TUGAS KEPERAWATAN PROFESIONALASPEK HUKUM DAN REGULASI DALAM
KEPERAWATANDisusun untuk memenuhi tugas Keperawatan
ProfessionalDosen Pembimbing : Theresia Febriana Christi Tyas
Utami, SST
Disusun Oleh :
1. ROVI FIBHYANISFA(P13046)2. SHINTA UTAMI(P13048)3. SINGGIH
ARIS R.(P13049)4. SITI FATHIMAH (P13050)5. SITI KHOTIMAH (P13051)6.
SITI NORMALA(P13052)7. SRI SETYANINGSIH(P13053)8. TANTI
KUSUMASTUTI(P13054)9. UMI OCTAVIANA(P13055)10. WAHYU
KASIPAH(P13056)11. WIDYA NUR A.(P13057)12. WORO LOUH
SIWI(P13058)13. YAYUK VERAWATI (P13059)14. YESI NUGRAHANI
P.P(P13060)15. YUNITA DIYAN N.(P13061)16. YUNITA
TRESNANDARI(P13062)17. ZULKARNAEN P.(P13064)18. ANNISA TRI U.
(P12006)19. AYU SRIKANDINI (P13011)
PRODI D III KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN KUSUMA
HUSADASURAKARTA2014KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME. Karena dengan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah keperawatan professional ini.
Dan makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas Keperawatan
Profesional semester III, yang dibimbing oleh Ibu Theresia Febriana
Christi Tyas Utami, SST. Makalah ini menjelaskan tentang kebijakan
atau ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan
tugas profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak.Perawat
mempunyai hak & tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar
yang berlaku perlu ada ketetapan hukum yang mengatur hak &
kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakannya
perawat sebagai tenaga kesehatan. Dengan memandang manusia secara
biopsikososial spiritual yang komperehensif. Akan tetapi ada
kalanya perawat melupakan atau tidak memperhatikan hal tersebut
secara keseluruhan. dan makalah ini diharapkan dapat memberikan
gambaran pada pembaca, agar dapat mengetahui dan memahami konsep
tentang peraturan, kebijakan dan perundangan yg berlaku dlm
melaksanakan Praktik Keperawatan Profesional. Dan diharapkan dapat
menerapkan kebijakan atau ketentuan yang mengatur profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajiban dan hak. Dan penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Theresia Febriana Christi Tyas Utami, SST. dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 10 Oktober 2014
Penyusun
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau oleh masyarakat.Pembangunan kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu, pembangunan
kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan fisik, mental maupun
sosial ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan
orientasi baik tatanilai maupun pemikiran terutama upaya pemecahan
masalah kesehatan (Alqadri, 2013).Penyelenggaraan praktik
keperawatan didasarkan pada kewenangan yangdiberikan karena
keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi
sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Kesehatan no 23 tahun 1992.
Praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi,
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap
tenaga keperawatan sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Alqadri, 2013).Tenaga keperawatan sebagai salah satu
komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat memiliki
peran penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan
kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya.
Tenaga keperawatan juga memiliki karakteristik yang khas dengan
adanya pembenaran hukum yaitu diperkenannya melakukan intervensi
keperawatan terhadap tubuh manusia dan lingkungannya dimana apabila
hal itu dilakukan oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai
tindakan pidana. Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat
yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996). Hal ini
ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994 dan Swansburg, 1999)
dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat (Alqadri, 2013).Hasil penelitian
Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di
Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan
adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005). Enam puluh
persen tenaga kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai
sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari,
7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien.
