MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN Disusun oleh: Kelompok IV 1. Agus Rusmiati P27820309002 2. Indarti P27820309006 3. Lisa Sri Sejati P27820309010 4. Misngatun P27820309014 5. Nur Hayati A P27820309018 6. Andri Maulidil A. P27820309042 7. Bovi Amalia W. P27820309046 8. Dias Rizky P. P27820309050 9. Karina Fajar O. P27820309054 10. M. Fais P27820309058 i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN
PERILAKU KEKERASAN
Disusun oleh:
Kelompok IV
1. Agus Rusmiati P27820309002
2. Indarti P27820309006
3. Lisa Sri Sejati P27820309010
4. Misngatun P27820309014
5. Nur Hayati A P27820309018
6. Andri Maulidil A. P27820309042
7. Bovi Amalia W. P27820309046
8. Dias Rizky P. P27820309050
9. Karina Fajar O. P27820309054
10. M. Fais P27820309058
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PRODI KEPERAWATAN DIII KAMPUS SUTOPO SURABAYA
2010-2011
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tiada kalimat yang dapat penulis ucapkan selain puji syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Makalah keperawatan jiwa I
1) Jelaskan peran serta lingkungan terhadap kondisi pasien
2) Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
3) Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
13
2.6.2 Haraga diri rendah berhubungan dengan ketidak sesuaian peran
Tgl NoDx
Diagnosa keperawatan
Perencanaan Intervene
1 2 3 4 5 6Harga diri rendah berhubungan dengan ketidak sesuaian peran
TUM:Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lainTUK 1 :Pasien dapat membina hubungan saling percaya
1.1. Ekspresi Wajahbersahabat, menunjukkan rasa scaang, ada kontik mala, mau bcrjabai tangan, mau menyebutkan iiama, mau menjawab salam, Idien mau duduk berdampingan dengan pera\vat, mau mcngutarav-an masalah yang dihadapi
1.1.1 Bina hubufigan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi tcrapcutikSapa pasien dengan mmah laik vubal maupun non verbal a. Perkenaik
