Top Banner

Click here to load reader

of 34

Asma Dalam Kehamilan

Oct 21, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ASMA DALAM KEHAMILAN

Dewa Ayu Ratna Mahaprawitasari 08700159ASMA DALAM KEHAMILANASMA BRONKIALEDEFINISIAsma adalah penyakit paru dengan karakteristik berikut: (1) obstruksi jalan nafas reversibel partial atau komplit baik secara spontan atau setelah pengobatan; (2) inflamasi jalan nafas; (3) respon jalan nafas yang meningkat terhadap berbagai stimulanPREVALENSIDi Amerika sekitar 4-5% Di Indonesia sekitar 5-6%. patofisiologipenurunanan diameter saluran napas yang diakibatkan oleh :kontraksi otot polos, odem dari dinding bronchial, karena adanya hipersekresi, sehingga terjadi peningkatan resistensi saluran napas, penurunan FEV (Force Expiratory Volume) dan kecepatan aliran, hiperinflasi dari paru dan thorax, peningkatan usaha untuk bernapas, peningkatan kerja dari otot-otot pernapasan, berkurangnya elastisistas, distribusi yang abnormal dari aliran darah fentilasi dan aliran darah paru dengan perubahan rationya, dan perubahan konsentrasi gas darah.Pemicu asmaInfeksi saluran napas baik bacterial maupun infeksi virus.MerokokAsap dari masakan atau pembakaran kayuEmosiAlergi makananRhinitis alergiPerubahan cuaca, terutama dingin, udara keringOlahragaReaksi akergi pada zat kimia tertentuReaksi alergi terhadap kosmetik, sabun, shampoReaksi alergi terhadap zat iritan seperti debu, kutu, bulu, dan lain-lain.

Diagnosis Diagnosis asma berdasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium.

Diagnosis asma terpusat pada adanya obstruksi jalan nafas episodik dan reversibilitas obstruksi tersebut. Reversibilitas dinyatakan dari peningkatan 15% FEV1 atau lebih setelah 2 kali menghirup preparat agonis B-adrenergik.

Penderita asma biasanya memiliki riwayat episode batuk, dada terasa tertekan, wheezing, dan dispneu. Selama eksaserbasi akut, pada pemeriksaan fisik didapatkan hiperinflasi, ekspirasi memanjang, wheezing, dan penggunaan otot-otot pernafasan tambahan. Pemeriksaan fisik dapat kembali normal pada interval eksaserbasi

Tes fungsi paru dapat ditemukan adanya obstruksi aliran udara yang reversibel pada spirometri.

Setelah diagnosis dipastikan, perjalanan penyakit dan efektifitas dari terapi dapat diikuti dengan pengukuran Peak Expiratori Flow Rate (PEFR) atau FEV1. Untuk mengetahui jenis elergi yang dimiliki dapat dilakukan test dengan bermacam-macam allergen

Secara labolatoris dapat ditemukan sel-sel eosinofil dari darah dan sputum dan juga dapat diukur serum IgE, walupun penemuan tersebut tidak hanya terjadi pada asmaASMA DALAM KEHAMILANMenurut Clark, dkk (1993asma berpotensi memberikan efek yang merugikan, diikuti dengan peningkatan insidensi lahir premature, BBLR, kematian perinatal, dan preeklamsi. gangguan tekanan darah ini disertai dengan bocornya protein pada urine ibu dan sangat potensial untuk terjadinya kerusakan ginjal, otak, hepar, dan mata.

Menurut Lehrer, dkk (1993) wanita asma memiliki insidensi dua koma lima kali lipat dari kehamilan menimbulkan hipertensi

Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat, tampaknya akan mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan dengan mereka yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60% wanita hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada kehamilan-kehamilan berikutnya

Gluck & Gluck menyimpulkan peningkatan kadar IgE diperkirakan akan memperburuk keadaan asma selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE yang menurun akan membaik keadaannya selama kehamilan

Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor hormonal, yaitu penurunan progesteron dan peningkatan prostaglandin, sebagai faktor yang memberikan pengaruh

Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi serangan asma mencapai 18 kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung pervaginamOBAT ASMA DALAM KEHAMILANIdealnya semua obat-obatan dihindari selama kehamilan, tetapi yang lebih penting adalah meyakinkan bahwa janin dalam kandungan mendapat suplai oksigen yang cukup dan menurunkan resiko yang akan terjadi pada ibu.

obat-obatan anti asma dapat digunakan dengan aman selama kehamilan, walaupun demikian penggunaannya selama trimester pertama kehamilan harus dengan hati-hati

Obat yang tersedia untuk terapi asma dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu obat-obat bronkodilator dan obat-obat anti inflamasi

1. Obat bronkodilatorA. agonisAgonis yang mengaktivasi baik reseptor 1 dan 2 misalnya epinefrin (adrenalin) dan analog isopropilnya yaitu isoproterenol. Epinefrin juga didapatkan pada beberapa inhaler asma. Perhatian timbul pada vasokonstriksi uterus akibat dari efek adrenergik dari epinefrin.

agonis mempunyai keunggulan karena bekerja cepat dan obat yang masuk ke peredaran darah janin sangat minimal

Perinhalasi (Albuterol, Pirbuterol, Terbutaline, Metaproterenol, Biltlterol). Tablet (Albuterol, Terbutaline, Metaproterenol)B. Anti kolinergikAntikolinergik inhalasi menyebabkan bronkodilatasi dengan cara mengurangi tonus vagal intrinsik pada saluran pernafasan.

Merupakan bronchodilator yang bekerja lebih lambat dari B-agonis inhalasi (Atrovent).

Satu-satunya bronchodilator yang digunakan parenteral adalah Aminophylline.

Bahan-bahan antikolinergik sudah banyak digunakan selama kehamilan tanpa efek samping.

C. agonis 2 adrenergik (agonis 2)Agonis 2 merelaksasi otot polos saluran pernafasan dan menjadi perantara pelepasan mediator dari sel mast dan basofil.

Agonis 2 inhalasi merupakan obat pilihan untuk pengobatan awal asma eksaserbasi akut dan pencegahan asma yang diinduksi aktivitas.

Pengalaman Agonis 2 merelaksasi otot polos saluran pernafasan dan menjadi perantara pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. D. teofilinTeofilin merupakan penggunaan utama metilsantin dalam terapi asma. Meskipun mekanisme tepatnya belum diketahui, teofilin berlaku sebagai bronkodilator ringan-sedang, tergantung dari konsentrasi serumnya.

Penggunaan teofilin selama kehamilan sudah sangat luas dan tanpa adanya bukti efek samping terhadap neonatus jika dosis dipandu oleh kadar serum yang cukup (tidak melebihi 12 g/mL)2. OBAT GOLONGAN ANTI INFLAMASIA. Cromolyn sodiumObat ini merupakan bahan anti inflamasi nonsteroid yang digunakan untuk penatalaksanaan sebagai profilaksis asma kronis, tersedia dalam bentuk inhaler dan nebulizer.

Mekanismenya belum seluruhnya dimengerti namun diperkirakan sodium kromolin menstabilkan dan mencegah pelepasan mediator dari sel mast

Penelitian pada binatang dan pengalaman manusia hanya menunjukkan sedikit ancaman terhadap janin B. kortikosteroid Obat anti inflamasi paling efektif untuk pengobatan asma. Dapat diberikan peroral ataupun inhaler.(beclomethasone, betamethasone, prednisone).

Mekanisme utama adalah interferensi dengan metabolisme asam arakidonat dan sintesis leukotrien dan prostaglandin, pencegahan migrasi langsung dan aktivasi sel-sel radang, dan peningkatan responsivitas reseptor beta otot polos saluran pernafasan.

Pemberian kronis kortikosteroid secara oral atau parenteral berkaitan dengan penurunan berat badan lahir.

Ada tiga jenis bahan yang tersedia untuk inhalasi: beklometason, triamsinolon, dan flunisolid. Yang banyak dipakai dalam kehamilan adalah beklometason sehingga menjadi kortikosteroid inhalasi pilihan selama kehamilan karena pengalaman klinisnya yang meyakinkan.

kadar plasma yang rendah dari inhalasi ini menyebabkan kecil kemungkinan efek terhadap janin. Penggunaan kortikosteroid inhalasi atau sistemik merupakan kontraindikasi saat menyusui C. AntihistaminAntihistamin digunakan untuk menahan aksi pelepasan histamin selama aktivasi sel mast sebagai respon terhadap alergen atau stimulan lain.