Keperawatan sebagai profesi mempersyaratkan pelayanan keperawatan
diberikan secara professional oleh perawat/ners dengan kompetensi
yang memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan moral,
sehingga masyarakat terlindungi karena menerima pelayanan dan
asuhan keperawatan yang bermutu. Keperawatan sebagai profesi juga
memiliki body of knowledge yang jelas berbeda dengan profesi lain,
altruistik, memiliki wadah profesi,memiliki standard dan etika
profesi, akontabilitas, otonomi, dan kesejawatan (Leddy &
Pepper, 1993). Perawat juga diharuskan akuntabel terhadap praktik
keperawatan yang berarti dapat memberikan pembenaran terhadap
keputusandan tindakan yang dilakukan dengan konsekuensi dapat
digugat secara hukum apabila tidak melakukan praktik keperawatan
sesuai dengan standar profesi, kaidah etik dan moral. Proses
Keperawatan adalah suatu entitas ilmiah dan humanistik (laddy
&papper, 1993) melandasi suatu standard asuhan dan dilaksanakan
berdasarkan keyakinan terhadap paradigma keperawatan. Sistematika
proses keperawatan menjadi pola pikir dan tindakan perawat yang
terdiri dari pengkajian (assesment), perencanaan (termasuk kriteria
keberhasilan), implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan ini
telah hampir diterapkan diseluruh pelayanan kesehatan di Indonesia
dengan penyesuaian dengan kondisi setempat. Melemahnya kepercayaan
masyarakat dan maraknya tuntutan hukum terhadap praktik tenaga
kesehatan termasuk keperawatan, seringkali diidentikkan dengan
kegagalan upaya kesehatan padahal perawat hanya melakukan daya
upaya sesuai displin ilmu keperawatan. Untuk menjamin perlindungan
terhadap masyarakat penerima pelayanan dan asuhan keperawatan serta
perawat sebagai pemberi pelayanan dan asuhan keperawatan, maka
diperlukan ketetapan hukum yang mengatur praktik keperawatan
(Alqadri, 2013).
B. TujuanAdapun tujuan dari makalah ini adalah 1.Mengetahui
definisi dan tujuan dari Hukum Regulasi, Registrasi dan Praktek
keperawatan2.Mengetahui pentingnya Undang-undang Praktik
Keperawatan terkait dengan profesi3.Untuk meningkatkan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Definisi HukumHukum adalah keseluruhan kumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan
bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam
suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi. Hukum adalah keseluruhan peraturan yang
mengatur dan menguasai manusia dalam kehidupan bersama. Berkembang
di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem peraturan,
sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat (Zainal Abidin, 2010). Pengertian
hukum kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan
kewajiban baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima upaya
kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana (Zainal Abidin,
2010).
B. Pentingnya Undang-Undang dalam Praktik Keperawatan1. Alasan
filosofiPerawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta,
dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi
pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum
(WHO, 2002).2. Alasan yuridisUUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa
Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU Nomor 23
tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan bahwa
pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya. Ditambah lagi, pasal 53 bahwa tenaga kesehatan
dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien. Disisi lain secara teknis telah
berlaku Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat.3. Alasan
sosiologisKebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari
model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis
penyakit dan pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik
yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan
sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).
Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang
mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum
kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan .
Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang diberikan harus
professional, sehingga perawat/ners harus memiliki kompetensi dan
memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik
dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan
keperwatan yang bemutu (Fishie, 2012).
Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan
bahwa terdapat perawat yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6%),
membuat resep obat (93,1%), melakukan tindakan pengobatan didalam
maupun diluar gedung puskesmas (97,1%), melakukan pemeriksaan
kehamilan (70,1%), melakukan pertolongan persalinan(57,7%),
melaksanakan tugas petugas kebersihan (78,8%), dan melakukan tugas
administrasi seperti bendahara,dll (63,6%) (Fishie, 2012).Pada
keadaan darurat seperti ini yang disebut dengan gray area sering
sulit dihindari. Sehingga perawat yang tugasnya berada disamping
klien selama 24 jam sering mengalami kedaruratan klien sedangkan
tidak ada dokter yang bertugas. Hal ini membuat perawat terpaksa
melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi
keselamatan klien. Tindakan yang dilakukan tanpa ada delegasi dan
petunjuk dari dokter, terutama di puskesmas yang hanya memiliki
satu dokter yang berfungsi sebagai pengelola puskesmas, sering
menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan
pengobatan. Fenomena ini tentunya sudah sering kita jumpai di
berbagai puskesmas terutama di daerah-daerah tepencil. Dengan
pengalihan fungsi ini, maka dapat dipastikan fungsi perawat akan
terbengkalai. Dan tentu saja ini tidak mendapat perlindungan hukum
karena tidak dipertanggungjawabkan secara professional (Fishie,
2012).Pada tahun 1989, PPNI sebagai organisasi perawat di Indonesia
mulai memperjuangkan terbentuknya UU Keperawatan. Berbagai
peristiwa penting terjadi dalam usaha mensukseskan UU Keperawatan
ini. Pada tahun 1992 disahkanlah UU Kesehatan yang didalamnya
mengakui bahwa keperawatan merupakan profesi ( UU Kesehatan No.23,
1992). Peristiwa ini penting artinya, karena sebelumnya pengakuan
bahwa keperawatan merupakan profesi hanya tertuang dalam peraturan
pemerintah (PP No.32, 1996). Dan usulan UU Keperawatan baru
disahkan menjadi RUU Keperawatan pada tahun 2004 (Fishie,
2012).Perlu kita ketahui bahwa untuk membuat suatu undang-undang
dapat ditempuh dengan 2 cara yakni melalui pemerintah (UUD 1945
Pasal 5 ayat 1) dan melalui DPR (Badan Legislatif Negara). Selama
hampir 20 tahun ini PPNI memperjuangkan RUU Keperawtan melalui
pemerintah, dalam hal ini Depkes RI. Dana yang dikeluarkan pun
tidak sedikit. Tapi kenyataannya hingga saat ini RUU Keperawatan
berada pada urutan 250-an pada program Legislasi Nasional
(Prolegnas) , yang ada pada tahun 2007 berada pada urutan 160
(PPNI, 2008) (Fishie, 2012).Tentunya pengetahuan masyarakat akan
pentingnya UU Keperawatan mutlak diperlukan. Hal ini terkait status
DPR yang merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat, sehingga
pembahasan-pembahasan yang dilakukan merupakan masalah yang sedang
terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, pencerdasan kepada
masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan pun masuk dalam agenda
DPR RI (Fishie, 2012).Dalam UU Tentang praktik keperawatan pada bab
1 pasal 1 yang ke-3 berbunyi : Asuhan keperawatan adalah proses
atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik langsung atau
tidak langsung diberikan kepada sistem klien disarana dan tatanan
kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan
berdasarkan kode etik dan standar pratik keperawatan (Fishie,
2012).Dan pasal 2 berbunyi : Praktik keperawatan dilaksanakan
berdasarkan pancasila dan berdasarkan pada nilai ilmiah, etika dan
etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan
perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan
keperawatan (Fishie, 2012).C. Fungsi Hukum dalam Praktik
KeperawatanDiberbagai undang- undang yang dikeluarkan oleh Presiden
RI, misalnya UU RI Nomor 8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang
Undang Dasar Tahun 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan
bangsa, negara, dan masyarakat, yang tertib, bersih, makmur, dan
berkeadilan. Undang Undang Dasar Tahun 1945 dalam beberapa pasalnya
juga menyebutkan pernyataan yang terkait dengan dasar praktik hukum
di Indonesia. Misalnya, pada Pasal 24 disebutkan bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan kehakiman
lain menurut undang undang. Kemudian pada Pasal 27 disebutkan bahwa
semua warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan (Fishie, 2012).Beberapa undang undang diatas dan
berbagai undang undang lainnya yang terkait dengan hukum yang
dikeluarkan oleh Sekertariat Kabinet Republik Indonesia penting
untuk dirujuk untuk membantu kita memahami fungsi hukum bagi
kehidupan manusia secara umum dan bagi praktik keperawatan
profesional. Alasan perlunya perawat mengetahui tentang hukum yang
mengatur praktiknya adalah untuk memberi kepastian bahwa keputusan
maupun tindakan perawat yang dilakukan telah konsisten dengan
prinsip prinsip hukum sehingga mellindungi perawat dari
pertanggungjawaban / gugatan (Fishie, 2012).Keperawatan sebagai
suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan perlindungan hukum
yang jelas. Perawat harus mengetahui berbagai konsep hukum yang
berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai
tanggung jawab terhadap keputusandan tindakan profesional yang
mereka lakukan. Dengan disahkannya undang undang tentang registrasi
bagi perawat, telah membuka kacamata kita tentang kewenangan
perawat yang juga meliputi hak dan tangggung jawab dalam praktik
(Fishie, 2012).Perlu dicatat disini bahwa perlindungan hukum bagi
perawat hanya diberikan bila perawat tersebut benar terbukti telah
melakukan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar profesi.
