newsletter AIPSSA Association of Indonesian Postgraduate Students and Scholars in Australia www.aipssa.org [DARI REDAKSI] Merekam Jejak Sejarah AIPSSA 1 [REFLEKSI] Bela Diri Tangan Kosong & Mencintai Kritik 2 [KABAR AIPSSA] AIPSSA 2005: Menghadirkan Kembali Penggalan Sejarah 6; AIPSSA Curtin: Meet & Greet 9; Indahnya Kebersamaan: Wisata ke Pinnacles 11; Dangdut is The Music of My Country 13; Tim Plesetan Manajemen Jempolan 15; Deklarasi Sumpah Pemuda 17; AIPSSA Crossbar Challenge Game 18; Ramah Tamah AIPSSA-Garuda Indonesia 20; Mengenal Lebih Dekat Para Calon Ketua AIPSSA 2015 22; End of 9 th Year Celebration 25 [DIALOG KEBANGSAAN] Volume IV: Bincang Santai Ekonomi, Politik, & Pendidikan dengan Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti 30 [INSPIRASI] Semakin Dewasa Memandang Bangsa 34; Menjadi Warga Dunia yang Toleran 37; Menampilkan Wajah Indonesia yang Ramah & Santun 40 [SERBA SERBI] Solidaritas Kemanusiaan Untuk Palestina 43; Indoboys: Sehat, Bugar & Akrab 44; Wisaya Budaya ke Sumatera Barat 46 [TRIBUTE] Penghujung Periode: Sebuah Apresiasi 47. Volume II/2014
51
Embed
Association of Indonesian Postgraduate newsletter...are fired!” yang berwibawa milik Donald Trump itu. “nge-bossy”sama sekali, karena tim kita adalah kumpulan cendikiawan cerdas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
newsletter AIPSSA
Association of Indonesian Postgraduate
Students and Scholars in Australia www.aipssa.org
[DARI REDAKSI] Merekam Jejak Sejarah AIPSSA 1 [REFLEKSI] Bela Diri Tangan Kosong & Mencintai Kritik 2 [KABAR AIPSSA] AIPSSA 2005: Menghadirkan Kembali Penggalan Sejarah 6; AIPSSA Curtin: Meet & Greet 9; Indahnya Kebersamaan: Wisata ke Pinnacles 11; Dangdut is The Music of My Country 13; Tim Plesetan Manajemen Jempolan 15; Deklarasi Sumpah Pemuda 17; AIPSSA Crossbar Challenge Game 18; Ramah Tamah AIPSSA-Garuda Indonesia 20; Mengenal Lebih Dekat Para Calon Ketua AIPSSA 2015 22; End of 9th Year Celebration 25 [DIALOG KEBANGSAAN] Volume IV: Bincang Santai Ekonomi, Politik, & Pendidikan dengan Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti 30 [INSPIRASI] Semakin Dewasa Memandang Bangsa 34; Menjadi Warga Dunia yang Toleran 37; Menampilkan Wajah Indonesia yang Ramah & Santun 40 [SERBA SERBI] Solidaritas Kemanusiaan Untuk Palestina 43; Indoboys: Sehat, Bugar & Akrab 44; Wisaya Budaya ke Sumatera Barat 46 [TRIBUTE] Penghujung Periode: Sebuah Apresiasi 47.
Volume II/2014
AIPSSA Newsletter 1 | P a g e
[DARI REDAKSI]
MEREKAM JEJAK SEJARAH AIPSSA
Saat Bung Yudhi meminta untuk bergabung memperkuat jajaran pengurus AIPSSA 2014, beliau tidak lupa menyampaikan gagasannya dengan penuh semangat tentang penguatan akar sejarah, jejaring dan visi AIPSSA di masa depan. Juga tantangan bagaimana agar AIPSSA memiliki etalase yang berkualitas, yang memproyeksikan aktivitas dan gagasan anggotanya dalam tampilan website dan newsletter yang representatif. Hal inilah yang membuat semangat serasa terpacu untuk turut berkontribusi dalam kepengurusan AIPSSA. Gagasan Presiden AIPSSA, yang juga merupakan salah seorang deklarator AIPSSA, tentang akar sejarah terasa sangat relevan dan mengena. Oleh karenanya upaya merevitalisasi saluran-saluran etalase AIPSSA dimulai dengan menjadikan akar sejarah sebagai titik tolak. Diawali dengan menelusuri rekam jejak AIPSSA sejak berdiri 9 tahun lalu. Ternyata tidak mudah menemukan kompilasi catatan kegiatan AIPSSA yang tertata secara periodik. Pencarian sedikit terjawab ketika menemukan newsletter di awal mula organisasi ini berdiri tahun 2005. Juga sekumpulan foto yang menggambarkan kegiatan AIPSSA. Sayangnya tidak ditemukan newsletter lagi setelahnya. Foto juga sulit ditelusuri konteksnya, mengingat para pelaku sejarah telah meninggalkan Australia dan tenggelam dalam aktivitas barunya. Karenanya kesadaran untuk memulai kembali menuliskan kegiatan-kegiatan AIPSSA semakin menguat. Bila tidak, maka kepengurusan ini pun tidak akan meninggalkan jejak-jejak sejarah yang tertata, tidak akan mewariskan nilai-nilai dan semangat yang pernah menaunginya, tidak akan meninggalkan pesan-pesan gagasan yang dapat diperkaya oleh generasi sesudahnya, tidak terjadi pembangunan “pengetahuan” secara melembaga pada AIPSSA sebagai satu institusi. Di sisi lain, sangat terasa bagaimana elemen-elemen organisasi terus bergerak dinamis menelurkan ide, gagasan dan terobosan untuk memajukan dan membesarkan AIPSSA.
Maka dengan semangat itu, seiring dengan pembangunan kembali website AIPSSA yang sudah pernah dirintis pengurus sebelumnya, dinamika aktivitas dan letupan pemikiran selama setahun kepengurusan ini akhirnya dapat tersaji dalam sebuah newsletter. Kelak ini menjadi bagian tak terpisahkan sebagai jejak perjalanan sejarah organisasi. Terbitnya newsletter ini merupkan wujud penghargaan dan rasa hormat yang pantas disampaikan kepada jajaran pengurus atas sikap gigih dan ikhlasnya mencurahkan waktu berharga mengelola organisasi. Juga kepada para anggota yang selalu bersemangat dan aktif menyukseskan segala kegiatan AIPSSA. Serta kepada institusi-institusi dan tokoh masyarakat yang terus berinteraksi dan memberi dukungan kepada AIPSSA. Semoga pengurus AIPSSA di masa depan dapat terus melanjutkan tradisi penerbitan newsletter ini sebagai media berkala. Merekam jejak sejarah dan kiprah organisasi, serta menjadikannya sebagai media perekat keakraban sekaligus sumber inspirasi bagi anggota dan masyarakat pembacanya. Dengan cara ini, generasi yang akan datang akan tetap mempunyai tautan batin dan kebanggaan melihat kiprah AIPSSA di masa lalu, sekaligus sebagai pijakan membawa AIPSSA semakin berkontribusi memajukan Indonesia di masa depan.
Salam AIPSSA!
Akhdian Reppawali
AIPSSA Newsletter 2 | P a g e
[REFLEKSI]
BELA DIRI TANGAN KOSONG DAN MENCINTAI KRITIK
emimpin sebuah organisasi nirlaba yang dihuni oleh kumpulan cendekia bukan merupakan perkara mudah. Banyak
tantangan dan dinamika yang harus dikelola untuk menegaskan eksistensi organisasi dalam lingkungan sosialnya. Dorongan untuk terus mengembangkan organisasi tidak jarang diwarnai dengan pergulatan ide dan gagasan yang alot. Sementara disisi lain, tuntutan untuk memberikan manfaat yang langsung terasa bagi lingkungan sekitar tidak bisa diabaikan.
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari dinamika dan pergulatan seperti ini. Karena itu, menjelang akhir masa kepengurusan AIPSSA 2014, Tim AIPSSA Newsletter melakukan wawancara dengan Bung Prayudhi Azwar, Presiden AIPSSA 2014, yang berkenan berbagi pengalaman sekaligus refleksi selama memimpin AIPSSA.
Berikut liputan wawancara dengan AIPSSA Newsletter: Bisa berbagi hikmah dari pengalaman
memimpin AIPSSA?
Pelajaran secara pribadi sangat banyak. Namun
setidaknya ada tiga hikmah yang bisa dibagi dalam
wawancara singkat ini, yaitu terkait kepemimpinan,
persahabatan, dan dinamika organisasi. Dari
episode kepengurusan setahun ini, saya semakin
meyakini AIPSSA merupakan sarana kita belajar
berorganisasi yang menakjubkan. Terutama karena
sifatnya yang non-profit dan kekhasannya sebagai
wadah berkumpul para pemikir dan cendikia
Indonesia yang menimba ilmu di Australia.
