Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ( ptsd ) DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 RINI PARLINA 04121303034 AMRINA MUCHTAR 04121303039 RAFI TRIANI 04121303046 ELLEN MUTHIA 04121303049 BARA KUSWINATA 04121303052 KELAS : ALIH PROGRAM B2 DOSEN PEMBIMBING : Ns. ARIE KUSUMANINGRUM SKep. MKep. Sp.An Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca Bencana 1
40

Askep Ptsd

Jan 02, 2016

Download

Documents

psikb2

keperawatan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep Ptsd

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK POST TRAUMATIC STRESS

DISORDER( ptsd )

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

RINI PARLINA 04121303034

AMRINA MUCHTAR 04121303039

RAFI TRIANI 04121303046

ELLEN MUTHIA 04121303049

BARA KUSWINATA 04121303052

KELAS : ALIH PROGRAM B2

DOSEN PEMBIMBING : Ns. ARIE KUSUMANINGRUM SKep. MKep. Sp.An

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 1

Page 2: Askep Ptsd

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam yang berkepanjangan di dunia termasuk di Indonesia sepanjang

tahun 2010, disebabkan oleh faktor alam yang berbeda. Dampak bencana alam tidak

hanya mengakibatkan hilangnya harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di wilayah

bencana. Berdasarkan data dari 644 kejadian bencana di Indonesia total kerugian material

diperkirakan mencapai lebih 15 trilyun rupiah. Kerugian tersebut meliputi kehilangan

harta benda, kerusakan rumah-rumah masyarakat, sarana dan prasarana umum, lahan

pertanian, perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Selain itu juga menimbulkan

kehilangan orang yang dicintai, trauma, dan timbuln ya gangguan kesehatan (Nugroho,

2010).

Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadinya trauma akibat

bencana alam. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu keberadaan anak-anak

masih dibawah risiko dan ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya, tingkat

ketergantungan hidup yang masih tinggi terhadap orang dewasa, belum memiliki banyak

pengalaman hidup, kemampuan untuk melindungi diri sendiri masih terbatas, dan mereka

tidak dalam posisi yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri (Lubis, 2012).

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak-anak memang tidak sesederhana

dampaknya bagi perkembangan dan pertumbuhan remaja itu sendiri. Ada beberapa faktor

yang berkontribusi pada pengembangan PTSD pada anak-anak dan remaja. Tiga faktor

yang paling penting adalah keparahan trauma, reaksi orangtua untuk trauma, dan

kedekatan temporal trauma. Tentu saja, semakin parah trauma (bencana alam, perkosaan,

serangan fsiik, yang mengancam jiwa kecelakaan, dan kematian orang tua), semakin

besar kemungkinan PTSD. Hal ini tentu saja akan mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan anak-anak dalam menjalani kehidupan sehari-harinya (The United Stated

Departement Veterans Affairs, 2007).

Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat

tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut

mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 2

Page 3: Askep Ptsd

siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu

secara skill dan teknik dalam  menghadapi kondisi seperti ini.

Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat

dilakukan oleh profesi  keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.

Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran perawat dalam asuhan

keperawatan anak dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Post Traumatic

Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mampu menjelaskan konsep teori Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca

bencana alam .

2. Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami Post Traumatic

Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Post

Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

4. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

5. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

6. Mampu mengevaluasi klien yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder

(PTSD) pasca bencana alam.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 3

Page 4: Askep Ptsd

1.3 Manfaat Penulisan

1. Dapat memahami konsep teori Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana

alam.

2. Dapat memahami patofisiologi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana

alam sehingga bisa menimbulkan masalah keperawatan.

3. Dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Traumatic Stress

Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 4

Page 5: Askep Ptsd

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor

alam dan/ atau faktor non- alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Ps 1). Bencana

menimbulkan trauma psikologis bagi semua orang yang mengalaminya.

Post traumatic stress disorder (PTSD) merupakan gangguan kecemasan yang dapat

terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatis. PTSD dapat

terjadi secara akut (gejala berlangsung <3 bulan), kronis (gejala berlangsung> 3 bulan),

atau onset tertunda (selang 6 bulan dari acara untuk onset gejala).

