Top Banner
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolisme. Sistem perkemihan merupakan suatu sistem terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat- zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem ini termasuk salah satu dari sistem utama yang penting untuk mempertahankan homeostatis (Sloane, 2003). Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi, tumor
63

askep pielonefritis

Oct 20, 2015

Download

Documents

Ria Difikarayen

ria rohma
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: askep pielonefritis

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada

pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan

internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus

menerus zat-zat sisa metabolisme.

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem terjdinya proses penyaringan

darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh

dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak

dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air

kemih). Sistem ini termasuk salah satu dari sistem utama yang penting untuk

mempertahankan homeostatis (Sloane, 2003).

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan

jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002:

1436). Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup

uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke

dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal

terhadap infeksi, tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna,

dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat terjadi

secara akut maupun kronis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa

rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa pengertian pielonefritis?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi pielonefritis?

1.2.3 Apa etiologi pielonefritis?

1.2.4 Apa tanda dan gejala pielonefritis?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi pielonefritis?

1.2.6 Apa komplikasi dan prognosis pielonefritis?

Page 2: askep pielonefritis

2

1.2.7 Bagaimana pengobatan pielonefritis?

1.2.8 Bagaimana pencegahan pielonefritis?

1.2.9 Bagaimana pathway pielonefritis?

1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pielonefritis.

1.3 Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan tujuan

penulisan dari makalah ini, di antaranya:

1.3.1 untuk mengetahui pengertian pielonefritis;

1.3.2 untuk mengetahui epidemiologi pielonefritis;

1.3.3 untuk mengetahui etiologi pielonefritis;

1.3.4 untuk mengetahui tanda dan gejala pielonefritis;

1.3.5 untuk mengetahui patofisiologi pielonefritis;

1.3.6 untuk mengetahui komplikasi dan prognosis pielonefritis;

1.3.7 untuk mengetahui pengobatan pielonefritis;

1.3.8 untuk mengetahui pencegahan pielonefritis;

1.3.9 untuk mengetahui pathway pielonefritis;

1.3.10 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pielonefritis.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 sebagai tambahan perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan

referensi dalam pembelajaran mahasiswa jurusan keperawatan;

1.4.2 dengan mengetahui segala hal yang berkaitan dengan penyakit

pielonefritis maka kita dapat memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien pielonefritis dengan baik.

Page 3: askep pielonefritis

3

1.4.3 Implikasi Keperawatan

Pasien dengan diagnosa medis pielonefritis mengalami suatu kejadian

yang tidak diharapkan. Sebagai perawat kita perlu memberikan dorongan serta

dukungan pada pasien saat dilakukannya pemeriksaan fisik baik secara psikis atau

yang lainnya, hal tersebut digunakan untuk meneliti beberapa kemungkinan yang

terjadi pada pasien sehingga sebagai perawat seyogyanya kita ha r us

menjelaskan kepada pasien beserta anggota keluarganya mengenai perawatan

tindak lanjut dan berbagai tindakan darurat yang harus dilakukan kepada pasien

tersebut.

Page 4: askep pielonefritis

4

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal (pelvis renalis),

tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner

&Suddarth, 2002: 1436 dalam Indra, 2011). Pielonefritis merupakan suatu infeksi

dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J.

C. E. Underwood, 2002:668 dalam Indra, 2011).

Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang

disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal

yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini

dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal). Dan

meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, namun bakteri jarang

mencapai ginjal melalui darah. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks

uretero vesikal, dimana katup uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan

urin mengalir baik(refluks) ke dalam ureter (Indra, 2011).

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang

sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama

1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka

dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis

(Tambayong. 2000).

a. Pyelonefritis akut

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang

karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. Dimana 20% dari infeksi yang

berulang terjadi dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran

kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal.

Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam

urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.

Page 5: askep pielonefritis

5

Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada

akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi (Indra, 2011).

Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering

ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Infeksi

ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian

bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya

terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai

kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah

pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita

kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena

infeksi ginjal dan saluran kemih (Indra, 2011).

 b. Pielonefritis kronis

Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga

karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis

kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang

berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure

(gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,

berkontraksi dan tidak  berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis

dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah

infeksi yang gawat.

Gambar 1. ginjal normal dan ginjal dengan pielonefritis kronis

Page 6: askep pielonefritis

6

2.2 Epidemiologi

Pielonefritis adalah penyakit yang sangat umum, dengan 12-13 kasus per

tahun per 10.000 penduduk pada wanita dan 3-4 kasus per 10.000 pada pria. Dan

wanita muda paling mungkin menderita penyakit ini, karena adanya aktivitas

seksual. Bayi dan orang tua juga berisiko tinggi, karena adanya perubahan

anatomi dan status hormonal. Pielonefritis kronis 2 kali lebih sering terjadi pada

wanita dibandingkan pada pria. Dan pielonefritis kronis terjadi lebih sering pada

bayi dan anak-anak muda dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan orang

dewasa (Indra, 2011).

2.3 Etiologi

Penyebab radang pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman (bakteri)

yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke kandung kemih kemudian

ke pelvis ginjal. Dimana pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini

biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme

dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.

Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau

pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam

ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga

bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

berikut ini beberapa bakteri penyebab pielonefritis diantaranya yaitu:

a. Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)

merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab

dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.

b. Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa merupakan patogen pada

manusia dan merupakan penyebab infeksi pada saluran kemih.

c. Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yang umumnya

menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi

saluran kemih

Page 7: askep pielonefritis

7

d. Species proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna,menjadi

patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.

e. Enterococus mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami saluran

cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih

f. Lactobacillus adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan vagina,

dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih.

Apabila ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut

harus dipertimbangkan terkontaminasi. Dimana hampir semua gambaran klinis

disebabkan oleh endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen disaluran

perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam sampel biakan urine.

Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan kontaminan. 

  Penyebab lain selain yang telah disebutkan diatas yaitu obstruksi traktus

urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi, tumor kandung

kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius. Selain itu

kehamilan, kencing manis dan keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya

sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.

2.4 Tanda dan gejala

Gejala pada klien dengan pielonefritis biasanya timbul secara tiba-tiba

berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah.

Selain itu, beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian

bawah biasanya sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.

Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut

berkontraksi kuat. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri

hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya

iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.

Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit

untuk dikenali. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat

samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.

Page 8: askep pielonefritis

8

Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan

utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik

air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil). Pielonefritis

kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya (gagal ginjal). Berikut tanda dan gejala Pielonefritis akut

dan Pielonefritis kronis.

a. Pielonefritis akut

Pielonefritis akut ditandai dengan:

1. Adanya pembengkakan ginjal atau pelebaran penumpang ginjal.

2. Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,

nausea, nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya

kelemahan fisik.

3. Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya tenderness.

4. Klien biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.

5. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan

bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.

b. Pyelonefritis kronik

Pyelonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Sehingga

kedua ginjal perlahan-lahan mejadi rusak. Dimana tanda dan gejalanya sebagai

berikut:

1. Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak

mempunyai gejala yang sfesifik.

2. Adanya keletihan.

3. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat badan menurun.

4. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,

proteinuria, pyuria, dan kepekatan urin menurun.

Page 9: askep pielonefritis

9

5. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami

gagal ginjal.

6. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.

7. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada

jaringan.

8. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hypertensi.

2.5 Patofisiologi

Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,

Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal

berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra),

merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagianatas yang

menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian

menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi

bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan

bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau

obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu

atau tumor.

Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari

banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme penyebab.

Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari

uretra. Beberapa faktor predisposisi pielonefritis adalah obstruksi urin, kelainan

struktur, urolitiasis, benda asing, refluks. Bakteri uropatogenik yang melekat pada

pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter,

dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel

uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Hanson, 1999 dalam

Kusnawar, 2001).

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang

berfungsi sebagai anti bakteri. Rusaknya lapisan ini akibat dari mekanisme invasi

Page 10: askep pielonefritis

10

bakteri seperti pelepasan toksin dapat menyebabkan bakteri dapat melekat,

membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan

selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter

dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila ada

refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesika urinaria yang

terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria,

akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali

(frequency), dan sakit waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi

edema, meradang dan perdarahan (hematuria). Infeksi ginjal dapat terjadi melalui

collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi

maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis

akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat

membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial,

akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu.

Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat

mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal

(renal scarring) (Hanson, 1999 dalam Kusnawar, 2001).

Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang

tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan

pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis

dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis

akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecilserta atrophic.

Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

2.6 Komplikasi

Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut:

1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada

area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama

pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

Page 11: askep pielonefritis

11

2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yangdekat

sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dansistem kaliks

mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami pereganganakibat adanya pus.

3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluaske

dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir

(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan

parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai

organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pielografi antegrad dan retrograde

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive

dan mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu

dilakukan pada refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih

berulang untuk mencari factor predisposisi infeksi saluran kemih.

b. CT-scan

Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada

parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal. Pemeriksaan ini dapat

membantu untuk menunjukkan adanya infeksi pada penyakit ginjal.

c. DMSA scanning

Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat

dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc)

dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan

untuk anak – anak dengan infeksi saluran kemih akut dan biasanya

ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali

lebih sensitif untuk deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.

Page 12: askep pielonefritis

12

d. Pielografi intravena (PIV)

Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi

system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode

infeksi saluran kemih yang pertama dialami).

2.8 Pengobatan

Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh

tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh

kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti

penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urinmisalnya oleh batu,

tumor dan sebagainya. Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi

saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.

I. Antibiotika Oral

a. Sulfonamida

Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali.

Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat

resistensinya.

b. Penicillin

Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas,

termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin

1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam.

Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping.

Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk

mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan

interval pemberiannya tiap 8 jam.

c. Cephaloporin

Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan

antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain

Page 13: askep pielonefritis

13

itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus

resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.

d. Quinolon

Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk

mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan

Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa.

Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk

ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis

ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

e. Nitrofurantoin

Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien

infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya

resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang.

II. Antibiotika Parenteral.

a. Amynoglycosida

Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi

gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar

terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi

sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang

multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval

pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap

8 jam.

b. Penicillin

Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati

infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering

digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan

amynoglycosida harus dihindari.

Page 14: askep pielonefritis

14

c. Imipenem/silastatin

Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram

positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang

disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi banyak

dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-500

mg ddengan interval pemberian tiap 6-8 jam.