an diri dengan sopan
b. Tanyakan nama iengkap pasien dan nama panggilan disukai pasien
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Jujurdan menepati janji
e. Tunjukkan siknp empati dan menerima pasien apa adanya
f. Beri perhatian kcpada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
TUK 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilik
2.1 Dafiar kemampuan yang dimiliki pasien di ruraah sakit, rumah, sckolah dan tempat kerja
2.2 Daftar posilif keluarga pasien
2.3 Dafiar positif lingkungan pasien
2.2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki buat daflarnya
2.2.1 Setiap bertemu pasien dihindarknn dari metnberi penilni; ncgatif
2.3.1 Utamakan memberi pujian yang realistic pada kemampuan dan aspek positif pasien
TUK 3Pasien dapat menilai kemanrpuari yang digunakan
3.1 Pasien memlai kemampuan yang digunakan
3.2 Pasien menihii kemampuan yang dapat digunakan di rumah
3.1.1 Diskusiknn dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
3.1.2 Diskusikan kcmampuan yang dapat dilanjutkan pcngguna di rumah
14
Tgl NoDx
Diagnosa keperawatan
Perencanaan Intervene
1 2 3 4 5 6sakit
3.1.3 Berikan pujainTUK4:Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
4.1 Pasien menilai kemampuan yang akan . dilatih
4.2 Pasien mencoba4.3 Susunanjadwal ha nan
4.1.1 Meminta pasien untuk:memilih satu kcgiatan yang mau dilakukan di rumah sakit
4.1.2 Bantu pasien melakukannya jika perlu beri contoh
4.1.3 Beri pujian atas keberhasilan pasien.
4.1.4 Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih
Catalan : Ulangi untuk kcmampuan lain sampai semua selesai
TUK5:Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dari kcmampuannya
5.1 Pasien mclakukan kegiatan yang telah di latih (mandiri, dengan bantuan atau tcrganlung)
5.2 Pasien marnpu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri
5.5.1 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kcgiatan yang telah direncanakan
5.5.2 Beri pujian atas keberhasian pasien
5.5.3 Diskusikan kemungkinrin pcnaksiiran di rumah
TUK 6: Pasien dapat memanfatkan system pendukung yang ada
6.1 Keluorga member! dakungan dan pujian
6.2 Keluarga memahami jadwal kegialan harian pasien
6.6.1 Beri pendidikan kcschatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rcndah
6.6.2 Bantu keluarga memberikan dukungnn selama pasien dirawat.
6.6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.6.4 Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan pasien di rumah
6.6.5 Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap berhasil
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo)
RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak
terinci. Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun, jenis kelamin laki-laki,
pendidikan pasien SMP, pasien tinggal di mangunjiwan, demak, dan pasien
dibawa ke RSJ oleh ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki, sebagai
penanggung jawab dari pasien selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada
tanggal 8 Desember 2008.
3.2 Riwayat keperawatan
3.2.1 Alasan masuk
Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien
dibawa ke RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan
bicara kasar. Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka
usaha yang dulu bangkrut tapi tidak terlaksana.
3.2.2 Faktor predisposisi
Dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJD Amino
Gonda Hutomo Semarang, dengan gejala yang sama selama 3 minggu,
kemudian sembuh. Pasien jarang control dan minum obat selama dua
bulan terakhir karena pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat.
16
Sebelum sakit pasien aktif mengikuti kegiatan organisasi remaja di
kampong, hubungan dengan tetangga baik tetapi karena usaha dagangnya
yang bangkrut kurnag lebih 1 tahun lau, pasien jadi renggang hubunagn
dengan masyarakat dan keluargapun juga renggang. Pasien jadi mudah
marah dan tersinggung. Pasien mengatakan kurang lebih dua tahun lalu
pernah mau menikam tapi gagal karena tidak direstui oleh orang tua
kekasihnya.
3.2.3 Faktor prespitasi
Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak
grosir tapi pasien belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi
mudah marah dan tersinggung. Sehari yang lalu yang nagih datang lagi
sama pasien, meminta untuk pasien melunasi hutang-hutangnya. Pasien
mengatakan sangat marah dan sempat memukul karena jengkel yang nagih
tidak mau disemayani padahal tahu pasien tidak punya uang.
3.2.4 Riwayat penyakit sekarang (tanggal 9 desember 2008)
Pasien mengatakan bingung, pengen pulang karena takut biaya Rumah
Sakit mahal. Pasien mengatakan ingin marah, kenapa hanya bisa buat
beban keluarga, pasien juga mengatakan memukul teman seruangan
karena jengkel.
3.2.5 Tanda vital
Tekana darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit, tinggi badan : 168 cm,
berat badan : 50 kg.
17
3.3 Psikososial
3.3.1 Genogram
Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai
4 adik, 2 sudah bekerja dan yang 2 lagi perempuan, yang satu SMA dan
SD. Pasien di rumah dididik secara baik oleh orang tuanya. Dalam
pengambilan keputusan pasien selalu dimintai pendapat, dirumah yang
bertanggungjawab ekonomi adalah ayahnya. Dalam keluarga pasien suka
bertukar pendapat dengan orang tua dan adiknya ke-2 dan ke-3 tentang
masalah pribadi / usaha pasien.
3.3.2 Konsep Diri
Gambaran Diri
Pasien menggambarkan dirinya seperti orang yang sukses yang dapat
bertanggung jawab terhadap orang tua dan adiknya.
Identitas Diri
Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki dan pasien adalah
anak pertama dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan dulu punya usaha
dagang, sukses dan akhirnya bangkrut, sekarang pasien tidak bisa kerja
18
apa-apa, pasien bingung karena hutangnya banyak dan tidak bisa
membayar.
Peran Diri
Pasien sebelum gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi
setelah bangkrut pasien tidak punya kerja lain. Di keluarga sebagai anak
pertama tapi tidak bisa Bantu orang tua. Pasien merasa tidak bisa jadi
contoh adik-adiknya, pasien merasa dirinya gagal. Dalam kegiatan
masyarakat pasien mengatakan jarang ijut karena malu dengan usahanya
yang bangkrut.