Banyak korban menunjukkan gejala terjadinya PTSD segera sesudah terjadinya

bencana, sementara sebagian lainnya baru berkembang gejala PTSD beberapa bulan

ataupun beberapa tahun kemudian. Pada sebagian kecil orang, PTSD dapat menjadi suatu

gangguan kejiwaan yang kronis dan menetap beberapa puluh tahun bahkan seumur hidup.

2.2 Patofisiologi

2.2.1 Biologis

Beberapa penelitian menunjukan bahwa bagian otak amigdala adalah kunci

dari PTSD, ditunjukan bahwa pengalaman yang traumatik dapat merangsang bagian

tersebut untuk menimbulkan rasa takut yang dalam terhadap kondisi-kondisi yang

mungkin menyebabkan kembalinya pengalaman traumatic tersebut. Amigdala dan

berbagai struktur lainnya seperti hipotalamus, bagian abu-abu otak dan

nucleus,mengaktifkan neurotransmitter dan endokrin untuk menghasilkan hormone-

hormon yang berperan dari berbagai gejala PTSD. Bagian otak depan (frontal)

sebenarnya berfungsi untuk menghambat aktivasi rangkaian ini, walaupun begitu

pada penelitianterhadap orang-orang yang mengalami PTSD, bagian ini mengalami

kesulitan untuk menghambat aktivasi system amigdala.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 5

Page 6: Askep Ptsd

Amigdala menerima informasi berupa rangsangan eksternal. Hal ini

kemudian memicu respon emosional termasuk “fight, flight, or freezing" dan

perubahan dalam hormon stress dan katekolamin. Hipokampus dan korteks

prefrontal medial mempengaruhi respon amigdala dalam menentukan respon

ketakutan akhir.  Ketika kita dalam keadaan takut dan terancam, tubuh kita

mengaktifkan respon  fight or flight. Dalam reaksi ini tubuh mengeluarkan

adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah,denyut jantung,

glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang makatubuh akan memulai

proses inaktivasi respon stress dan proses ini menyebabkan pelepasan hormon

kortisol. Jika tubuh tidak melepaskan kortisol yang cukup untuk menginaktivasi

reaksi stress maka kemungkinan kita masih akan merasakan efek stress dari

adrenalin.

Pada korban trauma yang berkembang menjadi PTSD seringkali memiliki

hormon stimulasi (katekolamin) yang lebih tinggi bahkan pada saat kondisi normal.

Hal ini mengakibatkan tubuh terus berespon seakan bahaya itu masih ada. Setelah

sebulan dalam kondisi ini, di mana hormon stres meningkat pada akhirnya

menyebabkan terjadinya perubahan fisik. Beberapa studi telah menemukan

konsentrasi kortisol rendah orang dengan post-traumatic stress disorder dan

berlawanan menanggapi penindasan deksametason tes daripada yang terlihat

dengan depresi berat.

2.2.2 Psikososial

Pengalaman hidup yang dialami seseorang sepanjang hidupnya juga

merupakan salah satu penyebab terjadinya PTSD. Pengalaman hidup ini mencakup

pengalaman yang dialami dari masa kecil sampai dengan dewasa. Selain itu

pengalaman hidup yang dialami, jumlah dan tingkat keparahan peristiwa traumatik

yang dialami oleh individu tersebut juga memberikan pengaruh. Smith dan Segal

menyebutkan peristiwa traumatik yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD

termasuk bencana alam ( natural disaster ), kecelakaan mobil atau pesawat,

penyerangan fisik, prosedur medikal terutama pada anak – anak.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 6

Page 7: Askep Ptsd

Faktor psikologis lain yang ikut berkontribusi adalah faktor yang dibawa oleh

individu dari lahir, yaitu sifat bawaan atau yang sering disebut dengan kepribadian

seseorang juga merupakan penyebab terjadinya PTSD.

Pengalaman pada masa lalu bisa menyebabkan seseorang menderita PTSD.