Menarik, bisa diperdalam tentang hikmah terkait
kepemimpinan?
Memimpin organisasi nirlaba seperti AIPSSA ini
unik. Ini seperti kita maju bertempur tapi hanya
berbekal bela diri tangan kosong. Kita tak punya
“senjata” berupa gaji yang bisa menjadi insentif
memotivasi tim. Kita juga tak punya kalimat “you
are fired!” yang berwibawa milik Donald Trump itu.
Bahkan kita juga tidak bisa “nge-bossy” sama
sekali, karena tim kita adalah kumpulan
cendikiawan cerdas yang setara bahkan lebih tinggi
ilmunya dari kita. Completely, we have no weapon
at all on our hand.
Kondisi ini sungguh menantang sekaligus
mendebarkan. Kita akan “dipaksa”
mengembangkan kemampuan menginspirasi,
membagi visi dan mesti gigih menyemangati tim
dan juga diri sendiri. Juga dipaksa memiliki jurus-
jurus rayuan maut agar mesin organisasi bisa
bekerja maksimal. Kita dihadapkan pada
kebutuhan memiliki seni, art dalam memimpin.
Karena kita selalu belajar dan tumbuh dari tempaan
kesulitan dalam memimpin AIPSSA dengan kondisi
layaknya “kawah candra dimuka” ini, maka kita
berkesempatan berlatih mengembangkan jiwa
pemimpin sebaik-baiknya.
Satu kunci paling penting dalam kepemimpinan
seperti ini adalah jangan meletakkan diri kita di
depan (don’t put ourself forward). Terutama dalam
hal prestasi atau pencapaian. Selalu berikan kredit
dan penghargaan terhadap rekan-rekan dan tim
kita, terutama yang telah bekerja keras dalam
diam. Mereka adalah pahlawan bagi kita. Mereka
yang telah menyukseskan semua agenda kita.
Tanpa mereka, seorang pemimpin tak punya arti,
nothing.
Jika kita berhasil melaksanakan program-program
dengan beladiri “tangan kosong” tadi, ditengah
M
AIPSSA Newsletter 3 | P a g e
ketatnya agenda riset, mengajar, kuliah dan bekerja
yang dihadapi seluruh pengurus, maka dapat
dipastikan terjadi peningkatan kemampuan dan
pengalaman yang sangat berharga nilainya untuk
kita. Tentu akan semakin mudah bagi kita
menggerakkan perusahaan/institusi kita masing-
masing kelak dalam mencapai tujuan, karena saat
itu kita dibekali “senjata”, berupa gaji, promosi,
mutasi, dll. Kombinasi keahlian beladiri tangan
kosong dan “senjata” adalah kombinasi yang
ampuh dalam menggerakkan perubahan dan
terobosan, tentunya untuk kebajikan.
Karena itu, teman-teman yang telah ikhlas menjadi
pengurus, perlu mensyukuri kesempatan ini dan
teruslah saling menyemangati. Karena seiring
proses teman-teman membesarkan AIPSSA,
teman-teman juga terus berkembang.
Bagaimana dengan hikmah persahabatan?
AIPSSA mendorong kita memperluas jejaring dan
pertemanan. Internal organisasi kita sendiri terdiri
dari anggota-anggota yang kaya dengan latar
keilmuan dari beragam institusi. Belum lagi di
eksternal organisasi, baik sesama ormas Indonesia
bahkan organisasi negara lainnya, seperti WILTA,
AIBC, II, AIYA dan lain-lain. Semua jejaring ini bisa
kita ubah menjadi persahabatan, yang tentu juga
memperkaya khazanah hidup kita.
Alhamdulillah, seiring semakin aktifnya organisasi
kita, AIPSSA semakin mendapatkan respek yang
positif dari berbagai pihak, baik dari KJRI, Garuda,
maupun rekan-rekan dari organisasi massa di
WA. Usai upacara hari Pahlawan lalu di KJRI, saya
mendapatkan feedback yang baik. Pimpinan salah
satu pengurus ormas kedaerahan di WA, bung
Bernard, menyampaikan bahwa kiprah AIPSSA
yang semakin dinamis ini telah menstimuli
semangat berorganisasi ormas-ormas lainnya. Kita
perlu bersyukur, tahun ini kita lihat semakin
semaraknya kegiatan organisasi-organisasi, dan
bahkan sebagian juga menerbitkan newsletter
seperti PPIA Pusat, PPIA Murdoch dan juga satu
komunitas Pengajian di Perth.
Saya sempat terpana. Ini menandakan bahwa saat
kita terus berbuat yang terbaik, resonansinya akan
menjangkau tidak hanya sesama anggota AIPSSA,
tapi bahkan menginspirasi rekan-rekan ormas
lainnya. Kebaikan itu ternyata juga menular. What
a beautiful life and wonderful pleasure! Mari
teruskan saling menginspirasi.
Modal persahabatan dan reputasi AIPSSA yang
semakin terbangun baik ini semoga dapat terus
dikembangkan. Banyak bentuk kerjasama dan
kolaborasi yang dapat digagas. Upayakan agar
saling mengisi, bukan saling “bertanding”. Misalnya,
bila ormas-ormas kedaerahan fokus membuat
acara budaya, AIPSSA perlu turut membantu
dengan mengirimkan anggotanya. AIPSSA tak
perlu membuat acara sejenis dan tentu akan lebih
baik AIPSSA mengoptimalkan energi dan sumber
daya sesuai ciri khas organisasi kita.
AIPSSA bisa mengisi beragam kegiatan yang
bersifat pencerahan berupa seminar, Dialog
Kebangsaan, kursus-kursus singkat, hingga talk
show tentang pendidikan atau parenting dan
sejenisnya. Sumbangsih ini sangat dinanti
masyarakat dari AIPSSA.
Anda juga menyebutkan hikmah terkait
dinamika organisasi, bisa dijelaskan?
Dinamika organisasi kita, AIPSSA, haruslah tidak
sekedar dinamis dan dewasa, tapi juga terarah
kepada dialog yang dilandasi semangat perbaikan
bagi bangsa kita. Sejarah negeri kita mencatat
dialog dinamis yang digagas para pelajar-pelajar
Indonesia di luar negeri, dan itu persis seperti kita
yang juga tengah belajar di luar negeri, adalah
salah satu kunci sukses bangsa kita meraih
kemerdekaan.
Kita sering lupa ada estafet peran dan kewajiban
moral intelektual yang turun kepada kita dari para
Persahabatan
AIPSSA Newsletter 4 | P a g e
pejuang pelajar sejak zaman kemerdekaan itu. Kita
memiliki kewajiban moril untuk proaktif berjuang
bersama mengantarkan Indonesia meraih cita-cita
menjadi bangsa yang tangguh, yang berhasil keluar
dari kondisi ketidakadilan, kesenjangan dan
jebakan lower middle income trap yang masih
membelenggu bangsa kita hingga kini.
Perbaikan kondisi bangsa perlu dimulai dari
perbaikan di tataran pemikiran dan cara
pandang. Hasil dari suatu dialog penuh semangat
yang tidak mengenal lelah. Sedangkan
kesuksesan dialog itu sendiri sangat tergantung
pada kedewasaan dalam berinteraksi. Indikator
kedewasaan itu mudahnya adalah begini: semakin
sensitif isu yang dibahas, semakin tajam perbedaan
pandangan, tapi dapat didiskusikan tanpa
melibatkan emosi yang menyerang secara pribadi,
maka disitulah AIPSSA dapat kita katakan telah
mencapai level kedewasaannya.
Itulah level dinamika organisasi AIPSSA yang kita
impikan. Para anggota AIPSSA terlatih dalam
diskusi yang tajam secara substansi tapi tetap
sangat akrab dan saling mengagumi saat bercanda
di warung kopi. What a wonderful scholars debate
that we have!
Untuk mencapai level itu, kita harus bersama-sama
menumbuhkan gairah para anggota AIPSSA untuk
berdialog dengan aktif dan terbuka. Bahkan, untuk
hal-hal yang dipersepsikan publik sebagai sensitif
sekalipun, seperti pandangan politik, kebijakan
ekonomi apalagi bahkan terkait tema keagamaan.
Dialog adalah media kita berlatih menjadi cendikia
sejati. Cendikia yang juga seorang demokrat
sejati. Cendikia yang sanggup berdiskusi tanpa
‘take it personally”, tanpa sakit hati secara personal
atas apapun ide/gagasan/opini yang tengah
didiskusikan. Jangan karena ketakutan kita berbeda
pendapat membuat kita bungkam atau saling
membungkam hasrat alami cendikia untuk berbagi
hasil perunungannya. Untuk itu, Dialog
Kebangsaan dan Dialog Online kita siapkan
sebagai gelanggang para cendikia muda Indonesia
ini untuk terus berlatih dan gigih bertukar ide.