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga Diri Rendah
Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin lagi bisa membangun usaha dagangnya,
pasien ingin sukses seperti dulu agar bisa membuat bangga orang tua.
Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan dengan usahanya yang bangkrut dan tidak lagi bisa
membantu orang tua merasa tidak layak sebagai kakak dan sungkan untuk
berkumpul dengan masyarakat. Pasien mengatakan menyesal tidak bisa
membantu orang tua tapi malah menjadi beban mereka.
Masalah Keperawatan: Ketidak sesuaian peran
3.3.3 Hubungan Sosial
Pasien jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya. Di
masyarakat pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul
dengan warga. Di Rumah Sakit lebih banyak memisahkan diri karena
19
merasa tidak kenal dan malu menceritakan tentang masalahnya usaha
yang gagal
3.3.4 Spiritual
Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat tekun
ibadahnya.
3.4 Status Mental
1. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, rambut gondrong dan kotor.
2. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien bicara tiba-tiba keras, tatapan
mata tajam, pasien mengatakan jengkel saat ditanya masalahnya, pasien
agresif saat menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan “Saya orangnya
memang suka ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di rumah
saya juga seperti ini.”
Masalah Keperawatan: ketidakmampuan mengungkapkan marah secara
asertif
3. Aktivitas Motorik
Kontak mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak focus / mudah
beralih. Sebelum dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan
sempat memukul temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-
marah dan berteriak kadang mukul dan ada disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
20
4. Afek
Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat
ditanya soal masalahnya.
5.Alam Perasaan
Pasien mengatakan bingung dan pusing bagaimana bisa membayar hutang-
hutangnya, sedangkan dirumah menganggur, apalagi sekarang saya sakit
siapa yang menanggung biaya Rumah Sakit, saya tidak bekerja dan tidak
punya uang. Pasien khawatir.
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan
namun tiba-tiba bicara pasien kasar saat ditanya masalahnya.
6. Persepsi
Kurang lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien
mengatakan sering mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara
anak yang tidak ada wujudnya itu datang setiap pasien sedang
melamun/menjelang tidur tapi sekarang pasien sudah tidak mendengar
suara-suara itu lagi.
7. Proses Fikir
Pembicaraan pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang
pembicaraan tentang masalah pasien yaitu tentang usahanya yang
bangkrut.
21
8. Isi FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan
ingin sekali membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan
tidak membebani orang tua dan keluarganya lagi.
9. Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien terkadang kacau
10. Memori
Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ± 2
tahun pernah dirawat disini karena ditinggal pacar.
11. Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien
mampu berhitung “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 23 th.
3.5 Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan teratur.
2. BAK / BAB
Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu
BAK/ BAB di tempatnya.
3. Mandi
Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa
disuruh.
4. Berpakaian
Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/
penampilan, cara berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli
dengan penampilannya.22
5. Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak
mau gosok gigi di Rumah Sakit juga.
6. Istirahat dan Tidur
Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit
pasien bisa tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB.
7. Penggunaan Obat
Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien
mengatakan jenuh dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan
tidak lagi mengkonsumsi obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.
3.6 Mekanisme Koping
Pasien mengatakan ingin bisa usaha dagang lagi agar bisa melunasi
utang dan membantu orang tua, pasien mengatakan saat di rumah karena tidak
ada kesibukan kerja, pasien bingung dan marah-marah, pikiran panas dan
akhirnya pasien melampiaskan dengan teriak / memukul apa yang ada
disekitar.
3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan
orang lain kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.