Pengalaman masa lalu terkait pengalaman pada masa anak-anak, seperti menjadi

korban kekerasan seksual, perpisahan dengan orang tua pada usia dini, perceraian,

bahkan kemiskinan. Kurangnya support sosial juga salah satu faktor yang bisa

menimbulkan PTSD, disfungsi keluarga merupakan faktor yang menyebabkan

terjadinya PTSD.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek psikososial yang

menyebabkan terjadinya PTSD adalah pengalaman hidup yang terkait dengan

trauma, sifat bawaan atau kepribadian individu tersebut, dan kurangnya support

sosial. Faktor-faktor tersebut merupakan penyebab timbulnya PTSD jika dilihat dari

faktor psikososial dari in dividu yang mengalami trauma.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 7

Page 8: Askep Ptsd

PATHWAY

Post-Traumatic Stress Disorder

Biologis Psikososial

Terjadi proses biologis di otak Pengalaman hidup mencakup

pengalaman yang dialami

Perubahan Fisik

Trauma Bencana alam

Mempengaruhi SSP & SSO

Perpisahan dg ortu pada usia dini

Penurunan ukuran hipokampus Amigdala yg over reaktif

Kurangnya support sosial

Mengalami kesulitan untuk belajar Ketakutan

harapan-harapan baru untuk berbagai Disfungsi Keluarga

situasi yg terjadi setelah trauma Ancaman

Keputusasaan Komunikasi terganggu

Gangguan hubungan sosial

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 8

Sindrom Pascatrauma

Ketidakberdayaan

Koping keluarga tidak efektif

Ansietas

Koping defensif

Ketakutan

Page 9: Askep Ptsd

2.3 Gejala Utama PTSD

Gejala utama PTSD terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Re-experience phenomena

1. Munculnya kembali perasaan tertekan atau terancam baik dalam imajinasi, pikiran

ataupun persepsi.

2. Munculnya mimpi-mimpi yang menakutkan.

3. Adanya reaksi psikologis yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa trauma.

4. Adanya reaksi fisik yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa trauma.

b. Avoidance or numbing reaction

1. Menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan yang berkaitan dengan peristiwa

traumatic.

2. Menghindari kegiatan, tempat atau orang-orang yang terkait dengan trauma.

3. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma.

4. Berkurangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan yang terkait.

5. Kekakuan perasaan atau ketidakmampuan mengekspresikan perasaan seperti kasih

sayang.

6. Kehilangan harapan seperti tidak memiliki minat terhadap karir, perkawinan,

keluarga atau kehidupan jangka panjang.

c. Symptoms of increased arousal: peningkatan gejala distress

Adapun kriterianya adalah :

1. Seseorang biasanya mengalami atau dihadapkan pada ancaman yang serius

termasuk bencana, kematian, kecelakan luar biasa, ancaman fisik terhadap diri

maupun orang lain.

2. Individu mengalami kondisi ketakutan, tidak berdaya dan selalui dihantui oleh

peristiwa tersebut. Pada kasus anak sering terjadi perilaku yang disorganized atau

agitasi. Jika kedua kriteria tersebut muncul maka dapat dilakukan pengelompokan

gejala kedalam tiga gejala utama tadi.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 9

Page 10: Askep Ptsd

2.4 Fase-fase PTSD

Fase-fase keadaan mental pasca bencana:

a. Fase Kritis

Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana terjadi

selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap bencana. Pada fase ini

kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala depresi seperti keinginan bunuh diri,

perasaan sedih mendalam, susah tidur,dan dapat juga menimbulkan berbagai gejala

psikotik.

b. Fase setelah kritis

Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan

penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan setelah

bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang menjadi suatu phobia/trauma

akan suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila bencana tersebut terulang lagi,

orang akan memasuki fase ini dengan cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya.

c. Fase stressor

Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat

berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat dogma “semua

telah berubah”.

Periode bencana menurut Rice (1999):

a. Periode Impak.