Pernyataan Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Priharjo,
2008).
D. Undang-Undang yang Berkaitan Dengan Praktik
KeperawatanUndang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi
bahan diskusi para perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di
Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan
perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat
menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab
terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas
dokter dan perawat masih sering tejadi dan beberapa perawat lulus
pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak adanya kejelasan
tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan
semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki (Fishie,
2012).UU dan peraturan lainnya yang ada di Indonesia yang berkaitan
dengan praktek keperawatan :1. UU No. 9 tahun 1960, tentang
pokok-pokok kesehatanBab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara
lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum,
wewenang dan kesanggupan hukum.2. UU No. 6 tahun 1963 tentang
tenaga kesehatanUU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun
1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.
Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga
perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan
dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana
dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan
apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat
diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa
pengawasan langsung.UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya
mengklaripikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga
sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan
hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam
UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana
keperawatan seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada
posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri
karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.3. UU
kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib kerja paramedikPada
pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja pada
pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki
kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan
pegawai negeri juga diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini
sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat
pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam
UU tersebut sebagai contoh bagai mana sisitem rekruitmen calon
pesrta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak menjalankaqn
wajib kerja dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi
perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
propesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan
tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.4. SK Menkes No.
262/per/VII/1979 tahun 1979Membedakan para medis menjadi dua
golongan yaitu paramedik keperawatan (termasuk bidan) dan paramedik
non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat
disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk
kategori tenaga keperawatan.5. Permenkes. No. 363/ Menkes/
per/XX/1980 tahun 1980Pemerintah membuat suatu pernyataan yang
jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan. Bidan seperti
halnya dokter, diizinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan
tenaga keperawatan secara resmi tidak diizinkan. Dokter dapat
membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidan dapat
menolong persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan
kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan. Kita ketahuai
Negara lain perawat diizinkan membuka praktik swasta. Dalam bidang
kuratif banyak perawat harus menggantikan atau mengisi kekujrangan
tenaga dokter untuk mengobati penyakit terutam dipuskesmas-
puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi
terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah. Bila
memang secara resmi tidak diakui, maka seharusnya perawat
dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan untuk benar-benar
melakuan nursing care.6. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. 94/Menpan/ 1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan
fungsional tenaga keperawatan dan system kredit poin.Dalam system
ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau
naik pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.
Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang
kesehatan, yang sudah mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/
Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S I Keperawatan.System ini menguntungkan perawat karena
dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/ golongan
atasannya7. UU kesehatan No. 23 tahun 1992Merupakan UU yang banyak
member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan
professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar
praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi
profesi kesehatan termasuk keperawatan.Beberapa pernyataan UU kes.