23
3.8 Penatalaksanaan
1. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Glukosa 5 waktu
Ureum
Creatinin
Cholesterol total
Trigliserid
Protein total
Albumin
SGOT
SPGT
Uric acid
120
49.9
0.9
146
42
73
4.4
76
38
8.2
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Unit / l
Unit / l
Mg / 100 ml
7-115
10-50
LK 0.6-1.1
150-220
SD / 150
6.3-8.0
3.8-5.1
LK s/d 37
KK : s/d 42
L. 3.5-7.0
P. 2.5-5.7
2. Diagnosa : skizofrenia tak terinci
3. Therapy Medik : - Holoperidol 2x5 mg
- Thrihexypenidyl 2x2 mg
24
3.9 Analisa Data
No. Tgl/jam Data Problem
1 9 Januari 08
13.30 WIB
Ds : Pasien mengatakan jika kesal pengen
marah dan berteriak
- pasien mengatakan dirumah sempat
memukul karena yang nagih hutang
tidak mau disemayani.
- Pasien mengatakan sejak usaha
bangkrut jadi mudah marah dan
tersinggung.
- Pasien mengatakan diruangan
memukul teman karena jengkel.
Do : pasien saat berbicara wajah tegang,
tatapan mata tajam, menjawab dengan
agresif, pembicaraan tidak fokus,
pasien diruangan berteriak-teriak, dan
sempat memukul teman.
Perilaku
kekerasan
2 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan kalau marah bicara
saya kasar, kadang sampai memukul
yang ada disekitar saya.
- pasien mengatakan : saya orangnya
memang suka bicara keras dan kasar
dirumah saya juga seperti ini
apalagi saat jengkel.
Do : Pasien waktu bercerita wajah tegang,
diruang berteriak-teriak menjawab
pertanyaan agresif.
Ketidakmampuan
mengungkapkan
marah secara
asertif.
3 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan sejak usaha
bangkrut tidak bisa membantu
keluarga malah membebani.
Do : Pasien menganggur dan tidak punya
Gangguan
konsep diri,
harga diri rendah
25
kerja apa-apa.
4 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan merasa gagal
sebagai anak pertama, tidak bisa jadi
contoh adik-adiknya.
Do : Pasien tidak bisa kerja dan memebntu
keluarga dengan kondisinya yang
sakit.
Ketidaksesuaian
peran
26
Core problem
3.10 Pohon Masalah
3.11 Diagnosa
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan marah secara asertif
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan
ketidaksesuaian peran
27
Perilaku kekerasan
Ketidakmampuan mengungkapkan
marah secara asertif
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
Ketidak sesuaian
peran
3.12 Tindakan Keperawatan
Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
09-01-08
jam:09.30
. wib
Perilaku
kekerasan b/d
ketidakmampuan
mengungkapkan
marah secara
asertif
TUK : 1.2.3
- mengucap salam
- memperkenalkan diri
- menanyakan nama
dan panggilan yang
disukai
- menjelaskan tujuan
- memberi kesempatan
pasien bicara
- menanyakan
penyebab
jengkel/marah pasien.
- Menanyakan perasaan
yang dialami pasien
saat jengkel.marah
S: pasien menjawab : nama
saya N, mbak mau kita
ngomong soal apa?
- Pasien mengatakan :
saya marah karena
kepikiran dagangan
yang bangkrut, utang
yang menumpuk dan
ditambah biaya Rumah
Sakit ini.
- Pasien mengatakan
saat marah pikiran saya
panas, bingung,
jengkel, saya ingin
berteriak/memukul
yang ada disekitar
saya, dengan begitu
saya lega.
O: wajah pasien memerah,
pandangan mata tajam,
nada suara tinggi.
- pasien kooperatif
menjawab pertanyaan.
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau
menyebutkan nama
- pasien mau diajak
berinteraksi/bertukar
pikiran.
28
- Pasien menyebutkan
penyebab marahnya
karena dagangan
bangkrut, utang
menumpuk dan biaya
Rumah Sakit
- Pasien menyebutkan
tanda-tanda marahnya.
P: - lanjut ke TUK 4,5,6
- pasien dapat
mengidentifikasi
marah yang sering
dilakukan.
- Pasien dapat
mengidentifikasi akibat
marah.
- Pasien dapat
mengidentifikasi cara
konstruksi terhadap
marah
10-01-08
jam:09.30
Dx. 1 TUK : 4,5,6
- Menanyakan pasien
cara marah yang biasa
dilakukan.