Hanya berlangsung selama kejadian bencana. Pada periode ini, korban selalu

diliputi perasaan tidak percaya dengan apa yang dialami. Periode ini selalu

berlangsung singkat.

b. Periode penyejukan suasana (Recoil period)

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 10

Page 11: Askep Ptsd

Berlangsung beberapa hari selepas kejadian. Pada periode ini, tampak bahwa

para korban mulai merasakan diri mereka lapar dan mencari bekal makanan untuk

dimakan. Mereka tidak memahami bagaimana mereka harus memulihkan keadaan dan

mengganti harta benda mereka yang hilang.

c. Periode post traumatic (Recovery period)

Berlangsung lama, bahkan sepanjang hayat. Periode ini berlangsung tatkala

korban bencana berjuan untuk melupakan pengalaman yang terjadi berupa tekanan,

gangguan fisiologi, dan psikologi akibat bencana yang mereka alami.

2.5 Dampak PTSD

Gangguan stress pasca traumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah gangguan

fisik, kognitif, emosi, behavior (perilaku), dan sosial.

a. Gejala gangguan fisik :

1. Pusing.

2. Gangguan pencernaan.

3. Sesak napas.

4. Tidak bisa tidur.

5. Kehilangan selera makan.

6. Impotensi, dan sejenisnya.

b. Gangguan kognitif :

1. Gangguan pikiran seperti disorientasi.

2. Mengingkari kenyataan.

3. Linglung.

4. Melamun berkepanjangan.

5. Lupa.

6. Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan.

7. Tidak fokus dan tidak konsentrasi.

8. Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana.

9. Tidak mampu mengambil keputusan.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 11

Page 12: Askep Ptsd

c. Gangguan emosi :

1. Halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya, dan memerlukan

perawatan aktif yang dini).

2. Mimpi buruk.

3. Marah.

4. Merasa bersalah.

5. Malu.

6. Kesedihan yang berlarut-larut.

7. Kecemasan dan ketakutan.

d. Gangguan perilaku :

Menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang minimal. Contoh, duduk

berjam-jam dan perilaku repetitif (berulang-ulang).

e. Gangguan sosial:

1. Memisahkan diri dari lingkungan

2. Menyepi

3. Agresif

4. Prasangka

5. Konflik dengan lingkungan

6. Merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.

2.6 Penatalaksanaan Medis

a. Farmakologi

1. Terapi anti depresan: Obat yang biasa digunakan adalah benzodiazepin, litium,

camcolit dan zat pemblok beta– seperti propranolol, klonidin, dan karbamazepin.

Dosis contoh, estazolam 0,5-1 mg per os, Oksanazepam10-30 mg per os, Diazepam

(valium) 5-10 mg per os, Klonaz-epam 0,25-0,5 mg per os, atau Lorazepam 1-2 mg

per os atau IM.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 12

Page 13: Askep Ptsd

2. Antiansietas: alprazolam digunakan untuk mengatasi depresi dan panik pada pasien

PTSD, buspirone dapat meningkatkan serotonin.

b. Non- farmakologi

Psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD yaitu

dengan Anxiety Management diamana terapis akan mengajarkan beberapa

keterampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui:

1. Relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan secara

sistematis dan merelaksasikan nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti

jantung berdebar dan sakit kepala.

2. Breathing retraining, belajar bernafas dengan perut secara perlahan, santai.

Menghindari bernafas tergesa-gesa yang merasakan tidak nyaman.

3. Positive thinking dan self-talk, yaitu belajar untuk menghilangkan pikiran negatif

dan mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal– hal yang membuat

stress (stresor).

4. Assertiveness training, yaitu belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini

dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain.

5. Thought stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang

memikirkan hal-hal yang membuat kita stress.

6. Cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak

rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan. Tujuan kognitif terapi

adalah mengidentifikasi pikiran- pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti

bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran tersebut yang

kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk membantu mencapai

emosi yang lebih seimbang.