Ini adalah mekanisme terbaik menguji validitas
pandangan kita sekaligus memperkaya horizon
wawasan kita, karena AIPSSA memiliki keunggulan
komparatif karena anggotanya berasal dari
beragam bidang kajian dan institusi. Sebagai
pelajar, kita memiliki bonus, kebebasan mimbar.
Sungguh luar biasa potensi kita, bila kita bersama-
sama berupaya mengoptimalkannya.
Apa kunci keberhasilan menumbuhkan budaya
diskusi yang sehat di AIPSSA?
Kunci diskusi yang sehat adalah bagaimana kita
bisa menumbuhkan kecintaan kita kepada kritik.
Cara pandang ini perlu dengan sungguh-sunguh
kita tanamkan. Tentu tidak mudah karena bertolak
belakang dengan naluri alter ego kita yang narsis
dan senangnya dipuji. Alter ego yang membuat kita
cenderung keberatan bila dikritik.
AIPSSA bisa menjadi sarana kita belajar untuk
mengendalikan itu, mumpung juga kita sedang
kembali menjadi pelajar. Dialog kebangsaaan
ataupun dialog online yang sering kita lakukan
merupakan bagian dari latihan kita menerima kritik
dan sudut pandang yang berbeda.
Secara pribadi kita membiasakan diri mengkritik
secara sehat pada substansi. Tapi saat kita yang
menjadi sasaran kritik, meski itu sudah mengarah
ke pribadi kita sekalipun, kita perlu terus belajar
ikhlas menerimanya, hingga akhirnya kita mampu
menikmati dan bahkan mencintai kritik.
Kritik menstimuli filosofi kaizen-nya orang Jepang
atau continuous improvement dalam literatur
manajemen. Semua produk terus diproduksi secara
lebih baik dan menuju kesempurnaan adalah berkat
kritik. Kenapa kita enggan menggunakan kritik
untuk perbaikan diri kita dan pemikiran-pemikiran
kita? Bukankah lebih pas kita berterima kasih
Dinamika organisasi
AIPSSA Newsletter 5 | P a g e
terhadap rekan-rekan yang telah sudi meluangkan
waktu mengkritik kita? Kenapa sekali-sekali tidak
terpikir memberi kue atau bunga kepada yang
mengkritik kita misalnya?
Saat kita telah bisa mencintai kritik, kita tak pernah
lagi ragu menyampaikan pandangan kita,
sekontroversi apapun itu sepanjang kita niatkan
untuk kebaikan. Itu akan menjadi bagian dari
karakter kita. Kita akan menyadari bahwa kritik itu
merupakan buah pikir yang dipersembahkan rekan
kita agar pemikiran kita atau program yang kita
hendak jalankan menjadi semakin baik. Kritik
menjadi berkah, yang membantu para cendikia
terus menyempurnakan pemikiran secara
berkesinambungan.
Ini bukan perkara main-main. Ini karakter yang
perlu kita bangun di AIPSSA dan kita pertahankan
saat nanti kita kembali ke tanah air memimpin
lembaga atau rakyat yang kita cintai. Karakter ini
akan membuat kita semakin terbuka dan jauh dari
sikap otoriter dan antikritik. Kita akan terus tumbuh
dan berkembang bersama institusi dan rakyat kita
bila kita konsisten mampu memanfaatkan kritik
untuk kebaikan dan perbaikan.
Dan kita beruntung punya AIPPSSA, miniatur
Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Anggota
kita berasal dari beragam suku, agama, ras, daerah
universitas, disiplin keilmuan, school of thought,
dan instansi asal. Apapun yang kita bahas di
forum-forum AIPSSA, kita berpeluang
mendapatkan sentuhan dari begitu banyak sudut
pandang yang saling memperkaya. Itu membuat
kita benar-benar harus memanfaatkan dengan
saling bergiat menghidupkan forum-forum dialog.
Tantangan selanjutnya, bagaimana dengan kreatif,
kita merangkum hasil-hasil diskusi tersebut dan kita
persembahkan kepada masyarakat luas. Baik
dalam bentuk buku, prosiding, artikel atau kolom
opini di media-media massa. Jika kita semakin
fokus dan proaktif mewujudkannya, maka kelak
tidak hanya AIPSSA akan semakin berkibar tapi
sumbangan kita untuk pembangunan karakter dan
kemajuan peradaban bangsa kita akan kian
dirasakan manfaatnya oleh rakyat Indonesia.
Kita harus yakin, kita bisa.
Menumbuhkan budaya diskusi
AIPSSA Newsletter 6 | P a g e
[KABAR AIPSSA]
AIPSSA 2005: MENGHADIRKAN KEMBALI PENGGALAN SEJARAH
“Jangan sekali-sekali melupakan sejarah,” begitu
ungkapan klasik Bung Karno tentang pentingnya
sejarah.
enelusuri sejarah AIPSSA mengantar kita
kepada tahun 2005, tepatnya tanggal 28 Mei
2005 dimana AIPSSA dideklarasaikan oleh
48 orang mahasiswa pasca sarjana dan cendikiawan,
termasuk oleh Presiden AIPSSA saat ini, Prayudhi
Azwar, di Konsulat Jenderal RI Perth. Pembacaan
deklarasi dilakukan oleh ketua AIPSSA pertama, Anne
Nurbaity, dihadapan Konsul Jenderal RI Perth, tokoh
masyarakat dan masyarakat RI yang ada di Western
Australia.
Di saat yang sama sebuah gambar hasil karya Bapak
Iman Sudjudi dan Ibu Sandra Sudjudi berupa tautan
bendera dua Negara – Indonesia dan Australia – yang
melambangkan hubungan kedua negara yang erat
melalui kebudayaan dan pendidikan ditetapkan
sebagai pemenang logo dan menjadi logo AIPSSA
hingga saat ini.
Peristiwa bersejarah ini terekam dengan baik dalam
Newsletter AIPSSA edisi perdana yang terbit satu
bulan setelah AIPSSA secara resmi dideklarasikan.
Sembilan tahun telah berlalu, dan rekaman kejadian
itu kami sajikan kembali apa adanya, menghadirkan
semangat para pendiri untuk menjadikan AIPSSA
sebagai forum dan wahana bagi aktivitas sosial dan
akademik bagi anggotanya.
M
AIPSSA Newsletter 7 | P a g e
AIPSSA Newsletter 8 | P a g e
AIPSSA Newsletter 9 | P a g e
eiring dengan perkuliahan yang baru
memasuki pekan-pekan awal semester
baru, beberapa mahasiswa yang belum lama
tiba dari tanah air juga sedang dalam proses
penyesuaian ritme kehidupan dengan lingkungan
baru. Untuk itu, pada hari Jum’at tanggal 22 Agustus
2014, AIPSSA Curtin menggelar kegiatan meet and
greet khusus untuk menyambut dan menyapa kawan-
kawan mahasiswa yang baru tiba dari tanah air ini
sekaligus menjadi ajang anjangsana sesama anggota.
Acara ini dilaksanakan di depan Curtin guild office,
ditengah lalu lalang orang-orang yang nampak
penasaran dengan keriuhan dan keakraban yang
diperlihatkan oleh keluarga besar AIPSSA.
Persiapan acara sudah dimulai oleh panitia sejak pagi
hingga menjelang tengah hari. Perangkat BBQ
beserta pendukungnya ditata di lokasi sesaat sebelum
anggota berdatangan. Mulai pukul 1.30 pm,
berangsur-angsur halaman guild office mulai
diramaikan oleh anggota AIPSSA, tidak hanya dari
Curtin University tapi juga beberapa rekan dari
University of Western Australia turut bergabung.
Tidak lama asap putih pembakaran dari perangkat
BBQ mulai terlihat, aroma sajian utama berupa sosis
dan roti panggang yang menggoda rasa lapar pelan-
pelan juga mulai tercium. Setelahnya satu persatu
panggangan yang telah berwarna matang
kecoklatan berpindah dari wadah pembakaran ke
piring-piring plastik putih yang disediakan oleh panitia
menemani acara bincang santai dan saling sapa antar
anggota.
Disela-sela BBQ, Ketua AIPSSA Curtin, Abid Halim,
menyampaikan beberapa patah kata menyambut
anggota yang baru bergabung sekaligus
memperkenalkan beberapa orang pengurus AIPSSA
Curtin yang hadir. Diuraikan pula mengenai status
baru AIPSSA Curtin yang telah secara resmi diterima
menjadi anggota Guild Curtin pada tahun ini, suatu
capaian yang telah diperjuangkan sejak awal tahun.
