ASPEK ANALISIS LANSEKAP
1. Pendahuluan Penilaian landscape dalam aspek analisis
landscape adalah fundamental. Dalam memahami maknanya, analisis
landscape Diperlukan untuk memperjelas terminologi terkait.
Penilaina landscape membahas pendekatan yang telah dicoba dan
memeriksa hubungan ekologi yang dapat ditemukan selama proses
analisis dengan menggunakan empat fase. Empat fase demikian
digambarkan secara berurutan, sesuai dengan empat dimensi yang
terlibat dalam aspek analisis landscape yaitu, klasifikasi
landscape, deskripsi, evaluasi dan analisis komputer.Penilaian
landscape telah digunakan dalam arti luas untuk mencakup makna umum
penilaian, yaitu, semua cara memandang, menjelaskan, menganalisis
dan mengevaluasi landscape. (df. Countryside Commission, 1987 a
landscape Research Group. 1988). Dalam penilaian landscape dapat
digunakan empat fase yaitu klasifikasi landscape, deskripsi,
evaluasi dan analisis akhir. Klasifikasi landscape adalah metode
pengurutan landscape menjadi berbagai jenis berdasarkan
karakteristik yang sama dan tidak harus melibatkan penilaian
pribadi. Deskripsi landscape melibatkan pengumpulan informasi
tentang komponen lansekap dengan interaksi. Hal ini merupakan
gambaran dari penampilan landscape dan memberikan deskripsi secara
sistematis, tahapan ini harus subjektif, menggunakan geografis atau
geologi.
2. Pembahasan Aspek analisis lansekapA. CassifactoryCassifactory
landscape adalah metode pengurutan landscape menjadi berbagai jenis
berdasarkan karakteristik yang sama dan tidak harus melibatkan
penilaian pribadi. Cassifactory landscape memiliki dua hal utama
yang diteliti yaitu geografis dan statistik. Pertama pada geografis
cenderung mengklasifikasikan landscape secara subjektif dengan
mengidentifikasi fitur yang berhubungan dengan geologi, topografi,
vegetasi, penggunaan lahan dan permukiman. Kedua yang sebaliknya
telah mengklasifikasikan landscape dengan cara yang lebih objektif
dengan pendekatan yang sistematis dan menggunakan metodologi
statistik dengan karakteristik yang sama. Metode yang disajikan
digunakan untuk menghubungkan kedua pendekatan dengan survei,
observasi lapangan dan usulan untuk penggunaan versi sederhana dari
GIS. Pada fitur khusus landscape, terdapat studi humanistik yang
berkaitan dengan aspek estetika dan budaya visual. Cassifactory
berdasarkan fitur estetika dan visual, telah memiliki klasifikasi
berdasarkan survei preferensi, yang bertujuan untuk mengevaluasi
daya tarik landscape melalui pengumpulan data terkait dengan kedua
karakteristik landscape untuk menggabungkan fitur alam dan manusia.
B. DescriptiveBeberapa tahapan dalam analisis deskriptif mengenai
lansekap terdiri dari 4 aspek diantaranya ialah :a) Pengumpulan
Informasi DasarIni termasuk memahami struktur, organisasi, dan pola
perkotaan. Informasi dasar dikumpulkan pada seperti item seperti
penggunaan lahan, populasi, transportasi, sistem alam, dan
topografi. Desainer juga memeriksa karakter bervariasi situs dan
struktur lingkungan dan area bisnis. Masalah dan tujuan desain
diidentifikasi. b) Visual Survey Survei visual adalah bagian
standar dari studi desain perkotaan. Ini adalah pemeriksaan bentuk,
penampilan, dan komposisi kota atau lingkungan. Untuk melakukan
survei visual, seseorang harus memiliki gagasan dasar dari
unsur-unsur bentuk perkotaan. (Paling menonjol adalah studi tentang
Kevin Lynch: Jalan, Nodes, Tepi, Kabupaten dan Landmark lima elemen
kerangka dasar kota form) Selanjutnya, kita harus memeriksa kota
dan menggambarkannya dalam hal kosakata ini.
c) Identifikasi daerah keras dan lunakDefinisi daerah keras
(misalnya taman umum) dan lembut (misalnya distrik bisnis) membantu
desainer untuk tahu apa bagian dari kota dapat mengakomodasi
pertumbuhan dan perubahan dan bagian mana yang dasarnya tetap
karena mereka dapat ditempati, misalnya, oleh bangunan bersejarah.