No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU
praaktik keperawatan adalah :a. Pasal 32 ayat 4.Pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.b. Pasal 53 ayat
I.Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.c. Pasal 53 ayat
2.Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.E. Definisi
RegulasiRegulasi keperawatan (regristrasi & praktik
keperawatan) adalah kebijakan atau ketentuan yang mengatur profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajiban dan hak. Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang
dan informasi lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun
non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai
sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus
telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari
badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun
registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun (Fishie,
2012).Undang undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan
diskusi para perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di
Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan
perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat
menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab
terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas
dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat
lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya
kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang
mereka miliki(Fishie, 2012).F. Klasifikasi RegulasiDalam masa
transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem pemberian
izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk
semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan
maupun program master keperawatan dengan lingkup praktik sesuai
dengan kompetensi masing-masing. Pengaturan praktik perawat
dilakukan melalui Kepmenkes nomor 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat, yaitu setiap perawat yang melakukan
praktik di unit pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta
diharuskan memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Izin Kerja
(SIK). Pengawasan dan pembinaan terhadap praktik pribadi perawat
dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat Propinsi, Kabupaten
sampai ke tingkat puskesmas. Pengawasan yang telah dilakukan selama
ini oleh pemerintah (Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur) belum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1239
tahun 2001(Fishie, 2012). SIP adalah suatu bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh
wilayah indonesia oleh departemen kesehatan. SIK adalah bukti
tertulis yang diberikan perawat untuk melakukan praktek keperawatan
disarana pelayanan kesehatan. SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktik perwat
perorangan atau bekelompok, Perawat yang memiliki SIPP dapat
melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah. Standar profesi
yaitu pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik.Dalam menjalankan tugasnya sebagai
bagian dari keseluruhan tenaga kesehatan yang ada di Indonesia,
seorang tenaga kesehatan termasuk seorang perawat tentunya
membutuhkan surat tanda registrasi (STR) untuk tenaga kesehatan dan
juga untuk tenaga kesehatan lainnya. Demikian juga para perawat
yang merupakan bagian dari tenaga kesehatan juga harus memiliki STR
Perawat yang harus dilalui dengan uji kompetensi perawat juga
(Sugeng, 2013).Peraturan pemerintah melalui Kementrian Kesehatan
juga telah mengatur akan proses pembuatan dan syarat pembuatan STR
perawat dan tenaga kesehatan lainnya sebagaimana telah tercantum
dalam PERMENKES RI NO. 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan. Inilah dasar dan aturan pemerintah Indonesia
dalam pengaturan pembuatan registrasi tenaga kesehatan. Tujuan
manfaat STR (Surat Tanda Registrasi) bagi para tenaga kesehatan
baik itu dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya adalah
meningkatkan kualitas dan kompetensi dalam rangka melindungi
masyarakat dan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang
terbaik (Sugeng, 2013).Jadi memang sebuah kewajiban bagi
keseluruhan tenaga kesehatan untuk memiliki STR ini yang nantinya
akan dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI).
MTKI dalam hal ini mempunyai kewenangan penuh dalam mengeluarkan
sertifikat, dan apabila punya sertifikat kompetensi, maka berhak
untuk mendapatkan STR. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
(PMK) nomor 1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
sebagai pengganti PMK nomor 161 tahun 2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan. Dalam peraturan menteri kesehatan tersebut
tercantum bahwasannya seluruh tenaga kesehatan diwajibkan memiliki
surat tanda registrasi yang disebut sebagai STR (Sugeng, 2013).
Bagi yang belum memiliki STR atau surat izin dan lulus dari
pendidikan sebelum tahun 2012 dapat diberikan STR berdasarkan
peraturan ini atau yang dimasyarakat umum dikenal dengan pemutihan
tanpa dilakukan uji kompetensi. Adapun persyaratan pembuatan STR
bagi para lulusan sekolah kesehatan sebelum tahun 2012 atau disebut
dengan istilah pemutihan STR ini adalah sebagai berikut :1.
