ASKEP POST OPERASI SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI PLASENTA PREVIA A. Konssep Dasar Puerpurium 1. Definisi Nifas Nifas adalah waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil.( Hellen Farrer , 2000:225 ) Nifas adalah waktu penyembuhan dan perubahan , waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru ( Persis Mary Hamilton , 1995 :281 ) Nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira enam minggu dimana seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil ( Sarwono Prawiro Harjo, 1997 : 237 ) 2. Adaptasi Fisiologi Dan Psikologis Ibu Post Partum a. Adaptasi fisiologis Pada masa pertumbuhan terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu : 1) Tanda-tanda vital Setelah persalinan 24 jam pertama suhu badan bisa meningkat tetapi bila kenaikan tubuhn lebih dari 38 0 C dan berlangsung berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan ada tanda-tanda infeksi. Bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8 jam pertama setelah melahirkan, nadi antara 50–70 kali permenit dianggap normal tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. 2) Uterus Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri + 2 jari di bawah pusat pada hari ke 5
30
Embed
Askep Post Operasi Seksio Sesarea Atas Indikasi Plasenta Previa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASKEP POST OPERASI SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI
PLASENTA PREVIA
A. Konssep Dasar Puerpurium1. Definisi Nifas
Nifas adalah waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada
keadaan tidak hamil.( Hellen Farrer , 2000:225 )
Nifas adalah waktu penyembuhan dan perubahan , waktu kembali pada keadaan
tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru ( Persis Mary
Hamilton , 1995 :281 )Nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira enam minggu dimana seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil ( Sarwono Prawiro Harjo, 1997 : 237 )
2. Adaptasi Fisiologi Dan Psikologis Ibu Post Partum
a. Adaptasi fisiologis
Pada masa pertumbuhan terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1) Tanda-tanda vital
Setelah persalinan 24 jam pertama suhu badan bisa meningkat tetapi bila kenaikan
tubuhn lebih dari 380 C dan berlangsung berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan
ada tanda-tanda infeksi. Bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8 jam pertama
setelah melahirkan, nadi antara 50–70 kali permenit dianggap normal tekanan
darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali.
2) Uterus
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat segera setelah plasenta
lahir tinggi fundus uteri + 2 jari di bawah pusat pada hari ke 5 post partum uterus
kurang lebih 7 cm diatas simpisis pubis, setelah 12 hari uterus tidak teraba lagi,
dan sesudah enam minggu ukurannya sudah kembali seperti semula.
3) LocheaAdalah pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas (Hellen farrer, 2000 : 226 )Jenis lochea terdiri dari 3 menurut karakteristiknya yaitu :
a) Lochea Rubra ( hari ke 1-4 )
Terdiri dari sebagian besar darah, desidua dan robekan trobastik dan bakteri.
b) Lochea Serosa ( hari ke 4-8 )Terdiri dari darah yang sudah tua, serum, lekosit dan jaringan .
c) Lochea Aiba ( hari ke 8-14 )Jumlahnya sedikit berwarna putih atau sampai tidak berwarna .
4) ServiksServiks mengalami involusi bersama–sama uterus. Setelah persalinan, oscium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan . setelah 6 minggu post natal , serviks menutup. Pada klien yang melahirkan pada dengan seksio sesaria tidak terjadi perubahan pada serviks.
5) Vulva dan VaginaDalam beberapa hari pertama sesudah post partum kedua organ tersebut tetap berada dalam keadaan kendur, himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervaginam. Pada klien yang melahirkan dengan secsio sesaria tidak terjadi perubahan tersebut .
6) PeriniumSegera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya terganggu oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada klien yang melahirkan dengan secsio sesarea perubahan tersebut tidak terjadi.