- Menanyakan pasien
apa dengan marah
yagn dilakukan dapat
menyelesaiakan
masalah.
- Menanyakan apa
akibat dari
kemarahannya.
S: Pasien mengatakan
Kalau saya marah,
pengennya berteriak dan
memukul apa yang ada
disekitar saya.
- pasien mengatakan
dengan marah yang
saya lakukan saya
hanya merasa puas tapi
tidak menyelesaikan
masalah
- pasien mengatakan
29
- Menanyakan pasien
apakah mau cara yang
sehat untuk mengatasi
marah.
- Mengajarkan pasien
cara sehat mengontrol
marah :
1. saat ingin marah /
ingin mukul pasien
bisa memukul
bantal.
2. dengan melakukan
kegiatan atau
mengutarakan
marahnya dengan
teman/orang sekitar
tanpa harus berteriak
atau memukul.
3. berdoa atau tarik
nafas dalam sambil
mengucapkan
astaghfirullah.
“kalau saya habis
marah
(berteriak/mukul),
tenggorokan saya sakit,
tangan saya sakit,
orang yang saya pukl
juga marah.
- Pasien mengatakan
ingin tahu cara marah
sehat seperti apa.
- Pasien mengatakan
jadi saya harus belajar
cara marah yang
seperti mbak yanti
ajarkan.
A: TUK 4,5,6 tercapai
- pasien mau
mengutarakan marah
yang biasa dilakukan
- pasien mengatakan
akibat dari marahnya.
- Pasien mengerti dan
mau belajar cara marah
yang sehat.
- TUK 4,5,6 tercapai.
O: tidak ada gerakan
motorik dari wajah,
kaki/ tangan pasien.
- pasien kooperatif
menjawab pertanyaan.
P: - Lanjut ke TUK 7-9
- Pasien dapat
30
mendemonstrasikan
cara mengontrol
marah.
- Pasien dapat
menggunakan obat
dengan benar.
11-01-08
Jam:10.30
wib
Dx. 1 TUK 7-9
- Menyuruh pasien
memilih cara yang
sehat yang diajarkan
untuk mengontrol
marah.
- Menyuruh pasien
mendemonstrasikan
cara yang dipilih
untuk mengontrol
marah.
- Menjelaskan manfaat
minum obat
- Menjelaskan kapan
waktu minum obat.
- Menjelaskan dosis
jenis obat yang harus
pasien minum sesuai
kebutuhan.
S: pasien mengatakan saya
akan memilih cara
marah yang sehat
dengan memukul bantal.
- pasien mengatakan
jadi obat yang harus
saya minum jambon
dan putih,saya akan
minum obat rutin dan
tepat waktu pagi, sore,
malam, saya ingin
cepat sembuh dan tidak
marah-marah lagi.
O: pasien
mendemonstrasikan cara
marah dengan memukul
bantal.
A: TUK 7-9 tercapai
- Pasien mau
mendemonstrasikan
salah satu marah yang
sehat yang telah
diajarkan
- Pasien mengerti
manfaat , jenis dan
waktu kapan pasien
31
harus minum obat.
P: - Lanjut ke TUK 8
- Pasien dapat
dukungan keluarga
untuk mengontrol
marah.
12-01-08
jam:08.30
Gangguan konsep
diri harga diri
rendah
TUK 1,2,3
- membina hubungan
saling percaya
- menanyakan
kemampuan positif
yang dimiliki di
rumah
- menanyakan
kemampuan dan
mendiskusikan
kemampuan positif
yang dapat digunakan
di Rumah Sakit.
S: pasien mengatakan
dirumah suka bersih-
bersih, nyapu, nyuci
baju, kadang saya suka
adzan di masjid.
- pasien mengatakan
dirumah sakit kadang
saya nyapu, Bantu
mbak perawat nyapu
dan merapikan tempat
tidur.
O: pasien pagi-pagi
membantu perawat
merapikan tempat tidur.