7. Exposure therapy: para terapis membantu menghadapi situasi yang khusus, orang

lain, obyek, memori atau emosi yang mengingatkan pada trauma dan menimbulkan

ketakutan yang tidak realistik dalam kehidupannya. Terapi dapat berjalan dengan

cara: exposure in the imagination, yaitu bertanya pada penderita untuk mengulang

cerita secara detail sampai tidak mengalami hambatan menceritakan; atau exposure

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 13

Page 14: Askep Ptsd

in reality, yaitu membantu menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin

dihindari karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat.

8. Terapi bermain (play therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan

PTSD. Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan PTSD. Terapis

memakai permainan untuk memulai topik yang tidak dapat dimulai secara

langsung. Hal ini dapat membantu anak lebih merasa nyaman.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 14

Page 15: Askep Ptsd

2.7 Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat

dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.

Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek

keperawatan saja,  Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan

saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun

memberikan pertolongan dalam situasi bencana.

Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak

melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu

dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 15

Page 16: Askep Ptsd

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan bereaksi

terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu :

a. Pengkajian Perilaku ( Behavioral Assessment )

Yang dikaji adalah :

1. Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang berlebihan.

2. Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma yang dirasakan.

3. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan

mengingatkan klien terhadap trauma.

4. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.

5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian

traumatis.

b. Pengkajian Afektif ( Affective Assessment )

1. Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan perasaan

ingin cepat marah.

2. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.

3. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan dengan trauma.

4. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.

5. Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.

6. Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain.

c. Pengkajian Intelektual ( Intellectual Assessment )

1. Kesulitan dalam hal konsentrasi.

2. Kesulitan dalam hal memori.

3. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang berkaitan

dengan trauma.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 16

Page 17: Askep Ptsd

4. Apakah klien bisa mengontrol pikiran – pikiran berulang tersebut

5. Mimpi buruk yang dialami klien.

6. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien terhadap

dirinya.

d. Pengkajian Sosiokultural ( Sociocultural Assessment )

1. Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang perilaku klien

yang menjauh dari mereka.

2. Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman.

3. Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa marahnya.

4. Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem keluarganya.

3.2 Diagnosa Keperawatan untuk PTSD

1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap

peristiwa traumatik yang penuh tekanan.

2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan

aktifitas sebelumnya.

3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

bahaya..

5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

6. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada

usia dini.

3.3 Tujuan

1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap

peristiwa traumatik yang penuh tekanan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu merespon adaptif terhadap

peristiwa trauma yang ia alami.

NOC :

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 17

Page 18: Askep Ptsd

1. Pemulihan dari trauma.

2. Pengendalian impuls: kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsive.

2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan

aktifitas sebelumnya.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu melaksanakan aktifitas

sebelumnya dengan kriteria hasil sebagai berikut :

NOC : Kepercayaan Kesehatan

1. Mengungkapkan dengan kata-kaa tentang segala perasaan ketidakberdayaan.

2. Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya.

3. Mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan untuk melakukan tindakan yang

diperlukan

4. Melaporkan dukungan yang adekuat dari orang dekat, teman-teman dan tetangga.

3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien diharapkan ketakutan yang dialami

klien menurun atau menghilang.

NOC : Kontrol ketakutan

1. Klien mampu mencari informasi untuk menurunkan ketakutan

2. Klien mampu menghindari sumber ketakutan bila mungkin

3. Kilin mamapu mengendalikan respon ketakutan

4. Klien mamapu mempertahankan penampilan peran dan hubungan social

4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

bahaya.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien diharapkan cemas dan stress yang

dialami klien menurun atau menghilang.

NOC : Kontrol cemas

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 18

Page 19: Askep Ptsd

1. Intensitas kecemasan berkurang atau hilang.

2. Tidak ditemukan tanda – tanda kecemasa.

3. Menunjukkan relaksasi.

4. Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber secara

efektif.

5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien diharapkan terbentuk koping yang

efektif.

NOC: Koping

1. Koping efektif.

2. Harga diri positif.

3. Keterampilan interaksi sosial positif.

4. Menyadari masalah atau konflik spesifik yang mempengaruhi interaksi atau

hubungan sosial.