2.9 Pencegahan

Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yangharus

dilakukan:

a. Minum banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongankandung

kemih serta kontaminasi urin.

b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal

c. Banyak istirahat di tempat tidur.

d. Terapi antibiotika.

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak

pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara

membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa

membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal

tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar

agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu pemasangan

kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.

Page 15: askep pielonefritis

15

Page 16: askep pielonefritis

16

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN PYELONEFRITIS

4.1 Pengkajian

Ruangan :

Tgl. / Jam MRS :

Dx. Medis :

No. Reg. :

TGL/Jam Pengkajian :

I. Biodata

A. Identitas Klien

1. Nama/Nama panggilan :untuk membangun hubungan saling percaya

sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan

keperawatan

2. Tempat tgl lahir/usia :untuk membantu melakukan pengukuran dosis

dalam pemberian medikasi atau pengobatan.

3. Jenis kelamin :wanita (karna uretra pada wanita lebih pendek

daripada laki-laki)

4. Agama :untuk mengkaji status spiritual sehingga kebutuhan

baik fisik, psikis dan spiritual dapat dipenuhi

5. Pendidikan :tingkat pendidikan berpengaruh terhadap personal

hygiene dan tindakan pencegahan terhadap

pielonefritis oleh penderita.

6. Alamat :untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal

yang mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya

7. Tgl masuk :untuk melihat bagaimana perkembangan status

kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau

buruk selama dilakukan perawatan.

Data disamping tujuannya yaitu untuk mempermudah dalam melakukan pengenalan dan pendataan terkait pelayanan yang nantinya akan diberikan kepada pasien.

Page 17: askep pielonefritis

17

8. Tgl pengkajian :untuk memastikan perkembangan status kesehatan

pada saat itu.

9. Diagnosa medik :untuk mengetahui penyakit apa yang diderita oleh

pasien

10. Rencana terapi :Pemberian obat untuk mengurangi demam dan

nyeri dan pemberian obat-obat anti mikrobial seperti

trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-

SMZ,Septra), gentamycin dengan atau tanpa

ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro)

selama 14 hari.

B. Identitas Orang tua

1. Ayah

a. N a m a :untuk membina hubungan saling percaya sehingga saat

mendekati anak dapat lebih mudah.

b. U s i a :

c. Pendidikan :untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua

akan penyakit yang menimpa anaknya.

d. Pekerjaan/sumber penghasilan :

e. A g a m a :mengkaji aspek spiritual yang mungkin anaknya

sebelumnya pernah dibawa ke pengobatan alternatif.

f. Alamat :untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang

mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya.

Page 18: askep pielonefritis

18

2. Ibu

a. N a m a :

b. U s i a :

c. Pendidikan :

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:

e. Agama :

f. Alamat :

C. Identitas Saudara Kandung

NoN A M A

U S I A HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

Identitas saudara kandung sangat diperlukan karena saudara kandung

merupakan salah satu orang yang mungkin dekat dengan pasien. Status

kesehatan dari saudara kandung diperlukan untuk mengetahui keterkaitan

penyakit pielonefritis pada klien, seperti klien terinfeksi Escherichia coli

atau bakteri lain dari saudara kandungnya.

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Keluhan Utama :

berdasarkan dari tinjauan teori bahwasannya keluahan utama yang

umumnya muncul pada anak dengan pielonefritis yaitu demam tinggi dan

menggigil, mual-muntah, lemah, rewel dan terkadang anak yang sudah

Sama dengan kondisi dan penjelasan pada ayah.

Page 19: askep pielonefritis

19

bisa mengungkapkan sesuatu, mengeluh sakit (nyeri) di daerah perut dan

pinggang, sering berkemih dan nyeri saat berkemih.

Riwayat Keluhan Utama :

Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit

sekarang, yakni: (1) kronologi atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau

deskripsi keluhan utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha

berobat. Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali

pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu

ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung

menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai

akhirnya datang mencari pertologan medis.

Keluhan Pada Saat Pengkajian :

Keluhan yang umum akan keluar saat pengkajian yaitu demam

yang tinggi, menggigil, nyeri di pada pinggang, nausea, sakit kepala, nyeri

otot, dan adanya kelemahan fisik. Pada perkusi di daerah CVA ditandai

dengan adanya tenderness.

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)

1. Prenatal care

Merupakan keadaan anak atau bayi saat masih dalam kandungan.

Penyakit pielonefritis ini bermula dari infeksi bakteri Escherichia coli,

Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa. Meskipun kebanyakan

penyakit ini menyerang anak-anak, tidak menutup kemungkinan calon ibu

sudah mengalami infeksi Escherichia coli sehingga menyebabkan bayi

premature.

2. Natal

Page 20: askep pielonefritis

20

a. Tempat melahirkan : bayi bisa terinfeksi oleh bakteri Escherichia

coli di rumah misalnya saja melahirkan di dukun bayi yang

personal higienenya kurang sehingga bayi dapat terinfeksi

dikarenakan tingkat sistem kekebalan tubuh bayi masih rendah.

b. Jenis persalinan : …………………………………………….

c. Penolong persalinan : bukan petugas medis (dukun bayi) sehingga

alat yang digunakan untuk membantu persalinan tidak terjamin

kesterilannya.

d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah

melahirkan : diduga ibu bayi mempunyai riwayat pielonefritis

sehingga Escherichia coli yang merupakan flora normal di vagina

dan rektum akan menginfeksi bayi dengan cara bakteri dari vagina

naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah.