Fotocopi ijazah terakhir yang dilegalisir (cap basah) sebanyak 2
lembar.2. Pas Foto ukuran 4 x 6 cm dengan latar belakang merah 3
lembar.3. Apabila telah memiliki Surat Izin seperti halnya Surat
Ijin Perawat (SIP) (SIP,SIB,dll) dan sudah habis masa berlakunya
dapat dilampirkan dalam berkas.4. Apabila sudah memilki sertifikat
kompetensi boleh dilampirkan5. Apabila Surat Izin (SIP, SIB, dll)
masih berlaku sesuai dengan PMK 1796 pasal 36 ayat (1) dinyatakan
telah memiliki STR sampai masa berlakunya berakhir (artinya Surat
Izin saudara masih barlaku dan tidak diharuskan membuat STR, namun
bila tetap ingin membuat STR juga tidak salah).Dan bagi khusus
untuk syarat pembuatan STR perawat selain hal tersebut di atas
ditambah dengan : Pemutihan STR perawat diajukan langsung ke MTKI
secara kolektif oleh Organisasi Profesi/PPNI, Institusi Pelayanan,
dan Institusi Pendidikan. STR berlaku selama 5 tahun, dan dan
diperpanjang setelah 5 tahun sesuai dengan tanggal kelahiran,
dengan syarat Sertifikat Kompetensi yang diperpanjang. Dan ini
adalah msa berlaku STR yaitu selama 5 tahun. Persyaratan
Perpanjangan sertifikat Kompetensi adalah Perawat harus
mengumpulkan Satuan Kredit Profesi (SKP) sebanyak 25 SKP selama 5
tahun sesuai dengan ketentuan PPNI, SKP didapatkan melalui
partisipasi kegiatan Pendidikan/Pelatihan dan Kegiatan ilmiah
Keperawatan lainnya. Dan STR perawat ini adalah pengganti dari
Surat Ijin PerawatBagi lulusan pendidikan tahun 2012 dan seterusnya
untuk mendapatkan STR Surat Tanda Registrasi diwajibkan mengikuti
uji kompetensi nasional yang diselenggarakan oleh MTKI (Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia) di perguruan tinggi yang terakreditasi,
dengan uji kompetensi tenaga kesehatan akan memperoleh Sertifikat
Kompetensi. MTKI akan memberikan Sertifikat Kompetensi tenaga
kesehatan kepada peserta didik pada waktu pengambilan sumpah
(Sugeng, 2013).G. Tujuan Dari RegulasiAdapun tujuan dari makalah
ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah RUU praktik
keperawatan.1. Mengetahui definisi dan tujuan praktik keperawatan2.
Mengetahui pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan terkait
dengan profesi3. Untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan4. Mengetahui
isi Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan
praktik keperawatan5. Mengetahui tugas pokok dan fungsi Keperawatan
dalam RUU KeperawatanH. Komponen Regulasi1. Keperawatan sebagai
profesi memiliki karakteristik yaitu adanya kelompok pengetahuan
body of Knowledge yang melandasi keperampilan untuk menyelesaikan
masalah dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi
standar dan diselenggarakan diperguruan tinggi; pengendalian
terhadap stndar praktik; bertanggung jawab dan bertangguang gugat
terhadap tindakan yang dilakukan; memilih profesi keperawatan
sebagai karir seumur hidup; dan memperoleh pengakuan masyarakat
karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan
system klien (individu, keluarga, kelompok dan komunitas).2.
Kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan
yang dipelajari dalam suatu system pendidikan keperawatan yang
formal dan terstandar menurut perawat untuk akuntabel terhadap
keputusan dan tindakan yang dilakukannya. Kewenangan yang dimiliki
berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila perawat
tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu
diatur system registarasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan
denga nperaturan dan perundang-undangan. Sistem ini akan melindungi
masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten, karena konsil
keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam UU praktik
keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan melalui
uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenagan melaksanakan
praktik keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan
yang dipersyaratakan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan
sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang
melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang diperlukan
untuk bekerja sesuai standar. 3. Perawat telah memberikan
konstibusi besar dalam meningkatkan derajat kesehatan. Perawat
berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari layanan
pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil
dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum
diimbangi dengan pemberioan perlindungan hukum, bahkan cendrung
menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan,
sikap rasional, etis dan professional, semangat pengabdian yang
tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur, dan dapat
memegang teguh etika profesi. Disamping itu, UU ini memiliki tujuan
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama
berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait
lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi,
fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan,
serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesioan (WHO, 2002).4.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran
paradigm dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal
yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan, ke paradigm sehat yang lebih holistik yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus
pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan
pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperaweatan
yang bermutu sebagai bagian yang integrar dari pelayanan kesehatan,
dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan
pelayanan keperawatan.Pengaturan penyelenggaraan praktik
keperawatan bertujuan untuk: memberikan perlindungan dan kepastian
hukum kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan keperawatan.