5. Mengekspresikan perasaan harga diri.

6. Menunjukan penurunan kedefensifan.

6. Koping Keluarga tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada

usia dini.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien diharapkan koping keluarga efektif,

dengan kriteria hasil sebagai berikut:

NOC : Koping Keluarga

1. Menyadarkan kebutuhan unit keluarga

2. Menyadari kebutuhan pasien

3. Mulai menunjukan keterampilan interpersonal secara efektif

4. Menunjukan kemampuan untuk menyelesaikan konflik tanpa kekerasan

5. Mengungkapkan perasaan yang tidak terselesaikan

6. Mengidentifikasi gaya koping yang bertentangan

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 19

Page 20: Askep Ptsd

7. Berpartisipasi dalam penyelesaian masalah yang efektif

8. Berpartisipasi dalam perencanaan perawatan

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 20

Page 21: Askep Ptsd

3.4 Intervensi

1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap

peristiwa traumatik yang penuh tekanan.

NIC :

Konseling : penggunaan proses bantuan interaktif yang memfokuskan pada kebutuhan,

masalah, atau perasaan pasien dengan orang yang berarti bagi pasien untuk

meningkatkan atau mendukung koping, pnyelesaian masalah dan hubungan

interpersonal.

Aktivitas keperawatan:

1. BHSP

2. Tunjukkan empati, kehangatan dan kesejatian

3. Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi pengungkapan

perasaan.

4. Hindari membuat keputusan pada saat pasien berada dalam keadaan stress.

2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan

aktifitas sebelumnya.

NIC I :

1. Eksplorasi pencapaian keberhasilan sebelumnya.

2. Dukung kekuatan- kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien.

3. Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk menangani

keadaan.

NIC II : Fasilitasi Tanggung Jawab Diri

1. Dorong pengungkapan perasaan, persepsi, dan ketakutan tentang rasa tanggung

jawab

2. Dorong kemandirian, tetapi bantu pasein jika tidak dapat melakukan.

3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

NIC 1 : Pengurangan ansietas

1. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang

dapat menurunkan/ mengurangi takut

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 21

Page 22: Askep Ptsd

2. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru

3. Gendong atau ayun-ayun anak

4. Sering berikan penguatan verbal/ non verbal yang dapat membantu menurunkan

ketakutan pasien

NIC 2 : Peningkatan koping

1. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan

2. Bantu pasien dalam membangun pemikiran yang objektif terhadap suatu peristiwa

3. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat

4. Dukung untuk menyatakan perasaan, persepsi, dan ketakutan secara verbal

5. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interpretasikan sebagai

ancaman

4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

bahaya.

NIC : Penurunan kecemasan 

1. Tenangkan klien

2. Berusaha memahami keadan klien

3. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkn rasa takut

4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas

5. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat

6. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.

7. Gunakan pendekatan dan sentuhan, verbalissi untuk    meyakinkan pasien tidak

sendiri dan mengajukan pertanyaaan.

8. Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan.

9. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.

5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

NIC : Pencapaian Kesadaran Diri

1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak penyakit terhadap konsep diri

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 22

Page 23: Askep Ptsd

2. Ungkapkan secara verbal mengenai pengingkaran pasien terhadap kenyataanb

dengan tepat.

3. Bantu pasien untuk mendidentifikasi prioritas kehidupan

4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aspek positif pada dirinya.

6. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada

usia dini.

NIC : Dukungan Keluarga

1. Tingkatkan harapan yang realistis

2. Dengarkan keluhan, perasaan , dan pertanyaan keluarga

3. Fasilitasi pengkomunikasian keluhan/persaan antra pasien dan keluarga atau antar

anggota keluarga

4. Berikan perawatan kepada pasien selain keluarga untuk mengurangi beban mereka

dab/ atau saat keluarga tidak mampu untuk memberikan perawatan

5. Berikan umpan balik kepada keluarga yang berkaitan dengan koping mereka

3.5 Evaluasi

Skala :                

1. Tidak pernah dilakukan/menunjukan.

2. Jarang dilakukan/menunjukan.

3. Kadang dilakukan/menunjukan.

4. Sering dilakukan/menunjukan.

5. Selalu dilkukan/menunjukan 

DP 1 :

Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap

peristiwa traumatik yang penuh tekanan.