3. Post natal

a. Kondisi bayi : prematur karena infeksi bakteri menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat (Kusnawara, 2001).

APGAR…………………

b. Anak pada saat lahir tidak mengalami………………………………

(Untuk semua Usia)

o Klien pernah mengalami penyakit :

………………………………

o pada umur :

o diberikan obat oleh : …………………………………….

o Riwayat kecelakaan :

…………………………………………………

Page 21: askep pielonefritis

21

o Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran

dokter dan menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya :

………………

o Perkembangan anak dibanding saudara-

saudaranya : ............................

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

¤ Genogragram

Ket : genogram digunakan untuk melihat apakah keluarga memiliki riwayat penyakit serupa atau tidak.

III.Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

NO Jenis immunisasiWaktu

pemberianFrekuensi

Reaksi setelah

pemberianFrekuensi

1. BCG

2. DPT (I,II,III)

3. Polio (I,II,III,IV)

4. Campak

5. Hepatitis

Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga

apabila seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka anak

tersebut dapat beresiko tinggi terserang bakteri-bakteri patogen yang dapat

memicu terjadinya penyakit pielonefritis.

IV. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan: pada anak mengalami penurunan BB akibat nafsu makan

menurun yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung sehingga

terjadi mual-muntah.

Page 22: askep pielonefritis

22

2. Tinggi badan: pada anak mengalami peningkatan

B. Waktu tumbuh gigi ,

C. Perkembangan Tiap tahap

V. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI

Pemberian ASI pada setiap anak yang baru dilahirkan dapat membantu

untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dari serangan bakteri maupun

virus. Asi eksklusif selama 6 bulan dapat mempengaruhi status nutrisi anak,

karena dalam asi juga terkandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak untuk

perkembangan yang sehat dan memberikan antibody terhadap penyakit.

B. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian :

2. Jumlah pemberian :

3. Cara pemberian :

Pemberian susu formula memang dapat memberikan nutrisi pada anak,

tetapi tidak dapat menandingi besarnya nutrisi yang di dapat dari ASI.

Sehingga perlu ditanyakan pula apakah anak telah mendapatkan ASI ekslusif

atau hanya diberikan susu formula saja

VI. Riwayat Psikososial

o Anak tinggal bersama : ................................................

di : .................................

o Lingkungan berada di : ................................................

o Rumah dekat dengan : ................................................,

o tempat bermain ...............

o kamar klien :...........................................

o Rumah ada tangga : .................................................

o Hubungan antar anggota keluarga : ...............................................

Page 23: askep pielonefritis

23

o Pengasuh anak

Riwayat psikososial pada anak-anak dengan pielonefritis perlu menjadi

perhatian, misalnya saja peran keluarga atau pola asuh dalam keluarga juga dapat

mempengaruhi perkembangan kesehatan anak, sehingga keluarga seharusnya

menjadi support system dalam proses pengobatan anak. Anak yang tidak dibesuk

oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan perawatan yang baru serta

kondisi kritis akan menyebabkan anak banyak diam atau rewel.

VII. Riwayat Spiritual

¤ Support sistem dalam keluarga :

¤ Kegiatan keagamaan :

Spiritual yang baik dapat meningkatkan keyakinan keluarga terhadap

kesembuhan anak, hubungan yang baik dan saling mengasihi antar anggota

keluarga juga menjadi dukungan yang baik bagi kesembuhan anak.

VIII. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

- Ibu membawa anaknya ke RS karena :

- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :

- Perasaan orang tua saat ini :

- Orang tua selalu berkunjung ke RS :

- Yang akan tinggal dengan anak :

Pengalaman keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi berpengaruh terhadap

perasaan cemas pada anak dan keluarga. Biasanya orang yang tidak pernah

menjalani hospitalisasi cenderung lebih cemas dibandingkan yang tidak pernah.

Anak paling dekat dengan keluarga atau orang tua, sehingga mimiliki ikatan batin

Page 24: askep pielonefritis

24

yang kuat. Sehingga perasaan orang tua yang cemas juga berdampak pada

ketenangan anak saat proses pengobatan di rumah sakit.

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

IX. Aktivitas sehari-hari

A. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan Normal Adanya mual, muntah dan

anoreksia menyebabkan intake

nutrisi yang tidak adekuat. BB

mengalami penurunan

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman

2. Frekuensi minum

3. Kebutuhan cairan

4. Cara pemenuhan

Normal

C. Eliminasi (BAB&BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Tempat

pembuangan

2. Frekuensi (waktu)

3. Konsistensi

4. Kesulitan

5. Obat pencahar

Normal Eliminasi alvi tidak ada gangguan.

Namun pada eliminasi uri terdapat

gangguan, dimana penderita

cenderung lebih sering melakukan

proses mixi dan merasakan

kesakitan yag sangat hebab saat

akan mengeluarkan urin.

