Page 1
i
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
CONTINUITY OF CARE/COC
PADA NY “V” DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN “R” KECAMATAN “T” KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2017
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
Dwi Mika Endriana
NIM.14.01.0264
AKADEMI KEBIDANAN
DHARMA PRAJA BONDOWOSO
2017
Page 2
ii
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
CONTINUITY OF CARE/COC
PADA NY “V” DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN “R” KECAMATAN “T”
KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2017
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan Dharma Praja
Oleh :
Dwi Mika Endriana
NIM.14.01.0264
AKADEMI KEBIDANAN
DHARMA PRAJA BONDOWOSO
2017
Page 7
vii
RINGKASAN
Dwi Mika Endriana
Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/COC) pada Ny.”V” di BPM Bidan “R” Kecamatan “T” Kabupaten Bondowoso. Program studi D-III
Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Indonesia saat
ini. Berdasarkan hasil data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bondowoso
Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015 mencapai 19 orang atau
187,95/100.000/kelahiran hidup dan tahun 2016 sebanyak 20 orang atau 195,81
per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 yaitu
167 bayi atau 16,52/1000/kelahiran hidup dan tahun 2016 178 bayi atau 17,42 per
1.000 kelahiran hidup. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi AKI dan AKB
adalah menggunakan asuhan Contunuity of Care (CoC) dimana klien dan tenaga
kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara
berlanjut menuju pelayanan yang berkualitas, biaya perawatan yang efektif.
Metode yang dilakukan pada laporan tugas akhir ini adalah metode pendekatan
studi kasus dimana penulis mengumpulkan data dan mendeskripsikan proses
asuhan kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) pada
ibu hamil trimester III, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana (KB)
melalui pendekatan SOAP. Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada
Ny.”V” selama kehamilan tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, namun pada asuhan persalinan ditemukan kesenjangan antara teori dan
kasus, tetapi pada asuhan nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana semua
dalam batasan normal.
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan Pendidikan Akademik dalam
menyelesaikan program D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Dharma Praja
Bondowoso.
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :
1. Bapak Mohammad Jupri, S.Kom selaku Direktur Akademi Kebidanan Dharma
Praja Bondowoso yang telah memberikan ijin menyusun Laporan Tugas Akhir
ini.
2. Ibu Novita Sari Eka Diantini, SST, M.Keb selaku Pembantu Direktur I
Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso yang telah memberikan
kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Tri Yuni Kuswandari, SST, M.Kes selaku Ketua Penguji yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Ratna Puspitasari, SST, M.PH selaku Pembimbing I dan Ibu Rubiah,
S.Tr.Keb selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta
petunjuk yang sangat berharga bagi penulis dari awal hingga akhir penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
5. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu hingga terselesainya Laporan Tugas Akhir ini.
Besar harapan kami semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi penulis
selanjutnya dan juga diharapkan mampu mencapai tujuan yaitu memberikan
konstribusi bagi kemajuan program kesehatan. Namun demikian penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, untuk
menyempurnakannya.
Penulis
Page 9
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v
RINGKASAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN, SIMBOL DAN ISTILAH.............................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 3
1.3.1 Tujuan umum ............................................................. 3
1.3.2 Tujuan khusus ............................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................. 3
1.4.1 Manfaat teoritis .......................................................... 3
1.4.2 Manfaat praktis .......................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan .......................................................... 5
2.1.1 Pengertian ..................................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi usia kehamilan............................................ 5
2.1.3 Etiologi pada masa kehamilan ...................................... 5
2.1.4 Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil ....... 6
Page 10
x
2.1.5 Perubahan psikologis pada ibu hamil ........................... 11
2.1.6 Kebutuhan ibu hamil .................................................... 11
2.1.7 Masalah dan Ketidaknyamanan .................................... 18
2.1.8 Tanda Bahaya/Komplikasi ibu dan janin ..................... 21
2.1.9 Pelayanan Antenatal ..................................................... 26
2.1.10 Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) ............................. 27
2.1.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan ......... 30
2.2 Konsep Dasar Persalinan........................................................... 39
2.2.1 Pengertian ..................................................................... 39
2.2.2 Etiologi ......................................................................... 39
2.2.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi persalinan ............. 41
2.2.4 Tanda–tanda persalinan ................................................ 42
2.2.5 Tahapan persalinan ....................................................... 43
2.2.6 Kebutuhan pada masa persalinan ................................. 47
2.2.7 Masalah dan Penanganan ............................................ 48
2.2.8 Komplikasi dan penanganan ....................................... 49
2.2.9 Asuhan persalinan normal ........................................... 55
2.2.10 Pendokumentasian ........................................................ 60
2.2.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada persalinan ......... 62
2.3 Konsep Dasar Nifas................................................................... 71
2.3.1 Pengertian ..................................................................... 71
2.3.2 Tahapan masa nifas ...................................................... 71
2.3.3 Tujuan masa nifas ......................................................... 72
2.3.4 Perubahan fisiologis masa nifas ................................... 72
2.3.5 Perubahan psikologi masa nifas ................................... 78
2.3.6 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas ......................... 79
2.3.7 Tanda- tanda bahaya pada masa nifas .......................... 81
2.3.8 Deteksi dini komplikasi pada masa nifas ..................... 81
2.3.9 Kunjungan pada masa nifas .......................................... 82
2.3.10 Proses laktasi dan menyusui ......................................... 83
2.3.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada masa nifas ........ 84
Page 11
xi
2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir ................................................. 87
2.4.1 Pengertian ..................................................................... 87
2.4.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal .................................... 87
2.4.3 Kebutuhan pada bayi baru lahir ................................... 88
2.4.4 Pelayanan kesehatan neonatus ...................................... 90
2.4.5 Manejemen Terpadu Bayi Muda ................................. 91
2.4.6 Masalah, Komplikasi dan Penanganan ........................ 91
2.4.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada Neonatus .......... 95
2.5 Konsep Dasar KB ...................................................................... 99
2.5.1 Pengertian ..................................................................... 99
2.5.2 Tujuan program KB...................................................... 99
2.5.3 Manfaat KB .................................................................. 99
2.5.4 Kebutuhan pada calon akseptor KB ............................. 99
2.5.5 Penapisan klien ............................................................. 101
2.5.6 Metode kontrasepsi....................................................... 102
2.5.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada akseptor KB ..... 108
BAB 3 METODE PENDEKATAN STUDI KASUS
3.1 Jenis Pendekatan .................................................................... 110
3.2 Kerangka Operasional ............................................................ 111
3.3 Subjek Studi Kasus ................................................................ 112
3.4 Fokus Studi ............................................................................ 112
3.5 Definisi Operasional Fokus Studi .......................................... 112
3.6 Kriteria Subjek ....................................................................... 113
3.7 Instrumen Penelitian .............................................................. 113
3.8 Lokasi dan Waktu Studi Kasus .............................................. 113
3.9 Metode Pengumpulan Data .................................................... 114
3.10 Etika Studi Kasus ................................................................... 114
BAB 4 LAPORAN PELAKSANAAN
4.1 Asuhan kebidanan pada Kehamilan ....................................... 115
4.2 Asuhan kebidanan pada Persalinan ........................................ 128
Page 12
xii
4.3 Asuhan kebidanan pada Masa Nifas ...................................... 136
4.4 Asuhan kebidanan pada Neonatus ......................................... 146
4.5 Asuhan kebidanan pada Akseptor KB ................................... 156
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Asuhan kebidanan pada Kehamilan Trimester III ................. 158
5.2 Asuhan kebidanan pada Persalinan ........................................ 161
5.3 Asuhan kebidanan pada Masa Nifas ...................................... 164
5.4 Asuhan kebidanan pada Neonatus ......................................... 166
5.5 Asuhan kebidanan pada Akseptor KB ................................... 168
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 169
6.2 Saran ...................................................................................... 170
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 171
LAMPIRAN ............................................................................................... 174
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Menurut Perubahan per tiga jari ............. 7
Tabel 2.2 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)................................................ 17
Tabel 2.3 Masalah dan Ketidaknyamanan Hamil .................................... 18
Tabel 2.4 Asuhan Persalinan Normal ....................................................... 55
Tabel 2.5 Penapisan Persalinan ................................................................ 61
Tabel 2.6 Tinggi Fundus Uteri & Berat Uterus Menurut Masa Involusi . 72
Tabel 2.7 Kebutuhan Tidur Bayi .............................................................. 90
Tabel 2.8 Jadwal Imunisasi ...................................................................... 90
Tabel 2.9 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Non Operatif ................ 101
Page 14
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Operasional ........................................................ 111
Page 15
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal penyusunan LTA ...................................................... 174
Lampiran 2 Curiculum vitae .................................................................... 175
Lampiran 3 Permohonan ijin studi kasus................................................ 176
Lampiran 4 Surat ijin dari Bakesbang .................................................... 177
Lampiran 5 Surat ijin dari Dinas Kesehatan ........................................... 178
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden............................ 179
Lampiran 7 Lembar Persetujuan (Informed Consent) ............................ 180
Lampiran 8 Pernyataan Kesediaan Pembimbing I.................................. 181
Lampiran 9 Pernyataan Kesediaan Pembimbing II ................................ 182
Lampiran 10 Identitas Ibu ......................................................................... 184
Lampiran 11 Rencana Persalinan ............................................................. 185
Lampiran 12 Lembar Kartu Skor Poedji Rochdjati (KSPR) .................... 186
Lampiran 13 Catatan Pemeriksaan Ibu Hamil .......................................... 188
Lampiran 14 Catatan Kesehatan Ibu Bersalin .......................................... 190
Lampiran 15 Lembar penapisan persalinan .............................................. 191
Lampiran 16 Lembar Partograf ................................................................ 192
Lampiran 17 SOP 58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) ........... 194
Lampiran 18 Catatan Kesehatan Ibu Nifas ............................................... 200
Lampiran 19 Pelayanan KB Ibu Nifas ...................................................... 201
Lampiran 20 Keterangan Lahir ................................................................. 202
Lampiran 21 Catatan Imunisasi ................................................................ 203
Lampiran 22 Catatan Kesehatan Bayi Baru Lahir .................................... 204
Lampiran 23 Lembar MTBM Bayi Usia 6 Jam ........................................ 205
Lampiran 24 Lembar MTBM Bayi Usia 4 Hari ....................................... 207
Lampiran 25 Lembar MTBM Bayi Usia 15 Hari ..................................... 209
Lampiran 26 Lembar Persetujuan Pelayanan Kontrasepsi ....................... 211
Lampiran 27 Dokumentasi foto ................................................................ 212
Lampiran 28 Lembar Konsultasi Pembimbing I ...................................... 218
Lampiran 29 Lembar Konsultasi Pembimbing II ..................................... 220
Page 16
xvi
Lampiran 30 Lembar Revisi Penguji Utama ........................................... 221
Lampiran 31 Lembar Revisi Penguji I...................................................... 222
Lampiran 32 Lembar Revisi Penguji II .................................................... 223
Page 17
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
Daftar Singkatan
AIDS = Acqyuired Immuno Deficiency Syndrome
AKBa = Angka Kematian Balita
AKDR = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKB = Angka Kematian Bayi
AKI = Angka Kematian Ibu
APN = Asuhan Persalinan Normal
APGAR = Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
ANC = Antenatal Care
ASI = Air Susu Ibu
ASKES = Asuransi Kesehatan
ATS = Anti Tetanus Serum
BAB = Buang Air Besar
BAK = Buang Air Kecil
BB = Berat Badan
BBL = Bayi Baru Lahir
BBLR = Berat Bayi Lahir Rendah
BTA = Bakteri Tahan Asam
BPM = Bidan Praktek Mandiri
BPJS = Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
COC = Continuity of Care
CO2 = Karbon Dioksida
CPD = Cephalopelvic Disproportion
Dinkes = Dinas Kesehatan
CVA = Cerebrovascular Accident
DHA = Decosa Heksanoid Acid
DJJ = Denyut Jantung Janin
DM = Diabetes Mellitus
DMPA = Depot Medroxy Progesterone Asetat
DTT = Desinfeksi Tingkat Tinggi
Page 18
xviii
Gebrak = Gerakan Bersama Amankan Kehamilan
GGK = Gagal Ginjal Kronis
Hb = Hemoglobin
HCG = Human Chorionic Gonadotropin
HIV = Human Immunodeficiency
HPHT = Hari Pertama Haid Terakhir
HPP = Hemorrarghia Post Partum
ICU = Intensive Care Unit
IM = Intra Muskular
IMS = Infeksi Menular Seksual
ISK = Infeksi Saluran Kencing
IUFD = Intra Uterin Fetal Date
Kemenkes = Kementrian Kesehatan
KB = Keluarga Berencana
KIA = Kesehatan Ibu dan Anak
KIE = Komunikasi Informasi dan Edukasi
Kg = Kilogram
KN = Kunjungan
KPD = Ketuban Pecah Dini
KRR = Kehamilan Resiko Rendah
KRT = Kehamilan Resiko Tinggi
KRST = Kehamilan Resiko Sangat Tinggi
KSPR = Kartu Skor Poedji Rochjati
LILA = Lingkar Lengan Atas
MAL = Metode Alamiah Laktasi
MDGs = Millenium Development Goals
MgSO4 = Magnesium Sulfate
mmHg = mili meter Hidro gram
NET-EN = Norethindrone Enanthate
O2 = Oksigen
P4K = Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
PNC = Perinatal Care
Page 19
xix
PONED = Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
PONEK = Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
PTT = Penegangan Tali Pusat Terkendali
RR = Respiration rate
SDGs = Sustainable Development Goals
SPK = Standar Pelayanan Kebidanan
TB = Tinggi Badan
TBC = Tuberkulosis
TD = Tekanan darah
TFU = Tinggi Fundus Uteri
TT = Tetanus Toxoid
TTV = Tanda-tanda Vital
Daftar Arti Simbol
< = kurang Dari
> = lebih dari
× = kali
± = kurang Lebih
% = persen
/ = atau
Daftar Istilah
cf. = compare
e.g = for example
etc = and so forth
Page 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Indonesia saat ini.
Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) melalui upaya tindak lanjut transisi Millenium
Development Goals (MDGs) menuju Sustainable Development Goals (SDGs).
Hingga akhir tahun 2015, Indonesia belum berhasil mencapai target MDGs salah
satunya yaitu Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102/100.000
kelahiran hidup dan Penurunan Angka Kematian Balita (AKBa) sebesar 23/1000
kelahiran hidup dan SDGs dimulai pada tahun 2016-2030 dengan terget untuk
AKI Indonesia pada tahun 2030 sebesar 70/100.000 kelahiran hidup (SDGs,
2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2015 yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab
utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi
(Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
tahun 2015, AKI di Provinsi Jawa Timur mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yang mencapai
93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tertinggi kematian ibu di Jawa
Timur tahun 2015 disebabkan oleh eklamsia yaitu sebesar 31% atau sebanyak 162
orang. Sedangkan penyebab paling kecil adalah infeksi sebesar 6% atau sebanyak
34 orang (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bondowoso mengalami
peningkatan dari tahun 2015 hingga tahun 2016. Angka Kematian Ibu (AKI)
tahun 2015 mencapai 19 orang atau 187,95 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun
2016 mencapai 20 orang atau 195,81 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
tingginya kematian ibu di Kabupaten Bondowoso tahun 2016 disebabkan oleh pre
eklamsi/eklamsi, perdarahan, CVA, serosis, infeksi, abortus, GGK, syok
hipovolemik, TBC, epilepsi. Pada tahun 2015 puskesmas Tenggarang tidak
Page 21
2
mengalami kasus kematian ibu sedangkan tahun 2016 puskesmas Tenggarang
menyumbang satu kematian ibu yang disebabkan karena pre eklamsia, dengan
jumlah kasus komplikasi kebidanan yang menempati urutan tertinggi di
Kabupaten Bondowoso yaitu 182 kasus (148%) yang terdiri dari KPD 24,3%,
abortus 13,1%, serotinus 12,1%, kelainan letak 11,2%, partus lama 9,2%, pre
eklamsi 7,3% HPP 5,8%, IUFD 3,9%, prematur 3,4%, HIV (3 kasus), lain-lain
9,7%. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bondowoso pada
tahun 2015 sebesar 167 bayi atau 16,52 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2016
sebesar 178 bayi atau 17,42 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
di Puskesmas Tenggarang pada tahun 2015 sebesar 13 kematian, mengalami
penurunan pada tahun 2016 yaitu sebesar 9 kematian (0-7 hari = 5 kematian, 1-12
bulan = 3 kematian) dan 1 kematian pada balita (Dinkes Kabupaten Bondowoso,
2016).
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi AKI dan AKB adalah menggunakan
asuhan Contunuity of Care (CoC) dimana klien dan tenaga kesehatan yang
kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara berlanjut menuju
pelayanan yang berkualitas, biaya perawatan yang efektif serta telah dilakukan
upaya penurunan AKI dan AKB yaitu dengan penempatan bidan di desa,
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan
Ibu dan Anak (Buku KIA), dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri
Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Perawatan dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit serta Gerakan
Bersama Amankan Kehamilan (GEBRAK) yang dilakukan di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2014.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat laporan tugas
akhir yang berisi Asuhan Kebidanan secara Continuity of Care pada ibu masa
hamil, bersalin, BBL, nifas, neonatus dan KB di BPM Ny. “R” agar proses
kehamilan sampai dengan proses ibu menggunakan kontrasepsi dapat terjadi
secara normal.
Page 22
3
1.2 Batasan Masalah
Dalam studi kasus ini, penulis membatasi pada ibu hamil trimester ketiga,
proses persalinan, nifas, bayi baru lahir, sampai pemakaian kontrasepsi setelah
masa nifas (42 hari) secara fisiologis di BPM Ny. “R” Kabupaten Bondowoso
dengan manajemen SOAP.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan, memdokumentasikan, dan
menganalisis Asuhan Kebidanan secara Continuity of Care pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan ibu KB, sesuai dengan manajemen
kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP di BPM Ny. “R” Kabupaten
Bondowoso.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan
manajemen Varney dan SOAP
2. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan manajemen
SOAP
3. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan manajemen
SOAP
4. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada neonatus dengan manajemen
SOAP
5. Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada akseptor KB dengan
manajemen SOAP
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan dan mendapatkan pengalaman serta dapat
menerapkan teori yang telah diterima dan didapat dalam perkuliahan ke dalam
kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar dan
mutu secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) pada ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, neonatus dan Keluarga Berencana (KB).
Page 23
4
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat khususnya klien dan keluarga, dapat
mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar pelayanan secara
komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) pada ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, neonatus dan Keluarga Berencana (KB).
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
pendidikan dan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya, serta referensi di
perpustakaan serta sebagai bahan bimbingan mahasiswi dalam penatalaksanaan
asuhan kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC)
pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, neonatus dan Keluarga Berencana
(KB).
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan
sesuai standar asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
neonates, dan KB.
Page 24
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2010) kehamilan merupakan suatu proses yang
alamiah dan fisiologis. Kehamilan dimulai dari penyatuan spermatozoa dan ovum,
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari penyatuan
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester dimana trimester pertama berlangsung dalam
12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40).
2.1.2 Klasifikasi usia kehamilan
Menurut Asrinah (2010) dalam buku berjudul Asuhan Kebidanan Masa
Kehamilan mengemukakan bahwa klasifikasi usia kehamilan :
1. Trimester pertama
Trimester pertama adalah 0–12 minggu
2. Trimester kedua
Trimester kedua adalah 13–27 minggu
3. Trimester ketiga
Trimester ketiga adalah 28–40 minggu
2.1.3 Etiologi pada masa kehamilan
Menurut Asrinah (2010) etiologi pada masa kehamilan yaitu :
1. Fertilisasi
Peristiwa bertemunya sperma dan ovum umumnya terjadinya di ampula
tuba. Pada hari 11–14 dalam siklus menstruasi, perempuan mengalami ovulasi,
yaitu peristiwa matangnya sel telur sehingga siap dibuahi. Pada saat fertilisasi
terjadi, spermatozoa dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitellus.
Ovum yang tidak memiliki kekuatan daya penggerak, digerakkan oleh silia dan
peristaltic kontraksi otot tuba. Pada saat ini serviks dipengaruhi oleh estrogen
mensekresi aliran mucus asam yang menarik spermatozoa. Saat berhubungan,
Page 25
6
sekitar 300 juta sperma tersimpan pada forniks vagina. Sperma yang mencapai
mucus serviks akan bertahan hidup lalu mendorong diri sendiri maju ke tuba
uterin, sementara sisanya dihancurkan oleh media asam vagina. Hanya pada
perjalanan inilah sperma akhirnya matang dan mampu melepaskan enzim
hialuronidase yang memungkinkan terjadinya penetrasi terhadap zona pelusia
serta membrane sel di sekitar ovum. Sperma dan ovum masing–masing
menyumbangkan setengah dari kromosom untuk membuatnya berjumlah 46.
Sperma dan ovum yang dibuahi disebut zigot. Baik sperma maupun ovum tidak
dapat bertahan lebih dari 2 sampai 3 hari dan pembuahan terjadi bila hubungan
seksual dilakukan 48 jam sebelum atau 24 jam setelah masa ovulasi.
Selanjutnya konsepsi akan berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya.
2. Implantasi
Masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma (vitellus)
membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum, yang berada dalam
keadaan metaphase. Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44
dalam bentuk otosom sedangkan lainnya sebagai pembawa tanda seks.
Perempuan selalu resesip dengan tanda seks kromosom X. Laki – laki memiliki
dua bentuk kromosom seks, yaitu kromosom X dan kromosom Y. Bila
spermatozoa kromosom X bertemu, terjadi jenis kelamin perempuan,
sedangkan bila kromosom seks Y bertemu, terjadi jenis kelamin laki – laki.
Itulah sebabnya mengapa perempuan tidak dapat dipersalahkan dengan jenis
kelamin bayi yang lahir, karena yang menentukan jenis kelamin adalah suami.
2.1.4 Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil
Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil menurut Hutahaean (2013)
dalam bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu :
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
1) Berat naik 20 x 50 gram
2) Volume 10 ml
3) Pembesaran uterus karena pengaruh estrogen adalah hyperplasia dan
hipertrofi jaringan otot uterus.
Page 26
7
4) Kontraksi Braxton hicks terjadi pada minggu ke–6 dengan
teregangnya uterus karena pengaruh estrogen dan progesterone.
5) Posisi uterus bergeser ke kanan dan teraba pada usia 12 minggu.
6) Pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus uteri ibu hamil dapat
ditafsirkan secara kasar.
Tabel 2.1 TFU Menurut Perubahan Per Tiga Jari
Umur
kehamilan
(minggu)
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari diatas sympisis
16 Pertengahan sympisis–pusat
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat–Prosesus Xiphoideus (PX)
36 3 jari di bawah Prosesus Xiphoideus (PX)
40 Pertengahan pusat–Prosesus Xiphoideus (PX)
Sumber : Amru Sofian, 2013
b. Serviks
a) Serviks terdapat tanda–tanda chadwick, goodell, dan mucus plug
b) Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi dan pelunakan (tanda
hegar).
c) Lendir serviks meningkat seperti gejala keputihan.
c. Ovarium
Fungsi ovarium diambil alih oleh placenta terutama fungsi produksi
progesterone dan estrogen pada usia kehamilan 16 minggu tidak terjadi
kematangan ovum selama kehamilan.
2. Payudara
a. Payudara menjadi lebih besar, kenyal dan terasa tegang.
b. Areolla mengalami hiperpigmentasi.
c. Glandula montgometri makin tampak.
d. Papila mamae makin membesar/menonjol.
e. Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolactin belum berfungsi.
3. Vulva
Vulva mengalami hipervaskularisasi karena pengaruh progesteron dan
estrogen berwarna kebiruan (tanda chadwick).
Page 27
8
4. Perubahan sistem musculoskeletal
Perubahan sistem musculoskeletal pada ibu hamil menurut Hutahaean
(2013) dalam bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu :
a. Pembesaran payudara dan rotasi anterior panggul memungkinkan untuk
terjadinya lordosis.
b. Ibu sering mengalami nyeri di bagian punggung dan pinggang karena
mempertahankan posisi stabil, beban meningkat pada otot punggung dan
kolumna vertebratae.
c. Adaptasi musculoskeletal
1) Pengaruh hormonal
a) Relaksasi persendian karena pengaruh hormone relaksin.
b) Mobilitas dan pliabilitas (pelunakan) meningkat pada sendi sacro
iliaca. Sacro iliaca dan pelvis untuk persiapan persalinan.
2) Pengaruh mekanik
a) Peningkatan berat badan karena pembesaran uterus
b) Perubahan postur
c) Diastasis recti
d) Sindrom carpal tunnel
e) Relaksasi dan hipermobilitas sendi pada masa hamil kembali stabil
dan ukuran sama dengan sebelum hamil kecuali pada kaki.
5. Sistem respirasi
Sistem respirasi pada ibu hamil menurut Hutahaean (2013) dalam
bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu kebutuhan oksigen 15–
20%. Diafragma terdorong keatas hiperventilasi, pernafasan dangkal (20–
24x/menit) mengakibatkan penurunan komplikasi dada, volume residu dan
kapasitas paru serta terjadi peningkatan volume tidal. Oleh karena itu, sistem
respirasi selama kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan inspirasi dan
ekspirasi dalam pernapasan yang secara langsung juga mempengaruhi suplai
oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) pada janin.
a. Jika inspirasi meningkat, maka jumlah kebutuhan oksigen (O2) akan
meningkat (oksigen di arteri meningkat), sehingga suplai oksigen yang
sampai ke fetus meningkat.
Page 28
9
b. Jika ekspirasi meningkat, maka output karbondioksida (CO2) meningkat,
sehingga karbondioksida dalam darah maternal menurun yang selanjutnya
akan memudahkan transfer karbondioksida dari fetus kepada maternal.
Kesadaran ibu hamil akan kebutuhan nafas meningkat, namun beberapa
ibu mengeluh mengalami dyspnea saat istirahat akibat penekanan
diafragma.
6. Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pada ibu hamil menurut Hutahaean (2013) dalam
bukunya yang berjudul Perawatan Antenatal, yaitu :
a. Tekanan darah
Tekanan darah arteri (arteri brakialis) dipengaruhi oleh usia, posisi ibu,
kecemasan ibu, dan ukuran manset saat pengukuran tekanan darah. Posisi
ibu mempengaruhi hasil karena posisi uterus menghambat aliran balik
darah vena, dengan demikian curah jantung dan tekanan darah menurun.
Selama pertengahan masa hamil, tekanan sistolik dan diastolic menurun 5–
10 mmHg, kemungkinan hal ini disebabkan vasodilatasi perifer akibat
perubahan hormonal.
b. Volume dan komposisi darah
Volume darah meningkat sekitar 1.500 ml (dengan penambahan berat
badan 8,5–9 kg). Peningkatan terdiri atas 1.000 ml plasma dan 450 ml sel
darah merah. Terjadi sekitar minggu ke-10 sampai dengan minggu ke-12.
Peningkatan volume darah ini merupakan mekanisme protektif yang
penting untuk :
1) Sistem vaskular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus.
2) Hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau
telentang.
3) Mengganti darah yang hilang selama proses melahirkan.
c. Curah jantung
Curah jantung meningkat 30–50% pada minggu ke-32 kehamilan,
kemudian menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40. Peningkatan
curah jantung ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume sekuncup
Page 29
10
(stroke volume) dan merupakan respons terhadap peningkatan kebutuhan
O2 jaringan (nilai 5–5,5 l/menit).
d. Waktu sirkulasi dan koagulasi
Waktu sirkulasi sedikit menurun pada minggu ke-32 kehamilan.
Kecenderungan koagulasi lebih besar selama masa hamil akibat
peningkatan berbagai faktor pembekuan. Aktivitas fibrinolisis
(pemecahan/pelarutan bekuan darah) mengalami depresi selama masa
hamil sehingga ibu hamil cenderung rentan terhadap thrombosis.
7. Sistem endokrin
Sistem endokrin pada ibu hamil menurut Asrinah (2010) dalam
bukunya yang berjudul Asuhan kebidanan masa kehamilan yaitu :
a. Hormon placenta
Sekresi hormon placenta dan HCG dari placenta janin mengubah
organ endokrin secara langsung. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan
produksi globulin meningkatan dan menekan produksi tiroksin,
kortikosteroid dan steroid, dan akibatnya plasma yang mengandung
hormon-hormon ini akan meningkat jumlahnya.
b. Kelenjar tyroid
Dalam kehamilan, normalnya ukuran kelenjar tyroid akan
mengalami pembesaran kira–kira 13% akibat adanya hiperflasi dari
jaringan glandula dan peningkatan vaskularitas. walau kadang–kadang
mungkin menuju hipertyroid, fungsi tyroid biasanya normal.