S Suasana barbeque
Sambutan Ketua AIPSSA Curtin
Menyimak sambutan
AIPSSA CURTIN: MEET AND GREET
AIPSSA Newsletter 10 | P a g e
Setelahnya satu persatu anggota memperkenalkan
diri masing-masing di tengah suasana yang diselingi
memperhitungkan efektifitas waktu kuliah saya. Saya
berupaya menyelesaikan study tepat waktu.
Menurut anda, apa tantangan yang dihadapi
setelah kembali ke tanah air?
Ini sangat sulit dijawab. Sebagai pegawai pemerintah
daerah dan sekaligus dosen perguruan tinggi swasta,
penempatan merupakan tantangan tersendiri. Tapi
saya optimis, akan menjalani yang terbaik bagi saya
dan kemajuan daerah saya.
Tantangan lainnya ialah beradaptasi kembali di
Indonesia, terutama bagi anak-anak. Sistim sekolah
bahkan jumlah mata pelajaran jauh
berbeda. Ditambah fasilitas sekolah di tanah air jauh
dibawah standar fasilitas pendidikan internasional.
Apa yang anda sukai dari sistem pendidikan tinggi
di Australia?
Terlalu banyak yang saya suka, meski ada juga yang
saya tidak suka. Saya menyukai pola tanggungjawab
dan hubungan antara supervisor dengan mahasiswa,
dukungan fasilitas universitas termasuk untuk
kehidupan sehari-hari mahasiswa. Mulai dari fasilitas
olahraga, hiburan, berbagai workshop pendukung
akademik, health service bahkan kantin halal dan
mushola. Yang paling spektakular ialah
perpustakaannya yang buka 24 jam x 7 hari
seminggu. Pustaka Curtin dikunjungi sekitar 8.000
hingga 14.000 orang perhari. Pelayanan dan
sarananya membuat mahasiswa betah belajar di
perpustakaan. Saya bermimpi, kiranya pustaka
universitas di Indonesia bisa meniru pendekatan
pustaka disini.
Manfaat apa yang anda rasakan sejak bergabung
menjadi anggota AIPSSA?
Banyak. Ya… banyak sekali. Saya bertemu orang-
orang yang senasib, seperasaan dan seperjuangan.
Saya begitu kagum dengan keunikannya, dimana para
pengurus dengan segala keterbatasan waktu dan
kemampuannya, berupaya memberi kontribusi
terbaiknya ke organisasi ini. Saya merasa semakin
dewasa dalam memandang bangsa saya. Saya
menikmati perbedaan pandangan dan sikap dalam
berorganisasi. Yang saya bangga, saya menyaksikan
para cendekiawan muda Indonesia di Perth, yang
sangat perduli akan bangsanya. Saya juga
menyaksikan keindahan dalam perbedaan.
Ini bisa saya jabarkan lebih jauh lagi.
Intinya, saya menjadi lebih optimis bahwa masa
Indonesia yang maju sudah sangat dekat. Karena
mereka, para mahasiswa pascasarjana yang ada di
AIPSSA saat ini, memiliki kehebatan yang setara
dengan kualitas para pelajar luar negeri. Merekalah
orang-orang terbaik bangsa, yang lolos dari proses
rekrutmen sedemikian rupa, dan sukses
menuntaskan tantangan belajarnya ke luar negeri.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memudahkan urusan
dan niat baik kita semua.
Apa pesan yang hendak disampaikan kepada
keluarga besar AIPSSA?
Seperti yang saya alami, AIPSSA adalah wadah
aspirasi pascasarjana dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya. Kepengurusan harus diwariskan
dengan penuh komitmen. Visi, misi dan kinerja baik
yang telah digagas pengurus agar terus
dikembangkan sesuai aspirasi anggota dan sesuai
nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia.
AIPSSA Newsletter 36 | P a g e
Pesan saya untuk seluruh anggota AIPSSA (bukan
pengurus saja he..he..). Ini juga sharing kebahagiaan
dan pengalaman, jadi jangan dibilang menggurui ya.
Manfaatkanlah kesempatan hidup di luar negeri untuk
mempelajari banyak hal. Kualitas menulis thesis
baiknya dilengkapi kemampuan memahami kehidupan
diluar kampus. Keduanya adalah sisi mata uang,
saling melengkapi. Memahami permasalahan hidup
adalah modal dasar untuk menjadi bijak.
Untuk mempelajari semua ini, diperlukan interaksi dan
keterlibatan. Sisihkan waktu untuk aktif dalam
kegiatan-kegiatan sosial. Bergabunglah dengan
organisasi yang kita anggap relevan dengan
latarbelakang kita.
Pendapat saya pribadi (boleh beda ya..hehehe), jika
hanya menyelesaikan disertasi, tidak perlu datang ke
Australia, dengan biaya yang relative besar. Karena
era digital, hampir seluruhnya bisa dilakukan melalui
jarak jauh. Karena itu, interaksi dengan lingkungan
sosial inilah yang sebenarnya kita beli dengan biaya
mahal.
Keinginan berinteraksi inilah yang membuat saya
memutuskan untuk aktif mengembangkan wawasan
lingkungan, dengan terlibat aktif di berbagai kegiatan
sosial. Saya menjadi anggota AIBC (Australia
Indonesia Business Council), menjadi anggota
Australian Red Cross selama dua tahun, mengajar di
Taman pendidikan Agama di Mesjid Rockingham
pada hari Sabtu. Juga aktif di beberapa ormas
Indonesia di Perth seperti Bonapasogit, Rumah
Gadang. Bahkan, menjadi anggota KPPSLN pada
pesta demokrasi 2014 lalu. Dan, teristimewa, menjadi
pengurus AIPSSA dan merasakan segala
dinamikanya.
Sehebat apapun kita berupaya, kasih Allah jualah
yang memampukan saya melakukan semua ini.
Wisuda saya tanggal 6 September lalu dan inshaAllah
akan kembali ke tanah air bulan November ini. Saya
sudah tak sabar untuk bersiap dengan tantangan
berikutnya yang menunggu saya.
AIPSSA Newsletter 37 | P a g e
MENJADI WARGA DUNIA YANG TOLERAN
asa kecil seringkali menjadi inspirasi yang
menentukan arah kehidupan seseorang.
Karlia Meitha, salah seorang cendikiawan
muda Indonesia yang saat ini sedang menempuh
pendidikan jenjang doktoral di University of Western
Australia (UWA), berkenan untuk berbagi kisah
kepada tim Newsletter AIPSSA tentang bagaimana
inspirasi masa kecil menuntunnya untuk menjadi
seorang ilmuwan.
Kegiatannya di dunia penelitian fokus
kepada pengembangan sistem produksi tanaman.
Saat ini Meitha, demikian koleganya biasa memanggil,
sedang melakukan riset dengan tema “Low
temperature dependant release from dormancy
involves a transient oxidative burst in grapevines (Vitis
vinifera) buds.” Kiprahnya di dunia penelitian bahkan
telah diliput oleh beberapa media baik di Australia
maupun di tanah air.
Berikut hasil wawancara dengan tim AIPSSA
Newsletter:
Apa yang mendorong anda untuk terus menempuh
pendidikan sampai jenjang tertinggi?
Alasan utama, tentu saja karena kecintaan saya
terhadap penelitian di bidang molekuler dan fisiologi
tanaman. Kalau misalkan teman-teman punya hobi
fotografi, memasak, atau hobi lainnya, maka hobi saya
adalah ini, trying to solve the gorgeous and yet
intricate puzzle of a plant life.
Jadi pertanyaannya kalau buat saya adalah
sebaliknya, kenapa juga gak PhD? Saya mengerjakan
hobi saya setiap hari, dibayar, bertemu dan
berhubungan dengan orang-orang yang like-
minded dan mudah-mudahan menambah kekayaan
ilmu pengetahuan dengan revealling another secret of
a plant life.
Bagaimana dengan cita-cita karir?
Menjadi ilmuwan!
Saya tidak pernah bisa melupakan kesan pertama
terhadap foto Isaac Newton di buku “100 tokoh paling
berpengaruh sepanjang masa”. Newton ada
diperingkat 2 disana, saya baca buku ini dulu waktu
SD dan dengan membayangkan adegan beliau
sedang duduk di bawah pohon apel. Saat itu saya
berpikir, keren banget si om ini, you have to be really
critical to question kenapa benda-benda jatuh
kebawah. Dimana kebanyakan orang mungkin tidak
akan berpikir untuk mempertanyakan hal tersebut
karena terlalu “natural”. Karena dia penasaran, dia
berusaha mencari jawaban dan akhirnya kita semua
sekarang bisa menikmati hasil dari rasa penasaran
beliau.
Dari situlah awal inspirasi bagi saya untuk selalu
bertanya, push the limit, mencari jawabannya dan
semoga menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan
kemanusiaan.
M
AIPSSA Newsletter 38 | P a g e
Kenapa tidak menempuh jenjang pendidikan
doktoral di Indonesia?