7) PayudaraPayudara mengalami maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi payudara akan menjadi besar, kencang dan mula-mula nyeri tekan reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi
8) Sistem perkemihanFungsi ginjal kembali normal dalam beberapa bulan setelah persalinan dalam 24 jam pertama BAK sulit sehingga kandung kemih penuh dan menekan uterus sehingga mengeras, hal ini menambah ketidak nyamanan pada klien
9) Sistem PencernaanPada klien post secsio sesaria dengan nekrose umum biasanya dipuasakan , fungsi kolon akan mengalami penurunan karena pengaruh anastesi setelah fungsi dan peristaltik usus kembali normal, maka mulailah pemberian minum dan makanan peroral secara bertahap.
10) Sistem KardiovaskulerSetelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar ekstrogen, volume darah kembali pada keadaan tidak hamil, tekanan darah menurun akibat volume darah yang berkurang
11) Sistem IntegumenKloasma kehamilan sering kali hilang akhir kehamilan, mungkin terdapat hiperpigmentasi ariola dan putting susu terutama pada multipara, linea nigra lebih sering terdapat pada multipara .
12) Sistem EndokrinSetelah kelahiran terdapat penurunan kadar estrogen dan progesteron, sehingga tidak mengganggu kerja lakto genik prolaktin, ditambah dengan rangsang isap pada puting susu yang dapat mencetuskan peninggian prolaktin. Neuro hifosis mensekresikan oksitosin sehingga merangsang pengeluaran air susu saat ada isapan bayi.
13) Sistem MuskuloskeletalAdaptasi pada masa ini yaitu terjadi perubahan pusat gravitasi ibu yang disebabkan pembesaran uterus. Stabilisasi sendi secara sempurna terjadi pada 6 sampai 8 minggu setelah persalinan.
b. Adaptasi Psikologis Post Partum
Ada tiga tahap adaptasi psikologis ibu post partum yaitu :
1) Tahap I ketergantungan
Tahap ini terjadi pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan.
2) Tahap 2 ketergantungan–ketidak tergantungan . Tahap kedua mulai pada sekitar hari ketiga setelah melahirkan pada minggu
keempat sampai kelima.3) Tahap 3 saling ketrergantungan Dimulai sekitar minggu ke-5 sampai dengan melahirkan , sistem keluarga telah
menyesuaikan diri dengan anggota keluarga yang baru.
3. Konsep Dasar Seksio Sesaria Dengan Anastesi Umum
a. Konsep dasar seksio sesarea
1) Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah suatun tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan
diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh ( Sarwono
Prawiro Harjo, 1997 : 863 )
2) Indikasi
Indikasi seksio sesarea ada dua yaitu indikasi bagi ibu dan janin
a. Indikasi pada ibu
(1) Panggul sempit
(2) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
(3) Preekslamsi dan Hipertensi
(4) Plasenta prefia lokalis dan leteralis
(5) Dis proporsi cevalo pelvik.
(6) Ruptura uteri.
(7) Distorsia
(8) Partus tidak maju
b. Indikasi janin
(1). Kelainan letak.
(2). Gawat janin.
(3). Janin besar.
3) Komplikasi Seksio Sesaria
Tindakan secsio sesaria dapat menimbulkan komplikasi yaitu :
a) Pada ibu
(1) Infeksi periperal
(2) Perdarahan
(3) Pundus uteri
(4) Luka pada kandung kencing
(5) Embolisme paru-paru
4) Jenis-Jenis Operasi Secsio Sesaria
a) Secsio sesaria ismika
Yaitu dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim.
Kelebihan :
- Penjahitan lebih mudah
- Penutupan luka dengan riferitonealisasi yang baik
- Perdarahan kurang
- Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri sepontan kurang atau
lebih ringan
Kekurangan :
- Luka dapat melebar kekiri dan kekanan serta kebawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uterina putus sehingga terjadi pendarahan yang banyak
- Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi
b) Secsio sesaria ekstra peritoneal
Yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan membuka kavum abdominalis.
