retno (2011), manfaat pemberian ASI, antara lain :

1. Bagi Bayi

a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

b. Mengandung anti body

c. ASI mengandung komposisi yang tepat

d. Mengurangi kejadian karies dentis

e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan ada ikatan antara ibu dan

bayi.

f. Terhindar dari alergi

g. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

h. Membantu perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi, karena gerakan

menghisap mulut bayi pada payudara

Page 103: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

84

2. Bagi Ibu

a. Sebagai KB

b. Mencegah perdarahan dan mempercepat involusi uterus

c. Mempercepat menurunkan berat badan

d. Mendekatkan ibu dan bayi

3. Bagi Keluarga

a. Lebih ekonomis

b. Mudah diberikan dimana saja

2.3.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada masa nifas

Tempat pengkajian : untuk mengetahui tempat pengkajian tersebut

Tanggal / waktu : untuk mengetahui tanggal dan waktu pengkajian

Nama pengkaji : untuk mengetahui siapa nama pengkajinya

S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian

data), terutama data yang diperoleh dari anamnesisi. Data ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau

anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang berhubungan langsung dengan diagnosis.

O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut hellen varney langkah pertama (pengkajian

data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan pasien atau pemeriksaan diagnostik lain seperti

keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-tanda vital (TTV),

jumlah perdarahan dan kontraksi uterus.

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik/cukup

Kesadaran : composmentis, apatis, samnolen,

spoor, delirium, koma.

BB : … kg

Tanda-tanda Vital

TD : 110/70 – 120/80 mmHg

Page 104: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

85

N : 70-90x/menit

S : 36,5oC-37,5

oC

RR : 18-24x/menit

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah

muda, palpepra tidak oedema

Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe,

kelenjar tyroid, dan vena jugularis

Dada : Simetris/tidak, ada/tidak retraksi dinding

dada, ada/tidak ronkhi dan wheezing

Payudara : Simetris/tidak, puting susu menonjol/tidak,

ada benjolan abnormal/tidak,

hiperpigmentasi areola ada/tidak

Abdomen : TFU, kontraksi baik/tidak, terasa bundar

dan keras/tidak, kandung kemih kosong

atau penuh

Genetalia : Terdapat pengeluaran perdarahan

pervaginam/tidak, lochea (rubra,

sanguinolenta, serosa, alba), luka perineum

derajat (I, II, III, IV), ada jahitan

perineum/tidak

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris/tidak, oedema/tidak, reflek patella

positif/negative

Simetris/tidak, oedema/tidak, ada varises

/tidak, reflek patella positif/negative

A : Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif.

Ny “….” P………. Dalam Nifas ……. Hari ke……….

Page 105: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

86

P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi

berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus

ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).

Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan

Tujuannya :

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri

4. Pemberian ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir

6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi

7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

Kunjungan nifas kedua, waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-

28 setelah persalinan

Tujuannya :

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan

istirahat

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-

tanda penyulit

Page 106: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

87

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi

sehari-hari

6. Memberikan informed choice tentang KB

Kunjungan nifas ketiga, waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-

42 setelah persalinan

Tujuannya :

1. Menanyakan penyulit yang ada

2. Memberikan informed choice tentang KB

2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.4.1 Pengertian

Menurut Rochmah (2012), yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal

adalah bayi yang lahir pada kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-

4000 gram.

Menurut Rukiyah (2010), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-

4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan.

Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan

panjang badan sekitar 50-55 cm.

2.4.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal

Ciri-ciri bayi baru lahir normal

1. Berat badan 2500-4000 gram.

2. Panjang badan 48-50 cm.

3. Lingkar dada 32-34 cm.

4. Lingkar kepala 33-35 cm.

5. Lingkar lengan 11-12 cm.

6. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 x/menit, kemudian turun sampai

120-140 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

7. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit disertai

Page 107: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

88

pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal interkostal, serta rintihan

hanya berlangsung 10-15 menit.

8. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan

dilapisi verniks kaseosa.

9. Rambut lanugo sudah hilang rambut kepala tumbuh baik.

10. Kuku telah agak panjang dan lemas.

11. Genetalia : Testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah

menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

12. Reflek hisap, menelan, dan morro telah terbentuk.

13. Eliminasi, urine, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.

2.4.3 Kebutuhan pada bayi baru lahir

Menurut Rukiyah (2010), kebutuhan pada bayi baru lahir antara lain :

1. Pemenuhan nutrisi pada bayi

Salah satu yang pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi bayi baru

lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena ASI

merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat

gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan

perkmbangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi

(on demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai

kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari

salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu apabila

masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja

(ASI eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI

diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak

atau padat yang disebut MP-ASI (Makanan Pendamping ASI).

2. Menjaga kebersihan kulit bayi

Memandikan bayi, harus diruang yang hangat, bebas dari hembusan

angin langsung dan tergantung dengan kondisi udara, jangan memandikan

bayi langsung saat bayi baru bangun tidur, karena sebelum adanya aktifitas

dan pembakaran energy dikuatirkan terjadi hipotermi dan bayi masih

kedinginan, prinsip memandikan bayi adalah cepat dan hati-hati, lembut,

membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus.

Page 108: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

89

a. Bagian kepala : lap muka bayi dengan waslap lembut, tidak usah memakai

sabun, kemudian lap dengan handuk lalu basahi kepala dengan air

kemudian pakaikan shampo kalau rambut kotor, kemudian dibilas dan

dikeringkan dengan handuk.

b. Bagian tubuh : buka pembungkus, pakaian, popok bayi, kalau bayi BAB,

bersihkan terlebih dahulu, kemudian lap tubuh bayi dengan cepat dan

lembut memakai waslap yang telah diberi air dan sabun mulai dari leher,

dada, perut, punggung, kaki dengan cepat, kemudian angkat tubuh bayi dan

celupkan ke bak mandi yang telah diisi air dengan hangat ±370C

c. Angkat tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, keringkan dengan

handuk, pakaikan minyak telon dengan dada, perut dan punggung jangan

pakaikan bedak, lalu pakaikan baju, kemudian bayi dibungkus agar hangat

dan dekapkan ketubuh ibu.

3. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi

Menurut Rukiyah (2010), jika menemukan hal seperti ini harus segera

dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti :

a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit, normalnya 40-60 kali/menit.

b. Terlalu hangat (>38º c) atau terlalu dingin (<36º c).

c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.

d. Hisapan bayi saat menyusu lemah rewel, sering muntah, mengantuk

berlebihan.

e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.

f. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak bak dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering

bewarna hijau tua, ada lendir atau darah.

g. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis

terus menerus.

h. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, mera, bengkak, bau

busuk, keluar cairan, pernafasan sulit.

4. Kebutuhan istirahat tidur

Menurut Rukiyah (2010), dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi

normalnya sering tidur. Neonatus sampai 3 bualan rata-rata tidur sekitar 16 jam

sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan

Page 109: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

90

selimut dan ruangan yang hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu

dingin.

Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia

bayi, pola ini dapat terlihat pada table berikut : Total istirahat tidur bayi sesuai

usia bayi perhari.

Tabel 2.7 Kebutuhan Tidur Bayi

Usia Lama tidur

1 minggu 16,5 jam

1 tahun 14 jam

2 tahun 13 jam

5 tahun 11 jam 9 tahun 10 jam

Sumber: Rukiyah, 2010.

5. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk

melindungi diri untuk melawan penyakit tertentu dengan memasukkan suatu

zat kedalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.

Tabel 2.8 Jadwal Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi

0-7 hari Hbo

1 bulan BCG, Polio

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB 2, Polio 4

9 bulan Campak

Sumber : Rochmah, 2012

2.4.4 Pelayanan kesehatan neonatus

Menurut Depkes RI (2010), pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan

kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten

kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah

lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam

setelah lahir.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai

dengan hari ke 7 setelah lahir.

Page 110: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

91

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai

dengan hari ke 28 setelah lahir.

2.4.5 Manejemen Terpadu Bayi Muda (Usia 1 Hari sampai 2 Bulan)

Menurut Muslihatun (2010), pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai

2 bulan ini, meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi, pemberian

konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut. Dalam manajemen terpadu

bayi muda ini, dilakukan pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang lazim

terjadi pada bayi muda, antara lain adanya kejang, gangguan nafas, saluran cerna,

diare serta kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

2.4.6 Masalah, komplikasi dan penanganan

Masalah, komplikasi dan penanganan yaitu :

1. BBLR

Menurut Muslihatun (2010), BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah

bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR dapat dibagi

2 yaitu prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir dengan

umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai

dengan berat badan masa kehamilan atau neonatus kurang bulan-sesuai masa

kehamilan.

Faktor-faktor penyebab kejadian BBLR di bagi menjadi 3 yaitu faktor

ibu, faktor bayi, dan faktor lingkungan. Faktor dari ibu yang menyebabkan

BBLR adalah penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial dan sebab lainnya. Faktor

penyakit ibu yang dapat menyebabkan BBLR yaitu perdarahan antepartum,

trauma fisik dan psikologis, diabetes militus dan lain-lain. Faktor usia ibu yang

dapat menyebabkan BBLR usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

Keadaan sosial yang dapat menyebabkan BBLR yaitu ekonomi rendah,

perkawinan tidak sah dan sebab lain yang dapat menyebabkan BBLR yaitu ibu

perokok, peminum alkohol, serta pecandu narkoba. Faktor janin yang dapat

menyebabkan BBLR diantara lain adalah hidramnion, kehamilan ganda dan

lain-lain. Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya BBLR tempat

ditempat tinggi, radiasi, dan zat beracun.

Page 111: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

92

Penatalaksaan bayi BBLR diantaranya adalah :

a. Bersihkan jalan nafas

b. Memotong dan merawat talipusat

c. Membersihkan badan bayi

d. Memberikan obat mata

e. Mempertahankan suhu badan dengan cara melimuti tubuh bayi

f. Menempatkan bayi dalam inkubator buatan dengan lampu penghangat.

g. Suhu lingkungan harus di jaga kehangatannya.

h. Berikan ASI pada bayi apabila bayi belum bisa menghisap maka berikan

menggunakan sendok atau pipet.

2. Asfiksia

Menurut Muslihatun, 2010), asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru

lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat

gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat

dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu

hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi

selama atau sesudah persalinan.

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh

hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor- faktor

yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.

Penanganan pada bayi asfiksia yaitu dengan dilakukan tindakan resusitasi

segera setelah lahir. Resusitasi dilakukan untuk membuka jalan nafas,

mengusahakan agar oksigen masuk kedalam tubuh bayi dengan meniupkan

nafas kemulut bayi (resusitasi pernafasan), menggerakkan jantung (resusitasi

jantung) sampai bayi mampu bernafas sepontan dan jantung berdenyut secara

teratur.

3. Kejang

Menurut Muslihatun (2010), kejang merupakan salah satu kegawatan

yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari dengan angka kesakitan dan

kematian yang tinggi lebih dari sepertiga hidup dengan gejala sisa (sequele).

Penyebabnya yaitu hipoglikemi, meningitis, perdarahan intrakranial akibat

Page 112: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

93

trauma lahir atau hipoksia. Pada penderita kejang pemberian vitamin K intra

muskuler pada trauma persalinan sangat dianjurkan.

4. Ikterus

Menurut Muslihatun (2010), ikterus adalah diskolorisasi kuning pada

kulit atau organ lain akibat penumpukan kadar bilirubin. Pada bayi baru lahir

ikterus terbagi menjadi dua yaitu ikterus fiologis dan patologis. Ikterus

fisiologis timbul pada hari ke 2 dan ke-3. Ikterus patologis terjadi pada 24 jam

pertama menetap sesudah 2 minggu pertama.penangannya yaitu tetap

memberikan ASI pada bayi dan menstimulasi konjugasi bilirubin, misalnya

dengan glukose atau pemberian albumin.

5. Hipotermi

Menurut Muslihatun (2010), hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu

tubuh dibawah 36,5-37,50C (suhu ketiak). Pengukuran dilakukan pada ketiak

selama 3-5 menit. Gejala awal hipotermi, apabila suhu dibawah 360C atau

kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bayi teraba dingin, maka bayi sudah

mengalami hipotermi sedang (suhu 32-360C). Hipotermi berat jika suhu tubuh

kurang dari 320C. Akibat hipotermi adalah bayi akan mengalami strees dingin.

Jika hipotermi berlanjut akan timbul cidera dingin. Hipotermi disebabkan oleh :

a. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.

b. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin,

seperti pada waktu menimbang bayi.

c. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.

d. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena

pintu, jendela terbuka.

Gejala hipotermi pada bayi baru lahir yaitu, bayi tidak mau

menetek/minum, bayi tampak mengantuk saja dan lesu, tubuh bayi teraba

dingin, dalam keadaan berat, denyut jantung menurun dan kulit bayi mengeras.

Penanganannya yaitu dengan menghangatkan bayi dengan cara ganti pakaian

yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering, Memakai topi

dan selimut yang hangat atau masukkan bayi dalam inkubator atau diberi sinar

lampu dan menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu dengan metode

kanguru.

Page 113: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

94

6. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus

yang disebabkan clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk tubuh bayi

melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat perawatannya

sebelum lepas. Masa inkubasi 3-28 hari, tetapi jika kurang dari 7 hari penyakit

ini lebih parah dan angka kematiannya lebih tinggi. Gejalanya yaitu bayi tiba-

tiba demam/panas, bayi tiba-tiba menetek karena kejang otot rahang dan

pharing (trismus), mulut mencucu seperti mulut ikan, kejang terutama bila

terkena rangsangan cahaya, suara atau sentuhan, kadang-kadang disertai sesak

nafas dan wajah membiru, kaku kuduk, posisi punggung melengkung, kepala

mendongak keatas, sering timbul komplikasi terutama bronkhopneumonia,

asfiksia dan sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lender/sekret, serta

sepsis.

Menurut Muslihatun (2010), penanganan bayi dengan tetanus

neonatorum sebagai berikut :

a. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang

b. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkn jalan nafas memasang

tongspatula

c. Mencari tempat masuknya spora tetanus umunnya di tali pusat atau telinga

d. Mengatasi penyebab tetanus dengan memberikan suntikan ATS dan anti

biotika

e. Perawatan adekuat oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit

f. Ruangan tenang, sedikit sinar

7. Gumoh

Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan.

Gumoh bukan muntah, gumoh adalah keluarnya sebagian isi lambung

tanpa didahului rasa mual dan tanpa peningkaran tekanan dalam perut bayi. Isi

lambung mengalir keluar begitu saja. Bayi kurang bulan umumnya sering

mengalami gumoh dibanding dengan bayi cukup bulan, gumoh terjadi karena :

a. Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum cukup

tegak seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.

b. Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada

c. Besar lambung yang relatif kecil

Page 114: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

95

d. Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna atas) belum

sempurna

Menurut Muslihatun (2010), cara mengatasi gumoh, yaitu :

a. Menyusui hanya pada 1 payudara. Payudara yang lain digunakan hanya

untuk menyusui pada kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih

menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.

b. Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi

berdiri menghadap dada ibu dan diberi tepukan ringan pada punggung bayi

selaama beberapa saat. Proses penyendawaan kadang diikuti dengan

bunyi khas yang timbul akibat gerakan peristaltik esofagus, tetapi hal ini

tidak harus terjadi.

c. Setelah selesai menyusui, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala

lebih tinggi sekitar 30-450. Tidak mengayun/menggoyang/memijit bayi

(terutama daerah perut)/ melakukan senam bayi sesaat setelah bayi menyusu.