Saya bukan hanya ingin PhD untuk ilmu biologi, saya
ingin menjadi warga dunia yang toleran dan
punya survival skills untuk hidup selain di zona
nyaman.
Dari dulu saya ingin mencoba rasanya
jadi minoritas, which I believe would be a major eye
opener experience for me, karena semua tampak
benar ketika saya menjadi bagian dari mayoritas di
Indonesia. Dan saya mendapatkan apa yang saya
inginkan, banyak sekali “tamparan di muka” yang saya
dapatkan dan rasanya sedih sekali karena begitu
sulitnya dulu melihat kesalahan ketika semua orang
tampaknya membenarkan tindakan saya.
Plus, punya banyak teman dari berbagai penjuru
dunia, siapa sih yang tidak mau? Meskipun belum
tentu saya punya kesempatan untuk mengunjungi
rumah dari teman-teman tersebut, tapi pelajaran
tentang budaya dan kehidupan negara mereka yang
saya dapat dari berinteraksi bersama adalah sangat
berharga. Saya belajar tentang cara melihat dunia dari
seseorang yang tumbuh dan dibesarkan di “dunia”
yang berbeda, bagaimana kami yang asalnya
berpendapat saling menyalahkan (karena sempitnya
pikiran) ketika belum bertemu dan mengenal akhirnya
sekarang menjadi sahabat dan akan membela satu
sama lain dlm situasi yang sulit. Mereka pun tentu
saja akan menjadi asset international networking yang
luar biasa di karir saya kemudian.
Ternyata cukup banyak juga hal yang bisa dipetik
dari sekolah di luar negeri, ada lagi yang un-
expected?
Research visit ke Leeds University (UK), bagi saya
rasanya seperti mimpi bisa bekerja di laboratorium
yang sangat terkenal untuk bidang kami dalam plant
redox metabolism. Saya disana mengerjakan
sebagian penelitian selama 4 bulan di bawah supervisi
langsung seorang ilmuwan wanita yang juga saya
kagumi, Prof. Christine Foyer. Again, bukan hanya
hasil penelitian yang saya dapatkan dari kunjungan ini
tapi teman yang lebih banyak dan pengalaman hidup.
Oh, satu lagi yang menarik, akhirnya saya berhasil
mengunjungi makam sang inspirator masa kecil Isaac
Newton di Westminster Abbey, London. Rasanya sulit
dipercaya bahwa saya bisa berada “sedekat” itu
dengan beliau, memandangi Newton yang bersandar
pada tumpukan buku di bawah celestial globe dengan
relief anak-anak yang sedang bermain-main dengan
instrumen sains dan astronomi. Bagi saya, ini seperti
panggilan kedua untuk terus berkarya di bidang sains
dan untuk tidak lupa menularkan pada generasi
selanjutnya.
Bagaimana anda menyeimbangkan kehidupan
akademik dan sosial?
Di waktu luang, saya dan keluarga seringnya pergi ke
pantai, hiking ke taman nasional sekitar Perth, atau
bahkan hanya bersantai di taman. Kami suka sekali
dengan keindahan alam disini dan bagi saya menjadi
penyeimbang juga karena kalau dulu tahunya setiap
waktu luang itu ya untuk jalan ke mall, bioskop, dan
kegiatan indoor lainnya.
Selain itu, kegiatan bersosialisasi dengan teman-
teman Indonesia dan internasional juga sering
menjadi pengisi waktu luang di akhir minggu. Banyak
acara positif yang bisa dilakukan untuk menambah
pengalaman semasa kuliah ini, seperti berpartisipasi
dalam acara-acara AIPSSA yang memungkinkan saya
untuk belajar dari para senior tentang berorganisasi.
Senang juga rasanya bisa mengemukakan dan
mendengar pendapat sesama pelajar disini tentang
bagaimana caranya kita berbuat sesuatu bagi
Indonesia. Kalau dengan teman-teman non-Indonesia,
AIPSSA Newsletter 39 | P a g e
senangnya terutama melihat perbedaan kultur dalam
bekerja/berdisuksi dan yang saya suka adalah
kesetaraan, tidak ada tugas laki-laki/perempuan
ataupun tugas yang sudah PhD/para pendatang baru.
Terakhir, adakah pesan bagi para scholars/
bercita-cita menjadi scholars?
Buat semuanya: never ever give up in pursuing your
dreams
Buat yang sesama scholars yang sekarang tinggal di
luar negeri: jangan bawa tempurung kemana, go and
explore the beauty of the world and more importantly
the beauty of its people
AIPSSA Newsletter 40 | P a g e
MENAMPILKAN WAJAH INDONESIA YANG RAMAH DAN SANTUN
emajuan peradaban telah membuat sekat-
sekat antar negara semakin terbuka dan
menjadikan dunia saling terhubung secara
intens melintasi batas-batas geografis. Hal ini tidak
saja membuat hubungan antar negara menjadi
semakin mudah tetapi ada kalanya pula menjadi
semakin rumit.
Dalam hal ini fungsi diplomasi menjadi ujung tombak
yang memegang peranan penting dalam memelihara
hubungan baik antar negara sekaligus menjaga
kepentingan nasional dan jati diri bangsa di tataran
internasional.
Dalam satu kesempatan, tim AIPSSA Newsletter,
berhasil melakukan wawancara dengan salah seorang
diplomat senior Indonesia, Syarief Syamsuri. Diplomat
yang menjadi Konsul Jenderal RI Perth dari tahun
2010 ini, di penghujung tahun 2014 mendapat
kepercayaan sebagai Duta Besar LBBP RI untuk
Kerajaan Maroko dan Republik Islam Mauritania.
Selengkapnya, berikut petikan wawancara dengan
Tim AIPSSA Newsletter:
Bisa diceritakan pengalaman kepemimpinan dan
diplomasi selama bertugas sebagai Diplomat
Indonesia di Luar Negeri?
Penugasan luar negeri saya diawali dengan
penugasan di PTRI Jenewa sekitar tahun 1987-1991.
Sebagai perwakilan multilateral, tugas dan fungsi
pokok saya banyak berkutat pada pelaksanaan
sidang-sidang internasional. Saat itu, saya
ditempatkan pada sub-bidang keuangan dan moneter.
Selanjutnya, penugasan luar negeri saya yang kedua
di KBRI Stockholm pada tahun 1993-1997 dan yang
ketiga di KBRI Singapura pada tahun 2000-2004.
Pada kedua penugasan tersebut, saya dipercaya
untuk memegang fungsi ekonomi.
Alhamdulillah, Tuhan membukakan jalan rezeki saya
untuk mengemban amanah sebagai Konsul Jenderal
RI di Perth pada tahun 2010-2014 dan sekarang saya
tengah bersiap diri untuk melaksanakan amanah
sebagai Duta Besar LBBP RI untuk Kerajaan Maroko
dan Republik Islam Mauritania.
Seluruh penugasan diplomasi di luar negeri sungguh
saya nikmati, sepenuh hati. Saya yakin apapun yang
saya jalani dan siapapun yang saya temui dalam
perjalanan hidup saya adalah bekal yang
mengantarkan hidup saya hingga pencapaian tugas
saya saat ini.
Apa pengalaman yang paling berkesan selama
bertugas sebagai diplomat?
Sebetulnya semuanya berkesan, membawa kenangan
tersendiri bagi saya, banyak hal-hal baru yang tidak
terbayangkan oleh saya sebelumnya, menjadi bagian
dari tugas saya, termasuk untuk melakukan
perundingan tentang lingkungan hidup, yang mana
substansinya juga cukup teknis.
Ada juga pengalaman yang tak terlupakan ketika saya
melakukan tugas perbantuan, dimana tidak pernah
K
AIPSSA Newsletter 41 | P a g e
terkirakan sebelumnya bahwa saya diminta untuk
merundingkan harmonisasi obat tradisional dan
kosmetik. Bahkan saat itu saya ditunjuk menjadi ketua
persidangan pada tingkat ASEAN selama 2 tahun.
Sungguh sulit karena saya sama sekali tidak
menguasai hal-hal teknis obat tradisional maupun
kosmetik. Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang
mendorong saya untuk berani dan diakui oleh seluruh
delegasi ASEAN. Dan yang membuat saya terharu,
pada saat memimpin sidang yg terakhir, disamping
vote of thanks dari seluruh delegasi ASEAN, mereka
juga meminta agar saya memperpanjang
kepemimpinan saya. Alhamdulillah!
Saya selalu percaya dan meyakini bahwa terlepas dari
segala keterbatasan yang kita miliki, kemauan dan
kerja keras kita senantiasa akan mengantar dan
membantu memetakan apa yang menjadi tugas kita.
Saya senantiasa berpesan kepada adik-adik saya di
KJRI untuk jangan pernah takut berbuat salah, namun
harus mau bertanggung jawab dan harus bisa untuk
belajar dari kesalahan tersebut.