NOC :

1. Pemulihan dari trauma.

2. Pengendalian impuls: kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsive.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 23

Page 24: Askep Ptsd

DP 2 :

Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan aktifitas

sebelumnya.

NOC : Kepercayaan Kesehatan

1. Mengungkapkan dengan kata-kaa tentang segala perasaan ketidakberdayaan.

2. Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya.

3. Mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan untuk melakukan tindakan yang

diperlukan

4. Melaporkan dukungan yang adekuat dari orang dekat, teman-teman dan tetangga.

DP 3 :

Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

NOC : Ketakutan dapat di kontrol

1. Klien mampu mencari informasi untuk menurunkan ketakutan

2. Klien mampu menghindari sumber ketakutan bila mungkin

3. Kilin mamapu mengendalikan respon ketakutan

4. Klien mamapu mempertahankan penampilan peran dan hubungan social

DP 4 :

Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

bahaya.

NOC : Kecemasan dapat di kontrol

1. Intensitas kecemasan berkurang atau hilang.

2. Tidak ditemukan tanda – tanda kecemasa.

3. Menunjukkan relaksasi.

4. Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif.

DP 5 :

Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

NOC: Koping

1. Koping efektif.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 24

Page 25: Askep Ptsd

2. Harga diri positif.

3. Keterampilan interaksi sosial positif.

4. Menyadari masalah atau konflik spesifik yang mempengaruhi interaksi atau hubungan

sosial.

5. Mengekspresikan perasaan harga diri.

6. Menunjukan penurunan kedefensifan.

DP 6 :

Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada

usia dini.

NOC : Koping Keluarga

1. Menyadarkan kebutuhan unit keluarga

2. Menyadari kebutuhan pasien

3. Mulai menunjukan keterampilan interpersonal secara efektif

4. Menunjukan kemampuan untuk menyelesaikan konflik tanpa kekerasan

5. Mengungkapkan perasaan yang tidak terselesaikan

6. Mengidentifikasi gaya koping yang bertentangan

7. Berpartisipasi dalam penyelesaian masalah yang efektif

8. Berpartisipasi dalam perencanaan perawatan

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 25

Page 26: Askep Ptsd

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bencana merupakan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh

faktor alam dan/ atau faktor non- alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis. Bencana menimbulkan trauma psikologis bagi semua orang yang

mengalaminya.

Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadinya trauma akibat

bencana alam. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu keberadaan anak-anak

masih dibawah risiko dan ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya, tingkat

ketergantungan hidup yang masih tinggi terhadap orang dewasa, belum memiliki banyak

pengalaman hidup, kemampuan untuk melindungi diri sendiri masih terbatas, dan mereka

tidak dalam posisi yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri

Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna

untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan

kode etik dalam menangani pasien dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca

bencana alam.

Dan diharapkan kepada pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi

mengenai penyakit dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam

dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.

4.2 Saran

Kita sebagai perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan asuhan

keperawatan anak dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam

dengan efektif, sehingga dalam memberikan pelayanan bisa dilakukan secara optimal.

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 26

Page 27: Askep Ptsd

DAFTAR PUSTAKA

Lubis M. (2012). Perlindungan Anak dalam Situasi Bencana. Maret 2012. www.ccde.or.id.

Efendi,Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam

keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika,2009.

Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses tanggal 5 Mei

2013.

NANDA Internasional. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.

Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

http://littleners.blogspot.com/2012/10/post-trauma-syndrom-disorder-ptsd.html. Diakses

tanggal 5 Mei 2013.

http://oknurse.wordpress.com/2009/10/09/stress-dissorder-post-trauma-bencana/. Diakses

tanggal 5 Mei 2013.

Pratiwi, Anggi. 2010. PTSD (Post Traumatic Stress Disolder). Diakses di www. Scribd.

Com/doc/41221173/askep-PTSD. Pada tanggal 5Mei 2011

Asuhan Keperawatan Anak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pasca

Bencana 27