8. Sistem perkemihan
Ureter membesar, tonus otot–otot saluran kemih menurun akibat
pengaruh esterogen dan progesterone. Kencing lebih sering (poliuria), laju
filtrasi meningkat hingga 60%-150%. Dinding saluran kemih bisa tertekan
oleh pembesaran uterus, namun ini dianggap normal.
9. Sistem pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan muntah.
Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung,
konstipasi, lebih sering lapar/perasaan ingin makan terus (mengidam), juga
Page 30
11
akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologi tertentu, terjadi
muntah–muntah banyak sampai lebih dari 10 kali (hiperemesis gravidarum).
10. Sistem integument
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi terjadi pada striae
gravidarum lividae atau alba, areolla mamae, papilla mamae, linea nigra,
cloasma gravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.
11. Berat badan
Peningkatan berat badan ibu hamil menandakan adanya adaptasi ibu
terhadap pertumbuhan janin. Menurut Asrinah (2010), perkiraan peningkatan
berat badan :
a. 4 kg dalam kehamilan 20 minggu
b. 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir)
c. Totalnya sekitar 12,5 kg
2.1.5 Perubahan psikologis pada ibu hamil
Perubahan psikologis pada ibu hamil menurut Sulistyawati (2009) dalam
bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan yaitu :
1. Perubahan psikologis trimester I (periode penyesuaian)
a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya.
b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan, baik
kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
c. Ibu akan selalu mencari tanda–tanda apakah ia benar–benar hamil. Hal ini
dilakukan sekadar untuk meyakinkan dirinya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan seksama.
e. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu
yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah
mungkin merahasiakannya.
f. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda–beda pada tiap wanita,
tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.
2. Perubahan psikologis trimester II (periode kesehatan yang baik)
a. Ibu merasa sehat,tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
Page 31
12
b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.
c. Merasakan gerakan anak.
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
e. Libido meningkat.
f. Menuntut perhatian dan cinta.
g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang
lain yang baru menjadi ibu.
i. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan
persiapan untuk peran baru
3. Perubahan psikologis trimester III (periode penantian dengan penuh
kewaspadaan)
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
f. Merasa kehilangan perhatian.
g. Perasaan mudah terluka atau sensitive.
h. Libido menurun.
2.1.6 Kebutuhan ibu hamil
Kebutuhan ibu hamil yaitu :
1. Kebutuhan energi atau nutrisi pada ibu hamil menurut Sulistyawati (2009)
yaitu :
a. Protein, ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak
68%, Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan untuk
menambah asupan protein menjadi 12% per hari atau 75–100 gram.
b. Zat besi, kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sebesar 300% (1.040
mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari
Page 32
13
asupan makanan ibu selama hamil melainkan perlu ditunjang dengan
suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi dapat diberikan sejak
minggu ke-12 kehamilan sebesar 30–60 gram setiap hari selama kehamilan
dan enam minggu setelah kelahiran untuk mencegah anemia postpartum.
Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan
pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat
mempengaruhi efektivitas penyerapan zat besi. Vitamin C dan protein
hewani merupakan elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat
besi, sedangkan kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat
(terkandung dalam kacang–kacangan) akan menghambat penyerapan zat
besi.
c. Asam folat, satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali
lipat selama hamil. Asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal
makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA,
pertumbuhan sel, dan pembentukan heme. Jika kekurangan asam folat
maka ibu dapat menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare,
depresi, lelah berat dan selalu mengantuk. Jenis makanan yang banyak
mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur berdaun hijau
(bayam, asparagus) dan kacang-kacangan (kacang kering, kacang kedelai).
Sumber lain adalah ikan, daging, buah jeruk, dan telur. Oleh karena asam
folat tidak stabil dalam pemanasan, maka dianjurkan untuk memakan
sayuran dalam keadaan mentah dengan dicuci sebelumnya agar sisa
pestisida dan cacing hilang.
d. Kalsium, metabolisme kalsium selama hamil mengalami perubahan yang
sangat berarti. Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic
sebanyak 5%. Oleh karena itu, asupan yang optimal perlu
dipertimbangkan. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahan,
udang, sarang burung, sarden dalam kaleng dan beberapa bahan makanan
nabati, seperti sayuran warna hijau tua dan lain-lain.
e. Air berfungsi untuk membantu sistem pencernaan makanan dan membantu
proses transfortasi. Selama hamil, terjadi perubahan nutrisi dan cairan pada
membran sel. Air menjaga keseimbangan sel, darah, getah bening, cairan
Page 33
14
vital tubuh lainnya. Air menjaga keseimbangan suhu tubuh, karena itu
dianjurkan untuk minum 6–8 gelas per hari.
2. Personal hygiene
Menurut Sulistyawati (2009), kebersihan tubuh harus dijaga selama
kehamilan. Perubahan anatomik pada perut, area genetalia/lipatan paha dan
payudara menyebabkan lipatan–lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah
terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung
pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub. Bagian tubuh lain
yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah vital, karena
saat hamil, biasanya terjadi pengeluaran secret vagina yang berlebih. Selain
mandi, mengganti celana dalam secara rutin minimal sehari dua kali sangat
dianjurkan.
3. Pakaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pakaian ibu hamil menurut
Sulistyawati (2009) dalam bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada
Masa Kehamilan yaitu :
a. Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat di daerah
perut.
b. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
c. Pakailah bra yang menyokong payudara.
d. Memakai sepatu dengan hak rendah.
e. Pakaian dalam harus selalu bersih
4. Eliminasi
Menurut Sulistyawati (2009), keluhan yang sering muncul pada ibu
hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering BAK.
Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesterone yang
mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus Selain itu,
desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambanhnya
konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama
ketika lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika
perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu
Page 34
15
sudah mengalami dorongan, segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi.
Sering buang air kecil merupakan keluhan yang umum dirasakan oleh
ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi
fisiologis. Ini terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus
yang mendesak kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan
pada trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan
pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi
keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena ada penyebab dehidrasi.
5. Seksual
Menurut Sulistyawati (2009), hubungan seksual selama kehamilan tidak
dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut :
a. Sering abortus dan kelainan premature
b. Perdarahan pervaginam
c. Coitus harus dilakukan dengan hati–hati terutama pada minggu pertama
kehamilan.
d. Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intrauteri.
6. Sikap tubuh yang baik (bodi mekanik)
Sikap tubuh yang baik menurut Sulistyawati (2009) dalam bukunya
yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan yaitu :
a. Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah
lordosis, karena tumpuan tubuh bergeser lebih ke belakang dibandingkan
sikap tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering muncul dari
perubahan ini adalah rasa pegal di punggung dan kram kaki ketika tidur
malam. Untuk mencegah dan mengurangi keluhan ini, dibutuhkan sikap
tubuh yang baik.
b. Pakailah sepatu dengan hak yang rendah/tanpa hak dan jangan terlalu
sempit.
c. Posisi tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan tegak lurus dan
pastikan beban terfokus pada lengan.
d. Tidur dengan posisi kaki ditinggikan
Page 35
16
e. Duduk dengan posisi punggung tegak
f. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi secara bergantian
untuk mengurangi ketegangan otot).
7. Senam hamil
Senam hamil bukan merupakan keharusan. Namun, dengan melakukan
senam hamil akan banyak memberi manfaat dalam membantu kelancaran
proses persalinan, antara lain dapat melatih pernapasan, relaksasi, menguatkan
otot–otot panggul dan perut, serta melatih cara mengejan yang benar. Tujuan
senam hamil yaitu memberi dorongan serta melatih jasmani dan rohani ibu
secara bertahap, agar ibu mampu menghadapi persalinan dengan tenang,
sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan mudah.
Menurut Asrinah (2010), dalam bukunya yang berjudul Asuhan
Kebidanan Masa Kehamilan mengemukakan bahwa manfaat senam hamil
secara teratur dan terukur yaitu sebagai berikut :
a. Memperbaiki sirkulasi darah.
b. Mengurangi pembengkakan.
c. Memperbaiki keseimbangan otot.
d. Mengurangi resiko gangguan gastro intestinal termasuk sembelit.
e. Mengurangi kram/kejang kaki.
f. Menguatkan otot perut.
g. Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan.
Senam hamil pada kehamilan normal dilakukan atas nasihat dari
dokter/bidan, dan dapat dimulai pada kehamilan kurang dari 16-38 minggu.
8. Istirahat
Menurut Sulistyawati (2009), dengan adanya perubahan fisik pada ibu
hamil, salah satunya beban berat pada perut, terjadi perubahan sikap tubuh.
Tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan. Oleh karena itu istirahat dan tidur
sangat penting bagi ibu hamil. Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan
periode istirahat, terutama saat hamil tua. Posisi terbaring miring dianjurkan
untuk meningkatkan perfusi uterin dan oksigenasi pada janin. Selama periode
istirahat yang singkat, seorang perempuan bisa mengambil posisi telentang
Page 36
17
dengan kaki disandarkan pada dinding untuk meningkatkan aliran vena dari
kaki dan mengurangi edema kaki serta varises vena.
9. Imunisasi
Menurut Sulistyawati (2009), imunisasi selama kehamilan sangat
penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan kematian
ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT)
yang dapat mencegah penyakit tetanus. Imunisasi TT pada ibu hamil harus
terlebih dahulu ditentukan status kekebalan/imunisasinya.
Selama kehamilan, bila ibu berstatus T0, hendaknya ia mendapatkan
minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 2 minggu, dan bila
memungkinkan, untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya).
Tabel 2.2 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Status Jenis Suntikan
TT
Interval
Waktu
Lama
Perlindungan
T0
Belum pernah
mendapatkan
suntikan TT
T1 TT1
T2 TT2 4 minggu
setelah TT1 3 tahun
T3 TT3 6 bulan setelah
TT2 5 tahun
T4 TT4
Minimal 1
tahun setelah
TT3
10 tahun
T5 TT5 1 tahun setelah
TT4
Seumur hidup
(25 tahun)
Sumber : Pengurus Pusat IBI, 2016
10. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Menurut Asrinah (2010), beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk
persalinan adalah sebagai berikut :
a. Biaya
Pendanaan yang memadai perlu direncanakan jauh sebelum masa
persalianan tiba. Dana bisa didapatkan dengan cara menabung, dapat
melalui arisan, tabungan ibu bersalin (tabulin), atau menabung di bank.
b. Penentuan tempat serta penolong persalinan
c. Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil keputusan jika terjadi
Page 37
18
komplikasi yang membutuhkan rujukan.
d. Baju ibu dan bayi serta perlengkapan bersalin lainnya.
e. Surat-surat fasilitas kesehatan (misalnya ASKES, jaminan kesehatan dari
tempat kerja, kartu sehat, BPJS, dll)
f. Pembagian peran ketika ibu berada di RS
Selain beberapa hal diatas, yang tak kalah penting untuk dipersiapkan dari
ibu adalah pemahaman akan tanda – tanda pasti datangnya persalinan.
11. Kesejahteraan janin
Menurut Asrinah (2010), kesejahteraan janin dalam kandungan perlu
dipantau secara terus menerus agar bila ada gangguan kandungan akan bisa
segera terdeteksi dan ditangani. Gerakan janin dalam 24 jam minimal
sebanyak 10 kali. Gerakan janin dirasakan dan dihitung oleh ibu sendiri.
2.1.7 Masalah dan Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil
Masalah dan ketidaknyamanan pada ibu hamil sebagai berikut :
Tabel 2.3 Masalah dan Ketidaknyamanan
Ketidak-
nyamanan
(keluhan)
Muncul
pada
UK
Penyebab Cara meringankan /
Mencegah
Sering
Buang Air
Kecil
(BAK)
terutama
dimalam
hari
(nokturia)
TM 1
dan TM
3
1. Tekanan
uterus/rahim pada
kandung kemih
2. Kadar natrium
meningkat di dalam
tubuh
3. Air dan natrium
tertahan dikaki
selama siang hari,
Pada malam hari
terdapat aliran darah
balik vena sehingga
meningkatkan
jumlah urine.
1. Segera berkemih
jika terasa ingin
kencing
2. Perbanyak minum
air putih disiang
hari
3. Jangan kurangi
minum di malam
hari, kecuali jika
sudah menggangu
tidur dan
menyebabkan
keletihan.
Keputihan Selama
kehamil
an
1. Menebalnya selaput
lendir (mukosa)
vagina
2. Peningkatan
produksi lendir dan
kelenjar organ
kewanitaan
(endoservikal)
karena peningkatan
1. Tingkatkan
kebersihan dengan
mandi setiap hari
2. Cuci kemaluan
setiap selesai
berkemih dan
defekasi dengan air
yang bersih dari
atas kebawah
Page 38
19
hormon estrogen 3. Ganti celana
dalam setiap terasa
lembab atau basah
4. Kenakan celana
dalam yang
terbuat dari katun
Konstipasi TM 2
dan 3
1. Peningkatan kadar
progesteron yang
menyebabkan
peristaltik usus
mengembang
2. Peningkatan
aktivitas usus
kerena relaksasi
usus halus
3. Penyerapan air di
kolon meningkat
4. Tekanan dari uterus
yang membesar
pada usus
1. Tingkatkan
pemasukan cairan
dan serat didalam
diet
2. Banyak minum air
putih
3. Lakukan latihan
senam hamil
Bengkak
pada kaki
TM II
dan III
1. Peningkatan kadar
natrium
disebabkan oleh
pengaruh hormonal
2. Peningktan
sirkulasi darah
pada ekstremitas
bawah (kaki)
3. Tekanan dari
pembesaran uterus
pada vena pelviks
ketika duduk atau
vena kava inferior
ketika berbaring
1. Hindari posisi
berbaring telentang
2. Hindari posisi
berdiri untuk yang
lama
3. Ketika duduk
usahakan kaki
tidak menggantung
Susah
tidur
(insomnia)
TM 2
dan TM
3
1. Perubahan pola
tidur
2. Bangun tengah
malam akibat
ketidaknyamanan
pembesaran rahim,
berkemih di
malam hari, sesak
nafas, rasa panas
di perut, kram dan
cemas
1. Sebelum tidur
lakukan senam
hamil
2. Mandi air hangat,
minum–minuman
hangat (susu atau
teh)
3. Tidur dengan posisi
miring ke kiri
Jantung
berdebar
debar
Selama
kehamil
an
1. Peningkatan
pompa jantung
(curah jantung)
1. Hindari kelelahan
2. Segera beristirahat
duduk atau
Page 39
20
2. Gangguan sistem
saraf simpati
berbaring miring ke
kiri
Nyeri perut
bagian
bawah
TM 3 Tekanan bayi yang
berada di bawah
1. Tekuk lutut ke arah
abdomen
2. Mandi air hangat
3. Gunakan bantal
untuk menopang
rahim dan bantal
lainna letakkan di
antara lutut sewaktu
dalam posisi
berbaring miring
Hemoroid TM 2
dan TM
3
1. Pembuluh darah
vena di daerah anus
membesar
2. Tekanan kepala
terhadap vena di
rectum
1. Hindari konstipasi
2. Makan makanan
yang berserat dan
banyak minum
3. Gunakan kompres
es atau air hangat
4. Secara perlahan
masukkan kembali
anus setiap selesai
BAB
Napas sesak TM 2
dan TM
3
1. Tekanan bayi yang
berada di bawah
diafragma
menekan paru ibu
2. Akibat pembesaran
uterus yang
menghalangi
pengembangan
paru-paru secara
maksimal
1. Dorong agar secara
sengaja mengatur
laju dan dalamnya
pernapasan pada
kecepatan normal
yang terjadi
2. Merentangkan
tangan di atas
kepala serta
menarik napas
panjang
3. Mendorong postur
tubuh yang baik,
melakukan
pernapasan
interkostal
4. Anjurkan untuk
menarik nafas
dalam dan lama
Sumber : Asrinah dkk, 2010
Page 40
21
2.1.8 Tanda bahaya/komplikasi ibu dan janin pada kehamilan lanjut
Tanda bahaya/komplikasi ibu dan janin pada kehamilan lanjut yaitu :
1. Persalinan prematuritas
Persalinan prematuritas (prematur) adalah persalinan yang terjadi di
antara umur kehamilan 29-36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5
kg. Persalinan prematuritas merupakan masalah besar karena berat janin
kurang dari 2,5 kg dan umur kurang dari 36 minggu, dengan demikian alat-alat
vital belum sempurna.
Menurut Hutahaean (2013), hal-hal yang dapat menyebabkan persalinan
prematuritas adalah sebagai berikut :
a. Hamil dengan perdarahan atau kehamilan ganda.
b. Kehamilan disertai komplikasi (preeklamsia dan eklamsia).
c. Kehamilan dengan komplikasi penyakit ibu, seperti hipertensi, penyakit
ginjal, penyakit jantung, atau keadaan gizi yang rendah disertai kurang
darah, serta lapisan dalam lahir yang kurang subur karena jarak hamil terlalu
pendek.
2. Kehamilan dengan perdarahan
Menurut Hutahaean (2013), kehamilan dengan perdarahan antara lain :
a. Solusio placenta
Terlepasnya pasenta dari tempat implantasinya yang normal (uterus)
sebelum janin dilahirkan. Placenta dapat terlepas seluruhnya atau yang
disebut solusio placenta totalis atau terlepas sebagian yang disebut dengan
solusio placenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil di sisi
(pinggir) placenta yang disebut rupture sinus marginalis. pelepasan atau
sebagian placenta dapat menyebabkan perdarahan, baik ibu maupun janin.
Terlepasnya placenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah
antara placenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap ibu maupun janin.
b. Placenta previa
Keadaan ketika placenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. Implantasi yang normal ialah pada dinding depan
Page 41
22
atau belakang uterus di daerah fundus uteri. Klasifikasi placenta previa
didasarkan atas terabanya jaringan placenta melalui pembukaan jalan lahir
pada waktu tertentu.
c. Perdarahan karena pecahnya vasa previa
Menyilangnya pembuluh darah placenta yang dari insersio
velamentosa pada kanalis servikalis. Insersi velamentosa adalah insersi tali
pusat pada selaput janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan
ganda. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada saat ketuban pecah
(rupture amnion), vasa previa terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang
berasal dari janin. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah
dan karena perdarahan ini berasal dari bayi maka dengan cepat keadaan
jantung bayi menjadi buruk.
d. Pecahnya sinus marginalis
Merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui pada saat
persalinan. Perdarahan terjadi tanpa nyeri dan menjelang pembukaan
lengkap. Oleh karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekat
lengkap, maka bahaya untuk ibu dan janinnya tidak terlalu besar.
3. Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
Menurut Hutahaean (2013), kehamilan dengan ketuban pecah dini yaitu
pecahnya selaput janin memberikan pertanda bahaya dan membuat peluang
terjadinya infeksi langsung pada janin. Selain itu, gerak janin makin terbatas,
sehingga pada kehamilan kecil kemungkinan terjadi deformitas.
4. Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim (IUFD)
Menurut Hutahaean (2013), penyebab kehamilan dengan kematian janin
dalam Rahim (IUFD) adalah :
a. Kehamilan di atas usia kehamilan 36 minggu pada ibu dengan diabetes
mellitus
b. Terjadinya lilitan tali pusat yang mematikan
c. Terjadi simpul tali pusat (menghambat suplai oksigen dan nutrisi pada janin
serta membatasi gerakan janin)
d. Gangguan nutrisi menjelang kehamilan cukup bulan
e. Kehamilan dengan perdarahan
Page 42
23
f. Kehamilan lewat waktu lebih dari 14 hari
5. Kehamilan lewat waktu persalinan (Serotinus)
Menurut Hutahaean (2013), beberapa kerugian dan bahaya kehamilan
lewat waktu, yaitu :
a. Janin tampak tua dan keriput. Merupakan tanda janin lewat waktu
persalinan karena janin kurang nutrisi dan oksigen akan mengalami
pengrusakan diri sendiri dengan metabolisme jaringan lemak bawah kuit.
b. Air ketuban makin kental, sehingga dapat menimbulkan gangguan
pernapasan saat kelahirannya karena lebih sulit dibersihkan.
c. Janin menjadi lebih besar karena placenta yang cukup baik tumbuh
kembangnya sehingga dapat memberikan nutrisi cukup pada janin.
d. Resiko tinggi untuk persalinan dengan seksio sesarea karena janin yang
semakin besar
6. Kehamilan dengan preeklampsia dan eklampsia
Menurut Hutahaean (2013), gejala klinis pre eklampsia ringan yaitu :
a. Tekanan darah sekitar 140/90 atau kenaikan tekanan darah 30 mmhg untuk
sistolik dan 15 mmhg untuk diastolic dengan interval pengukuran selam 6
jam.
b. Terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3g/liter atau kualitatif +1 atau +
2.
c. Edema (bengkak kaki, tangan atau lainnya)
d. Kelainan berat badan lebih dari 1 kg/minggu
Gejala klinis eklampsia ringan adalah :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Pengeluaran protein dalam urine lebih dari sekitar 5 g/24 jam
c. Terjadi penurunan produksi urine kurang dari 400 cc/24 jam
d. Terdapat edema paru dan sianosis dan terasa sesak napas
e. Terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri
dibagian daerah perut atas)
7. Kehamilan dengan anemia
Menurut Manuaba (2010), anemia pada kehamilan adalah anemia karena
kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative
Page 43
24
mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional
karena mencerminkan nilai kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia
kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensial
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
terdepan.
a. Bahaya yang dapat timbul
Menurut Saifuddin (2008), bahaya yang dapat timbul dari kehamilan
dengan anemia, yaitu :
1) Menurunkan daya tahan, ibu mudah terkena infeksi pada waktu nifas
2) Menghambat pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah (BBLR)
3) Persalinan prematur, pada kehamilan <37 minggu
4) Janin mati dalam kandungan pada anemia yang sangat berat
5) Persalinan macet karena kekuatan ibu dan kontraksi rahim lemah
6) Perdarahan pasca persalinan
b. Diagnosis anemia
Menurut Manuaba (2010), untuk menegakkan diagnosis anemia
kehamilan dapat dilakukan dengan anamnsa. Pada anamnesa akan
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Hb 11g% tidak anemia
2) Hb 9–10g% anemia ringan
3) Hb 7–8g% anemia sedang
4) Hb <7g% anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu
pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian
besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe
sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.
Page 44
25
8. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang hebat selama kehamilan, dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan adanya masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang
menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre
eklampsia.
9. Penglihatan kabur
Biasanya akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu berubah
selama kehamilan. Perubahan yang ringan adalah normal, tetapi apabila
masalah penglihatan ini terjadi secara mendadak ataupun tiba–tiba, misalnya
pandangan yang tiba–tiba menjadi kabur atau berbayang, perlu diwaspadai
karena bisa mengacu pada tanda bahaya kehamilan.
10. Bengkak di wajah dan jari–jari tangan
Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki, biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah
beristirahat atau meniggikan kaki. Bengkak biasanya menunjukkan adanya
masalah serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat, dan disertai keluhan fisik lain.
11. Gerakan janin tidak terasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa
ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu
berbaring atau beristirahat, dan bila ibu makan dan minum dengan baik.
12. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal
adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah
yang mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap, dan
tidak hilang setelah beristirahat. Ini bisa berarti adanya appendiksitis,
kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm,
Page 45
26
gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi
saluran kemih atau infeksi lainnya.
2.1.9 Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Menurut Pengurus Pusat IBI (2016), standar pemeriksaan 10 T, meliputi :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan (T1)
2. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA) (T2)
3. Ukur tekanan darah (T3)
4. Ukur tinggi fundus uteri (T4)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) (T5)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan (T6)
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan (T7)
8. Test laboratorium (rutin dan khusus) (T8)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal, meliputi :
a. Pemeriksaan golongan darah
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
c. Pemeriksaan protein dalam urine
d. Pemeriksaan kadar gula darah (yang dicurigai Diabetes Mellitus)
e. Pemeriksaan darah malaria (apabila ada indikasi)
f. Pemeriksaan HIV
g. Pemeriksaan BTA (yang dicurigai menderita tuberkulosis)
9. Tatalaksana kasus (T9)
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan (T10)
Page 46
27
Menurut Asrinah (2010), kunjungan ulang sebaiknya dilakukan secara
berkala dan teratur. Bila kehamilan berjalan normal, jumlah kunjungan cukup 4
kali yaitu :
1. 1 kali pada trimester I
2. 1 kali pada trimester II
3. 2 kali pada trimester III
2.1.10 Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dimana ibu hamil maupun janin
yang dikandungnya berada dalam risiko kematian. Angka kejadian kehamilan
risiko tinggi kurang lebih 20% dari semua kehamilan.
Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini ibu hamil risiko tinggi
dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) berupa kartu skor yang
digunakan sebagai alat skrining antenatal.
1. Manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
Menurut Firaya, dkk (2012), manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
yaitu :
a. Menemukan faktor risiko bumil
b. Menentukan kelompok risiko bumil
c. Alat pencatat kondisi bumil
Menurut Prawirohardjo (2008), fungsi Skor Poedji Rochjati (KSPR)
a. Melakukan skrining atau deteksi dini risiko tinggi ibu hamil
b. Pemberdayaan ibu hamil, suami dan keluarga :
1) Sarana KIE untuk mudah disampaikan dan diterima
2) Kebutuhan upaya untuk persalian aman
3) Pengambilan keputusan bersama
4) Alat peringatan dini bagi tenaga kesehatan seperti lampu lalu lintas
waspada
2. Cara pemberian skor
Menurut Prawirohardjo (2008), cara pemberian skor :
a. Skor 2
Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
Page 47
28
b. Skor 4
1) Ibu hamil dengan penyakit anemia, malaria, tuberculosa paru, payah
jantung, penyakit menular seksual
2) Pre eklampsia ringan: bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah
tinggi
3) Hamil kembar/gemelli
4) Kembar air/hidramnion
5) Bayi mati dalam kandungan
6) Hamil lebih bulan (serotinus)
c. Skor 8
1) Bekas operasi sesar
2) Letak sungsang
3) Letak lintang
4) Perdarahan dalam kehamilan ini
5) Pre eklamsia berat dan atau eklamsia
3. Pengelompokan faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji Rochjati
Faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji Rochjati dikelompokkan
menjadi :
a. Kelompok faktor risiko I (ada potensi risiko)
1) Primi muda terlalu muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang
2) Primi tua primer
3) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
4) Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih
5) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih
6) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun
7) Grande multi terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
8) Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih
9) Terlalu pendek
10) Tinggi badan ≤145
11) Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah melahirkan normal
12) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu
13) Pernah melahirkan dengan :
Page 48
29
(a) Tarikan tang/vakum
(b) Uri dikeluarkan oleh penolong
(c) Pernah diinfus atau transfusi pada pendarahan post partum
14) Bekas operasi sesar
b. Kelompok faktor risiko II ( ada risiko )
1) Ibu hamil dengan penyakit :
a) Anemia : pucat, lemas badan lekas lelah
b) Malaria : panas Tinggi, Menggigil keluar keringat, sakit kepala
c) Tuberculosa paru
d) Payah jantung
e) Penyakit lain : HIV/AIDS, penyakit menular seksual
2) Pre eklampsia ringan : bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah
tinggi
3) Hamil kembar/gemelli
4) Kembar air/hidramnion
5) Bayi mati dalam kandungan
6) Hamil lebih bulan (serotinus)
7) Letak sungsang
8) Letak lintang
c. Kelompok faktor risiko III (ada gawat darurat), menurut Firaya, dkk (2012)
antara lain :
1) Perdarahan dalam kehamilan ini : Mengeluarkan darah pada waktu
hamil, sebelum kelahiran bayi
2) Pre eklamsia berat dan atau eklamsia
4. Klasifikasi Kelompok Resiko Berdasarkan Jumlah Skor Pada Tiap Kotak
Menurut Prawirohardjo (2008) kelompok resiko berdasarkan jumlah skor
pada tiap kotak, ada 3 kelompok resiko :
a. Kehamilan risiko rendah (KRR)
Jumlah skor 2 dengan kode warna hijau, selama hamil tanpa faktor resiko,
rencana bersalin boleh ditolong oleh bidan dan tempat persalinan di BPM
atau dipolindes
Page 49
30
b. Kehamilan resiko tinggi (KRT)
Jumlah skor 6-10 dengan kode warna kuning, selama hamil terdapat faktor
resiko terjadinya komplikasi pada persalinan lebih besar, rencana bersalin
boleh di tolong oleh bidan atau dokter dan tempat persalinan di polindes,
puskesmas, atau rumah sakit.
c. Kehamilan resiko sangat tinggi (KRST)
Jumlah skor sama dengan atau lebih 12 dengan kode warna merah, ibu
hamil dengan resiko ganda atau lebih yang dapat mengancam nyawa ibu
atau janin, rencana bersalin hanya boleh ditolong oleh dokter dan tempat
persalinan di Rumah Sakit.