Kelebihan :
- Mengeluarkan janin lebih cepat
- Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
- Sayatan bisa diperpanjang atau diatas
Kekurangan :
- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena reperitonial yang baik
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan
b. Anastesi yang digunakan pada secsio sesaria
Anastesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai hilangnya
rasa sakit yang sifatnya sementara
1) Jenis anastesi umum
- Anastesi inhalasi
- Anastesi intravena
- Anastesi rektal
2) Tehnik anastesi
- Metode tetes terbuka
- Metode spora tertutup
- Metoda tertutup
- Intubasi tracheal
3) Komplikasi dan efek samping
- Gangguan pernafasan
- Kerja jantung berhenti
- Turgor distasi : Suatu keadaan keluarnya isi lambung ke faring tanpa adanya
tanda-tanda
- Muntah
- Pendarahan
- Reaksi toksik iskemik
- Sakit kepala dan keluhan neurologi post anastesi
- Komplikasi durameter : Jarum atau kateter anastesi bisa menembus kantong dura
meter atau pembuluhnya.
- Komplikasi pada janin
1) Oksigenasisasi pada janin terganggu
2) Pengaruh obat-obatan yang melewati urin
4) Konsep dasar plasenta previa
a. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abdormal, yaitu pada segmen
bawaan uterus bawaan uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
permukaan jalan lahir ( Sarwono Prawiroharjo, 2002: 365 ).
b. Klasifikasi plasenta previa
Didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu tertentu.
1) Plasenta Previa Totalis
Apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
2) Plasenta Previa Parsialis
Apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3) Plasenta Previa Marginalis.
Apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan
4) Plasenta Letak Rendah
Plasenta yang letaknya abnormal pada sigmen bawah uterus akan tetapi belum
sampai menutupi jalan lahir.
c. Etiologi
1) Vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan yang lampau
2) Sebagian besar pada penderita dengan parietas tinggi
3) Kehamilan kembar
4) Primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun.
d. Tanda dan gejala plasenta previa
1) Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
2) Perdarahan terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa
3) Perdarahan biasanya tidak banyak
4) Darah bewarna merah segar
5) Sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga
e. Penanganan pada plasenta previa
Prinsip dasar penanganan, setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera
dikirim kerumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan tranfusi darah dan
operasi.
1) Penanganan pasif
Penanganan pasif pada beberapa kasus plasenta previa yang janinnya masih
prematur dan perdarahannya tidak berbahaya sehingga tidak diperlukan tindakan
pengakhiran kehamilan segera.
2) Memilih cara persalinan
a) Persalinan pervaginam
Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melangsungkan
persalinan pervaginam, karena (1)bagian terbawah janin akan menekan plasenta
dan bagian plasenta yang berdarah(2) Bagian plasenta yang berdarah itu dapat
bebas mengikutio rengangan segmen-bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta
dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan.
b) Secsio sesaria
Bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian
memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontruksi menghentikan
perdarahannya, dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah
uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam
5) Konsep dasar nifas dengan secsio sesaria
Perawatan nifas selanjutnya bagi ibu harus mencangkup hal-hal berikut :
a. Analgesia
Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntikan intramuskuler 75 mg
mecriain setiap 3 jam sekali bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit
b. Tanda-tanda vital
Perlu dievaluasi setiap 4 jam yaitu tekanan darah, pengeluaran urin, dandarah yang
hilang.
c. Terpi cairan dan diit
Masa nifas akan di tandai dengan cairan yang tertahan selama kehamilan yang
kemudian jumlah menjadi berlebih pada saat persalinan di selesaikan
d. Visika urinaria dan usus
Kateter harus sudah di lepas dari vesika urinaria setelah 0012 jam post operasi atau
pada esok paginya setelah operasi
e. Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawat dapat
bangun dari tempat tidur sekurang-kurangnya dua kali
f. Perawatan luka
Secara normal jahitan di angkat pada hari ke empat
g. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat di berikan pada hari ke dua post partum
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Posture
Lengan, kaki dalam fleksi yang cukup
2. Tanda-tanda vital
Pols dapat dilihat dari midclavikula kiri antara intra kostal ke lima, pols apikal
intra kostal ke empat jaraknya 140 kali permenit. Temperatur axiler 370 C,
temperatur stabil usia 8-10 jam setelah melahirkan, respirasi rate 40 kali permenit
3. Warna kulit
Bayi harus berwarna merah muda
4. Antopometri
- Berat badan
Perempuan berat normalnya : 3400 gram, sedangkan laki-laki : 3500 gram
- Panjang
Normalnya 50 cm
- Lingkar kepala
Ukurannya 2 cm kurang dari lingkar dada, jika prematur ukurannya kurang dari 30
cm
- Lingkar abdomen
Abdomen membesar setelah makan di sebabkan karena otot abdoman longgar
ukuran sama dengan lingkar dada
5. Kepala
Pada saat palpasi kulit kepala perlu di lihat integumentum chepalhematom yang
terbentuk keras disebabkan karena trauma lahir. Saat di palpasi seluruh saluraan
telah bersatu
6. Genetalia
Vagina orivisium terbuka dan keluar mukoid, pada laki-laki meatus di ujung penis,
preposium menutupi gians penis, testis pada saat di palpasi turun
7. Anus
Pada saat inspeksi dan palpasi terdapat satu lubang dengan satu splinter yang baik.
