Laporan Kasus OD Anopthalmos + OS Astigmatisme Miopia Simplex +Presbiopia Disusun oleh : Renny Hartanti / 406117036 Pembimbing : Dr. Djoko H., Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD KUDUS
Laporan Kasus
OD Anopthalmos + OS Astigmatisme
Miopia Simplex +Presbiopia
Disusun oleh :
Renny Hartanti / 406117036
Pembimbing :
Dr. Djoko H., Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATARSUD KUDUS
2013
LAPORAN KASUS
I. Status penderita
Identitas pasien
• Nama : Tn. S
• Umur : 62 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pensiunan
• Alamat : Kesambi 01/01 Mejobo
• Tanggal periksa : 11 Maret 2013
II. Anamnesis
Autoanamnesa dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2013 dan membaca pada catatan
medik.
Keluhan Utama :
Kontrol bulanan pandangan mata kiri kabur
Keluhan Tambahan :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik untuk kontrol mata bulanan dengan keluhan pandangan
mata kiri kabur. Kabur dirasakan saat pasien melihat jauh dan membaca. Pasien tidak
merasakan pusing. Pasien sudah menggunakan kacamata sejak kurang lebih 2 bulan
belakangan ini. Sejak menggunakan kacamata, penglihatan pasien menjadi lebih baik. Saat ini
kacamata masih dirasakan enak dipakai dan pasien tidak mau mengganti kacamata.
Mata kanan pasien sudah tidak bisa melihat sama sekali sejak pasien berumur 6
tahun. Hal ini terjadi setelah pasien mengalami trauma tertusuk.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien sudah menggunakan kacamata sejak 2 bulan yang lalu
• Riwayat trauma pada mata kananà anopthalmos sejak umur 6 thn àpasang
protesa
• alergi (-)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang merasakan keluhan yang sama, anggota keluarga
tidak ada yang menggunakan kacamata
Riwayat Sosial ekonomi
Pasien seorang pensiunan. Biaya ditanggung ASKES. Kesan ekonomi cukup.
III. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Respiratory Rate : 20 x / menit
Suhu : afebris
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Baik
Status Ophtalmologi
Keterangan : Mata kanan anopthalmos, mata kiri dalam keadaan normal
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)0 Visus S 6/9
- Koreksi C - 0,75 X 90 6/6 F1Add S+3,00
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-)
eksoftalmus (-)
strabismus (-)
Bulbus okuli Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
hematom (-)
ptosis (-)
blefarospasme (-)
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
Palpebra Edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
hematom (-)
ptosis (-)
blefarospasme (-)
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
Edema (-)
injeksi konjungtiva (-)
injeksi siliar (-)
infiltrat (-)
hiperemis (-)
Konjungtiva Edema (-),
injeksi konjungtiva (-)
injeksi siliar (-)
infiltrat (-)
hiperemis (-)
Putih Sklera Putihoedem (-)
infiltrat (-)
ulkus (-)
sikatriks (-)
Kornea Oedem (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)
Jernih
kedalaman cukup
hipopion (-)
hifema (-)
Camera Oculi Anterior
(COA)
Jernih
kedalaman cukup
hipopion (-)
hifema (-)
Kripta(+)
edema(-)
Iris Kripta(+)
edema(-)
synekia (-) synekia (-)
Bulat diameter 3mm, reguler
refleks pupil L/TL (-/-)
Pupil Bulat diameter 3mm, reguler
refleks pupil L/TL (+/+)
Jernih Lensa Jernih - Retina Normal
Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak dilakukan- TIO N
Epifora (-)lakrimasi(-)
Sistem Lakrimasi Epifora (-)lakrimasi(-)
IV. Resume
Subyektif
OD tidak bisa melihat setelah trauma umur 6 tahun
OS pandangan sedikit kabur saat melihat jauh dan membaca
Pasien sudah menggunakan kacamata sejak kurang lebih 2 bulan belakangan inià
penglihatan membaik
Pusing tidak ada
Obyektif
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)0 Visus S 6/9
- Koreksi C - 0,75 X 90 6/6 F1Add S+3,00
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-)
eksoftalmus (-)
strabismus (-)
Bulbus okuli Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
hematom (-)
ptosis (-)
Palpebra Edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
hematom (-)
ptosis (-)
blefarospasme (-)
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
blefarospasme (-)
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
Edema (-)
injeksi konjungtiva (-)
injeksi siliar (-)
infiltrat (-)
hiperemis (-)
Konjungtiva Edema (-),
injeksi konjungtiva (-)
injeksi siliar (-)
infiltrat (-)
hiperemis (-)
Putih Sklera Putihoedem (-)
infiltrat (-)
ulkus (-)
sikatriks (-)
Kornea Oedem (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)
Jernih
kedalaman cukup
hipopion (-)
hifema (-)
Camera Oculi Anterior
(COA)
Jernih
kedalaman cukup
hipopion (-)
hifema (-)
Kripta(+)
edema(-)
synekia (-)
Iris Kripta(+)
edema(-)
synekia (-)
Bulat diameter 3mm, reguler
refleks pupil L/TL (-/-)