- pasien mencatat
kegiatan yang
dilakukan di rumah
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau
mengungkapkan
kemampuan yang
dapat digunakan
dirumah dan di Rumah
Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5, 6
- pasien dapat
32
menetapkan dan
merencanakan kegiatan
sesuai jadwal.
- Pasien dapat
melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit.
- Pasien dapat
dukungan dari keluarga
- Mendelegasikan
TUK 4,5,6 pada
poerawat jaga
13-01-08
jam:10.30
Dx. 1 TUK 8
- menanyakan keluarga
bagaimana
kemampuan keluarga
dari sikap yang telah
dilakukan dirumah
Menjelaskan tanda
pasien marah :
1. mata melotot
2. muka merah
3. tangan mengepal/
ada gerakan pad
muka yang
menunjukkan
permusuhan.
4. nada suara tinggi
- melatih keluarga cara
mengajari pasien
marah yang sehat
dengan :
S: keluarga mengatakan
saat pasien marah sikap
keluarga hanya
mendiamkan, kadang
ikut memarahi pasien.
- keluarga
mengatakan “tanda
marah yang mbak
jelaskan tadi persis
dengan tanda saat anak
saya mau marah, muka
merah, mata melotot,
suara kasar, kadang
sampai memukul”.
- Keluarga
mengatakan “jadi
mbak, kalo nanti anak
saya marah, saya tidak
boleh mendiamkan /
marah, tapi harus
mengajari anak saya
33
1. memberikan
kegiatan
2. latih untuk ambil
nafas dalam
3. menyuruh pasien
mengutarakan marah
dan apa
penyebabnya.
4. menyuruh pasien
berdoa dengan
membaca istighfar
5. menyuruh
melampiaskan marah
dengan memukul
bantal.
- Menganjurkan pada
keluarga memilih cara
melatih anak marah
dan membantu
keluarga
mendemonstrasikan.
- Mengajurkan pada
keluarga untuk
mengawasi pasien
rutin minum obat.
marah yang sehat
seperti yang mbak
ajarkan.
- Keluarga
mengatakan “saya
ingin mencoba
bagaimana cara
menanyakan sebab
anak marah.
- Keluarga
mengatakan “anak saya
disini marah karena
ingin pulang dan takut
biaya Rumah Sakit
mahal.
- Keluarga
mengatakan “saya akan
selalu mengawasi anak
saya rutin minum obat.
O: keluarga kooperatif
- keluarga
mendemonstrasikan
cara menanyakan
penyebab anak marah.
A: TUK 8 tercapai
- keluarga
mengungkapkan sikap
yang dilakukan saat
anak marah.
- Keluarga memilih
dan
mendemonstrasikan
34
cara marah yang sehat
kepada anaknya.
P: - keluarga dapat
mendemonstrasikancara
lain yang diajarkan
untuk melatih anak cara
marah yang sehat.
- lanjut ke-TUK 10
pasien dapat dukungan
dari lingkungan untuk
mengontrol marah
- mendelegasikan
TUK 10 ke perawat
jaga.
3.13 EVALUASI
.Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada
tanggal 13- 01- 2008dengan melakukan TUK 8 klien dapat dukungan dari
keluarga.. Data subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien
bagaimana cara marah yang sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan
marahnya, dan keluarga juga mengatakan saat pasien marah tidak akan
mendiamkan dan memarahi tetapi akan mengajarkan bagaimana marh yang sehat .
keluarga mengatakan senang bisa bertemu dengan pasien dan lega sudah mengerti
masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang di dapat keluarga kooperatif dan
tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien. Sedangkan evaluasi yang di
dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada rendah tidak agresif,
kontak mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang membuatnya marah.
Pada TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada
tanggal 11- 01- 2008, sedangkan padaTUK 10 perawat tidak melaksanakan sesuai
intervensi kemudian mendekegasikan keperawat jaga.