Informasi tersebut adalah cukup nilai dalam tahap terakhir dari
proses desain perkotaan saat rencana yang diusulkan harus
dievaluasi untuk kelayakan implementasi. d) Analisis
FungsionalAnalisis fungsional meneliti hubungan kegiatan di antara
berbagai penggunaan lahan dan cara yang berhubungan dengan sistem
sirkulasi. Penelitian ini didasarkan pada pekerjaan penggunaan
lahan perencana. Namun, desainer perkotaan membawa penelitian
menjadi tiga dimensi. (misalnya mengubah ketinggian bangunan untuk
rasio lebar jalan dari waktu ke waktu.)
C. EvaluativeEvaluasi landscape adalah salah satu aspek yang
paling dibahas terhadap penilaian landscape. Namun, hal ini tidak
berarti menunjukkan kemajuan, peneliti dan profesional masih
menerapkan metode evaluasi awal dan alternatif pengembangan. Dalam
evaluasi landscape terdapat elemen kunci yang harus
dipertimbangkan, seperti kriteria yang digunakan, interpretasi
nilai-nilai tempat, serta berasal dari sifat penilaian. Aspek
tersebut menimbulkan kriteria visual dan estetika. Hal ini sangat
penting bahwa kriteria visual dan estetika dalam evaluasi tersebut
experessed dalam cara yang nyata yang memungkinkan kita untuk
mengenali nilai-nilai landscape. Sejauh ini, Litton (1979)
mengasumsikan bahwa nilai-nilai numerik tidak menghasilkan evaluasi
kuantitatif. Oleh karena itu analisis korelasi harus ditetapkan
antara kriteria lanskap fisik yang digunakan oleh para profesional
dan nilai-nilai persepsi yang diidentifikasi oleh para peneliti
yang mengakibatkan perlunya untuk memperkuat prosedur analisis
visual. Nilai sumber daya lanskap visual dan budaya sangat penting
dalam evaluasi lansekap, tapi sayangnya nilai tersebut telah
diancam oleh kepuasan kebutuhan dari masyarakat. Nilai sumber daya
ini telah diperkirakan akan mengalami penurunan nilai landscape,
sehingga terdapat rancangan model prediksi yang berguna dalam
mengalokasikan penggunaan lahan dengan tujuan meminimalkan
hilangnya nilai sumber daya yang ada. Hal ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai alat bantu perencanaan proses pengambilan
keputusan tentang penggunaan lahan di masa depan.D.
ComputerizeKetiga tahapan mengarah pada analisis akhir, yang
merangkum fitur dari landscape. Landscape diperiksa sesuai dengan
komponen alami dan buatan manusia yang terdiri dari ekosistem,
interaksi, dan nilai-nilai dalam rangka untuk memahami bagaimana
itu dapat terjadi. Analisis tersebut paling populer di masa lalu
dalam analisis data lanskap berupa tekonologi komputer yang
didirikan oleh McHarg (1969) di Amerika Serikat. Teknologi komputer
adalah alat yang berguna untuk menyelesaikan tugas ini, saat ini
umumnya dilakukan melalui Geographical Informastion System (GIS).
Teknologi Komputer Ini terdiri dari overlay gambar tangan dengan
peta transparan yang mengandung informasi profil tentang elemen
lansekap. Meskipun berguna untuk situs penelitian kecil, menjadi
sulit untuk menangani proyek besar di mana peta yang dihasilkan
tampak buram karena lembar untuk overlay terlalu banyak. Akibatnya
akurasi yang telah ditingkatkan dan program alternatif memang dapat
membantu mengatasi keterbatasan teknik overlay, mendapatkan
efisiensi dalam penanganan informasi. Untuk menghidari dari situasi
tersebut, pengembangan teknologi di GIS dilakukan dengan
menambahakan fungsi. Empat fungsi utama dapat dimasukkan dalam
sistem tersebut seperti, input, stroge, manipulasi dan output data.