Mengandung mekonium dalam 24 jam setelah lahir
8. Refleks
- Refleks moro
Merupakan tanda adanya koordinasi neuro mokuler tidak ada refleks ini
menunjukan serebral
- Refleks menggenggam
Berlangsung pada usia 3 - 4 bulan menurun sampai dengan usia 8 bulan dan masih
dapat di lihat sampai dengan usia 1 tahun
- Refleks menghisap dan rooting
Refleks rooting berkaitan dengan menghisap
- Refleks babinsky
Terjadi ketika bagian rateral di goreskan dari mulai ke atas sampai dengan
menyilang ke bawah
C. Konsep Dasar Keperawatan1. Pengkajian
Tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan berbagai data untuk mengevaluasi dan meng identifikasi status
kesehatan klien
a. Pengumpulan data
Data di kumpulkan melalui wawancaran tentang riwayat kesehatan, pengkajian
fisik, pemeriksaan laboratorium. Selain dari klien data juga dapat di peroleh dari
keluarga, orang terdekat pada saat itu, dari masyarakat, atau pun dari perawat
ruangan. Data dasar dapat diperoleh dari klien post operasi seksio sesarea dengan
anastesi umum
1) Tinjau uang catatan pranatal dan intra operatif serta indikasi kelahiran sesarea
2) Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
3) Menunjukan labilitas emosional dari kegembiraan, kekuatan, marah dan menarik
diri
4) Eliminasi
Kateter urinalisis terpasang : urine jernih pucat, bising usus tidak ada samar atau
jelas
5) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
6) Neuro sensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia, spiral, epidural
7) Klien mengeluh nyeri dan tidak nyaman
8) Bunyi paru jelas dan vasikuler
9) Balutan abdomen tampak sedikit noda, kering, utuh
10) Pemeriksaan diagnostik
b. Analisa data
Analisa data pada klien post operasi secsio sesarea menggunakan dasar – dasar
anatomi fisiologi sistem reproduksi. Patofisiologi dari indikasi dilakukannya secsio
sesaria dengan anestesi umum. Data dasar dari post operasi secsio sesaria diteliti
kembali. Kelompokan berdasarkan kebutuhan psikososial, spirutual, dibandingkan
dengan standar dan dibuat kesimpulan dari kesenjangan tersebut sehingga dapat
disimpulkan masalah yang muncul.
c. Prioritas masalah
Masalah yang telah ditemukan dari hasil penganalisaan tersebut diperioritaskan
menurut Hierarki maslow, sehingga dapat ditentukan masalah mana yang harus
diatasi terlebih dahulu berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh melalui
pengkajian .
a. Komponen diagnosa keperawatan
1) Problem ( masalah )
Keadaan pasien, kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
harusnya terjadi.
2) Etiologi
Keadaan ini menunjukan penyebab dari masalah kesehatan.
3) Sigh / symtom
Ciri, tanda dan gejala diperluka untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien secsio sesarea menurut Susan martin tucker.
1) Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
2) Kerusakan perpusi jaringan kardio pulmoner dan perifer berhubungan dengan
interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
3) Potensial terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan konstipasi
berhubungan dengan manipulasi atau trauma sekunder terhadap secsio sesarea.