2.1.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan
ASUHAN KEBIDANAN TEORI
Pada Ny. “....” G... P...UK ...........Minggu dengan
kehamilan normal
Nama Pengkaji : ....................
Jam / Tanggal : ....................
Tempat : ......................
I. Pengkajian
A. Data subyektif
1. Identitas
a) Nama : untuk memudahkan, memanggil atau
menghindari kekeliruan
b) Umur : untuk mengetahui apakah ibu termasuk
berisiko tinggi atau tidak
c) Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu
d) Pendidikan : untuk memudahkan pemberian KIE
e) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
f) Alamat : untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan
rumah (Sondakh, 2013).
2. Alasan datang/Keluhan utama
Menurut Sulistyawati (2010), yaitu untuk mengetahui keluhan yang
dirasakan ibu serta lamanya mengalami keluhan pada TM III,
Page 50
31
misalnya sering merasakan nyeri pada pinggang, nyeri perut bagian
bawah, kram pada kaki, bengkak pada kaki, sering kencing dan
susah tidur semenjak usia kehamilannya bertambah besar.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang meliputi : penyakit jantung,
hipertensi, DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, hati, Malaria,
penyakit kelamin, HIV/AIDS.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan sekarang meliputi : penyakit jantung,
hipertensi, DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, hati, Malaria,
penyakit kelamin, HIV/AIDS.
c. Riwayat penyakit keluar
Riwayat kesehatan sekarang meliputi : penyakit jantung,
hipertensi, DM, TBC, ginjal, Asma, Epilepsi, hati, Malaria,
penyakit kelamin, HIV/AIDS serta riwayat keturunan kembar.
4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi : HPHT, siklus haid, perdarahan
pervaginam, dan flur albus (keputihan)
5. Riwayat Obstetri
Riwayat Obstetri (Gravida(G)... Para(P)... Abortus(Ab)... Anak
Hidup(Ah)..) meliputi : perdarahan pada kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, BB lahir bayi˂2500 gram atau >4000 gram serta masalah
selama kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
6. Riwayat hamil ini
Riwayat kehamilan ini meliputi : Riwayat ANC, gerakan janin,
tanda-tanda bahaya/penyulit, keluhan utama, obat yang dikonsumsi,
termasuk jamu, kekawatiran ibu.
Page 51
32
7. Riwayat KB
Riwayat KB meliputi : jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga,
dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan atau alasan
berhenti.
8. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan terdiri atas status perkawinan, perkawinan ke,
usia ibu saat perkawinan, dan lama perkawinan.
9. Pola kebutuhan sehari-hari
Pola kebiasaan sehari-hari meliputi : pola nitrisi (makan dan
minum), Eliminasi (BAB dan BAK), personal hygine, aktivitas dan
istirahat.
10. Riwayat Psikososial
Menurut Muslihatun, dkk (2009), riwayat psikososial meliputi :
pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi yang
dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, respon keluarga
terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan
ibu.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran umum
Menurut Muslihatun, dkk (2009), kesadaran umum meliputi:
tingkat energi, keadaan emosi dan postur badan ibu selama
pemeriksaan, tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB).
b. Kesadaran
Menurut Uliyah, dkk (2008), kesadaran merupakan suatu
pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk memperoleh data dan
sebagai dasar dalam menegakkan diagnosa. Penilaiannya dapat
secara kualitatif (composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma,
delirium) dan kuantitatif (diukur menurut skala koma).
Page 52
33
c. Tanda-tanda Vital (TTV)
Tanda-tanda vital : tekanan darah (90/70-130/90 mmHg), suhu
badan (36,5-37,5oC), frekuensi denyut nadi (N: 60-100×/menit),
dan pernafasan (16-28x/menit)
2. Pemeriksaan fisik
Kepala dan
muka
: Meliputi oedema wajah, cloasma gravidarum
Mata : mata (kelopak mata pucat, warna sklera)
Hidung : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembesaran polip pada hidung yang dapat
berpengaruh pada jalan nafas.
Telinga : Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan telinga
apakah terdapat serumen atau tidak karena bisa
berpengaruh pada pendengaran.
Gilut : Mulut (rahang pucat, kebersihan), keadaan gigi
(karies, karang, tonsil)
Leher : Pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe
Payudara : Meliputi bentuk dan ukuran, hiper pigmentasi
areola, keadaan puting susu, kolostrum atau
cairan lain, retraksi, massa dan pembesaran
kelenjar limfe
Abdomen : Adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra,
stiae gravidarum), tinggi fundus uteri (TFU)
dengan tangan jika usia kehamilan 12 minggu,
dan dengan pita ukuran jika usia kehamilan lebih
dari 22 minggu. Palpasi abdomen untuk
mengetahui letak, presentasi, posisi (usia
kehamilan lebih dari 36 minggu), DJJ janin
dengan fetoskop jika usia kehamilan lebih dari 18
minggu.
Menurut Amru (2013), mengukur TFU
normalnya adalah sebagai berikut :
Page 53
34
TM I : 12 minggu : 3 jari di atas di
shympisis.
TM II : 16 minggu : Pertengahan
shympisis-pusat
20 minggu : 3 jari dibawah
pusat
24 minggu : Setinggi pusat
TM III : 28 minggu : 3 jari diatas pusat
32 minggu : Pertengahan pusat-
prosesus
xiphoideus (PX)
36 minggu : 3 jari di bawah
prosesus
xiphoideus (PX)
40 minggu : Pertengahan pusat-
prosesus
xiphoideus (PX)
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian
atas yang ada difundus.
Leopold II : Menentukan batas samping/
bagian kanan dan kiri rahim ibu
dan menentukan letak punggung
janin.
Leopold III : Menentukan bagian
terbawah janin
Leopold IV
: Menentukan bagian terbawah
janin dan seberapa masuknya.
TBJ
(Tafsiran
Berat Janin)
: Dilakukan untuk mengetahui
berat badan janin.
(TFU – 11) x 155
Page 54
35
Pemeriksaan
DJJ
: Dilakukan untuk mengetahui
bunyi jantung janin. Dalam
keadaan normal 120-160x/menit
Genetalia : Luka, varises, kondiloma, cairan (warna,
konsistensi, jumlah, bau), keadaan kelenjar
bartolini (pembekakan, cairan, kista), nyeri tekan.
Anus : Perlu dikaji adakah haemoroid atau tidak.
Ekstremitas
:
Oedema kaki dan tangan, pucat pada kuku jari,
varises, reflek patella
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan pada ibu
hamil, adalah pemeriksaan melalui sempel urin maupun sempel
darah.pemeriksaan urine pada ibu hamil antara lain untuk
keperluan pemeriksaan tes kehamilan (PP Tes), warna urine, bau,
kejernihan, protein dan glukosa urine.
Pemeriksaan darah ibu hamil, antara lain bertujuan untuk
pemeriksaan hemoglobin, golongan darah, hematokrit darah,
faktor resus, rubella dan HIV. Pemeriksaan HIV harus dilakukan
dengan persetujuan ibu hamil.
II. Identifikasi diagnosa atau masalah
Ds : Data subjektif merupakan data yang berhubungan dengan masalah
dari sudut pandang pasien atau anamnesa. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan langsung
dengan diagnosis seperti keluhan yang dirasakan ibu serta lamanya
mengalami keluhan pada TM III, misalnya sering merasakan nyeri
pada pinggang, nyeri perut bagian bawah, kram pada kaki, bengkak
pada kaki, sering kencing dan susah tidur semenjak usia
kehamilannya bertambah besar (Muslihatun dkk, 2009).
Do : Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium
Page 55
36
atau pemeriksaan diagnostik lain seperti kesadaran umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Dx : Diagnosa merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif
(Muslihatun dkk, 2009).
III. Merumuskan diagnosa/masalah potensial
Menurut Muslihatun, dkk (2009), pada langkah ini, bidan
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial. Diagnosis atau masalah
potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman.
1. Potensial terjadi gangguan perkembangan janin dalam uterus (Intra-Uteri
Growth-Retardation-IUGR)
a. Data dasar subjektif:
1) Pasien mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
2) Tidak nafsu makan karena mual dan muntah
b. Data dasar objektif
1) Mengalami penurunan BB pada trimester I
2) LILA ˂ 22 cm
3) Hb 9 gram %
2. Potensial terjadi eklamsi
a. Data dasar subjektif :
1) Kehamilan yang pertama
2) Pasien mengeluh pusing dan pandangan mata berkunang-kunang
3) Pusing berat dan tidak hilang-hilang meskipun sudah beristirahat
4) Bengkak di kaki dan wajah
b. Data dasar objektif :
1) Primigarvida
2) Bengkak di wajah dan ekstremitas
3) Tekanan darah 170/110 mmHg
4) Protein urine ++
Page 56
37
3. Potensial atonia uteri
a. Data dasar subjektif
Pasien mengatakan usianya sudah 42 tahun dan ini adalah
kehamilannya yang keenam
b. Data dasar objektif
1) Multypara dengan usia resiko tinggi
2) Hb kurang dari normal
3) Keadaan umum lemah
IV. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Menurut Muslihatun, dkk (2009), diperlukan untuk melakukan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi
pasien. Langkah ini sebagai cerminan keseimbangan dari proses manajemen
kebidanan.
V. Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh
Menurut Muslihatun, dkk (2009), langkah ini ditentukan oleh hasil
pengkajian data pada langkah sebelumnya. Jika ada informasi atau data yang
tidak lengkap bisa di lengkapi. Juga bisa mencerminkan rasional yang benar
atau valid. Pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau suatu data
dasar yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan menghasilkan asuhan
pasien yang tidak cukup dan berbahaya.
Berikut ini contoh rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu
hamil trimester III, yaitu sebagai berikut :
1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan memudahkan
tindakan yang akan dilakukan sehingga ibu tenang.
2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan ynag dialami ibu seperti sering kencing,
nyeri perut bagian bawah, kram bawah, nyeri pinggang.
R/ agar ibu tidak cemas terhadap kondisi yang dialaminya saat ini
3. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga istirahat cukup
R/ pemenuhan kebutuhan istirahat ibu
Page 57
38
4. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
R/ deteksi dini terjadinya komplikasi ibu dan janin
5. Jelaskan kepada ibu tentang manfaat terapi tablet Fe dan cara
meminumnya
R/ untuk mencegah anemia pada ibu
6. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda mulainya persalinan
R/ ibu tau dan tidak cemas saat ada tanda-tanda persalinan
7. Anjurkan ibu untuk merencanakan persalinan di bidan demi kenyamanan
dan keamanan ibu dan bayi
R/ keselamatan ibu dan janin dapat terpantau dengan baik
8. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu lagi atau
apabila ibu terdapat keluhan, tanda-tanda bahaya kehamilan ataupun
terdapat tanda-tanda persalinan
R/ pemantauan kondisi ibu dan janin
VI. Pelaksanaan asuhan kebidanan
Menurut Muslihatun, dkk (2009), pada langkah ini bidan mengarahkan
atau melaksanakan rencana asuahan secara efektif dan aman.penatalaksanaan
asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klain sendir atau oleh
petugas kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan
sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar telaksanan).
Bila perlu berkalaborasi dengan dokter misalnya karena adanya
komplikasi menejemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya, serta
peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah
dilaksanakan.
VII. Evaluasi
Jam : ....................
Tanggal : ....................
S : data yang diperoleh dari pasien dan keluarga, seperti keluhan yang
dirasakan ibu serta lamanya mengalami keluhan pada TM III,
misalnya sering merasakan nyeri pada pinggang, nyeri perut bagian
bawah, kram pada kaki, bengkak pada kaki, sering kencing dan susah
Page 58
39
tidur semenjak usia kehamilannya bertambah besar.
O : hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostik dan penunjang atau
pendukung lain, serta catatan medik seperti kesadaran umum, kesadaran,
tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
A : kesimpulan dari data subjektif dan objektif
P : merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan evaluatif
(Sondakh, 2013).
2.2 Konsep Dasar Persalinan
2.2.1 Pengertian
Menurut Asrinah (2010), persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu). Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin.
Menurut Depkes, RI (2008), persalinan adalah proses dimana bayi,
placenta dan selaput ketuban keluar dari uterus. Pesalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak menipis dan
berakhirnya placenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks.
2.2.2 Etiologi
Teori kemungkinan terjadinya persalinan, antara lain :
1. Teori penurunan progesteron
Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1–2
minggu sebelum persalinan dimulai.
2. Teori keregangan
Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami penegangan akan
mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat
menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada
akhirnya mengalami degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan
Page 59
40
tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan
melebarkan saluran serviks
3. Teori oksitosin internal
Menurut Sondakh (2013), hipofisis posterior menghasilkan hormon
oksitosin. Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron
dapat mengubah sensitifitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya
kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesteron
karena kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktifitas oksitosin
meningkat.
4. Teori placenta menjadi tua
Menurut Sulistyawati (2010), seiring matangnya usia kehamilan villi
chorialis dalam mengalami beberapa perubahan hal ini menyebabkan turunnya
kadar estrogen dan progesteron yang megakibatkan tegangnya pembuluh darah
sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.
5. Teori distensi rahim
a. Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut akhirnya terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
c. Contohnya pada kehamilan gemeli, seiring terjadi kontraksi karena uterus
teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang kehamilan gemeli
mengalami persalinan yang lebih dini.
6. Teori iritasi mekanis
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser),
bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan
timbul kontraksi uterus.
7. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprenalis
a. Glandula suprenalis merupakan pemicu tejadinya persalinan.
b. Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena terbentuknya hipotalamus.
8. Teori prostagladin
Menurut Sulistyawati (2010), prostagladin yang dihasilkan oleh desidua
disangka sebagai salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan
Page 60
41
menunjukkan bahwa prostagladin F2 yang diberikan secara intravena
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga
disokong dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah periver pada ibu hamil sebelum melahikan atau selama proses
persalinan.
2.2.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir mengemukakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses persalinan adalah :
1. Penumpang (passanger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan placenta. Hal-hal yang
perlu di perhtikan mengenai janin adalah ukuran, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin sedangkan yang perlu di perhatikan pada placenta adalah letak,
besar dan luasnya.
2. Jalan lahir (passage)
Jalan lahir di bagi atas dua yaitu jalan lahir keras, dan jaln lahir lunak.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan
bentuk tulang panggul sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir
lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang serviks, otot besar
panggul, vagina, introitus vagina.
3. Kekuatan (power)
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua yaitu :
a. Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke
uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan yang
menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan
intensitas kontraksi. Kekuatan primer mengakibatkan serviks menipis dan
berdilatasi sehinhgga janin turun.
b. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi ke jalan lahir sehingga mmenimbulkan tekanan intra abdomen.
Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam
Page 61
42
mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,
tetapi setelah diltasi serviks lengkap,kekuatan ini cukup penting dalam
usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.
4) Ibu (positioniting)
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
(contoh posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok) memberi sejumlah
keuntungan, salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin. Selain itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian
penekan tali pusat.
5) Respon psikologi (psychology response)
Respon psikologi ibu dapat di pengaruhi oleh :
a) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.
b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.
c) Saudara kandung bayi selama persalinan.
2.2.4 Tanda–tanda persalinan
Beberapa tanda–tanda persalinan sebagai berikut :
a) Terjadinya his persalinan
Sifat his persalinan adalah :
a. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
c. Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b) Pengeluaran lendir dengan darah
Menurut Sondakh (2013), terjadinya his persalinan mengakibatkan
terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan :
a. Pendataran dan pembukaan.
b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
c. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
Page 62
43
c) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah
ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
2.2.5 Tahapan persalinan
Menurut Sondakh (2013), dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir mengemukakan tahapan persalinan terdiri atas
kala I (kala pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan
placenta), dan kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan).
1. Kala I (kala pembukaan)
Kala I di mulai saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a. Fase laten
Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm,
kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase :
1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
2) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan langsung sangat
cepat dari 4 cm menjai 9 cm.
3) Fase diselerasi pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada
multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida,
kala I berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida ±8 jam.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala II adalah sebagai berikut :
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik.
b. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak.
Page 63
44
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.
d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
terjadi :
1) Kepala membuka pintu
2) Subocciput bertindak sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut-
turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka serta kepala
seluruhnya
3) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
a) Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong
dengan cara :
(1) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian
ditarik dengan menggunakan curam kebawah untuk melahirkan
bahu dan keatas untuk melahirkan bahu belakang .
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketik dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi.
(3) Bayi lahir diikuti oleh air sisa ketuban.
Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1
jam
3. Kala III (pelepasan placenta)
Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala III dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses
lepasnya placenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda
dibawah ini :
a. Uterus menjadi bundar.
b. Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas kesegmen bawah rahim.
c. Tali pusat bertambanh panjang.
d. Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Cara melahirkan placenta adalah menggunakan tekhnik dorso kranial.
Pengeluaran selaput ketuban. Selaput janin biasanya lahir dengan mudah,
Page 64
45
namun kadang-kadang masih ada bagian placenta yang tertinggal. Bagian
tertinggal tersebut dapat dikeluarkan dengan cara :
a. Menarik pelan-pelan
b. Memutar atau memilinnya seperti tali
c. Memutar pada klem
d. Manual atau digital
Placenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah
dilahirkan apakah setiap bagian placenta lengkap atau tidak lengkap. Bagian
placenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada normalnya
memiliki 6-20 kotiledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat tanda-tanda
placenta suksenturia. Jika placenta tidak lengkap, maka disebut ada sisa
placenta. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan infeksi.
Kala III terdiri dari dua fase yaitu :
a. Fase pelepasan plasenta
Menurut Sondakh (2013), beberapa pelepasan placenta antara lain :
1) Schultze
Proses lepasnya placenta seperti menutup payung. Cara ini
merupakan cara yang sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih
dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retro placenta hematoma yang
menolak placenta mula-mula bagian tengah. Menurut cara ini,
perdarahan biasanya tidak ada sebelum placenta lahir dan berjumlah
banyak setelah placenta lahir.
2) Duncan
Berbeda dengan sebelumnya pada cara ini lepasnya placenta
dimula dari pinggir (20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput
ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir placenta.
b. Fase pengeluaran plasenta
Menurut Sondakh (2013), perasat–perasat untuk mengetahui lepasnya
placenta, antara lain :
Page 65
46
1) Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai diatas simfisis, tali pusat di
tegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau
maju berarti sudah lepas.
2) Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara ini tidak
dilakukan lagi).
3) Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar
berarti tali pusat belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-
tanda placenta sudah lepas adalah rahim menonjol ke atas simfisis, tali
pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras serta keluar darah
secara tiba-tiba.
4. Kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan)
Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala IV dimulai dari saat lahirnya
placenta sampai 2 jam post partum. Kala ini terutama bertujuan untuk
melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada
2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik–
baiknya kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada
saat pelepasan placenta dan robekan serviks dan perineum. Rata-rata
perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika
perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal, dengan
demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat : Jangan
meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan placenta lahir. Sebelum
pergi meningalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan
perhatikanlah 7 pokok penting :
a. Kontraksi rahim : baik atau tidaknya pemeriksaan palpasi jika perlu
dilakukan masase dan berikan uterotonika seperti meterghin, atau atau
emertrin dan oksitosin.
Page 66
47
b. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa
c. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih dan
kalau tidak bisa , lakukan kateter.
d. Luka-luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
e. Placenta dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah lain.
g. Bayi dalam keadaan baik.
2.2.6 Kebutuhan pada masa persalinan
Kebutuhan pada masa persalinan yaitu :
1. Makan dan minuman peroral
Jika pasien dalam situasi yang memungkinkan untuk makan, biasanya
pasien akan makan sesuai dengan keinginannya, namun ketika masuk dalam
persalinan masa aktif biasanya ibu hanya menginginkan cairan.
2. Akses intravena
Akses Intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien,
kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, atau
darah untuk mempertahankan keselamatan jika sewaktu–waktu terjadi keadaan
darurat dan untuk mempertahan suplemen cairan pada pasien.
3. Posisi dan ambulasi
Menurut Sulistyawati (2010), posisi yang nyaman saat persalinan sangat
diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi
tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga
persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontraindikasi dari
keadaan pasien). Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain recumbent
lateral (miring), lutut–dada, tangan–lutut duduk, berdiri, jalan, dan jongkok.
4. Eliminasi
a. Buang air kecil (BAK)
Selama proses persalinan pasien mengalami poliuri sehingga
penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi.
Page 67
48
b. Buang air besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan
dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari
pada perasaan tidak nyaman.
5. Kebersihan tubuh
Sebagian pasien yang akan menjalani proses peralinan tidak begitu
menganggap kebersihan tubuh sebagai suatu kebutuhan, karena ibu lebih
terfokus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara.
6. Istirahat
Istrahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks.
Jika pasien benar–benar tidak dapat tidur terlelap karena karena sudah mulai
merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi
miring ke kiri untuk beberapa waktu.
7. Kehadiran pendamping
Kehadiran seorang yang sangat penting dan dapat dipercaya sangat
dibutuhkan oleh ibu yang akan menjalani proses bersalin.
2.2.7 Masalah dan penanganan
Menurut Andarmoyo (2013), masalah dan penanganan saat persalinan,
antara lain :
1. Nyeri Persalinan
Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada
pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan
adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan serviks
inilah akan terjadi persalinan, rasa nyeri yang di alami selama persalinan
bersifat unik pada setiap ibu yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain; budaya, takut, cemas, atau ketakutan, pengalaman persalinan
sebelumnya dan dukungan.
Berikan penjelasan pada ibu tentang penyebab nyeri :
a. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi dan distraksi.
b. Berikan sentuhan dan massase dengan menggosok-gosok punggung ibu dan
minta pendamping ibu untuk memperagakannya.
Page 68
49
c. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan ibu istirahat jika his sudah
mereda.
2. Cemas dalam menghadapi proses persalinan
a. Berikan informasi pada klien tentang proses persalinan.
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental dan spiritual
c. Jelaskan pada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan
d. Beri kesempatan pada ibu untuk memilih posisi nyaman
3. Ketidaktahuan ibu tentang cara meneran yang benar
a. Ajari ibu cara meneran yang benar dengan mengangkat kepala, tempelkan
dagu di dada, tekanan dirasakan di perut dan jalan lahir.
b. Motivasi ibu meneran jika ada dorongan
2.2.8 Komplikasi dan penanganan
Komplikasi dan penanganan pada :
1. Kala I dan Kala II
a. Persalinan lama
Masalah : Fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung
selama 12 jam/lebih tanpa kelahiran bayi. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada pada partograf. Disebabkan beberapa faktor :
1) Kecemasan dan ketakutan.
2) Pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalalu
cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.
3) Abnormalitas pada tenaga ekspulsi.
4) Abnormalitas pada panggul.
5) Kelainan pada letak dan bentuk janin.
Penanganan umum :
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda
vital dan tingkat hidrasinya) dan perbaiki keadaan umum.
2) Dukungan, perubahan posisi (sesuai dengan penanganan persalinan
normal).
3) Periksa kandung kemih, upayakan kencing.
4) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan.
5) Nilai frekuensi dan lamanya His.
Page 69
50
b. Persalinan palsu/belum in partu (false labor)
Periksa apakah ada ISK (infeksi saluran kencing) atau ketuban pecah,
jika didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien
boleh rawat jalan.
1) Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his
berhenti. Pasien disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin
teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk
dalam fase laten.
a) Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan lekukan penilaian ulang terhadap servik.
b) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan
tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
c) Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks lakukan
amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
d) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
e) Lakukan rujukan.
2) Fase aktif memanjang
Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih
utuh, pecahkan ketuban.
a) Nilai His jika his tidak adekuat (jika his adekuat >3 kali dalam 10
menit dan lamanya >40 detik) pertimbangkan disproporsi, obstruksi,
malposisi/mal presentasi.
b) Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan
mempercepat kemajuan persalinan (posisi).
c) Apabila tidak ada perkembangan lakukan rujukan.
c. Partus presipitatus
Partus presipitatus adalah kejadian dimana ekspulsi janin berlangsung
kurang dari 3 jam setelah awal persalinan. Partus presipitatus sering
berkaitan dengan solusio placenta (20%) Aspirasi mekonium, Perdarahan
post partum, komplikasi maternal. Bila servik panjang dan jalan lahir kaku,
Page 70
51
akan terjadi robekan serviks dan jalan lahir yang luas, emboli air ketuban
(jarang), atonia uteri dengan akibat HPP.
Terjadi karena kontraksi uterus yang terlalu kuat akan menyebabkan
asfiksia intrauterine, trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir.
Kejadian ini biasanya berulang, sehingga perlu informasi dan pengawasan
yang baik pada kehamilan yang sedang berlangsung. Hentikan
pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.
2. Kala III dan kala IV
a. Perdarahan pada kala III
Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan terpotongnya
pembuluh-pembuluh darah dari dinding rahim bekas implantasi
plasenta/karena sinus-sinus maternalis ditempat insersinya. Pada dinding
uterus terbuka, biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh- pembuluh darah yang
terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat
oleh bekuan darah. Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari
500 cc atau setara dengan 2,5 gelas belimbing. Apabila setelah lahirnya
bayi darah yang keluar melebihi 500 cc maka dapat dikategorikan
mengalami perdarahan pasca persalinan primer.
Menurut Sulistyawati (2010), Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta
selama 1–2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan
pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi
dilakukan yaitu :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Pemeriksaan tanda–tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400–500 cc
Menurut Prawirohardjo (2011), perdarahan primer terjadi dalam 24
jam pertama dan sekunder sesudah itu. Hal-hal yang menyebabkan
perdarahan post partum adalah :
Page 71
52
1) Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi uterus
yang tidak mampu menutup perdarahan dari tempat implantasi placenta
setelah bayi dan placenta lahir.
Faktor Predisposisi dari atonia uteri adalah :
a) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramnion, anak terlalu besar.
b) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
c) Kehamilan grande-multipara.
d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun.
e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
f) Infeksi intra uterin (karioamnionitis).
g) Riwayat atonia uteri
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan placenta lahir ternyata
perdarahan massih aktif dan banyak, bergumpal dan bila di palpasi di
dapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek. Perlu diperhatikan pada saat atonia uteri di diagnosis, maka
pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah
keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan
harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti. Gejala
atonia uteri :
a) Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat
b) Tekanan darah menurun
c) Syok karena perdarahan
d) Kala III : perdarahan baru liang senggama 500-1000 cc.
Terapi terbaik adalah pencegahan :
a) Melakukan secara rutin menejemen aktif kala III pada semua wanita
yang bersalin karena dapat menurunkan insidens perdarahan pasca
persalinan akibat dari atonia uteri.
b) Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 µg) segera setelah
bayi lahir.
Page 72
53
2) Retensio plasenta
Menurut Prawirohardjo (2011), retensio plasenta adalah placenta
tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir. Placenta
yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III yang bisa di
sebabkan adesi yang kuat antara placenta dan uterus. Disebut placenta
akreta bila implantasi menembus desidua basalis disebut sebagai
placenta inkreta bila placenta menembus miometrium dan disebut
plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.
a) Faktor predisposisi retensio placenta adalah :
(1) Placenta previa
(2) Bekas seksio sesarea
(3) Pernah kuret berulang
(4) Multiparitas
b) Diagnosa retensio placenta, yaitu :
(1) Pada pemeriksaan luar fundus/korpus ikut tertarik apabila tali pusat
ditarik.
(2) Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi placenta karena
implantasi yang dalam.
c) Penanganan retensio placenta
Apabila sudah dilakukan penanganan PTT dengan baik, 15 menit
pertama diberikan oksitosin 10 unit secara IM. Lakukan PTT kembali,
tetapi placenta belum lahir setelah 15 menit kemudian, perhatikan
apakah ada darah yang keluar, apabila ada lakukan placenta manual.