Page 25: askep pielonefritis

25

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur

- Siang

- Malam

2. Pola tidur

3. Kebiasaan

sebelum tidur

4. Kesulitan tidur

Normal Mengalami

perubahan pola tidur

dikarenakan terjadi

peningkatan suhu dan

adanya nyeri akut

E. Olah Raga

Pada anak yang menderita pielonefritis mengalami kelemahan akibat

penurunan kontraktilitas otot

F. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi- Cara

- Frekuensi

- Alat mandi

2. Cuci rambut- Frekuensi

- Cara

3. Gunting kuku- Frekuensi

- Cara

4. Gosok gigi- Frekuensi

- Cara

Pada saat sebelum sakit

kemungkinan personal

hygine kurang

terpenuhi dengan baik

sehingga terdapat

bakteri dalam tubuh

Ketika sakit sebaiknya

kebersihan anak perlu

dijaga dengan baik

utamanya pada organ

intim supaya tidak ada

lagi bakteri yang

mempengaruhi

kesehatannya

Page 26: askep pielonefritis

26

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan sehari-hari

2. Pengaturan jadwal

harian

3. Penggunaan alat

Bantu aktifitas

4. Kesulitan pergerakan

tubuh

Sebelum sakit anak

dapat melakukan

aktifitasnya sehari-hari

tanpa adanya kesulitan

dalam pergerakan

tubuhnya.

Pada klien dengan

kelemahan akibat

penurunan

kontraktilitas otot.

X. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah 2. Kesadaran : Composmetis3. Tanda – tanda vital :

a. Tekanan darah : biasanya akan mengalami hypertensib. Denyut nadi : meningkatc. Suhu : suhu tubuh meningkat di atas 37,5o C

d. Pernapasan : frekuensi pernapasan meningkat di atau 24x/menit

4. Berat Badan : mengalami penurunan atau kurang dari normal (bayi baru lahir 3,25 Kg, usia 12 bulan 10,5 Kg)

5. Tinggi Badan : tidak mengalami kelainan

6. KepalaInspeksi

Keadaan rambut & Hygiene kepala :

a. Warna rambut : hitamb. Penyebaran : penyebaran rambut meratac. Mudah rontok : tidak mudah rontokd. Kebersihan rambut :bersih/tergantung personal

hygine yang di lakukan

Palpasi: tidak ditemukan kelainan

Page 27: askep pielonefritis

27

7. MukaInspeksi

a. Simetris / tidak : simetris b. Bentuk wajah : normalc. Gerakan abnormal : tidak adad. Ekspresi wajah : meringis kesakitanPalpasi

Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan

Data lain :

8. MataInspeksi

a. Pelpebra : tidak ada edema b. Sclera : tidak ikterus (putih)c. Conjungtiva : Anemis d. Pupil : - Isokor

- Myosis / midriasis

- Refleks pupil terhadap cahaya : ada (+)

e. Posisi mata : Simetrisf. Gerakan bola mata : normalg. Penutupan kelopak mata : normalh. Keadaan bulu mata : normali. Keadaan visus : normalj. Penglihatan : normal

Palpasi

Tekanan bola mata : Tidak ada

Data lain : -

9. Hidung & SinusInspeksi

a. Posisi hidung : simetris b. Bentuk hidung : simetrisc. Keadaan septum : normald. Secret / cairan : terdapat cairan, jika anak mengalami infeksi

saluran napas akibat Klebsiella enterobacterData lain : -

Page 28: askep pielonefritis

28

10. TelingaInspeksi

a. Posisi telinga : normalb. Ukuran / bentuk telinga : normalc. Aurikel : normald. Lubang telinga : Bersih / serumen, tergantung dari personal hygiene

anake. Pemakaian alat bantu : -

Palpasi

Nyeri tekan / tidak : terdapat nyeri tekan pada area CVA

11. MulutInspeksi

a. Gigi- Keadaan gigi : meliputi kebersihan gigi, warna gigi

yang tergantung dari personal hygiene anak- Karang gigi / karies : ada tidaknya karies, tergantung dari

personal hygiene anak- Pemakaian gigi palsu : -

b. GusiMerah / radang / tidak : tidak terjadi peradangan

c. LidahKotor / tidak : tergantung dari kebersihan diri pasien

d. Bibir- Cianosis / pucat / tidak : pucat- Basah / kering / pecah : kering, kemungkinan diakibatkan

oleh adanya hipertermi dan polyuria yang tidak diimbangi oleh asupan cairan.

- Mulut berbau / tidak : -- Kemampuan bicara : -

Data lain : -

12. Tenggorokana. Warna mukosa :merahb. Nyeri tekan : tidak adac. Nyeri menelan : tidak ada

Page 29: askep pielonefritis

29

13. LeherInspeksi

Kelenjar thyroid : normal/ tidak terjadi pembesaran

Palpasi

a. Kelenjar thyroid : Teraba b. Kaku kuduk / tidak : -c. Kelenjar limfe : Data lain :

14. Thorax dan pernapasana. Bentuk dada :simetrisb. Irama pernafasan : teraturc. Pengembangan di waktu bernapas : simetris/ mengembang

sempurnad. Tipe pernapasan : normalData lain : -

Palpasi

a. Vokal fremitus : simetris bilateralb. Massa / nyeri : tidak adaAuskultasi

a. Suara nafas :Vesikuler b. Suara tambahan : tidak ada

15. JantungPalpasi

Ictus cordis : tidak ada

Perkusi

Pembesaran jantung : tidak ada, suara jantung redup

Auskultasi

a. BJ I : normalb. BJ II : normalc. BJ III : -d. Bunyi jantung tambahan : tidak adaData lain : -