Bagaimana kiat dan strategi sehingga hubungan
Indonesia dan Australia, khususnya Australia
Barat dapat terjalin secara harmonis?
Pemerintah Indonesia dalam foreign policy-nya
senantiasa menekankan pelaksanaan “Total
Diplomacy”, dimana pembinaan hubungan luar negeri
tidak hanya dilakukan oleh para diplomat kita di
perwakilan tetapi juga perlu melibatkan semua
kalangan, semua stakeholders, untuk
mengembangkan kerjasama di berbagai bidang dan
segala arah. Untuk menjabarkan apa yang menjadi
kebijakan Pemri tersebut, sebagai Kepala Perwakilan
RI di Perth, saya menuangkan visi dan misi KJRI
Perth dalam kalimat berikut:
Visi: “Menampilkan wajah Indonesia yang ramah dan
santun dalam hubungan dan kerjasamanya dengan
Australia Barat”.
Misi: “Mengembangkan dan meningkatkan peran
kepentingan Indonesia di wilayah kerja Australia
Barat”.
Berangkat dari latar belakang dimaksud, saya ingin
agar jajaran KJRI Perth secara aktif dan reaktif
melakukan pendekatan dengan pejabat maupun mitra
setempat untuk membina hubungan dan menggali
potensi yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan
untuk mendukung kepentingan nasional.
Saya meyakini dan selalu mendorong jajaran KJRI
untuk melakukan pendekatan personal dan
informal agar setiap isu, masalah maupun hambatan
yang kita temui dalam menjalankan tugas, dapat
terselesaikan dengan baik tanpa perlu menjadi hal
besar apalagi sampai mengganggu hubungan bilateral
kedua negara. Jajaran KJRI Perth harus berkeinginan
untuk membangun sosialisasi dengan siapapun dalam
tingkatan apapun, kami harus luwes bergaul namun
tetap pandai menempatkan diri, kuncinya be prudent.
Sebagai diplomat Indonesia, kami juga perlu
menunjukkan jati diri bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang besar yang kaya akan beragam
sumber daya dan seni-budaya. Upaya-upaya untuk
mengenalkan Indonesia melalui bahasa dan budaya
Indonesia merupakan salah satu strategi untuk
mempererat hubungan bilateral yang harmonis.
Peningkatan People-to-people contact dalam rangka
perwujudan a better understanding of Indonesia akan
menciptakan saling pengertian dan toleransi yang
pada gilirannya membuka peluang-peluang politis-
ekonomis yang menuju pada kepentingan bersama.
Secara pribadi, saya berpesan agar jajaran KJRI
dapat menghayati pekerjaannya, menjembatani
setiap kepentingan dan selalu membina
hubungan baik. Hal-hal inilah yang menjadi
kunci utama dalam menjalankan tugas dan fungsi
diplomasi di Perwakilan manapun.
Apa yang memotivasi KJRI aktif mendukung
kegiatan yang terkait dengan generasi muda dan
ke-Indonesia-an?
Presiden Soekarno pernah menyampaikan "berikan
aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia". Tentunya pesan beliau dimaksud
bukanlah sembarang ungkapan.
AIPSSA Newsletter 42 | P a g e
Generasi muda selalu menjadi kalangan yang paling
aktif untuk membuka dialog, tak henti-
hentinya mempelajari situasi dan perkembangan
dunia dan tidak pernah takut untuk mengkritisi. Aspek-
aspek ini penting bagi kami di KJRI supaya kami bisa
mengasah diri untuk dapat berpikir out of the box.
Saya juga yakin teman-teman yang punya
kesempatan menempuh pendidikan di luar negeri
merupakan aset bangsa Indonesia, teman-teman lah
yang mampu membangun kepercayaan diri bangsa
kita, menunjukkan pada dunia identitas bangsa kita..
kepada teman-teman lah, kita titipkan harga diri
bangsa kita.
Untuk itu KJRI perlu mendukung kegiatan-kegiatan
dari para pelajar, generasi muda kita, terlebih
kegiatan-kegiatan yang menyentuh nilai-nilai ke-
Indonesia-an. Kami juga memandang kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan ajang yang baik agar
kita-kita semua ini yang berada di luar negeri tetap
ajeq nilai-nilai kebangsaannya.
Di sisi lain, KJRI memiliki kewajiban untuk berperan
dalam mengawal dan memberikan masukan untuk
lebih terarah dan fokusnya gagasan-gagasan para
generasi muda kita agar tujuan utama untuk
kemaslahatan bangsa kita tetap terjaga dalam arah
dan koridor yang tepat.
Apa kesan dan pandangan terhadap AIPSSA?
Bangga dan bahagia melihat semangat para teman-
teman di AIPSSA. Selain disibukkan diri untuk
mengejar mimpi tapi tetap menyempatkan diri
berkontribusi untuk bangsa. Hal hal kecil dari
sekedar ikut serta dalam upacara di KJRI, hingga
penyelenggaraan dialog kebangsaan dan penerbitan
newsletter menjadi bukti kecintaan teman-
teman terhadap tanah air dan saya yakini sekecil
apapun kontribusi teman-teman, nilainya
sangat berharga bagi Indonesia.
AIPSSA selain sebagai organisasi yang melatih
kepemimpinan, juga merupakan forum silaturahmi..
melalui kegiatan-kegiatannya, AIPSSA berupaya
membangun kebersamaan, merangkul pelajar-
pelajar dari semua Universitas yang ada di Perth.
Saya juga melihat keterwakilan masing-masing Uni
dalam kepengurusan AIPSSA. Kebersamaan ini
sangat membantu KJRI dalam pelaksanaan tugas
perlindungan dan pelayanaan terhadap
WNI. Keterbatasan peran KJRI untuk menjangkau
teman-teman pelajar, diisi dengan hadirnya AIPSSA.
Apa harapan terhadap kiprah AIPSSA di masa
depan?
Teruskan semangatnya, ruh kebersamaan harus tetap
dilestarikan. Dialog-dialog kebangsaan ditingkatkan
untuk terus mengasah kapasitas dan kapabilitas kita
sebagai bangsa Indonesia.
Hubungan baik dengan KJRI dipertahankan,
kontinuitas dan kualitas dari program dapat dijalankan.
BBQ dan sepakbola juga baik untuk dipertahankan.
Saya titip pesan pada AIPSSA, jadikan KJRI selalu
sebagai mitra kalian. Perwakilan Indonesia ada disini
sebagai rumah kalian, kami ada untuk teman-teman.
Menerima dengan ramah Tim AIPSSA Newsletter
AIPSSA Newsletter 43 | P a g e
SOLIDARITAS KEMANUSIAAN UNTUK PALESTINA
[SERBA SERBI]
encana kemanusian yang melanda Gaza
telah banyak merenggut korban, termasuk
wanita dan anak-anak tak berdosa. Dilandasi
atas keprihatinan ini, beberapa waktu lalu AIPSSA
telah menggagas aksi soladiratas kemanusiaan untuk
Gaza dengan membuka rekening penampungan
donasi. Aksi ini dimulai sejak tanggal 10 Juli 2014
sampai dengan 25 Juli 2014.
Anggota AIPSSA ternyata sangat antusias merespon
kegiatan ini, terbukti sampai menjelang batas akhir
pembukaan rekening donasi, masih banyak anggota
yang ingin berderma sebagai tanda simpati dan
solidaritas atas korban tragedi kemanusiaan yang
melanda Gaza.
Total donasi yang berhasil terkumpul sebesar AUD
1805. Dana tersebut telah disalurkan ke United
Nations Relief and Works Agency for Palestine
Refugees in The Near East/UNRWA
(http://www.unrwa.org/).
AIPSSA memilih UNRWA sebagai lembaga penyalur
donasi setelah berkonsultasi dengan Kedubes
Palestina di Jakarta. UNRWA menjadi perpanjangan
tangan penyaluran donasi yang dikelola kedutaan
besar Palestina di Jakarta. Disamping faktor
kecepatan penyaluran kepada korban juga
dipertimbangkan meminimalkan sumbangan yang
terpotong dari biaya transfer maupun biaya konversi
mata uang.
AIPSSA mengucapkan terima kasih atas aksi
spontanitas dan kemurahan hati dari segenap
anggota. Semoga amal kebaikan rekan sekalian turut
memberikan meringankan beban penderitaan para
korban di Gaza.
B
AIPSSA Newsletter 44 | P a g e
uatu hal yang menarik di Kota Perth adalah
warga Indonesia sangat guyub dan akrab. Ini
dapat dilihat dari banyaknya perkumpulan
masyarakat Indonesia. Tercatat ada lebih dari lima
puluhan perkumpulan sosial kemasyarakatan yang
telah eksis. Ada perkumpulan yang dibentuk
berdasarkan asal daerah, keyakinan atau hobi.