Apabila tidak ada lakukan rujukan perbaiki keadaan umum ibu.
3) Inversio uteri
Menurut Prawirohardjo (2011), inversio uteri adalah keadaan
dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat
ostium uteri eksternum, yang bersifat inkomplit sampai komplit
a) Faktor presdiposisi inversio uteri adalah :
(1) Adanya atonia uteri.
(2) Serviks yang masih terbuka lebar.
Page 73
54
(3) Adanya kekuatan menarik fundus ke bawah (misalnya karena
placenta akreta, inkreta, perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras
ke bawah).
(4) Ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver crede) atau
tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk
dan bersin).
b) Tanda-tanda inversio uteri :
(1) Syok karena kesakitan
(2) Perdarahan banyak bergumpal
(3) Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa placenta
yang masih melekat
(4) Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila
terjadinya cukup lama, maka jepitan seviks yang mengecil akan
membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.
c) Penanganan :
(1) Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan atau
darah pengganti dan pemberian obat.
(2) Berikan MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum
dilakukan reposisi manual yaitu mendorong miometrium ke atas
masuk kedalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan
masuk kedalam uterus pada posisi normanya.
(3) Di dalam uterus dilepaskan secara manual bila berhasil dikeluarkan
dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau IM
tangan tetap di pertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal
dan tangan operator baru di lepaskan.
(4) Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan
keperluannya.
(5) Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras
menyebabkan manuver di atas tidak bisa dikerjakan, maka
dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan
histerektomi bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis.
Page 74
55
2.2.9 Asuhan persalinan normal
Tabel 2.4 Prosedur Pelakasanaan Asuhan Persalinan Normal
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II
1 Melihat adanya tanda persalinan kala II
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan spingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2 Pastikan kelengkapan persalinan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan tata laksana komplikasi ibu dan bayi
baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi.
a. Letakkan kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
b. Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
3 Pakai celemek plastik
4 Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan tangan
dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5 Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6 Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril) pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
7 Bersihkan vulva dan perenium dengan hati-hati (jari tidak menyentuh
vulva dan perenium) dari depan ke belakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau arus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lpaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% → langkah #9)
8 Lakukan periksa dlaam untuk memastikan peralatan lengkap.
a. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit, cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120–160x/
Page 75
56
menit)
b. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
c. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN
11 Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran secara benar
12 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran:
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f. Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus kontraksi
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2 jam ) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam)
meneran (multigravida)
14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16 Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kepala
19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi dengan kain
Page 76
57
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahinya bahu
22 Setelah bayi melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
Lahirnya bahu dan tungkai
23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memengang lengan dan siku sebelah
atas.
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penulusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25 Lakukan penilaian (selintas)
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan
langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir)
26 Keringkan tubuh bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas
perut ibu
27 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
28 Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukkan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
Page 77
58
31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara klem
tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah di
sediakan
32 Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada atau di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu.
33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
VII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA III
34 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35 Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisi,
untuk mendeteksi. Tangan lain menengangkan tali pusat
36 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas
a. Jika uetrus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan plasenta
37 Lakukan penegangan dan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau
bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
disediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
Page 78
59
selaput yang tertinggal
Rangsangan taktil (masase) uterus
39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43 Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya
berlansung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu satu
payudara
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
44 Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes
mata atibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha
kiri anterolateral
45 Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral.
a. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa di
susukan
b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
Evaluasi
46 Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d. Jika uterus tidak berkontaksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri
47 Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
48 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49 Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
Page 79
60
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit jam kedua
pasca persalinan
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50 Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60x/menit) serta tubuh normal (36,5-37,50C)
Kebersihan dan Keamanan
51 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam laruta klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi
52 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai
53 Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
54 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu makanan dan minuman yang diinginkan
55 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
57 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV
Sumber : Depkes RI, 2008
2.2.10 Pendokumentasian
1. Partograf
Menurut Depkes, RI (2007), partograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
Page 80
61
Partograf harus digunakan pada semua ibu bersalin fase aktif kala I, semua
tempat bersalin dan semua penolong persalinan. Pencatatan selama fase aktif
persalinan yaitu informasi ibu (nama, umur, gravid, para, abortus, tanggal dan
waktu dirawat serta pecahnya selaput ketuban), kondisi janin (DJJ, warna dan
adanya air ketuban serta penyusupan kepala janin), kemajuan persalinan
(pembukaan serviks, penurunan bagian kepala dan presentasi janin, garis
waspada dan garis bertindak), jam dan waktu (waktu mulainya fase aktif),
kontraksi (frekuensi dalam 10 menit dan lamanya), obat dan cairan yang
diberikan (oksitosin dan obat lain serta cairan IV yang diberikan), kondisi ibu
(nadi, tekanan darah, suhu, dan produksi urine.
Pencatatan pada lembar belakang partograf digunakan untuk mencatat hal-
hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi
baru lahir). Bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Lakukan penilaian
dan catat asuhan yang diberikan selama masa nifas terutama pada kala IV
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya komplikasi
dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
2. Lembar penapisan persalinan
Menurut Depkes, RI (2010), pada saat memberikan asuhan bagi ibu
bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya
masalah atau penyulit. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetap waspada
pada indikasi yang tertera pada lembar penapisan.
Tabel 2.5 Penapisan Persalinan
Rujuk ibu :
Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan per vaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah disertai mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang
dari 37 minggu)
7. Ikhterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Pre-eklampsi/hipertensi dalam kehamilan
Page 81
62
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda atau gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
Sumber : Depkes RI, 2010
3. Lembar observasi
Menurut Depkes, RI (2010), jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm,
berarti ibu berada dalam fase laten dan semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat di lembar observasi, yaitu Denyut Jantung Janin
(DJJ), kontraksi, nadi setiap 30 menit dan pembukaan serviks, penurunan
kepala, tekanan darah, suhu dan produksi urine setiap 4 jam. Rujuk segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih 8 jam.
2.2.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada persalinan
Catatan perkembangan INC
Jam : .....................
Tanggal : .....................
S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau
anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan langsung dengan diagnosis misalnya
mengeluarkan darah dari kemaluannya, kenceng-kenceng yang
semakin sering (Muslihatun dkk, 2009).
O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian
data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lain seperti kesadaran umum, kesadaran, tanda-tanda
vital (TTV), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Page 82
63
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup
Kesadaran : composmentis, apatis, samnolen,
spoor, delirium, koma.
TTV
TD : 90/60 – 120/90 mmHg
N : 76-92x/menit
S : 36,5oC-37,5
oC
RR : 16-24x/menit
b. Pemeriksaan fisik
Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva
merah muda, palpepra tidak oedema
Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar
limfe, kelenjar tyroid, dan vena
jugularis
Dada/payudara : Simetris/tidak, ada/tidak retraksi
dinding dada, puting susu
menonjol/tidak, hiperpigmentasi
areola ada/tidak, ada/tidak ada
benjolan
Abdomen : Ada/tidak hiperpigmentasi (linea
nigra, striae gravidarum), tinggi
fundus uteri (TFU), DJJ janin dengan
fetoskop, ada/tidak bekas operasi,
ada/tidak benjolan abnormal,
ada/tidak nyeri tekan, keadaan bising
usus
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian atas
yang ada difundus.
Leopold II : Menentukan batas samping/ bagian
kanan dan kiri rahim ibu dan
Page 83
64
menentukan letak punggung janin.
Leopold III : Menentukan bagian terbawah
janin
Leopold IV
: Menentukan bagian terbawah janin
dan seberapa masuknya.
TBJ
(Tafsiran Berat
Janin)
: Dilakukan untuk mengetahui berat
badan janin.
(TFU – 11) x 155
Pemeriksaan
DJJ
: Dilakukan untuk mengetahui bunyi
jantung janin. Dalam keadaan normal
120-160x/menit
Genetalia : Ada luka/tidak, ada varises/tidak,
oedema/tidak, ada bloodshow/tidak
VT :
1. Portio
2. Effacement
3. Pembukaan
4. Ketuban
5. Letak
6. Denominator
7. Molage
8. Bidang Hogde
9. Bagian kecil
yang
menumbung
:
:
:
:
:
:
:
:
:
teraba lunak/kaku
penipisan serviks / 25% / 50% /
75% / 100%
1-10 cm
utuh/tidak, warna
kepala/bokong/bagian kecil janin
UUK jam …..
Penyusupan kepala janin nilainya
0, 1, 2, 3
Seberapa besar bagian kepala yang
turun di pintu bawah panggul
Ada/tidak
Anus : Perlu dikaji adakah haemoroid atau
tidak
Ekstremitas : Oedema kaki dan tangan, pucat pada
kuku jari, varises, reflek patella
Page 84
65
A : Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif (Muslihatun dkk, 2009).
G…P….minggu T/H inpartu kala… fase…dengan keadaan janin
dan ibu baik
P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian
implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi
berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus
ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).
1. Melakukan pendekatan dengan keluarga, tercipta kerjasama
yang baik antara bidan dengan klien. Ibu dan keluarga dapat
mengerti dan dapat diajak kerjasama.
2. Melakukan inform concent kepada ibu sebagai bukti legalitas
tindakan yang akan diberikan kepada ibu. Inform consent telah
diisi ibu.
3. Menganjurkan pada ibu untuk BAK terlebih dahulu sehingga
kandung kencing ibu tidak penuh dan tidak mengganggu
proses penurunan kepala janin. Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
4. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan dan
rasa nyaman pada ibu, agar persalinan berjalan lancer.
Keluarga mengerti dan dapat mengikuti anjuran bidan.
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan
memberikan makan dan minum saat tidak ada kontraksi. Agar
memiliki tenaga untuk mengejan saat persalinan. Ibu mengerti
dan mau melaksanakan anjuran bidan.
6. Melakukan meriksaan tanda-tanda vital. Menginformasikan
kepada keluarga tentang hasil dari pemeriksaan. Keluarga
mengerti dan paham.
7. Menganjurkan pada ibu miring kiri, agar tidak menekan vena
kava inferior sehingga oksigen janin terpenuhi dan
Page 85
66
mempercepat penurunan kepala janin, ibu mengerti dan akan
melakukan anjuran bidan.
8. Mengobservasi keadaan umum, TTV, dan perkembangan
kemajuan persalinan dan partograf. Memeriksa tanda dan
gejala kala II, jika ada tanda dan gejala kala II yaitu dorongan
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan
sfigter ani membuka, maka dilakukan persiapan pertolongan
persalinan 58 langkah APN
Jika pembukaan sudah lengkap. Lakukan asuhan persalinan normal 58
langkah sesuai asuhan persalinan normal
1) Mendengar dan melihat adanya tanda gejala kala dua. (Ibu merasa ada
dorongan kuat dan meneran, tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina, perenium tampak menonjol, vulva dan spingter ani
membuka).
2) Memastikan kelengkapan alat, bahan dan obat–obatan esensial
pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin &
memasukan alat suntik ke dalam partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun & air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Memasukkan oksitoksin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah
dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam–pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah, jika belum pecah di lakukan amniotomi.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
Page 86
67
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai–
pastikan DJJ dalam batas normal (120–160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan
merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5–6 cm.
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin tampak pada vulva dengan diameter 5–6 cm,
maka lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20) Cek apakah ada lilitan tali pusat atau tidak.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
Page 87
68
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas
perut ibu (Depkes RI, 2008).
Catatan Perkembangan kala III
Jam : ................
Tanggal : ................
S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini berhubungan
dengan masalah dari sudut pandang pasien atau anamnesa. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan langsung
dengan diagnosis.
O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), yang
diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan pasien
atau pemeriksaan diagnostik lain seperti keadaan umum pasien,
kesadaran, tanda-tanda vital (TTV), jumlah perdarahan dan
kontraksi uterus
A : Analysis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil
Page 88
69
analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif.
P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian
implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi berisi analisis
hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai
tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).
27) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan di berikan
28) Menyuntikan oxytosin 10 IU secara IM agar uterus berkontraksi dengan
baik
29) Penegangan tali pusat terkendali
30) Melahirkan plasenta pukul ….WIB. Kemudian cek kelengkapan
plasenta
31) Massase fundus uterus selama 15 detik (Depkes RI, 2008).
Catatan perkembangan kala IV
Jam : ................
Tanggal : ...............
S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini berhubungan
dengan masalah dari sudut pandang pasien atau anamnesa. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan langsung
dengan diagnosis (Muslihatun dkk, 2009).
O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), yang
diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain
(Muslihatun dkk, 2009).
A : Analysis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif (Muslihatun dkk, 2009).
Page 89
70
P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian
implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi berisi analisis
hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai
tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).
32) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
33) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
34) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
35) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha
kiri anterolateral.
36) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
37) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
38) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
39) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
40) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
41) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
42) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
43) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
Page 90
71
44) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian
bersih dan kering.
45) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
46) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
47) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
48) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
49) Melengkapi partograf (Depkes RI, 2008).
2.3 Konsep Dasar Masa Nifas
2.3.1 Pengertian
Menurut Retno (2011), masa nifas (puerperium) adalah masa setelah
keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu.
Menurut Suherni (2009), masa nifas disebut masa post partum atau
puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.
2.3.2 Tahapan masa nifas
Menurut Nugroho (2014), nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Page 91
72
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama
selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk
mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, dan
bahkan tahunan.
2.3.3 Tujuan masa nifas
Menurut Suherni (2009), asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan
untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang gizi, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat dan KB.
2.3.4 Perubahan fisiologis masa nifas
Menurut Nugroho (2014), perubahan fisiologis pada masa nifas :
1. Perubahan sistem reproduksi
c. Involusi uterus
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.6 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat sympisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas sympisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber: Nugroho, 2014
d. Involusi tempat placenta
Uterus pada bekas implantasi placenta merupakan luka yang kasar ke
dalam kavum uteri. Segera setelah placenta lahir, dengan cepat luka
Page 92
73
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir
masa nifas 1-2 cm.
e. Perubahan ligament
Setelah bayi lahir ligament dan diagfragma pelvis fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia
kala. Perubahan ligament yang dapat terjadi pasca melahirkan, yaitu
ligament rotundum menjadi kendor yang menyebabkan letak uterus menjadi
retrofleksi, ligament fasia jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak
kendor.
f. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali
dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen
tampak sebagai tonjolan kecil. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan sehat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada
perineum paca persalinan terjadi pada saat perineum mengalami robekan.
Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan
episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan
vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir
puerperium dengan latihan harian.
g. Lochea
Menurut Nugroho (2014), lochea adalah cairan sekret yang berasal
dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas :
1) Lochea rubra berisi darah segar dan sisa–sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
2) Lochea sanguinolenta berwarna kecoklatan, berisi darah dan lendir pada
hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-
14 pasca persalinan.
4) Lochea alba cairan putih, setelah 2 minggu.
Page 93
74
5) Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
6) Lochea statis lochea tidak lancar keluarnya
h. Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong,
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukkan
ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari.
i. Tanda-tanda Vital
1) Suhu
Selama 24 jam pertama suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC
sebagai akibat meningkatnya kerja otot/ penegangan otot panggul,
dehidrasi dan perubahan hormonal. Jika terjadi peningkatan suhu 38ºC
yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan maka perlu dipikirkan
adanya infeksi, seperti sepsis puerpurale (infeksi selama pasca partum),
infeksi saluran urinaria, endometritis (peradangan pasca partum), mastitis
(pembengkakan payudara), infeksi saluran kencing atau infeksi lainnya.
2) Nadi
Dalam periode 6-7 jam sesudah melahirkan, sering adanya
bradikardi (normal kurang dari 80-100x/ menit) karena pengosongan
rongga panggul dan kelelahan serta pengeluaran darah saat melahirkan.
Dengan kata lain, nadi biasanya meningkat pada 24 jam pertama. Nadi
akan kembali normal dalam waktu kurang lebih 2 bulan. Bila terdapat
takikardi (denyut nadi > 100x/ menit) sedangkan badan tidak panas,
mungkin ada perdarahan lebih. Denyut nadi antara 50-70x/ menit.
3) Pernafasan
Pernafasan ibu pasca partum akan mendekati ukuran normal seperti
sebelum melahirkan.
4) Tekanan darah
Terjadi hipotensi orthostatic (penurunan 20 mmHg) yang ditandai
dengan adanya pusing segera setelah berdiri, terjadi 46 jam pertama.
Page 94
75
Penurunan tekanan darah merefleksikan adanya hipofolemia sekunder
terhadap hemoragi. Peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan
penambahan diastolik 15 mmHg disertai sakit kepala dan gangguan
penglihatan, mungkin pre eklampsia. Jika ibu mengeluh sakit kepala,
sebelum diberikan analgetik perlu di ukur tekanan darah karena
peningkatan tekanan darah sering terjadi pada periode pasca partum.
Dengan kata lain, tekanan darah tidak berindikasi perdarahan intra uteri.
j. Perubahan sistem pencernaan
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu
3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone
menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari.
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal
masa pasca partum, diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi,
hemoroid ataupu laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
k. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab keadaan ini
adalah terdapat spasmesfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam
postpartum. Kadar hormon yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Uretra yang
berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odemtrigonum yang menumbulkan alostaksi dari uretra
sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi
kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih
Page 95
76
tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini sisa
urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan yang dapat
menyebabkan infeksi.
l. Perubahan sistem musculoskeletal (diastasis rectie abdominalis)
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan sistem musculoskeletal :
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah placenta
dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna tejadi
pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding
abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-
otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-
latihan tertentu. Pada 2 hari postpartum, sudah dapat fisioterapi.
m. Perubahan sistem kardiovaskuler
Menurut Sulistyawati (2009), selama kehamilan volume darah normal
digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan
oleh placenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali esterogen
menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4
jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan
banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan.
Page 96
77
Pada persalinan vagina mengeluarkan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan
pada persalinan dengan SC, pengeluaran darah dua kali lipatnya. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar haematokrit.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung dan akan menimbulkan decompensationcordis pada pasien
vitumcordio. Keadaan ini dapat di atasi dengan mekanisme kompensasi
dengan tumbuhnya haemokonsetrasi sehingga volume darah akan kembali
seperti sediakala. Umumnya ini terjadi 3-5 hari postpartum.
n. Perubahan sistem hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari
pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun,
tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan
darah. Leokositosi yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15.000 selam proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa
hari postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb, HMT, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal
masa postpartum sebagai akibat volume darah, placenta, dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status
gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan postpartum, terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan tersebut dan peningkatan
sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb
pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, yang akan kembali normal
dalam 4-5 minggu postpartum.
o. Perubahan komponen darah
Menurut Sulistyawati (2009), pada masa nifas terjadi perubahan
komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak.
Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu
pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan semula.
Page 97
78
Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetap
tinggi pada awal nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan
normal
2.3.5 Perubahan Psikologi Masa Nifas
Menurut Suherni (2009) adaptasi psikososial ibu nifas dibagi menjadi 3
fase, yaitu :
1. Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. perhatian tertuju pada kekhawatiran
akan tubuhnya, kemungkinan akan mengulang-ulang waktu dan pengalaman
melahirkan. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur, rasa bersalah karena belum bisa
menyusui bayinya, kekecewaan karena mendapatkan apa yang tidak diinginkan
tentang bayinya misal jenis kelamin dan kelelahan merupakan suatu yang tidak
dapat dihindari. Petugas kesehatan dapat menganjurkan suami dan keluarga
untuk memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk
mendengarkan semua hal yang disampaikan agar ibu dapat melewati fase ini
dengan lancar.
2. Taking hold
Periode ini berlangsung selama 3-10 hari postpartum. Pada fase ini ibu
timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Dukungan moril sangat dipelukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan
pendidikan kesehatan yaitu cara merawat bayinya, cara menyusui yang benar,
mengganti popok, cara merawat luka jahitan,dan senam nifas.
3. Letting go
Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan, ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya, dukungan suami dan keluarga masih terus
Page 98
79
diperlukan ibu. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan
kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
2.3.6 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas
Menurut Suherni, dkk (2009), kebutuhan dasar ibu pada masa nifas, yaitu :
1. Kebutuhan gizi ibu menyusui
Kualitas dan jumlah yang dikonsumsi sangat mempengaruhi produksi
ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan sebesar 800
kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu sendiri.
Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi.
Dengan ASI, bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat
lemah-lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan karena ASI
mengandung asam dekosaheksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara
bermakna mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
hanya diberi susu formula atau susu bubuk.
2. Ambulasi dini
Menurut Nugroho (2014), setelah persalinan ibu akan merasa lelah. Oleh
karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early
ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan
membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum
diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan.
Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk
kemudian berjalan.
3. Eliminasi (buang air kecil dan besar)
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air
kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Biasanya,
pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan
lahir. Bidan harus dapat menyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera
mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi post partum.
Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit
Page 99
80
pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil
berjuang melahirkan bayinya.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar
karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan sulit baginya untuk
buang air besar secara lancar. Feses yang tertahan lama dalam usus akan
mengeras karena cairan yang tergantung dalam feses akan selalu terserap oleh
usus. Bidan harus dapat menyakinkan pasien untuk tidak takut saat mau buang
air besar karena buang air besar tidak akan menambah parah luka jalan lahir.
Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat
dan banyak minum air putih.
4. Kebersihan diri dan perineum
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
rasa nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur
maupun lingkungan. yang dapat dilakukan ibu untuk menjaga kebersihan
dirinya, yaitu mandi teratur miniml 2x sehari, mengganti pakain dan alas
tempat tidur, menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal, melakukan perawatan
perineum.
5. Latihan senam nifas
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekita 6 minggu.
Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencankan bentuk
tutbuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas.
Manfaat dilakukan senam nifas antara lain :
a. Mengurangi rasa sakit pada otot.
b. Memperbaiki peredaran darah.
c. Mengencangkan otot-otot panggul, perut dan perineum.
d. Melancarkan pengeluaran lochea.
e. Mempercepat involusi.
f. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas.
6. Hubungan suami istri
Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian
hubungan seksual dilakukan tergantung dengan suami istri tersebut. Selama
periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang menyebabkan
Page 100
81
pola seksual selama nifas berkurang yaitu gangguan rasa ketidaknyaman fisik,
kelelahan, ketidakseimbangan hormon, kecemasan berlebih.
7. Program KB
Menurut Nugroho (2014) program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah
nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), denga tujuan menjaga kesehatan ibu.
Pada dasarnya ibu menyusui ekslusif tidak mengalami ovulasi atau penuh enam
bulan dan ibu belum mendapat haid. Untuk mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan, nasehatkan pasangan untuk menggunakan kontrasepsi ketika
mulai aktifitas seksual, meskipun siklus ibu belum kembali.
2.3.7 Tanda- tanda bahaya pada masa nifas
Menurut Depkes RI (2016), beberapa tanda bahaya masa nifas, yaitu:
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
3. Bengkak di muka, tangan, atau kaki, disertai sakit kepala dan kejang-kejang
4. Demam lebih dari 2 hari
5. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit
6. Ibu terlihat sedih, murung, dan menangis tanpa sebab (depresi)
2.3.8 Deteksi dini komplikasi pada masa nifas
Menurut Suherni (2009), kompikasi pada masa nifas biasanya jarang
ditemukan selama pasien mendapatkan asuhan yang berkualitas, mulai dari masa
kehamilan sampai dengan persalinannya. Beberapa kemungkinan komplikasi
masa nifas yang dapat bidan deteksi secara dini, yaitu:
1. Perdarahan Pervaginam/perdarahan post partum/post partum hemorrargia,
adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia
setelah melahirkan. Perdarahan ada 2 yaitu perdarahan post partum primer
(perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan), dan
perdarahan post partum sekunder (perdarahan yang terjadi antara 24 jam
setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum).
2. Kelainan payudara yang terdiri dari, bendungan ASI (sering menyebabkan rasa
nyeri yang cukup hebat dan bias disertai dengan kenaikan suhu), mastitis
(payudara menjadi keras, kemerahan, terjadinya kenaikan suhu, peningkatan
frekuensi denyut nadi, pasien mengeluhkan rasa nyeri).
Page 101
82
3. Infeksi masa nifas
Menurut Suherni (2009), adapun infeksi masa nifas yang dapat terjadi
adalah :
a. Vulvitis
b. Vaginitis
c. Servisitis
d. Endrometritis
e. Seftikemia dan Pymia
2.3.9 Kunjungan pada masa nifas
Menurut Depkes RI (2010), adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan
kunjungan masa nifas adalah :
1. Kunjungan pertama, pada 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan.
Tujuan :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal
e. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2. Kunjungan ke dua, pada hari ke-4 sampai hari ke-14 setelah persalinan,
Tujuan :
a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal
b. Evaluasi adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda adanya
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal yang berkaitan dengan
asuhan pada bayi.
3. Kunjungan ketiga, pada hari ke-15 sampai hari ke-28 setelah persalinan,
Tujuan :
a. Evaluasi adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Page 102
83
b. Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.
c. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda adanya
penyulit.
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal yang berkaitan dengan
asuhan pada bayi.
4. Kunjungan ke empat, pada hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan
Tujuan :
a. Menanyakan penyulit yang ada
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini
2.3.10 Proses laktasi dan menyusui
Menurut Retno (2011), menyusui adalah keseluruhan proses menyusui
mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai ASI di produksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan
pemberian ASI Eksklusif dan meneruskan pemberian ASI Eksklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. ASI merupakan nutrisi alamiah
terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang di butuhkan
selama 6 bulan pertama.
Menurut Retno (2011), manfaat pemberian ASI, antara lain :
1. Bagi Bayi
a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
b. Mengandung anti body
c. ASI mengandung komposisi yang tepat
d. Mengurangi kejadian karies dentis
e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan ada ikatan antara ibu dan
bayi.
f. Terhindar dari alergi
g. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
h. Membantu perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi, karena gerakan
menghisap mulut bayi pada payudara
Page 103
84
2. Bagi Ibu
a. Sebagai KB
b. Mencegah perdarahan dan mempercepat involusi uterus
c. Mempercepat menurunkan berat badan
d. Mendekatkan ibu dan bayi
3. Bagi Keluarga
a. Lebih ekonomis
b. Mudah diberikan dimana saja
2.3.11 Konsep dasar asuhan kebidanan pada masa nifas
Tempat pengkajian : untuk mengetahui tempat pengkajian tersebut
Tanggal / waktu : untuk mengetahui tanggal dan waktu pengkajian
Nama pengkaji : untuk mengetahui siapa nama pengkajinya
S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh dari anamnesisi. Data ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau
anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan langsung dengan diagnosis.
O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut hellen varney langkah pertama (pengkajian
data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan pasien atau pemeriksaan diagnostik lain seperti
keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-tanda vital (TTV),
jumlah perdarahan dan kontraksi uterus.
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup
Kesadaran : composmentis, apatis, samnolen,
spoor, delirium, koma.
BB : … kg
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
Page 104
85
N : 70-90x/menit
S : 36,5oC-37,5
oC
RR : 18-24x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah
muda, palpepra tidak oedema
Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tyroid, dan vena jugularis
Dada : Simetris/tidak, ada/tidak retraksi dinding
dada, ada/tidak ronkhi dan wheezing
Payudara : Simetris/tidak, puting susu menonjol/tidak,
ada benjolan abnormal/tidak,
hiperpigmentasi areola ada/tidak
Abdomen : TFU, kontraksi baik/tidak, terasa bundar
dan keras/tidak, kandung kemih kosong
atau penuh
Genetalia : Terdapat pengeluaran perdarahan
pervaginam/tidak, lochea (rubra,
sanguinolenta, serosa, alba), luka perineum
derajat (I, II, III, IV), ada jahitan
perineum/tidak
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris/tidak, oedema/tidak, reflek patella
positif/negative
Simetris/tidak, oedema/tidak, ada varises
/tidak, reflek patella positif/negative
A : Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif.
Ny “….” P………. Dalam Nifas ……. Hari ke……….
Page 105
86
P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian
implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi
berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus
ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).
Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan
Tujuannya :
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
Kunjungan nifas kedua, waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-
28 setelah persalinan
Tujuannya :
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan
istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda penyulit
Page 106
87
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari
6. Memberikan informed choice tentang KB
Kunjungan nifas ketiga, waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-
42 setelah persalinan
Tujuannya :
1. Menanyakan penyulit yang ada
2. Memberikan informed choice tentang KB
2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.4.1 Pengertian
Menurut Rochmah (2012), yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir pada kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-
4000 gram.