2.4.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

Tempat pengkajian : untuk mengetahui tempat pengkajian tersebut

Tanggal / waktu : untuk mengetahui tanggal dan waktu pengkajian

Nama pengkaji : untuk mengetahui siapa nama pengkajinya

S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut hellen varney langkah pertama (pengkajian

data), terutama data yang diperoleh dari anamnesisi. Data ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau

anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang berhubungan langsung dengan diagnosis (Muslihatun dkk,

2009).

O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian

data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostik lain (Muslihatun dkk, 2009).

Page 115: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

96

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : suatu pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk

memperoleh data dan sebagai dasar dalam

menegakkan diagnosa. Penilaiannya dapat

secara kualitatif (composmentis, apatis,

somnolen, sopor, koma, delirium) dan

kuantitatif (diukur menurut skala koma)

(Uliyah dkk, 2008).

Suhu : normal (36,5-370 C)

Pernapasan : 40-60 kali/menit

Denyut jantung : 130-160 kali/menit

Barat badan : 2500-4000 gram

Panjang badan : antara 48-52 cm

2. Pemeriksaa fisik

Kepala : adakah caput succedaneum, chepal hematoma,

keadaan ubun-ubun tertutup.

Muka : warna kulit merah

Mata : sklera putih, tidak ada perdarahan

subconjungtiva

Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada sekret

Mulut : reflek menghisap baik, tidak ada palatokisis

Telinga : simetris, tidak ada serumen

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

pembesaran bendungan vene jugularis

Dada : simetris, tidak ada retraksi dada

Tali pusat : bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kasa

Abdomen : simetris, tidak ada massa, tidak ada infeksi

Genetalia : untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk

bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi

labia minora

Anus : tidak atresia ani

Page 116: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

97

Ekstremitas : tidak terdapat polidaktil dan syndaktil

3. Pemeriksaan neurologis

a. Reflek moro/terkejut : apabila bayi diberi sentuhan

mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan

menimbulkan gerak terkejut

b. Refleks menggenggam : apabila telapak tangan bayi

disentuh dengan jari pemeriksa, maka ia akan berusaha

menggenggam jari pemeriksa

c. Refleks rooting/mencari : apabila pipi bayidisentuh oleh jari

pemeriksa, maka ia kan menoleh dan mencari sentuhan itu

d. Reflek menghisap/sucking refleks : apabila bayi diberi

puting/dot, maka ia berusaha untuk menghisap

e. Glabella refleks : apabila bayi disentuh dibagian os grabella

dngan jari tangan pemeriksa, maka ia kan megerutkan

keningnya dan mengedipkan matanya

f. Gland refleks : apabila bayi disentuh pada lipatan paha

kanan dan kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua

pahanya

g. Tonick neck refleks : apabila bayi diangkat dari tempat tidur

(digendong) maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya

4. Pemeiksaan Antropometri

a. Berat badan : BB bayi normal 2500-4000 gram

b. Panjang Badan : panjang badan bayi lahir normal 48-52 cm

c. Lingkar Kepala : lingkar kepala bayi normal 33-38 cm

d. Lingkar Lengan Atas : normal 10-11 cm

e. Ukuran Kepala :

1) Diameter suboksipitobregmatika : antara foramen

magnum dan ubun-ubun besar (9,5 cm)

2) Diameter suboksipitofrontalis : ntara foramen magnum

ke pangkal hidung (11 cm)

3) Dimeter frontooksipitalis : antara titik pangkal hidung

ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)

Page 117: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

98

4) Diameter Mentooksipitalis : antara dgu ke titik terjauh

belakang kepala (13,5 cm)

5) Diameter Submentobregmatika : antara os hyoid ke

ubun-ubun besar (9,5 cm)

6) Diameter Biparietalis : antara dua tulang biparietalis (9

cm)

7) Diameter bitemporalis : antara dua tulang temporalis (8

cm) (Sondakh, 2013).

A

P

:

:

Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif.

Pada Bayi baru lahir “….” Usia……..jam Dengan ……………

Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi

berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus

ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009)

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan

bayi setidak 6 jam

2. Membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan hangat

agar tidak infeksi dan hipotermi

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan

metode kanguru

4. Menganjurkan pada ibu untuk segera memberikan ASI

(Sondakh, 2013).

Page 118: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

99

2.5 Konsep Dasar KB/pelayanan Kontrasepsi

2.5.1 Pengertian

Menurut Prawirohardjo (2009), kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat

permanen.

Menurut Affandi, dkk (2012), kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan

kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap

individu sebagai mahluk sosial.

Menurut Bahiyatun (2009), keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu

usaha dalam membantu keluarga/individu merencanakan kehidupan

berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.

2.5.2 Tujuan program KB

Menurut Syafrudin (2009) tujuan program KB adalah :

1. Memperkecil angka kelahiran.

2. Menjaga kesehatan ibu dan anak.

3. Membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi.

2.5.3 Manfaat KB

Menurut Bahiyatun (2009) manfaat KB adalah :

1. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali

dalam jangka waktu yang terlalu pendek.

2. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk istirahat, dan

menikmati waktu luang, serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.

2.5.4 Kebutuhan pada calon akseptor KB

Kebutuhan pada calon akseptor KB :

1. Konseling

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan

keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi (KR). Dengan melakukan

konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan

jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping

itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan

membantu klien dalam menggnakan kontrasepsinya lebih lama dan

meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi

Page 119: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

100

antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubngan dan menjaga

kepercayaan yang sudah ada.

Menurut Affandi (2012), dalam memberikan konseling, khususnya

bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang

sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU

tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus

menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah

sebagai berikut :

a. SA: SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.

Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat

yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun

rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta

jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.

Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman KB dan KR, tujuan,

kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan

keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan

perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-

kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati

klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami

pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.

c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan

reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi.

Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling diingini, serta jelaskan

pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Uraikan juga mengenai risiko

penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.

d. TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya.

Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan

dan kebutuhannya.

e. J: Jelaskan secara lengkap kepada klien bagaimana menggunakan

kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsi, jika

diperlukan perlihatkan alat kontrasepsinya

Page 120: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

101

f. U : Perlunya kunjungan Ulang.

Diskusikan dan buat kontrak dengan klien untuk melakukan pemeriksaan

lanjutan atau permintaan kontrasepsi apabila dibutuhkan.

2.5.5 Penapisan Klien

Menurut Affandi (2012), tujuan utama panapisan klien sebelum pemberian

suatu metode kontrasepsi, untuk menentukan apakah ada :

1. Kehamilan

Klien tidak hamil apabila :

a. Tidak senggama sejak haid terakhir

b. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar

c. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir

d. Di dalam 4 minggu pasca persalinan

e. Dalam 7 hari pesca keguguran

f. Menyusui dan tidak haid

b. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus

c. Masalah (misalnya : diabetes, tekanan darah tinggi) yang membutuhkan

pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.

Tabel 2.9 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Non Operatif

Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin,

suntikan, dan susuk)

Ya Tidak

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau

lebih Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu

pasa persalinan

Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara

haid setelah senggama

Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata Apakah pernah

nyeri kepala hebat atau gangguan visual Apakah pernah

nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai

bengkak (edema)

Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik)

atau 90 mmHg (diastolik)

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara Apakah

anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi)

AKDR (semua jenis pelepas tembagadan progestin)

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks

lain

Page 121: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

102

Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)

Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau

kehamilan ektopik

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2

pembalut tiap 4 jam)

Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)

Apakah pernah mengalami disminnorea berat yang

membutuhkan analgetikadan/atau istirahat baring

Apakah pernah mengalami perddarahan/perdarahan bercak

antara haid atau setelah senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung

vaskuler atau konginetal

Sumber : Affandi, 2012

2.5.6 Metode Kontrasepsi

1. MAL (Metode Amenore Laktasi)

Menurut Affandi (2012), Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah

kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya

hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan atau minuman apa pun

lainnya

Menurut Affandi (2012), cara kerja pada MAL adalah penundaan atau

penekanan ovulasi. Keuntungan kontrasepsi antara lain :

a. Keefektifan tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca

persalinan).

b. Segera efektif.

c. Tanpa biaya

Keuntungan non kontrasepsi :

a. Untuk Bayi, mendapat kekebalan pasif (mendapatkan perlindungan

antibodi dari ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk

tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan terhadap

kontaminasi dari air atau susu formula.

b. Untuk Ibu, mengurangi perdarahan pasca bersalin, mengurangi resiko

anemia, meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi.

Keterbatasan pada MAL adalah : Perlu persiapan sejak perawatan

kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, mungkin

sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas tinggi hanya sampai

Page 122: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

103

kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS

termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.

2. Metode barier

Kondom

Menurut Affandi, dkk (2012), kondom merupakan selubung/sarung

karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan yang dipasang pada penis

saat berhubungan seksual. kondom terbuat dari karet sintetisyang tipis,

berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung

berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai

bahan telah ditambahkan kepada kondom baik untuk menambah

efektifitasnya (misalnya dengan tambahan spermisida) maupun sebagai

aksesoris aktifitas seksual. Standar kondom dilihat pada ketebalan, pada

umumnya standar ketebalan adalah 0,02 mm.

Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS

termasuk HIV/AIDS. Efektif jika dipakai dengan baik dan benar, dapat

dipakai bersama dengan kontrasepsi yang lain untuk mencegah IMS.

3. Kontrasepsi Progestin

a. Pil progestin

Menurut Affandi (2012) dalam buku yang berjudul Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi yang mengemukakan bahwa Mini pil

digunakan oleh perempuan yang ingin menggunakan kontrasepsi oral

tetapi menyusui atau untuk perempuan yang harus menghindari

esterogen oleh sebab apapun.

b. Mini pil :

1) Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB.

2) Sangat efektif pada masa laktasi dan tidak menurunkan produksi ASI.

3) Tidak memberikan efek samping esterogen.

4) Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur atau

perdarahan bercak.

5) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

Page 123: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

104

c. Suntikan progestin

Menurut Affandi, dkk (2012), suntikan progestin sangat efektif,

aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,

kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa

laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

1) DMPA (Depot Medroxy Progesterone Asetat) atau Depo Provera.

Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. disuntikkan

secara intramuscular didaerah bokong.

2) NET-EN (Norethindrone enanthate) atau noristerat

Diberikan dalam dosis 200mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 8

minggu untuk 6 bulan pertama, kemudian selanjutnya sekali setiap 12

minggu.

Menurut Affandi, dkk (2012), mekanisme kerja suntikan progestin,

yaitu mencegah ovulasi, lender serviks menjadi kental dan sedikit

sehingga menurunkan kemampuan penetrasi spermatozoa, membuat

endometrium tipis dan atrofi sehingga kurang baik untuk implantasi

ovum yang telah dibuahi, mempengaruhi kecepatan transport ovum oleh

tuba fallopi.

4. Implant

Menurut Affandi, dkk (2012), implant adalah metode kontrasepsi

hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya

kehamilan antara 3 hingga 5 tahun. Metode ini mengembangkan oleh the

population council, yaitu suatu organisasi Internasional yang didirikan tahun

1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi.

Menurut Affandi, dkk (2012), jenis–jenis dari implan antara lain :

a. Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg

levonorgestrel. Panjang kapsul 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul

terbuat dari bahan silastik medik (polydimethilsiloxane) yang fleksibel

dimana kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak

mengganggu kesehatan klien. Enam kapsul norplant dipasang menurut

konfirgurasi kipas dilapisan subdermal lengan atas dengan lama kerja 5

tahun.

Page 124: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

105

b. Jedelle (Norplant 2 kapsul) yaitu implan yang terdiri dari 2 kapsul dan

biasa disebut implan-2. Implan-2 memakai levonorgestrel 150 mg dalam

kapsul 43 mm dan diameter 2,5 mm. Pelepasan harian hormon

levonorgestrel dari implan-2 hampir sama dengan norplant dan secara

teoritis, masa kerjanya menjadi 40% lebih singkat. Lama kerjanya juga 5

tahun sama seperti norplant.

c. Implanon adalah kontrasepsi yang mengandung etonogestrel, merupakan

metabolik desogestrel yang efek androgeniknya lebih rendah dan aktifitas

progestational yang lebih tinggi dari levonorgestrel. Kapsul polimer

mempunyai tingkat pelepasan hormon yang lebih stabil dari kapsul silastik

norplant. Implanon lama kerjanya 3 tahun.

Mekanime kerja :

a. Menekan ovulasi, lebih dari 80% pemakaian norplant pada tahun-tahun

pertama tidak mengalami ovulasi.

b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan sperma.

c. Membuat endometrium tidak siap menerima kehamilan.

Keuntungan :

a. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 per 100 wanita).

b. Memberi perlindungan jangka panjang.

c. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implan di cabut.

d. Tidak perlu melakukan pemeriksaan dalam.

e. Dapat dicabut setiap saat menurut kebutuhan.

f. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan tidak mengganggu produksi

ASI

g. Tidak mengandung estrogen yang menyebabkan berbagai efek samping

pada pemakaian pil kontrasepsi

Kerugian :

a. Mengalami efek samping gangguan siklus haid berupa perdarahan tidak

teratur, perdarahan bercak, dan amenorea.

b. Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B, infeksi

IMS dan AIDS.

c. Tingginya resiko terjadinya kehamilan ektopik 20-30%.

Page 125: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

106

d. Sakit kepala.

e. Perubahan berat badan (biasanya meningkat).

f. Perubahan suasana hati (gugup/gelisah).

g. Nyeri payudara

Menurut Affandi (2012), waktu pemasangan implant adalah :

a. Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid).

b. Pasca persalinan (3-4 minggu).

c. Pasca keguguran (segera atau dalam 7 hari pertama).

d. Sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (lebih dari 6 minggu pasca

persalinan dan sebelum 6 bulan pasca persalinan)

5. Kontrasepsi kombinasi

Menurut Affandi (2012), macam-macam kontrasepsi kombinasi antara

lain :

a. Pil kombinasi

1) Harus diminum tiap hari

2) Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan

bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang

3) dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah

mempunyai anak , maupun belum.

4) Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin jika tidak sedang hamil.

5) Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui.

6) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

Cara kerja pil kombinasi, yaitu menekan ovulasi, mencegah

implantasi, lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma,

pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya

akan terganggu pula.

b. Suntik kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25mg depo medrogsiprogesteron

asetat dan 5mg estradiol sipionad yang diberikan injeksi IM sebulan sekali

(cyclofem), dan 50mg nurentindronenantat dan 5mg estradiol falerat yang

diberikan injeksi IM sebulan sekali.

Page 126: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

107

Menurut Affandi (2012), cara kerja KB suntik kombinasi adalah:

1) Menekan ovulasi

2) Mebuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma

terganggu

3) Perubahan pada endometrium (aprofi) sehingga implantasi terganggu

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Sangat efektifitas (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama

tahun pertama penggunaan.