Page 30: askep pielonefritis

30

16. AbdomenInspeksi

a. Membuncit : tidak membuncitb. Ada luka / tidak : tidak terdapat luka

Palpasi

a. Hepar : tidak terabab. Lien : tidak terabac. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi

Peristaltik : normal 5-35x/menit

Perkusi

a. Tympani : tympani pada seluruh area abdomenb. Redup : -Data lain : -

17. Genitalia dan Anus : Periksa kebersihan dari genitalia dan anus, adakah luka ataupun cairan yang keluar dari genitalia

18. Ekstremitas

Ekstremitas atas

a. Motorik- Pergerakan kanan / kiri : pergerakan tangan lemah

dikarenakan metabolisme yang tidak optimal menyebabkan otot tidak dapat melakukan fungsinya.

- Pergerakan abnormal : tidak ada- Kekuatan otot kanan / kiri : normal- Tonus otot kanan / kiri : normal- Koordinasi gerak : normal

b. Refleks- Biceps kanan / kiri : normal- Triceps kanan / kiri : normal

c. Sensori- Nyeri : lebih sensitif atau terjadi

iritabilitas terhadap rangsang nyeri- Rangsang suhu : normal- Rasa raba : normal

19. Status Neurologi.

Page 31: askep pielonefritis

31

Saraf – saraf cranial

a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : normalb. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normalc. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)

- Konstriksi pupil : normal- Gerakan kelopak mata : simetris bilateral- Pergerakan bola mata : simetris/normal- Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal

d. Nervus V (Trigeminus)- Sensibilitas / sensori : lebih sensitif terhadap

rangsang nyeri- Refleks dagu : positif- Refleks cornea : positif

e. Nervus VII (Facialis)- Gerakan mimik : normal- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal

f. Nervus VIII (Acusticus)Fungsi pendengaran : normal

g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)- Refleks menelan : normal- Refleks muntah : normal- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal- Suara : normal

h. Nervus XI (Assesorius)- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : dapat dilakukan/

normal- Mengangkat bahu : dapat dilakukan/ normal-

i. Nervus XII (Hypoglossus)- Deviasi lidah : normal

Tanda – tanda perangsangan selaput otak

a. Kaku kuduk : tidak ada kelainanb. Kernig Sign : negatifc. Refleks Brudzinski : negatifd. Refleks Lasegu : negatifData lain

pemeriksaan reflek : -

Page 32: askep pielonefritis

32

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )

Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar

Pada motorik kasar, umumnya anak dengan pielonefritis akan

mengalami kelemahan, sehingga aspek dari motorik kasar mungkin

akan terlambat untuk dilalui (delayed) atau mungkin tidak dapat dilalui

(failed) jika telah masuk ke tahap kronis.

2. Motorik halus

3. Bahasa

4. Personal social

XII. Test Diagnostik

A. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah dijumpai kadar ureum dan kreatinin meningkat.

Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan leukosit. Pada pemeriksaan imunologi

didapatkan bakteri uri yang diselubungi antibodi (Kusnawara, 2001).

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

o Ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam

o Amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam

o Ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam

o Ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam

Pada umumnya tidak mengalami kemunduran yang berarti dalam ketercapaian dari masing-masing aspek di samping.

Page 33: askep pielonefritis

33

4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan infeksi pada sistem

urinaria yang ditandai dengan anak rewel, mengeluh nyeri pada bagian

pinggang, suhu tubuh meningkat, leokosit meningkat.

2. Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi pada saluran kemih

yang di tandai dengan sering berkemih, jumlah volumen urin residu yang

banyak.

3. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan atau infeksi yang ditandai

dengan anak terlihat rewel, suhu tubuh meningkat..

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan laju

metabolik (demam) dan pengeluaran cairan yang berlebih (poliuri) yang di

tandai dengan anak terlihat lemas, frenkuensi berkemih meningkat

5. Nausea (mual) berhubungan dengan peningkatan asam lambung.

6. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan peningkatan asam lambung

yang di tandai dengan mual-muntah, nafsu makan menurun, penurunan berat

badan.

7. Intoleransi aktifitas yang berhubugan dengan penurunan kontaktilitas otot yang

ditandai dengan anak terlihat lemah, aktifitas dan proses mobilitas menurun

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang lama

(hipertermi, nyeri akut).

4.3 Intervensi

1. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan

infeksi pada sistem urinaria yang ditandai dengan anak rewel, mengeluh

nyeri pada bagian pinggang, perubahan pola tidur, suhu tubuh meningkat,

leokosit meningkat.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.

Kriteria Hasil :Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung

kemih tidak tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri

Page 34: askep pielonefritis

34

secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh,

tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

5

6

7

Pantau intensitas, lokasi, dan factor

yang memperberat atau

meringankan nyeri (misal:

meminta anak untuk menunjukkan

area yang sakit)

Berikan waktu istirahat yang cukup

dan tingkat aktivitas yang dapat di

toleran.