35
Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga diri raendah
dilakukan evaluasi pada tanggal 12- 01- 2008 dengan melakukan TUK 1,2,3 yaitu
Pasien mengungkapkan kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan
kemampuan yang dapat di lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien
mengatakan di rumah saya suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di
masjid,sedangkan di rumah sakit pasien kadang menyapu dan membantu perawat
merapikan tempat tidur. Data obyektif yang di dapat pagi- pagi rasien memabantu
perawat merapikan tempat tidur, pasien mencatat kegiatan yang dapat dilakukan
druamah dan di rumah salit. Pada TUK 4, 5, 6 perawat tidak menyelesaikan
sesuai intervensi kemudian mendelegasikan ke perawat jaga.
36
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
4.1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
- Masalah : Perilaku kekerasan
- Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
- Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-
marah dan memecahkan piring dan gelas.
2. Diagnosa
- Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK :
- Membina hubungan saling percaya
- Mengidentifikasi penyebab marah
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
Salam terapeutik
- Selamat pagi, nama saya Karina. Panggil saya suster Karina. Namanya
siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat Tn. N
Evaluasi/ validasi
- Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
2. Kontrak
Topik
- Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan
Ali marah
Tempat
37
- Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?
Waktu
- Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
3. Kerja
- Apa yang membuat Tn. N membanting piring dan gelas?
- Apakah ada yang membuat Tn. N kesal?
- Apakah sebelumnya Tn. N pernah marah?
- Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
- Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab Tn. N marah-marah.
4. Terminasi
Evaluasi Subyektif
- Bagaimana perasaan Tn. N setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi Obyektif
- Coba sebutkan 3 penyebab Tn. N marah. Bagus sekali.
Rencana Tindak Lanjut
- Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Tn. N ingat lagi, penyebab
Tn. N marah yang belum kita bicarakan.
Kontrak
Topik
- Nanti akan kita bicarakan perasaan Tn. N pada saat marah dan cara marah
yang biasa Tn. N lakukan.
Tempat
- Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
Waktu
- Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.
4.2 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
- Masalah: Perilaku kekerasan
- Pertemuan: Ke 2 (dua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
- Klien dapat menyebutkan penyebab marah.
38
1. Diagnosa
- Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3 TUK :
- Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
- Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
Salam terapeutik
- Selamat siang Tn. N
Evaluasi/ validasi
- Bagaimana perasaan Tn. N saat ini?
- Apakah masih ada penyebab kemarahan Tn. N yang lain?
2. Kontrak
Topik
- Baiklah kita akan membicarakan perasaan Tn. N saat sedang marah
Tempat
- Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
Waktu
- Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
3. Kerja
- Tn. N pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Tn. N
rasakan?
- Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?
- Lalu apa biasanya yang Tn. N lakukan?
- Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
- Tn. N, coba dipraktekkan cara marah Tn. N pada suster Budi. Anggap
suster budi adalah Ibu yang membuat Tn. N jengkel. Wah bagus sekali.
- Nah, bagaimana perasaan Tn. N setelah memukul meja?
- Apakah masalahnya selesai?
- Apa akibat perilaku Tn. N?39
- Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan
akhirnya dibawa ke rumah sakit
- Bagaimana Tn. N, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar
dan sehat?
- Baiklah, waktu kita sudah habis.
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
- Bagaimana perasaan Tn. N setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
- Apa saja yang kita bicarakan?
- Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
- Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
- Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
c. Rencana Tindak Lanjut
- Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi
perasaan Tn. N sewaktu marah, dan cara Tn. N marah serta akibat yang
terjadi. Kalau di runah sakit ada yang membuat Tn. N marah, langsung
beritahu suster.
d. Kontrak
Waktu
- Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?
Tempat
- Bagaimana kalau disini lagi?
Topik
- Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
- Masalah: Perilaku kekerasan
- Pertemuan: Ke 3 (tiga)
40
C. Proses Keperawatan
b. Kondisi
- Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa
dilakukan serta akibat yang terjadi.
c. Diagnosa
- Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
d. TUK
- Memilih satu cara marah yang konstruktif
- Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
Salam terapeutik
- Selamat pagi Tn. N
Evaluasi/ validasi
- Bagaimana perasaan Tn. N saaty ini? Wah bagus.
- Apakah ada yang membuat Tn. N marah sore dan malam kemarin?
- Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Tn. N, masih
ada tambahan (jika perlu ulang satu-satu).
2. Kontrak
Topik
- Tn. N masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan latihan
cara marah yang sehat.
Tempat
- Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
Waktu
- Mau berapa lama? 15 menit ya Tn. N
3. Kerja
- Tn. N ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
- Nah, Tn. N boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal?
- Baiklah, kita latihan nafas dalam
41
- Jadi, kalau Tn. N kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas
dalam agar cara marah yang lama tidak terjadi.
- Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik napas dari
hidung dan keluarkan dari mulut.
- Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari
mulut. Oke, ulang sampai 5 kali.
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
- Bagaimana perasaan Tn. N setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
b. Evaluasi Obyektif
- Coba apa yang sudah kita pelajari?
- Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
- Ya benar, 5 kali.
c. Rencana Tindak Lanjut
- Nah, berapa kali sehari Tn. N mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
- Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum
makan dan malam sebelum tidur
- Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal
- Bagimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik, nanti kalau sudah
dijalankan di cek list. Nah, ini caranya.
d. Kontrak
Topik
- Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain.
Waktu
- Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00
Tempat
- Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah kami sampaikan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pasien yang mengalami perilaku kekerasan, pasien akan condong
menunjukkan tanda-tanda pandangan mata tajam, bibir kasar / dengan nada
tinggi, otot tegang, memukul bila tidak tenang dengan memberikan asuhan
keperawatan dengan komunikasi terapeutik kepada pasien akan dapat
membantu meminimalkan tindakan kekerasan yang terjadi.
Pada saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan masalah yang sering didapatkan yaitu melakukan komunikasi
terapeutik, menciptakan hubungan terapeutik, sikap jujur, sabar dan terbuka,
sangat tepat diterapkan dalam rangka membina hubungan saling
percaya dengan pasien
Keikutsertaan keluarga dalam lingkungan dan memberikan asuhan
keperawatan pasien masih kurang, selama pasien dirawat hanya ayah
saja yang menjenguk pasien, keluarga yang lain, saudara ataupun tetangga
jarang yang menengok pasien. Tetapi kebersihan asuhan keperawatan pada
pasien tidak lepas dari peran serta keluarga, sering perlunya mengikutsertakan
pasien, keluarga dan rekan yang ada di lingkungan sekitar secara rutin.
Kebersihan keluarga dan lingkungan dalam asuhan keperawatan agar lebih
ditingkatkan lagi dengan mengaftifkan petugas sosial rumah sakit untuk
memberikan motivasi pada keluarga dan lingkungan sekitar untuk ikut
memperhatikan / mengetahui keadaan pasien di rumah sakit sehingga keluarga
dan lingkungan dapat ikut aktif dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien.
43
B. Saran
Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal
agar klien dapat melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol
emosinya saat marah
Bagi institusi rumah sakit untuk menunjang keberhasilan keperawatan
klien dengan perilaku kekerasan perlu ditingkatkan lagi hubungan kerja sama
antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah
sakit maupun sudah pulang di rumah
Bagi keluarga diharapkan memberik motivasi kepada klien dengan
perilaku kekerasan dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif
terhadap diri sendiri ataupun orang lain akan muncul sehingga pasien dapat
mengontrol emosinya saat marah
Bagi institusi pendidikan agar senantiasa mengembangkan sayap
melalui secara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan perilaku
kekerasan
44
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana, 1996, Hubungan Therapeutik Perawat pasien. EGC Jakarta
Keliat Budi Ana dan Sinaga Cristina, 1992, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, Arcan Jakarta
Stuart and Sundeen, SJ, 1991, Principle and Practive of Psychiatrik Nursing, Masby Year Book, St. Louis
Towsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Edisi 3, Alih Bahasa, Novi Helena C Daulian, EGC, Jakarta
Harold Caplan, M.D, 1994, Psikiatric Clinik, Binakarsa, Jakarta
Stuart, G. W and Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 alih bahasa : Achiryani S hamid, D. N. Sc. EGC Jakarta.