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat. Mendorong para pengambil kebijakan dan
elemen-elemen yang terkait lainnya untuk memberikan perhatian dan
dukungan pada model praktik keperawatan komunitas. Mendorong
pemerintah mengeluarkan regulasi yang dapat memberikan jaminan pada
penyelenggaraan praktik keperawatan komunitas yang profesional
Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi yang efisien
dan efektifLingkup praktik keperawatan meliputi: Memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks. Memberikan
tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling,
dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien.
Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan
lainnya. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas,
pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis
permintaan obat/resep. Melaksanakan program pengobatan secara
tertulis dari dokter.
DAFTAR PUSTAKAAbidin, Z. 2010. Aspek Hukum dan Regulasi
Keperawatan.
http://zainalchlomanks.blogspot.com/2010/09/aspek-hukum-dan-regulasi-keperawatan.html
diakses pada tanggal 9 Oktober 2014Fishie. 2012. makalah keprof
askep hukum dan regulasi dalam keperawatan.
http://pinocc.blogspot.com/2012/12/makalah-keprof-askep-hukum-dan-regulasi.html
diakses pada tanggal 15 Oktober 2014Priharjo Robert. Konsep dan
Prespektif Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta EGC,
2008Sugeng. 2013. STR Tenaga Kesehatan.
http://askep-net.blogspot.com/2013/04/STR-Tenaga-Kesehatan.html
diakses pada tanggal 15 Oktober 2014
LEMBAR KONSUL Jenis tugas: Keperawatan ProfessionalNama Kelompok
: Kelompok 31. Rovi Fibhyanisfa(P13046)2. Shinta Utami(P13048)3.
Singgih Aris R.(P13049)4. Siti Fathimah (P13050)5. Siti Khotimah
(P13051)6. Siti Normala(P13052)7. Sri Setyaningsih(P13053)8. Tanti
Kusumastuti(P13054)9. Umi Octaviana(P13055)10. Wahyu
Kasipah(P13056)11. Widya Nur A.(P13057)12. Woro Louh
Siwi(P13058)13. Yayuk Verawati (P13059)14. Yesi Nugrahani
P.P(P13060)15. Yunita Diyan N.(P13061)16. Yunita
Tresnandari(P13062)17. Zulkarnaen P.(P13064)18. Annisa Tri U.
(P12006)19. Ayu Srikandini (P13011)
Judul: Aspek Hukum dan Regulasi dalam KeperawatanDosen
Pembimbing : Theresia Febriana Christi Tyas Utami, SSTProgram Studi
: DIII Keperawatan
NoTanggalMateriTtd pembimbingKeterangan
LEMBAR KONSUL Jenis tugas: Keperawatan ProfessionalNama Kelompok
: Kelompok 31. Rovi Fibhyanisfa(P13046)2. Shinta Utami(P13048)3.
Singgih Aris R.(P13049)4. Siti Fathimah (P13050)5. Siti Khotimah
(P13051)6. Siti Normala(P13052)7. Sri Setyaningsih(P13053)8. Tanti
Kusumastuti(P13054)9. Umi Octaviana(P13055)10. Wahyu
Kasipah(P13056)11. Widya Nur A.(P13057)12. Woro Louh
Siwi(P13058)13. Yayuk Verawati (P13059)14. Yesi Nugrahani
P.P(P13060)15. Yunita Diyan N.(P13061)16. Yunita
Tresnandari(P13062)17. Zulkarnaen P.(P13064)18. Annisa Tri U.
(P12006)19. Ayu Srikandini (P13011)
Judul: Aspek Hukum dan Regulasi dalam KeperawatanDosen
Pembimbing : Theresia Febriana Christi Tyas Utami, SSTProgram Studi
: DIII Keperawatan
NoTanggalMateriTtd pembimbingKeterangan