Keberadaan perkumpulan-perkumpulan ini
memperbesar frekuensi warga Indonesia untuk
bertemu dan berinteraksi, sehingga memudahkan
untuk saling mengenal satu sama lain.
Salah satu perkumpulan hobi yang rutin menggelar
kegiatan adalah Indoboys. Perkumpulan ini
merupakan wadah bagi warga Indonesia penyuka
olah raga tenis di Perth. Anggotanya berasal dari
berbagai latar belakang profesi. Perkumpulan ini rutin
menggelar latihan bersama setiap hari Sabtu
di Applecross Senior High School Tennis Court,
Applecross, Melville, pukul 6.30am- 9.30am.
Seperti pagi ini, nampak beberapa orang sudah
berada di lapangan mempersiapkan diri melakukan
pemanasan ringan sebelum mulai mengayunkan raket
tenis di atas lapangan hard court. Setiap sesi latihan
biasanya mempertandingan pasangan ganda dengan
sistem 3 set untuk setiap game.
Saat pertandingan mulai berjalan, beberapa pasangan
yang menunggu giliran main berkumpul di pinggir
lapangan. Nampak sesekali mereka memberikan
teriakan penyemangat atau mengeluarkan celetukan
yang mengundang derai tawa. Sebagian lagi nampak
asyik mengobrol memperbincangkan berbagai hal.
S
INDOBOYS: SEHAT, BUGAR DAN AKRAB
Pemanasan
AIPSSA Newsletter 45 | P a g e
Memang kita tidak akan menemui permainan
seanggun Roger Federer di atas lapangan rumput
atau kesabaran bermain dari baseline sebagaimana
Rafael Nadal mengayun raket di atas lapangan tanah
liat. Tetapi semangat untuk mengejar bola di sudut-
sudut lapangan atau memotong laju bola di depan net
tetap terlihat. Ada semangat untuk berkompetisi
sebagaimana layaknya sebuah olah raga. Meski
demikian, kemenangan bukan menjadi tujuan utama,
unsur permainan lebih mendominasi.
Yossy, kapten Indoboys yang rutin datang berlatih
mengakui bahwa bermain tenis secara teratur telah
membantunya tetap sehat dan bugar. Satu hal yang
tidak kalah penting, demikian sang kapten
menambahkan, bertemu dan berkumpul dengan
sesama warga Indonesia peminat olah raga tenis
membuka kesempatan untuk saling bertukar informasi
sekaligus menjalin keakraban dengan sesama anak
bangsa yang jauh dari tanah air.
Bulir-bulir peluh yang mulai mengucur membasahi
pakaian dan sesekali menetes di lapangan, seolah
memberi semangat kepada anggota Indoboys untuk
mengejar kemana arah bola bergerak. Mereka tidak
ragu memukul sekeras-kerasnya ke arah lawan. Bola
hijau muda terus berputar, melintir, dan melayang
berpindah dari satu sisi lapangan ke sisi lapangan
lainnya.
Tidak lama matahari semakin meninggi, beberapa
pemain sudah mulai berkemas. Ayunan servis
terakhir pada game penutup akhirnya tidak dapat
dikembalikan oleh lawan, sebuah “Ace” menghujam
telak di pojok lapangan. Pukulan yang sekaligus
menandai usainya latihan rutin Indoboys minggu ini.
Ada senyum ringan dan jabat erat sesama pemain
sebelum meninggalkan gelanggang, sebuah simbol
sportifitas dan persaudaraan, brotherhood kata orang
Perth.
.
Mengejar bola ke sudut lapangan
Menunggu giliran main
Menutip pertandingan dengan “Ace”
AIPSSA Newsletter 46 | P a g e
WISATA BUDAYA KE SUMATERA BARAT
Khasanah budaya nusantara yang beragam dan
keindahan alam yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke sudah lama menjadi daya tarik Indonesia.
Bahkan bagi masyarakat Indonesia sendiri, tanah air
ibarat surga yang tidak pernah habis untuk dijelajahi.
Selalu ada hal menarik yang membuat Indonesia
bagaikan untaian zamrud di khatulistiwa.
Salah satu daerah di Indonesia yang sudah lama
terkenal dengan keelokannya adalah Sumatera Barat.
Daerah yang kaya dengan ragam budaya, cita rasa
kuliner dan keindahan alam yang khas Indonesia.
Kesemua itu membuat banyak orang selalu
merindukan untuk mengunjungi wilayah di Pulau
Sumatera yang berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia ini.
Rumah Gadang Western Australia (RGWA) sebagai
salah satu perkumpulan masyarakat perantau di
Western Australia menyerap aspirasi ini dan
menggagas suatu kegiatan dengan tagline “pulang
basamo” yang dalam Bahasa Indonesia
berarti “pulang bersama”. Kegiatan yang memfasilitasi
kerinduan para perantau dan masyarakat di Australia
yang mencintai Indonesia untuk berkunjung ke
Sumatera Barat.
Nirma Labib, Ketua RGWA, menjelaskan bahwa
kegiatan perjalanan budaya ini memang bertujuan
untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Indonesia
di Australia terhadap tanah air. Di Sumatera Barat
peserta kegiatan akan melakukan audiensi dengan
kepala daerah, menyaksikan atraksi budaya dan
menikmati keindahan alam nusantara yang sangat
elok. Satu lagi yang tidak kalah penting, menikmati
sajian kuliner yang sudah terkenal hingga
mancanegara.
Kegiatan budaya Indonesia selama 9 hari ini didukung
maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Hotel
berbintang 5 dengan fasilitas harga khusus, “diskon
besar-besaran”, demikan Nirma Labib menambahkan.
Suatu Kesempatan langka yang sayang jika
terlewatkan.
AIPSSA Newsletter 47 | P a g e
PENGHUJUNG PERIODE: SEBUAH APRESIASI
[TRIBUTE]
Prayudhi Azwar
President AIPSSA 2014
Akhir tahun selalu menyisakan kenangan yang indah. Terangkai dalam rentetan kegiatan yang dilalui bersama jiwa-jiwa yang ikhlas mengorbankan waktu emas dengan keluarga tercinta, rela memeras otak dan keringat tanpa organisasi membayar sepeserpun. Bahkan ikhlas mengeluarkan biaya dari kantong pribadi demi agenda-agenda AIPSSA sukses terlaksana, akan membekas selamanya dalam ingatan.
Kerja spontan dan ikhlas pertama pasukan yang luar biasa ini justru mulai diuji takdir sejak tanggal 2 Januari 2014. Saat itu AIPSSA berkabung, kehilangan mendadak salah satu pilar sejarah, mantan Sekjen AIPSSA, our beloved brother, Alm. Ahmad Taufik, PhD Candidate dari Murdoch University. Berhari-hari pasukan ini bekerja dalam diam, menggalang dana, mengadakan takziah, hingga aktif turut menyelenggaran pemakaman beliau. Inilah satu kerja spontan paling kompak dan fenomenal, yang saya menjadi saksi hidupnya.
Pasukan inilah anugrah terindah yang dipersembahkan Tuhan untuk saya dan untuk organisasi AIPSSA kita tercinta. Saya tak dapat memungkiri ketakjuban melihat Mba Neni Mariana yang meski hamil dan professornya bahkan pindah universitas, tak pernah absen dalam rapat-rapat dan persiapan agenda-agenda AIPSSA. Bung Diswandi yang tekun menyempurnakan data base, merapikan kesekretarian bersama Mba Neni. Mendata anggota, memelihara email sebagai admin, mendokumentasikan e-docs AIPSSA, dan seabrek tugas kesekretarian lainnya. Salutnya, semua dijalani oleh duo Sekjen ini dengan penuh senyum dan canda ceria.
Siapa yang tak pernah membaca tulisan-tulisan renyah dari bung Akhdian Reppawali dan suguhan-
suguhan foto-fotonya yang artistik di maling list, FB dan website AIPSSA? Bahkan beliau memulai sebuah terobosan baru, merealisasikan newsletter AIPSSA pertama setelah vakum tahun 2005. Newsletter yang ternyata mendapat apresiasi sangat tinggi dari Pak E.D. Syarief Syamsuri (Konjen RI) dan Pak Ronald Lumbantobing (GM Garuda Indonesia). Kedua tokoh kehormatan AIPSSA ini bahkan mengharapkan tradisi penerbitan newsletter AIPSSA ini terus dipertahankan dan bahkan juga dapat men-cover liputan kegiatan-kegiatan masyarakat-masyarakat Indonesia non-AIPSSA lainnya di Western Australia. Karena beliau berdua melihat bahwa berita-berita yang mengangkat kegiatan-kegiatan masyarakat Indonesia di Western Australia, dengan kualitas sebagus newsletter AIPSSA belum ditemukan saat itu.