GIS juga memungkinkan penghematan uang dan waktu serta data dapat
diakses oleh pengguna untuk berbagai macam aplikasi yang terdapat
dalam sebuah network. Tepatnya, Burrough mendefinisikan GIS sebagai
seperangkat alat yang kuat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil
data transformasi, dan menampilkan data spasial membentuk dunia
nyata untuk analisis landscape. GIS benar-benar dapat menggambarkan
objek dari bumi dalam hal posisi mereka, atribut dan di atas semua
keterkaitan spasial mereka, mengubah informasi ke dalam database.
Selain itu, dengan memeriksa database ini, dapat memberikan sarana
untuk melakukan analisis landscape. GIS dapat digunakan dalam data
dengan jumlah besar. GIS dapat berfungsi sebagai alat dalam sejarah
landscape, perencanaan dan manajemen. Selain itu, GIS telah
menerapkan perencanaan dalam landscape yang membentuk hubungan
antara abstraksi dan realitas.
3. Studi Kasus Terkait : Analisa Lanskap Jalur Hijau Dan Upaya
Penerapan Smart Green Land Pada Ruang Terbuka Hijau di Kota
MalangPenelitian dilaksanakan pada jalur hijau jalan Ijen, jalur
hijau jalan Jakarta dan jalur hijau Dieng, dan penerapan smart
green land pada Alun-alun Kota dan Alun-alun Tugu Kota Malang.
Penelitian ini menggunakan tiga tahap yaitu inventarisasi, analisis
data, dan interprestasi data. Hasil penelitian berdasarkan dari
hasil quisioner yang didapat pada jalur hijau Jalan Dieng, Jalan
Jakarta dan Jalan Ijen lebih tertuju pada penambahan fasilitas
sedangkan penerapan Smart Green Land Alun-alun Kota Malang dan
Alun-alun Tugu lebih tertuju pada penambahan jenis vegetasi
berbunga dan rumput. Kecenderungan terjadinya penurunan kualitas
RTH yang sebagian besar sudah dikonversikan menjadi gedung, kawasan
pemukiman baru dan pusat perbelanjaan. Dalam upaya mewujudkan RTH
nyaman, produktif, dan berkelanjutan maka diperlukan perhatian
khusus diadakan peraturan tentang standart penataan RTH serta upaya
pemerintah dan masyarakat melakukan penanaman pohon untuk
mengurangi dampak buruk lingkungan. Penataan ruang terbuka hijau
wilayah perkotaan merupakan bagian penataan RTH yang berfungsi
sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota,
kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan hijau pemakaman, kawasan
hijau pertanian, kawasan hijau jalur hijau dan kawasan hijau
pekarangan
4. KesimpulanDalam penilaian landscape dapat digunakan empat
fase yaitu klasifikasi landscape, deskripsi, evaluasi dan analisis
akhir. Klasifikasi landscape adalah metode pengurutan landscape
menjadi berbagai jenis berdasarkan karakteristik yang sama dan
tidak harus melibatkan penilaian pribadi.Deskripsi landscape
melibatkan pengumpulan informasi tentang komponen lansekap dengan
interaksi. Hal ini merupakan gambaran dari penampilan landscape dan
memberikan deskripsi secara sistematis, tahapan ini harus
subjektif, menggunakan geografis atau geologi. Evaluasi landscape
adalah salah satu aspek yang paling dibahas terhadap penilaian
landscape. Namun, hal ini tidak berarti menunjukkan kemajuan,
peneliti dan profesional masih menerapkan metode evaluasi awal dan
alternatif pengembangan. Teknologi komputer adalah alat yang
berguna untuk menyelesaikan tugas ini, saat ini umumnya dilakukan
melalui Geographical Informastion System (GIS). Teknologi Komputer
Ini terdiri dari overlay gambar tangan dengan peta transparan yang
mengandung informasi profil tentang elemen lansekap.
DAFTAR PUSTAKA
Andan Sari Kusuma Indah,Tatiek Wardiyati dan Lilik Setyobudi.
2013.Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 3, April 2014, hlm.
198-207Makhzomi Jala, Gloria Pungetti. 2003. Ecological Landscape
Design and Planning, Taylor & Francis