Anjurkan minum banyak 2-3 liter

jika tidak ada kontra indikasi

Pantau haluaran urine terhadap

perubahan warna, bau dan pola

berkemih, masukan dan haluaran

setiap 8 jam dan pantau hasil

urinalisis ulang

Berikan tindakan nyaman, seperti

pijatan punggung, lingkungan

istirahat

Berikan perawatan parineal

Berikan analgesic sesuia kebutuhan

dan evaluasi keberhasilannya

Rasa sakit yang hebat

menandakan adanya infeksi

Klien dapat istirahat dengan

tenang dan dapat merilekskan

otot – otot

Untuk membantu klien dalam

berkemih

Untuk mengidentifikasi indikasi

kemajuan atau penyimpangan

dari hasil yang di harapkan

Meningkatkan relaksasi,

menurunkan tegangan otot

Untuk mencegah kontaminasi

uretra

Analgesic memblok lintasan nyeri

sehingga mengurangi nyeri

Page 35: askep pielonefritis

35

8 Berikan antibiotic. Buat berbagi

variasi sediaan minum, termasuk

air segar. Pemberian air sampai

2400 ml/hari

Akibat dari haluran urin

memudahkan berkemih sering

dan membantu membilas saluran

berkemih

2. Diagnosa 2 : Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi pada

saluran kemih yang di tandai dengan sering berkemih, jumlah volumen urin

residu yang banyak.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pola

eliminasi urine pasien kembali optimal

Kriteria Hasil: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan

berkemih (urgensi, oliguri, disuria).

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

5

Awasi pemasukan dan pengeluaran

karakteristik urin.

Kaji keluhan kandung kemih

penuh.

Awasi pemeriksaan laboratorium;

elektrolit, BUN, kreatinin.

Lakukan tindakan untuk

memelihara asam urin.

Berikan antibiotic

Memberikan informasi tentang

fungsi ginjal dan adanya

komplikasi.

Retensi urin dapat terjadi

menyebabkan distensi jaringan

(kandungan kemih/ginjal).

Pengawasan terhadap disfungsi

ginjal.

Asam urin menghalangi

tumbuhnya kuman

Antibiotik mengatasi infeksi

Page 36: askep pielonefritis

36

3. Diagnosa 3 : Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan atau

infeksi yang ditandai dengan anak terlihat rewel, suhu tubuh meningkat

(380 C), kulit hangat dan menggigil.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

demam pasien berkurang

Kriteria Hasil : suhu tubuh kembali normal, nafas normal, suhu kulit

lembab, dan hilangnya rasa mual

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

4.

5

Pantau suhu pasien (derajat dan

pola) ; perhatikan ada tidaknya

menggigil atau diaforesis.

Pantau suhu lingkungan, batasi atau

tambahkan linen tempat tidur,

sesuai indikasi

Berikan kompres hangat

Jelaskan kepada orang tua bahwa

demamadalah tindakan

perlindungan dan tidak berbahaya

kecuali demam tinggi (misal > 41,10

C)

Berikan antipiretik, misalnya ASA

(aspirin), asetaminofen (tylenol)

Suhu 38,90 – 41,10 C menunjukkan

proses penyakit infeksius akut

Suhu ruangan atau jumlah selimut

harus diubah untuk mempertahankan

suhu mendekati normal.

Dapat membantu mengurangi

demam

Agar orang tua tidak terlalu khawatir

dengan apa yang terjadi pada anak

Digunakan untuk mengurangi

demam dengan aksi sentralnya pada

hipotelamus. Meskipun demam

mungkin dapat berguna dalam

membatasi pertumbuhan organisme.

Dan meningkatkan autodestruksi

dari sel-sel yang terinfeksi

Page 37: askep pielonefritis

37

4. Diagnosa 4 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

peningkatan laju metabolik (demam) dan pengeluaran cairan yang berlebih

(poliuri) yang di tandai dengan anak terlihat lemas, frenkuensi berkemih

meningkat

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat

Kriteria hasil : tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki

keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24

jam.

No Intervensi Rasional

1

3

4

5

6

Ukur dan catat urine setiap kali

berkemih

Tempatkan pasien pada posisi

telentang/tredelenburg sesui

kebutuhan

Pantau mambran mukosa kering,

torgor kulit yang kurang baik, dan

rasa haus

Awasi pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi

~    Berikan cariran IV (contoh, garam

faal)/ volume ekspender (contoh

albumin) selama dialisa sesuai

idikasi

Untuk mengetahui adanya

perubahan warna dan untuk

mengetahui input/output

Memaksimalkan aliran balik

vena bila terjadi hipotensi

Hipovolemia akan memperkuat

tanda-tanda dehidrasi

Menurun karena anemia,

hemodilusi atau kehilangan darah

aktual.

~    Untuk menambah volume cairan

Page 38: askep pielonefritis

38

4.4 Implementasi

No Diagnosa Implementasi

1. Nyeri akut

berhubungan dengan

proses inflamasi dan

infeksi pada sistem

urinaria yang

ditandai dengan anak

rewel, mengeluh

nyeri pada bagian

pinggang, perubahan

pola tidur, suhu

tubuh meningkat,

leokosit meningkat.

1. Telah dipantau intensitas, lokasi, dan

faktor yang memperberat atau

meringankan nyeri (misal: meminta anak

untuk menunjukkan area yang sakit)

2. Telah diberikan waktu istirahat yang

cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di

toleran.