Pupil Bulat diameter 3mm, reguler
refleks pupil L/TL (+/+)
Jernih Lensa Jernih - Retina Normal
Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak dilakukan- TIO N
Epifora (-)lakrimasi(-)
Sistem Lakrimasi Epifora (-)lakrimasi(-)
V. Diagnosis banding
a. OD anopthalmos + OS Astigmatisme Miopia Simpleks + Presbiopia
b. OD anopthalmos + OS Miopia + Presbiopia
c. OD anopthalmos + OS Astigmatisme Miopia Kompositus + Presbiopia
d. OD anopthalmos + OS Hipermetropia + Presbiopia
e. OD anopthalmos + OS Astigmatisme Hipermetrop Simpleks + Presbiopia
f. OD anopthalmos + OS Astigmatisma Hipermetrop Kompositus + Presbiopia
VI. Diagnosis kerja
OD Astigmatisma Miopia Simplex + Presbiopia
VII. Dasar diagnosa
Pada anamnesa
OD tidak bisa melihat sepenuhnya setelah trauma umur 6 tahun
OS pandangan sedikit kabur saat melihat jauh dan membaca
Pada pemeriksaan fisik
OD
Visus 0 à anopthalmos (protesa +)
OS
Visus 6/9 koreksià C -0,75 X 90 à 6/6 F1
add S + 3,00
VIII. Terapi
OS Cendo Augentonic tetes mata 3 x 2 tetes sehari
IX. Prognosis
Okuli dekstra Okuli sinistra
Ad vitam Ad Bonam Ad Bonam
Ad sanam Ad Bonam Ad Bonam
Ad kosmetikam Ad Bonam Ad Bonam
Ad functionam Ad Malam Ad Bonam
X. Usul dan Saran
- Menggunakan kacamata yang sesuai dengan ukuran
- Kontrol mata setiap 6 bulan
- Membersihkan protesa mata rutin tiap 2 hari sekali dan selalu menjaga
higienitasnya.
Tinjauan Pustaka
I. Pendahuluan
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada
orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata
demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan
dibiaskan tepat didaerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata
emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan
mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik
pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur.
II. Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina,
demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat
difokuskan pada retina atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada
jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina.
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat
kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan
akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata
harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks
akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu
konvergensi atau melihat dekat.
III. Emetropia
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh difokuskan
sempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak
difokuskan pada makula lutea disebut ametropia. Mata emetropia akan mempunyai
penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa,
dan badan kaca keruh maka sinar tidak dapat diteruskan di makula lutea. Pada
keadaan media penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6.
kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata
lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan
akomodasi atau bila melihat benda yang dekat.
Gambar Refraksi pada mata emetrop
IV. Ametropia
Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar
oleh kornea (mendatar atau mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih
panjang atau lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak akan terfokus pada
makula. Keadaan ini disebut ametropia (anomali refraksi) yang dapat berupa miopia,
hipermetropia, atau astigmatisme
V. Mopia
Pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa bentuk myopia seperti :
a. Myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
b. Myopia aksial, myopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa normal
Menurut derajat miopia dapat dikategorikan, yaitu :
- Miopia ringan (0,25 – 3,00D)
- Miopia sedang (3,00 – 6,00D)
- Miopia berat / tinggi (>6,00D
Menurut perjalanannya niopia dikenal bentuk :
- Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
- Miopia progresif, yang bertambag terus pada usia dewasa akibat
bertambahnya panjang bola mata
- Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa = miopia
maligna = miopia degenerative
Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan bila
melihat terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun
jauh
Pasien dengan miopia akan menmberikan keluhan sakit kepala, sering disertai
dengan juling dan celah kelopak mata sempit. Seseorang miopia mempunyai
kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk
mendapatkan efek pinhole
VI. Presbiopia
I. Definisi
Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata dimana punctum proksimum
(titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang maksimal) telah
begitu jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, menjahit
sukar dilakukan.