Antihistamin belum terbukti berbahaya bila digunakan selama awal kehamilan

Menurut American Academy of Pediatrics Committee on Drugs, antihistamin disebut-sebut kompatibel dengan masa menyusui D. DekongestanDekongestan merupakan obat adrenergik yang digunakan untuk konstriksi pembuluh darah di mukosa hidung.

Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini misalnya oksimetazolin, fenilefrin, fenilpropanolamin, efedrin, dan pseudoefedrin.

Karena jenis ini memiliki aktivitas adrenergik , ada perdebatan tentang potensinya dalam konstriksi suplai pembuluh darah yang terkait dalam pertukaran udara dan makanan ibu-janin. Akan tetapi, pseudoefedrin tampaknya tidak menghasilkan efek ini pada dosis terapeutikPENATALAKSANAAN ASMA SELAMA KEHAMILANA. Prinsip terapi pada wanita hamilTujuan penatalaksanaan asma pada wanita hamil : Mempertahankan fungsi paru normal atau mendekati normal, Mengontrol gejala, mencegah asma eksaserbasi akut , yang terpenting adalah melahirkan bayi yang sehat.

Tujuan lainnya adalah agar pasien dapat mengidentifikasi serangan, mengenali dan mengobati eksaserbasi pada tingkat awal. Juga agar pasien mengetahui bahwa terapi asma hanya mempunyai resiko rendah atau dapat dikatakan sama sekali tidak beresikoSecara umum langkah yang harus diperhatikan pada managemen asma yaituSedapat mungkin menghindari serangan.Terapi awal merupakan hal yang sangat penting. Gunakanlah obat saat tanda-tanda awal dari asma mulai muncul. Penting pada wanita hamil untuk tidak menunda pengobatan lebih lanjut jika ditemukan hal-hal dibawah ini:Obat-obatan tidak menghasilkan perbaikan yang cepatPerbaikan tidak terjadi terus-menerusPenyakit semakin lama semakin beratTerdapat kemunduran dari pergerakan fetusyang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pengobatan yang teratur.

Penatalaksanaan efektif asma untuk wanita hamil berpedoman pada empat komponen yaitu1. Pengukuran obyektif untuk menilai dan memantau fungsi paru ibu dan kesejahteraan janin dengan tujuan membuat rekomendasi terapeutik yang tepat.A. Fungsi paru ibuB. pemantauan janin2. Pengukuran untuk menghindari atau mengontrol pemicu asma di lingkungan pasien.A. kontrol lingkunganB. terapi imunC. vaksin3. Terapi farmakologisA. asma intermitenB. asma ringanC. asma sedang D. asma beratE. terapi eksaserbasi akutF. penatalaksanaan asma yang diinduksi latihanPenanganan asma dalam persalinanUntuk merawat pasien dengan asma selama persalinan dan kelahiran, direkomendasikan untuk melanjutkan pengobatan asma yang terjadwal dengan teratur (kromolin inhalasi, beklometason, dan atau teofilin oral) selama persalinan dan kelahiran.

Peak Expiratori Flow Rate (PEFR) harus diukur saat akan bersalin atau melahirkan dan kemudian tiap 12 jam. Jika timbul gejala asma, PEFR diukur setelah pengobatan asma

Pasien yang sudah memerlukan kortikosteroid sistemik kronis atau beberapa kortikosteroid sistemik jangka pendek selama kehamilan harus diberi hidrokortison 100 mg setiap 8 jam sampai 24 jam postpartum untuk mengobati kemungkinan supresi adrenal.Saat wanita dengan asma berada dalam persalinan, diperlukan pemantauan janin ketat

dapat dilakukan dengan pemantauan denyut jantung janin elektronik kontinyu atau auskultasi intermiten (setiap 15 menit pada kala 1, setiap 5 menit pada kala 2). Selama persalinan, pemantauan janin intensif ini dapat djiadikan pedoman untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan asma dan obstetris yang baik.