6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat plastik atau

logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis servikalis yang

bertujuan untuk pencegahan kehamilan yang sangat efektif , berjangka

panjang, aman dan reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak

terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan.

Menurut Affandi (2012), jenis AKDR antara lain :

a. AKDR CuT-380A

Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T

diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di

Indonesia dan terdapat dimana-mana.

b. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).

Efektivitas AKDR dipengaruhi oleh karakteristik alat, keterampilan

penyedia layanan (dalam memasang alat), dan karakteristik pemakai

(misalnya usia dan paritas).

Menurut Affandi (2012), cara kerja AKDR antara lain : :

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Page 127: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

108

2.5.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada akseptor KB

Tempat pengkajian : untuk mengetahui tempat pengkajian tersebut

Tanggal / waktu : untuk mengetahui tanggal dan waktu pengkajian

Nama pengkaji : untuk mengetahui siapa nama pengkajinya

S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian

data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau

anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang berhubungan langsung dengan diagnosis.

O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian

data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil

pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostik lain.

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik/cukup

Kesadaran : composmentis, apatis, samnolen,

sopor, delirium, koma.

BB : … kg

TTV

TD : 100/60 – 120/80 mmHg

N : 60-80x/menit

S : 36,5oC-37,5

oC

RR : 18-24x/menit

b. Pemeriksaan fisik

Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva

merah muda, palpepra tidak oedema

Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar

limfe, kelenjar tyroid, dan vena jugularis

Page 128: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

109

Dada/payudara : Simetris/tidak, ada/tidak retraksi dada,

putting susu menonjol/tidak,

hiperpigmentasi areola ada/tidak,

ada/tidak ada benjolan, ada/tidak ada

bendungan ASI.

Abdomen : Ada/tidak bekas operasi, ada/tidak

benjolan abnormal, ada/tidak nyeri

tekan, keadaan bising usus.

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris/tidak, oedema/tidak, reflek

patella positif/negative

Simetris/tidak, oedema/tidak, ada

varises/tidak, reflek patella

positif/negative

A : Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif.

Ny “...” P..... dengan calon akseptor KB

P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi

berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus

ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).

1. Melakukan konseling tentang macam-macam alat kontrasepsi

pada ibu

2. Melakukan informed consent pada ibu tentang KB

3. Mempersiapkan ibu serta memberitahu langkah-langkah yang

akan dilakukan.

4. Melakukan asuhan keluarga berencana.

5. Melakukan pencatatan dan memberitahu tahu untuk kunjungan

ulang pada tanggal…. / jika ada keluhan.

Page 129: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

110

BAB 3

METODE PENDEKATAN STUDI KASUS

3.1 Jenis Pendekatan

Dalam Laporan Tugas Akhir ini mahasiswa berusaha mengetahui bagaimana

proses asuhan kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC)

pada ibu hamil trimester III, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana

(KB). Mahasiswa mengumpulkan data dan mendeskrispsikan proses asuhan

kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) melalui

pendekatan SOAP

Page 130: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

111

3.2 Kerangka Operasional

Mahasiswa melakukan pendekatan ke BPM Bidan “R”

Bekerjasama untuk pencarian pasien LTA

Skrining menggunakan KSPR dengan cara anamnese dan pemeriksaan

fisik

Pendekatan pasien

Menjelaskan pada bidan kriteria pasien yang dibutuhkan UK 34-38 minggu

Inform consent kepada pasien

Pemeriksaan kehamilan (minimal 2 kali)

Pasien memenuhi syarat untuk

dijadikan sebagai objek studi

Dilakukan standart 10T

Kunjungan nifas 4 kali

1. KF 1 : 6 jam – 3 hari

2. KF 2 : 4 – 14 hari

3. KF 3 : 15 – 28 hari

4. KF 4 : 29 – 42 hari

Persalinan

Dilakukan standart 58 langkah

Kunjungan neonatus 3 kali

1. KN 1 : 6 – 42 jam

2. KN 2 : 3 – 7 hari

3. KN 3 : 8 – 28 hari

Kunjungan nifas dan neonatus

Konseling KB Pengambilan keputusan oleh klien

Melakukan studi pendahuluan

Pengajuan surat ijin dari akademik

Surat ijin dari Bankesbang

Pengambilan data ke dinas kesehatan

Melakukan penyusunan proposal

Melakukan ujian proposal

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

Page 131: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

112

3.3 Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus ini adalah ibu hamil usia kehamilan 34-38 minggu yang

mengalami peristiwa bersalin, nifas, bayi yang dilahirkan/neonatus, dan ibu nifas

dengan akseptor KB.

3.4 Fokus Studi

Fokus studi dalam studi kasus ini berupa asuhan kebidanan kehamilan

(antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan kebidanan

nifas (postnatal care), asuhan kebidanan neonatal, dan asuhan kebidanan KB

secara komprehensif berbasis Continuity of Care (COC).

3.5 Definisi Operasional Fokus Studi

Definisi Operasional dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Kehamilan trimester III adalah ibu hamil dengan resiko rendah (KSPR 2)

dengan usia kehamilan 34-38 minggu tanpa disertai penyakit penyerta pada

kehamilan dan tidak mengalami tanda bahaya trimester III.

2. Persalinan yaitu ibu bersalin dari kala I sampai kala IV dengan usia

kehamilan cukup bulan dan bayi lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung ±18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

janin.

3. Nifas yaitu dimana masa dan waktu sejak bayi lahir, plasenta lepas dari rahim

yang dimulai sejak 6 jam post partum sampai minggu ke-6, disertai dengan

pulihnya organ reproduksi ibu tanpa komplikasi yang menyertai selama masa

nifas.

4. Bayi Baru Lahir yaitu bayi baru lahir normal usia 0-28 hari.

5. Keluarga Berencana (KB) yaitu ibu yang melakukan pelayanan KB setelah

masa nifas berakhir dan ibu tidak menderita komplikasi yang menjadi

kontraindikasi pemakaian KB.

Page 132: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

113

3.6 Kriteria Subjek

Kriteria subjek dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Ibu hamil dengan resiko rendah (KSPR 2) usia kehamilan 34-38 minggu

2. Ibu bersalin normal dan bersedia bersalin di BPM yang sudah ditetapkan

3. Ibu nifas normal

4. Bayi baru lahir normal (neonatus)

5. Ibu yang bersedia menggunakan alat kontrasepsi (KB)

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Buku KIA

2. KSPR

3. Hb

4. Pemeriksaan Fisik Set

5. Lembar partograf

6. Lembar penapisan

7. Partus Set

8. MTBM

9. Lembar penapisan KB

3.8 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi dan waktu studi kasus dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Lokasi Studi Kasus

a. BPM Ny. “R” Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang Kabupaten

Bondowoso

b. Rumah pasien Ny. “V” Dusun Lumbung RT. 22/07 Desa Bataan

Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso

2. Waktu Studi Kasus : 03 Februari 2017 – 08 Februari 2017

Page 133: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

114

3.9 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Primer (Sumber langsung)

Penulis menggunakan data dari sumber langsung dimana data–data

didapat dengan cara wawancara secara langsung kepada klien, dokumentasi

(Buku KIA), serta observasi langsung melalui cara anamnesis, pemeriksaan

fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pemeriksaan penunjang, dan

observasi.

2. Sekunder (Sumber tidak langsung)

Penulisan laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan telaah pustaka

dimana pembahasannya di dapatkan dari literature–literature yang berkaitan

dengan judul penulisan yaitu tentang kehamilan, persalinan, nifas, neonatal

dan KB. Dimana sumber yang didapat berasal dari buku dan internet.

3.10 Etika Studi Kasus

Etika studi kasus dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Lembar persetujuan (inform consent)

Lembar persetujuan menjadi pasien (informed concent) diberikan sebelum

studi kasus agar pasien mengetahui maksud dan tujuan studi kasus.

2. Tanpa nama (anonymity)

Dalam menjaga kerahasiaan identitas pasien, penulis tidak mencantumkan

nama pasien pada lembar pengumpulan data dan cukup dengan memberikan

inisial.

3. Kerahasiaan (confidential)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari pasien dijamin oleh

peneliti.

Page 134: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

115

BAB 4

LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN CONTINUITY OF CARE (COC)

4.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Trimester III

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. ”V” GI P00000 UK 38 MINGGU 2 HARI

DENGAN KEHAMILAN NORMAL JANIN TUNGGAL HIDUP

I. PENGKAJIAN DATA

Tempat Pengkajian : BPM. Bidan Rubiah, S. Tr. Keb

Tanggal/waktu pengkajian : 03 – 02 – 2017 / 15.00 WIB

Petugas : Dwi Mika Endriana

A. DATA SUBYEKTIF

1. Biodata

Nama : Ny. “V” Nama Suami : Tn. “V”

Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun

Suku / Bangsa : Jawa Suku / Bangsa : Madura

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Karyawati Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bataan RT. 22 / 7 Tenggarang, Bondowoso

No Telp : 085 259 047 925

2. Keluhan Utama

Saat ini hamil anak pertama dengan usia kehamilan 9 bulan dan saat

ini mengeluh keputihan

3. Riwayat kesehatan sekarang

Saat ini tidak sedang mengalami penyakit kronis/menular dan

penyakit yang dapat mempengaruhi keadaan bayinya, seperti

(Jantung, Ginjal, Asma, TBC, Hepatitis, Diabetes Mellitus,

Hipertensi)

Page 135: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

116

4. Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit kronis/menular dan

penyakit yang dapat mempengaruhi keadaan bayinya, seperti

(Jantung, Ginjal, Asma, TBC, Hepatitis, Diabetes Mellitus,

Hipertensi)

5. Riwayat kesehatan keluarga

Di dalam keluarganya maupun suaminya tidak ada yang menderita

penyakit kronis/menular (Jantung, Hipertensi, Diabetes mellitus, TBC,

Asma, Hepatitis) dan tidak ada riwayat keturunan kembar dari pihak

suami/istri.

6. Riwayat Menstruasi

Haid pertama (menarche) : 12 tahun

Siklus haid : 30 hari

Teratur/tidak : Teratur

Lama haid : 7 hari

Volume : 3x ganti pembalut/hari

Sifat darah : Encer, warna merah, berbau amis

Dismenorrhea : Sakit pada saat haid hari pertama

Flour albus : Ada, sedikit, putih, tidak bau, tidak gatal,

terjadi setelah haid selesai

HPHT : 05 – 05 – 2016

7. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas Laktasi

Ke

UK

Kom

p

Jenis

Pen

olo

ng

Tem

pat

Kom

p

JK

PB

/ B

B

H/M

T/G

Usi

a

Lam

a

Kom

p

Lam

a

Kom

p

1 9 bln - HAMIL SAAT INI

8. Riwayat KB

a. Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : tidak ada

b. Lamanya penggunaan : tidak ada

Page 136: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

117

c. Keluhan / masalah : tidak ada

d. Rencana KB selanjutnya : KB suntik

9. Riwayat Kehamilan Sekarang

Tgl Keluhan TD

(mmHg)

BB

(kg)

Usia

Kehamilan

(Minggu)

Tinggi

Fundus

(cm)

Letak

Janin

Kep/

Su/Li

DJJ

Janin/

Menit

13/07/

2016 Mual 120/80 65 10 minggu - - -

14/09/

2016 Keputihan 120/80 67 19 minggu

2 jari di

bawah

pusat

Kepala 140x/

Menit

04/11/

2016 - 120/80 68

26-27

minggu

Setingg

i pusat Kepala

137x/

Menit

28/11/

2016 Sakit kaki 130/90 74,5 30 minggu

3 jari di

atas

pusat

Kepala 146x/

Menit

06/12/

2016

Keputihan

± 3 bulan 120/80 76

30-31

minggu 26 Kepala

142x/

Menit

24/12/

2016

Keputihan

gatal 120/80 76,1

33-34

minggu 28 Kepala

143x/

Menit

17/01/

2017 Taa 110/70 77

36-37

minggu 29 Kepala

145x/

Menit

03/02/

2017 Taa 120/80 77,5

39-40

minggu 30 Kepala

133x/

Menit

Kaki

Beng

kak

Hasil

Pemerik

saan

Lab

Tindakan

(pemberian

TT,Fe,terapi,

rujukan,

umpan balik)

Nasihat yang

disampaikan

Keterangan

(Tempat

pelayanan,

Nama

pemeriksa)

Kapan

Harus

Kembali

-/- - B6 3x1

Makan sedikit

tapi sering,

minum jahe

hangat

BPM

Bidan Rubiah 13/08/16

-/- - Calsi 1x1 Baca buku KIA BPM

Bidan Rubiah 14/10/16

-/- - Novakal 1x1

Novabion 1x1

Periksa Lab di

puskesmas

BPM Bidan

Rubiah 04/12/16

-/- - Premavit 1x1 Baca hal. 8-9 BPM Bidan

Rubiah

-/-

Hb : 11,8

gr/dl

Golda :

Lanjut terapi

Fisiologi hamil,

sering ganti

celana dalam,

PKM

Bidan Rubiah 20/12/16

Page 137: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

118

B Rh (+)

Prot : (-)

Red (-)

pakai pakaian

yang menyerap

keringat, hindari

pakaian ketat,

kontrol rutin

-/- - Novacal 1x1

Novabion 1x1 Baca hal. 10-12

BPM

Bidan Rubiah 24/01/17

-/- - Novabion 1x1

Baca hal.1-3 (V),

bila paham baca

hal.10-12

BPM

Bidan Rubiah 31/01/17

-/- - - Baca hal. 10-12 BPM

Bidan Rubiah 12/02/17

10. Pola Kehidupan Sehari-hari

POLA SEBELUM HAMIL SELAMA HAMIL

Nutrisi Frekuensi/Porsi :

3-4x/hari/sedang

Jenis makanan :

(nasi, sayur, ikan, daging,

Tahu, tempe)

Pantangan :

Tidak ada

Minum/Porsi :

Air (4 gelas/hari)

Frekuensi/Porsi :

3-4x/hari/sedang

Jenis makanan :

(nasi, sayur, ikan, daging,

Tahu, tempe)

Pantangan :

Tidak ada

Minum/Porsi :

Air (6 gelas/hari

Eliminasi BAB

Frekuensi : 1x/hari

Konsistensi : Lunak

Keluhan : Tidak ada

BAK

Frekuensi : 5x/hari

Konsistensi : Cair

Keluhan : Tidak ada

BAB

Frekuensi : 1x/hari

Konsistensi : Lunak

Keluhan : Tidak ada

BAK

Frekuensi : 9x/hari

Konsistensi : Cair

Keluhan : Keputihan

Aktivitas

Melakukan pekerjaan di luar

rumah (sebagai karyawati

toko)

Melakukan pekerjaan di luar

rumah (sebagai karyawati

toko), jalan-jalan kecil

Istirahat/tidur Siang : 2jam Siang : 2jam

Page 138: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

119

Malam : 8jam Malam : 8jam

Seksualitas 3-4x/ minggu − 2x/ minggu

Personal

Hygiene

Mandi : 3x/hari

Gosok gigi : 3x/hari

Keramas : 2x/hari

Ganti CD : 3x/hari

Tempat mandi+BAB :