Pada presbiopia terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut, biasanya mulai
muncul pada usia 40 tahun. Dengan bertambahnya usia maka semakin kurang
kemampuan mata untuk melihat dekat.
II. Etiologi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
Kelemahan otot akomodasi
Sklerosis mata àLensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya
III.Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata
karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul
sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi
lebih keras(sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan
demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang
IV. Tanda & Gejala
Keluhan muncul pada saat membaca dekat.
Semua pekerjaan dekat sukar dilakukan karena penglihatan kabur.
Bila dipaksakan akan muncul keluhan lain yaitu berupa mata lelah, berair, dan
sering terasa pedas.
Penderita presbiopia memposisikan membaca dengan menjauhkan kertas yang
dibaca
Sukar melakukan pekerjaan dengan melihat dekat terutama di malam hari
Sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
V. Pemeriksaan
a. Alat
Kartu Snellen
Kartu baca dekat
Seuah set lensa coba
Bingkai percobaan
b. Teknik
Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan
kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat positif, negatif / astigmatismat)
Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai
terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan
Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
c. Nilai
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna merupakan
ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.
Hubungan lensa adisi dan umurbiasanya:
- 40 sampai 45 tahun – 1,0 dioptri
- 45 sampai 50 tahun – 1.5 dioptri
- 50 sampai 55 tahun – 2.0 dioptri
- 55 sampai 60 tahun – 2.5 dioptri
- 60 tahun – 3.0 dioptri
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa + 3,0 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar. Kekuatan lensa kacamata baca sering disesuaikan dengankebutuhannya.
VI. Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40
tahun(umur rata – rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun
diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:
1. kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain
3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan
sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah
4. kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi
5. dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.
VII. Astigmatisma
I. Definisi
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea
atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak
difokuskan pada satu titik.
Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin
lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut. Dan umumnya setiap
orang memiliki astigmat yang ringan.
II. Etiologi
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:
1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.
2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.
3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty.
4. Trauma pada kornea
5. Tumor
III.Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sbb:
1. Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua
bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada
salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang
yang lain.
Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang
tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika
tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme
regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang vertikal
2. Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi
sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Satu titik (A) di depan retina, satu titik (B) tepat di retina
Hasil refraksi: Plano cyl (-)
2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
Satu titik (A) tepat di retina, satu titik di belakang retina (B)
Hasil refraksi: cyl (+)
3. Astigmatisme Miopia Kompositus
Astigmatisme jenis ini, Kedua-dua titiknya di depan retina.
Hasil refraksi: sph (-), cyl (-)
4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus
kedua-dua titiknya di belakang retina
Hasil refraksi: sph (+) cyl (+)
5. Astigmatisme Mixtus
Satu titik (A) di depan retina, satu titik lagi (B) di belakang retina .
Hasil refraksi : Sph (+) Cyl (-), atau Sph (-) Cyl (+)
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus
rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul
keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri.Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi
IV. Tanda dan Gejala
Seseorang dengan astigmatisma akan memberikan keluhan:
- Penglihatan akan kabur untuk jauh atau pun dekat
- Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik
- Melihat ganda dengan satu atau kedua mata
- Bentuk benda yang dilihat berubah (distorsi)
- Mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat
- Sakit kepala
- Mata tegang dan pegal
- Mata dan fisik lelah
- Astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan
ambliopia.
V. Diagnosa
1. Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada
media penglihatan, atau kelainan retina lainnya.
Setelah pin hole, ketajaman penglihatan :
o Bertambah à terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik.
o Berkurang à kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang
menggangu penglihatan
2. Uji refraksi
Subjektif ( Optotipe dari Snellen & Trial lens)
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda “trial and error”
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen
yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu
dibiasakan mata kanan terlebih dahulu.
Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak
6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, biladengan lensa sferis positif
tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,6/6, atau 20/20 maka pasien
dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis
positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis
negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
menderita miopia.
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique)
Objektif
Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer.
Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan
respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar
kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya
memerlukan waktu beberapa detik.
Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.
3. Uji pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka
tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga
tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan
menambah lensa spheris positif 3.
Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana
yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak
lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder
ditempatkan dengan sumbu 180°.
Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai
garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya
dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat
dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.
Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh
lensa negatif sampai pasien melihat jelas
4. Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.