Menurut Rukiyah (2010), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan.
Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan
panjang badan sekitar 50-55 cm.
2.4.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal
Ciri-ciri bayi baru lahir normal
1. Berat badan 2500-4000 gram.
2. Panjang badan 48-50 cm.
3. Lingkar dada 32-34 cm.
4. Lingkar kepala 33-35 cm.
5. Lingkar lengan 11-12 cm.
6. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 x/menit, kemudian turun sampai
120-140 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
7. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit disertai
Page 107
88
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal interkostal, serta rintihan
hanya berlangsung 10-15 menit.
8. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan
dilapisi verniks kaseosa.
9. Rambut lanugo sudah hilang rambut kepala tumbuh baik.
10. Kuku telah agak panjang dan lemas.
11. Genetalia : Testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
12. Reflek hisap, menelan, dan morro telah terbentuk.
13. Eliminasi, urine, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
2.4.3 Kebutuhan pada bayi baru lahir
Menurut Rukiyah (2010), kebutuhan pada bayi baru lahir antara lain :
1. Pemenuhan nutrisi pada bayi
Salah satu yang pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi bayi baru
lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena ASI
merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat
gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan
perkmbangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi
(on demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai
kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari
salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu apabila
masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja
(ASI eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI
diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak
atau padat yang disebut MP-ASI (Makanan Pendamping ASI).
2. Menjaga kebersihan kulit bayi
Memandikan bayi, harus diruang yang hangat, bebas dari hembusan
angin langsung dan tergantung dengan kondisi udara, jangan memandikan
bayi langsung saat bayi baru bangun tidur, karena sebelum adanya aktifitas
dan pembakaran energy dikuatirkan terjadi hipotermi dan bayi masih
kedinginan, prinsip memandikan bayi adalah cepat dan hati-hati, lembut,
membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus.
Page 108
89
a. Bagian kepala : lap muka bayi dengan waslap lembut, tidak usah memakai
sabun, kemudian lap dengan handuk lalu basahi kepala dengan air
kemudian pakaikan shampo kalau rambut kotor, kemudian dibilas dan
dikeringkan dengan handuk.
b. Bagian tubuh : buka pembungkus, pakaian, popok bayi, kalau bayi BAB,
bersihkan terlebih dahulu, kemudian lap tubuh bayi dengan cepat dan
lembut memakai waslap yang telah diberi air dan sabun mulai dari leher,
dada, perut, punggung, kaki dengan cepat, kemudian angkat tubuh bayi dan
celupkan ke bak mandi yang telah diisi air dengan hangat ±370C
c. Angkat tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, keringkan dengan
handuk, pakaikan minyak telon dengan dada, perut dan punggung jangan
pakaikan bedak, lalu pakaikan baju, kemudian bayi dibungkus agar hangat
dan dekapkan ketubuh ibu.
3. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi
Menurut Rukiyah (2010), jika menemukan hal seperti ini harus segera
dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit, normalnya 40-60 kali/menit.
b. Terlalu hangat (>38º c) atau terlalu dingin (<36º c).
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.
d. Hisapan bayi saat menyusu lemah rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.
f. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak bak dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering
bewarna hijau tua, ada lendir atau darah.
g. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis
terus menerus.
h. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, mera, bengkak, bau
busuk, keluar cairan, pernafasan sulit.
4. Kebutuhan istirahat tidur
Menurut Rukiyah (2010), dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi
normalnya sering tidur. Neonatus sampai 3 bualan rata-rata tidur sekitar 16 jam
sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan
Page 109
90
selimut dan ruangan yang hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu
dingin.
Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia
bayi, pola ini dapat terlihat pada table berikut : Total istirahat tidur bayi sesuai
usia bayi perhari.
Tabel 2.7 Kebutuhan Tidur Bayi
Usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam 9 tahun 10 jam
Sumber: Rukiyah, 2010.
5. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk
melindungi diri untuk melawan penyakit tertentu dengan memasukkan suatu
zat kedalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.
Tabel 2.8 Jadwal Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari Hbo
1 bulan BCG, Polio
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 2, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber : Rochmah, 2012
2.4.4 Pelayanan kesehatan neonatus
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan
kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
setelah lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir.
Page 110
91
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai
dengan hari ke 28 setelah lahir.
2.4.5 Manejemen Terpadu Bayi Muda (Usia 1 Hari sampai 2 Bulan)
Menurut Muslihatun (2010), pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai
2 bulan ini, meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi, pemberian
konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut. Dalam manajemen terpadu
bayi muda ini, dilakukan pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang lazim
terjadi pada bayi muda, antara lain adanya kejang, gangguan nafas, saluran cerna,
diare serta kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
2.4.6 Masalah, komplikasi dan penanganan
Masalah, komplikasi dan penanganan yaitu :
1. BBLR
Menurut Muslihatun (2010), BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah
bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR dapat dibagi
2 yaitu prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir dengan
umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai
dengan berat badan masa kehamilan atau neonatus kurang bulan-sesuai masa
kehamilan.
Faktor-faktor penyebab kejadian BBLR di bagi menjadi 3 yaitu faktor
ibu, faktor bayi, dan faktor lingkungan. Faktor dari ibu yang menyebabkan
BBLR adalah penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial dan sebab lainnya. Faktor
penyakit ibu yang dapat menyebabkan BBLR yaitu perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, diabetes militus dan lain-lain. Faktor usia ibu yang
dapat menyebabkan BBLR usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Keadaan sosial yang dapat menyebabkan BBLR yaitu ekonomi rendah,
perkawinan tidak sah dan sebab lain yang dapat menyebabkan BBLR yaitu ibu
perokok, peminum alkohol, serta pecandu narkoba. Faktor janin yang dapat
menyebabkan BBLR diantara lain adalah hidramnion, kehamilan ganda dan
lain-lain. Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya BBLR tempat
ditempat tinggi, radiasi, dan zat beracun.
Page 111
92
Penatalaksaan bayi BBLR diantaranya adalah :
a. Bersihkan jalan nafas
b. Memotong dan merawat talipusat
c. Membersihkan badan bayi
d. Memberikan obat mata
e. Mempertahankan suhu badan dengan cara melimuti tubuh bayi
f. Menempatkan bayi dalam inkubator buatan dengan lampu penghangat.
g. Suhu lingkungan harus di jaga kehangatannya.
h. Berikan ASI pada bayi apabila bayi belum bisa menghisap maka berikan
menggunakan sendok atau pipet.
2. Asfiksia
Menurut Muslihatun, 2010), asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru
lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor- faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
Penanganan pada bayi asfiksia yaitu dengan dilakukan tindakan resusitasi
segera setelah lahir. Resusitasi dilakukan untuk membuka jalan nafas,
mengusahakan agar oksigen masuk kedalam tubuh bayi dengan meniupkan
nafas kemulut bayi (resusitasi pernafasan), menggerakkan jantung (resusitasi
jantung) sampai bayi mampu bernafas sepontan dan jantung berdenyut secara
teratur.
3. Kejang
Menurut Muslihatun (2010), kejang merupakan salah satu kegawatan
yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari dengan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi lebih dari sepertiga hidup dengan gejala sisa (sequele).
Penyebabnya yaitu hipoglikemi, meningitis, perdarahan intrakranial akibat
Page 112
93
trauma lahir atau hipoksia. Pada penderita kejang pemberian vitamin K intra
muskuler pada trauma persalinan sangat dianjurkan.
4. Ikterus
Menurut Muslihatun (2010), ikterus adalah diskolorisasi kuning pada
kulit atau organ lain akibat penumpukan kadar bilirubin. Pada bayi baru lahir
ikterus terbagi menjadi dua yaitu ikterus fiologis dan patologis. Ikterus
fisiologis timbul pada hari ke 2 dan ke-3. Ikterus patologis terjadi pada 24 jam
pertama menetap sesudah 2 minggu pertama.penangannya yaitu tetap
memberikan ASI pada bayi dan menstimulasi konjugasi bilirubin, misalnya
dengan glukose atau pemberian albumin.
5. Hipotermi
Menurut Muslihatun (2010), hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu
tubuh dibawah 36,5-37,50C (suhu ketiak). Pengukuran dilakukan pada ketiak
selama 3-5 menit. Gejala awal hipotermi, apabila suhu dibawah 360C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermi sedang (suhu 32-360C). Hipotermi berat jika suhu tubuh
kurang dari 320C. Akibat hipotermi adalah bayi akan mengalami strees dingin.
Jika hipotermi berlanjut akan timbul cidera dingin. Hipotermi disebabkan oleh :
a. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin,
seperti pada waktu menimbang bayi.
c. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
d. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena
pintu, jendela terbuka.
Gejala hipotermi pada bayi baru lahir yaitu, bayi tidak mau
menetek/minum, bayi tampak mengantuk saja dan lesu, tubuh bayi teraba
dingin, dalam keadaan berat, denyut jantung menurun dan kulit bayi mengeras.
Penanganannya yaitu dengan menghangatkan bayi dengan cara ganti pakaian
yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering, Memakai topi
dan selimut yang hangat atau masukkan bayi dalam inkubator atau diberi sinar
lampu dan menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu dengan metode
kanguru.
Page 113
94
6. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
yang disebabkan clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk tubuh bayi
melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat perawatannya
sebelum lepas. Masa inkubasi 3-28 hari, tetapi jika kurang dari 7 hari penyakit
ini lebih parah dan angka kematiannya lebih tinggi. Gejalanya yaitu bayi tiba-
tiba demam/panas, bayi tiba-tiba menetek karena kejang otot rahang dan
pharing (trismus), mulut mencucu seperti mulut ikan, kejang terutama bila
terkena rangsangan cahaya, suara atau sentuhan, kadang-kadang disertai sesak
nafas dan wajah membiru, kaku kuduk, posisi punggung melengkung, kepala
mendongak keatas, sering timbul komplikasi terutama bronkhopneumonia,
asfiksia dan sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lender/sekret, serta
sepsis.
Menurut Muslihatun (2010), penanganan bayi dengan tetanus
neonatorum sebagai berikut :
a. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang
b. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkn jalan nafas memasang
tongspatula
c. Mencari tempat masuknya spora tetanus umunnya di tali pusat atau telinga
d. Mengatasi penyebab tetanus dengan memberikan suntikan ATS dan anti
biotika
e. Perawatan adekuat oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Ruangan tenang, sedikit sinar
7. Gumoh
Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan.
Gumoh bukan muntah, gumoh adalah keluarnya sebagian isi lambung
tanpa didahului rasa mual dan tanpa peningkaran tekanan dalam perut bayi. Isi
lambung mengalir keluar begitu saja. Bayi kurang bulan umumnya sering
mengalami gumoh dibanding dengan bayi cukup bulan, gumoh terjadi karena :
a. Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum cukup
tegak seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
b. Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada
c. Besar lambung yang relatif kecil
Page 114
95
d. Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna atas) belum
sempurna
Menurut Muslihatun (2010), cara mengatasi gumoh, yaitu :
a. Menyusui hanya pada 1 payudara. Payudara yang lain digunakan hanya
untuk menyusui pada kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih
menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.
b. Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi
berdiri menghadap dada ibu dan diberi tepukan ringan pada punggung bayi
selaama beberapa saat. Proses penyendawaan kadang diikuti dengan
bunyi khas yang timbul akibat gerakan peristaltik esofagus, tetapi hal ini
tidak harus terjadi.
c. Setelah selesai menyusui, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala
lebih tinggi sekitar 30-450. Tidak mengayun/menggoyang/memijit bayi
(terutama daerah perut)/ melakukan senam bayi sesaat setelah bayi menyusu.
2.4.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Tempat pengkajian : untuk mengetahui tempat pengkajian tersebut
Tanggal / waktu : untuk mengetahui tanggal dan waktu pengkajian
Nama pengkaji : untuk mengetahui siapa nama pengkajinya
S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut hellen varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh dari anamnesisi. Data ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau
anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan langsung dengan diagnosis (Muslihatun dkk,
2009).
O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian
data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lain (Muslihatun dkk, 2009).
Page 115
96
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : suatu pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk
memperoleh data dan sebagai dasar dalam
menegakkan diagnosa. Penilaiannya dapat
secara kualitatif (composmentis, apatis,
somnolen, sopor, koma, delirium) dan
kuantitatif (diukur menurut skala koma)
(Uliyah dkk, 2008).
Suhu : normal (36,5-370 C)
Pernapasan : 40-60 kali/menit
Denyut jantung : 130-160 kali/menit
Barat badan : 2500-4000 gram
Panjang badan : antara 48-52 cm
2. Pemeriksaa fisik
Kepala : adakah caput succedaneum, chepal hematoma,
keadaan ubun-ubun tertutup.
Muka : warna kulit merah
Mata : sklera putih, tidak ada perdarahan
subconjungtiva
Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada sekret
Mulut : reflek menghisap baik, tidak ada palatokisis
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran bendungan vene jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dada
Tali pusat : bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kasa
Abdomen : simetris, tidak ada massa, tidak ada infeksi
Genetalia : untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk
bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi
labia minora
Anus : tidak atresia ani
Page 116
97
Ekstremitas : tidak terdapat polidaktil dan syndaktil
3. Pemeriksaan neurologis
a. Reflek moro/terkejut : apabila bayi diberi sentuhan
mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan
menimbulkan gerak terkejut
b. Refleks menggenggam : apabila telapak tangan bayi
disentuh dengan jari pemeriksa, maka ia akan berusaha
menggenggam jari pemeriksa
c. Refleks rooting/mencari : apabila pipi bayidisentuh oleh jari
pemeriksa, maka ia kan menoleh dan mencari sentuhan itu
d. Reflek menghisap/sucking refleks : apabila bayi diberi
puting/dot, maka ia berusaha untuk menghisap
e. Glabella refleks : apabila bayi disentuh dibagian os grabella
dngan jari tangan pemeriksa, maka ia kan megerutkan
keningnya dan mengedipkan matanya
f. Gland refleks : apabila bayi disentuh pada lipatan paha
kanan dan kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua
pahanya
g. Tonick neck refleks : apabila bayi diangkat dari tempat tidur
(digendong) maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya
4. Pemeiksaan Antropometri
a. Berat badan : BB bayi normal 2500-4000 gram
b. Panjang Badan : panjang badan bayi lahir normal 48-52 cm
c. Lingkar Kepala : lingkar kepala bayi normal 33-38 cm
d. Lingkar Lengan Atas : normal 10-11 cm
e. Ukuran Kepala :
1) Diameter suboksipitobregmatika : antara foramen
magnum dan ubun-ubun besar (9,5 cm)
2) Diameter suboksipitofrontalis : ntara foramen magnum
ke pangkal hidung (11 cm)
3) Dimeter frontooksipitalis : antara titik pangkal hidung
ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)
Page 117
98
4) Diameter Mentooksipitalis : antara dgu ke titik terjauh
belakang kepala (13,5 cm)
5) Diameter Submentobregmatika : antara os hyoid ke
ubun-ubun besar (9,5 cm)
6) Diameter Biparietalis : antara dua tulang biparietalis (9
cm)
7) Diameter bitemporalis : antara dua tulang temporalis (8
cm) (Sondakh, 2013).
A
P
:
:
Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif.
Pada Bayi baru lahir “….” Usia……..jam Dengan ……………
Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian
implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi
berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus
ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009)
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan
bayi setidak 6 jam
2. Membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan hangat
agar tidak infeksi dan hipotermi
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan
metode kanguru
4. Menganjurkan pada ibu untuk segera memberikan ASI
(Sondakh, 2013).
Page 118
99
2.5 Konsep Dasar KB/pelayanan Kontrasepsi
2.5.1 Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2009), kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat
permanen.
Menurut Affandi, dkk (2012), kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap
individu sebagai mahluk sosial.
Menurut Bahiyatun (2009), keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu
usaha dalam membantu keluarga/individu merencanakan kehidupan
berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
2.5.2 Tujuan program KB
Menurut Syafrudin (2009) tujuan program KB adalah :
1. Memperkecil angka kelahiran.
2. Menjaga kesehatan ibu dan anak.
3. Membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi.
2.5.3 Manfaat KB
Menurut Bahiyatun (2009) manfaat KB adalah :
1. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
2. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk istirahat, dan
menikmati waktu luang, serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
2.5.4 Kebutuhan pada calon akseptor KB
Kebutuhan pada calon akseptor KB :
1. Konseling
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan
keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi (KR). Dengan melakukan
konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan
jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping
itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan
membantu klien dalam menggnakan kontrasepsinya lebih lama dan
meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi
Page 119
100
antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubngan dan menjaga
kepercayaan yang sudah ada.
Menurut Affandi (2012), dalam memberikan konseling, khususnya
bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang
sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU
tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah
sebagai berikut :
a. SA: SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat
yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun
rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta
jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.
Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman KB dan KR, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan
perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-
kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati
klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.
c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling diingini, serta jelaskan
pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Uraikan juga mengenai risiko
penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
d. TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya.
Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan
dan kebutuhannya.
e. J: Jelaskan secara lengkap kepada klien bagaimana menggunakan
kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsi, jika
diperlukan perlihatkan alat kontrasepsinya
Page 120
101
f. U : Perlunya kunjungan Ulang.
Diskusikan dan buat kontrak dengan klien untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan atau permintaan kontrasepsi apabila dibutuhkan.
2.5.5 Penapisan Klien
Menurut Affandi (2012), tujuan utama panapisan klien sebelum pemberian
suatu metode kontrasepsi, untuk menentukan apakah ada :
1. Kehamilan
Klien tidak hamil apabila :
a. Tidak senggama sejak haid terakhir
b. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
c. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
d. Di dalam 4 minggu pasca persalinan
e. Dalam 7 hari pesca keguguran
f. Menyusui dan tidak haid
b. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
c. Masalah (misalnya : diabetes, tekanan darah tinggi) yang membutuhkan
pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Tabel 2.9 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Non Operatif
Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin,
suntikan, dan susuk)
Ya Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau
lebih Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pasa persalinan
Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara
haid setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata Apakah pernah
nyeri kepala hebat atau gangguan visual Apakah pernah
nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai
bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik)
atau 90 mmHg (diastolik)
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara Apakah
anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi)
AKDR (semua jenis pelepas tembagadan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks
lain
Page 121
102
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami disminnorea berat yang
membutuhkan analgetikadan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perddarahan/perdarahan bercak
antara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung
vaskuler atau konginetal
Sumber : Affandi, 2012
2.5.6 Metode Kontrasepsi
1. MAL (Metode Amenore Laktasi)
Menurut Affandi (2012), Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan atau minuman apa pun
lainnya
Menurut Affandi (2012), cara kerja pada MAL adalah penundaan atau
penekanan ovulasi. Keuntungan kontrasepsi antara lain :
a. Keefektifan tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca
persalinan).
b. Segera efektif.
c. Tanpa biaya
Keuntungan non kontrasepsi :
a. Untuk Bayi, mendapat kekebalan pasif (mendapatkan perlindungan
antibodi dari ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan terhadap
kontaminasi dari air atau susu formula.
b. Untuk Ibu, mengurangi perdarahan pasca bersalin, mengurangi resiko
anemia, meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi.
Keterbatasan pada MAL adalah : Perlu persiapan sejak perawatan
kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, mungkin
sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas tinggi hanya sampai
Page 122
103
kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS
termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.
2. Metode barier
Kondom
Menurut Affandi, dkk (2012), kondom merupakan selubung/sarung
karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan yang dipasang pada penis
saat berhubungan seksual. kondom terbuat dari karet sintetisyang tipis,
berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai
bahan telah ditambahkan kepada kondom baik untuk menambah
efektifitasnya (misalnya dengan tambahan spermisida) maupun sebagai
aksesoris aktifitas seksual. Standar kondom dilihat pada ketebalan, pada
umumnya standar ketebalan adalah 0,02 mm.
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Efektif jika dipakai dengan baik dan benar, dapat
dipakai bersama dengan kontrasepsi yang lain untuk mencegah IMS.
3. Kontrasepsi Progestin
a. Pil progestin
Menurut Affandi (2012) dalam buku yang berjudul Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi yang mengemukakan bahwa Mini pil
digunakan oleh perempuan yang ingin menggunakan kontrasepsi oral
tetapi menyusui atau untuk perempuan yang harus menghindari
esterogen oleh sebab apapun.
b. Mini pil :
1) Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB.
2) Sangat efektif pada masa laktasi dan tidak menurunkan produksi ASI.
3) Tidak memberikan efek samping esterogen.
4) Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak.
5) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
Page 123
104
c. Suntikan progestin
Menurut Affandi, dkk (2012), suntikan progestin sangat efektif,
aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,
kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa
laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
1) DMPA (Depot Medroxy Progesterone Asetat) atau Depo Provera.
Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. disuntikkan
secara intramuscular didaerah bokong.
2) NET-EN (Norethindrone enanthate) atau noristerat
Diberikan dalam dosis 200mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 8
minggu untuk 6 bulan pertama, kemudian selanjutnya sekali setiap 12
minggu.
Menurut Affandi, dkk (2012), mekanisme kerja suntikan progestin,
yaitu mencegah ovulasi, lender serviks menjadi kental dan sedikit
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi spermatozoa, membuat
endometrium tipis dan atrofi sehingga kurang baik untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi, mempengaruhi kecepatan transport ovum oleh
tuba fallopi.
4. Implant
Menurut Affandi, dkk (2012), implant adalah metode kontrasepsi
hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya
kehamilan antara 3 hingga 5 tahun. Metode ini mengembangkan oleh the
population council, yaitu suatu organisasi Internasional yang didirikan tahun
1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi.
Menurut Affandi, dkk (2012), jenis–jenis dari implan antara lain :
a. Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg
levonorgestrel. Panjang kapsul 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul
terbuat dari bahan silastik medik (polydimethilsiloxane) yang fleksibel
dimana kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak
mengganggu kesehatan klien. Enam kapsul norplant dipasang menurut
konfirgurasi kipas dilapisan subdermal lengan atas dengan lama kerja 5
tahun.
Page 124
105
b. Jedelle (Norplant 2 kapsul) yaitu implan yang terdiri dari 2 kapsul dan
biasa disebut implan-2. Implan-2 memakai levonorgestrel 150 mg dalam
kapsul 43 mm dan diameter 2,5 mm. Pelepasan harian hormon
levonorgestrel dari implan-2 hampir sama dengan norplant dan secara
teoritis, masa kerjanya menjadi 40% lebih singkat. Lama kerjanya juga 5
tahun sama seperti norplant.
c. Implanon adalah kontrasepsi yang mengandung etonogestrel, merupakan
metabolik desogestrel yang efek androgeniknya lebih rendah dan aktifitas
progestational yang lebih tinggi dari levonorgestrel. Kapsul polimer
mempunyai tingkat pelepasan hormon yang lebih stabil dari kapsul silastik
norplant. Implanon lama kerjanya 3 tahun.
Mekanime kerja :
a. Menekan ovulasi, lebih dari 80% pemakaian norplant pada tahun-tahun
pertama tidak mengalami ovulasi.
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan sperma.
c. Membuat endometrium tidak siap menerima kehamilan.
Keuntungan :
a. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 per 100 wanita).
b. Memberi perlindungan jangka panjang.
c. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implan di cabut.
d. Tidak perlu melakukan pemeriksaan dalam.
e. Dapat dicabut setiap saat menurut kebutuhan.
f. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan tidak mengganggu produksi
ASI
g. Tidak mengandung estrogen yang menyebabkan berbagai efek samping
pada pemakaian pil kontrasepsi
Kerugian :
a. Mengalami efek samping gangguan siklus haid berupa perdarahan tidak
teratur, perdarahan bercak, dan amenorea.
b. Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B, infeksi
IMS dan AIDS.
c. Tingginya resiko terjadinya kehamilan ektopik 20-30%.
Page 125
106
d. Sakit kepala.
e. Perubahan berat badan (biasanya meningkat).
f. Perubahan suasana hati (gugup/gelisah).
g. Nyeri payudara
Menurut Affandi (2012), waktu pemasangan implant adalah :
a. Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid).
b. Pasca persalinan (3-4 minggu).
c. Pasca keguguran (segera atau dalam 7 hari pertama).
d. Sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (lebih dari 6 minggu pasca
persalinan dan sebelum 6 bulan pasca persalinan)
5. Kontrasepsi kombinasi
Menurut Affandi (2012), macam-macam kontrasepsi kombinasi antara
lain :
a. Pil kombinasi
1) Harus diminum tiap hari
2) Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan
bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang
3) dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah
mempunyai anak , maupun belum.
4) Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin jika tidak sedang hamil.
5) Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui.
6) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
Cara kerja pil kombinasi, yaitu menekan ovulasi, mencegah
implantasi, lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma,
pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula.
b. Suntik kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25mg depo medrogsiprogesteron
asetat dan 5mg estradiol sipionad yang diberikan injeksi IM sebulan sekali
(cyclofem), dan 50mg nurentindronenantat dan 5mg estradiol falerat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali.
Page 126
107
Menurut Affandi (2012), cara kerja KB suntik kombinasi adalah:
1) Menekan ovulasi
2) Mebuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
3) Perubahan pada endometrium (aprofi) sehingga implantasi terganggu
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Sangat efektifitas (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan.
6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat plastik atau
logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis servikalis yang
bertujuan untuk pencegahan kehamilan yang sangat efektif , berjangka
panjang, aman dan reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak
terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan.
Menurut Affandi (2012), jenis AKDR antara lain :
a. AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di
Indonesia dan terdapat dimana-mana.
b. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).
Efektivitas AKDR dipengaruhi oleh karakteristik alat, keterampilan
penyedia layanan (dalam memasang alat), dan karakteristik pemakai
(misalnya usia dan paritas).
Menurut Affandi (2012), cara kerja AKDR antara lain : :
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Page 127
108
2.5.7 Konsep dasar asuhan kebidanan pada akseptor KB
Tempat pengkajian : untuk mengetahui tempat pengkajian tersebut
Tanggal / waktu : untuk mengetahui tanggal dan waktu pengkajian
Nama pengkaji : untuk mengetahui siapa nama pengkajinya
S : Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien atau
anamnesa. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan langsung dengan diagnosis.
O : Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian
data), yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lain.
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup
Kesadaran : composmentis, apatis, samnolen,
sopor, delirium, koma.
BB : … kg
TTV
TD : 100/60 – 120/80 mmHg
N : 60-80x/menit
S : 36,5oC-37,5
oC
RR : 18-24x/menit
b. Pemeriksaan fisik
Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva
merah muda, palpepra tidak oedema
Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar
limfe, kelenjar tyroid, dan vena jugularis
Page 128
109
Dada/payudara : Simetris/tidak, ada/tidak retraksi dada,
putting susu menonjol/tidak,
hiperpigmentasi areola ada/tidak,
ada/tidak ada benjolan, ada/tidak ada
bendungan ASI.
Abdomen : Ada/tidak bekas operasi, ada/tidak
benjolan abnormal, ada/tidak nyeri
tekan, keadaan bising usus.
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris/tidak, oedema/tidak, reflek
patella positif/negative
Simetris/tidak, oedema/tidak, ada
varises/tidak, reflek patella
positif/negative
A : Analisis atau assesment, merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan
objektif.
Ny “...” P..... dengan calon akseptor KB
P : Penatalaksanaan, merupakan gambaran pendokumentasian
implementasi dan evaluasi meliputi manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Evaluasi
berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus
ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun dkk, 2009).
1. Melakukan konseling tentang macam-macam alat kontrasepsi
pada ibu
2. Melakukan informed consent pada ibu tentang KB
3. Mempersiapkan ibu serta memberitahu langkah-langkah yang
akan dilakukan.
4. Melakukan asuhan keluarga berencana.
5. Melakukan pencatatan dan memberitahu tahu untuk kunjungan
ulang pada tanggal…. / jika ada keluhan.