Kamar mandi+WC

Mandi : 3x/hari

Gosok gigi : 3x/hari

Keramas : 2x/hari

Ganti CD : 5x/hari

Tempat mandi+BAB :

Kamar mandi+WC

11. Riwayat Psikososial dan Budaya

a. Riwayat Perkawinan

Status perkawinan : Sah

Kawin : 1x

Lama Perkawinan : 1 tahun

b. Keadaan Psikososial

Kehamilan ini : Direncanakan

Respon ibu dan keluarga : Mendukung

Persepsi ibu terhadap respon keluarga, yaitu ibu senang terhadap

semua dukungan dari keluarga

Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

c. Kebiasaan Hidup Sehat

Merokok : Tidak

Minum – minuman keras : Tidak

Obat – obatan terlarang : Tidak

Jamu : Tidak

Jika sakit periksa di : Bidan (Pelayanan kesehatan)

d. Rencana Persalinan

Tempat : BPM Rubiah, S.Tr.Keb

Penolong : Bidan Rubiah, S. Tr. Keb

Persiapan biaya persalinan : BPJS

Persiapan kendaraan : Mobil

Pendamping persalinan : Keluarga

Page 139: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

120

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

a. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 85x/menit

Suhu : 36,50C

Pernafasan : 22x/menit

b. BB sebelum hamil : 65 Kg

BB sekarang : 77,5 Kg

c. TB : 163 cm

d. LILA : 27 cm

e. KSPR : 2

f. HPL : 12 – 02 – 2017

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, rambut bersih, warna rambut hitam, tidak

rontok, tidak ada kutu, tidak ada benjolan

Wajah : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak

oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Hidung : Lubang simetris, tidak ada polip, tidak ada

epistaksis, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan

cuping hidung

Gigi-Mulut : Tidak ada stomatitis, bibir lembab, warna bibir

merah muda, tidak ada caries, tidak ada ginggivitis,

tidak ada tonsilitis, tidak ada baselack

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada perdarahan

dan pendengaran baik

Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe

Page 140: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

121

Dada : Simetris, bunyi nafas (vesikuler), tidak ada ronkhy

dan wheezing, pola nafas (eupneu)

Payudara : Kedua payudara simetris, tampak pembesaran

payudara, ada hiperpigmentasi pada puting dan

areola mamae, tidak ada benjolan abnormal, tidak

ada colostrum yang keluar pada ke 2 payudara

Abdomen

Leopold I

Leopold II

Leopold III

Leopold IV

DJJ

TBJ

:

:

:

:

:

:

Pembesaran perut memanjang, pembesaran sesuai

dengan usia kehamilan, tidak ada luka bekas

operasi, terlihat gerakan janin, tidak ada striae

lividae, ada linea alba, ada linea nigra, ada

hiperpigmentasi abdominal, tidak terdapat masa

lain/kista

TFU 3 jari dibawah prosesus xyphoid, teraba bulat,

lunak, kurang melenting (bokong)

Teraba keras, memanjang disebelah kiri ibu (PUKI)

Teraba bulat, keras, melenting (kepala) Kepala

masuk ke dalam rongga panggul (PAP)

Kepala masuk ke dalam rongga panggul/ melewati

PAP 1/5 bagian (kepala sulit digerakkan, bagian

terbesar kepala belum masuk panggul) (Divergent)

(11+12+11) x 4 = 136x/menit

(30 – 11) x 155 = 2.945 gram

Punggung : Tidak ada kelainan pada punggung

Genetalia : Bersih, tidak oedema, tidak ada varises

Anus : Tidak ada hemorrhoid eksterna

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris, tidak oedema, tidak ada luka

Simetris, reflek patella (+/+), tidak oedema, tidak

ada varises

Page 141: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

122

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

Golongan darah : B

Hb : 11,8 gr/dl

Protein Urine : (-)

Reduksi Urine : (-)

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Ds : Saat ini hamil anak pertama dengan usia kehamilan 9 bulan dan

saat ini mengeluh keputihan. HPHT : 05-05-2016

Do : KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV

TD

:

:

120/80 mmHg

RR

:

22 x/menit

Nadi : 85 x/menit Suhu : 36,5 0C

TB : 163 cm LILA : 33 cm

BB sebelum

hamil

: 70 kg BB saat ini : 77 kg

HPL : 12 Februari 2017

Wajah : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,

tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : Simetris, bunyi nafas (vesikuler), tidak ada

ronkhy dan wheezing, pola nafas (eupneu)

Payudara :

Kedua payudara simetris, tampak pembesaran

payudara, ada hiperpigmentasi pada puting dan

areola mamae, tidak ada benjolan abnormal,

tidak ada colostrum yang keluar pada kedua

payudara

Abdomen

:

Pembesaran memanjang, pembesaran sesuai

dengan usia kehamilan, tidak ada luka bekas

operasi, terlihat gerakan janin, tidak ada striae

Page 142: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

123

Leopold I

Leopold II

Leopold III

Leopold IV

DJJ

TBJ

:

:

:

:

:

:

lividae, ada linea alba, ada linea nigra, ada

hiperpigmentasi abdominal, tidak terdapat masa

lain/ kista

TFU pertengahan pusat dan prosesus xyphoid,

teraba bulat, lunak, kurang melenting (bokong)

Teraba keras, memanjang disebelah kiri ibu

(PUKI)

Teraba bulat, keras, melenting (kepala) Kepala

masuk ke dalam rongga panggul (PAP)

Kepala masuk ke dalam rongga panggul/

melewati PAP 1/5 bagian (kepala sulit

digerakkan, bagian terbesar kepala belum masuk

panggul) (Divergent)

(11+12+11) x 4 = 136x/menit

30 – 11 x 155 = 2.945 gram

Genetalia : Bersih, tidak oedema, tidak ada varises

Anus : Tidak ada hemorroid eksterna

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris, tidak oedema, tidak ada luka

Simetris, reflek patella (+/+), tidak oedema,

tidak ada varises

Pemeriksaan Penunjang :

Hb : 11,8 gr/dl

Dx : Ny. “V” GI P00000 UK 38 Minggu 2 Hari Dengan Kehamilan

Normal Janin Tunggal Hidup

III. DIAGNOSA POTENSIAL

-

IV. TINDAKAN SEGERA

-

Page 143: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

124

V. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONAL (INTERVENSI)

1. Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

R/ Persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan memudahkan

tindakan yang akan dilakukan sehingga ibu tenang

2. Beri KIE kepada ibu bahwa keluhan keputihan yang dialami ibu adalah

normal

R/ Keputihan meningkat karena adanya peningkatan hormon estrogen pada

masa kehamilan dan lendir semakin banyak pada saat menjelang

persalinan

3. Anjurkan ibu untuk minum tablet Fe (obat yang diberikan) 1x/hari

diminum secara rutin

R/ Dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan terjadi

penambahan volume plasma yang relatif lebih besar sehingga terjadi

pengenceran darah yang dapat menyebabkan anemia

4. Beri ibu KIE tentang tanda bahaya kehamilan pada TM III

R/ Sebagai pengetahuan untuk ibu, agar ibu lebih memahami tentang

kehamilan dan keadaannya saat ini

5. Beri ibu KIE tentang tanda – tanda persalinan

R/ Sebagai pengetahuan untuk ibu, agar ibu lebih siap dalam menghadapi

persalinan

6. Beritahu ibu untuk sering mengganti celana dalam

R/ Mengganti celana dalam mengurangi lembab dan memberi rasa nyaman

pada ibu

7. Beritahu ibu dan suami pengetahuan tentang P4K, dan lakukan

penempelan stiker P4K pada jendela rumah ibu

R/ Dengan pengetahuan tentang P4K, ibu dan suami dapat mempersiapkan

rencana persalinan dengan baik

8. Anjurkan suami untuk mempersiapkan surat–surat keterangan untuk

persiapan pada saat persalinan

R/ Pada saat persalinan telah siap semua, serta mempermudah keluarga

dalam mengurus administrasi untuk persiapan persalinan

Page 144: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

125

9. Anjurkan ibu untuk datang periksa 1 minggu lagi atau jika ada keluhan

R/ Dengan melakukan kunjungan ulang maka dapat memantau kesehatan

ibu dan janinnya serta dapat mendeteksi dini adanya kelainan

VI. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI

HARI/TGL JAM KEGIATAN PARAF

Kamis /

03-02-2017

15.15 WIB 1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan.

TTV:TD: 120/80mmHg, N: 85x/menit,

S: 36,50C, RR: 22x/menit

15.17 WIB 2. Memberi KIE kepada ibu bahwa keluhan

keputihan yang dialami ibu merupakan

hal yang normal karena adanya

peningkatan kadar estrogen pada masa

kehamilan sehingga pada saat menjelang

persalinan akan mengalami pengeluaran

lendir yang semakin banyak

15.20 WIB 3. Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe

(obat yang diberikan) 1x/hari diminum

secara rutin, diminum pada malam hari

untuk mengurangi efek mual, diminum

dengan air putih atau yang mengandung

vit C (air jeruk), dan tidak diminum

denagn teh manis, susu ataupun kopi

15.22 WIB 4. Memberi ibu KIE tentang tanda bahaya

kehamilan pada TM III seperti

perdarahan, sakit kepala yang hebat,

bengkak pada kaki, tangan ataupun

wajah disertai sakit kepala atau kejang,

demam atau panas tinggi, nyeri ulu hati,

air ketuban keluar sebelum waktunya,

gerakan janin berkurang dan ada

Page 145: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

126

gangguan pada penglihatan, jika ibu

mengalami salah satu tanda bahaya

tersebut maka menganjurkan ibu untuk

segera memeriksakan diri pada bidan,

tenaga kesehatan lain dan atau tempat

pelayanan kesehatan terdekat untuk

segera diberikan penanganan lebih lanjut

15.25 WIB 5. Memberi ibu KIE tentang tanda-tanda

persalinan seperti perut mulas-mulas

yang teratur dan semakin sering dan

lama, keluar lender bercampur dari atau

keluar cairan ketuban dari jalan lahir,

jika muncul salah satu tanda tersebut

maka segera periksa ke bidan atau ke

fasilitas kesehatan

15.27 WIB 6. Memberitahu ibu untuk menjaga

kebersihan genetalianya dengan cara

cebok yang benar (dari arah depan ke

belakang)

15.28 WIB 7. Memberi pengetahuan pada ibu dan

suami tentang P4K, yang berisi tentang

taksiran persalinan ibu, penolong

persalinan ibu, tempat persalinan yang

akan dipilih oleh ibu, pendamping pada

saat ibu melahirkan, transportasi yang

akan digunakan pada saat melahirkan,

dan calon pendonor darah yang bersedia

menjadi pendonor jika terjadi sesuatu

yang tidak diinginkan, dan menjelaskan

macam-macam metode KB serta metode

KB apa yang akan ibu pilih setelah

melahirkan (ibu belum memilih KB

Page 146: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

127

apapun) serta melakukan penempelan

stiker P4K pada jendela rumah ibu.

15.30 WIB 8. Menganjurkan suami untuk

mempersiapkan surat-surat seperti KTP,

KK, maupun surat keterangan lainnya.

15.32 WIB 9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang

1 minggu lagi atau jika ada keluhan

VII. EVALUASI

Tanggal : 03 – 02 – 2017 Waktu : 15.35 WIB

S : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan

O : Ibu mampu mengulang penjelasan yang diberikan bidan dan

bersedia melakukan anjuran tersebut

A : NY. ”V” GI P00000 UK 38 Minggu 2 Hari dengan Kehamilan Normal

Janin Tunggal Hidup

P : 1. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat dan tidak bekerja berat

2. Beri KIE pada ibu tentang tanda – tanda persalinan

3. Ingatkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal

10 – 02 – 2017 atau jika ada keluhan

Page 147: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

128

4.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “V” GI P00000 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU

INPARTU KALA I FASE AKTIF DILATASI MAKSIMAL

DENGAN PERSALINAN NORMAL

JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA

Tempat pengkajian : BPM Bidan Rubiah,S.Tr.Keb

Tanggal/waktu pengkajian : 08 Februari 2017 / 02.00 WIB

Petugas : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Ibu merasa mulas sejak pukul 10.00 WIB (tanggal 07 Februari 2017) dan

keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir sejak jam 00.00 WIB

(tanggal 08 Februari 2017)

2. DATA OBYEKTIF

K/U : Baik Kesadaran : Composmentis

TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37° C RR : 18 x/menit

BB saat ini : 77 kg

Wajah : tidak ada chloasma gravidarum, tidak anemis, tidak

ada odema

Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, ada

reflek pupil

Payudara : simetris, ada hiperpigmentasi areola dan papilla

mammae, papilla mammae menonjol, tidak ada

benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, colostrum

belum keluar

Abdomen : pembesaran perut memanjang, tidak ada bekas luka

operasi, ada linea nigra, ada linea alba, tidak ada

Page 148: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

129

striae livide, tidak ada striae albican, ada

hiperpigmentasi abdominal, pusat tidak menonjol.

Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xyphoid (30 cm), teraba

lunak, kurang bulat, tidak melenting (Bokong)

Leopold II : teraba datar, rata, keras, melenting di sisi kiri ibu

(Puki)

Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (Kepala), susah

digerakkan (Masuk PAP)

Leopold IV : kepala janin masuk PAP 3/5 bagian

DJJ : (12+12+12) x 4 = 144x/menit

TBJ : TFU – 11 x 155

(30 – 11) x 155 = 2.945 gram

His : 3x/10’/40”

Ekstremitas

bawah

: simetris, tidak varises, tidak oedem, tidak ada bekas

luka, turgor kulit baik

Pemeriksaan

dalam (VT)

02:00 WIB

(08 Februari

2017)

: vulva vagina tidak odema, tidak varises, tidak ada

condiloma acuminata, terdapat bloodshow, portio

lunak, effecement 75%, pembukaan 7 cm, ketuban

utuh, persentasi kepala, UUK jam 12, moulage (0),

Hodge II, tidak ada bagian kecil di samping kiri

kanan janin, tidak ada tali pusat menumbung.

Genetalia : tidak ada bekas luka jahitan/episiotomi, tidak odema,

tidak ada varises

Anus tidak ada hemorroid eksterna

3. ANALISIS/INTERPRESTASI DATA

GI P00000 usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase aktif dilatasi

maksimal dengan persalinan normal janin tunggal hidup, presentasi

kepala

Page 149: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

130

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 02.05 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu serta asuhan yang akan

diberikan. Ibu mengerti

2. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruangan apabila ibu

masih bisa melakukannya dan apabila ingin berbaring sarankan ibu

berbaring kesebelah kiri agar mempercepat penurunan kepala janin.