4) Potensial infeksi berhubungan prosedur pembedahan
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan melahirkan pasca sesarea
6) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur dan perawatan sebelum melahirkan
3. Rencana asuhan keperawatan
Langkah-langkah dalam membuat rencana asuhan keperawatan antara lain:
a. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri diminimalkan dan terkontrol
2) Klien mengungkapkan bahwa dia nyaman
Intervensi:
1) Antisipasi nyeri dengan metode tambahan penghilang nyeri
Rasional : Merileksasikan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri serta
meningkatkan kenyamanan.
2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penghilang nyeri dan evaluasi
efeksitasnya.
Rasional : Analgesik dapat meningkatkan kenyamanan dan memperbaiki status
psikologis dan menghilangkan nyeri.
3) Berikan tindakan kenyamanan klien seperti perubahan posisi atau menyokong
dengan bantal
Rasional : merelaksasikan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri
meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distrasi yang tidak menyanangkan
b. Kerusakan perfusi jaringan kardio pulmoner dan perifer berhubungan dengan
interupsi aliran sekunder sekunder terhadap imobilitas paska operatif
Kriteria hasil : Mempertahankan kontrol pola pernapasaan
Intervensi :
1) Kaji status pernapasan dan tanda- tanda vital
Rasional : Pada banyak pasien nyeri dapat meningkatkan tekanan darah.
2) Dokumentasikan dan laporkan terhadap peningkatan frekuensi pernapasan, batuk
non produktif, ronchi, dan rales.
Rasional : Ronchi menandakan tertahannya sekresi dan bunya napas berkurang
selama 24 jam pembedahan
3) Perhatikan gejala trombosis vena, nyeri betis, bengkak dan hommansign
Rasionalnya : Trombosit vena akan meningkatkan aliran balik vena dan
terbentuknya trombus, hommonsign merupakan tanda dari plebitis
c. Potensial terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan konstipasi
berhubungan dengan manipulasi atau trauma sekunder terhadap seksio sesarea
Kriteria hasil :
1) Mendapatkan pola berkemih biasa setelah pengangkatan kateter
2) Motilitas usus kembali ( bising usus aktif, platus )
3) Pola eliminasi normal kembali dalam 9 hari post partum
Itervensi :
1) Ajurkan berkemih setiap 4-6 bila mungkin, yang penuh mengganggu mobilitas
dan involusio uterus dan meningkatkan aliran lochea, distensi yang berlebihan
akan mengakibatkan atonia uteri
Rasional : Kandungkemih yang npenuh mengganggu mobilitas dan invousio uterus
dan meningkatkan aliran lochea, distensai yang berlebihan akan mengakibatkan
atonia uteri
2) Palpasi abdomen bawah klien mengaluh distensi kandung kemih
Rasional : Pada periode pertama paska partum aliran plasma ginjal tetap tinggi
10) Titer B-HCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari kemudian menurun seperti awal
kehamilan bahkan dapat sampai tidak terdeteksi
11) Perasaan mual dan muntah berulang, morning sickness
12) Perubahan payudara
13) Poliuria
(www.wordpress.com)
3. Etiologi
Adapun etiologi pada plasenta previa yaitu sebagai berikut:
a. Belum diketahui pasti
b. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grade multipara
c. Primigravida tua
d. Bekas seksio sesarea
e. Bekas aborsi
f. Kelainan janin
g. Leiomioma uteri
(Mansjoer, 2001)
4. Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan telah melebar serta menipis. Umumnya
terjadi pada trisemester ketiga kerena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robwkan sinus
marginal dari palsenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan kerena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
Patoflow DiagramPlasenta previaPerdarahan jalan lahir dari orivisium uteri eksternumBagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggulPersalinan macetpersalinanTertutupnya jalan lahirSeksio sesareaResiko tinggi infeksiKondisi pasca pembedahanInsisi bedahNyeri luka operasiKalainan letak janinTertutupnya jalan lahirTidak mengerti proses penyakitGangguan pemenuhan ADLAktivitas terbatasNyeri bila bergerak