Dibalik indahnya website AIPSSA, terdapat sekelompok pakar IT yang membangun dan mengelola dengan sangat baik. Bung Andri Puspo Heriyanto, bung Antonius Nugraha Widhi Pratama, bungAndhi Pratama Putra dan bungYusfi Ardiansyah, yang bekerja ikhlas membangun, mengelola dan menahan gempuran spam, memperpanjang hosting, mempercantik tampilan, dalam diam mereka yang kukuh. Mereka-lah designer dan benteng pertahanan website yang tangguh.
Siapa yang tak kenal Mba Karlia Meitha Maulana, yang dinobatkan sebagai wanita scientist teladan dari Indonesia oleh media Australia Plus dan seketika menjadi selebitri cerdas dan dimuat media-media nasional. Bersama dengan mba Amalia Kusuma Wardini selaku bendahara AIPSSA, duo bendahara ini telah berhasil membuka rekening resmi AIPSSA, menghimpun dana bantuan bagi kemanusiaan untuk tanah air dan korban Palestina, serta aktif dalam setiap perhelatan AIPSSA. Tanpa bendahara yang
setangguh dan seteliti mereka, AIPSSA dijamin lesu darah dengan cash flow yang berdarah-darah. Tapi mereka membuktikan, meski tingginya aktivitas program AIPSSA, keuangan AIPSSA sebagai lembaga non-profit ini tetap bertahan diatas AUD3000.
AIPSSA sungguh beruntung memiliki sosok-sosok humble seperti Bung Joni Safaat Ardiansyah, Bung Tb Solihuddin dan BungAhmad Komara. Tim Advokasi bersama Ketua Chapter telah berhasil membuat AIPSSA Chater Curtin dan AIPSSA Chapter UWA berdiri. Mereka aktif melakukan pendampingan bagi mencari solusi bagi mahasiswa Curtin dan bahkan mempersiapkan draft position paper AIPSSA atas problematika beasiswa nasional yang dirilis 8 September lalu.
Bung Imam Fitrianto, yang baru saja dikaruniai anak pertama, bersama bung Petrus Malo Bulu, bungAbdul Malik, dan Sister Maria Indah Purnamasari, membuat Divisi Kinship begitu dinamis dan kompak. Kegiatan olahraga AIPSSA semakin berkembang, terutama sepakbola, futsal, dan bulu tangkis. Mereka juga memfasilitasi anggota AIPSSA menikmati jalan-jalan bersama ke Yanchep dan Pinnacles. Sebuah perjalanan rekreasi yang kompak dengan iring-iringan dua bus besar. Tim ini juga berhasil mengadakan acara latihan menembak/airsoft gun. Juga tidak henti-hentinya melakukan pencetakan kartu-kartu anggota dengan design indah dan laminating yang sangat rapi.
AIPSSA begitu beruntung memiliki satu figur ringan kaki dan tangan, yang tak pernah lelah menyambut mahasiswa baru. Dialah bung Budi Cahyono. Bersama bung Ilham Alimin, mereka mendata mahasiswa-mahasiswa baru, menyambut ke bandara, mencarikan akomodasi sementara yang dilakukan di sepanjang tahun. Disamping itu, aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan besar AIPSSA lainnya, sebagai tulang punggung kukuh organisasi yang aktif. Bahkan, bung Budi Cahyono secara aklamasi didaulat oleh rekan-rekan AIPSSA FC sebagai manager bola AIPSSA. Design baru jersey AIPSSA dengan logo Garuda yang dipersiapkan AIPSSA FC bahkan telah mendapat persetujuan Garuda untuk dicetak di awal tahun depan. Oya, dalam pertandingan terakhir, tim AIPSSA FC telah mengalahkan tim Brunei FC dgn skor menjanjikan: 8-2.
Bu Anne Nurbaity dan bu Inge Rismawati, sebagai PIC tim Alumni telah memulai merintis jejaring alumni, yang mudah-mudahan dapat semakin dioptimalkan oleh pengurus mendatang. Agar cendikia AIPSSA dengan beragam latar belakang ilmu dan instansi dapat semakin bersinergi mengakselerasi kemajuan Indonesia di masa depan.
Satu hal yang berhasil membanggakan kita semua, AIPSSA kini memiliki satu lembaga think-thank yang terbukti mampu bekerja terstruktur, elegan, dan produktif, Direktorat AIPSSA Institute (DAI). Diskusi online yang semarak tentang energi, ekonomi, mitigasi bencana dan lain-lain telah berkembang sepanjang tahun 2014.
Serial Dialog Kebangsaan Pertama/DK-1 (Outlook 2014 dan Tranformasi Indonesia), DK-2 (Mitigation and Adaptation of Catastrophe in Indonesia), DK-3 (Politik Indonesia) dan DK-4 (Bincang Santai Ekonomi, Politik dan Pendidikan) telah mewarnai sejarah perjalanan AIPSSA tahun 2014. Bung Hendrix Setyawan dan mba Enceria Damanik, adalah sosok kunci dibelakang kesuksesan event-event besar AIPSSA ini.
DAI menjadi handal karena dukungan tim yang tangguh: bung Dwiko Permadi, bung Edi Wiraguna, mba Nurmala Elmin Simbolon, bung Muhammad Ridha, bung Praptono Adhi, bung Gorga Parlaungan, bung Airlangga Pribadi dan mba Martina Keke. Dan, meskipun sulit, road map AIPSSA Journal telah mulai dirintis oleh bung Filbert Hilman Juwono, Alsidqi Hasan, dan Cahya Prihatna.
Tak dapat dipungkiri, tingginya aktivitas AIPSSA berhasil dijalankan ditengah beban studi masing-masing pengurus adalah berkat tangan dingin duo Vice President AIPSSA. Bung Abid Halim selaku Vice President – External Affairs AIPSSA, yang memiliki kemampuan diplomasi dengan pihak eksternal AIPSSA secara sangat baik. Saat ini kita telah memiliki kedekatan emosi dengan Australian-Indonesian Business Council (AIBC), Indonesian Institute (II), Australian-Indonesia Young Association (AIYA), The Westralian Indonesian Language Teachers' Association (WILTA), dan organisasi-organisasi kemasyarakatan Australia dan Indonesia lainnya.
Diperkuat oleh Bung Moch Abdul Kobir selaku Vice President – Internal Affairs AIPSSA, seorang pemimpin multi tasker yang low profile dan ikhlas turun tangan membantu rekan-rekan mempersiapkan event-event AIPSSA. Tidak hanya kuat secara akademik, dan pernah menjadi narasumber dalam Dialog Kebangsaan AIPSSA, Bung Kobir memiliki bakat seni (tari dan nyanyi). Bakat ini telah membuat AIPSSA berani tampil sebagai satu vocal grup, menyumbang nyanyian yang membuat penonton bergoyang pada event resmi perpisahan Konjen RI, Pak Dede dan Ibu Ela Syamsuri. Lengkaplah sudah bangunan otak kiri (akademis/sistematis) dan otak kanan (seni/kreatif) tumbuh berkembang dalam organisasi AIPSSA.
Maka wajarlah perjalanan setahun terasa begitu indah, penuh anugerah. Memiliki sahabat-sahabat yang bekerja dalam satu hati, adalah anugerah yang tiada ternilai harganya. Sungguh luar biasa, mengingat ini semua, saya biarkan hati ini larut dalam rasa syukur dan haru. Terlintas segar dalam memori, seluruh moment-moment indah yang telah kita dilalui bersama. Dan, sebagai satu kesatuan, kita ternyata berhasil melalui ini semua, bahu membahu, saling mengisi.
Di akhir masa kepengurusan ini, saya banyak melakukan flash back. Saya melihat banyak kekurangan dan kelemahan saya, telah ditutupi oleh keunggulan dan kebaikan hati rekan-rekan pengurus AIPSSA.
Yang tersisa, rasa kurangnya saya dalam memperhatikan sahabat-sahabat tulus ini. Kurang mampunya saya mengungkapkan rasa terima kasih saya.Ini akan menjadi catatan pribadi atas kekurangan-kekurangan saya sebagai manusia. Pada moment ini, melalui tulisan ini, saya memohonkan maaf kepada seluruh anggota AIPSSA atas khilaf, kekurangan dan kelemahan saya.
Sekali lagi, apresiasi, salam hormat dan takzim saya buat rekan-rekan saya semuanya. Saya harap, meski estafet kepengurusan ini segera berakhir, saya berharap, rasa persaudaraan yang telah terbina ini, abadi selamanya, hingga kelak ajal memisahkan kita.
Kita mendoakan Presiden AIPSSA 2015, Bung Moch. Abdul Kobir, dan segenap pengurus AIPSSA 2015 dan pengurus-pengurus AIPSSA di masa depan, agar senantiasa diberkahi kemudahan, kebahagiaan sekaligus pembelajaran selama mengemban amanat memajukan AIPSSA.