Page 129
110
BAB 3
METODE PENDEKATAN STUDI KASUS
3.1 Jenis Pendekatan
Dalam Laporan Tugas Akhir ini mahasiswa berusaha mengetahui bagaimana
proses asuhan kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC)
pada ibu hamil trimester III, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana
(KB). Mahasiswa mengumpulkan data dan mendeskrispsikan proses asuhan
kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity Of Care (COC) melalui
pendekatan SOAP
Page 130
111
3.2 Kerangka Operasional
Mahasiswa melakukan pendekatan ke BPM Bidan “R”
Bekerjasama untuk pencarian pasien LTA
Skrining menggunakan KSPR dengan cara anamnese dan pemeriksaan
fisik
Pendekatan pasien
Menjelaskan pada bidan kriteria pasien yang dibutuhkan UK 34-38 minggu
Inform consent kepada pasien
Pemeriksaan kehamilan (minimal 2 kali)
Pasien memenuhi syarat untuk
dijadikan sebagai objek studi
Dilakukan standart 10T
Kunjungan nifas 4 kali
1. KF 1 : 6 jam – 3 hari
2. KF 2 : 4 – 14 hari
3. KF 3 : 15 – 28 hari
4. KF 4 : 29 – 42 hari
Persalinan
Dilakukan standart 58 langkah
Kunjungan neonatus 3 kali
1. KN 1 : 6 – 42 jam
2. KN 2 : 3 – 7 hari
3. KN 3 : 8 – 28 hari
Kunjungan nifas dan neonatus
Konseling KB Pengambilan keputusan oleh klien
Melakukan studi pendahuluan
Pengajuan surat ijin dari akademik
Surat ijin dari Bankesbang
Pengambilan data ke dinas kesehatan
Melakukan penyusunan proposal
Melakukan ujian proposal
Gambar 3.1 Kerangka Operasional
Page 131
112
3.3 Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus ini adalah ibu hamil usia kehamilan 34-38 minggu yang
mengalami peristiwa bersalin, nifas, bayi yang dilahirkan/neonatus, dan ibu nifas
dengan akseptor KB.
3.4 Fokus Studi
Fokus studi dalam studi kasus ini berupa asuhan kebidanan kehamilan
(antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan kebidanan
nifas (postnatal care), asuhan kebidanan neonatal, dan asuhan kebidanan KB
secara komprehensif berbasis Continuity of Care (COC).
3.5 Definisi Operasional Fokus Studi
Definisi Operasional dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Kehamilan trimester III adalah ibu hamil dengan resiko rendah (KSPR 2)
dengan usia kehamilan 34-38 minggu tanpa disertai penyakit penyerta pada
kehamilan dan tidak mengalami tanda bahaya trimester III.
2. Persalinan yaitu ibu bersalin dari kala I sampai kala IV dengan usia
kehamilan cukup bulan dan bayi lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung ±18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
janin.
3. Nifas yaitu dimana masa dan waktu sejak bayi lahir, plasenta lepas dari rahim
yang dimulai sejak 6 jam post partum sampai minggu ke-6, disertai dengan
pulihnya organ reproduksi ibu tanpa komplikasi yang menyertai selama masa
nifas.
4. Bayi Baru Lahir yaitu bayi baru lahir normal usia 0-28 hari.
5. Keluarga Berencana (KB) yaitu ibu yang melakukan pelayanan KB setelah
masa nifas berakhir dan ibu tidak menderita komplikasi yang menjadi
kontraindikasi pemakaian KB.
Page 132
113
3.6 Kriteria Subjek
Kriteria subjek dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Ibu hamil dengan resiko rendah (KSPR 2) usia kehamilan 34-38 minggu
2. Ibu bersalin normal dan bersedia bersalin di BPM yang sudah ditetapkan
3. Ibu nifas normal
4. Bayi baru lahir normal (neonatus)
5. Ibu yang bersedia menggunakan alat kontrasepsi (KB)
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Buku KIA
2. KSPR
3. Hb
4. Pemeriksaan Fisik Set
5. Lembar partograf
6. Lembar penapisan
7. Partus Set
8. MTBM
9. Lembar penapisan KB
3.8 Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Lokasi dan waktu studi kasus dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Lokasi Studi Kasus
a. BPM Ny. “R” Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso
b. Rumah pasien Ny. “V” Dusun Lumbung RT. 22/07 Desa Bataan
Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
2. Waktu Studi Kasus : 03 Februari 2017 – 08 Februari 2017
Page 133
114
3.9 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Primer (Sumber langsung)
Penulis menggunakan data dari sumber langsung dimana data–data
didapat dengan cara wawancara secara langsung kepada klien, dokumentasi
(Buku KIA), serta observasi langsung melalui cara anamnesis, pemeriksaan
fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pemeriksaan penunjang, dan
observasi.
2. Sekunder (Sumber tidak langsung)
Penulisan laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan telaah pustaka
dimana pembahasannya di dapatkan dari literature–literature yang berkaitan
dengan judul penulisan yaitu tentang kehamilan, persalinan, nifas, neonatal
dan KB. Dimana sumber yang didapat berasal dari buku dan internet.
3.10 Etika Studi Kasus
Etika studi kasus dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Lembar persetujuan (inform consent)
Lembar persetujuan menjadi pasien (informed concent) diberikan sebelum
studi kasus agar pasien mengetahui maksud dan tujuan studi kasus.
2. Tanpa nama (anonymity)
Dalam menjaga kerahasiaan identitas pasien, penulis tidak mencantumkan
nama pasien pada lembar pengumpulan data dan cukup dengan memberikan
inisial.
3. Kerahasiaan (confidential)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari pasien dijamin oleh
peneliti.
Page 134
115
BAB 4
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN CONTINUITY OF CARE (COC)
4.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Trimester III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. ”V” GI P00000 UK 38 MINGGU 2 HARI
DENGAN KEHAMILAN NORMAL JANIN TUNGGAL HIDUP
I. PENGKAJIAN DATA
Tempat Pengkajian : BPM. Bidan Rubiah, S. Tr. Keb
Tanggal/waktu pengkajian : 03 – 02 – 2017 / 15.00 WIB
Petugas : Dwi Mika Endriana
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny. “V” Nama Suami : Tn. “V”
Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun
Suku / Bangsa : Jawa Suku / Bangsa : Madura
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Karyawati Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bataan RT. 22 / 7 Tenggarang, Bondowoso
No Telp : 085 259 047 925
2. Keluhan Utama
Saat ini hamil anak pertama dengan usia kehamilan 9 bulan dan saat
ini mengeluh keputihan
3. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini tidak sedang mengalami penyakit kronis/menular dan
penyakit yang dapat mempengaruhi keadaan bayinya, seperti
(Jantung, Ginjal, Asma, TBC, Hepatitis, Diabetes Mellitus,
Hipertensi)
Page 135
116
4. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit kronis/menular dan
penyakit yang dapat mempengaruhi keadaan bayinya, seperti
(Jantung, Ginjal, Asma, TBC, Hepatitis, Diabetes Mellitus,
Hipertensi)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarganya maupun suaminya tidak ada yang menderita
penyakit kronis/menular (Jantung, Hipertensi, Diabetes mellitus, TBC,
Asma, Hepatitis) dan tidak ada riwayat keturunan kembar dari pihak
suami/istri.
6. Riwayat Menstruasi
Haid pertama (menarche) : 12 tahun
Siklus haid : 30 hari
Teratur/tidak : Teratur
Lama haid : 7 hari
Volume : 3x ganti pembalut/hari
Sifat darah : Encer, warna merah, berbau amis
Dismenorrhea : Sakit pada saat haid hari pertama
Flour albus : Ada, sedikit, putih, tidak bau, tidak gatal,
terjadi setelah haid selesai
HPHT : 05 – 05 – 2016
7. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas Laktasi
Ke
UK
Kom
p
Jenis
Pen
olo
ng
Tem
pat
Kom
p
JK
PB
/ B
B
H/M
T/G
Usi
a
Lam
a
Kom
p
Lam
a
Kom
p
1 9 bln - HAMIL SAAT INI
8. Riwayat KB
a. Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : tidak ada
b. Lamanya penggunaan : tidak ada
Page 136
117
c. Keluhan / masalah : tidak ada
d. Rencana KB selanjutnya : KB suntik
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
Tgl Keluhan TD
(mmHg)
BB
(kg)
Usia
Kehamilan
(Minggu)
Tinggi
Fundus
(cm)
Letak
Janin
Kep/
Su/Li
DJJ
Janin/
Menit
13/07/
2016 Mual 120/80 65 10 minggu - - -
14/09/
2016 Keputihan 120/80 67 19 minggu
2 jari di
bawah
pusat
Kepala 140x/
Menit
04/11/
2016 - 120/80 68
26-27
minggu
Setingg
i pusat Kepala
137x/
Menit
28/11/
2016 Sakit kaki 130/90 74,5 30 minggu
3 jari di
atas
pusat
Kepala 146x/
Menit
06/12/
2016
Keputihan
± 3 bulan 120/80 76
30-31
minggu 26 Kepala
142x/
Menit
24/12/
2016
Keputihan
gatal 120/80 76,1
33-34
minggu 28 Kepala
143x/
Menit
17/01/
2017 Taa 110/70 77
36-37
minggu 29 Kepala
145x/
Menit
03/02/
2017 Taa 120/80 77,5
39-40
minggu 30 Kepala
133x/
Menit
Kaki
Beng
kak
Hasil
Pemerik
saan
Lab
Tindakan
(pemberian
TT,Fe,terapi,
rujukan,
umpan balik)
Nasihat yang
disampaikan
Keterangan
(Tempat
pelayanan,
Nama
pemeriksa)
Kapan
Harus
Kembali
-/- - B6 3x1
Makan sedikit
tapi sering,
minum jahe
hangat
BPM
Bidan Rubiah 13/08/16
-/- - Calsi 1x1 Baca buku KIA BPM
Bidan Rubiah 14/10/16
-/- - Novakal 1x1
Novabion 1x1
Periksa Lab di
puskesmas
BPM Bidan
Rubiah 04/12/16
-/- - Premavit 1x1 Baca hal. 8-9 BPM Bidan
Rubiah
-/-
Hb : 11,8
gr/dl
Golda :
Lanjut terapi
Fisiologi hamil,
sering ganti
celana dalam,
PKM
Bidan Rubiah 20/12/16
Page 137
118
B Rh (+)
Prot : (-)
Red (-)
pakai pakaian
yang menyerap
keringat, hindari
pakaian ketat,
kontrol rutin
-/- - Novacal 1x1
Novabion 1x1 Baca hal. 10-12
BPM
Bidan Rubiah 24/01/17
-/- - Novabion 1x1
Baca hal.1-3 (V),
bila paham baca
hal.10-12
BPM
Bidan Rubiah 31/01/17
-/- - - Baca hal. 10-12 BPM
Bidan Rubiah 12/02/17
10. Pola Kehidupan Sehari-hari
POLA SEBELUM HAMIL SELAMA HAMIL
Nutrisi Frekuensi/Porsi :
3-4x/hari/sedang
Jenis makanan :
(nasi, sayur, ikan, daging,
Tahu, tempe)
Pantangan :
Tidak ada
Minum/Porsi :
Air (4 gelas/hari)
Frekuensi/Porsi :
3-4x/hari/sedang
Jenis makanan :
(nasi, sayur, ikan, daging,
Tahu, tempe)
Pantangan :
Tidak ada
Minum/Porsi :
Air (6 gelas/hari
Eliminasi BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : Lunak
Keluhan : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5x/hari
Konsistensi : Cair
Keluhan : Tidak ada
BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : Lunak
Keluhan : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 9x/hari
Konsistensi : Cair
Keluhan : Keputihan
Aktivitas
Melakukan pekerjaan di luar
rumah (sebagai karyawati
toko)
Melakukan pekerjaan di luar
rumah (sebagai karyawati
toko), jalan-jalan kecil
Istirahat/tidur Siang : 2jam Siang : 2jam
Page 138
119
Malam : 8jam Malam : 8jam
Seksualitas 3-4x/ minggu − 2x/ minggu
Personal
Hygiene
Mandi : 3x/hari
Gosok gigi : 3x/hari
Keramas : 2x/hari
Ganti CD : 3x/hari
Tempat mandi+BAB :
Kamar mandi+WC
Mandi : 3x/hari
Gosok gigi : 3x/hari
Keramas : 2x/hari
Ganti CD : 5x/hari
Tempat mandi+BAB :
Kamar mandi+WC
11. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Sah
Kawin : 1x
Lama Perkawinan : 1 tahun
b. Keadaan Psikososial
Kehamilan ini : Direncanakan
Respon ibu dan keluarga : Mendukung
Persepsi ibu terhadap respon keluarga, yaitu ibu senang terhadap
semua dukungan dari keluarga
Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
c. Kebiasaan Hidup Sehat
Merokok : Tidak
Minum – minuman keras : Tidak
Obat – obatan terlarang : Tidak
Jamu : Tidak
Jika sakit periksa di : Bidan (Pelayanan kesehatan)
d. Rencana Persalinan
Tempat : BPM Rubiah, S.Tr.Keb
Penolong : Bidan Rubiah, S. Tr. Keb
Persiapan biaya persalinan : BPJS
Persiapan kendaraan : Mobil
Pendamping persalinan : Keluarga
Page 139
120
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
a. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 22x/menit
b. BB sebelum hamil : 65 Kg
BB sekarang : 77,5 Kg
c. TB : 163 cm
d. LILA : 27 cm
e. KSPR : 2
f. HPL : 12 – 02 – 2017
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, rambut bersih, warna rambut hitam, tidak
rontok, tidak ada kutu, tidak ada benjolan
Wajah : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : Lubang simetris, tidak ada polip, tidak ada
epistaksis, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan
cuping hidung
Gigi-Mulut : Tidak ada stomatitis, bibir lembab, warna bibir
merah muda, tidak ada caries, tidak ada ginggivitis,
tidak ada tonsilitis, tidak ada baselack
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada perdarahan
dan pendengaran baik
Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
Page 140
121
Dada : Simetris, bunyi nafas (vesikuler), tidak ada ronkhy
dan wheezing, pola nafas (eupneu)
Payudara : Kedua payudara simetris, tampak pembesaran
payudara, ada hiperpigmentasi pada puting dan
areola mamae, tidak ada benjolan abnormal, tidak
ada colostrum yang keluar pada ke 2 payudara
Abdomen
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
TBJ
:
:
:
:
:
:
Pembesaran perut memanjang, pembesaran sesuai
dengan usia kehamilan, tidak ada luka bekas
operasi, terlihat gerakan janin, tidak ada striae
lividae, ada linea alba, ada linea nigra, ada
hiperpigmentasi abdominal, tidak terdapat masa
lain/kista
TFU 3 jari dibawah prosesus xyphoid, teraba bulat,
lunak, kurang melenting (bokong)
Teraba keras, memanjang disebelah kiri ibu (PUKI)
Teraba bulat, keras, melenting (kepala) Kepala
masuk ke dalam rongga panggul (PAP)
Kepala masuk ke dalam rongga panggul/ melewati
PAP 1/5 bagian (kepala sulit digerakkan, bagian
terbesar kepala belum masuk panggul) (Divergent)
(11+12+11) x 4 = 136x/menit
(30 – 11) x 155 = 2.945 gram
Punggung : Tidak ada kelainan pada punggung
Genetalia : Bersih, tidak oedema, tidak ada varises
Anus : Tidak ada hemorrhoid eksterna
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris, tidak oedema, tidak ada luka
Simetris, reflek patella (+/+), tidak oedema, tidak
ada varises
Page 141
122
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Golongan darah : B
Hb : 11,8 gr/dl
Protein Urine : (-)
Reduksi Urine : (-)
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Ds : Saat ini hamil anak pertama dengan usia kehamilan 9 bulan dan
saat ini mengeluh keputihan. HPHT : 05-05-2016
Do : KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD
:
:
120/80 mmHg
RR
:
22 x/menit
Nadi : 85 x/menit Suhu : 36,5 0C
TB : 163 cm LILA : 33 cm
BB sebelum
hamil
: 70 kg BB saat ini : 77 kg
HPL : 12 Februari 2017
Wajah : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,
tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Dada : Simetris, bunyi nafas (vesikuler), tidak ada
ronkhy dan wheezing, pola nafas (eupneu)
Payudara :
Kedua payudara simetris, tampak pembesaran
payudara, ada hiperpigmentasi pada puting dan
areola mamae, tidak ada benjolan abnormal,
tidak ada colostrum yang keluar pada kedua
payudara
Abdomen
:
Pembesaran memanjang, pembesaran sesuai
dengan usia kehamilan, tidak ada luka bekas
operasi, terlihat gerakan janin, tidak ada striae
Page 142
123
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
TBJ
:
:
:
:
:
:
lividae, ada linea alba, ada linea nigra, ada
hiperpigmentasi abdominal, tidak terdapat masa
lain/ kista
TFU pertengahan pusat dan prosesus xyphoid,
teraba bulat, lunak, kurang melenting (bokong)
Teraba keras, memanjang disebelah kiri ibu
(PUKI)
Teraba bulat, keras, melenting (kepala) Kepala
masuk ke dalam rongga panggul (PAP)
Kepala masuk ke dalam rongga panggul/
melewati PAP 1/5 bagian (kepala sulit
digerakkan, bagian terbesar kepala belum masuk
panggul) (Divergent)
(11+12+11) x 4 = 136x/menit
30 – 11 x 155 = 2.945 gram
Genetalia : Bersih, tidak oedema, tidak ada varises
Anus : Tidak ada hemorroid eksterna
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris, tidak oedema, tidak ada luka
Simetris, reflek patella (+/+), tidak oedema,
tidak ada varises
Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 11,8 gr/dl
Dx : Ny. “V” GI P00000 UK 38 Minggu 2 Hari Dengan Kehamilan
Normal Janin Tunggal Hidup
III. DIAGNOSA POTENSIAL
-
IV. TINDAKAN SEGERA
-
Page 143
124
V. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONAL (INTERVENSI)
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
R/ Persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan memudahkan
tindakan yang akan dilakukan sehingga ibu tenang
2. Beri KIE kepada ibu bahwa keluhan keputihan yang dialami ibu adalah
normal
R/ Keputihan meningkat karena adanya peningkatan hormon estrogen pada
masa kehamilan dan lendir semakin banyak pada saat menjelang
persalinan
3. Anjurkan ibu untuk minum tablet Fe (obat yang diberikan) 1x/hari
diminum secara rutin
R/ Dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan terjadi
penambahan volume plasma yang relatif lebih besar sehingga terjadi
pengenceran darah yang dapat menyebabkan anemia
4. Beri ibu KIE tentang tanda bahaya kehamilan pada TM III
R/ Sebagai pengetahuan untuk ibu, agar ibu lebih memahami tentang
kehamilan dan keadaannya saat ini
5. Beri ibu KIE tentang tanda – tanda persalinan
R/ Sebagai pengetahuan untuk ibu, agar ibu lebih siap dalam menghadapi
persalinan
6. Beritahu ibu untuk sering mengganti celana dalam
R/ Mengganti celana dalam mengurangi lembab dan memberi rasa nyaman
pada ibu
7. Beritahu ibu dan suami pengetahuan tentang P4K, dan lakukan
penempelan stiker P4K pada jendela rumah ibu
R/ Dengan pengetahuan tentang P4K, ibu dan suami dapat mempersiapkan
rencana persalinan dengan baik
8. Anjurkan suami untuk mempersiapkan surat–surat keterangan untuk
persiapan pada saat persalinan
R/ Pada saat persalinan telah siap semua, serta mempermudah keluarga
dalam mengurus administrasi untuk persiapan persalinan
Page 144
125
9. Anjurkan ibu untuk datang periksa 1 minggu lagi atau jika ada keluhan
R/ Dengan melakukan kunjungan ulang maka dapat memantau kesehatan
ibu dan janinnya serta dapat mendeteksi dini adanya kelainan
VI. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
HARI/TGL JAM KEGIATAN PARAF
Kamis /
03-02-2017
15.15 WIB 1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan.
TTV:TD: 120/80mmHg, N: 85x/menit,
S: 36,50C, RR: 22x/menit
15.17 WIB 2. Memberi KIE kepada ibu bahwa keluhan
keputihan yang dialami ibu merupakan
hal yang normal karena adanya
peningkatan kadar estrogen pada masa
kehamilan sehingga pada saat menjelang
persalinan akan mengalami pengeluaran
lendir yang semakin banyak
15.20 WIB 3. Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe
(obat yang diberikan) 1x/hari diminum
secara rutin, diminum pada malam hari
untuk mengurangi efek mual, diminum
dengan air putih atau yang mengandung
vit C (air jeruk), dan tidak diminum
denagn teh manis, susu ataupun kopi
15.22 WIB 4. Memberi ibu KIE tentang tanda bahaya
kehamilan pada TM III seperti
perdarahan, sakit kepala yang hebat,
bengkak pada kaki, tangan ataupun
wajah disertai sakit kepala atau kejang,
demam atau panas tinggi, nyeri ulu hati,
air ketuban keluar sebelum waktunya,
gerakan janin berkurang dan ada
Page 145
126
gangguan pada penglihatan, jika ibu
mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut maka menganjurkan ibu untuk
segera memeriksakan diri pada bidan,
tenaga kesehatan lain dan atau tempat
pelayanan kesehatan terdekat untuk
segera diberikan penanganan lebih lanjut
15.25 WIB 5. Memberi ibu KIE tentang tanda-tanda
persalinan seperti perut mulas-mulas
yang teratur dan semakin sering dan
lama, keluar lender bercampur dari atau
keluar cairan ketuban dari jalan lahir,
jika muncul salah satu tanda tersebut
maka segera periksa ke bidan atau ke
fasilitas kesehatan
15.27 WIB 6. Memberitahu ibu untuk menjaga
kebersihan genetalianya dengan cara
cebok yang benar (dari arah depan ke
belakang)
15.28 WIB 7. Memberi pengetahuan pada ibu dan
suami tentang P4K, yang berisi tentang
taksiran persalinan ibu, penolong
persalinan ibu, tempat persalinan yang
akan dipilih oleh ibu, pendamping pada
saat ibu melahirkan, transportasi yang
akan digunakan pada saat melahirkan,
dan calon pendonor darah yang bersedia
menjadi pendonor jika terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, dan menjelaskan
macam-macam metode KB serta metode
KB apa yang akan ibu pilih setelah
melahirkan (ibu belum memilih KB
Page 146
127
apapun) serta melakukan penempelan
stiker P4K pada jendela rumah ibu.
15.30 WIB 8. Menganjurkan suami untuk
mempersiapkan surat-surat seperti KTP,
KK, maupun surat keterangan lainnya.
15.32 WIB 9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
1 minggu lagi atau jika ada keluhan
VII. EVALUASI
Tanggal : 03 – 02 – 2017 Waktu : 15.35 WIB
S : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
O : Ibu mampu mengulang penjelasan yang diberikan bidan dan
bersedia melakukan anjuran tersebut
A : NY. ”V” GI P00000 UK 38 Minggu 2 Hari dengan Kehamilan Normal
Janin Tunggal Hidup
P : 1. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat dan tidak bekerja berat
2. Beri KIE pada ibu tentang tanda – tanda persalinan
3. Ingatkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal
10 – 02 – 2017 atau jika ada keluhan
Page 147
128
4.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “V” GI P00000 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU
INPARTU KALA I FASE AKTIF DILATASI MAKSIMAL
DENGAN PERSALINAN NORMAL
JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA
Tempat pengkajian : BPM Bidan Rubiah,S.Tr.Keb
Tanggal/waktu pengkajian : 08 Februari 2017 / 02.00 WIB
Petugas : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Ibu merasa mulas sejak pukul 10.00 WIB (tanggal 07 Februari 2017) dan
keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir sejak jam 00.00 WIB
(tanggal 08 Februari 2017)
2. DATA OBYEKTIF
K/U : Baik Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37° C RR : 18 x/menit
BB saat ini : 77 kg
Wajah : tidak ada chloasma gravidarum, tidak anemis, tidak
ada odema
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, ada
reflek pupil
Payudara : simetris, ada hiperpigmentasi areola dan papilla
mammae, papilla mammae menonjol, tidak ada
benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, colostrum
belum keluar
Abdomen : pembesaran perut memanjang, tidak ada bekas luka
operasi, ada linea nigra, ada linea alba, tidak ada
Page 148
129
striae livide, tidak ada striae albican, ada
hiperpigmentasi abdominal, pusat tidak menonjol.
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xyphoid (30 cm), teraba
lunak, kurang bulat, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : teraba datar, rata, keras, melenting di sisi kiri ibu
(Puki)
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (Kepala), susah
digerakkan (Masuk PAP)
Leopold IV : kepala janin masuk PAP 3/5 bagian
DJJ : (12+12+12) x 4 = 144x/menit
TBJ : TFU – 11 x 155
(30 – 11) x 155 = 2.945 gram
His : 3x/10’/40”
Ekstremitas
bawah
: simetris, tidak varises, tidak oedem, tidak ada bekas
luka, turgor kulit baik
Pemeriksaan
dalam (VT)
02:00 WIB
(08 Februari
2017)
: vulva vagina tidak odema, tidak varises, tidak ada
condiloma acuminata, terdapat bloodshow, portio
lunak, effecement 75%, pembukaan 7 cm, ketuban
utuh, persentasi kepala, UUK jam 12, moulage (0),
Hodge II, tidak ada bagian kecil di samping kiri
kanan janin, tidak ada tali pusat menumbung.
Genetalia : tidak ada bekas luka jahitan/episiotomi, tidak odema,
tidak ada varises
Anus tidak ada hemorroid eksterna
3. ANALISIS/INTERPRESTASI DATA
GI P00000 usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase aktif dilatasi
maksimal dengan persalinan normal janin tunggal hidup, presentasi
kepala
Page 149
130
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 02.05 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu serta asuhan yang akan
diberikan. Ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruangan apabila ibu
masih bisa melakukannya dan apabila ingin berbaring sarankan ibu
berbaring kesebelah kiri agar mempercepat penurunan kepala janin.
Ibu mengerti dan melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Ibu makan 2 sendok nasi
dan minum 100 cc air gula
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK. Ibu mengerti dan
melakukannya
5. Mengajarkan ibu tentang relaksasi pernafasan saat ada his yaitu
dengan menarik nafas panjang dari hidung kemudian keluarkan dari
mulut. Ibu mengerti dan melakukannya
6. Menghadirkan pendamping untuk menemani ibu selama persalinan
dan anjurkan pendamping untuk melakukan pijat pungggung. Ibu
ingin di dampingi suami dan orang tuanya dan merasa nyaman di
pijat punggungnya
7. Melakukan observasi TTV, his dan DJJ. Hasil terlampir di partograf
8. Mengingatkan kembali pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan
dalam 4 jam setelah pemeriksaan pertama. ibu mengerti dan bersedia
Page 150
131
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 03.00 WIB
S : Ibu merasa perutnya semakin mulas dan kuat serta ibu ingin
meneran seperti mau BAB
O : K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg Nadi : 85 x/menit
Suhu : 37°C RR : 20 x/menit
DJJ : (12+12+12) x 4 = 144x/menit
His : 5x/10’/50”
Palpasi : 0/5 bagian
Pemeriksaan
dalam (VT)
03.00 WIB
(08 Februari
2017)
: vulva vagina tidak odema, tidak varises,
tidak ada condiloma acuminata, terdapat
bloodshow, portio tidak teraba, effecement
0%, pembukaan 10 cm/lengkap, ketuban
jernih, persentasi kepala, UUK jam 12,
moulage 0, Hodge III+, tidak ada bagian
kecil di kiri dan kanan janin dan tidak ada
tali pusat menumbung.