Ibu mengerti dan melakukannya

3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Ibu makan 2 sendok nasi

dan minum 100 cc air gula

4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK. Ibu mengerti dan

melakukannya

5. Mengajarkan ibu tentang relaksasi pernafasan saat ada his yaitu

dengan menarik nafas panjang dari hidung kemudian keluarkan dari

mulut. Ibu mengerti dan melakukannya

6. Menghadirkan pendamping untuk menemani ibu selama persalinan

dan anjurkan pendamping untuk melakukan pijat pungggung. Ibu

ingin di dampingi suami dan orang tuanya dan merasa nyaman di

pijat punggungnya

7. Melakukan observasi TTV, his dan DJJ. Hasil terlampir di partograf

8. Mengingatkan kembali pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan

dalam 4 jam setelah pemeriksaan pertama. ibu mengerti dan bersedia

Page 150: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

131

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 03.00 WIB

S : Ibu merasa perutnya semakin mulas dan kuat serta ibu ingin

meneran seperti mau BAB

O : K/U : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/80 mmHg Nadi : 85 x/menit

Suhu : 37°C RR : 20 x/menit

DJJ : (12+12+12) x 4 = 144x/menit

His : 5x/10’/50”

Palpasi : 0/5 bagian

Pemeriksaan

dalam (VT)

03.00 WIB

(08 Februari

2017)

: vulva vagina tidak odema, tidak varises,

tidak ada condiloma acuminata, terdapat

bloodshow, portio tidak teraba, effecement

0%, pembukaan 10 cm/lengkap, ketuban

jernih, persentasi kepala, UUK jam 12,

moulage 0, Hodge III+, tidak ada bagian

kecil di kiri dan kanan janin dan tidak ada

tali pusat menumbung.

A : Ny. “V” GI P00000 usia kehamilan 39 minggu inpartu kala II

P : Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 03.05 WIB

1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik, DJJ : 144x/menit. Ibu mengerti

2. Mempersiapkan diri penolong. Celemek telah dipakai,

petugas telah mencuci tangan

3. Meminta bantuan keluarga untuk mengatur posisi ibu yaitu

litotomi dengan cara memasukkan lengan ibu hingga siku

ke dalam lipatan paha ibu kemudian menariknya ke arah

perut hinggu lutut ibu menyentuh dada ibu pada saat

meneran. Ibu mengerti dan telah melakukan seperti

petunjuk petugas yaitu pada posisi litotomi

4. Membimbing ibu meneran saat ada kontraksi.

Page 151: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

132

Ibu kooperatif saat diminta meneran dan meneran seperti

yang telah diajarkan petugas

5. Meletakkan handuk di atas perut ibu dan kain yang dilipat

1/3 bagian di bawah bokong ibu. Handuk dan kain 1/3

bagian telah diletakkan/terpasang

6. Membuka partus set dan memastikan kembali kelengkapan

partus set, kemudian memakai handscoon. Partus set

diletakkan didekat pasien dan handscoon telah dipasang

7. Menolong kelahiran bayi

a. Kepala : tangan kanan berada di perineum ibu untuk

menahan dan mencegah terjadinya robekan sedangkan

tangan kiri berada di kepala bayi untuk menahan kepala

bayi tetap dalam posisi defleksi sambil menahan vulva

bagian atas, setelah kepala bayi lahir cek adanya lilitan

tali pusat (tidak ada lilitan tali pusat), tunggu hingga

bayi melakukan putar paksi luar secara spontan

b. Bahu depan : pindahkan tangan kiri hingga berada di

bawah kepala bayi dan tangan kanan berada di atas

kepala bayi (pegang dengan cara Bipariental), lalu

lakukan tarikan ke bawah untuk melahirkan bahu depan,

bahu depan lahir

c. Bahu belakang : lakukan tarikan ke atas untuk

melahirkan bahu belakang, bahu belakang lahir

d. Badan : tangan kanan menyangga kepala, leher, dan

bahu janin (menyangga), sedangkan tangan kiri

menyusuri punggung bayi, bokong, tungkai atas dan

tungkai bawah bayi hingga pergelangan kaki bayi,

pergelangan kaki bayi dipegang dengan memasukkan

jari telunjuk tangan kanan diantara pergelangan kaki

bayi/diantara tumit bayi (sanggah susur), kemudian

letakkan bayi di atas perut ibu, hangatkan dan lakukan

penilaian sepintas bayi baru lahir.

Page 152: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

133

Tidak ada lilitan tali pusat, telah dilakukan Biparietal

dan sanggah susur hingga bayi lahir. Telah meletakkan

bayi di atas perut ibu dan telah dilakukan penilaian

sepintas meliputi : bayi segera menangis, warna kulit

bayi kemerahan, bayi bernapas spontan, dan bergerak

aktif, lahir jam 03.30 WIB, Jenis kelamin perempuan.

8. Mengeringkan bayi dengan handuk yang berada di atas

perut ibu. Bayi telah dibungkus dan dikeringkan

menggunakan handuk

9. Memeriksa TFU untuk memastikan tidak ada bayi ke-2.

TFU setinggi pusat dan tidak ada bayi kedua

10. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik. Ibu kooperatif

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 03.35 WIB

S : Ibu senang dan lega bayinya sudah lahir dan saat ini masih merasa

mulas

O : K/U : Baik

Kesadaran : Composmentis

TFU : Uterus setinggi pusat

Genetalia : terlihat darah mengalir dari vulva ibu, terlihat tali

pusat menjulur di vulva ibu

A : P10001 Kala III

P : Tanggal : 08 Februari 2017 Jam : 03.35 WIB

1. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian

distal lateral ibu. Oksitosin sudah disuntikkan

2. Menjepit tali pusat menggunakan klem ± 3 cm dari perut bayi

dan klem satunya dengan jarak 2 cm dari klem pertama,

kemudian gunting tali pusat diantara kedua klem dan ikat tali

pusat. Tali pusat sudah dipotong dan diikat

3. Ganti handuk yang basah serta pasangkan topi bayi dan

lakukan IMD. Bayi telah hangat dan melakukan IMD

Page 153: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

134

4. Melihat apakah ada tanta-tanda pelepasan plasenta seperti tali

pusat bertambah panjang, semburan darah dari jalan lahir,

uterus globuler. Sudah terdapat tanda-tanda plasenta lahir

5. Melakukan dorso kranial dan Penegangan Tali pusat

Terkendali (PTT) saat kontraksi. Plasenta lahir spontan jam

03.45 WIB

6. Melakukan massase uterus 15 kali dalam 15 detik dan

memeriksa TFU. UC (Uterus Contraktion) baik/globuler,

TFU 2 jari di bawah pusat

7. Memeriksa kelengkapan plasenta. Selaput plasenta lengkap,

kotiledon berjumlah 20 buah, diameter ±18-20 cm, tebal ±2

cm, insersi tali pusat sentral, tidak ada infark, panjang tali

pusat ±40-45 cm.

8. Memeriksa adanya laserasi untuk dilakukan penjahitan. Ada

Laserasi D II dan dilakukan penjahitan.

9. Mengevaluasi kontraksi uterus. UC baik/globuler

10. Membiarkan bayi di dada ibu sampai IMD berhasil

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 04:15 WIB

S : Ibu lega ari-arinya sudah lahir, merasa lelah dan saat ini masih

merasa sedikit mulas

O : K/U : Baik, ibu terlihat memperhatikan anaknya yang

IMD

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/80 mmHg Nadi : 90 x/menit

S : 37°C RR : 20 x/menit

TFU : 2 jari di bawah pusat

Abdomen : kontraksi : baik, kandung kemih kosong

Genetalia : perdarahan : normal ( 150 cc), lochea : rubra

A : P10001 Kala IV

Page 154: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

135

P : Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 04.20 WIB

1. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan massase uterus

yaitu dengan melakukan gerakan melingkar di atas perut

ibu hingga terasa keras/globuler untuk mencegah terjadinya

perdarahan. Ibu dan keluarga telah melakukan massase

uterus

2. Memeriksa jumlah perdarahan. Perdarahan ± 150 cc

3. Memastikan IMD kembali. bayi berhasil menyusu

4. Periksa atau pantau tanda-tanda bahaya pada bayi dan

pastikan bayi bernafas dengan baik . RR: 50 x/menit

5. Melakukan pengukuran antropometri, PB: 52 cm BB: 3400

gram Lika: 32 cm Lida: 33 cm

6. Menempatkan semua peralatan partus ke dalam larutan

clorin 0.5 %. Peralatan telah direndam dalam larutan

clorin 0,5 % selama 10 menit

7. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang kotor. Ibu

merasa lebih nyaman setelah diganti pakaiannya

8. Membersihkan peralatan dan tempat persalinan. Peralatan

dan tempat persalinan telah bersih dan siap digunakan

kembali

9. Melakukan observasi Kala IV setiap 15 menit pada 1 jam

pertama, setiap 30 menit pada 1 jam ke-2 dan mendeteksi

adanya tanda bahaya pada ibu nifas. Hasil observasi

terlampir pada Partograf

Page 155: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

136

4.3 Asuhan Kebidann pada Masa Nifas

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL 6 JAM

Tanggal / waktu pengkajian : 08-02-2017 / 10.00 WIB

Tempat pengkajian : BPM Rubiah, S.Tr.Keb

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Ibu telah melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu pukul 03.30 WIB

dengan BB 3400 gram, PB 52 cm, saat ini masih lemas dan merasakan

nyeri pada bekas luka jahitan

2. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/80 mmHg

N : 82x/ menit

S : 37 0C

RR : 20x/ menit

Wajah : Tidak pucat, ada cloasma, tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing

Payudara : Kedua payudara simetris, ada hiperpigmentasi pada

putting dan areola mamae, ada benjolan susu, tidak

ada nyeri tekan, ada ASI yang keluar pada kedua

payudara

Abdomen : Ada striae lividae, ada linea alba, ada linea nigra,

TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus keras,

kandung kemih kosong, diastasis recti 2,5 cm

Genetalia : Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada

Page 156: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

137

kondiloma akuminata. Darah yang keluar (Rubra,

±60cc, merah tua, bau amis), ada luka bekas

episiotomi, tidak ada oedema pada perineum

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris, tidak oedema

Simetris, tidak oedema, tidak varises, tidak ada

human sign

3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA

Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal 6 Jam

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 08 – 02 – 2017 Waktu : 10.15 WIB

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan. ibu mengerti

2. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini, untuk

memperlancar pengeluaran darah (lochea), mempercepat involusi

(pengembalian bentuk rahim), memperlancar fungsi alat perkemihan

dan meningkatkan kelancaran peredaran darah. ibu bersedia

melakukannya

3. Mengajari ibu dan keluarga untuk menilai kontraksi uterus yang baik

yaitu teraba bundar dan keras, ibu dan keluarga mengerti dan

melakukan masase uterus sendiri

4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan alat kelamin yaitu dengan

mengganti pembalut sesering mungkin, cara cebok yang benar,

membersihkan dengan sabun setelah BAB/BAK (dari depan ke

belakang). Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

5. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi, seperti nasi,

sayur, ikan, daging, buah, tahu, tempe, telur dan tidak pantang

makanan. Ibu memahami dan akan mengkonsumsi makanan bergizi

6. Memberikan ibu terapi tambah darah (Fe) sebagai pencegahan

perdarahan dengan aturan minum 1x/hari selama 42 hari dan terapi

Page 157: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

138

Vitamin A untuk memperlancar ASI dengan aturan minum 1x/hari

diminum pada jam yang sama (jarak kapsul pertama dan kedua 24

jam). ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan ibu akan

meminumnya

7. Melakukan kolaborasi untuk memberikan ibu obat yaitu amoxilin

500mg, dan asam mefenamat 500mg diminum 3x/hari. Ibu bersedia

meminumnya

8. Menganjurkan ibu memberikan ASI pada bayinya dan melakukan

rawat gabung sehingga tercipta Bounding Attachment yang baik. Ibu

memberikan ASI pada bayinya

9. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu perut bayi dan perut

ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu,

kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala, badan dan

punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya, pegang

payudara dengan ibu jari yang lain menopang di bawah serta jangan

menekan puting susu dan areola, masukkan puting susu serta bagian

besar areola ke dalam mulut bayi. ibu mengerti dan bersedia menyusui

bayinya dengan benar

10. Memberikan konseling mengenai manfaat ASI yang mengandung zat

antibodi yang sangat diperlukan oleh bayi yaitu ASI mudah dicerna

serta memberikan perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih,

siap untuk di minum, serta hemat biaya dan ibu tidak perlu

memberikan makanan tambahan atau susu formula sampai bayi berusia

6 bulan. ibu mengerti dan memutuskan untuk memberikan susu

formula pada bayi karena ASI tidak lancar dan ibu akan berkerja

setelah masa nifas

11. Memberitahu ibu jika pada saat menyusui bayinya, ASI dikeluarkan

terlebih dahulu dan dioleskan pada putting susu ibu dan setelah

menyusui bayinya oleskan kembali ASI pada putting susu ibu agar

tidak terjadi putting lecet. ibu mengerti

12. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas, yaitu perdarahan lewat jalan

lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan

Page 158: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

139

dan kaki atau sakit kepala dan kejang, demam lebih dari 2 hari,

payudara bengkak merah disertai rasa sakit, ibu terlihat sedih, murung

dan menangis tanpa sebab (depresi). ibu mengerti tanda bahaya nifas

13. Menentukan tanggal kunjungan ulang untuk memastikan involusi uteri

berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tidak terjadi

perdarahan, menilai adanya tanda infeksi serta kontrol jahitan yaitu

tanggal 12-02-2017 atau jika ada keluhan, ibu bersedia melakukan

kunjungan ulang

Page 159: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

140

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL HARI KE–4

Tanggal / waktu pengkajian : 12-02-2017 / 16.00 WIB

Tempat pengkajian : Rumah Ny.”V”

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Saat ini bekas luka jahitan sudah agak kering dan sudah tidak nyeri

2. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 100/70 mmHg

N : 80x/ menit

S : 36,8 0C

RR : 20x/ menit

Wajah : Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria, tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing

Payudara : Kedua payudara simetris, ada benjolan susu, ada

ASI yang keluar pada ke 2 payudara

Abdomen : TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, diastasis recti 2 cm

Genetalia

: Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada

kondiloma akuminata. Darah yang keluar

(sanguinolenta, ±40cc, warna kecoklatan), ada luka

bekas episiotomi, tidak ada oedema pada perineum

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris, tidak ada oedema

Simetris, tidak oedema, tidak varises, tidak ada

human sign

Page 160: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

141

3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA

Pada Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal Hari Ke – 4

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 12-02-2017 Pukul : 16.10 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu serta asuhan yang akan

diberikan. Ibu mengerti

2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kebersihan

genetalianya dengan membersihkan dengan air mengalir, membasuh

genitalia dari arah depan ke belakang serta sering mengganti pembalut

jika pembalut sudah penuh. Ibu mengerti dan telah melakukannya

3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk merawat bekas jahitannya

dengan menggunakan kassa steril yang di beri antibiotik kemudian

tempelkan pada luka. Ibu mengerti dan telah melakukannya

4. Mengingatkan kembali pada ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi

seimbang seperti ikan laut, telur, daging, sayuran dll, untuk

mempercepat penyembuhan luka jahitan serta dapat memperbanyak

produksi ASI. Ibu mengerti dan telah melakukannya

5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal

23-02-2017 atau segera periksa jika ada keluhan. Ibu mengerti

Page 161: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

142

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL HARI KE – 15

Tanggal / waktu pengkajian : 23-02-2017 / 09.00 WIB

Tempat pengkajian : Rumah pasien Ny.”V”

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Melahirkan 2 minggu yang lalu, saat ini tidak ada keluhan

2. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/80 mmHg

N : 82x/ menit

S : 36,5 0C

RR : 22x/ menit

Wajah

:

Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria

Tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing

Payudara : Kedua payudara simetris, ada benjolan susu, ada

ASI yang keluar pada ke 2 payudara

Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.