Pemeriksa memerhatikan imej “ring´” pada kornea pasien. Pada astigmatisme
regular, “ring” tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej
tersebut tidak terbentuk sempurna
VI. Penatalaksanaan
1. Kacamata Silinder
Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif dilakukan
dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan selinder positif dengan
sumbu horizontal (30 – 150 derajat).
Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan koreksi silinder negative
dengan sumbu horizontal (30-150 derajat) atau bila dikoreksi dengan silinder
positif sumbu vertikal (60-120 derajat)
2. Lensa Kontak
Pada penderita astigmatisma diberikan lensa rigid , yang dapat menetralisasi
astigmat yang terjadi di permukaan kornea.
3. Pembedahan
Pembedahan Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau
khusus atau dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan, diantaranya :
a) Photorefractife Keratectomy (PRK)
laser dipergunakan unutk membentuk kurvatur kornea.
b) Laser in Situ Keratomileusis (lasik)
laser digunakan untuk merubah kurvatur kornea dengan membuat flap
(potongan laser) pada kedua sisi kornea.
c) Radial keratotomy
Insisi kecil dibuat secara dalam di kornea
ANOFTALMOS
Defek congenital struktur mata digolongkan dalam 2 kategori utama
Anomali perkembangan, disini factor genetik adalah penyebab utama
Reaksi jaringan terhadap gangguan in utero (infeksi, obat, dll)
Kelainan congenital Bola mata
Kegagalan pembentukan vesikel optic menimbulkan anoftalmos.
Anoftalmos adalah istilah medis untuk tidak adanya satu atau kedua mata. Kedua
Globe (mata manusia) dan jaringan okular hilang dari orbit. Tidak adanya mata akan
menyebabkan orbit tulang kecil, soket mukosa terbatas, kelopak mata pendek, fisura
palpebra berkurang dan menonjol malar. mutasi genetik, kelainan kromosom, dan
lingkungan prenatal semua dapat menyebabkan anophthalmia. Anophthalmia adalah
penyakit yang sangat langka dan sebagian besar berakar pada kelainan genetik. Hal
ini juga dapat dikaitkan dengan sindrom lainnya
Penyebab yang paling berbasis genetik untuk anophthalmia disebabkan oleh gen
Sox2. Sox2 sindrom anophthalmia disebabkan oleh mutasi pada gen Sox2 yang tidak
memungkinkan untuk menghasilkan protein Sox2 yang mengatur aktivitas gen lain
dengan mengikat ke daerah tertentu DNA. Tanpa protein Sox2, aktivitas gen yang
penting untuk pengembangan mata terganggu. Sindrom anophthalmia Sox2 adalah
warisan autosomal dominan, namun sebagian besar pasien yang menderita
anophthalmia Sox2 adalah yang pertama dalam sejarah keluarga mereka untuk
memiliki mutasi ini. Dalam kasus-kasus tertentu, salah satu orang tua akan memiliki
gen bermutasi hanya dalam telur atau sel sperma dan keturunannya akan mewarisinya
melalui itu. Ini disebut mosaicism germline [8]. Setidaknya ada 33 mutasi pada gen
Sox2 yang telah diketahui menyebabkan anophthalmia.
Sox2 bukanlah satu-satunya gen yang dapat menyebabkan anophthalmia. Gen penting
lainnya termasuk OTX2, CHX10 dan Rax. Masing-masing gen adalah penting dalam
ekspresi retina. Mutasi pada gen ini dapat menyebabkan kegagalan diferensiasi retina,
OTX2 secara dominan diwariskan dan bervariasi dalam tingkat keparahan.
KlasifikasiAnophthalmia Primer adalah tidak adanya lengkap jaringan mata karena kegagalan
dari bagian dari otak yang membentuk mata.
Anophthalmia sekunder mata mulai mengembangkan dan untuk beberapa alasan
berhenti, meninggalkan bayi dengan jaringan mata hanya residual atau mata sangat
kecil yang hanya dapat dilihat di bawah pemeriksaan dekat.
Anophthalmia degeneratif mata mulai bentuk dan, untuk beberapa alasan, merosot.
Salah satu alasan untuk kejadian tersebut bisa menjadi kekurangan suplai darah ke
mata
Protesa Mata
Daftar Pustaka
1. Ilyas, H.S. 2008.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
2. Ilyas S. Kelainan refraksi dan kacamata. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2006. 1-14, 35-48
3. Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2000 : 52.
4. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03.ok-Tinj.%20Pust.%20dr.%20Sutjipto.pdf