3. Telah dianjurkan orang tau untuk

memberikan minum banyak 2-3 liter jika

tidak ada kontra indikasi kepada anak

4. Telah dipantau haluaran urine terhadap

perubahan warna, bau dan pola berkemih,

masukan dan haluaran setiap 8 jam dan

pantau hasil urinalisis ulang

5. Telah diberikan pijatan punggung

6. Telah diberikan perawatan parineal

7. Telah diberikan analgesic sesuia

kebutuhan dan mengevaluasi

keberhasilannya

8. Telah diberikan antibiotic

2. Gangguan eliminasi

urinarius

berhubungan dengan

infeksi pada saluran

kemih yang di tandai

dengan sering

berkemih, jumlah

volumen urin residu

yang banyak.

1. Telah diawasi pemasukan dan

pengeluaran karakteristik urin.

2. Telah dimotivasi orang tua untuk

meningkatkan pemasukan cairan pada

anak

3. Telah dikaji keluhan kandung kemih

penuh.

4. Telah diawasi pemeriksaan laboratorium;

elektrolit, BUN, kreatinin.

Page 39: askep pielonefritis

39

5. Telah diberikan antibiotic

3. Hipertermia

berhubungan dengan

proses peradangan

atau infeksi yang

ditandai dengan anak

terlihat rewel, suhu

tubuh meningkat (380

C), kulit hangat dan

menggigil.

1. Telah dipantau suhu pasien (derajat dan

pola) ; memperhatikan ada tidaknya

menggigil pada anak.

2. Mantau suhu lingkungan, membatasi atau

menambahkan linen tempat tidur, sesuai

indikasi

3. Memberikan kompres hangat

4. Menjelaskan kepada orang tua bahwa

demam adalah tindakan perlindungan dan

tidak berbahaya kecuali demam tinggi

(misal > 41,10 C)

5. Memberikan antipiretik, misalnya ASA

(aspirin), asetaminofen (tylenol)

4 Resiko kekurangan

volume cairan

berhubungan dengan

peningkatan laju

metabolik (demam)

dan pengeluaran

cairan yang berlebih

(poliuri) yang di

tandai dengan anak

terlihat lemas,

frenkuensi berkemih

meningkat

1. Mengukur dan mencatat volume urine

setiap kali berkemih

2. Menempatkan pasien pada posisi

telentang atau tredelenburg sesuia

kebutuhan

3. Memantau mambran mukosa kering,

torgor kulit yang kurang baik, dan adanya

rasa haus

4. Mengawasi pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi

5. Memberikan cariran IV (contoh, garam

faal)/ volume ekspender (contoh albumin)

selama dialisa sesuai idikasi

Page 40: askep pielonefritis

40

4.5 Evaluasi

Diagnosa 1

S: - Pasien mengatakan, “Sus, saya sudah tidak nyeri lagi”

- Keluarga pasien mengatakan bahwa anak sudah tidak rewel lagi

O: 1. Pasien tampak tidak kesakitan

2. Pasien terlihat tenang dan nyaman dengan kondisinya

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Diagnosa 2

S: Keluarga pasien mengatakan, “sus, anak saya sudah tidak sering kencing, kencingnya sudah seperti sebelum sakit”

O: 1. Pola eliminasi membaik

2. Tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria, poliuri) tidakj terlihat

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Diagnosa 3

S: - Kelurga pasien mengatakan “Anak saya sudah ngak panas lagi setelah minum

obat tadi sustet”

- Pasien mengatakan “Badan saya sudah ngak panas dokter”

O: 1. suhu tubuh normal (36,50 C)

2. nafas normal (RR= 24x/menit)

3. kulit lembab

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Page 41: askep pielonefritis

41

Diagnosa 4

S: - Keluarga pasien mengatakan “Anak saya sudah ngak panas lagi setelah

minum obat tadi sustet”

- Keluarga pasien mengatakan, “Sus, anak saya sudah tidak sering kencing, kencingnya sudah seperti sebelum sakit”

O: - Pola eliminasi membaik

- Suhu dalam rentang normal- Turgor kulit membaik

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

Page 42: askep pielonefritis

42

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang

disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Pielonefritis merupakan infeksi

bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis

akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada

pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut

dengan pielonefritis kronis. Penyebab radang pelvis ginjal yang paling sering

adalah kuman (bakteri) yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke

kandung kemih kemudian ke pelvis ginjal. Gejala pada klien dengan pielonefritis

biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung

bagian bawah, mual dan muntah.

5.2 Saran

Untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan pada klien dengan pielonefritis.

Untuk klien dan keluarga diharapkan dapat melakukan pengobatan secara

optimal untuk kesembuhan penyakitnya.

Untuk mahasiswa agar lebih memahami tentang pielonefritis agar dapat

melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan pielonefritis secara optimal.

Page 43: askep pielonefritis

43

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Indra, Ibaadi. 2011. Infeksi Saluran Kemih-Pielonefritis. http://ibaadi.com/2011/09/infeksi-saluran-kemih-pielonefritis.html (12 September 2013)

Kusnawar, Yanto. 2001. Hubungan Infeksi Saluran Kemih dengan Partus Prematurus. Tesis

NANDA. 2011. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. 2009-2011. Jakarta: EGC.

Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Brunner & Suddarth Edisi 8 Bedah Volume 2. Jakarta: . EGC.

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7.Jakarta : EGC