Genetalia

:

Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada

kondiloma akuminata, darah yang keluar sedikit

(alba, warna putih), ada luka bekas episiotomi, tidak

ada oedema pada perineum

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris, tidak ada oedema

Simetris, tidak oedema, tidak varises

Page 162: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

143

3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA

Pada Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal Hari Ke – 15

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 23-02-2017 Waktu : 09.10 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik. ibu

mengerti

2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kebersihan

genetalianya dengan membersihkan dengan air mengalir dan

membasuhnya dari arah depan ke belakang. Ibu mengerti dan telah

melakukannya

3. Memberitahu ibu tanggal kunjungan rumah berikutnya pada tanggal

09-03-2017 atau segera periksa jika ada keluhan. Ibu mengerti

Page 163: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

144

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL HARI KE – 29

Tanggal / waktu pengkajian : 09-03-2017 / 16.00 WIB

Tempat pengkajian : Rumah Ny.”V”

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Melahirkan 4 minggu yang lalu, saat ini tidak ada keluhan

2. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/80 mmHg

N : 84x/menit

S : 36,6 0C

RR : 22x/menit

Wajah : Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria, tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing

Payudara : Kedua payudara simetris, tidak ada benjolan

abnormal, tidak ada nyeri tekan, ASI yang keluar

tidak lancer

Abdomen :

TFU kembali ke bentuk normal, kandung kemih

kosong

Genetalia

:

Tidak ada varises, tidak oedema tidak ada

kondiloma akuminata, lochea sudah tidak keluar,

ada luka bekas episiotomi, tidak ada oedema pada

perineum

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris, tidak oedema

Simetris, tidak oedema, tidak varises

Page 164: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

145

3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA

Pada Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal Hari Ke – 29

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 09-03-2017 Waktu : 16.10 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan baik. ibu

mengerti

2. Mengingatkan ibu tentang perencanaan KB yang akan digunakan

yaitu KB Suntik 3 bulan. Ibu ingat tentang perencanaan KB yang akan

digunakan yaitu akan menggunakan setelah tidak keluarnya darah

nifas

3. Menganjurkan ibu untuk rutin datang ke posyandu untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan bayinya. ibu mengerti dan bersedia

melakukannya

Page 165: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

146

4.4 Asuhan Kebidanan pada Neonatus

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

BAYI Ny. “V” NCB SMK USIA 6 JAM

Tempat pengkajian : BPM Rubiah, S.Tr. Keb

Tanggal / waktu pengkajian : 08-02-2017 / 10.00 WIB

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Bayi lahir tanggal 08-02-2017, jam 03.30 WIB, BB 3400 gram, lahir

secara normal, jenis kelamin perempuan

2. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. TTV : N : 120x/ menit

S : 37 0C

RR : 60x/ menit

Kepala

Lingkar Kepala

:

:

Bentuk kepala simetris, distribusi rambut

merata, warna rambut hitam, tidak ada

moulage, tidak ada caput succedaneum, tidak

ada cephal hematoma

Circumferensia Mento Occipitalis : 34cm

Circumferensia Fronto Occipitalis : 33cm

Circumferensia Bregma Suboccipitalis : 32cm

Mata : Simetris, sklera putih

Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak

ada pernafasan cuping hidung, tidak ada

epistaksis/darah

Mulut

: Lembab, lidah tidak kotor, ada pengeluaran

salivasi, tidak ada labioschizis dan

palatoschizis

Page 166: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

147

Dada :

Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak

ada wheezing dan rhonchi,

denyut jantung 138x/menit

Abdomen

:

Simetris, tali pusat bersih dan dibungkus kasa,

tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan

abnormal, perut tidak kembung, bising usus

normal 20x/menit.

Genetalia

: Ada labia mayora, ada labia minora, ada

klitoris, ada meatus uretra, ada verniks caseosa

diantara labia, ada perineum

Anus

: Bersih, lubang anus + ditandai dengan

keluarnya mekonium bayi

Ekstermitas atas

: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil, kuku

panjang melebihi bantalan kuku

Ekstermitas bawah

: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil, kuku

melebihi bantalan kuku, lipatan plantar terlihat

jelas dan terdapat diseluruh telapak

Integumen

:

Kulit tidak kering, tidak ada lesi,

turgor kulit < 2 detik

Pemeriksaan

neorologis

: Reflek rooting : positif

Reflek Sucking : positif

Reflek Swallowing : positif

Reflek Morrow : positif

Babynsky Reflek : positif

Pemeriksaan

antropometri

: BB : 3400 gram PB : 52 cm

LIKA : 32 cm LIDA : 32 cm

3. ANALISIS

By. Ny. ”V” NCB SMK Usia 6 Jam

Page 167: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

148

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 08-02-2017 Waktu : 10.10 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada bayinya bahwa keadaan bayi

baik dan sehat. ibu mengetahui keadaan bayinya

2. Pemberian HB Uniject di paha kanan antero lateral. Sudah diberikan

3. Mengajari ibu dan keluarga perawatan pada bayi yaitu mengganti

popok bayi sesering mungkin agar tidak lecet pada kulit bayi atau tidak

terjadi ruam popok, ibu dan keluarga mengerti dan bersedia

melakukannya

4. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi dapat dimandikan setelah 6

jam melahirkan. Ibu dan keluarga mengerti

5. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga tali pusat agar selalu

bersih dan kering, jangan diberi ramuan apapun (jika kotor bersihkan

dengan kain bersih). Ibu dan keluarga mengerti, serta bersedia untuk

menjaga tali pusat tetap bersih

6. Memastikan bahwa bayi sudah BAB, bayi sudah mengeluarkan

meconium

7. Memberikan konseling tentang ASI ekslusif dan manfaatnya yaitu

pemberian ASI selama 6 bulan pertama kelahiran, dimana bayi tidak

boleh diberikan makanan ataupun minuman apapun kecuali ASI yang

bermanfaat untuk pertahanan tubuh bayi. Ibu dan keluarga mengerti

8. Membimbing ibu untuk menyusui bayinya maksimal tiap 2 jam sekali

atau ketika bayi menangis. Ibu mengerti

9. Memberitahu ibu bahwa setelah menyusui bayinya untuk menepuk

punggung bayi (menyendawakan bayinya). Ibu mengerti dan bersedia

melakukannya

10. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga bayi tetap hangat yaitu

membungkus bayi dan memakaikan topi pada bayi. ibu dan keluarga

mengerti dan bersedia melakukannya

11. Memberitahu ibu dan keluarga tanda bahaya bayi sakit berat yaitu

tidak dapat menyusu, mengantuk atau tidak sadar, nafas cepat/lebih

dari 60 kali permenit, merintih, tampak biru pada ujung jari tangan dan

Page 168: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

149

kaki atau bibir, kejang, tali pusat kemerahan sampai dinding perut dan

membawa untuk periksa jika terdapat salah satu tanda tersebut. Ibu dan

keluarga mengetahui tanda bahaya bayi sakit berat dan akan segera

membawa bayi periksa jika mengalami salah satu tanda tersebut

12. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 12-02-2017

untuk memastikan bayi dalam kondisi baik dan sehat atau segera

datang jika ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

Page 169: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

150

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

BAYI Ny. “V” USIA 4 HARI

Tempat pengkajian : Rumah pasien Ny.”V”

Tanggal / waktu pengkajian : 12-02-2017 / 16.00 WIB

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Bayi tidak rewel, tali pusat tidak bau

2. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. TTV : N : 124 x/menit

S : 37 0C

RR : 52 x/ menit

Kepala

:

Bentuk kepala simetris, distribusi rambut

merata, warna rambut hitam, tidak ada

moulage, tidak ada caput succedaneum,

tidak ada cephal hematoma

Mata : Simetris, sklera putih

Hidung

: Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret,

tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak

ada epistaksis/darah

Mulut

: Lembab, ada bekas susu, tidak ada

labioschizis dan palatoschizis

Dada

:

Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

tidak ada wheezing dan rhonchi,

denyut jantung 124 x/menit

Abdomen

:

Simetris, tali pusat bersih dan dibungkus

kasa, tidak ada perdarahan, tidak ada

benjolan abnormal, perut tidak kembung,

bising usus normal 10 x/menit.

Page 170: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

151

Genetalia

: Ada labia mayora, ada labia minora, ada

klitoris, ada meatus uretra, ada perineum,

Anus : Bersih, terdapat lubang anus

Ekstermitas atas

: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil,

kuku panjang melebihi bantalan kuku

Ekstermitas

bawah

: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil,

kuku melebihi bantalan kuku, lipatan

plantar terlihat jelas dan terdapat

diseluruh telapak

Integumen

:

Kulit tidak kering, tidak ada lesi, turgor

kulit < 2 detik

Pemeriksaan

antropometri

: BB : 3400 gram PB : 52 cm

LIKA : 32 cm LIDA : 32 cm

3. ANALISIS

By. Ny.”V” usia 4 hari

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 12-02-2017 Waktu : 16.10 WIB

1. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan panduan MTBM dan

memberitahu kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan

baik. Ibu mengerti

2. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif selama 6

bulan. ibu mengerti dan memutuskan untuk memberikan susu formula

pada bayi karena ASI tidak lancar dan ibu akan bekerja setelah masa

nifas

3. Memberitahu ibu untuk membiasakan mencuci tangan dengan sabun

waktu akan memegang bayi, sesudah buang air besar atau kecil, dan

sesudah menceboki anak. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Mengajari ibu untuk membersihkan lidah bayi dengan cara

menggunakan kassa yang dibasahi air hangat lalu bersihkan lidah

bekas susu secara perlahan. Ibu mengerti dan akan melakukannya

Page 171: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

152

5. Memotong kuku bayi serta menganjurkan ibu untuk memotong kuku

bayi jika kuku sudah panjang agar tidak melukai wajah dan tubuh bayi.

Ibu mengerti dan akan melakukannya

6. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang pada tanggal

23-02-2017 atau jika ada keluhan untuk memastikan keadaan bayi

sehat. ibu mengerti

Page 172: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

153

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

BAYI Ny.“V” USIA 15 HARI

Tempat pengkajian : Rumah pasien Ny.”V”

Tanggal / waktu pengkajian : 23-02-2017 / 09.00 WIB

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

1. DATA SUBYEKTIF

Bayi tidak rewel, tali pusat sudah lepas pada hari ke-5

2. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. TTV : N : 120x/menit

S : 36,8 0C

RR : 48x/menit

Kepala

:

Bentuk kepala simetris, distribusi rambut

merata, warna rambut hitam, tidak ada

moulage, tidak ada chepal hematoma

Mata : Simetris, sklera putih

Hidung

: Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret,

tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak

ada epistaksis/darah

Mulut

: Lembab, tidak ada labioschizis dan

palatoschizis

Dada :

Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

tidak ada wheezing dan rhonchi,

denyut jantung 130x/menit

Abdomen

: Simetris, tali pusat telah lepas, tidak

kemerahan, tidak ada benjolan abnormal,

perut tidak kembung, bising usus normal

15x/menit.

Page 173: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

154

Genetalia : Ada labia mayora, ada labia minora, ada

klitoris, ada meatus uretra, ada perineum

Anus : Bersih, terdapat lubang anus

Ekstermitas atas : Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil

Ekstermitas bawah : Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil,

lipatan plantar terlihat jelas dan terdapat

diseluruh telapak

Integumen :

Kulit tidak kering, tidak ada lesi, turgor

kulit < 2 detik

Pemeriksaan

antropometri

: BB : 3800 gram PB : 53 cm

LIKA : 33 cm LIDA : 33 cm

3. ANALISIS

By. Ny.”V” usia 15 hari

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 23-03-2017 Waktu : 16.10 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa keadaan bayi baik. ibu

mengerti

2. Memberitahu pada keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungannya,

agar bayi tetap dalam keadaan sehat, yaitu dengan cara membagi tempat

khusus merokok atau jika merokok tidak boleh dekat dengan bayinya

agar bayi tidak mengalami sesak nafas atau gangguan lainnya. keluarga

mengerti dan bersedia melakukannya

3. Mengingatkan ibu datang ke posyandu untuk memeriksakan bayi,

mendapatkan imunisasi, dan memantau tumbuh kembang bayi. ibu

mengerti dan bersedia melakukannya

4. Memberikan KIE pada ibu tentang 5 imunisasi dasar lengkap yang

dilakukan rutin tiap bulan, pada saat bayi berusia 1 bulan bayi mendapat

imunisasi BCG untuk melindungi bayi dari penyakit TBC. Setelah itu

usia bayi 2 bulan sampai 4 bulan bayi diberi imunisasi DPT dan polio,

Page 174: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

155

kemudian pada usia 9 bulan bayi mendapatkan imunisasi campak. Ibu

mengerti dan akan melakukannya

5. Memberitahu ibu untuk segera periksa jika terdapat keluhan. ibu

mengerti dan bersedia melakukannya

Page 175: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

156

4.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.”V” P10001 DENGAN CALON AKSEPTOR KB

Tanggal / waktu pengkajian : 09-03-2017 / 16.15 WIB

Tempat pengkajian : Rumah Ny.”V”

Pengkaji : Dwi Mika Endriana

5. DATA SUBYEKTIF

Ibu melahirkan 6 minggu yang lalu, saat ini ibu ingin menggunakan KB

6. DATA OBYEKTIF

a. KU : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/80 mmHg

N : 86x/menit

S : 36,6 0C

RR : 21x/menit

Wajah : Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria, tidak oedema

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing

Payudara : Kedua payudara simetris, tidak ada benjolan

abnormal, tidak ada nyeri tekan

Abdomen

:

TFU kembali ke bentuk normal, tidak ada

massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan, kandung

kemih kosong

Genetalia

:

Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada

kondiloma akuminata, tidak ada darah yang keluar,

ada luka bekas episiotomi, tidak ada oedema pada

perineum

Page 176: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

157

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Simetris, tidak ada oedema

Tidak oedema, tidak varises, tidak ada human sign

7. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA

Pada Ny.”V” P10001 Dengan Calon Akseptor KB

8. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 09-03-2017 Waktu : 16.30 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa dalam keadaan

baik. ibu mengerti

2. Memberikan konseling tentang macam-macam kontrasepsi pada ibu

seperti suntik 3 bulan, pil, kondom, IUD dan implan, serta dengan

metode MAL (Metode Aminore Lactasi). Ibu mengerti

3. Memberikan informed choice pada ibu tentang macam-macam

kontrasepsi yang ingin ibu gunakan. Ibu memutuskan untuk tidak

menggunakan KB apapun karena tidak ingin mengalami kegemukan

akibat kontrasepsi hormonal dan memilih untuk menggunakan

kontrasepsi alami

4. Memberikan informed consent pada ibu tentang penolakan pemakaian

kontrasepsi. Ibu mengerti dan menyetujuinya

5. Memberitahu ibu untuk datang ke pelayanan kesehatan jika terdapat

keluhan. ibu mengerti dan bersedia melakukannya

Page 177: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

158

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini akan diuraikan tentang asuhan kebidanan yang

telah dilaksanakan secara berkesinambungan (Continuity Of Care) yang

membahas ada tidaknya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan pelaksanaan.