Selama persalinan kala I, pengobatan asma selama masa prenatal harus diteruskan, ibu yang sebelum persalinan mendapat pengobatan kortikosteroid harus diberikan hidrokortison 100 mg intravena, dan diulangi tiap 8 jam sampai persalinan. Bila mendapat serangan akut selama persalinan , penanganannya sama dengan penanganan serangan akut dalam kehamilan

Untuk induksi persalinan, oksitosin merupakan obat terpilih

Pada persalinan kala II persalinan per vaginam merupakan pilihan terbaik untuk penderita asma, kecuali jika indikasi obstetrik menghendaki dilakukannya seksio sesarea. Jika dilakukan seksio sesarea lebih dipilih anestesi regional daripada anestesi umum karena intubasi trakea dapat memacu terjadinya bronkospasme yang berat

Pada penderita yang mengalami kesulitan pernapasan selama persalinan pervaginam, memperpendek kala II dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forceps Penanganan asma pasca persalinanPerjalanan dan penanganan klinis asma umumnya tidak berubah secara dramatis setelah post partum.

Pada wanita yang menyusui tidak terdapat kontra indikasi yang berkaitan dengan penyakitnya ini. Teofilin bisa dijumpai dalam air susu ibu, tetapi jumlahnya kurang dari 10% dari jumlah yang diterima ibu.

Kadar maksimal dalam air susu ibu tercapai 2 jam setelah pemberian, seperti halnya prednison, keberadaan kedua obat ini dalam air susu ibu masih dalam konsentrasi yang belum mencukupi untuk menimbulkan pengaruh pada janin(1).

Pengobatan farmakologis untuk pendarahan pasca salin pada pasien dengan asma berbeda karena sebagian besar obat oksitosik untuk atonia uteri dapat memperburuk bronkospasme.

Oksitosin adalah obat terpilih untuk pendarahan pasca salin.

jika diperlukan obat tambahan, metilergonovin dan ergonovin harus dihindari karena menyebabkan bronkospasme. Jika penggunaannya tidak dapat dihindarkan, sangat disarankan pengobatan awal dengan metilprednisolon.Penggunaan 15-metil prostaglandin F2-alfa harus dihindari karena merupakan bronkokonstriktor dan dapat memperburuk asma.

Jika diperlukan pengobatan dengan prostaglandin, analog teraman adalah E2 yang kurang menyebabkan bronkospasme.

Jika ada pendarahan uterus berat, prostaglandin E2 20 mg supositoria dapat diberikan untuk menghindari efek washout yang disebabkan pendarahan vagina terus-menerus.

Bila terjadi pendarahan post partum yang berat, prostaglandin E2 dan uterotonika lainnya harus digunakan sebagai pengganti prostaglandin F2(x) yang dapat menimbulkan terjadinya bronkospapasme yang berat

Edukasi pasienEdukasi pasien merupakan senjata ampuh untuk menolong pasien mendapatkan motivasi, keahlian, dan kepercayaan diri untuk mengontrol asmanya.

dimulai pada saat diagnosis ditegakkan dan diintegrasikan dengan perawatan kontinyu.

Partisipasi aktif oleh klinisi, pasien, dan keluarga dalam sebuah kerjasama dapat meningkatkan pendekatan pada rencana perawatan dan merangsang kemajuan dalam penatalaksanaan asma. Konsep kerjasama ini termasuk komunikasi terbuka, pengembangan rencana terapi bersama oleh klinisi dan pasien, peningkatan usaha keluarga untuk dalam pencegahan dan perawatan gejala pasien.

DUKUNGAN PSIKOLOGISKehamilan merupakan saat stres psikologis karena perubahan-perubahan dalam bentuk tubuh, gejala-gejala fisik yang menyertai kehamilan, dan ketakutan tentang kehamilan, persalinan, kelahiran, dan perkembangan janin. Banyak wanita hamil mengalami labilitas emosi selama kehamilan.

Pada pasien yang memiliki asma, ada masalah tambahan. Stres yang berhubungan dengan kehamilan normal dapat merangsang asma pada beberapa wanita dengan predisposisi itu. Lebih jauh, morbiditas asma dapat memperburuk stres kehamilan. Bisa juga didapatkan ketakutan tambahan tentang efek asma atau pengobatan asma terhadap janin yang sedang berkembang.

Terima kasih