A : Ny. “V” GI P00000 usia kehamilan 39 minggu inpartu kala II
P : Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 03.05 WIB
1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, DJJ : 144x/menit. Ibu mengerti
2. Mempersiapkan diri penolong. Celemek telah dipakai,
petugas telah mencuci tangan
3. Meminta bantuan keluarga untuk mengatur posisi ibu yaitu
litotomi dengan cara memasukkan lengan ibu hingga siku
ke dalam lipatan paha ibu kemudian menariknya ke arah
perut hinggu lutut ibu menyentuh dada ibu pada saat
meneran. Ibu mengerti dan telah melakukan seperti
petunjuk petugas yaitu pada posisi litotomi
4. Membimbing ibu meneran saat ada kontraksi.
Page 151
132
Ibu kooperatif saat diminta meneran dan meneran seperti
yang telah diajarkan petugas
5. Meletakkan handuk di atas perut ibu dan kain yang dilipat
1/3 bagian di bawah bokong ibu. Handuk dan kain 1/3
bagian telah diletakkan/terpasang
6. Membuka partus set dan memastikan kembali kelengkapan
partus set, kemudian memakai handscoon. Partus set
diletakkan didekat pasien dan handscoon telah dipasang
7. Menolong kelahiran bayi
a. Kepala : tangan kanan berada di perineum ibu untuk
menahan dan mencegah terjadinya robekan sedangkan
tangan kiri berada di kepala bayi untuk menahan kepala
bayi tetap dalam posisi defleksi sambil menahan vulva
bagian atas, setelah kepala bayi lahir cek adanya lilitan
tali pusat (tidak ada lilitan tali pusat), tunggu hingga
bayi melakukan putar paksi luar secara spontan
b. Bahu depan : pindahkan tangan kiri hingga berada di
bawah kepala bayi dan tangan kanan berada di atas
kepala bayi (pegang dengan cara Bipariental), lalu
lakukan tarikan ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
bahu depan lahir
c. Bahu belakang : lakukan tarikan ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, bahu belakang lahir
d. Badan : tangan kanan menyangga kepala, leher, dan
bahu janin (menyangga), sedangkan tangan kiri
menyusuri punggung bayi, bokong, tungkai atas dan
tungkai bawah bayi hingga pergelangan kaki bayi,
pergelangan kaki bayi dipegang dengan memasukkan
jari telunjuk tangan kanan diantara pergelangan kaki
bayi/diantara tumit bayi (sanggah susur), kemudian
letakkan bayi di atas perut ibu, hangatkan dan lakukan
penilaian sepintas bayi baru lahir.
Page 152
133
Tidak ada lilitan tali pusat, telah dilakukan Biparietal
dan sanggah susur hingga bayi lahir. Telah meletakkan
bayi di atas perut ibu dan telah dilakukan penilaian
sepintas meliputi : bayi segera menangis, warna kulit
bayi kemerahan, bayi bernapas spontan, dan bergerak
aktif, lahir jam 03.30 WIB, Jenis kelamin perempuan.
8. Mengeringkan bayi dengan handuk yang berada di atas
perut ibu. Bayi telah dibungkus dan dikeringkan
menggunakan handuk
9. Memeriksa TFU untuk memastikan tidak ada bayi ke-2.
TFU setinggi pusat dan tidak ada bayi kedua
10. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik. Ibu kooperatif
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 03.35 WIB
S : Ibu senang dan lega bayinya sudah lahir dan saat ini masih merasa
mulas
O : K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TFU : Uterus setinggi pusat
Genetalia : terlihat darah mengalir dari vulva ibu, terlihat tali
pusat menjulur di vulva ibu
A : P10001 Kala III
P : Tanggal : 08 Februari 2017 Jam : 03.35 WIB
1. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian
distal lateral ibu. Oksitosin sudah disuntikkan
2. Menjepit tali pusat menggunakan klem ± 3 cm dari perut bayi
dan klem satunya dengan jarak 2 cm dari klem pertama,
kemudian gunting tali pusat diantara kedua klem dan ikat tali
pusat. Tali pusat sudah dipotong dan diikat
3. Ganti handuk yang basah serta pasangkan topi bayi dan
lakukan IMD. Bayi telah hangat dan melakukan IMD
Page 153
134
4. Melihat apakah ada tanta-tanda pelepasan plasenta seperti tali
pusat bertambah panjang, semburan darah dari jalan lahir,
uterus globuler. Sudah terdapat tanda-tanda plasenta lahir
5. Melakukan dorso kranial dan Penegangan Tali pusat
Terkendali (PTT) saat kontraksi. Plasenta lahir spontan jam
03.45 WIB
6. Melakukan massase uterus 15 kali dalam 15 detik dan
memeriksa TFU. UC (Uterus Contraktion) baik/globuler,
TFU 2 jari di bawah pusat
7. Memeriksa kelengkapan plasenta. Selaput plasenta lengkap,
kotiledon berjumlah 20 buah, diameter ±18-20 cm, tebal ±2
cm, insersi tali pusat sentral, tidak ada infark, panjang tali
pusat ±40-45 cm.
8. Memeriksa adanya laserasi untuk dilakukan penjahitan. Ada
Laserasi D II dan dilakukan penjahitan.
9. Mengevaluasi kontraksi uterus. UC baik/globuler
10. Membiarkan bayi di dada ibu sampai IMD berhasil
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 04:15 WIB
S : Ibu lega ari-arinya sudah lahir, merasa lelah dan saat ini masih
merasa sedikit mulas
O : K/U : Baik, ibu terlihat memperhatikan anaknya yang
IMD
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg Nadi : 90 x/menit
S : 37°C RR : 20 x/menit
TFU : 2 jari di bawah pusat
Abdomen : kontraksi : baik, kandung kemih kosong
Genetalia : perdarahan : normal ( 150 cc), lochea : rubra
A : P10001 Kala IV
Page 154
135
P : Tanggal : 08 Februari 2017 Pukul : 04.20 WIB
1. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan massase uterus
yaitu dengan melakukan gerakan melingkar di atas perut
ibu hingga terasa keras/globuler untuk mencegah terjadinya
perdarahan. Ibu dan keluarga telah melakukan massase
uterus
2. Memeriksa jumlah perdarahan. Perdarahan ± 150 cc
3. Memastikan IMD kembali. bayi berhasil menyusu
4. Periksa atau pantau tanda-tanda bahaya pada bayi dan
pastikan bayi bernafas dengan baik . RR: 50 x/menit
5. Melakukan pengukuran antropometri, PB: 52 cm BB: 3400
gram Lika: 32 cm Lida: 33 cm
6. Menempatkan semua peralatan partus ke dalam larutan
clorin 0.5 %. Peralatan telah direndam dalam larutan
clorin 0,5 % selama 10 menit
7. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang kotor. Ibu
merasa lebih nyaman setelah diganti pakaiannya
8. Membersihkan peralatan dan tempat persalinan. Peralatan
dan tempat persalinan telah bersih dan siap digunakan
kembali
9. Melakukan observasi Kala IV setiap 15 menit pada 1 jam
pertama, setiap 30 menit pada 1 jam ke-2 dan mendeteksi
adanya tanda bahaya pada ibu nifas. Hasil observasi
terlampir pada Partograf
Page 155
136
4.3 Asuhan Kebidann pada Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL 6 JAM
Tanggal / waktu pengkajian : 08-02-2017 / 10.00 WIB
Tempat pengkajian : BPM Rubiah, S.Tr.Keb
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Ibu telah melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu pukul 03.30 WIB
dengan BB 3400 gram, PB 52 cm, saat ini masih lemas dan merasakan
nyeri pada bekas luka jahitan
2. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 82x/ menit
S : 37 0C
RR : 20x/ menit
Wajah : Tidak pucat, ada cloasma, tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing
Payudara : Kedua payudara simetris, ada hiperpigmentasi pada
putting dan areola mamae, ada benjolan susu, tidak
ada nyeri tekan, ada ASI yang keluar pada kedua
payudara
Abdomen : Ada striae lividae, ada linea alba, ada linea nigra,
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus keras,
kandung kemih kosong, diastasis recti 2,5 cm
Genetalia : Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada
Page 156
137
kondiloma akuminata. Darah yang keluar (Rubra,
±60cc, merah tua, bau amis), ada luka bekas
episiotomi, tidak ada oedema pada perineum
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris, tidak oedema
Simetris, tidak oedema, tidak varises, tidak ada
human sign
3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA
Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal 6 Jam
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 08 – 02 – 2017 Waktu : 10.15 WIB
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini, untuk
memperlancar pengeluaran darah (lochea), mempercepat involusi
(pengembalian bentuk rahim), memperlancar fungsi alat perkemihan
dan meningkatkan kelancaran peredaran darah. ibu bersedia
melakukannya
3. Mengajari ibu dan keluarga untuk menilai kontraksi uterus yang baik
yaitu teraba bundar dan keras, ibu dan keluarga mengerti dan
melakukan masase uterus sendiri
4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan alat kelamin yaitu dengan
mengganti pembalut sesering mungkin, cara cebok yang benar,
membersihkan dengan sabun setelah BAB/BAK (dari depan ke
belakang). Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
5. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi, seperti nasi,
sayur, ikan, daging, buah, tahu, tempe, telur dan tidak pantang
makanan. Ibu memahami dan akan mengkonsumsi makanan bergizi
6. Memberikan ibu terapi tambah darah (Fe) sebagai pencegahan
perdarahan dengan aturan minum 1x/hari selama 42 hari dan terapi
Page 157
138
Vitamin A untuk memperlancar ASI dengan aturan minum 1x/hari
diminum pada jam yang sama (jarak kapsul pertama dan kedua 24
jam). ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan ibu akan
meminumnya
7. Melakukan kolaborasi untuk memberikan ibu obat yaitu amoxilin
500mg, dan asam mefenamat 500mg diminum 3x/hari. Ibu bersedia
meminumnya
8. Menganjurkan ibu memberikan ASI pada bayinya dan melakukan
rawat gabung sehingga tercipta Bounding Attachment yang baik. Ibu
memberikan ASI pada bayinya
9. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu perut bayi dan perut
ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu,
kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala, badan dan
punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya, pegang
payudara dengan ibu jari yang lain menopang di bawah serta jangan
menekan puting susu dan areola, masukkan puting susu serta bagian
besar areola ke dalam mulut bayi. ibu mengerti dan bersedia menyusui
bayinya dengan benar
10. Memberikan konseling mengenai manfaat ASI yang mengandung zat
antibodi yang sangat diperlukan oleh bayi yaitu ASI mudah dicerna
serta memberikan perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih,
siap untuk di minum, serta hemat biaya dan ibu tidak perlu
memberikan makanan tambahan atau susu formula sampai bayi berusia
6 bulan. ibu mengerti dan memutuskan untuk memberikan susu
formula pada bayi karena ASI tidak lancar dan ibu akan berkerja
setelah masa nifas
11. Memberitahu ibu jika pada saat menyusui bayinya, ASI dikeluarkan
terlebih dahulu dan dioleskan pada putting susu ibu dan setelah
menyusui bayinya oleskan kembali ASI pada putting susu ibu agar
tidak terjadi putting lecet. ibu mengerti
12. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas, yaitu perdarahan lewat jalan
lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan
Page 158
139
dan kaki atau sakit kepala dan kejang, demam lebih dari 2 hari,
payudara bengkak merah disertai rasa sakit, ibu terlihat sedih, murung
dan menangis tanpa sebab (depresi). ibu mengerti tanda bahaya nifas
13. Menentukan tanggal kunjungan ulang untuk memastikan involusi uteri
berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tidak terjadi
perdarahan, menilai adanya tanda infeksi serta kontrol jahitan yaitu
tanggal 12-02-2017 atau jika ada keluhan, ibu bersedia melakukan
kunjungan ulang
Page 159
140
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL HARI KE–4
Tanggal / waktu pengkajian : 12-02-2017 / 16.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny.”V”
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Saat ini bekas luka jahitan sudah agak kering dan sudah tidak nyeri
2. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 100/70 mmHg
N : 80x/ menit
S : 36,8 0C
RR : 20x/ menit
Wajah : Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria, tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing
Payudara : Kedua payudara simetris, ada benjolan susu, ada
ASI yang keluar pada ke 2 payudara
Abdomen : TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong, diastasis recti 2 cm
Genetalia
: Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada
kondiloma akuminata. Darah yang keluar
(sanguinolenta, ±40cc, warna kecoklatan), ada luka
bekas episiotomi, tidak ada oedema pada perineum
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris, tidak ada oedema
Simetris, tidak oedema, tidak varises, tidak ada
human sign
Page 160
141
3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA
Pada Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal Hari Ke – 4
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 12-02-2017 Pukul : 16.10 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu serta asuhan yang akan
diberikan. Ibu mengerti
2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kebersihan
genetalianya dengan membersihkan dengan air mengalir, membasuh
genitalia dari arah depan ke belakang serta sering mengganti pembalut
jika pembalut sudah penuh. Ibu mengerti dan telah melakukannya
3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk merawat bekas jahitannya
dengan menggunakan kassa steril yang di beri antibiotik kemudian
tempelkan pada luka. Ibu mengerti dan telah melakukannya
4. Mengingatkan kembali pada ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang seperti ikan laut, telur, daging, sayuran dll, untuk
mempercepat penyembuhan luka jahitan serta dapat memperbanyak
produksi ASI. Ibu mengerti dan telah melakukannya
5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal
23-02-2017 atau segera periksa jika ada keluhan. Ibu mengerti
Page 161
142
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL HARI KE – 15
Tanggal / waktu pengkajian : 23-02-2017 / 09.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah pasien Ny.”V”
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Melahirkan 2 minggu yang lalu, saat ini tidak ada keluhan
2. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 82x/ menit
S : 36,5 0C
RR : 22x/ menit
Wajah
:
Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria
Tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing
Payudara : Kedua payudara simetris, ada benjolan susu, ada
ASI yang keluar pada ke 2 payudara
Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
Genetalia
:
Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada
kondiloma akuminata, darah yang keluar sedikit
(alba, warna putih), ada luka bekas episiotomi, tidak
ada oedema pada perineum
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris, tidak ada oedema
Simetris, tidak oedema, tidak varises
Page 162
143
3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA
Pada Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal Hari Ke – 15
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 23-02-2017 Waktu : 09.10 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik. ibu
mengerti
2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kebersihan
genetalianya dengan membersihkan dengan air mengalir dan
membasuhnya dari arah depan ke belakang. Ibu mengerti dan telah
melakukannya
3. Memberitahu ibu tanggal kunjungan rumah berikutnya pada tanggal
09-03-2017 atau segera periksa jika ada keluhan. Ibu mengerti
Page 163
144
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.”V” P10001 DENGAN NIFAS NORMAL HARI KE – 29
Tanggal / waktu pengkajian : 09-03-2017 / 16.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny.”V”
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Melahirkan 4 minggu yang lalu, saat ini tidak ada keluhan
2. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,6 0C
RR : 22x/menit
Wajah : Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria, tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing
Payudara : Kedua payudara simetris, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan, ASI yang keluar
tidak lancer
Abdomen :
TFU kembali ke bentuk normal, kandung kemih
kosong
Genetalia
:
Tidak ada varises, tidak oedema tidak ada
kondiloma akuminata, lochea sudah tidak keluar,
ada luka bekas episiotomi, tidak ada oedema pada
perineum
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris, tidak oedema
Simetris, tidak oedema, tidak varises
Page 164
145
3. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA
Pada Ny.”V” P10001 Dengan Nifas Normal Hari Ke – 29
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 09-03-2017 Waktu : 16.10 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan baik. ibu
mengerti
2. Mengingatkan ibu tentang perencanaan KB yang akan digunakan
yaitu KB Suntik 3 bulan. Ibu ingat tentang perencanaan KB yang akan
digunakan yaitu akan menggunakan setelah tidak keluarnya darah
nifas
3. Menganjurkan ibu untuk rutin datang ke posyandu untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan bayinya. ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
Page 165
146
4.4 Asuhan Kebidanan pada Neonatus
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
BAYI Ny. “V” NCB SMK USIA 6 JAM
Tempat pengkajian : BPM Rubiah, S.Tr. Keb
Tanggal / waktu pengkajian : 08-02-2017 / 10.00 WIB
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Bayi lahir tanggal 08-02-2017, jam 03.30 WIB, BB 3400 gram, lahir
secara normal, jenis kelamin perempuan
2. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. TTV : N : 120x/ menit
S : 37 0C
RR : 60x/ menit
Kepala
Lingkar Kepala
:
:
Bentuk kepala simetris, distribusi rambut
merata, warna rambut hitam, tidak ada
moulage, tidak ada caput succedaneum, tidak
ada cephal hematoma
Circumferensia Mento Occipitalis : 34cm
Circumferensia Fronto Occipitalis : 33cm
Circumferensia Bregma Suboccipitalis : 32cm
Mata : Simetris, sklera putih
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak
ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
epistaksis/darah
Mulut
: Lembab, lidah tidak kotor, ada pengeluaran
salivasi, tidak ada labioschizis dan
palatoschizis
Page 166
147
Dada :
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
ada wheezing dan rhonchi,
denyut jantung 138x/menit
Abdomen
:
Simetris, tali pusat bersih dan dibungkus kasa,
tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan
abnormal, perut tidak kembung, bising usus
normal 20x/menit.
Genetalia
: Ada labia mayora, ada labia minora, ada
klitoris, ada meatus uretra, ada verniks caseosa
diantara labia, ada perineum
Anus
: Bersih, lubang anus + ditandai dengan
keluarnya mekonium bayi
Ekstermitas atas
: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil, kuku
panjang melebihi bantalan kuku
Ekstermitas bawah
: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil, kuku
melebihi bantalan kuku, lipatan plantar terlihat
jelas dan terdapat diseluruh telapak
Integumen
:
Kulit tidak kering, tidak ada lesi,
turgor kulit < 2 detik
Pemeriksaan
neorologis
: Reflek rooting : positif
Reflek Sucking : positif
Reflek Swallowing : positif
Reflek Morrow : positif
Babynsky Reflek : positif
Pemeriksaan
antropometri
: BB : 3400 gram PB : 52 cm
LIKA : 32 cm LIDA : 32 cm
3. ANALISIS
By. Ny. ”V” NCB SMK Usia 6 Jam
Page 167
148
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 08-02-2017 Waktu : 10.10 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada bayinya bahwa keadaan bayi
baik dan sehat. ibu mengetahui keadaan bayinya
2. Pemberian HB Uniject di paha kanan antero lateral. Sudah diberikan
3. Mengajari ibu dan keluarga perawatan pada bayi yaitu mengganti
popok bayi sesering mungkin agar tidak lecet pada kulit bayi atau tidak
terjadi ruam popok, ibu dan keluarga mengerti dan bersedia
melakukannya
4. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi dapat dimandikan setelah 6
jam melahirkan. Ibu dan keluarga mengerti
5. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga tali pusat agar selalu
bersih dan kering, jangan diberi ramuan apapun (jika kotor bersihkan
dengan kain bersih). Ibu dan keluarga mengerti, serta bersedia untuk
menjaga tali pusat tetap bersih
6. Memastikan bahwa bayi sudah BAB, bayi sudah mengeluarkan
meconium
7. Memberikan konseling tentang ASI ekslusif dan manfaatnya yaitu
pemberian ASI selama 6 bulan pertama kelahiran, dimana bayi tidak
boleh diberikan makanan ataupun minuman apapun kecuali ASI yang
bermanfaat untuk pertahanan tubuh bayi. Ibu dan keluarga mengerti
8. Membimbing ibu untuk menyusui bayinya maksimal tiap 2 jam sekali
atau ketika bayi menangis. Ibu mengerti
9. Memberitahu ibu bahwa setelah menyusui bayinya untuk menepuk
punggung bayi (menyendawakan bayinya). Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
10. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga bayi tetap hangat yaitu
membungkus bayi dan memakaikan topi pada bayi. ibu dan keluarga
mengerti dan bersedia melakukannya
11. Memberitahu ibu dan keluarga tanda bahaya bayi sakit berat yaitu
tidak dapat menyusu, mengantuk atau tidak sadar, nafas cepat/lebih
dari 60 kali permenit, merintih, tampak biru pada ujung jari tangan dan
Page 168
149
kaki atau bibir, kejang, tali pusat kemerahan sampai dinding perut dan
membawa untuk periksa jika terdapat salah satu tanda tersebut. Ibu dan
keluarga mengetahui tanda bahaya bayi sakit berat dan akan segera
membawa bayi periksa jika mengalami salah satu tanda tersebut
12. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 12-02-2017
untuk memastikan bayi dalam kondisi baik dan sehat atau segera
datang jika ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
Page 169
150
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
BAYI Ny. “V” USIA 4 HARI
Tempat pengkajian : Rumah pasien Ny.”V”
Tanggal / waktu pengkajian : 12-02-2017 / 16.00 WIB
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Bayi tidak rewel, tali pusat tidak bau
2. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. TTV : N : 124 x/menit
S : 37 0C
RR : 52 x/ menit
Kepala
:
Bentuk kepala simetris, distribusi rambut
merata, warna rambut hitam, tidak ada
moulage, tidak ada caput succedaneum,
tidak ada cephal hematoma
Mata : Simetris, sklera putih
Hidung
: Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada epistaksis/darah
Mulut
: Lembab, ada bekas susu, tidak ada
labioschizis dan palatoschizis
Dada
:
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak ada wheezing dan rhonchi,
denyut jantung 124 x/menit
Abdomen
:
Simetris, tali pusat bersih dan dibungkus
kasa, tidak ada perdarahan, tidak ada
benjolan abnormal, perut tidak kembung,
bising usus normal 10 x/menit.
Page 170
151
Genetalia
: Ada labia mayora, ada labia minora, ada
klitoris, ada meatus uretra, ada perineum,
Anus : Bersih, terdapat lubang anus
Ekstermitas atas
: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil,
kuku panjang melebihi bantalan kuku
Ekstermitas
bawah
: Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil,
kuku melebihi bantalan kuku, lipatan
plantar terlihat jelas dan terdapat
diseluruh telapak
Integumen
:
Kulit tidak kering, tidak ada lesi, turgor
kulit < 2 detik
Pemeriksaan
antropometri
: BB : 3400 gram PB : 52 cm
LIKA : 32 cm LIDA : 32 cm
3. ANALISIS
By. Ny.”V” usia 4 hari
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 12-02-2017 Waktu : 16.10 WIB
1. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan panduan MTBM dan
memberitahu kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan
baik. Ibu mengerti
2. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif selama 6
bulan. ibu mengerti dan memutuskan untuk memberikan susu formula
pada bayi karena ASI tidak lancar dan ibu akan bekerja setelah masa
nifas
3. Memberitahu ibu untuk membiasakan mencuci tangan dengan sabun
waktu akan memegang bayi, sesudah buang air besar atau kecil, dan
sesudah menceboki anak. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Mengajari ibu untuk membersihkan lidah bayi dengan cara
menggunakan kassa yang dibasahi air hangat lalu bersihkan lidah
bekas susu secara perlahan. Ibu mengerti dan akan melakukannya
Page 171
152
5. Memotong kuku bayi serta menganjurkan ibu untuk memotong kuku
bayi jika kuku sudah panjang agar tidak melukai wajah dan tubuh bayi.
Ibu mengerti dan akan melakukannya
6. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang pada tanggal
23-02-2017 atau jika ada keluhan untuk memastikan keadaan bayi
sehat. ibu mengerti
Page 172
153
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
BAYI Ny.“V” USIA 15 HARI
Tempat pengkajian : Rumah pasien Ny.”V”
Tanggal / waktu pengkajian : 23-02-2017 / 09.00 WIB
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
1. DATA SUBYEKTIF
Bayi tidak rewel, tali pusat sudah lepas pada hari ke-5
2. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. TTV : N : 120x/menit
S : 36,8 0C
RR : 48x/menit
Kepala
:
Bentuk kepala simetris, distribusi rambut
merata, warna rambut hitam, tidak ada
moulage, tidak ada chepal hematoma
Mata : Simetris, sklera putih
Hidung
: Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada epistaksis/darah
Mulut
: Lembab, tidak ada labioschizis dan
palatoschizis
Dada :
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak ada wheezing dan rhonchi,
denyut jantung 130x/menit
Abdomen
: Simetris, tali pusat telah lepas, tidak
kemerahan, tidak ada benjolan abnormal,
perut tidak kembung, bising usus normal
15x/menit.
Page 173
154
Genetalia : Ada labia mayora, ada labia minora, ada
klitoris, ada meatus uretra, ada perineum
Anus : Bersih, terdapat lubang anus
Ekstermitas atas : Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil
Ekstermitas bawah : Simetris, tidak polidaktil atau sindaktil,
lipatan plantar terlihat jelas dan terdapat
diseluruh telapak
Integumen :
Kulit tidak kering, tidak ada lesi, turgor
kulit < 2 detik
Pemeriksaan
antropometri
: BB : 3800 gram PB : 53 cm
LIKA : 33 cm LIDA : 33 cm
3. ANALISIS
By. Ny.”V” usia 15 hari
4. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 23-03-2017 Waktu : 16.10 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa keadaan bayi baik. ibu
mengerti
2. Memberitahu pada keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungannya,
agar bayi tetap dalam keadaan sehat, yaitu dengan cara membagi tempat
khusus merokok atau jika merokok tidak boleh dekat dengan bayinya
agar bayi tidak mengalami sesak nafas atau gangguan lainnya. keluarga
mengerti dan bersedia melakukannya
3. Mengingatkan ibu datang ke posyandu untuk memeriksakan bayi,
mendapatkan imunisasi, dan memantau tumbuh kembang bayi. ibu
mengerti dan bersedia melakukannya
4. Memberikan KIE pada ibu tentang 5 imunisasi dasar lengkap yang
dilakukan rutin tiap bulan, pada saat bayi berusia 1 bulan bayi mendapat
imunisasi BCG untuk melindungi bayi dari penyakit TBC. Setelah itu
usia bayi 2 bulan sampai 4 bulan bayi diberi imunisasi DPT dan polio,
Page 174
155
kemudian pada usia 9 bulan bayi mendapatkan imunisasi campak. Ibu
mengerti dan akan melakukannya
5. Memberitahu ibu untuk segera periksa jika terdapat keluhan. ibu
mengerti dan bersedia melakukannya
Page 175
156
4.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.”V” P10001 DENGAN CALON AKSEPTOR KB
Tanggal / waktu pengkajian : 09-03-2017 / 16.15 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny.”V”
Pengkaji : Dwi Mika Endriana
5. DATA SUBYEKTIF
Ibu melahirkan 6 minggu yang lalu, saat ini ibu ingin menggunakan KB
6. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,6 0C
RR : 21x/menit
Wajah : Tidak pucat, wajah ibu tampak ceria, tidak oedema
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Dada : Simetris, tidak ada ronkhy dan wheezing
Payudara : Kedua payudara simetris, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan
Abdomen
:
TFU kembali ke bentuk normal, tidak ada
massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan, kandung
kemih kosong
Genetalia
:
Tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada
kondiloma akuminata, tidak ada darah yang keluar,
ada luka bekas episiotomi, tidak ada oedema pada
perineum
Page 176
157
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
Simetris, tidak ada oedema
Tidak oedema, tidak varises, tidak ada human sign
7. ANALISIS/ INTERPRETASI DATA
Pada Ny.”V” P10001 Dengan Calon Akseptor KB
8. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 09-03-2017 Waktu : 16.30 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa dalam keadaan
baik. ibu mengerti
2. Memberikan konseling tentang macam-macam kontrasepsi pada ibu
seperti suntik 3 bulan, pil, kondom, IUD dan implan, serta dengan
metode MAL (Metode Aminore Lactasi). Ibu mengerti
3. Memberikan informed choice pada ibu tentang macam-macam
kontrasepsi yang ingin ibu gunakan. Ibu memutuskan untuk tidak
menggunakan KB apapun karena tidak ingin mengalami kegemukan
akibat kontrasepsi hormonal dan memilih untuk menggunakan
kontrasepsi alami
4. Memberikan informed consent pada ibu tentang penolakan pemakaian
kontrasepsi. Ibu mengerti dan menyetujuinya
5. Memberitahu ibu untuk datang ke pelayanan kesehatan jika terdapat
keluhan. ibu mengerti dan bersedia melakukannya
Page 177
158
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini akan diuraikan tentang asuhan kebidanan yang
telah dilaksanakan secara berkesinambungan (Continuity Of Care) yang
membahas ada tidaknya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan pelaksanaan.
Pembahasan dimaksudkan agar dapat diambil kesimpulan serta solusi dari
kesenjangan teori yang ada dengan praktek, sehingga dapat digunakan sebagai
tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan efisien
khususnya pada pasien Ny. “V” dengan manajemen asuhan kebidanan pada masa
hamil, bersalin, nifas, dan asuhan bayi baru lahir, serta pelayanan KB.
5.1 Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan
Asuhan kebidanan pada Ny. “V” G1 P00000 usia kehamilan 38 minggu 2
hari, pada saat melakukan kunjungan pertama pada tanggal 03 Februari 2017
didapatkan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam batas normal. Dalam
melaksanakan asuhan kebidanan ditemukan masalah atau keluhan yang dirasakan
Ny. “V” seperti keputihan dan keluhan yang dialami ibu merupakan hal yang
normal.
Menurut Hutahaean (2013), keputihan (flour albus) meningkat karena
serviks dirangsang oleh hormon estrogen dan progesterone sehingga menjadi
hipertrofi dan hiperaktif serta mengeluarkan banyak lendir.