Pembahasan dimaksudkan agar dapat diambil kesimpulan serta solusi dari

kesenjangan teori yang ada dengan praktek, sehingga dapat digunakan sebagai

tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan efisien

khususnya pada pasien Ny. “V” dengan manajemen asuhan kebidanan pada masa

hamil, bersalin, nifas, dan asuhan bayi baru lahir, serta pelayanan KB.

5.1 Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan

Asuhan kebidanan pada Ny. “V” G1 P00000 usia kehamilan 38 minggu 2

hari, pada saat melakukan kunjungan pertama pada tanggal 03 Februari 2017

didapatkan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam batas normal. Dalam

melaksanakan asuhan kebidanan ditemukan masalah atau keluhan yang dirasakan

Ny. “V” seperti keputihan dan keluhan yang dialami ibu merupakan hal yang

normal.

Menurut Hutahaean (2013), keputihan (flour albus) meningkat karena

serviks dirangsang oleh hormon estrogen dan progesterone sehingga menjadi

hipertrofi dan hiperaktif serta mengeluarkan banyak lendir.

Berdasarkan kasus pada Ny.“V” dan teori yang ada tidak ditemukan

kesenjangan. Keluhan yang dialami ibu merupakan hal yang fisiologis karena

adanya peningkatan kadar estrogen pada masa kehamilan sehingga pada saat

menjelang persalinan akan mengalami pengeluaran lendir yang semakin banyak.

Setelah dilakukan anamnese didapatkan hasil bahwa Ny.“V” tidak

memiliki faktor resiko sehingga termasuk dalam Kehamilan Resiko Rendah

(KRR) dengan jumlah skor 2. Ny. “V” berencana melakukan persalinan di BPM

Bidan “R”.

Menurut Prawirohardjo (2008), faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji

Rochjati dikelompokkan menjadi Kelompok Faktor Risiko I (ada potensi risiko),

Kelompok Faktor Risiko II (ada risiko), dan Kelompok faktor risiko III (ada

Page 178: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

159

gawat darurat). Kelompok resiko berdasarkan jumlah skor pada tiap kotak

Kehamilan Resiko Rendah (KRR) yaitu jumlah skor 2 dengan kode warna hijau

selama hamil tanpa faktor resiko, rencana bersalin boleh ditolong oleh bidan dan

tempat persalinan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) atau dipolindes. Kehamilan

Resiko Tinggi (KRT) yaitu jumlah skor 6-10 dengan kode warna kuning, selama

hamil terdapat faktor resiko terjadinya komplikasi pada persalinan lebih besar,

rencana bersalin boleh ditolong oleh bidan atau dokter dan tempat persalinan di

polindes atau Bidan Praktek Mandiri (BPM), puskesmas, atau rumah sakit.

Jumlah skor sama dengan atau lebih 12 dengan kode warna merah, ibu hamil

dengan resiko ganda atau lebih yang dapat mengancam nyawa ibu atau janin,

rencana bersalin hanya boleh ditolong oleh dokter dan tempat persalinan di

Rumah Sakit.

Berdasarkan kasus pada Ny.“V” dan teori tidak ditemukan kesenjangan.

Rencana bersalin juga sudah sesuai. Skrinning KSPR harus dilakukan sejak dini

karena sangat penting mengetahui secara dini untuk mengantisipasi

kegawatdarutan yang mungin akan terjadi serta dapat merencanakan tindakan

lebih awal untuk melakukan asuhan selanjutnya seperti ibu hamil dengan letak

sungsang, letak lintang, gemeli, dll, dengan skor masing-masing yaitu 8 hal

tersebut jika sudah terdapat salah satu skor harus dilakukan skrinning untuk

tindakan segera.

Ny. “V” selama hamil anak pertama ini periksa kehamilan ke bidan

sebanyak 7 kali yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali pada tanggal 13 Juli 2016,

trimester II sebanyak 2 kali pada tanggal 14 September 2016 dan tanggal 04

November 2016, trimester III sebanyak 4 kali pada tanggal 28 November 2016,

tanggal 24 Desember 2016, tanggal 17 Januari 2017 dan pada tanggal 03 Februari

2017.

Menurut Asrinah dkk (2010), pemeriksaan kehamilan komprehensif yang

berkualitas minimal 4 kali dilakukan. Minimal 1 kali dalam trimester I, 1 kali

dalam trimester II dan 2 kali dalam trimester III dengan tujuan untuk memantau

perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan

janin.

Page 179: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

160

Berdasarkan kasus dan teori yang ada tidak terdapat kesenjangan. Dalam

kehamilan wajib dilakukan pemeriksan minimal 4 kali dan alangkah lebih baik

jika dilakukan pemeriksaan satu bulan sekali untuk mengetahui perkembangan

dan pertumbuhan janin serta mengetahui keadaan ibu dan bayi apakah dalam

keadaan baik atau ada masalah yang harus ditinjak lanjuti, dan pada kasus Ny.”V”

telah dilakukan pemeriksaan sebanyak 8 kali dan sangat memenuhi kunjungan

antenatal care, Mahasiswa telah melakukan kunjungan ANC sebanyak 1 kali

semuanya dalam batas normal.

Ibu telah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 1 kali yaitu

kunjungan pada tanggal 03 Februari 2017 dan tidak dilakukan pemeriksaan

standar 10T karena pengukuran tinggi badan, lingkar lengan atas dan pemeriksaan

heamoglobin telah dilakukan pada kunjungan pertama.

Menurut PP IBI (2016) Standar pelayanan 10T pada pasien kehamilan yang

sesuai Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) yaitu timbang berat badan dan ukur

tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi ibu (ukur lingkar lengan atas),

ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),

skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila

diperlukan, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test

laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, temu wicara (konseling),

termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB

pasca persalinan. Jadi ditemukan kesenjangan mengenai standar pemeriksaan

antara pelaksanaan dan teori. Pada kunjungan yang dilakukan pengukuran tinggi

badan dan lingkar lengan atas tidak dilakukan karena hanya dilakukan pada

kunjungan pertama kehamilan, serta tinggi badan dan lingkar lengan atas ibu

sudah sesuai yaitu tinggi badan lebih ≥145cm dan lingkar lengan atas ≥ 23,5cm.

Pada pemeriksaan dan amnanesa yang dilakukan pada Ny.“V” didapatkan

bahwa berat badan ibu sebelum hamil yaitu 65 kg, sedangkan berat badan ibu saat

periksa hamil terakhir tanggal 03 Februari 2017 yaitu 77,5 kg. Berdasarkan data

tersebut dapat di simpulkan bahwa kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil

dan berat badan ibu saat hamil adalah 13,5 kg.

Menurut Asrinah, dkk (2010) peningkatan berat badan ibu hamil

menandakan adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan

Page 180: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

161

peningkatan berat badan tersebut adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, 8,5 kg

dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi total nya

sekitar 12,5 kg.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dan teori yang ada tidak

terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena peningkatan berat badan ibu

selama hamil mencapai 13,5 kg dan telah memenuhi nilai status gizi ibu.

Pada pemeriksaan DJJ didapatkan bahwa pemeriksaan DJJ dalam batas

normal. Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 03 Februari 2017 didapatkan

hasil yaitu 140 x/menit.

Menurut Hutahaean (2013), denyut jantung janin didengarkan di atas

suprapubik pada usia kehamilan 10-12 minggu dengan menggunakan fetoskop

atau Doppler. Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah 120-160 kali/menit dan

sudah teratur.

Berdasarkan kasus Ny. “V” dan teori yang ada tidak terdapat kesenjangan

karena DJJ sesuai dengan teori yaitu dalam batas normal 133x/menit .

5.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan

Pada saat usia kehamilan 39 minggu, Ny “V” ditemani keluarganya datang

ke Bidan Praktek Mandiri (BPM) Rubiah, S.Tr. Keb, pada tanggal 08 Februari

2017 pukul 02.00 WIB. Sebelum dilakukan pertolongan persalinan petugas

melakukan penapisan pada Ny. “V” dengan cara anamnesa dan tidak didapatkan

hasil bahwa pada kasus Ny. “V” tidak pernah bekerja di luar negeri dan pada saat

Trimester III Ny. “V” sudah melakukan tes laboratorium lengkap dengan hasil

bahwa Ny. “V” tidak menderita penyakit apapun termasuk HIV/AIDS. Dilakukan

juga pemeriksaan fisik seperti tanda-tanda vital, Leopold dan denyut jantung janin

(DJJ), pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium jika ditemukan indikasi

Menurut Depkes RI (2010), pada saat memberikan asuhan bagi ibu

bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya

masalah atau penyulit. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ada indikasi

yang tertera pada lembar penapisan. Jadi berdasarkan kasus Ny “V” dan teori

yang ada tidak ada kesenjangan.

Persalinan pada Ny. “V” berlangsung tanggal 08 Februari 2017 dengan

usia kehamilan 39 minggu . Kala I dimulai pukul 02.00 WIB dengan hasil

Page 181: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

162

pemeriksaan dalam (VT) dengan pembukaan 7 cm fase aktif dilatasi maksimal.

Ny. “V” mengatakan perutnya mulas dan kenceng-kenceng sejak tanggal 07

Februari 2017 pukul 10.00 WIB. Kemudian pukul 03.00 WIB dilakukan

pemeriksaan dalam atas indikasi kala II, pembukaan menjadi lengkap (10 cm).

Menurut Sondakh, (2013) Kala I dimulai dari pembukaan nol sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8

jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 4

cm sampai 10 cm. Kala I berlangsung ±18 jam pada primigravida, sedangkan

pada multigravida ±8 jam. Lamanya kala I pada kasus Ny. “V” adalah 1 jam. Jadi

berdasarkan kasus dan teori yang ada terdapat kesenjangan karena pada kasus Ny.

“V” termasuk partus presipitatus dimana persalinan berlangsung cepat (kala I ke

kala II) yaitu mulai pukul 02.00-03.00 WIB.

Kala II jam 03.30 WIB bayi lahir spontan, langsung menangis, tonus otot

kuat dan kulit kemerahan. Kala II pada Ny. “V” berlangsung selama 30 menit.

Pertolongan persalinan pada Ny. “V” dilakukan dengan APN 58 langkah.

Menurut Sondakh (2013) lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan

pada multigravida 0,5-1 jam. Berdasarkan lama kala II pada Ny.“V” dan teori

yang ada mengalami kesenjangan karena pada teori dijelaskan bahwa lama kala II

pada primigravida yaitu 1,5-2 jam, sedangkan kasus Ny.”V” kala II berlangsung

selama 30 menit. Kemungkinan penyebab dari persalinan kala II yang

berlangsung sangat cepat yaitu adanya kontraksi yang terlalu kuat sehingga dapat

menyebabkan persalinan yang sangat cepat. Dalam proses persalinan harus

dilakukan sesuai dengan APN 58 langkah. Tujuan APN adalah menjaga

kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya , melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi

yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat

terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

Kala III jam 03.45 WIB plasenta lahir lengkap, panjang tali pusat ± 45 cm,

tebal plasenta ± 2,5 cm, diameter plasenta ± 18 cm, kotiledon ± 20, terdapat

laserasi derajat 2. Kala III pada kasus Ny. “V” berlangsung 15 menit.

Menurut Sondakh (2013) kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Berdasarkan kasus

Page 182: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

163

Ny.“V” tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dan teori yang ada dan

semuanya dalam batas normal selama proses pelepasan plasenta sesuai dengan

teori yang ada seperti terdapat semburan darah tiba-tiba, tali pusat bertambah

panjang, dan uterus globuler, dan uterus berkontrasi dengan baik, jumlah

perdarahan dalam batas normal.

Kala IV jam 04.15 WIB tanda-tanda vital (TTV) dalam batas normal,

tinggi fundus uteri (TFU) 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih

kosong, perdarahan pervaginam normal (±150 cc), perineum terdapat jahitan. kala

IV berlangsung selama 2 jam.

Menurut Sondakh (2013) gejala kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta

sampai 2 jam post partum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi

untuk deteksi dini adanya komplikasi karena perdarahan post partum paling sering

terjadi pada 2 jam pertama. Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal

adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka

sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya. Menurut

penulis perdarahan yang terjadinya pada Ny. “V” dalam batas normal karena <500

cc.

Kala I fase aktif pada Ny “V” dimulai dari pembukaan 7-10 cm petugas

melakukan observasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit, pembukaan, penurunan

kepala, air ketuban, moulage dan produksi urine dilakukan 2 kali, saat pasien

datang dan 1 jam setelah pemeriksaan pertama atas indikasi, tekanan darah, suhu

dan nadi dilakukan saat pasien datang.

Menurut Depkes RI, (2007) patograf adalah alat bantu untuk memantau

kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Pencatatan selama fase aktif persalinan yaitu informasi ibu (nama, umur, gravid,

para, abortus, tanggal dan waktu mulai dirawat serta waktu pecahnya selaput

ketuban), kondisi janin (DJJ setiap 30 menit, warna dan adanya air ketuban serta

penyusupan kepala janin), kemajuan persalinan (pembukaan serviks setiap 4 jam,

penurunan bagian kepala dan presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak),

jam dan waktu (waktu mulainya fase aktif), kontraksi setiap 30 menit (frekuensi

dalam 10 menit dan lamanya), obat dan cairan yang diberikan (oksitosin dan obat

lain serta cairan IV yang diberikan), kondisi ibu (nadi dan tekanan darah setiap 4

Page 183: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

164

jam, suhu dan produksi urine setiap 2 jam). Berdasarkan kasus pada Ny. “V”,

semua asuhan, pemantauan dan pemeriksaan yang diberikan sesuai dengan teori.

Asuhan persalinan yang telah diberikan kepada Ny. “V” secara

keseluruhan sudah memperhatikan prinsip pencegahan infeksi dengan cara

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa celemek, sandal tertutup, masker

dan penggunaan handschoon steril, penutup kepala dan kacamata google. Salah

satu upaya pencegahan infeksi yang lain berupa tempat yang bersih dan

menggunakan alat yang steril dengan tidak mengesampingkan prinsip steril.

Menurut Depkes RI, (2007) (2010), petugas harus memperhatikan prinsip

Pencegahan Infeksi (PI) berupa cuci tangan dengan air mengalir, melakukan

tehnik aseptik, dekontaminasi, sterilisasi, pembuangan sampah medis dan non

medis, serta menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek, sarung

tangan sterill, sepatu boot atau sepatu tertutup, penutup kepala, masker dan

kacamata google serta pertolongan persalinan sesuai dengan asuhan persalinan

normal dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

5.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Pada Ny. “V” P10001 telah dilakukan 4 kali kunjungan nifas yaitu pada nifas

6 jam tanggal 08 Februari 2017, nifas hari ke 4 tanggal 12 Februari 2017, nifas

hari ke 15 tanggal 23 Februari 2017 dan nifas hari ke 29 tanggal 09 Maret 2017.