Berdasarkan kasus pada Ny.“V” dan teori yang ada tidak ditemukan
kesenjangan. Keluhan yang dialami ibu merupakan hal yang fisiologis karena
adanya peningkatan kadar estrogen pada masa kehamilan sehingga pada saat
menjelang persalinan akan mengalami pengeluaran lendir yang semakin banyak.
Setelah dilakukan anamnese didapatkan hasil bahwa Ny.“V” tidak
memiliki faktor resiko sehingga termasuk dalam Kehamilan Resiko Rendah
(KRR) dengan jumlah skor 2. Ny. “V” berencana melakukan persalinan di BPM
Bidan “R”.
Menurut Prawirohardjo (2008), faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji
Rochjati dikelompokkan menjadi Kelompok Faktor Risiko I (ada potensi risiko),
Kelompok Faktor Risiko II (ada risiko), dan Kelompok faktor risiko III (ada
Page 178
159
gawat darurat). Kelompok resiko berdasarkan jumlah skor pada tiap kotak
Kehamilan Resiko Rendah (KRR) yaitu jumlah skor 2 dengan kode warna hijau
selama hamil tanpa faktor resiko, rencana bersalin boleh ditolong oleh bidan dan
tempat persalinan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) atau dipolindes. Kehamilan
Resiko Tinggi (KRT) yaitu jumlah skor 6-10 dengan kode warna kuning, selama
hamil terdapat faktor resiko terjadinya komplikasi pada persalinan lebih besar,
rencana bersalin boleh ditolong oleh bidan atau dokter dan tempat persalinan di
polindes atau Bidan Praktek Mandiri (BPM), puskesmas, atau rumah sakit.
Jumlah skor sama dengan atau lebih 12 dengan kode warna merah, ibu hamil
dengan resiko ganda atau lebih yang dapat mengancam nyawa ibu atau janin,
rencana bersalin hanya boleh ditolong oleh dokter dan tempat persalinan di
Rumah Sakit.
Berdasarkan kasus pada Ny.“V” dan teori tidak ditemukan kesenjangan.
Rencana bersalin juga sudah sesuai. Skrinning KSPR harus dilakukan sejak dini
karena sangat penting mengetahui secara dini untuk mengantisipasi
kegawatdarutan yang mungin akan terjadi serta dapat merencanakan tindakan
lebih awal untuk melakukan asuhan selanjutnya seperti ibu hamil dengan letak
sungsang, letak lintang, gemeli, dll, dengan skor masing-masing yaitu 8 hal
tersebut jika sudah terdapat salah satu skor harus dilakukan skrinning untuk
tindakan segera.
Ny. “V” selama hamil anak pertama ini periksa kehamilan ke bidan
sebanyak 7 kali yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali pada tanggal 13 Juli 2016,
trimester II sebanyak 2 kali pada tanggal 14 September 2016 dan tanggal 04
November 2016, trimester III sebanyak 4 kali pada tanggal 28 November 2016,
tanggal 24 Desember 2016, tanggal 17 Januari 2017 dan pada tanggal 03 Februari
2017.
Menurut Asrinah dkk (2010), pemeriksaan kehamilan komprehensif yang
berkualitas minimal 4 kali dilakukan. Minimal 1 kali dalam trimester I, 1 kali
dalam trimester II dan 2 kali dalam trimester III dengan tujuan untuk memantau
perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan
janin.
Page 179
160
Berdasarkan kasus dan teori yang ada tidak terdapat kesenjangan. Dalam
kehamilan wajib dilakukan pemeriksan minimal 4 kali dan alangkah lebih baik
jika dilakukan pemeriksaan satu bulan sekali untuk mengetahui perkembangan
dan pertumbuhan janin serta mengetahui keadaan ibu dan bayi apakah dalam
keadaan baik atau ada masalah yang harus ditinjak lanjuti, dan pada kasus Ny.”V”
telah dilakukan pemeriksaan sebanyak 8 kali dan sangat memenuhi kunjungan
antenatal care, Mahasiswa telah melakukan kunjungan ANC sebanyak 1 kali
semuanya dalam batas normal.
Ibu telah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 1 kali yaitu
kunjungan pada tanggal 03 Februari 2017 dan tidak dilakukan pemeriksaan
standar 10T karena pengukuran tinggi badan, lingkar lengan atas dan pemeriksaan
heamoglobin telah dilakukan pada kunjungan pertama.
Menurut PP IBI (2016) Standar pelayanan 10T pada pasien kehamilan yang
sesuai Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) yaitu timbang berat badan dan ukur
tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi ibu (ukur lingkar lengan atas),
ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test
laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, temu wicara (konseling),
termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
pasca persalinan. Jadi ditemukan kesenjangan mengenai standar pemeriksaan
antara pelaksanaan dan teori. Pada kunjungan yang dilakukan pengukuran tinggi
badan dan lingkar lengan atas tidak dilakukan karena hanya dilakukan pada
kunjungan pertama kehamilan, serta tinggi badan dan lingkar lengan atas ibu
sudah sesuai yaitu tinggi badan lebih ≥145cm dan lingkar lengan atas ≥ 23,5cm.
Pada pemeriksaan dan amnanesa yang dilakukan pada Ny.“V” didapatkan
bahwa berat badan ibu sebelum hamil yaitu 65 kg, sedangkan berat badan ibu saat
periksa hamil terakhir tanggal 03 Februari 2017 yaitu 77,5 kg. Berdasarkan data
tersebut dapat di simpulkan bahwa kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dan berat badan ibu saat hamil adalah 13,5 kg.
Menurut Asrinah, dkk (2010) peningkatan berat badan ibu hamil
menandakan adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan
Page 180
161
peningkatan berat badan tersebut adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, 8,5 kg
dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi total nya
sekitar 12,5 kg.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dan teori yang ada tidak
terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena peningkatan berat badan ibu
selama hamil mencapai 13,5 kg dan telah memenuhi nilai status gizi ibu.
Pada pemeriksaan DJJ didapatkan bahwa pemeriksaan DJJ dalam batas
normal. Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 03 Februari 2017 didapatkan
hasil yaitu 140 x/menit.
Menurut Hutahaean (2013), denyut jantung janin didengarkan di atas
suprapubik pada usia kehamilan 10-12 minggu dengan menggunakan fetoskop
atau Doppler. Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah 120-160 kali/menit dan
sudah teratur.
Berdasarkan kasus Ny. “V” dan teori yang ada tidak terdapat kesenjangan
karena DJJ sesuai dengan teori yaitu dalam batas normal 133x/menit .
5.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan
Pada saat usia kehamilan 39 minggu, Ny “V” ditemani keluarganya datang
ke Bidan Praktek Mandiri (BPM) Rubiah, S.Tr. Keb, pada tanggal 08 Februari
2017 pukul 02.00 WIB. Sebelum dilakukan pertolongan persalinan petugas
melakukan penapisan pada Ny. “V” dengan cara anamnesa dan tidak didapatkan
hasil bahwa pada kasus Ny. “V” tidak pernah bekerja di luar negeri dan pada saat
Trimester III Ny. “V” sudah melakukan tes laboratorium lengkap dengan hasil
bahwa Ny. “V” tidak menderita penyakit apapun termasuk HIV/AIDS. Dilakukan
juga pemeriksaan fisik seperti tanda-tanda vital, Leopold dan denyut jantung janin
(DJJ), pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium jika ditemukan indikasi
Menurut Depkes RI (2010), pada saat memberikan asuhan bagi ibu
bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya
masalah atau penyulit. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ada indikasi
yang tertera pada lembar penapisan. Jadi berdasarkan kasus Ny “V” dan teori
yang ada tidak ada kesenjangan.
Persalinan pada Ny. “V” berlangsung tanggal 08 Februari 2017 dengan
usia kehamilan 39 minggu . Kala I dimulai pukul 02.00 WIB dengan hasil
Page 181
162
pemeriksaan dalam (VT) dengan pembukaan 7 cm fase aktif dilatasi maksimal.
Ny. “V” mengatakan perutnya mulas dan kenceng-kenceng sejak tanggal 07
Februari 2017 pukul 10.00 WIB. Kemudian pukul 03.00 WIB dilakukan
pemeriksaan dalam atas indikasi kala II, pembukaan menjadi lengkap (10 cm).
Menurut Sondakh, (2013) Kala I dimulai dari pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8
jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 4
cm sampai 10 cm. Kala I berlangsung ±18 jam pada primigravida, sedangkan
pada multigravida ±8 jam. Lamanya kala I pada kasus Ny. “V” adalah 1 jam. Jadi
berdasarkan kasus dan teori yang ada terdapat kesenjangan karena pada kasus Ny.
“V” termasuk partus presipitatus dimana persalinan berlangsung cepat (kala I ke
kala II) yaitu mulai pukul 02.00-03.00 WIB.
Kala II jam 03.30 WIB bayi lahir spontan, langsung menangis, tonus otot
kuat dan kulit kemerahan. Kala II pada Ny. “V” berlangsung selama 30 menit.
Pertolongan persalinan pada Ny. “V” dilakukan dengan APN 58 langkah.
Menurut Sondakh (2013) lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan
pada multigravida 0,5-1 jam. Berdasarkan lama kala II pada Ny.“V” dan teori
yang ada mengalami kesenjangan karena pada teori dijelaskan bahwa lama kala II
pada primigravida yaitu 1,5-2 jam, sedangkan kasus Ny.”V” kala II berlangsung
selama 30 menit. Kemungkinan penyebab dari persalinan kala II yang
berlangsung sangat cepat yaitu adanya kontraksi yang terlalu kuat sehingga dapat
menyebabkan persalinan yang sangat cepat. Dalam proses persalinan harus
dilakukan sesuai dengan APN 58 langkah. Tujuan APN adalah menjaga
kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya , melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi
yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Kala III jam 03.45 WIB plasenta lahir lengkap, panjang tali pusat ± 45 cm,
tebal plasenta ± 2,5 cm, diameter plasenta ± 18 cm, kotiledon ± 20, terdapat
laserasi derajat 2. Kala III pada kasus Ny. “V” berlangsung 15 menit.
Menurut Sondakh (2013) kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Berdasarkan kasus
Page 182
163
Ny.“V” tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dan teori yang ada dan
semuanya dalam batas normal selama proses pelepasan plasenta sesuai dengan
teori yang ada seperti terdapat semburan darah tiba-tiba, tali pusat bertambah
panjang, dan uterus globuler, dan uterus berkontrasi dengan baik, jumlah
perdarahan dalam batas normal.
Kala IV jam 04.15 WIB tanda-tanda vital (TTV) dalam batas normal,
tinggi fundus uteri (TFU) 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong, perdarahan pervaginam normal (±150 cc), perineum terdapat jahitan. kala
IV berlangsung selama 2 jam.
Menurut Sondakh (2013) gejala kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam post partum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi
untuk deteksi dini adanya komplikasi karena perdarahan post partum paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal
adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka
sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya. Menurut
penulis perdarahan yang terjadinya pada Ny. “V” dalam batas normal karena <500
cc.
Kala I fase aktif pada Ny “V” dimulai dari pembukaan 7-10 cm petugas
melakukan observasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit, pembukaan, penurunan
kepala, air ketuban, moulage dan produksi urine dilakukan 2 kali, saat pasien
datang dan 1 jam setelah pemeriksaan pertama atas indikasi, tekanan darah, suhu
dan nadi dilakukan saat pasien datang.
Menurut Depkes RI, (2007) patograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Pencatatan selama fase aktif persalinan yaitu informasi ibu (nama, umur, gravid,
para, abortus, tanggal dan waktu mulai dirawat serta waktu pecahnya selaput
ketuban), kondisi janin (DJJ setiap 30 menit, warna dan adanya air ketuban serta
penyusupan kepala janin), kemajuan persalinan (pembukaan serviks setiap 4 jam,
penurunan bagian kepala dan presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak),
jam dan waktu (waktu mulainya fase aktif), kontraksi setiap 30 menit (frekuensi
dalam 10 menit dan lamanya), obat dan cairan yang diberikan (oksitosin dan obat
lain serta cairan IV yang diberikan), kondisi ibu (nadi dan tekanan darah setiap 4
Page 183
164
jam, suhu dan produksi urine setiap 2 jam). Berdasarkan kasus pada Ny. “V”,
semua asuhan, pemantauan dan pemeriksaan yang diberikan sesuai dengan teori.
Asuhan persalinan yang telah diberikan kepada Ny. “V” secara
keseluruhan sudah memperhatikan prinsip pencegahan infeksi dengan cara
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa celemek, sandal tertutup, masker
dan penggunaan handschoon steril, penutup kepala dan kacamata google. Salah
satu upaya pencegahan infeksi yang lain berupa tempat yang bersih dan
menggunakan alat yang steril dengan tidak mengesampingkan prinsip steril.
Menurut Depkes RI, (2007) (2010), petugas harus memperhatikan prinsip
Pencegahan Infeksi (PI) berupa cuci tangan dengan air mengalir, melakukan
tehnik aseptik, dekontaminasi, sterilisasi, pembuangan sampah medis dan non
medis, serta menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek, sarung
tangan sterill, sepatu boot atau sepatu tertutup, penutup kepala, masker dan
kacamata google serta pertolongan persalinan sesuai dengan asuhan persalinan
normal dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
5.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Pada Ny. “V” P10001 telah dilakukan 4 kali kunjungan nifas yaitu pada nifas
6 jam tanggal 08 Februari 2017, nifas hari ke 4 tanggal 12 Februari 2017, nifas
hari ke 15 tanggal 23 Februari 2017 dan nifas hari ke 29 tanggal 09 Maret 2017.
Menurut Depkes RI (2010), kunjungan nifas minimal sebanyak 4 kali yaitu
kunjungan pertama pada 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan untuk mencegah
perdarahan masa nifas karena persalinan, mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri. Kunjungan kedua pada hari ke-4 sampai hari ke-14 setelah
persalinan untuk memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, evaluasi
adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup
makan, minum dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak
ada tanda adanya penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal yang
berkaitan dengan asuhan pada bayi. Kunjungan ke tiga pada hari ke-15 sampai
hari ke-28 setelah persalinan dan kunjungan ke empat pada hari ke-29 sampai hari
ke-42 setelah persalinan untuk menanyakan penyulit yang ada, memberikan
Page 184
165
konseling KB secara dini. Berdasarkan kasus Ny. “V” tidak ditemukan adanya
kesenjangan dengan teori yang ada.
Mahasiswa melakukan pemeriksaan dalam setiap kunjungan yaitu berupa
pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan involusi uteri, pengeluaran
lochea dan pengeluaran pervaginam, pemeriksaan payudara dan pengeluaran ASI,
koseling KB.
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan yang diberikan pada kunjungan nifas
yaitu dilakukan pemeriksaan TTV, pemeriksaan involusi uteri, pengeluaran lochea
dan pengeluaran pervaginam, pemeriksaan payudara dan pengeluaran ASI,
pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera
setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A
pertama, konseling KB pasca salin. Berdasarkan kasus Ny. “V” pemeriksaan
sudah sesuai dengan teori dan tidak di temukan kesenjangan. Semua hasil
pemeriksaan didapatkan dalam batas normal seperti pada pemeriksaan TTV, TFU,
dan pemeriksaan lochea dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan pada 6 jam post partum tanggal 08-02-2017 jam 10.00
WIB didapatkan hasil pemeriksaan ibu merasa perutnya masih mulas, TTV dalam
batas normal, colostrum sudah keluar, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±60 cc, lochea rubra. Kunjungan kedua
4 hari post partum tanggal 12-02-2017 jam 16.00 WIB didapatkan hasil
pemeriksaan TTV dalam batas normal, pengeluaran ASI tidak lancar, TFU 3 jari
di bawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan ±40 cc, lochea sanguinolenta.
Kunjungan ketiga minggu kedua post partum (hari ke-15) tanggal 23-02-2017 jam
09.00 WIB ibu tidak mengeluh apapun, TTV dalam batas normal, pengeluaran
ASI tidak lancar, TFU tidak teraba, lochea serosa dan kunjungan ke empat
minggu ke lima post partum (hari ke-29) tanggal 09-03-2017 jam 16.00 WIB
didapatkan hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, pengeluaran ASI tidak
lancar, TFU tidak teraba, lochea sudah tidak keluar.
Menurut Saifuddin (2010), bayi lahir TFU setinggi pusat, uri lahir 2 jari
dibawah pusat, satu minggu TFU pertengahan pusat sympisis, dua minggu TFU
tidak teraba di atas sympisis, lima minggu TFU bertambah kecil. Berdasarkan
Page 185
166
kasus Ny. “V” TFU minggu ke lima sudah seperti normal karena mobilisasi dan
kontraksi ibu baik, maka tidak ditemukan kesenjangan dengan teori.
Hasil pemeriksaan lochea pada Ny. “V” yaitu lochea hari pertama (6 jam
post partum) lochea rubra, hari ke 4 lochea sanguinolenta, minggu kedua (hari
ke-15) lochea alba, minggu ke lima (hari ke-29) lochea sudah tidak keluar.
Menurut Nugroho (2014), lochea rubra (cruenta) yaitu lochea yang berisi
darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium terjadi selama 2 hari post partum, lochea sanguinolenta berwarna
kuning berisi darah dan lendir terjadi pada hari 3-7 post partum, lochea serosa
berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi terjadi pada hari ke 7-14 post partum,
lochea alba cairan putih yang terjadi setelah 2 minggu. Lochea purulenta
merupakan lochea yang terjadi karena infeksi, cairan yang keluar seperti nanah
berbau busuk. Lochea statis yaitu lochea tidak lancar keluarnya. Berdasarkan
kasus pada Ny. “V” tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori yang ada
TFU minggu ke enam sudah seperti normal karena mobilisasi dan kontraksi ibu
baik, serta pengeluaran lochea dalam batas normal dan tidak ditemukan temuan
yang abnormal dan semua hasil pemeriksaan dalam batas normal.
5.4 Asuhan Kebidanan Pada BBL dan Neonatus
Bayi Ny. ”V” lahir pada tanggal 08 Februari 2017 Pukul 03.30 WIB bayi
lahir spontan langsung menangis, kulit kemerahan, tonus otot kuat, jenis kelamin
perempuan, berat lahir 3400 gram, panjang badan 52 cm, tidak ada cacat bawaan.
Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan
panjang badan sekitar 48-55 cm. Berdasarkan kasus pada bayi Ny. “V” tidak
ditemukan kesenjangan dengan teori. Hasil pemeriksaan dalam batas normal
seperti berat badan dan tinggi badan bayi serta tidak ditemukan kelainan-kelainan
pada bayi.
Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir yaitu melakukan penilaian
dengan cepat dan hasilnya normal, langsung meletakkan bayi diatas perut ibu dan
mengeringkan, menutupi tubuh bayi, kemudian memotong dan mengikat tali
pusat. Setelah itu mengganti kain yang bersih dan kering kemudian dilakukan
IMD. Sebagai upaya profilaksis diberikan salep mata antibiotika dan vitamin K
Page 186
167
untuk mencegah terjadinya perdarahan setelah IMD selesai. Satu jam kemudian
bayi dalam keadaan sehat dan diberi imunisasi Hb0 dan bayi dapat menyusu
dengan baik.
Menurut Depkes RI (2010), Asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir
adalah bebaskan jalan nafas, mengeringkan tubuh bayi, memotong dan mengikat
tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI awal dengan cara IMD,
pencegahan infeksi, pemberian salep mata, vitamin K serta imunisasi Hb0.
Berdarasarkan kasus pada bayi Ny. “V” tidak ditemukan kesenjangan dengan
teori.
Mahasiswa telah melakukan kunjungan neonatus pada bayi Ny.”V”
sebanyak 3 kali yaitu pada 6 jam pertama pada tanggal 08 Februari 2017, hari ke-
4 pada tanggal 12 Februari 2017 dan hari ke-15 pada tanggal 23 Februari 2017.
Menurut Depkes RI (2010), kunjungan pada neonatus minimal 3 kali yaitu
pada kunjungan pertama usia 6 jam sampai 2 hari, kunjungan kedua hari ke-3
sampai hari ke-7 setelah lahir, kunjungan ketiga pada hari ke-8 sampai hari ke-28
setelah lahir. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan pada bayi
atau bayi mengalami masalah kesehatan dan memastikan bahwa bayi dalam
keadaan sehat pada saat bayi pulang. Berdasarkan kasus bayi Ny.“V” dan teori
tidak ditemukan kesenjangan.
Asuhan yang diberikan pada setiap kunjungan mengikuti Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) yaitu pemantauan tanda infeksi, penambahan berat
badan, masalah dalam pemberian ASI, untuk memastikan tidak ada tanda bahaya
dan komplikasi pada Neonatus. Pada kunjungan hari ke-6 tali pusat sudah lepas,
perawatan tali pusat baik sehingga tali pusat lepas pada waktunya dan tidak terjadi
infeksi. Edukasi pada keluarga telah diberikan tentang pentingnya imunisasi dasar
lengkap, sebagai perlindungan dasar daya tahan tubuhnya terhadap penyakit
seperti TBC, polio, difteri, tetanus, hepatitis dan meninigitis serta mencegah
penyakit campak.
Menurut Muslihatun (2010), manjemen Terpadu Bayi Muda (usia 1 hari
sampai 2 bulan) meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi,
pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut. Dalam manajemen
Page 187
168
terpadu bayi muda ini, dilakukan pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang
lazim terjadi pada bayi muda, antara lain adanya kejang, gangguan nafas, saluran
cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
Berdasarkan kasus Ny. “V” tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dan teori.
Bayi Ny.”V” telah mendapatkan pemeriksaan MTBM dan setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil yang normal.
5.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana (KB)
Mahasiswa telah melakukan asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana
(KB) pada Ny. “V” dengan memberikan konseling macam-macam alat
kontrasepsi serta efek samping pada masing-masing alat kontrasepsi sebanyak dua
kali yaitu pada tanggal 08 Februari 2017 dan pada tanggal 09 Maret 2017. Ny.
“V” telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan, dan Ny. “V” memutuskan
untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun dengan alasan tidak ingin
mengalami penambahan berat badan karena pengaruh kontrasepsi hormonal dan
lebih memilih untuk menggunakan kontrasepsi alami yaitu coitus interuptus.
Page 188
169
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil laporan
tugas akhir yang dilakukan di BPM Bidan “R” Kabupaten Bondowoso yang
dimulai pada tanggal 03 Februari 2017 sampai 08 Februari 2017.
6.1.1 Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Trimester III
Pada masa kehamilan Ny. “V” melakukan ANC secara teratur sesuai
dengan referensi yang menyatakan bahwa kunjungan antenatal dilakukan minimal
4 kali selama kehamilan. Pada masa kehamilan Ny. “V” berjalan dengan baik,
tidak ada keluhan yang bersifat abnormal, Ny. “V” mengeluh keputihan tetapi hal
tersebut merupakan hal yang fisiologis dan dapat diatasi dengan baik. Serta tidak
terdapat kesenjangan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
6.1.2 Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Asuhan persalinan pada Ny. “V” usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I
fase aktif dengan persalinan normal, tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan ibu
dan janin baik. Bayi lahir secara spontan, plasenta lahir spontan lengkap
dilakukan sesuai dengan asuhan persalinan normal, tidak ada kesenjangan dalam
melakukan asuhan pada persalinan, ibu dan bayi lahir tanpa ada penyulit maupun
komplikasi dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
6.1.3 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Pada masa nifas Ny. “V” terdiri dari 4 kali kunjungan yaitu 6 jam post
partum, 4 hari post partum, 2 minggu (hari ke-15) post partum dan 5 minggu (hari
ke-29) post partum. Selama masa nifas Ny. “V” tidak mengeluh perdarahan dan
infeksi yang ditandai dengan tidak ada keluarnya lochea yang berlebihan dan tidak
berbau, pada payudara tidak ada kelainan, tidak ada infeksi ataupun bendungan
ASI, masa involusi dan penurunan fundus uteri pada Ny. “V” berlangsung dengan
baik dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
6.1.4 Asuhan kebidanan pada neonatus
Bayi lahir tanggal 08-02-2017 pukul 03.30 WIB, spontan, hidup, langsung
menangis, bernafas spontan, tonus otot positif, kulit berwarna merah muda, jenis
Page 189
170
kelamin perempuan, berat badan 3400 gram, panjang badan 51 cm, bayi dalam
keadaan sehat. Pada bayi baru lahir terdapat 3 kali kunjungan yaitu pada 6 jam, 4
hari, dan 15 hari. Pada bayi baru lahir tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus
6.1.5 Asuhan kebidanan KB
Mahasiswa telah melakukan asuhan kebidanan akseptor KB pada Ny.“V”
dengan memberikan konseling macam-macam alat kontrasepsi serta efek samping
yang terjadi pada masing-masing alat kontrasepsi sebanyak dua kali yaitu pada
tanggal 08 Februari 2017 dan tanggal 09 Maret 2017. Hasil yang didapatkan
Ny.“V” tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun karena tidak ingin mengalami
penambahan berat badan karena pengaruh kontrasepsi hormonal dan lebih
memilih menggunakan kontrasepsi alami yaitu coitus interuptus.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi tempat praktek
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di bidan praktek
mandiri mampu lebih meningkatkan kesehatan masyarakat misalnya dengan
melakukan pengkajian yang mendetail terutama dalam menanyakan tentang Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu, mengadakan kelas ibu hamil, dan penyuluhan
pada masyarakat agar masyarakat selalu memeriksakan kesehatannya pada tenaga
kesehatan.
6.2.2 Bagi institusi
Diharapkan sebagai institusi yang berperan dalam mencetak tenaga
kesehatan dan melayani masyarakat khususnya bidan, mampu memantau
kemampuan praktek yang dimiliki oleh mahasiswa agar memperoleh kelulusan
yang berkompeten dalam bidangnya.
6.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
khususnya klien dan keluarga, dapat mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai
dengan standar dan mutu secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonatus, dan Keluarga Berencana (KB).
Page 190
171
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, dkk. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Amru, Sofian. Rustam mochtar (2013). Sinopsis obstetri jilid III. Jakarta: EGC
Andarmoyo, sulistyo. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta:
Ar-rusmedia
Asrinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Departemen Kesehatan RI. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-
KR
Departemen Kesehatan RI. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-
KR
Departemen Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: DEPKES RI
Departemen Kesehatan RI. (2016). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: DEPKES RI
Departemen Kesehatan RI. M,(2010). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-
KR
Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. (2016). Data PWS-KIA Kabupaten
Bondowoso. Bondowoso: DINKES Kabupaten Bondowoso
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur, Surabaya: DINKES Provinsi Jawa Timur
Hutahaean, Serri. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, I, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Muslihatun dkk. (2009). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Page 191
172
Muslihatun dkk. (2010). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Pengurus pusat IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus
Pusat IBI
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Rochmah, dkk. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC
Rukiyah, Ai yeyeh. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV
Trans Info Medika
Saifuddin, Abdul Bari dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sondakh, Jenny. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga
Suherni, dkk. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika
Sulistyawati, Ari. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Taufan, Nugroho, dr. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb3).
Yogyakarta: Nuha Medika
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Page 192
173
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1. Jakarta : EGC
Wulandari, Setyo Retno dan Handayani, Sri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. (2015). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Timur 2014. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Bersumber dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/profil
/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/15_Jatim_2014.pdf (diakses tanggal 10
Februari 2017)
Bahiyatun. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Bersumber
dari:https://books.google.co.id/books?Bahiyatun.+(2009).+Asuhan+Kebida
nan+Nifas+Normal.+Jakarta:+EGC=Bahiyatun.(2009).asuhanKebidananNif
asNormal.JakartaEGC (diakses tanggal 12 Februari 2017)
Nur firaya, Tevrilya dkk. (2012). Hubungan Sikap Bidan Tentang Pemeriksaan
14T Dengan Deteksi Dini Resiko Tinggi Kartu Skor Poedji Rochjati Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kademangan Kabupaten Blitar Tahun 2012,
jurnal ilmiah ilmu kebidanan. Edisi 3. Vol. I, Januari 2013 : 1-5.
Tulungagung (di akses tanggal 12 Februari 2017)
Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Bersumber dari:
https://books.google.co.id/books?=Syafrudin.+(2009).+Kebidanan+Komuni
tas.+Jakarta:+EGCSyafrudin.(2009).KebidananKomunitas.JakartaEGC
(diakses tanggal 12 Februari 2017)