Menurut Depkes RI (2010), kunjungan nifas minimal sebanyak 4 kali yaitu

kunjungan pertama pada 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan untuk mencegah

perdarahan masa nifas karena persalinan, mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu

atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri. Kunjungan kedua pada hari ke-4 sampai hari ke-14 setelah

persalinan untuk memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, evaluasi

adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup

makan, minum dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak

ada tanda adanya penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal yang

berkaitan dengan asuhan pada bayi. Kunjungan ke tiga pada hari ke-15 sampai

hari ke-28 setelah persalinan dan kunjungan ke empat pada hari ke-29 sampai hari

ke-42 setelah persalinan untuk menanyakan penyulit yang ada, memberikan

Page 184: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

165

konseling KB secara dini. Berdasarkan kasus Ny. “V” tidak ditemukan adanya

kesenjangan dengan teori yang ada.

Mahasiswa melakukan pemeriksaan dalam setiap kunjungan yaitu berupa

pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan involusi uteri, pengeluaran

lochea dan pengeluaran pervaginam, pemeriksaan payudara dan pengeluaran ASI,

koseling KB.

Menurut Depkes RI (2010), pelayanan yang diberikan pada kunjungan nifas

yaitu dilakukan pemeriksaan TTV, pemeriksaan involusi uteri, pengeluaran lochea

dan pengeluaran pervaginam, pemeriksaan payudara dan pengeluaran ASI,

pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera

setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A

pertama, konseling KB pasca salin. Berdasarkan kasus Ny. “V” pemeriksaan

sudah sesuai dengan teori dan tidak di temukan kesenjangan. Semua hasil

pemeriksaan didapatkan dalam batas normal seperti pada pemeriksaan TTV, TFU,

dan pemeriksaan lochea dalam batas normal.

Hasil pemeriksaan pada 6 jam post partum tanggal 08-02-2017 jam 10.00

WIB didapatkan hasil pemeriksaan ibu merasa perutnya masih mulas, TTV dalam

batas normal, colostrum sudah keluar, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±60 cc, lochea rubra. Kunjungan kedua

4 hari post partum tanggal 12-02-2017 jam 16.00 WIB didapatkan hasil

pemeriksaan TTV dalam batas normal, pengeluaran ASI tidak lancar, TFU 3 jari

di bawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan ±40 cc, lochea sanguinolenta.

Kunjungan ketiga minggu kedua post partum (hari ke-15) tanggal 23-02-2017 jam

09.00 WIB ibu tidak mengeluh apapun, TTV dalam batas normal, pengeluaran

ASI tidak lancar, TFU tidak teraba, lochea serosa dan kunjungan ke empat

minggu ke lima post partum (hari ke-29) tanggal 09-03-2017 jam 16.00 WIB

didapatkan hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, pengeluaran ASI tidak

lancar, TFU tidak teraba, lochea sudah tidak keluar.

Menurut Saifuddin (2010), bayi lahir TFU setinggi pusat, uri lahir 2 jari

dibawah pusat, satu minggu TFU pertengahan pusat sympisis, dua minggu TFU

tidak teraba di atas sympisis, lima minggu TFU bertambah kecil. Berdasarkan

Page 185: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

166

kasus Ny. “V” TFU minggu ke lima sudah seperti normal karena mobilisasi dan

kontraksi ibu baik, maka tidak ditemukan kesenjangan dengan teori.

Hasil pemeriksaan lochea pada Ny. “V” yaitu lochea hari pertama (6 jam

post partum) lochea rubra, hari ke 4 lochea sanguinolenta, minggu kedua (hari

ke-15) lochea alba, minggu ke lima (hari ke-29) lochea sudah tidak keluar.

Menurut Nugroho (2014), lochea rubra (cruenta) yaitu lochea yang berisi

darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium terjadi selama 2 hari post partum, lochea sanguinolenta berwarna

kuning berisi darah dan lendir terjadi pada hari 3-7 post partum, lochea serosa

berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi terjadi pada hari ke 7-14 post partum,

lochea alba cairan putih yang terjadi setelah 2 minggu. Lochea purulenta

merupakan lochea yang terjadi karena infeksi, cairan yang keluar seperti nanah

berbau busuk. Lochea statis yaitu lochea tidak lancar keluarnya. Berdasarkan

kasus pada Ny. “V” tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori yang ada

TFU minggu ke enam sudah seperti normal karena mobilisasi dan kontraksi ibu

baik, serta pengeluaran lochea dalam batas normal dan tidak ditemukan temuan

yang abnormal dan semua hasil pemeriksaan dalam batas normal.

5.4 Asuhan Kebidanan Pada BBL dan Neonatus

Bayi Ny. ”V” lahir pada tanggal 08 Februari 2017 Pukul 03.30 WIB bayi

lahir spontan langsung menangis, kulit kemerahan, tonus otot kuat, jenis kelamin

perempuan, berat lahir 3400 gram, panjang badan 52 cm, tidak ada cacat bawaan.

Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan

panjang badan sekitar 48-55 cm. Berdasarkan kasus pada bayi Ny. “V” tidak

ditemukan kesenjangan dengan teori. Hasil pemeriksaan dalam batas normal

seperti berat badan dan tinggi badan bayi serta tidak ditemukan kelainan-kelainan

pada bayi.

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir yaitu melakukan penilaian

dengan cepat dan hasilnya normal, langsung meletakkan bayi diatas perut ibu dan

mengeringkan, menutupi tubuh bayi, kemudian memotong dan mengikat tali

pusat. Setelah itu mengganti kain yang bersih dan kering kemudian dilakukan

IMD. Sebagai upaya profilaksis diberikan salep mata antibiotika dan vitamin K

Page 186: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

167

untuk mencegah terjadinya perdarahan setelah IMD selesai. Satu jam kemudian

bayi dalam keadaan sehat dan diberi imunisasi Hb0 dan bayi dapat menyusu

dengan baik.

Menurut Depkes RI (2010), Asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir

adalah bebaskan jalan nafas, mengeringkan tubuh bayi, memotong dan mengikat

tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI awal dengan cara IMD,

pencegahan infeksi, pemberian salep mata, vitamin K serta imunisasi Hb0.

Berdarasarkan kasus pada bayi Ny. “V” tidak ditemukan kesenjangan dengan

teori.

Mahasiswa telah melakukan kunjungan neonatus pada bayi Ny.”V”

sebanyak 3 kali yaitu pada 6 jam pertama pada tanggal 08 Februari 2017, hari ke-

4 pada tanggal 12 Februari 2017 dan hari ke-15 pada tanggal 23 Februari 2017.

Menurut Depkes RI (2010), kunjungan pada neonatus minimal 3 kali yaitu

pada kunjungan pertama usia 6 jam sampai 2 hari, kunjungan kedua hari ke-3

sampai hari ke-7 setelah lahir, kunjungan ketiga pada hari ke-8 sampai hari ke-28

setelah lahir. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan pada bayi

atau bayi mengalami masalah kesehatan dan memastikan bahwa bayi dalam

keadaan sehat pada saat bayi pulang. Berdasarkan kasus bayi Ny.“V” dan teori

tidak ditemukan kesenjangan.

Asuhan yang diberikan pada setiap kunjungan mengikuti Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM) yaitu pemantauan tanda infeksi, penambahan berat

badan, masalah dalam pemberian ASI, untuk memastikan tidak ada tanda bahaya

dan komplikasi pada Neonatus. Pada kunjungan hari ke-6 tali pusat sudah lepas,

perawatan tali pusat baik sehingga tali pusat lepas pada waktunya dan tidak terjadi

infeksi. Edukasi pada keluarga telah diberikan tentang pentingnya imunisasi dasar

lengkap, sebagai perlindungan dasar daya tahan tubuhnya terhadap penyakit

seperti TBC, polio, difteri, tetanus, hepatitis dan meninigitis serta mencegah

penyakit campak.

Menurut Muslihatun (2010), manjemen Terpadu Bayi Muda (usia 1 hari

sampai 2 bulan) meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi,

pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut. Dalam manajemen

Page 187: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

168

terpadu bayi muda ini, dilakukan pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang

lazim terjadi pada bayi muda, antara lain adanya kejang, gangguan nafas, saluran

cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

Berdasarkan kasus Ny. “V” tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dan teori.

Bayi Ny.”V” telah mendapatkan pemeriksaan MTBM dan setelah dilakukan

pemeriksaan didapatkan hasil yang normal.

5.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana (KB)

Mahasiswa telah melakukan asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana

(KB) pada Ny. “V” dengan memberikan konseling macam-macam alat

kontrasepsi serta efek samping pada masing-masing alat kontrasepsi sebanyak dua

kali yaitu pada tanggal 08 Februari 2017 dan pada tanggal 09 Maret 2017. Ny.

“V” telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan, dan Ny. “V” memutuskan

untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun dengan alasan tidak ingin

mengalami penambahan berat badan karena pengaruh kontrasepsi hormonal dan

lebih memilih untuk menggunakan kontrasepsi alami yaitu coitus interuptus.

Page 188: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

169

BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil laporan

tugas akhir yang dilakukan di BPM Bidan “R” Kabupaten Bondowoso yang

dimulai pada tanggal 03 Februari 2017 sampai 08 Februari 2017.

6.1.1 Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Trimester III

Pada masa kehamilan Ny. “V” melakukan ANC secara teratur sesuai

dengan referensi yang menyatakan bahwa kunjungan antenatal dilakukan minimal

4 kali selama kehamilan. Pada masa kehamilan Ny. “V” berjalan dengan baik,

tidak ada keluhan yang bersifat abnormal, Ny. “V” mengeluh keputihan tetapi hal

tersebut merupakan hal yang fisiologis dan dapat diatasi dengan baik. Serta tidak

terdapat kesenjangan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.

6.1.2 Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Asuhan persalinan pada Ny. “V” usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I

fase aktif dengan persalinan normal, tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan ibu

dan janin baik. Bayi lahir secara spontan, plasenta lahir spontan lengkap

dilakukan sesuai dengan asuhan persalinan normal, tidak ada kesenjangan dalam

melakukan asuhan pada persalinan, ibu dan bayi lahir tanpa ada penyulit maupun

komplikasi dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

6.1.3 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Pada masa nifas Ny. “V” terdiri dari 4 kali kunjungan yaitu 6 jam post

partum, 4 hari post partum, 2 minggu (hari ke-15) post partum dan 5 minggu (hari

ke-29) post partum. Selama masa nifas Ny. “V” tidak mengeluh perdarahan dan

infeksi yang ditandai dengan tidak ada keluarnya lochea yang berlebihan dan tidak

berbau, pada payudara tidak ada kelainan, tidak ada infeksi ataupun bendungan

ASI, masa involusi dan penurunan fundus uteri pada Ny. “V” berlangsung dengan

baik dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

6.1.4 Asuhan kebidanan pada neonatus

Bayi lahir tanggal 08-02-2017 pukul 03.30 WIB, spontan, hidup, langsung

menangis, bernafas spontan, tonus otot positif, kulit berwarna merah muda, jenis

Page 189: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

170

kelamin perempuan, berat badan 3400 gram, panjang badan 51 cm, bayi dalam

keadaan sehat. Pada bayi baru lahir terdapat 3 kali kunjungan yaitu pada 6 jam, 4

hari, dan 15 hari. Pada bayi baru lahir tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus

6.1.5 Asuhan kebidanan KB

Mahasiswa telah melakukan asuhan kebidanan akseptor KB pada Ny.“V”

dengan memberikan konseling macam-macam alat kontrasepsi serta efek samping

yang terjadi pada masing-masing alat kontrasepsi sebanyak dua kali yaitu pada

tanggal 08 Februari 2017 dan tanggal 09 Maret 2017. Hasil yang didapatkan

Ny.“V” tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun karena tidak ingin mengalami

penambahan berat badan karena pengaruh kontrasepsi hormonal dan lebih

memilih menggunakan kontrasepsi alami yaitu coitus interuptus.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi tempat praktek

Diharapkan sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di bidan praktek

mandiri mampu lebih meningkatkan kesehatan masyarakat misalnya dengan

melakukan pengkajian yang mendetail terutama dalam menanyakan tentang Hari

Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu, mengadakan kelas ibu hamil, dan penyuluhan

pada masyarakat agar masyarakat selalu memeriksakan kesehatannya pada tenaga

kesehatan.

6.2.2 Bagi institusi

Diharapkan sebagai institusi yang berperan dalam mencetak tenaga

kesehatan dan melayani masyarakat khususnya bidan, mampu memantau

kemampuan praktek yang dimiliki oleh mahasiswa agar memperoleh kelulusan

yang berkompeten dalam bidangnya.

6.2.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat

khususnya klien dan keluarga, dapat mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai

dengan standar dan mutu secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas,

neonatus, dan Keluarga Berencana (KB).

Page 190: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

171

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, dkk. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Amru, Sofian. Rustam mochtar (2013). Sinopsis obstetri jilid III. Jakarta: EGC

Andarmoyo, sulistyo. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta:

Ar-rusmedia

Asrinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Departemen Kesehatan RI. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-

KR

Departemen Kesehatan RI. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-

KR

Departemen Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat

Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: DEPKES RI

Departemen Kesehatan RI. (2016). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat

Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: DEPKES RI

Departemen Kesehatan RI. M,(2010). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-

KR

Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. (2016). Data PWS-KIA Kabupaten

Bondowoso. Bondowoso: DINKES Kabupaten Bondowoso

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur, Surabaya: DINKES Provinsi Jawa Timur

Hutahaean, Serri. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

Muslihatun dkk. (2009). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Page 191: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

172

Muslihatun dkk. (2010). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Pengurus pusat IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus

Pusat IBI

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Rochmah, dkk. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC

Rukiyah, Ai yeyeh. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV

Trans Info Medika

Saifuddin, Abdul Bari dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sondakh, Jenny. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta: Erlangga

Suherni, dkk. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:

Salemba Medika

Sulistyawati, Ari. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba

Medika

Taufan, Nugroho, dr. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb3).

Yogyakarta: Nuha Medika

Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Page 192: ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF CONTINUITY ... - Neliti

173

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1. Jakarta : EGC

Wulandari, Setyo Retno dan Handayani, Sri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa

Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. (2015). Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Timur 2014. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Bersumber dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/profil

/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/15_Jatim_2014.pdf (diakses tanggal 10

Februari 2017)

Bahiyatun. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Bersumber

dari:https://books.google.co.id/books?Bahiyatun.+(2009).+Asuhan+Kebida

nan+Nifas+Normal.+Jakarta:+EGC=Bahiyatun.(2009).asuhanKebidananNif

asNormal.JakartaEGC (diakses tanggal 12 Februari 2017)

Nur firaya, Tevrilya dkk. (2012). Hubungan Sikap Bidan Tentang Pemeriksaan

14T Dengan Deteksi Dini Resiko Tinggi Kartu Skor Poedji Rochjati Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kademangan Kabupaten Blitar Tahun 2012,

jurnal ilmiah ilmu kebidanan. Edisi 3. Vol. I, Januari 2013 : 1-5.

Tulungagung (di akses tanggal 12 Februari 2017)

Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Bersumber dari:

https://books.google.co.id/books?=Syafrudin.+(2009).+Kebidanan+Komuni

tas.+Jakarta:+EGCSyafrudin.(2009).KebidananKomunitas.JakartaEGC

(diakses tanggal 12 Februari 2017)